PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.

(1)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Oleh Puspo Rohmi NIM. 1302413

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Oleh

Puspo Rohmi, S.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Puspo Rohmi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

PUSPO ROHMI

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing Tesis

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 19670725199203 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Dr. phil. Ari Widodo, M.Ed. NIP. 19670527199203 1 001


(4)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

ABSTRAK

Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuipeningkatan domain kompetensidanpengetahuansainssiswasetelahditerapkannyalevels of inquiry padapembelajaran IPA terpadutemapencemaranlingkungan. Penelitianinimenggunakanmetodepenelitianpre-experimentaldengandesainone-sample pretest posttest design. Data dikumpulkanmelalui instrument tesliterasisainsberbentukpilihanganda, lembarobservasi, LKS, danangket yang diberikansetelahpelaksanaanpembelajaran. Hasilanalisis data

menunjukkanbahwaterdapatperbedaan yang

signifikanantaraskorpretesdanskorpostessetelahditerapkannyalevels of inquiry. Perbedaan yang signifikantersebutterjadipadasetiap domain padaaspekkompetensidanpengetahuan yang diteliti. Selainitu,

hasilperhitunganCohens’dadalah 1.82,

dapatdiinterpretasikanbahwapenerapanlevels of inquirymempunyaipengaruh yang besarterhadappeningkatanskor domain kompetensidanpengetahuansainssiswa. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapenerapanlevels of inquiry dalampembelajaran IPA terpadudapatmeningkatkan domain kompetensidanpengetahuansainssiswa.

Sebagaikesimpulanyaitupenerapanlevels of inquiry

dapatmembantusiswauntukmelatihketrampilaninkuiriuntukmeningkatkanliterasisa ins yang menuntutpenerapandarikompetensidanpengetahuan yang merekamiliki. Penelitianinijugamenemukanbahwasiswamempunyairesponpositifterhadappenggu naaninkuiri yang dilakukansecarasistematisdalampembelajaran IPA.

Kata kunci : levels of inquiry, literasisains, domain kompetensi, domain pengetahuan, IPA terpadu, pencemaranlingkungan.


(5)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION THE LEVELS OF INQUIRY TO ENHANCE MIDDLE SCHOOL STUDENT’S COMPETENCIES AND KNOWLEDGE

DOMAIN OF SCIENTIFIC LITERACY IN CONTEXT ENVIRONMENTAL POLLUTION

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the enhancement students’ competencies and knowledge domain after implementation levels of inquiry on integrated science instruction on the theme of environmental pollution. This study use pre-experimental research method with one sample pretest posttest design. Data collecting through scientific literacy instrument organized as multiple choice test, observation sheet, worksheet, and questionnaire after undertaking the learning process. Analysis of the data showed that there was a statistically significance different between the pretest scores and the posttest scores after implementing levels of inquiry. Significance is shown both domains of competencies and knowledge aspects studied. Furthermore, the results of the Cohens’d calculation was 1.82, it can be interpreted that implementation of levels of inquiry has large effect on enhancement competencies and knowledge domains scores. Results indicated that implementation of levels of inquiry in integrated science lesson can enhanced students' competencies and knowledge aspects of scientific literacy.It was concluded that implementing the levels of inquiry can help students to practice inquiry skills to enhance their scientific literacy which requires the application of competencies and knowledge they have. In addition it was also found that students’ have positive response about using inquiry systematically in science instruction.

Keywords :levels of inquiry, scientific literacy, competencies domain, knowledge domain, integrated science, environmental pollution.


(6)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………

ABSTRAK……….

KATA PENGANTAR……..……… UCAPAN TERIMA KASIH………..……….. DAFTAR ISI…………..………... DAFTAR TABEL………..………...

DAFTAR GAMBAR……….

DAFTAR LAMPIRAN………. BAB I PENDAHULUAN………..

A. LatarBelakang………

B. RumusanMasalah………...…

C. PembatasanMasalah………...

D. TujuanPenelitian………

E. ManfaatPenelitian………..

F. StrukturOrganisasiTesis………

BAB II LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS PADA PEMBELAJARAN TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.………

A. Levels of Inquiry….………

B. LiterasiSains………...

1. DefinisiLiterasiSains………...

2. AspekLiterasiSains……….

3. Domain KompetensidanPengetahuanSains………... C. TinjauanTemaPencemaranLingkungan………...

D. PenelitianRelevan………..

E. KerangkaPemikiran………

F. Asumsi……….... G. HipotesisPenelitian……… i ii iv v vii ix xi xii 1 1 7 8 8 8 9 11 11 18 18 20 26 30 36 39 40 41


(7)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN……….………

A. MetodedanDesainPenelitian……….... B. PopulasidanSampel……….. C. VariabelPenelitian……….. D. ProsedurPenelitian………. E. DefinisiOperasional………... F. InstrumenPenelitian………... 1. PenyusunanInstrumenPenelitian………. 2. ValidasiInstrumenPenelitian………...

G. TeknikAnalisis Data………..

1. Analisis Data Kuantitatif………..

2. Analisis Data Kulitatif………..

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN………..……….

A. HasilPenelitian………...

1. KeterlaksanaanLevels of Inquiry

dalamPembelajaranTemaPencemaranLingkungan……… ………...………

2. PeningkatanKompetensidanPengetahuanSains….……… 3. TanggapanSiswaterhadapPenerapanLevels of Inquiry

dalamPembelajaran

IPA……….………

B. Pembahasan……….

1. KeterlaksanaanLevels of Inquiry

dalamMelatihkanKompetensidanPengetahuanSainsSiswa…… ………..

2. PeningkatanKompetensidanPengetahuanSainsSiswaMelaluiPen erapanLevels of Inquiry………...…………... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI…………...

A. Simpulan………. B. ImplikasidanRekomendasi……… 43 43 44 45 45 47 48 50 52 59 60 63 65 65 65 84 97 100 100 114 125 125 126 129 135


(8)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA……….………. LAMPIRAN-LAMPIRAN……….……….


(9)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3

Tingkatan Levels of Inquiry………...…… TujuanPedagogisdalam Levels of Inquiry……… PembedaanKarakteristikSetiapJenis Inquiry Lab……… KemampuanIntelektualpada Levels of Inquiry……… EmpatAspekLiterasiSains PISA 2015………. KonteksAsesmenLiterasiSains PISA 2015……….. Domain Sikap PISA 2015……….. Indikatorpada Domain Kompetensi PISA 2015……… Domain PengetahuandanDeskripsinya………. StandarKompetensidanKompetensiDasarTemaPencemaranLin

gkungan………...…..

MatriksKeterhubunganTemadan Sub TopikPadaBidang yang dipadukandalamtemaPencemaranLingkungan………..

InstrumenPenelitian……...………

Kisi-Kisi Soal……….………...

KlasifikasiValiditasButirSoal……….. RekapitualsiPerhitunganValiditasSoalLiterasiSains………. InterpretasiReliabilitasButirSoal………. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran………. KlasifikasiDayaPembedaSoal……….. RekapitulasiDayaPembedaSoalUjiCoba………... Interpretasi Effect Size………... KriteriaKeterlaksanaanAktivitasPembelajaran……… KriteriaPresentaseTanggapan………...

