PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh: Fathimah Bilqis

0807557

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Penerapan Model Pembelajaran

SSCS untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa SMP

Oleh: Fathimah Bilqis

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fathimah Bilqis 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang) Oleh:

Fathimah Bilqis 0807557

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. H. Tatang Mulyana, M. Pd NIP. 195101061976031004

Pembimbing II,

Dra. Encum Sumiati, M. Si NIP. 196304201989032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi M.Ed., M.Sc., Ph.D NIP. 196101121987031003


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai ulangan harian siswa mengenai pokok bahasan Dimensi Tiga, dengan rata-rata ulangan harian kelas tersebut 65,36, dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah tersebut 75. Rendahnya hasil belajar siswa mengindikasikan bahwa selama proses pembelajaran belum berjalan secara optimal. Ini dapat dilihat dari masih sedikitnya siswa yang aktif untuk memunculkan ide, mengemukakan berbagai pemecahan masalah, mencetuskan gagasan serta masih rendahnya kemampuan siswa dalam memperinci suatu permasalahan, dengan kata lain bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pembelajaran yang menunjang siswa berpikir kreatif matematis. Search, Solve Create and Share (SSCS) merupakan sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk mata pelajaran matematika dan sains, serta sebuah model pembelajaran yang akan menunjang anak untuk berpikir kreatif matematis. Terdapat empat fase dalam pembelajaran model SSCS yaitu search (menyelidiki masalah), solve (merencanakan penyelesaian masalah), create (menciptakan suatu gagasan/ kesimpulan) dan share (mengkomunikasikan penyelesaian masalah). Adapun tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1) untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya mendapatkan model SSCS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 2) untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS memenuhi KKM; dan 3) untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran model SSCS, Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan matematika.

Metode penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Populasi penelitian kelas VII SMP Negeri 1 Lembang, dan sampel penelitian kelas VII E (sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran model SSCS) dan VII F (sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional), dengan pokok pembahasan pecahan. Data penelitian diperoleh melalui hasil pretest dan post-test sebagai data penelitian kuantitatif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa; serta hasil angket siswa, lembar observasi, dan jurnal harian siswa sebagai data penelitian kualitatif terhadap pembelajaran model SSCS. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya mendapatkan model SSCS tidak lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 2) kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS belum memenuhi KKM; 3) pada umumnya siswa merespon positif pembelajaran model SSCS, LKK dan matematika.

Kata Kunci: Pembelajaran Model Search, Solve Create and Share (SSCS), Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.


(5)

ABSTRACT

This research was based on the students’ low test score about Three- Dimensional, with average score 65.36 and minimum passing grade assigned by the school was 75. The low result of students’ learning indicates that the learning process did not optimal. There were few students who were active to show their idea, to pose many solutions of the problems, to create an idea and to elaborate the problem. In other words, their mathematical creative thinking skill was still low. Therefore, they need a lesson that supports the students to mathematical creative thinking. Search, Solve Create and Share (SSCS) is a suitable model for mathematics and science lessons. In addition, this is a model of learning which support the students to think mathematical creatively. There are four phases in SSCS: search (identifying the problem), solve (planning to solve the problem), create (creating an idea/ a conclusion) and share (sharing a problem solving). The purpose of this research are to 1) investigate the enhancement of students’ mathematical creative thinking skill who get SSCS model are better than conventional lesson; 2) investigate the mathematics creative thinking skill who get SSCS models could help students to fulfill minimum passing grade; and 3) investigate students’ response toward SSCS model, group worksheet and mathematics.

The method of this research is quasi-experiment. The population of this research is 7th graders of SMP Negeri 1 Lembang, and the samples are students in VII E (as the experimental group that implement SSCS learning model) and students in VII F (as the control group with conventional learning), with Fraction topic as the material. The data of this research were taken from the result of students’ pretest and post-test score as quantitative research data toward students’ mathematical creative thinking skill; and also the result of questionnaire given to students, observation sheet and students’ daily journals as qualitative research data toward SSCS model. The result of this research are 1) the enhancing mathematical creative thinking skill of the students who get SSCS models is not better than students who get conventional learning; 2) the mathematical creative thinking skill of students who get SSCS models cannot help students to fulfill minimum passing grade; 3) generally, students responds positively toward SSCS model, group worksheet and mathematics.

