NETRALITAS SWISS DALAM PERANG DUNIA II 1939-1945: Perspektif Sosiologi-Antropologi.
NETRALITAS SWISS DALAM PERANG DUNIA II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh PERDIANSYAH
1006511
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
(2)
NETRALITAS SWISS DALAM PERANG DUNIA II 1939-1945
(PERSPEKTIF SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI)
Oleh PERDIANSYAH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Perdiansyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Halaman Pengesahan Skripsi PERDIANSYAH
NETRALITAS SWISS DALAM PERANG DUNIA II 1939-1945 (PERSPEKTIF SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Drs. R. H. Achmad Iriyadi NIP. 19611219 198803 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
(4)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 5
1.4 Metode Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian... 5
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1 Konsep dan Teori yang Relevan ... 9
2.1.1 Teori Politik Netralitas ... 10
2.1.2 Teori Integrasi ... 12
2.1.3 Teori Etnologi ... 14
2.1.4 Teori Perang ... 16
2.1.5 Konsep Diplomasi ... 17
2.1.6 Konsep Geopolitik ... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ... 21
2.2.1 Penelitian dalam bentuk Tesis ... 21
2.2.2 Buku-buku yang membahas netralitas Swiss dalam Perang Dunia II ... 22
2.2.3 Artikel jurnal yang membahas netralitas Swiss dalam Perang Dunia II ... 24
(5)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.1 Metode Penelitian ... 26
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.2 Persiapan Penelitian ... 27
3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 27
3.2.2 Penyusunan Rencana Penelitian ... 29
3.2.3 Proses Bimbingan (Konsultasi) ... 30
3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 30
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 31
3.3.2 Kritik Sumber ... 34
3.3.2.1 Kritik Eksternal ... 35
3.3.2.2 Kritik Internal ... 37
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 38
3.3.4 Historiografi ... 40
3.4 Laporan Hasil Penelitian ... 41
BAB IV NETRALITAS SWISS DALAM PERANG DUNIA II 1939-1945 (PERSPEKTIF SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI)... 44
4.1 Kehidupan sosial-budaya masyarakat Swiss sampai Perang Dunia II ... 44
4.2 Latar belakang Swiss melakukan politik netralitas dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945 ... 56
4.2.1 Sejarah netralitas Swiss sampai dengan Perang Dunia II... 56
4.2.2 Faktor-faktor yang menyebabkan Swiss tetap netral dalam Perang Dunia II ... 61
4.3 Peranan politik netralitas Swiss selama berlangsungnya Perang Dunia II ditinjau dari aspek sosiologi-antropologi ... 64
4.4 Dampak diberlakukannya politik netralitas Swiss terhadap negara Swiss dan kehidupan masyarakat Swiss tahun 1939-1945 ... 72
(6)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat Swiss ... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
(7)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diangkat dan dikaji dalam karya tulis ini adalah “Bagaimana diberlakukannya politik netralitas Swiss ditinjau dari sudut pandang sosio-antropologi masyarakatnya tahun 1939-1945?”. Dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Swiss sampai dengan Perang Dunia II dikenal dengan heterogenitas negaranya yang terdiri dari berbagai macam etnis, bahasa dan agama yang berbeda. Dalam kehidupan sosial dan budaya sering terjadi pertentangan berlatar sosial maupun agama, tetapi pertentangan ini tidak sampai menimbulkan perpecahan. Sikap netralitas Swiss pada Perang Dunia II dilatarbelakangi oleh keadaan Eropa. Tepatnya ketika telah dilakukannya Kongres Wina pada tahun 1815 setelah perjanjian tersebut negara Swiss diakui kenetralannya oleh dunia internasional, hal ini bisa dipertahankan sampai dengan Perang Dunia I dan Perang Dunia II selesai. Selama berlangsungnya Perang Dunia II masyarakat Swiss ikut berperan dalam menjaga netralitas negara dengan memberlakukan wajib militer pada masyarakatnya. Sikap netralitas Swiss ini memiliki dampak terhadap negara dan masyarakatnya. Diberlakukannya sikap netral menjadikan negara Swiss tempat berkumpulnya para pengungsi dari berbagai negara di Eropa, kemudian dampak bagi masyarakat menjadikan berkurangnya kebutuhan pangan, terutama setelah Perancis jatuh, sampai masyarakat Swiss harus membantu pemerintah dengan menyediakan lahan untuk menanam tanaman demi memenuhi kebutuhan pangan, meskipun dilakukan di tempat-tempat yang tidak lazim seperti di halaman rumah dan lapangan olahraga.
(8)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1945 (Sociology-Anthropology Perspective)". The Issue that is addressed and studied in this paper is "How was the enactment of the Swiss political neutrality from the perspective of its society's socio-anthropological in 1939-1945?". The social and cultural life of Swiss until the World War II was known for its heterogeneity that consists of various ethnicities, languages and religions. In the social and cultural life, it was frequently occurred a social and religious background conflict, but this conflict did not lead to a disunity. The attitude of Swiss neutrality during the World War II was provoked due to the European situation. Precisely, when the Congress of Vienna was held in 1815, when the neutrality of Swiss was recognized by the international community ever since, and it could be maintained up to World War I and World War II ended. During the World War II, the Swiss participated in maintaining the neutrality of the state by enacting the conscription on society. The attitude of Swiss neutrality had an impact on the country and its society. The neutrality enactment led Swiss to be a gathering place for refugees from various countries in Europe, then the impact for the society that led to the lessening of food needs, especially after France fell, that made Swiss even had to help the government by providing land for growing crops to meet the food needs, though it was done in unusual places such as home yards and sports fields.
(9)
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Swiss adalah salah satu negara yang berada di kawasan Eropa Tengah. Negara ini telah ada sejak tahun 1291 dimana pada awalnya terdiri dari tiga kanton hutan, Ury, Schwyz dan Unterwalden. Kanton sendiri merupakan suatu wilayah atau daerah seperti negara bagian atau provinsi. Akan tetapi pada negara ini untuk setiap kanton memiliki kedaulatannya masing-masing. Sampai dengan akhir abad 18, kanton yang ada di Swiss terus bertambah. Baru setelah tahun 1848 Swiss menjadi suatu negara tunggal, setelah negara ini mengadopsi konstitusi federal, yang pada masa sebelumnya berbentuk konfederasi dan lebih menyerupai serikat bangsa-bangsa daripada sebuah negara tunggal.
Letak geografis Swiss sebagian besar terdiri dari wilayah pegunungan. Hal ini menyebabkan tidak terlalu baik untuk tempat tinggal. Akan tetapi jalur pegunungan Alpen tersebut merupakan rute untuk perlintasan manusia dan barang yang telah ada sejak zaman prasejarah. Posisi dari daerah Swiss sendiri cukup strategis karena menghubungkan antara Eropa Utara dan Selatan. Dataran tinggi Swiss yang membentang dari danau Jenewa di barat sampai dengan danau Constrance di timur, dan termasuk Alpen, Jura dan sungai Rhine ini merupakan wilayah yang padat penduduknya. Jura adalah pegunungan kecil yang terletak di sebelah Alpen yang memisahkan sungai Rhine dan Rhone. Pegunungan ini sendiri terletak di wilayah Perancis, Swiss dan Jerman. Sejak abad petengahan berbagai kekuatan besar telah berusaha untuk menguasai daerah pegunungan tersebut karena jalur yang melewati pegunungan Alpen yang ada di Swiss ini merupakan jalur yang penting untuk perlintasan maupaun untuk berkomunikasi antar kota di wilayah Eropa. Karena kondisi geografisnya yang cukup sulit menyebabkan wilayah tersebut sulit untuk dikuasai oleh bangsa Eropa lain. Akibatnya masyarakat Swiss mampu mengembangakan tradisi/kebudayaan dan pemerintahannya sendiri. Ini menjadi salah satu faktor yang menjadikan bangsa
(10)
Swiss memiliki kekhasan sendiri seperti dalam pemerintahan, kebudayaan maupun kehidupan masyarakatnya. Apabila dilihat bangsa yang mendiami daerah Swiss sebagian besar adalah bangsa Jerman, akan tetapi bangsa Jerman yang telah mendiami wilayah yang menjadi daerah Swiss ini menjadi berbeda dengan Bangsa Jerman yang hidup di wilayah Jerman sendiri.