DeskripsiPembelajaran LOI

padaTemaPencemaranLingkungan……… ………. RekapitulasiHasilObservasiPelaksanaanPembelajaran…….. 12 13 15 16 21 23 26 27 28 33 35 49 51 54 55 56 57 58 59 63 64 64 66 68


(10)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub TemaPencemaran Air dan

Tanah………..

PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub TemaPencemaran

Air dan Tanah……….

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub TemaPencemaranUdara…. PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub

TemaPencemaranUdara………

………..

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub Tema Global Warming…… PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub Tema Global

Warming……….

HasilUjiNormalitas………...

HasilUjiHomogenitas………...

HasilUji Wilcoxon Signed Ranks Test Pretest Posttest………. Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test padaSetiap Domain

Kompetensi……….

Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test Pada Domain Pengetahuan HasilWilxocon Signed Ranks Test PadaSetiap Sub Tema…... ContohSoalMenginterpretasikan data danBuktiIlmiah…….. ContohSoalMenjelaskanFenomenaIlmiah………... ContohSoalMengevaluasidanMerancangPenyelidikan Ilmiah... 70 70 76 77 81 82 85 85 87 90 93 95 118 119 120


(11)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11

HubunganAntar Domain LiterasiSains PISA 2015……….. Diagram TemaPencemaranLingkungan………... PolaOne Group Pretest-Posttest Design …………...

SkemaAlurPenelitian………

PresentasePencapaianLiterasiSainsSiswa……….. PencapaianSiswaPadaSetiap Domain Kompetensi………. Nilai Effect Size PadaSetiap Domain Kompetensi………... PencapaianSiswaPadaSetiap Domain Pengetahuan……… Effect Size Cohens’dPadaSetiap Domain Pengetahuan….. PencapaianLiterasiSainsSiswaPadaSetiap Sub Tema…... Effect Size Cohens’dPadaSetiap Sub TemaPembelajaran.. Contoh LKS SiswaPadaTahapan Discovery Learning……. ContohHasilRancanganPercobaanPada Inquiry Lesson…. ContohPenulisan Data Percobaan……….. PresentasePencapaian Domain KompetensiPada Posttest...

21 32 44 47 86 89 91 92 94 95 96 103 106 108 122


(12)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi sains telah menjadi istilah yang digunakan secara luas sebagai karakteristik penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara dalam

masyarakat modern dan mencakup tujuan pendidikan sains. Istilah “literasi sains” pertama kali diungkapkan oleh Paul DeHard Hurd pada tahun 1958

dalam sebuah artikel yang berjudul “Science literacy: Its meaning for American Schools”, dan istilah tersebut telah digunakan untuk menggambarkan pemahaman tentang sains dan aplikasinya di masyarakat (Hurd, 1958; Laugksch, 2000; Holbrook & Rannikmae, 2009). Lebih lanjut, National Science Education Standards (NRC, 1996) mendefinisikan literasi sains sebagai pemahaman tentang konten sains dan praktek ilmiah dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh pada pribadi atau orang lain dalam komunitas global. Senada dengan definisi tersebut,Hurd (1998) menyatakan bahwa literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami proses sains dan mendapatkan informasi ilmiah secara bermakna yang tersedia di kehidupan sehari-hari. Selain itu, literasi sains juga mencerminkan pemahaman yang luas dan fungsional tentang sains untuk tujuan pendidikan secara umum (DeBoer, 2000).

Berdasarkan beberapa definisi literasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa literasi sains merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan pengertahuanilmiahnya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sehari-hari berdasarkan bukti dan fakta yang telah diperoleh. Literasi sains tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang konsep-konsep dan teori-teori sains tetapi juga pengetahuan tentang prosedur umum dan praktek yang berkaitan dengan inkuiri ilmiah dan bagaimana hal tersebut memungkinkan kemajuan ilmu pengetahuan (OECD, 2013). Dengan kata lain, untuk mencapai literasi


(13)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sains seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang sebagian besar konsepsi dan ide-ide yang membentuk gagasan dasar ilmiah dan teknologi, bagaimana pengetahuan tersebut dijabarkan, dan pada tingkat mana pengetahuan tersebut dibenarkan oleh bukti atau penjelasan ilmiah. Literasi sains dianggap sebagai hasil belajar kunci dalam pendidikan dan merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh peserta didik (Wenning, 2006; Toharudin dkk., 2011, hlm. 12),oleh karena itu pendidikan sains sangat berperan dalam mewujudkan masyarakat yang melek sains.

Terwujudnya masyarakat melek sains (scientific literate) adalah salah satu tujuan utama pendidikan sains (Norris & Philips, 2003; NRC, 1996),selain itu peningkatan literasi sains siswa di sekolah juga telah menjadi tujuan kurikulum dan para pengajar sains lebih dari satu abad ini (Wenning, 2006; Millar, 2008). Berbagai upaya reformasi pendidikan sains telah banyak dilakukan di berbagai negara. Sebagai contoh, reformasi yang dilakukan di negara Amerika menekankan pada pengembangan pemahaman yang akurat tentang sains dan literasi sains. Dalam dokumen standar Amerika

Benchmarks for Scientific Literacy” (AAAS, 1993), selain menyebutkan pemahaman tentang konsep-konsep fundamental sains juga memotret hakikat sains (NOS) dan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) sebagai komponen kunci dalam literasi sains.

Millar & Osborne dalam laporannya yang berjudul “Beyond 2000: Science Education for the Future” menyebutkan bahwa pendidikan sains antara usia 5 dan 16 (usia wajib sekolah di UK) harus mencakup pengajaran

untuk meningkatkan literasi sains: “… the structure of the science curriculum needs to differentiate more explicity between those elements designed to enhance ‘scientific literacy’, and those designed as early stages of a specialist training in science …” (1998, hlm. 10). Pentingnya literasi sains juga sudah menjadi perhatian pemerintah dan para praktisi pendidikan sainsdi Indonesia. Meskipun istilah literasi sains tidak dicantumkan secara eksplisit pada Kurikulum 2013, namun dari kandungan kompetensi inti dan kompetensi


(14)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dasar mencerminkan pengembangan literasi sains peserta didik sebagai salah satu tujuan pendidikan IPA di SMP.

National Science Education Standards (NSES) dalam NRC (1996) menyatakan bahwa seseorang yang melek sains akan memiliki pemahaman terhadap enam unsur utama dari literasi sains, yaitu: (1) sains sebagai inkuri, (2) konten sains, (3) sains dan teknologi, (4) sains dalam perspektif pribadi dan sosial, (5) sejarah dan sifat sains, dan (6) kesatuan konsep dan proses. Secara lebih jelas, OECD (2013) mendeskripsikan karakteristik seseorang yang melek sains, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang lingkungan alam dan perubahan yang diakibatkan dari kegiatan manusia. Dengan melek sains, maka seseorang memiliki kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu terkait sains, dan dengan gagasan-gagasan sains sebagai cerminan masyarakat (OECD, 2013). Berdasarkan karakteristik tersebut, maka literasi sains tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang ingin menjadi ilmuwan di masa depannya, tetapi juga merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh semua warga negara. Hal ini didukung oleh pernyataan Roberts (2007) sebagaimana dikutip oleh Millar (2008) bahwa terjadi pergeseran penekanan dari pengajaran yang didesain untuk mengajar berbagai pemahaman tentang sains yang hanya dibutuhkan oleh ilmuan masa depan, kepada pengajaran yang mencoba untuk membangun berbagai pemahaman tentang sains yang dibutuhkan oleh semua warganegara.