Key words: Search, Solve, Create and Share (SSCS) Learning Models; mathematical creative thinking skill; and minimum passing grade.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR DIAGRAM ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... B. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... C. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share

(SSCS) ... D. Hasil Penelitian yang Relevan ... E. Teori Respon Siswa ... F. Kaitan antara Model Pembelajaran SSCS dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... G. Hasil Penelitian yang Relevan ... H. Hipotesis Penelitian ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ...

ii iii iv vi vii ix xi xii xiii xiv 1 4 4 4 5 7 9 10 11 14 14 15 16 17


(7)

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Variabel Penelitian ... D. Perangkat Pembelajaran ... E. Instrumen Penelitian... F. Prosedur Penelitian... G. Uji Instrumen ... H. Analisis Data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... B. Pembahasan ...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... 18 18 18 19 22 25 30

35 56

61 61 xvi


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keunggulan Pembelajaran Model SSCS ... 12

Tabel 2.2 Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Model SSCS ... 13

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen ... 19

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Berpikir Kreatif Matematis ... 20

Tabel 3.3 Interpretasi korelasi Nilai ... 26

Tabel 3.4 Validitas Instrumen Tes ... 26

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Nilai ... 27

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Nilai DP ... 28

Tabel 3.7 Daya Pembeda Instrumen Tes... 28

Tabel 3.8 Interpretasi Indeks kesukaran Nilai IK... 29

Tabel 3.9 Indeks Kesukaran Instrumen Tes ... 30

Tabel 3.10 Skor Angket ... 33

Tabel 3.11 Interpretasi Presentase Angket ... 33

Tabel 4.1 Descriptive Statistic (Data Pretest) ... 35

Tabel 4.2 Descriptive Statistic (Data Post-Test) ... 36

Tabel 4.3 Descriptive Statistic (Data Index Gain) ... 37

Tabel 4.4 Uji Normalitas Pretest ... 38

Tabel 4.5 Uji Dua Rata-Rata Pretest Mann Whitney ... 39

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Index Gain ... 40

Tabel 4.7 Uji Dua Rata-Rata Data Index Gain Mann Whitney ... 41

Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Berpikir Kreatif Matematis Siswa dengan Model Pembelajaran SSCS ... 42

Tabel 4.9 Ketuntasan Hasil Belajar Berpikir Kreatif Matematis Siswa dengan Pembelajaran Konvensional ... 44

Tabel 4.10 Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran SSCS ... 46

Tabel 4.11 Respon Siswa terhadap LKK ... 46


(9)

DAFTAR DIAGRAM


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pembelajaran SSCS: fase search (a); fase solve (b) dan (c); fase create (d) ... 58 Gambar 4.2 Pembelajaran SSCS fase share ... 58


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 62

A.2 Soal Instrumen Tes ... 67

A.3 Rubrik Penilaian Instrumen Tes ... 68

A.4 Kisi-Kisi Angket Siswa ... 70

A.5 Angket Siswa ... 71

A.6 Lembar Observasi ... 73

LAMPIRAN B B.1 RPP 1 Kelas Eksperimen ... 77

B.2 RPP 2 Kelas Eksperimen ... 92

B.3 RPP 1 Kelas Kontrol... 100

B.4 RPP 2 Kelas Kontrol... 112

B.5 LKK 1 ... 117

B.6 LKK 2 ... 122

B.7 LKK 3 ... 125

B.8 LKK 4 ... 129

LAMPIRAN C C.1 Skor Uji Instrumen ... 133

C.2 Uji Validitas ... 135

C.3 Uji Reliabilitas ... 137

C.4 Uji Daya Pembeda ... 139

C.5 Uji Indeks Kesukaran ... 141

LAMPIRAN D D.1 Data Skor Pretest, Post-test dan Data Index Gain Kelas Eksperimen ... 143

D.2 Data Skor Pretest, Post-test dan Data Index Gain Kelas Kontrol ... 145

D.3 Hasil Analisis Data Pretest dengan SPSS vs. 18 ... 147


(12)

LAMPIRAN E

E.1 Rekapitulasi Hasil Angket ... 167

LAMPIRAN F F.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 169

F.2 Contoh Jawaban Pretest Kelas Eksperimen ... 171

F.3 Contoh Jawaban Pretest Kelas Kontrol ... 173

F.4 Contoh Jawaban Post-test Kelas Eksperimen ... 175

F.5 Contoh Jawaban Post-test Kelas Kontrol ... 177

F.6 Contoh Jawaban LKK 1 ... 179

F.7 Contoh Jawaban LKK 2 ... 184

F.8 Contoh Jawaban LKK 3 ... 187

F.9 Contoh Jawaban LKK 4 ... 191

F.10 Contoh Isian Lembar Observasi ... 195

F.11 Contoh Isian Angket Siswa ... 207

F.12 Contoh Isian Jurnal Harian Siswa ... 213

LAMPIRAN G G.1 Surat keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen dan Penelitian ... 216