Seorang tokoh terkenal dari Swiss pada abad ke 15, Nicholas of Flüe (1417-87), berkata "Don't get involved in other people's affairs" (http://www.swissworld.org/en/politics/foreign_policy/neutrality_and_isolationis
m/ [23 Maret 2014]), pernyataan ini menjadi ciri dari kebijakan Swiss selama 500 tahun. Negara ini telah berlaku netral sejak tahun 1515. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa negara ini merupakan negara netral abadi karena hal tersebut dan dilihat dari sikap Swiss sendiri dimulai dari berakhirnya pemerintahan Napoleon yang diakhiri dengan perjanjian Wina, “Napoleon's defeat ended the ambivalence in Swiss political life. the congress of Vienna in 1815 restored the old neutral league of sovereign states.” (Fahrni, 1983, hlm. 68). Dalam perjanjian tersebut negara Swiss diakui kenetralannya oleh bangsa-bangsa lain di Eropa. Ketika terjadi pergolakan di Eropa dengan terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Swiss masih tetap mampu menjaga kenetralannya, meskipun ketika terjadinya Perang Dunia II tekanan yang didapatkan lebih besar dibandingkan sebelumnya. Hal ini juga diperkuat dalam pemaparan buku “An Outline History of Switzerland from the Origins to the Present day” yang mengatakan :
Switzerland faced much heavier foreign pressure in the second world war than it had in the first. Nazi germany had plans to occupy the country militarily. After the fall of france in 1940 Switzerland was surrounded by the axis power. this created an unimaginably grave threat to its independence, ... (Fahrni, 1983, hlm. 114)
Dalam buku tersebut terlihat bahwa pada Perang Dunia II Swiss mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan pada Perang Dunia sebelumnya, terutama tekanan dari negara-negara Poros. Hal ini diperburuk ketika tahun 1940 saat Perancis telah berhasil dikuasai oleh negara Jerman, dengan jatuhnya Perancis membuat negara ini benar-benar terjepit dalam kepungan negara Poros. Untuk
(11)
sikap di tahun-tahun berikutnya Swiss masih bersifat netral, sampai banyak lembaga-lembaga perdamaian dunia mendirikan kantornya di negara ini.
Kehidupan masyarakat Swiss sebelum berlangsungnya Perang Dunia II sangat damai, ketika berita tentang pecahnya Perang Dunia di Eropa sampai kepada Swiss pada tanggal 1 September 1939 diawali saat Jerman menyerang Polandia, sebagian besar masyarakat sedang melakukan pesta. Pada saat itu sedang dalam musim panas, dengan cuaca yang cerah dan langit yang jernih. Wisatawan dari Eropa banyak yang sedang berkunjung ke Swiss, selain itu banyak pesta dan perayaan daerah yang dilakukan oleh masyarakat Swiss dan puncaknya adalah Pameran Nasional di Zurich. Pameran Nasional ini merupakan pesta besar untuk merayakan solidaritas dan industri yang ada di Swiss. Dalam beberapa jam setelah tersiar berita pasukan Jerman yang memasuki Polandia, staff dari Pameran Nasional pergi untuk melapor pada pusat-pusat mobilisasi yang telah tersedia.
Swiss memobilisasi kekuatan nasional dan masyarakatnya dengan sangat cepat, hal ini dilakukan oleh pengamatan atas negara Jerman yang dinilai suka berperang. Ini menjadi salah satu faktor yang mendasari bangsa Jerman yang merupakan bangsa mayoritas di Swiss sedikit menjaga jarak dengan negara Jerman. Swiss merupakan sebuah konfederasi yang berbicara dalam 4 bahasa resmi yaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan Romansh. Mengakibatkan negara ini selalu peka terhadap negara-negara tetangga di sekitarnya. Dibandingkan dengan negara-negara netral lain, Swiss lebih dekat dengan Jerman, baik secara geografis maupun etnis, dan mempunyai pandangan jelas tentang kekejaman rezim Nazi atau maksudnya untuk berperang (Fodor, 1949, hlm. 47). Dari penjelasan tersebut terlihat meskipun bangsa Swiss dan Jerman memiliki kesamaan dalam etnis dan bahasa yang digunakan mayoritas masyarakatnya, tetapi dalam kehidupan kesehariannya sangat berbeda. Peran negara tetangga di sekitar Swiss seperti Jerman, Perancis dan Austria menjadi vital. Kehidupan masyarakat Swiss cinta akan kedamaian yang didorong oleh naluri prikemanusiaan, tetapi bagi beberapa pihak menyebutkan bahwa orang Swiss adalah para opportunis yang tidak mempercayai ketulusan manusia, mereka
(12)
menjaga kenetralan dalam perang tanpa pikiran lain kecuali karena keuntungan semata.
Dari beberapa pemaparan peristiwa di atas memunculkan rasa penasaran bagi penulis, sebenarnya kehidupan sosial seperti apa yang ada dalam diri masyarakat Swiss, sehingga menyebabkan negara ini tetap bersikap netral ? Pada satu sisi faktanya sebagian besar orang Swiss merupakan masyarakat etnis Jerman, tetapi di sisi lain masyarakat tidak menyukai adanya peperangan dan bahkan tetap teguh menjaga kenetralan dari bangsanya. Berangkat dari pertanyaan tersebut akhirnya penulis memilih untuk mengangkat judul “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945: (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”. Di samping itu, belum adanya tulisan karya ilmiah atau skripsi mengenai Swiss di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia membuat penulis merasa perlu menelitinya sebagai tulisan karya ilmiah.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana diberlakukannya politik netralitas Swiss ditinjau dari sudut pandang Sosio-Antropologi masyarakatnya tahun 1939-1945 ?”
Sementara untuk membatasi kajian penelitian agar menjadi lebih fokus, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas, diantaranya adalah :
1. Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya masyarakat Swiss sampai Perang Dunia II ?
2. Apa yang melatarbelakangi Swiss melakukan politik netralitas dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945 ?
3. Bagaimana peranan politik netralitas Swiss selama berlangsungnya Perang Dunia II ditinjau dari aspek sosiologi-antropologi ?
4. Bagaimana dampak diberlakukannya politik netralitas Swiss terhadap negara Swiss dan kehidupan masyarakat Swiss tahun 1939-1945 ?
(13)
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kehidupan bosial-budaya masyarakat Swiss sampai Perang Dunia II.
2. Mendeskripsikan latar belakangi Swiss melakukan politik netralitas dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945.
3. Menjelaskan peranan politik netralitas Swiss selama berlangsungnya Perang Dunia II ditinjau dari aspek sosiologi-antropologi.
4. Menganalisis dampak diberlakukannya politik netralitas Swiss terhadap negara Swiss dan kehidupan masyarakat Swiss tahun 1939-1945.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki sumbangsih besar terhadap berbagai pihak. Secara khusus, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pembaca, dan sebagai media
informasi mengenai negara netral Swiss dalam Perang Dunia II di Eropa. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam rangka
pengembangan ilmu sejarah. Terutama pengetahuan untuk sejarah Eropa secara umumnya dan Swiss pada khususnya.
3. Dapat memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dan dijadikan sebagai bahan referensi.
4. Untuk kepentingan pendidikan baik di Perguruan Tinggi maupun di sekolah.
1.5 Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam melakukan penelitian sesuai dengan skripsi yang dikaji. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode historis atau metode sejarah dengan pendekatan interdisipliner yang menggunakan bantuan ilmu sosial lainnya seperti disiplin ilmu sosiologi. Metode sejarah menurut Gottschalk adalah proses kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metodologi sejarah merupakan suatu
(14)
keseluruhan metode-metode, prosedur, konsep kerja, aturan-aturan dan teknik yang sistematis yang digunakan oleh para penulis sejarah atau sejarawan dalam mengungkapkan peristiwa sejarah. Dalam metodologi penelitian sejarah, terdapat beberapa tahapan, di antaranya heuristik, kritik, baik kritik intern maupun kritik ekstern, interpretasi dan tahapan terakhir historiografi.