Masih rendahnya tingkat literasi sains siswa menjadi salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia. Meskipun pentingnya literasi sains sudah diakui oleh semua pendidik, tidak berarti bahwa literasi sains siswa terlatihkan dengan baik. Hal ini didukung oleh data pencapaian literasi sains siswa Indonesia dalam asesmen literasi sains PISA. Selama tiga kali mengikuti assesmen literasi sains PISA tahun 2006, 2009, dan 2012, rata-rata pencapaian


(15)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

skor literasi sains siswa masih dalam rentang skor 382 – 395. Hal ini berarti bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih rendah dibandingkan rata-rata kemampuan literasi sains siswa dari negara-negara peserta yang lainnya (Toharudin, dkk., 2011). Sejak sains menjadi domain asesmen utama pada tahun 2006, PISA menggunakan enam level kecakapan dalam skala penilaian sains. Level-level ini juga digunakan pada PISA 2009, 2012, dan 2015. Tingkat kemampuan pada tiap-tiap level berhubungan dengan jenis-jenis kompetensi yang harus dicapai siswa pada level tertentu. Level yang menjadi baseline dari literasi sains adalah level 2. Hasil analisis PISA 2012 berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 24,7% siswa Indonesia berada di bawah level 1, 41,9% berada pada level 1, 26,3% berada pada level 2, 6,5% berada pada level 3, dan 0,6% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang mampu mencapailevel 5 dan level 6. Berdasarkan hasil analisis tersebut, didapatkan informasi bahwa sebagian besar siswa Indonesia masihmemiliki pengetahuan ilmiah yang terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi saja. Mereka barumampu memberikan penjelasan ilmiah yang sudah jelas dan mengikuti bukti-bukti yang eksplisit. Dapat dilihat bahwa hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan secara langsung dan membuat interpretasi harfiah dari hasil inkuiri ilmiah atau pemecahan masalah terkait teknologi(Angraini, 2014).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah, pertama, rendahnya kemampuan literasi sains siswa dapat disebabkan kebiasaan pembelajaran IPA yang masih bersifat konvensional serta mengabaikan pentingnya kemampuan membaca dan menulis sains sebagai kompetensi yang harus dimiliki siswa (Norris &Pillips, 2003).Kedua, kemampuan siswa dalam menginterpretasikan grafik/tabel yang disajikan dalam soal (Rahayu, 2015). Siswa terbiasa hanya mengisi tabel yang telah disediakan oleh guru, sehingga kemampuan siswa dalam menginterpretasikan grafik/tabel juga terbatas. Ketiga, siswa tidak terbiasa mengerjakan soal tes literasi sains (Sariati, 2013). Faktor-faktor


(16)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian literasi sains siswa. Selain itu, guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan literasi sains siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan belum mengarah pada pengembangan literasi sains siswa. Dalam menyampaikan pembelajaran guru tidak memulai dengan menghadirkan fenomena-fenomena ilmiah, sehingga siswa terlihat kesulitan dalam mengaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Pada beberapa materi tertentu, guru sudah menggunakan kegiatan eksperimen, namun kebermaknaan eksperimen tersebut masih dipertanyakan karena eksperimen dilakukan hanya untuk konfirmasi konsep. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, sehingga siswa kurang terlibat dalam mengevaluasi dan merancang percobaannya sendiri. Selain itu, soal-soal yang diberikan masih terbatas pada soal-soal yang menuntut ingatan dan pemahaman konsep, sehingga siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana dan kesulitan mengerjakan soal-soal yang mengarah pada pengukuran literasi sains.Temuan-temuan di atas semakin menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah belum optimal dalam memfasilitasi terlatihnya literasi sains siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya solusi agar pembelajaran IPA dapat melatihkan literasi sains siswa sehingga diharapkan siswa Indonesia memiliki literasi sains yang baik sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia dan warga negara yang melek sains.

Inkuiri ilmiah merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan literasi sains siswa. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kemendikbud, 2014a). Penerapan pembelajaran berbasis inkuiri ilmiah di kelas sains terbukti dapat


(17)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

meningkatkan keterampilan literasi sains peserta didik (Brickman dkk., 2009). Observasi di lapangan menunjukkan bahwa guru sudah mulai menggunakan inkuiri untuk mengajarkan IPA di kelas, namun seringkali guru gagal dalam melatihkan inkuiri kepada siswa karena inkuiri masih digunakan kurang sesuai dan tanpa diiringi pertimbangan mengenai kemampuan intelektual siswa (Wenning, 2005). Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan inkuiri ilmiah yang tepat dalam pembelajaran berdampak pada kurang berkembangnya kemampuan literasi sains siswa (Rahayu, 2015). Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang tepat untuk menerapkan inkuiri dalam pembelajaran agar dapat melatihkan literasi sains siswa dengan baik.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA sebagai solusi dari permasalahan tersebut adalah Levels of Inquiry yang dikemukakan oleh Wenning (2005; 2010; 2011). Wenning (2005) membagi jenis pembelajaran inkuiri ke dalam suatu hierarki yang didasarkan pada tingkat kecerdasan intelektual serta keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran. Tahapan pembelajaran dalam Levels of Inquiry meliputidiscovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real-world application,dan hypothetical inquiry (Wenning, 2011). Wenning (2010) mengemukakan enam jenis keterampilan proses intelektual yang terdapat pada setiap tahapan Levels of Inquiry, yaitu rudimentary skills, basic skills, intermediate skills, integrated skills, culminating skills, dan advanced skills. Pada setiap tahapan Levels of Inquiry melatihkan kemampuan intelektual yang berbeda.

Pada tahapan discovery learning,siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan konsep berdasarkan pengalaman secara langsung dan mengenal istilah-istilah ilmiah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Pada tahapan interactive demonstration,siswa diberi kesempatan mendatangkan, mengidentifikasi, dan menyelesaikan konsepsi alternative yang dimilikinya. Pada tahapan inquiry lesson,siswa mulai diberi kesempatan untuk dapat mengidentifikasi prinsip ilmiah dan atau hubungan antar prinsip.


(18)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada tahapan inquiry lab,siswa secara lebih bebas berkesempatan untuk menentukan hukum empiris berdasarkan pengukuran variabel-variabel. Pada tahapan real-world application, siswa dapatmenggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pada tahapan hypothetical inquiry, siswa mulai mampu mencari penjelasan dari fenomena yang diamati. Sehingga setiap tahapan proses pembelajaran dengan Levels of Inquiry mendukung terlatihkannya kompetensi siswa untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah, yang kesemuanya tercakup dalam domain literasi sains pada PISA 2015.

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukanSariati (2013) menunjukkan bahwa penerapan hierarki inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa. Hasil temuan Erviani (2013), Dahlia (2013), dan Rohayati (2013) pada bidang Biologi juga menunjukkan bahwa penerapan tahapan discovery learning, interactive demonstration, dan inquiry lesson dapat meningkatkan literasi sains siswa.Penelitian-penelitian tentang penggunaan Levels of Inquiry pada tingkat SMP untuk melatihkan aspek kompetensi dan pengetahuan sains siswa masih jarang dilakukan, selain itu belum ada penelitian yang menerapkan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA terpadu, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu dengan tema Pencemaran Lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana penerapan Levels of Inquiry dapat meningkatkan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa dalam pembelajaran IPA pada tema Pencemaran


(19)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lingkungan?”. Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah

di atas dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan Levels of Inquiry padapembelajaran tema

Pencemaran Lingkungan?