LAMPIRAN H H.1 Riwayat Hidup Penulis ... 217


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah peradaban yang gemilang menghasilkan kemajuan dalam dunia pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang akan mampu bersaing dalam era globalisasi. Sehingga SDM yang berkualitas akan mampu membentuk sebuah peradaban gemilang. Pencapaian SDM yang berkualitas dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal didapatkan di sekolah-sekolah yang mengacu pada kurikulum nasional.

Kurikulum nasional yang digunakan di sekolah tempat dilakukannya penelitian mengacu pada Kurikulum 2013, yang menitikberatkan pada pendidikan berkarakter, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran umum yang diberikan di pendidikan formal, baik untuk sekolah dasar, menengah maupun tinggi.

Matematika penting untuk dipelajari di sekolah, mengingat bahwa matematika merupakan ilmu yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun demikian bagi beberapa siswa menjadi sebuah permasalahan. Pasalnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil rata-rata nilai Ujian Nasional siswa di setiap jenjang.

Begitu juga Peneliti pernah melakukan praktik mengajar di salah satu sekolah negeri di kota Bandung pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar, dan menunjukkan bahwa hasil ulangan harian pertama masih tergolong rendah dengan rata-rata nilainya 65,36, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah adalah 75.

Rendahnya hasil belajar ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikit siswa yang aktif untuk memunculkan ide-ide dengan cepat secara kuantitatif, mengemukakan berbagai pemecahan masalah, mencetuskan gagasannya, serta memperinci


(14)

2

permasalahan. Dengan kata lain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.

Sejalan dengan penelitian Jellen dan Urban (dalam Nurhidayati, 2013: 3) tentang tingkat kreativitas anak-anak Indonesia, setelah dilakukan penelitian dan perbandingan dengan negara-negara lain bahwa kreativitas anak-anak Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itulah, kemampuan berpikir kreatif matematis yang dibutuhkan siswa harus dikembangkan.

Agar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dikembangkan, pemilihan model pembelajaran yang sesuai sangat dibutuhkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan rendahnya berpikir kreatif matematis siswa yaitu Search, Solve, Create and Share (SSCS), model pembelajaran ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1988. Fase pertama dalam model pembelajaran ini adalah search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah; fase kedua adalah solve yang bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah; fase ketiga adalah create yang bertujuan untuk menciptakan penyelesaiaan masalah; dan fase keempat adalah share yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaiaan yang telah dilakukan.

Pada awalnya model pembelajaran SSCS yang dikembangkan oleh Pizzini hanya untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA/ Sains). Namun penelitian lebih lanjut oleh Pizzini, Abel dan Shepardson (dalam Irwan, 2011: 4) yang menyatakan bahwa model pembelajaran SSCS ini dapat digunakan untuk pelajaran matematika. Sejalan dengan itu, Regional Education Laboratories, sebuah lembaga departemen pendidikan di Amerika Serikat, mengeluarkan laporan bahwa model pembelajaran SSCS cocok dikembangkan dan dipakai dalam mata pelajaran matematika.

Laporan Laboratory Network Program (dalam Irwan, 2011: 4), standar NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) menyatakan bahwa hal yang dapat dicapai oleh model pembelajaran SSCS meliputi: 1) mengajukan soal/ masalah matematika; 2) membangun pengalaman dan pengetahuan siswa; 3) mengembangkan keterampilan berpikir matematis yang meyakinkan tentang keabsahan suatu representasi tertentu, membuat dugaan, memecahkan masalah


(15)

3

atau membuat jawaban dari siswa; 4) melibatkan intelektual siswa yang berbentuk pengajuan pertanyaan dan tugas-tugas yang melibatkan siswa, dan menantang setiap siswa; 5) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan matematis siswa; 6) merangsang siswa untuk membuat koneksi dan mengembangkan kerangka kerja yang koheren untuk ide-ide matematis; 7) berguna untuk perumusan masalah, pemecahan masalah, dan penalaran matematis; dan 8) mempromosikan pengembangan semua kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan matematika.