1. Heuristik
Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 86). Pada tahap ini penulis mengumpulkan sumber-sumber yang valid baik dari sumber-sumber primer maupun sumber-sumber sekunder. Untuk penelitian ini, penulis menggunakan sumber yang didapatkan dari perpustakaan- perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang sesuai dengan masalah yang sekiranya berhubungan dengan tema yang akan penulis kaji.
2. Kritik
Setelah melakukan heuristik langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah kritik. Kritik yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang telah diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber yang telah terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Kritik dibagi dua, yang pertama adalah kritik eksternal. Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 132). Kedua adalah kritik internal, kritik internal merupakan suatu analisis atas isi dokumen dan suatu pengujian “positif” mengenai apa yang dimaksudkan oleh penulis.
3. Interpretasi,
Interpretasi yaitu untuk menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis dan rasional dari fakta dan data yang telah terkumpul dengan cara dirangkaikan dan dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan. Interpretasi sejarah atau biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
(15)
bersama-sama dengan teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam interpretasi dikenal dengan adanya kesubjektivitasan dari sejarawan untuk menafsirkan sumber.
4. Historiografi.
Historiografi yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Menurut Abdurahman, historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2007, hlm. 76). Sedangkan menurut Ismaun, historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005, hlm. 28). Historiografi ini berisi penjelasan dan penafsiran dari sumber-sumber dan penulisan secara keseluruhan mengenai tema yang penulis kaji.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Secara keseluruhan penulisan skripsi yang berjudul “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945: (Perspektif Sosiologi-Antropologi)” tersusun menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah penelitian, dalam bab ini di jelaskan mengenai ketertarikan penulis untuk mengangkat permasalahan yang akan dikaji, selain itu terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan struktur organisasi.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini berisikan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, memaparkan teori-teori dan konsep yang berhubungan dengan tema yang dikaji yaitu mengenai ”Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II dilihat dari perspektif sosiologi-antropologi masyarakatnya”. Landasan teori tersebut diambil dari berbagai literatur yang relevan, sehingga dapat dijadikan fondasi dan pegangan dalam pelaksanaan penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga dapat dimasukkan mengenai penelitian terdahulu baik itu berupa skripsi, tesis dan lain-lain untuk menjadi perbandingan bagi peneliti terhadap penelitiannya.
(16)
Bab III Metode Penelitian
Bab ini merupakan metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini, yaitu terdiri dari 3 tahap. Pertama, persiapan penelitian yang meliputi : penentuan dan pengajuan tema penelitian, menyusun rancangan penelitian, menyiapkan perlengkapan penelitian dan konsultasi. Kedua, pelaksanaan penelitian meliputi: heuristik atau pengumpulan sumber berupa sumber tertulis, kritik atau analisis sumber berupa kritik sumber tertulis dan interpretasi/ penafsiran dan terakhir adalah historiografi. Ketiga, langkah-langkah penulisan laporan penelitian yang terdiri dari teknik penulisan laporan dan langkah-langkah penulisan laporan penelitian yang sesuai dengan kaidah penulisan skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Bab IV Pembahasan
Bab IV dapat dikatakan isi utama dari penulisan skripsi ini, karena di dalamnya berisi pembahasan dan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Pada bab ini penulis akan memaparkan penelitian dari hasil pengolahan serta analisis yang telah dilakukan terhadap fakta-fakta yang telah diperoleh.
Bab V Simpulan dan Saran
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian penulis mengenai “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945: (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkayan penulisan skripsi, pada bab ini terdapat penafsiran penulis dari hasil analisis dan temuan yang di dapatkan kemudian disajikan dalam bentuk kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan bab-bab sebelumnya.
(17)
[Type text]
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan pemaparan mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan penyusunan skripsi, mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian sampai laporan penelitian. Dalam mengkaji permasalahan dengan judul “Netralitas Swiss Dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”, penulis menggunakan metode historis dengan pengumpulan data dan menggunakan teknik studi literatur.
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan penulisan penelitian. Pertama ialah setelah penulis membaca berbagai literatur dan menentukan topik penelitian yang akan dikaji. Penulis mencari berbagai sumber yang relevan dan mempunyai korelasi dengan permasalahan yang dikaji, baik dari buku, artikel, makalah, jurnal dan hasil karya ilmiah lainnya. Selanjutanya topik tersebut diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah (TPPS). Adapun berbagai persiapan penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :
3.1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan penyelidikan suatu disiplin ilmu untuk mendapatkan bahan-bahan yang akan diteliti. Menurut Gosttchlak metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2006, hlm. 39). Begitu juga menurut Ismaun metode historis adalah metode yang digunakan oleh para sejarawan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta
(18)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masa lalu (Ismaun, 2005, hlm. 35). Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan dalam sebuah peristiwa.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Studi literatur merupakan teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan sumber-sumber yang relevan serta mendukung terhadap penelitian yang dikaji, berupa sumber buku, majalah, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya. Setelah sumber-sumber tersebut ditemukan maka sumber tersebut akan dikritik secara eksternal maupun internal, dan peneliti kemudian melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan acuan peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penulisan skripsi ini menggunakan sistem penulisan karya ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
3.2 Persiapan Penelitian
Penulis menggunakan tahapan ini sebagai kegiatan awal untuk melakukan penelitian berupa penentuan metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik penelitian yaitu studi literatur. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis pada tahap ini, adalah sebagai berikut:
3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian adalah tahap pertama dari penulis untuk membuat sebuah penelitian. Awal ketertarikan penulis untuk mengkaji mengenai netralitas Swiss dalam Perang Dunia II ini bermula dari salah satu mata kuliah di semester tiga yang membahas mengenai Perang Dunia II, dari situ penulis sangat tertarik dengan kajian mengenai hal tersebut, kemudian seiring berjalannya waktu penulis sering membaca buku-buku yang berhubungan dengan Perang Dunia II, terutama Perang Dunia II yang terjadi di Eropa. Ketika sedang
(19)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membaca buku di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), tepatnya ketika penulis membaca di lantai dua bagian referensi disitu penulis menemukan buku yang cukup menarik mengenai negara-negara netral pada saat Perang Dunia II berlangsung. Dalam buku karya D.J Fodor yang diterjemahkan oleh Rokmini M. Noor tersebut cukup banyak membahas peristiwa yang ada di Eropa, karena penulis tertarik mengenai Perang Dunia II yang terjadi di Eropa. Akhirnya penulis membaca adakah negara di Eropa yang bersifat netral ketika belangsungnya Perang Dunia II. Ternyata ada beberapa negara di Eropa yang bersifat netral diantaranya Swedia, Spanyol dan Switzerland. Ketika penulis melihat Switzerland atau Swiss termasuk kedalam negara yang netral, penulis merasa heran. Terutama dilihat dari letak geografisnya Swiss berada di antara negara Jerman, Prancis, Austria dan Italia, dimana pada saat itu keempat negara tersebut merupakan negara-negara yang terlibat perang, apalagi keempat negara ini tergabung dalam blok Poros. Saat itu penulis hanya sekedar penasaran tetapi tidak mencari keterangan atau sumber lebih lanjut.
Pada semester enam di jurusan pendidikan sejarah penulis mengontrak mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah (SPKI), kemudian ditugaskan untuk membuat proposal yang diharapkan menjadi bagian awal yang akan diangkat dalam skripsi. Kemudian penulis teringat kembali dengan Swiss, akhirnya penulis mencari sumber referensi lain. Ternyata benar saja dalam beberapa buku dan sumber-sumber di internet dijelaskan bahwa Swiss ini bersifat netral, penulis semakin penasaran saja dengan negara ini, kenapa bisa sebuah negara yang dikelilingi oleh negara-negara berperang tetapi Swiss ini malah bersifat netral. Berawal dari rasa penasaran tersebut akhirnya penulis mengkonsultasikan hal ini dengan salah satu dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Barat yaitu Bapak Ahmad Iriyadi, untuk menanyakan adakah yang telah mengangkat mengenai Swiss sebagai negara netral menjadi sebuah tulisan skripsi, ternyata menurut penuturan beliau, belum ada mahasiswa yang mengkaji mengenai hal tersebut. Akhirnya ketika penulis akan membuat skripsi, penulis menindaklanjuti apa yang telah dibuat pada mata kuliah SPKI sebelumnya. Untuk lebih meyakinkan penulis
(20)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam membuat skripsi ini, akhirnya penulis mencari tahu kembali dengan menanyakan dan melihat daftar judul-judul skripsi yang ada di panitia Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), ternyata penulis kembali tidak menemukan skripsi yang membahas mengenai netralitas Swiss.