2. Bagaimanakah peningkatan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah diterapkannyaLevels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan?

C. Pembatasan Masalah

Batasan ruang lingkup pada penelitian ini yaitu:

1. Levels of Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan inkuiri secara sistematik di dalam kelas. Dari enam tahapan Levels of Inquiry, peneliti hanya menggunakan empat tahapan saja yang diterapkan dalam pembelajaran Pencemaran Lingkungan. Tahapan Levels of Inquiry yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, dan guided inquiry lab.

2. Aspek kompetensi dan pengetahuan sains pada penelitian ini mengacu pada framework literasi sains PISA 2015 (OECD, 2013). Aspek kompetensi yang diteliti meliputi domain kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, kompetensi merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah, dan kompetensi menginterpretasikan data dan bukti ilmiah. Adapun aspek pengetahuan yang diteliti meliputi domain pengetahuan konten, pengetahuan procedural, dan pengetahuan epistemik.Pengukuran aspek kompetensi dan pengetahuan dilakukan dengan menggunakan instrumen tes literasi sains berbentuk soal pilihan ganda.


(20)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa pada pembelajaran IPA tema Pencemaran Lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, antara lain:

1. Menjadi bukti empiris mengenai potensi Levels of Inquiry dalam meningkatkan kompetensi dan pengetahuan sains siswa SMP, selain itu juga dapat memberikan gambaran solusi alternatif pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran bagi guru dalam merancang pembelajaran inkuiri yang tepat untuk mengembangkan literasi sains siswa SMP.

2. Memperkaya hasil penelitian terkait penerapan Levels of Inquiry dan peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa. Hasil penelitian ini

dapat ditindak lanjuti dengan melakukan penelitian lanjutan dengan tema pembelajaran yang lain maupun pada tingkat satuan pendidikan lainnya. 3. Menjadi bahan sumber informasi, perbandingan, pendukung, ataupun

sebagai rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti para mahasiswa, guru, praktisi pendidikan, peneliti, pemangku kebijakan, dll.

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri atas lima bab utama. Bab I Pendahuluan menyajikan lima bagian yang ditulis dalam bentuk sub-bab. Kelima bagian tersebut meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II Kajian Pustakaberisi kajian pustaka dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teori yang mendukung penelitian-penelitian. Pada bab ini


(21)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

disajikan pula sub-bab kerangka pemikiran penyelesaian masalah serta asumsi dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian menyajikan tujuh sub-bab yaitu: desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, dan metode analisis data.

Bab IVTemuanPenelitian dan Pembahasan berisi pemaparan hasil penelitian serta hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian. Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab hasil penelitian dan sub-sub-bab pembahasan.

Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi menyajikan dua sub-bab yaitu, (1) simpulan yang berisi simpulan dari penelitian yang dilakukan, dan (2) implikasi dan rekomendasi yang berisi implikasi temuan dan rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.


(22)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan jenis pre-experimental design. Metode ini merupakan metode eksperimen, namun tidak menggunakan kelompok kontrol ataupun kelompok pembanding (Fraenkel, 2012). Perlakukan hanya difokuskan pada satu kelompok dan tidak sampai pada pengujian efektivitas perbandingan dengan model pembelajaran lain. Penentuan metode penelitian didasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, dimana peneliti hanya ingin melihat gambaran dan informasi dari peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa melalui penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA pada tema Pencemaran Lingkungan.

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design,dimana tidak terdapat kelompok pembanding atau kontrol (Creswell, 2010, hlm. 241). Pemilihan desain penelitian ini karena keterbatasan peneliti untuk dapat mengontrol semua variabel luar, sehingga kemungkinan masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (Fraenkel, 2012). Peneliti mengumpulkan data kompetensi dan pengetahuan sains siswa melalui pretest, memberikan perlakuan berupa pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan dengan Levels of Inquiry, dan kemudian mengumpulkan data posttest dengan pengukuran yang sama (Bell, 2010; Fraenkel, 2012; Creswell, 2010). Instrumen pada pretest dan posttestmenggunakan pengukuran yang sama berupa soal pilihan ganda sebanyak 33 butir. Dengan instrumen yang sama diharapkan dapat melihat peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa sebelum dan sesudah diterapkannya Levels of Inquiry. Pengembangan instrument soal mengacu pada frameworkliterasi sains PISA 2015. Tes disusun berdasarkan domain kompetensi dan pengetahuan PISA 2015 yang disesuaikan dengan indikator


(23)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil pretest dan posttest kemudian dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana penerapan Levels of Inquiry mampu melatihkan dan meningkatkan kompetensi dan pengetahuan sains siswa.Pola desain penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Gambar 3.1. Pola One Group Pretest-Posttest Design Keterangan :

O1 = Pretest

O2 = Posttest

X = Perlakuan (penerapan Levels of Inquiry) B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII pada salah satu SMP swasta di kabupaten Bandung, dengan jumlah populasi 136 orang.Namun dengan mempertimbangkan kebutuhan penelitian dan keterbatasan tenaga serta waktu, maka subjek penelitian bukan seluruh anggota populasi, melainkan hanya sampel yang dianggap representatif dari populasi tersebut.Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2008,hlm. 81).Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandom sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fraenkel (2012, hlm.94) bahwa “…each of individuals selected must possess all the criteria mentioned. Each member of the population does not have an equal chance of being selected”. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hlm.120). Peneliti menggunakan purposive samplingdenganpertimbangan agar penelitian dapat dilaksanakan secara


(24)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

efektif dan efisien terutama dalam hal prosedur perizinan, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi subjek penelitian, pengawasan, serta kondisi tempat penelitian.Kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah kelas VII A (Ibnu Sina) dengan jumlah siswa 32 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008, hlm.38). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran Levels of Inquiry, sedangkan variabel terikatnya adalah domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut ini garis besar langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan masalah yang akan dikaji. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji peneliti melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah, perumusan masalah, dan studi literatur untuk memperoleh teori mengenai permasalahan.

b. Melakukan studi literatur untuk mencari solusi alternatif mengenai permasalahan yang ditemukan dan studi kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan materi ajar yang digunakan dalam penelitian. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada


(25)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d. Membuat dan menyusun instrumen penelitian. e. Judgment instrumen penelitian pada ahli. f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

g. Menganalisis hasil uji coba instrumen dan menentukan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada sampel penelitian.

b. Memberikan perlakuan berupa penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

c. Melakukan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. d. Memberikan posttest pada sampel penelitian setelah diterapkannya

Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. e. Memberikan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah data pretest dan posttest dengan statistik deskriptif.

b. Menganalisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan Levels of Inquiry.

c. Menganalisis data angket tanggapan siswa terhadap penerapan Levels of Inquiry.

d. Melakukan analisis data dengan statistik inferensial untuk mengetahui peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry.

e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

f. Memberikan saran dan rekomendasi pada aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.