Setelah merasa yakin untuk menulis mengenai Swiss sebagai salah satu negara netral ketika terjadi Perang Dunia II yang terjadi di Eropa, maka penulis mengajukan topik tersebut ke Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), Pengajuan judul skripsi ke TPPS dilakukan pada pertengahan Desember 2013 dengan judul awal “Politik Netralitas Swiss dalam Perang Dunia (PD) II (1939-1945)”, kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal penelitian.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti menyusun proposal penelitian yang terdiri dari :
1. Judul
2. Latar Belakang Penelitian 3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Kajian Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi 9. Daftar Pustaka
Sebelum mengikuti seminar proposal skripsi, penulis mengajukan judul ke- TPPS. Setelah proposal yang telah diajukan penulis disetujui oleh TPPS, seminar proposal skripsi yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16 Januari 2014 berdasarkan Surat Keputusan No. 02/TPPS/JPS/SEM/2014. Seminar di laksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia.
(21)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut diantaranya adalah perubahan pada judul skripsi yang diajukan penulis, dimana pada awalnya berjudul “Politik Netralitas Swiss dalam Perang Dunia (PD) II (1935-1939)” menjadi “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”. Pergantian judul ini dilakukan semata-mata agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini menjadi lebih fokus dan ruang kajiannya tidak terlalu meluas. Perubahan yang dilakukan terhadap judul, secara otomatis membuat latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan judul yang penulis kaji. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan penulis dalam penelitian skripsi ke depannya. Selain perbaikan dalam proposal, penulis mendapat pembimbing skripsi, pembimbing I adalah bapak Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan pembimbing II bapak Drs. R.H. Ahmad Iriyadi. Setelah perbaikan proposal di setujui untuk dijadikan sebuah skripsi dengan diberikannya Surat Keputusan (SK) pada tanggal 27 Januari 2014.
3.2.3 Proses Bimbingan (Konsultasi)
Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi yang dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini kompetensi yang dimiliki oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah Eropa. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh Dr. Nana Supriatna, M.Ed. sebagai pembimbing I dan Drs. R.H. Ahmad Iriyadi. sebagai pembimbing II. Konsultasi merupakan proses yang harus dilakukan oleh penulis guna mendapatkan masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Konsultasi dilakukan oleh penulis dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya menghubungi masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal pertemuan.
(22)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (metode historis). Penulis menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana yang diungkapkan oleh Sjamsuddin (2007, hlm. 85-155), diantaranya pengumpulan sumber (heuristik), kritik eksternal dan internal, serta penulisan dan interpretasi sejarah (historiografi).
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Tahapan pertama dalam kegiatan penelitian yang dilakukan penulis ialah mengumpulkan sumber-sumber permasalahan penelitian atau heuristik. Heuristik yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan data dan fakta dari berbagai sumber baik itu berupa buku-buku maupun artikel, sumber-sumber yang dikumpulkan penulis merupakan sumber tulisan yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu mengenai netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945. Heuristik (Heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut Heurishein yang berarti memperoleh. Heuristik merupakan suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti (Sjamsuddin, 2007, hlm. 86). Sedangkan menurut Ranier dikutip dalam Abdurahman, dijelaskan heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu (Abdurahman, 2007, hlm. 64). Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Namun, heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Dalam proses pencarian sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan penelitian, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan diantaranya yaitu :
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), penulis menemukan beberapa sumber buku, diantaranya, buku “Negara-Negara Netral” karya D.J Fodor (1987). Dibagian reserve penulis menemukan buku berjudul “Switzerland in the Second World War (Responding to the Challenges of the
(23)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Time)” buku ini ditulis oleh Georg Kreis (1999). Selain buku tersebut di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Penulis mendapatkan beberapa sumber lain yang mendukung, seperti buku “Hukum Internasional Bagian Perang” karya G. P. H. Djatikoesoemo (1956). “Teori Sosiologi Modern” karya George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010). “Geopolitik” karya I. Hidayat dan Mardiono (1983). “Mengerti Sejarah” karya Louis Gottschalk yang sudah diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto (1986). 2. Perpustakaan daerah kota Sukabumi, pada perpustakaan ini penulis
menemukan buku berjudul “An Outline History of Switzerland from the origins to the Present Day” karya Dieter Fahrni (1983), buku ini menjelaskan sejarah awal Swiss, pembentukan negara Swiss dan peristiwa-peristiwa seperti sebelum terjadinya Perang Dunia II, baik itu setelah terjadinya Konferensi Wina maupun ketika Perang Dunia I terjadi.
3. Perpustakaan Center for Srtategic and International Studies (CSIS) Jakarta. Pada perpustakaan ini penulis memperoleh buku-buku yang membahas mengenai Swiss, diantaranya buku “Konstitusi Swiss” edisi Inggris-Indonesia yang diterjemahkan oleh Admosudirjo Prajudi, dkk (1987). Buku selanjutnya “Guidebook to Direct Democracy in Switzerland and beyond” buku ini menjelaskan mengenai konstitusi yang ada di Swiss dimulai dari 1798, 1848, 1874 dan 1999. Buku lain yang didapat penulis dari perpustakaan CSIS adalah buku “Switzerland in its Diversity (Nature, Population, Democracy, Economi, Culture)”.
Penulis juga mendapatkan sumber yang relevan dari internet berupa buku-buku, tesis, publikasi departemen serta jurnal berbahasa asing yang sudah berbentuk file pdf sehingga dapat diunduh oleh penulis. Sumber-sumber yang berhasil didapat antara lain buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006). Jurnal “Swiss Neutrality Examined: Model, Exception or Both” Journal Military and Strategic Studies (JMSS), karya J. Dreyer dan N. G. Jesee, VOLUME 15, ISSUE
(24)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3, 2014. Tesis “Political Neutrality in Europe during World War II” karya Grayer Gary. (2013).
Penulis juga memiliki beberapa koleksi buku yang relevan, yaitu “Sedjarah Hukum Internasional” karya Arthur Nussbaum dan Sam Admawiria (1970). ”Dasar-dasar Ilmu Politik” karya Miriam Budiardjo (1986). ”Sejarah Sebagai
Ilmu” karya Ismaun (2005).”Pengantar Ilmu Sosial” karya Dadang Supardan
(2011). “Metodologi Sejarah” karya Helius Sjamsuddin (2007).
Buku “Negara-Negara Netral” karya D.J Fodor yang telah diterjemahkan oleh Rokmini M. Noor. Buku tersebut menjelaskan mengenai negara-negara netral pada saat Perang Dunia II, dalam buku ini dijelaskan peran serta seperti negara netral Spanyol, Swedia dan Swiss. Pemaparan tentang negara Swiss sendiri ketika terjadinya Perang Dunia II cukup jelas, dimana seperti kondisi ketika akan berlangsungnya Perang Dunia II dan ketika Perang Dunia II ini berlangsung.
Buku berjudul “Switzerland in the Second World War (Responding to the Challenges of the Time)” buku ini ditulis oleh Georg Kreis (1999), buku ini menjelaskan mengenai kondisi Swiss ketika Perang Dunia II berlangsung. Baik itu kehidupan ekonomi, sosial maupun budaya.
Buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006). Dalam buku ini di jelaskan mengenai keadaan sosial budaya masyarakat Swiss dari abad ke-18 sampai dengan akhir abad ke-20. Seperti terjadinya konflik berlatarbelakang sosial maupun berlatarbelakang agama yang terjadi pada masyarakat Swiss yang bersifat heterogen.