(26)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Agar membantu pembaca dalam memahami prosedur penelitian ini, penulis menggambarkan langkah-langkah penelitian dalam skema alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.2. Skema Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Studi Literatur dan Studi Kurikulum Penyusunan Instrumen Penelitian

dan Perangkat Pembelajaran Judgment Instrumen Penelitian Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Pre-test

Kegiatan Belajar Mengajar Tema Pencemaran Lingkungan Menggunakan Levels of Inquiry

Post-test

Observasi dan Angket Perbaikan

Analisis Data

Rumusan Masalah Solusi Permaslahan

Penarikan Simpulan Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan


(27)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dijelaskan untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki beberapa istilah operasional yang didefinisikan sebagai berikut: a. Levels of Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang sistematis

dankomprehensif yang terdiri atas enam tahapan yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory, real-world application, dan hyphotetical inquiry. Pada penelitian ini hanya menggunakan empat tahap saja yaitu tahap discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, guided-inquiry laboratory. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran Levels of Inquiry ini digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang didukung dengan data transkipsi video proses pembelajaran denganLevels of Inquiry.

b. Domain kompetensi dan pengetahuan sainsyang dimaksud dalam penelitian ini adalah domain pada aspek kompetensi dan pengetahuan yang mengacu pada framework literasi sains PISA 2015. Domain kompetensi meliputi kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, kompetensi mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, dan kompetensi menginterpretasikan data dan bukti ilmiah. Domain pengetahuan meliputi pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemik. Pengukuran domain kompetensi dan pengetahuan dilakukan dengan menggunakan instrumen tes pilihan ganda yang dikembangkan dengan mengacu pada kerangka penyusunan soal literasi sains PISA 2015. Untuk melihat signifikansi peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains sebelum dan setelah penerapan Levels of Inquiry digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat besarpengaruh Levels of Inquiry terhadap peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa digunakan effect size-Cohens’d.


(28)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dalam pertanyaan penelitian, diperlukan beberapa data yang dapat memberikan informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran Levels of Inquiry dan peningkatan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen. Secara rinci instrumen yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian No Instrumen Sumber

Data

Deskripsi Intrumen Target

1. Tes Pilihan Ganda

Siswa Jumlah soal yang

digunakan adalah 33 butir soal. Distraktor yang digunakan berjumlah 4 buah (a, b, c, dan d). Soal ini diberikan pada saat pretest dan posttest

Mengukur literasi sains siswa pada domain

kompetensi dan pengetahuan 2. Lembar

Kerja Siswa

Siswa LKS digunakan untuk membantu dan

mengarahkan siswa dalam setiap tahapan

pembelajaran. LKS ini juga bertujuan untuk melihat sejauh mana literasi sains siswa terlatihkan dan melihat kemampuan berkomunikasi siswa Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan kerjasama terutama dalam memecahkan masalah secara berkelompok

3. Lembar Observasi

Siswa dan Guru

Lembar observasi berisi pernyataan-pernyataan tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer dengan melihat apakah kegiatan terlaksana atau tidak

Melihat

kesesuaian antara RPP yang telah dibuat dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas

4. Transkipsi Video

Rekaman Video

Video rekaman proses pembelajaran ditranskipsi,

Melihat


(29)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kemudian hasilnya digunakan sebagai data pendukung untuk melihat keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry

pembelajaran dilaksanakan serta mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran 5. Angket

(Skala Guttman)

Siswa Jumlah pertanyaan yang diberikan berjumlah 20 item. Angket diberikan kepada siswa setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan

Mengetahui tanggapan/respon siswa mengenai penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA terpadu

1. Penyusunan Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang menjaring kemampuan siswa dalam domain kompetensi dan domain pengetahuan sains yang disesuaian dengan kerangka kerja PISA 2015. Jenis tes yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu pretest dan posttest. Tes ini bertujuan untuk mengukur kompetensi dan pengetahuan sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran Levels of Inquiry diterapkan.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun instrumen tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator pembelajaran dan aspek literasi sains yang akan diujikan.

b. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan validasi isi dan validasi konstruk berdasarkan kisi-kisi instrumen kepada ahli.

d. Melakukan uji coba instrumen tes pada siswa yang telah atau sedang menerima pembelajaran dengan materi yang diujikan.

e. Menganalisis hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tes.


(30)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dari 40 item soal dalam instrumen tes yang dikembangkan, diperoleh 33 butir soal pilihan ganda yang digunakan sebagai instrumen pretest dan posttest (Lampiran B.3). Kisi-kisi yang digunakan dalam pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 Adapun rincian kisi-kisi lengkapnya terdapat pada Lampiran B.2.


(31)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pengetahuan

Kompetensi

Nomor Soal Jumlah Soal Konten Prosedural Epistemik

Menjelaskan fenomena ilmiah

1, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 13, 22, 23, 25, 26, 27,

31, 33

17, 30 17

(52%)

Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah

6, 7, 19, 20, 28, 29

6 (18%) Menginterpretasikan

data dan bukti ilmiah 18, 21, 32

2, 3, 8, 14, 15, 16, 24

10 (30%) Jumlah Soal 18 (54%) 6 (18%) 9 (28%) 33

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) berisi gambaran aktivitas siswa pada setiap tahapan Levels of Inquiry. Fungsi dari LKS adalah sebagai media dalam kegiatan pembelajaran dan sebagai alat untuk melihat pencapaian kemampuan literasi sains siswa pada setiap domain kompetensi. Pada penelitian ini LKS digunakan untuk melihat sejauh mana setiap domain kompetensi literasi sains terlatihkan selama pembelajaran Levels of Inquiry.

c. Lembar Observasi

Keterlaksanaan Levels of Inquiry diamati dengan menggunakan panduan lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan tiap-tiap tahapan Levels of Inquiry pada proses pembelajaran sesuai dengan skenario kegiatan. Observasi dilakukan oleh bantuan tiga observer, dengan melihat keterlaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa selama pembelajaran. Teknik observasi dibuat dalam bentuk checklist (√). Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran B.4.


(32)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sebagai data pendukung observasi pembelajaran, maka dilakukan perekaman video proses pembelajaran. Video rekaman proses pembelajaran kemudian ditranskipsi. Data hasil transkipsi inilah yang digunakan sebagai data pendukung untuk melihat keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry, sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

e. Angket

Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap penerapanLevels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. Angket digunakan dalam menunjang hasil yang didapatkan dari tes literasi sains. Angket berisi 20 pernyataan yang diajukan kepada siswa. Pernyataan-pernyataan dalam angket penelitian ini dikembangkan dari empat indikator, yaitu: (1) respon siswa terhadap penerapan tahapan-tahapan Levels of Inquiry, (2) motivasi siswa terhadap penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan pencapaian literasi sains, (3) manfaat tahapan Levels of Inquiry dalam melatihkan kompetensi literasi sains, (4) hambatan siswa dalam proses penerapan pembelajaran Levels of Inquiry, dan(5) manfaat LKS dalam memfasilitasi pembelajaran dengan Levels of Inquiry. Skala pengukuran tanggapan siswa yang digunakan adalah skala Guttman. Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban “ya” dan “tidak”, sesuai dengan tanggapan mereka terhadap peryataan yang diajukan. Melalui angket tanggapan siswa, peneliti dapat memperoleh informasi apakah seluruh rancangan pembelajaran dapat diterapkan di sekolah serta masukan dari siswa untuk perbaikan dalam pengembangan rancangan pembelajaran. 2. Validasi Instrumen Penelitian

Tidak semua soal dalam tes yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tes terstandar. Oleh karena itu, sebelum digunakan sebagai


(33)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

instrumen penelitian maka instrumen tes harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tes. Pengujian instrumen berdasarkan hasil validasi ahli dan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas VIII yang berjumlah 34 siswa dengan instrumen test berbentuk pilihan ganda sebanyak 40 butir soal. Dengan proses pengujian ini diharapkan instrumen yang dikembangkan valid dan reliabel, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang benar.

a. Validitas

Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008, hlm.121). Untuk mengetahui validitas instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengujian validitas isi dan validitas empiris intrumen tes literasi sains. 1) Validitas Isi

Pengujian validitas isi melalui analisis rasional oleh professional judgment. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel domain literasi sains yang diukur serta indikator pembelajaran sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2008, hlm. 129). Penilaian ahli terhadap instrumen meliputi penilaian kesesuaian soal dengan indikator dan kesesuaian soal dengan domain literasi sains berdasarkan framework PISA 2015.