Journal “Swiss Neutrality Examined: Model, Exception or Both” karya J. Dreyer dan N. G. Jesee, VOLUME 15, ISSUE 3, 2014. Journal ini termasuk ke dalam Journal Military and Strategic Studies (JMSS). Dalam Journal ini dijelaskan mengenai politik netralitas Swiss, dimulai dari berakhirnya perang koalisi tahun 1815 sampe dengan akhir abad ke-20, kemudian menjelaskan alasan-alasan Swiss tetap bersikap netral selama terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
(25)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tesis “Political Neutrality in Europe during World War II” karya Gary Grayer (2013). Tesis ini tidak diterbitkan. Dalam tesis ini dijelaskan mengenai negara-negara yang memberlakukan politik netral selama berlangsungnya Perang Dunia II. Salah satu bab dalam tesis ini membahas mengenai Politik Netralitas yang dilakukan oleh Swiss, selain itu dijelaskan peran serta masyrakat Swiss yang tergabung dalam organisasi internasional seperti International Committee of the Red Cross (ICRC) atau Palang Merah Internasional.
Semua sumber literatur yang diperoleh, sumber tersebut ada yang berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia. Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Inggris terlebih dahulu diterjemaahkan ke dalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dalam memahami isinya. Setelah sumber tersebut diterjemahkan, penulis mengkaji banding antar satu sumber dengan sumber lainnya sehingga diperoleh pemahaman yang lebih jelas. Pemahaman terhadap sumber-sumber akan membantu dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi ini sehingga diperoleh data yang optimal dan menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik dan benar.
3.3.2 Kritik Sumber
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber yang dianggap relevan dengan penelitian yang dikaji, tahap selanjutnya adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber atau yang biasa disebut verifikasi sumber merupakan tahap kedua yang dilakukan oleh penulis setelah penulis mendapatkan sumber-sumber pada tahap heuristik. Kritik sumber sangat penting dilakukan karena sangat erat hubungannya dengan tujuan sejarawan mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131).
Sjamsuddin (2007, hlm. 105) menambahkan bahwa “Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran”. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada
(26)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
isi (content) dari sumber sejarah. Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Dimana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? (Abdurahman, 2007, hlm. 68-69). Adapun kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber yang peneliti dapatkan akan dipaparkan sebagai berikut :
3.3.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan upaya melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 132). Kritik eksternal dilakukan untuk menilai kelayakan sumber-sumber sejarah dijadikan bahan penunjang dalam penelitian skripsi ini dari aspek luarnya sebelum melihat isi dari sumber tersebut. Kritik eksternal juga dilakukan untuk meminimalisasi subjektivitas dari berbagai sumber yang penulis dapatkan. Penulis menyadari bahwa sumber yang penulis temukan merupakan sumber sekunder, karena untuk mendapatkan sumber primer berupa dokumen-dokumen asli mengenai netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 penulis merasa sangat kesulitan. Oleh sebab itu sumber yang kemudian penulis gunakan hanyalah sumber sekunder berupa buku yang berkaitan dengan netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 dan penulis dalam hal ini melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tersebut.
Kritik eksternal yang penulis gunakan yaitu dengan melihat beberapa hal, seperti melihat latar belakang dari penulis buku yang menjadi acuan peneliti. Apakah penulis buku tersebut seorang sejarawan, ahli antropologi ataupun seorang ahli dibidang lainnya, selanjutnya penulis melakukan kritik terhadap penerbit dari buku yang dijadikan acuan oleh penulis. Bagaimana latar belakang dari penerbit buku tersebut, apakah penerbit buku tersebut berkompeten, dan bagaimana kredibilitasnya.
Dalam kritik eksternal ini penulis akan membandingkan buku dengan melihat dan meneliti pengarang dan penerbit dari buku tersebut. Buku yang penulis kaji
(27)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah “Switzerland in the Second World War: Responding to the Challenges of the Time”. Karya Georg Kreis. (1999). Dengan buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006). Untuk buku yang pertama, ditulis oleh Georg Kreis. Georg Kreis sendiri adalah seseorang yang berkebangsaan Swiss dan mempelajari Sejarah, bahasa dan sastra Jerman. Kreis adalah seorang sejarawan dan profesor dalam sejarah modern dan sejarah umum Swiss di University Of Basel. Banyak tulisan-tulisan dan buku yang telah Georg Kreis buat mengenai Swiss terutama ketika Perang Dunia II. Sedangkan penerbit dari buku pertama dalah Pro Helvetia, Art Council of Switzerland yang merupakan sebuah yayasan yang berada di bawah pemerintahan federal Swiss, dan biasanya banyak bertanggung jawab untuk proyek-proyek penting yang dilakukan pemerintah Swiss terutama dalam hal kebudayaan. Selanjutnya buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006). Pengarang dari buku ini adalah Wolf Linder dan Isabella Stadelmann Steffen. Wolf Linder lahir di St Gallen, Swiss tanggal 26 Mei 1944. Linder melanjutkan pendidikan sastra Inggris dan ilmu politik. Linder sempat menjadi anggota dewan ilmu sosial Swiss. Sedangkan Isabella Stadelmann Steffen adalah seorang asisten profesor di Institute Ilmu Politik (kelompok Riset Politik) di Universit of Bern. Steffen menamatkan kuliah strata 1 pada tahun 1999-2003 pada ilmu politik dan ekonomi di University of Bern. Kemudian Steffen menerima gelar PhD pada tahun 2007 di University of Bern. Pada tahun 2008, Steffen menyelesaikan beasiswa postdoctoral dari Swiss National Science Foundation di Universitas Konstanz. Penerbit buku ini adalah Research Institute for Social Development, diterbitkan oleh pemerintah Swiss. Penulis buku diatas merupakan sejarawan dan ahli dalam ilmu politik selain itu merupakan seorang profesor dalam bidangnya masing-masing, Peneliti menganggap kedua penulis tersebut sangat berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Begitupun dalam hal penerbit, kedua penerbit buku tersebut sangat kredibel.
(28)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber-sumber yang penulis gunakan adalah sumber sekunder hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang menjadi kendala bagi penulis untuk mendapatkan sumber primer.
3.3.2.2. Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sjamsuddin (2007, hlm. 143) bahwa kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal.
Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber tersebut penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Dalam kritik internal penulis membandingkan isi dari buku dan jurnal yang menjadi acuan penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis akan membandingkan isi buku yang menjadi acuan penulis, buku yang di jadikan perbandingan yaitu buku “Negara-negara Netral” karya Denis J. Fodor (1987). Buku “Switzerland in the Second World War: Responding to the Challenges of the Time” karya Georg Kreis. (1999). Buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006). Kemudian jurnal “Swiss Neutrality Examined: Model, Exception or Both” karya J. Dreyer dan N. G. Jesee (2014). Dan terakhir buku “An Outline History of Switzerland from the Origins to the Present Day” karya D.
(29)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fahrni. (1983). Dalam buku pertama menyebutkaan bahwa Swiss terdiri dari tiga suku bangsa utama yaitu, bangsa Jerman, bangsa Prancis dan bangsa Italia, dengan empat bahasa Nasional yaitu, Jerman, Prancis, Italia dan Romansh. Keberagaman ini membuat Swiss menjadi negara yang multi etnik, penejelasan tersebut sesuai dengan buku “Ethnic Structure, Inequality and Governance in the
Public Sector in Switzerland” karya W. Linder dan I. Steffen (2006).
Menyebutkan bahwa negara Federal Swiss yang dibentuk pada tahun 1848 merupakan negara multi etnik terdiri dari 26 kanton dengan dengan 70 persen dari masyarakatnya menggunakan bahasa Jerman, 22 persen menggunakan bahasa Prancis dan 7 persen masyarakatnya menggunakan bahasa Italia dan kurang dari 1 persen yang menggunakan bahasa Romansh. Bahasa Romansh sendiri adalah percampuran dari bahasa latin. Dalam buku karya Georg Kreis berjudul “Switzerland in the Second World War: Responding to the Challenges of the Time” menjelaskan mengenai kondisi sosial-politik dan ekonomi selama berlangsungnya Perang Dunia II, dalam pemaparan buku ini hampir sama dengan buku karya Fodor akan tetapi dalam buku Negara-negara Netral lebih ditekankan kepada keadaan dari masyarakat masyrakat Swiss. Kemudian dalam buku “An Outline History of Switzerland from the Origins to the Present Day. Zurich” karya D. Fahrni. (1983). Menyebutkan bahwa pengakuan dunia Internasional terhadap netralitas Swiss di mulai dari Kongres Wina “..“Napoleon's defeat ended the ambivalence in Swiss political life. the congress of Vienna in 1815 restored the old neutral league of sovereign states” (Fahrni, 1983, hlm. 114). Pernyataan tersebut sejalan dengan sumber yang penulis dapatkan dari sumber Journal Military and Strategic Studies (JMSS) karya J. Drayer dan N. G. Jesse yang menyebutkan “The Congress of Vienna in 1815 marks the moment that the Swiss received recognition of their neutrality by the international system” (J. Dreyer dan N. G. Jesee, 2014, hlm. 62). Kedua buku ini sama-sama menyatakan bahwa Netralitas Swiss diakui oleh dunia internasional dimulai dari Kongres Wina.