2) Validitas Empiris

Pengujian validitas empiris dilakukan melalui uji coba instrumen tes kepada siswa yang telah mendapatkan materi yang diujikan dalam tes. Sejumlah 40 butir soal diujicobakan kepada 34 siswa kelas VIII di salah satu SMP di Bandung. Hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas setiap butir soal.


(34)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Nilaivaliditas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien product momentyang dikemukan oleh Pearson, yaitu :

 

  } ) ( }{ { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rXY ... (1)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah siswa

X = nilaisiswa pda butir soal yang diuji validitasnya Y = nilai total yang diperoleh siswa

Dasar pengambilan keputusan yaitu jika rhitung > rtabel maka item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total sehingga dinyatakan valid, namun jika rhitung < rtabel maka item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total sehingga dinyatakan tidak valid. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria yang ditemukan oleh Guildford (1854) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel3.3.Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Kriteria

0,80 <rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy 0,80 Tinggi

0,40 <rxy 0,60 Cukup

0,20 <rxy 0,40 Rendah

rxy 0,20 Sangat Rendah

Analisis validitas empiris hasil uji coba dikerjakan dengan bantuansoftware Anates V.4 untuk soal pilihan ganda. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien product moment yang menunjukkan angka korelasi antara skor butir soal dengan skor total. Nilai tersebut kemudian


(35)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diinterpretasikan menggunakan Tabel 3.3. Berikut ini rekapitulasi hasil analisis validitas butir soal ujicoba yang disajikan dalam Tabel 3.4.


(36)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4. Rekapitulasi Validitas Empiris Soal Literasi Sains Kriteria Validitas Nomor Soal Jumlah Soal

Sangat Tinggi - 0

Tinggi 23, 24, 27, 40 4

Cukup 1, 4, 6, 8, 9, 22, 28, 34, 37, 39

10 Rendah 2, 3, 5, 7, 10, 11,

12, 13, 17, 19, 20,21, 25, 26, 29,

30, 31, 32, 36

19

Sangat Rendah 16, 33 2

Tidak valid 14, 15, 18, 35, 38 5

Berdasarkan rekapitulasi validitas empiris soal pada Tabel 3.4, didapatkan informasi bahwa dari 40 butir soal pilihan ganda yang diujicobakan diperoleh 12% soal tidak valid, 5% soal dari total soal memiliki kategori sangat rendah, 48% memiliki kategori rendah, 25% dalam kategori cukup, dan 10% dalam kategori tinggi.

Untuk menentukan butir soal mana yang digunakan, maka peneliti menggunakan pertimbangan validitas empiris dan validitas ahli. Soal yang memiliki kriteria rendah menurut hasil ujicoba terlebih dulu dicocokkan dengan hasil validitas ahli dengan tujuan apakah memang benar soal tersebut memiliki kriteria rendah berdasarkan kedua hasil validitas. Jika hasil validitas ahli dan validitas ujicoba sama-sama menunjukkan kriteria rendah maka soal tersebut direvisi atau tidak dipakai, namun jika kedua validitas hasilnya berkebalikan maka soal tersebut akan tetap dipergunakan.

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan derajat hubungan antara dua hasil pengukuran yang diperoleh dari instrumen atau prosedur yang sama,yang dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (Uno & Koni, 2012, hlm.153). Reliabilitas merujuk pada keajegan/ketetapan instrumen, artinya apabila intrumen tersebut diberikan pada waktu yang berlainan pada subjek yang sama akan memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas


(37)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan internal concistency (Sugiyono, 2013, hlm. 359), yaitu dilakukan dengan mencobakan instrumen satu kali saja. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik belah dua dari Kuder Richardson (KR 20) dengan persamaan sebagai berikut

         

2

2 ) 1 ( t i i t i s q p s k k r ………(2) dimana

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1 qi = 1 – pi

s2t = varians total (Sugiyono, 2013, hlm. 359). Untukmenginterprestasikan nilai koefisien reliabilitas, digunakan kriteria reliabilitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Interpretasi Reliabilitas Butir Soal Nilai r Kriteria 0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2007, hlm. 75) Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitan dengan jumlah item dalam intrumen sebanyak 40 soal literasi sains, didapatkan koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,79. Reliabilitas instrumen tes tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga diharapkan instrumen dapat digunakan sebagai alat ukur literasi sains siswa dengan tingkat keajegan yang tinggi.

c. Analisis tingkat kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengkaji soal dengan kriteria mudah, sedang dan sukar, sehingga bisa


(38)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan proporsi soal mudah, sedang dan sukar dalam tes yang akan digunakan. Uno & Koni (2012, hlm. 157) menyatakan bahwa tingkat kesukaran tes dipandang dari kemampuan siswa untuk menjawabnya, dimana tingkat kesukaran tes menunjukkan persentase siswa yang menjawab item benar.

Rumus yang digunakan dalam uji tingkat kesukaran item adalah: N

B

P ………(3)

P = indeks kesukaran item,

B = banyaknya siswa yang menjawab item tersebut dengan benar, dan N = jumlah siswa yang mengikuti tes.

Menurut Uno & Koni (2012, hlm. 175) kriteria untuk tingkat kesukaran itemadalah sebagai berikut:

Item dengan P = 0,00 sampai 0,30 tergolong sukar Item dengan P = 0,31 sampai 0,70 tergolong sedang Item dengan P = 0,71 sampai 1,00 tergolong mudah

Setelah dilakukan uji coba instrumen, peneliti melakukan analisis tingkat kesukaran soal dengan bantuan software Anates V.4 untuk soal pilihan ganda. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran tiap butir soal literasi sains berdasarkan hasil ujicoba dapat disajikan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran

Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

Sukar 9, 11, 24, 32 4

Sedang

5, 6, 12, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 33, 36,

37,39, 40

19

Mudah

1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 28, 29, 34, 35, 38

17

Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa dari 40 soal yang diujicobakan


(39)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

10% termasuk dalam kategori sukar, 48% termasuk dalam kategori sedang, dan 42% termasuk dalam kategori mudah.

d. Analisis daya pembeda

Analisis daya pembeda adalah pengkajian butir-butir soal yang dimaksudkan untuk mengetahui kesanggupan soal untuk membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong tidak mampu (Uno & Koni, 2012,hlm 177). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Berbeda dengan tingkat kesukaran, pada indeks diskriminasi ini terdapat tanda negative. Untuk mengetahui daya pembeda soal (D) adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.