(30)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Setelah melakukan kritik, penulis menempuh langkah selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran. Tahap ini merupakan tahap pemberian makna data-data melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian. Upaya peyusunan fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang diperoleh, maka fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan dari pokok-pokok permasalahan.
Terdapat dua macam cara penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor pendorong sejarah yaitu, pertama determinisme dan yang kedua kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan (Sjamsuddin, 2007, hlm. 164). Di antara bentuk-bentuk penafsiran deterministik itu ialah: pertama deterministik rasial, kedua penafsiran geografis, ketiga interpretasi ekonomi, keempat penafsiran orang besar, kelima penafsiran spiritual atau idealistik, keenam penafsiran ilmu dan tekologi, ketujuh penafisran sosiologis, kedelapan penafsiran sintesis (Sjamsuddin, 2007, hlm. 164-170).
Untuk mengkaji dan memahami suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, pendekatan merupakan suatu hal yang penting dalam proses penelitian. Pendektan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan interdisipliner, yaitu: dengan menggunakan bantuan disiplin ilmu-ilmu sosial dalam analisis-analisisnya. Tenaga-tenaga yang berada di luar diri manusia dari dunia fisik seperti geografis, faktor etnologi, faktor dalam lingkungan budaya manusia seperti sistem ekonomi dan sosial (Sjamsudin, 2007, hlm. 167). Hal ini bertujuan agar dapat mengungkap suatu peristiwa sejarah secara utuh dan menyeluruh dengan menggunakan berbagai konsep dari disiplin ilmu sosial maka permasalahan akan dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang permasalahan itu baik keluasan maupun kedalamannya akan semakin jelas (Sjamsuddin, 2007, hlm. 267). Maksud dari penggunaan disiplin ilmu lain selain ilmu sejarah tersebut semata-mata untuk mempertajam analisis serta menjadikan skripsi ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena memiliki
(31)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sudut pandang yang berbeda terhadap sebuah peristiwa sejarah. Disiplin ilmu sosial yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah ilmu sosiologi dan ilmu politik, dan karena kajian sudut pandang dari skripsi ini mengenai kehidupan masyarakat, maka penulis menggunakan ilmu dari antropologi. Teori-teori tersebut antara lain teori politik netralitas, integrasi, perang, geopolitik dan diplomasi, serta dalam ilmu antropologi penulis menggunakan teori etnologi. Penggunaan teori tersebut penulis gunakan untuk mengkaji mengenai netralitas Swiss ketika Perang Dunia II, sebagaimana diketahui ketika Perang Dunia II terjadi Swiss bersikap netral, dengan pendekatan teori-teori tersebut penulis ingin melihat netralitas pada negara Swiss tidak hanya dari sudut pandang historis saja, karena banyak faktor pendorong lain yang menjadikan Swiss tetap netral, misalnya dengan melihat kebiasaan masyarakat Swiss yang dilakukan pada masa tersebut.
3.3.4 Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.
Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005, hlm. 28). Dengan kata lain, pendekatan historiografi merupakan penelitian yang dilakukan setelah selesai melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam historiografi peneliti menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari peristiwa sejarah. Peneliti dalam hal ini bebas menentukan sendiri cara menulis sehingga menghasilkan karya mandiri yang menjadi tanggung jawabnya. Namun
(32)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam kebebasannya tersebut peneliti tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan umum baik dalam penulisannya maupun dalam penafsirannya. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan (Eksplanasi), dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005, hlm. 157).
Pada tahapan historiografi ini penulis diharapkan memiliki kemampuan analitis dan kritis sehingga hasil tulisannya tidak hanya berupa karya tulis biasa, tetapi menjadi skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebuah karya tulis dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat keilmuan. Selain itu, tata bahasa yang digunakan oleh sejarawan harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku serta sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Dalam skripsi yang berjudul “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi–Antropologi)” ini, peneliti berusaha menulis dan menyajikannya dengan mengikuti syarat dan ketentuan dari sebuah karya tulis yang baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yaitu dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah terbaru tahun 2013. Dalam mengkaji skripsi ini penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, dalam pendekatan interdispliner ini penulis menggunakan ilmu-ilmu lain yang masih serumpun dengan ilmu sosial. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan ilmu sosiologi, politik dan antropologi. Dalam pendekatan sosiologi dan ilmu politik penulis menggunakan beberapa teori diantaranya, teori netralitas, integrasi, perang, geopolitik dan diplomasi, sedangkan dalam antropologi penulis menggunakan teori etnologi. Agar dapat dipertanggungjawabkan dan bebas dari isu plagiarisme, penulisan skripsi ini juga dilengkapi dengan sumber-sumber yang digunakan dalam penjelasan serta analisis yang ditulis oleh peneliti. Sumber-sumber tersebut dicantumkan dengan memberikan kredit yang jelas kepada sumber aslinya.
3.4 Laporan Hasil Penelitian
Langkah ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan. Laporan penelitian dilakukan setelah peneliti menemukan sumber-sumber,
(33)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menganalisisnya, dan menafsirkannya pada tahap interpretasi. Fakta-fakta sejarah tersebut disajikan menjadi satu kesatuan tulisan kemudian disusun dalam historiografi (penulisan sejarah). Dalam tahap ini peneliti harus mengerahkan segala daya pikir dan kemampuan untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya. Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan sejarah yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam sebuah laporan hasil penelitian dan ditulis dalam bentuk skripsi. Skripsi ini ditulis dengan jelas dalam gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, sehingga struktur organisasi skripsi yang digunakan sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab. Bab satu, bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis sehingga merasa tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian mengenai “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”, yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab dua terdiri dari landasan teori, pada bab ini memaparkan mengenai teori-teori yang penulis gunakan dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji.
Bab tiga membahas megenai metodologi penelitian. Dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai metodelogi penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Penulis menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada
(34)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahapan ini penulis menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi mengenai “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”.
Bab empat berisi pembahasan hasil penelitian, Pembahasan merupakan isi utama dari tulisan karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan batasan masalah. Selain itu terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan rinci mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkannya dalam bab ini. Pada dasarnya bab empat merupakan hasil pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama penelitian berlangsung, dan pada bab empat ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dengan bahasanya sendiri.
Bab lima, pada bab terakhir ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi jawaban terhadap rumusan masalah dan interpretasi penulis terhadap data-data penelitian. Dalam bab ini juga berisi saran dan rekomendasi dari penulis yang ajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.
(35)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab ini merupakan kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis dalam bab sebelumnya. Sedangkan rekomendasi merujuk pada nilai-nilai pembelajaran yang dapat diambil dari pristiwa netralitas Swiss dalam Perang Dunia II. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas. Pertama, bagaimanakah kehidupan sosial-budaya masyarakat Swiss sampai Perang Dunia II ? Kedua, apa yang menjadi latar belakang Swiss melakukan politik netralitas dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945 ? Ketiga, bagaimana peranan politik netralitas Swiss selama berlangsungnya Perang Dunia II ditinjau dari aspek Sosiologi-Antropologi ? dan Keempat, bagaimana dampak diberlakukannya politik netralitas Swiss terhadap negara dan kehidupan masyarakat Swiss tahun 1939-1945 ? Maka kesimpulan yang penulis peroleh adalah sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan teori etnologi, kehidupan sosial-budaya masyarakat Swiss sampai dengan Perang Dunia II terdiri dari berbagai suku bangsa bahasa dan agama yang berbeda. Dalam hal bahasa negara ini terdiri dari empat bahasa nasional, yaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan Romansh. Kehidupan masyarakat Swiss diwarnai dengan beberapa pertentangan berlatarbelakang sosial-budaya sampai agama. Permasalahan yang terjadi dengan berlatarbelakang sosial diantaranya terjadi ketimpangan dalam hal pemerataan pembangunan antara kanton perkotaan dan pedesaan, selain itu terjadi masalah antar pemilik modal dan para pekerja, dimana para pekerja diupah dengan gaji yang sangat kecil. Sedangkan untuk berlatarbelakang agama, timbul masalah menyangkut agama
(36)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mayoritas dan minoritas, dalam negara Swiss sendiri agama mayoritas adalah agama Protestan, yang dianut oleh masyrakat Swiss beretnis Jerman, penduduk Swiss beretnis Jerman mencapai 70%, sedangkan penduduk beretnis Perancis dan Italia beragama Katolik. Masyarakat Protestan ini beraliran sekuler, dimana mereka memisahkan antara urusan pemerintahan dan urusan agama. Sedangkan para pemeluk Katolik lebih bersifat liberal.
Kedua, dengan menggunakan teori geopolitik terlihat bahwa kondisi alam menjadi salah satu faktor negara Swiss melakukan sikap netral. Selain faktor tadi netralitas negara ini dilatarbelakangi oleh kondisi sosial-budaya masyarakatnya dan oleh perjanjian-perjanjian internasional. Sebelum Perang Dunia II meletus di Eropa, Swiss sudah merupakan salah satu negara netral di kawasan Eropa. Bahkan jauh sebelum itu, tepatnya pada tanggal 20 Maret tahun 1815 ketika untuk pertama kalinya negara Swiss diakui kenetralannya oleh dunia internasional. Tahun tersebut adalah ketika diadakanya Kongres Wina yang salah satu hasil dari kongres tersebut adalah diakuinya negara Swiss sebagai negara netral oleh dunia internasional. Saat Perang Dunia I meletus sikap Swiss adalah netral, begitupun ketika Perang Dunia II terjadi. Tetapi ketika Perang Dunia II terjadi posisi Swiss menjadi lebih sensitif dibandingkan pada saat meletusnya Perang Dunia I, disebabkan dalam Perang Dunia II Swiss benar-benar berada di antara kepungan negara-negara Poros. Selain adanya perjanjian-perjanjian internasional, kehidupan masyarakat Swiss menjadi salah satu faktor negara ini masih bisa tetap menjaga kenetralannya, seperti kebiasaan orang Swiss yang dikenal sangat memiliki rasa kemanusiaan tinggi. Hal itu terlihat dari hadirnya Palang Merah Internasional, badan kemanusiaan tersebut diciptakan oleh masyarakat Swiss terhadap kepedulian akan sesama manusia. Salah satu tokoh terkenalnya adalah Henry Dunant yang merupakan orang Swiss. Hal ini dapat terjadi disaat masyarakat Eropa lainnya masih disibukan dengan peperangan yang melibatkan negaranya, akan tetapi masyarakat Swiss sudah sadar akan pentingnya perdamaian dan rasa tolong menolong antar manusia.
(37)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketiga, sikap netral Swiss sangat terpengaruh oleh kondisi perang pada saat itu, meskipun dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal itu dilakukan agar negara ini tetap mampu menjaga kenetralannya. Seperti ketika masa awal-awal perang terjadi, Swiss secara tidak langsung seperti memihak negara Poros, dibuktikan dengan ekspor barang-barang yang dilakukan oleh Swiss terhadap Jerman bertambah menjadi tiga kali lipat bila dibandingkan dengan sebelum terjadinya perang. Tetapi ketika bulan-bulan menjelang berakhirnya perang, dalam keadaan itu sudah terlihat tanda-tanda kekalahan Jerman. Swiss seperti mengikuti apa yang diinginkan Sekutu, yaitu dengan mengubah kebijakan negaranya, pada masa tersebut ekspor yang dilakukan oleh Swiss kepada Jerman sangat berkurang bahkan hampir mendekati nol persen. Swiss sering dijadikan negara penghubung oleh negara lain yang sedang berkonflik, seperti pembebasan tawanan perang yang dilakukan ketika Perang Dunia II. Selain itu, masyarakat memiliki peranan yang cukup berpengaruh ketika terjadinya Perang Dunia II seperti yang dilakukan terhadap para pengungsi yang berdatangan ke negara mereka. Masyarakat bersama organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional yang meskipun pada saat itu seluruh anggotanya merupakan orang Swiss, membantu para pengungsi seperti memberi mereka makan dan pakaian. Kemudian mereka mengurusi hal lain seperti pengiriman-pengiriman yang dilakukan oleh sanak saudara para pengungsi dari luar negeri.
Keempat, netralitas Swiss ternyata berdampak terhadap negara dan kehidupan masyarakatnya. Terhadap negara, netralitas ini berdampak dengan selalu dicurigainya negara ini oleh kedua belah pihak yang sedang berperang, meskipun dengan jelas sikap Swiss saat itu adalah netral, selain itu negara ini menjadi lebih padat dibandingkan waktu sebelum perang karena Swiss dijadikan tujuan utama tempat mengungsi oleh para pengungsi yang mencari tempat perlindungan, hal ini secara langsung berdampak terhadap kehidupan masyarakatnya. Para pengungsi yang mendatangi Swiss dalam menjalani kehidupannya tidak membawa bekal
(1)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketiga, sikap netral Swiss sangat terpengaruh oleh kondisi perang pada saat itu, meskipun dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal itu dilakukan agar negara ini tetap mampu menjaga kenetralannya. Seperti ketika masa awal-awal perang terjadi, Swiss secara tidak langsung seperti memihak negara Poros, dibuktikan dengan ekspor barang-barang yang dilakukan oleh Swiss terhadap Jerman bertambah menjadi tiga kali lipat bila dibandingkan dengan sebelum terjadinya perang. Tetapi ketika bulan-bulan menjelang berakhirnya perang, dalam keadaan itu sudah terlihat tanda-tanda kekalahan Jerman. Swiss seperti mengikuti apa yang diinginkan Sekutu, yaitu dengan mengubah kebijakan negaranya, pada masa tersebut ekspor yang dilakukan oleh Swiss kepada Jerman sangat berkurang bahkan hampir mendekati nol persen. Swiss sering dijadikan negara penghubung oleh negara lain yang sedang berkonflik, seperti pembebasan tawanan perang yang dilakukan ketika Perang Dunia II. Selain itu, masyarakat memiliki peranan yang cukup berpengaruh ketika terjadinya Perang Dunia II seperti yang dilakukan terhadap para pengungsi yang berdatangan ke negara mereka. Masyarakat bersama organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional yang meskipun pada saat itu seluruh anggotanya merupakan orang Swiss, membantu para pengungsi seperti memberi mereka makan dan pakaian. Kemudian mereka mengurusi hal lain seperti pengiriman-pengiriman yang dilakukan oleh sanak saudara para pengungsi dari luar negeri.
Keempat, netralitas Swiss ternyata berdampak terhadap negara dan kehidupan masyarakatnya. Terhadap negara, netralitas ini berdampak dengan selalu dicurigainya negara ini oleh kedua belah pihak yang sedang berperang, meskipun dengan jelas sikap Swiss saat itu adalah netral, selain itu negara ini menjadi lebih padat dibandingkan waktu sebelum perang karena Swiss dijadikan tujuan utama tempat mengungsi oleh para pengungsi yang mencari tempat perlindungan, hal ini secara langsung berdampak terhadap kehidupan masyarakatnya. Para pengungsi yang mendatangi Swiss dalam menjalani kehidupannya tidak membawa bekal
(2)
87
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang cukup, maka Swiss banyak membantu mereka terutama dalam kebutuhan makanan, secara otomatis kebutuhan makan bagi masyarakatnya menjadi berkurang, disisi lain ketika perang terjadi pasokan makanan yang masuk ke negara ini menjadi sangat berkurang terutama setelah Perancis jatuh. Masyarakat Swiss mengalami kekurangan dalam hal pangan, sampai mereka harus menanam tanaman seperti gandum di lapangan olahraga dan halaman rumah mereka sendiri akibat dari susahnya mendaptkan pangan.