B A B B A A

P P J B J B

D    ………(4)

Keterangan:

D : indeks diskriminasi

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda soal yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Indeks Diskriminasi Kriteria

0,71 – 1,00 Baik Sekali

0,41 – 0,70 Baik

0,21 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(Arikunto, 2009, hlm. 211-218) Bardasarkan hasil analisis data ujicoba instrumen, didapatkam nilai indeks diskriminasi setiar butir soal ujicoba. Berikut ini disajikan


(40)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal berdasarkan hasil uji coba instrumen.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Soal Uji Coba Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

Baik sekali 23 1

Baik

1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 36,

37, 39, 40

21

Cukup 3, 5, 7, 10, 11, 13, 17, 26, 29,

32, 34 11

Jelek 14, 15, 16, 18, 33, 35, 38 7

Total 40

Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 3.8, diperoleh informasi bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan, 2 % memiliki kriteria baik sekali, 52% memiliki kriteria baik, 28% memiliki kriteria cukup, dan 18% memiliki kriteria jelek.

Dari 40 butir soal yang ujicobakan, hanya 33 soal yang digunakan sebagai butir soal intrumen tes literasi sainsuntuk diujikan dalam pretest dan posttest. Pemilihan 33 soal ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil analisis validitas isi, validitas empiris, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal. Sebagian besar soal yang dikembangkan sudah sesuai dengan indikator soal dan domain literasi sains serta memenuhi kriteria soal yang baik, sehingga butir soal dapat langsung digunakan sebagai instrumen tes. Untuk soal yang belum memenuhi kriteria, terlebih dahulu diperbaiki baik dari segi redaksi maupun konten pertanyaan dan jawabn. Analisis lengkap pengembangan instrumen soal literasi sains dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan B.2.


(41)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor hasil pretest dan posttest yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi, angket, dan transkip video dianalisis dengan metode deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan pada data hasil pretest dan posttest. Pengolahan data hasil pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui pencapaian literasi sains siswa pada setiap aspek kompetensi dan pengetahuan yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

Langkah-langkah analisis data pretest dan posttest sebagai berikut: a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai lembar jawaban dan

menghitung skor yang diperoleh setiap siswa.

b. Mengubah skor ke dalam bentuk presentase dengan cara: % = Σ skor jawaban soal benar

Σ total soal 100%………(5)

c. Menghitung skor rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa d. Melakukan uji asumsi terhadap data pretest dan posttest

1) Uji Normalitas

Statistika inferensial memerlukan adanya model distribusi untuk menaksir parameter populasi (Susetyo, 2010, hlm. 144), oleh karena itu, sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan pengujian model distribusi normal untuk mengetahui apakah skor pretest dan posttest berdistribusi normal. Skor pretest dan posttest diuji normalitasnya dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov, yaitu pengujian menggunakan kecocokan kumulatif sampel dengan distribusi probabilitas normal (Susetyo, 2010, hlm. 145). Analisis pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada


(42)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

SPSS 16 for windows. Data dikatakan berdistribusi normal apabila hasil pengujian diperoleh nilai probabilitasnya (Asymp. Sig-2 tailed) > 0.05. Jika nilai probabilitasnya (Asymp. Sig-2 tailed) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Levene dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Penafsiran hasil uji homogenitas yaitu jika nilai signifikansi pada kolom (Asymp. Sig-2 tailed) > 0,05 maka data dikatakan homogeny. Jika nilai signifikansinya (Asymp. Sig-2 tailed) < 0,05 maka data tidak homogen.

e. Melakukan uji hipotesis dengan statistik inferensial pada data pretest dan posttest.

1) Dependent Sample t-test

Apabila asumsi statistik parametrik terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal dan variansi kedua data homogen, maka data dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik. Data yang diperoleh dari one group pretest posttest design dapat dianalisis menggunakandependen-samples ttest atau disebut juga paired sample t-test (Coladarci dkk., 2011; Bell, 2010). Sebagaimana diungkapkan Lati, dkk.(2012, hlm.4473) bahwa “Paired Sample t-test analysis was performed to identify mean differences between the pre- and post-achievement test score for this one group pretest and posttest study”. Pengujian dependent samples t-test dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows.Jika nilai signifikansi

sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan rata-rata skor

posttestsama dengan atau lebih kecil dari pada skor pretest. Jika nilai

signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan

rata-rata skor posttest lebih tinggi daripada skor pretest.

2) Wilcoxon Sign Rank Test

Apabila asumsi statistik parametrik tidak terpenuhi, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika non


(1)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

American Association for the Advancement of Science (AAAS). (1993). Brenchmarks for scientific literacy. New York: Oxford University Press.

Angraini, G. (2014).

Analisiskemampuanliterasisainsdankemampuanberpikirtingkattinggi (HOTS-higher order thinking skill) siswa SMAN kelas X di kotaSolokpadakontenBiologi. (Tesis). SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Archer, R.E. (2014). Demystifying scientific literacy: Charting the path for the 21st century. Journal of Educational and Social Research, 4 (3), hlm. 165-172.

Ardianto, D. (2014). Implementasipembelajaran IPA terpadutemafluidadengan model guided discovery dan problem based learning untukmeningkatkanliterasisainssiswa SMP. (Tesis). SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Arikunto, S. (2007). Prosedurpenelitiansuatupendekatandanpraktik. Jakarta: RinekaCipta.

Arikunto, S. (2009). Dasardasarevaluasipendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Bell, R. L., Smetana, &Binns, I. (2005). Simplifying inquiry instruction: Assessing the inquiry level of classroom activities. The Science Teacher, 72(7), hlm. 30 – 33.

Bell, B. A. (2010). Encyclopedia of researh design. Thousand Oaks: SAGE Publishing.

Brickman, P.dkk. (2009). Effects of inquiry-based learning on students science literacy skills and confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 3 (20), hlm 1-22.

Bulunuz, M., Martin-Hansen, L., &Jarret, O.S. (2012). Level of inquiry as motivator in an inquiry methods course for preservice elementary teachers. School Science and Mathematics, 112(6), hlm. 330 – 339.

Bybee, R. (1997). Toward an understanding of scientific literacy. Dalam W. Graber & C. Bolte (Eds.), Scientific literacy, hlm. 37-68. Kiel, Germany: Institute for Science Education (IPN).


(2)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bybee, R. (2010). The Teaching of Science: 21st-Century Perspectives. USA: NSTA Press.

Bybee, R., McCrae, B., & Laurie, R. (2009). PISA 2006: An assessment of scientific literacy. Journal of research in science teaching. 46(8), hlm. 865 – 883.

Chen, Y., Hand, B., & McDowell, L. (2013). The effects of writing-to-learn activities on Elementary students’ conceptual understanding: Learning about Force and Motion through writing to older peers. Science Education, 97(5), hlm. 745-771.

Cohen, J. (1992). A Power Primer. Psychological Bulletin, 112 (1), hlm.155-159. Coladarci, T. dkk. (2011). Fundamental of statistical reasoning in education

(Edisiketiga). USA: John Wiley & Sons.