Rekomendasi dari hasil penelitian ini, bahwa penelitian tentang “Netralitas Swiss dalam Perang Dunia II 1939-1945 (Perspektif Sosiologi-Antropologi)” dapat menjadi sebuah materi pembelajaran tambahan dalam mata pelajaran sejarah di sekolah. Hal ini akan menambah pengetahuan baru siswa tentang Perang Dunia II, khusus bagi pengajar dalam dunia pendidikan kajian ini terdapat dalam kurikulum 2013 lebih tepatnya pada KD 3.6 Menganalisis pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi, dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional di kelas XI IIS sejarah peminatan. Selain itu, penelitian ini memiliki sebuah nilai pendidikan yang cukup bagus untuk diajarkan kepada siswa di sekolah. Nilai pendidikan yang dapat diambil dari peristiwa netralnya Swiss adalah bahwa perang bukanlah cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah dengan alasan apapun, dan Swiss telah membuktikan hal tersebut. Peperangan menimbulkan kerugian baik itu untuk negara yang berperang maupun negara yang tidak berperang. Selain itu dengan belajar dari netralitas Swiss kita akan lebih menghargai perbedaan, dengan etnis, bahasa dan agama yang berbeda bukan merupakan faktor untuk menjadikannya perpecahan melainkan perbedaan adalah pengikat kebersamaan, itulah yang ditunjukan oleh Swiss.
(3)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Admosudirjo, P, dkk. (1987). Konstitusi Swiss [edisi Inggris – Indonesia]. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Atack, L. & McCrum, S. (2009). Neutrality Irish Experience European Experience. Dublin: Ireland’s Centre for Reconciliation Studies.
Budiardjo, M. (1986). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Burchill, S. & Linklater, A. (2011). Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung: Nusa Media.
Busroh, A. D. (2010). Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Clausewitz, C. V. (1986). Tentang Perang [terjemahan M. Husni]. Jakarta: Yayasan Prajurit Pratama.
Djatikoesoemo, G. P. H. (1956). Hukum Internasional Bagian Perang. Jakarta: Pemandangan.
Fahrni, D. (1983). An Outline Historie of Switzerland from the Origins to the Present Day. Zurich: Pro Helvetia, Art Council of Switzerland.
Fodor, D. J. (1987). Negara-negara Netral [terjemahan Rokmini M. Noor]. Jakarta: Tirta Pustaka.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah [terjemahan Nugroho Notosusanto]. Jakarta : Yayasan Penerbit UI.
Hidayat, I. & Mardiyono. (1983). Geopolitik. Surabaya: Usaha Nasional. Howard. (1991). Clausewitz: Mahaguru Strategi Perang Modern. Jakarta:
Pustaka Utama Grafis.
Ihromi, T. O. (2006). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor. Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.
(4)
89
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kreis, G. (1999). Switzerland in the Second World War: Responding to the Challenges of the Time. Zurich: Pro Helvetia, Art Council of Switzerland. Kusumaatmaja, M. (1981). Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Rosda
Offset Bandung.
Linder, W. & Steffen, I. (2006). Ethnic Structure, Inequality and Governance in the Public Sector in Switzerland. Swiss: Research Institute for Social Development.
Lowie, R. H. (1937). The History of Ethnological Theory. United State Of America: The Kingsport Press.
Marzali, A. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Morgenthau, J. H. (1990). Politik Antarbangsa: Perjuangan untuk Kekuasaan dan Perdamaian [Terjemahan MANNA]. Bandung: Bina Cipta.
Mulyana, D & Rakhmat, J. (1990). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosydakarya.
Nasution, D. (1984). Perang atau Damai dalam Wawasan Politik Internasional. Bandung: Ramadja karya CV.
Nussbaum, A. & Admawiria, S. (1970). Sedjarah Hukum Internasional. Bandung: Binatjipta.
Partao, Z. A. (2007). Teknik Lobi dan Diplomasi. Jakarta: Macan Jaya Cemerlang. Roy, S. L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press.
Ritzer, G. & Goodman, D. J. (2012). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Shoelhi, M. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Suradinata, E. & Gunawan, K. (2002). Post-Mo Geopolitik. Jakarta: Gramedia. Syamsudin, N. (1994). Integrasi Ketahanan Nasional. Bandung:Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
(5)
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wulansari, D. (2009). Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama.
JURNAL :
Dreyer, J. & Jesee. G. N. (2014). Swiss Neutrality Examined: Model, Exception or Both. Journal Military and Strategic Studies (JMSS).15 (3), hlm. 61-83. Morris, K. & White, T. J. (2011). Neutrality and the European Union: The Case of
Switzerland. Journal of Law and Conflict Resolution. 3 (15), hlm. 104-111.
TESIS :
Grayer, G. (2013). Political Neutrality in Europe During World War II. Tesis pada Faculty of Social Science di California Polytecnic State University: tidak diterbitkan.
Golson, E. B. (2011). The Economic of Neutrality: Spain, Sweden, and Switzerland in the Second World War. Tesis pada Departement of Economic History of the London School and Political Science: tidak diterbitkan.
Mears, D. S. (2010). Interned or Imprisoned: The Successes and Failures of International Law in the Treatment of American Internes in Switzerland 1943-45. Tesis pada Department of History di Faculty of the University North Carolina: tidak diterbitkan.
INTERNET :
Tn. (2010). Berbagai Macam Bentuk Negara. [Online], Tersedia: http://masniam.wordpress.com/2010/05/28/berbagai-macam-bentuk-negara/ [14 Juli 2014].
Tn. (2005). Teori Integrasi. [Online]. Tersedia: http://subpokbarab.wordpress.com/2008/09/18/teori-integrasi/ [10 Juli 2014]. Tn. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://kbbi.web.id/ [20 Juli 2014].
Tn. (2011). Peta Persebaran Penggunaan Bahasa dalam Negara Swiss. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Swiss_languages.png [11 Juli 2014].
(6)
91
Perdiansyah, 2014
Netralitas swiss dalam perang dunia ii 1939-1945 (perspektif sosiologi-antropologi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tn. (2014). Peta Swiss. [Online]. Tersedia:
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/printpage/printpage.php?l=/w ebimage/countrys/europe/chnewzzz.gif [22 september 2014].
Tn. (2013). Swiss [Online]. Tersedia:
http://www.swissworld.org/en/politics/foreign_policy/neutrality_and_isolatio nism/ [23 Maret 2014].
Tn.. (2014). Messerchimt-109. [Online]. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Bundesarchiv_Bild_101I-487-3066-04,_Flugzeug_Messerschmitt_Me_109.jpg [19 September 2014].
Tn.. (2014). Messerchimt-110 [Online]. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Bundesarchiv_Bild_101I-360-2095-23,_Flugzeuge_Messerschmitt_Me_110.jpg [21 September 2014].
Tn. (2014). B-17. [Online]. Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:B-17_on_bomb_run.jpg [19 September 2014].
Tn. (2010). B-24. [Online]. Tersedia:
http://aninditablog.files.wordpress.com/2013/05/b24.png [21 September 2014].
Tn. (2010). Marcel Pilet-Golaz. [Online]. Tersedia http://www.query.sta.be.ch/detail.aspx?ID=404942 [22 September 2014].
Tn. (2014). Henri Guisan. [Online]. Tersedia:
http://img1.seite3.ch/news/309/238922-generalguisan.jpg [22 September 2014].
Tn. (2014). Karl Kobelt. [Online]. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Kobelt#mediaviewer/File:Karl_Kobelt.gif [22 September 2014].
Tn. (2012). Philipp Etter. [Online]. Tersedia:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b9/Philipp_Etter.gif 22 September 2014].
Tn. (2011). Eduard von Steiger [Online]. Tersedia: http://files.newsnetz.ch/story/2/4/3/24334275/12/topelement.jpg [22 September 2014].
Tn. (2010). Walter Stamfli. [Online]. Tersedia:
http://www.geschichtedersozialensicherheit.ch/akteure/politiker-und-politikerinnen/stampfli-walther/ [22 September 2014].