Creswell, J. W. (2010). Research design: Pendekatankualitatif, kuantitatif, dan mixed (Edisiketiga). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Dahlia, F. (2013). Pengaruhpembelajaran discovery learning terhadappeningkatanliterasisainsdansikapilmiahsiswa SMP padamateriekosistem. (Skripsi). PendidikanBiologi FPMIPA, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

DeBoer, G. E. (2000). Scientific literacy: Another look at its historical and contemporary meanings and its relationship to science education reform. Journal of Research in Science Teaching, 37(6), hlm. 582-601.

Dunst, C. J, dkk. (2004). Guidelines for calculating effect size for practice base research synthesize. Centerscope, 3(1),hlm.1-10.

Erviani, N. S. (2013). PengaruhpembelajaranInteraktif Demonstration terhadappeningkatankemampuanliterasisainsdansikapilmiahsiswapadama teriEkosistem. (Skripsi). JurusanPendidikanBiologi FPMIPA, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Fives, H., Huebner, W., Birnbaum, A. S., & Nicolich, M. (2014). Developing a measure of scientific literacy for middle school students. Science Education, 98(4), hlm. 549-580.

Forgarty, R. (1991). The mindful school : How to integrate the curricula. New York: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fraenkel, J.R, Wallen, N.E.& Hyun, H.H. (2012). How to design and evaluate research in education (edisikedelapan). New York: Mc. Graw-Hill.


(3)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Guildford, J.P. 1854. Psychometric methods (2nd edition). New York: McGraw Hill.

Hake, R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousand student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Tersedia di http://physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf[diakses 04-02-2012].

Heiman, G. W. (2011). Basic statistics for the behavioral sciences (6th edition). Belmont: Wadsworth.

Hodson, D. (2008). Towards scientific literacy: a teachers’ guide to the history, philosophy and sociology of science. Rotterdam: Sense Publishers.

Hofstein, A. &Lunetta, V. N. (2003). The laboratory in scienceeducation: Foundationsfor the twenty-first century. Science Education, 88(2), hlm. 28 – 54.

Holbrook, J.& Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journalof Environmental & Science Education, 4(3), hlm.275-288.

Hosnan, M. (2014). Pendekatansaintifikdankontekstualdalampembelajaranabad 21. Bogor: Gahlia Indonesia.

Hurd, P. D. (1958). Science literacy: Its meaning for American Schools. Educational Leadership, 16, hlm. 13-16.

Hurd, P. D. (1998). Scientific literacy: New minds for a changing world. Science Education, 82: 407-416.

Kemendikbud. (2014a). MateriPelatihan Guru ImplementasiKurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. (2014b). IlmuPengetahuanAlamUntuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud.

Koentjaraningrat. (1982). ManusiadanKebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Lati, W., dkk. (2012). Enhancement of Learning Achievement and Integrated Science Process Skills Using Science Inquiry Learning Activities of Chemical Reaction Rates. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 46, hlm. 4471-4475.

Laugksch, R. G. (2000). Scientific literacy: a conceptual overview. Science Education, 84, hlm. 71-94.


(4)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lederman, N.G., Lederman, J.S., &Antink, A. (2013). Nature of science and scientific inquiry as contexts for the learning of science and achievement of scientific literacy. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 1(3), hlm. 138-147.

Liliawati, W. dkk. (2014). Analisiskemampuaninkuirisiswa SMP, SMA, dan SMK dalampenerapanLevels of Inquiry padapembelajaranfisika. BerkalaFisika Indonesia, 6(2), hlm. 34-39.

Millar, R. (2008). Taking scientific literacy seriously as a curriculum aim. Asia-Pasific Forum on Science Learning and Teaching, 9(2), hlm. 1-18.

Millar, R., & Osborne, J. F. (Eds). (1998). Beyond 2000: Science education for the future. London: King’s College.

Mulia, R. M. (2005). KesehatanLingkungan. Yogyakarta : GrahaIlmu.

Murcia, K. (2009). Re-thinking the development of scientific literacy through a rope metaphor. Research in Science Education, 39, hlm. 215-229.

National Research Council (NRC). (1996). National Science Education Standards. Washington DC: National Academy Press.

Norris, S.P. & Phillips, L. M. (2003). How literacy in its fundamental sense in central to scientific literacy. Science Education, 87, hlm. 224-240.

Nurlaelati. (2014). Penerapanpembelajaran IPA terpaduberdasarkan model webbed untukmeningkatkanliterasisainssiswapadatemapenjernihan air. (Tesis). SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung. OECD. (2007). PISA 2006:Science Competenciesfor Tomorrow’s World: Volume

1: Analysis. Paris: OECD.

Pratiwi, P. A. D. (2014). Penerapan levels of inquiry untuk meningkatkan achievement siswa SMP pada pokok bahasan optik.(Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung. OECD. (2013). PISA 2015: Draft science framework. Paris: OECD.

Purwanto, Liliawati, W., &Hidayat, R. (2013). Analisis kemampuan inkuiri dan hasil belajar siswa sekolah menengahpertama melalui model pembelajaran berbasis model hierarki of inquiry. DisajikanpadaPertemuanIlmiah XXVII HFI Jateng& DIY, 23 Maret 2013, Solo.

PusatPenelitianPendidikanBalitbangKemendikbud. (2011). Analisis trend literasisainssiswa Indonesia dalamstudi PISA 2000-2009. (Makalah).


(5)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DisampaikanpadaKegiatan Seminar PISA Analisis Trend KemampuanSiswaInonesiaHasil PISA 2000-2009.

Rahayu, D. B. (2015). Profilliterasisainssiswa SMP kelas VII padatemaefekrumahkaca. (Tesis). SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Rohayati, T. (2013). Pengaruhpembelajaran interactive demonstration terhadappeningkatanliterasisainsdansikapilmiahsiswa SMP

padamateritransportasipadatumbuhan. (Skripsi).

JurusanPendidikanBiologi FPMIPA, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Sariati, D. (2013). Analisisketerampilan proses

padapenggunaanHierarkiInkuiridandampaknyaterhadapliterasisainssiswa SMP. (Tesis). SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Showalter, V. (1975). Rational of unbounded science curriculum. School Science and Mathematics, 75(1), hlm. 15-21.

Sugiyono. (2008). Metodepenelitiankuantitatifkualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistikauntukpenelitian. Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B. (2010). Statistikauntukanalisis data penelitian. Bandung: RefikaAditama.

Toharudin, U., Hendrawati, S., &Rustaman, A. (2011). Membangunliterasisainspesertadidik. Bandung: Humaniora.

Trianto. (2007). Model pembelajaranterpadudalamteoridanpraktek. Jakarta: PrestasiPustaka.

Uno, H. B. & S. Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta : BumiAksara. Wenning, C. J. (2005). Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry process. Journal Physics Teacher Education Online, 2(3), hlm.3-12.

Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific literacy. Journal Physics Teacher Education Online, 3(4), hlm. 3-14.

Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. Journal Physics Teacher Education Online, 4(2), hlm. 21-24.


(6)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Wenning, C. J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences teach science. Journal Physics Teacher Education Online, 5(3), hlm.11-20.

Wenning, C. J. (2011). The Levels of Inquiry model of science teaching. Journal Physics Teacher Education Online, 6(2), hlm.9-16.

Whitworth, B. A., Maeng, J. L., & Bell, R. L. (2013). Teacher’s Toolkit : Differentiating inquiry. Science Scope, hlm. 10 – 17.

Wisudawati, A. W., &Sulistyowati, E. (2014). Metodologipembelajaran IPA. Jakarta: BumiAksara.