Berdasarkan beberapa poin di atas khususnya poin 3, model pembelajaran SSCS akan menunjang siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Model pembelajaran SSCS ini siswa dituntut aktif dan berpikir kreatif matematis dalam memecahkan suatu permasalahan, mulai dari pengidentifikasian masalah (search), perencanaan masalah (solve), penciptaan penyelesaian masalah (create), hingga pensosialisasian hasil yang telah didapatkan siswa (share). Sehingga dengan pembelajaran SSCS ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Selain itu, hasil kajian yang dilakukan Nurhayati (2012) dalam skripsinya

yang berjudul „Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP‟ menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan permasalahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran SSCS lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Oleh karena itu, model pembelajaran SSCS diharapkan mampu mengatasi permasalahan berpikir kreatif matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang „Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.‟


(16)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dinyatakan sebelumnya, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran model SSCS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP?” Namun rumusan masalah tersebut terlalu umum, maka agar rumusan masalah tersebut operasional, rumusan masalah penelitian tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut,

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS lebih baik daripada siswa yang mandapatkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? 3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran model SSCS, Lembar

Kerja Kelompok (LKK) dan matematika?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; dan

2. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS memenuhi KKM;

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran model SSCS, LKK dan matematika.

D. Manfaat Penelitian


(17)

5

1. Secara Teoritis, dapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu pendidikan, khususnya pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar berpikir kreatif matematis siswa.

2. Secara Praktis,

o Bagi siswa, apabila penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan,

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis;

o Bagi guru, apabila penelitian ini berhasil, sesuai dengan yang

diharapkan, guru yang bersangkutan dapat mengaplikasikan model pembelajaran SSCS;

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti sajikan beberapa definisi operasional, sebagai berikut:

1. Model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran untuk siswa yang akan membangkitkan keaktifan siswa dengan empat fase yaitu search, solve, create dan share yang berarti siswa aktif dalam pencarian atau pe-identifikasi-an masalah, pelaksanaan penyelesaian masalah, penciptaan suatu kesimpulan hingga penyampaian penyelesaian masalah yang telah dilakukan siswa.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah sebuah kemampuan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika, dengan penyelesaian yang berbeda dari biasanya, namun tetap diterima keabsahannya. Dengan indikator kelancaran (fluency) artinya mampu memunculkan jawaban lebih dari satu secara lancar; keluwesan (flexibility) artinya mampu melihat permasalahan dan menghasilkan jawaban dari sudut pandang yang berbeda; keaslian (Originality) artinya mampu melahirkan gagasan yang baru (menurut siswa); dan perincian (Elaboration) artinya mampu memperinci suatu permasalahan, sehingga menjadi lebih mudah untuk dipahami dan yang akan mengarah pada penyelesaiaan masalah tersebut.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah tempat penelitian berupa pembelajaran langsung dengan menggunakan motode ekspositori.


(18)

6

4. Respon siswa adalah penilaian siswa terhadap pembelajaran SSCS yang didapatkan.


(19)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Ruseffendi (2005: 3) menyatakan bahwa penelitian adalah salah satu cara pencarian kebenaran atau yang dianggap benar untuk memecahkan suatu permasalahan dengan metode ilmiah yaitu merumuskan masalah, melakukan studi literatur merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, serta mengambil kesimpulan, sedangkan metode ilmiah adalah strategi dalam penelitian ilmiah. Metode penelitian (Nurdin, 2009: 34) merupakan suatu kerangka, pola, atau rancangan yang menggambarkan alur dan arah penelitian yang di dalamnya terdapat langkah-langkah atau tahap-tahap yang menunjukkan suatu urutan kerja. Ada banyak macam penelitian salah satunya adalah eksperimen, yang menurut Ruseffendi (2005: 35) penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Untuk itu metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen.

Adapun desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol tidak ekuivalen (the non-equivalent control group design), karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran SSCS berpengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Untuk itu cukup menggunakan desain penelitian eksperimen pretest-post-test dua buah kelompok, dengan desain penelitian sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan: O : Pretest-Post-test, kemampuan berpikir kreatif matematis X : Penerapan model pembelajaran SSCS


(20)

18

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Lembang, dengan sampel kelas VII E dan VII F, yang selanjutnya satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dan yang lainnya menjadi kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajarannya akan mengunakan model SSCS, sedangkan kelas kontrol pembelajarannya konvensional.

Pembagian kelas VII tempat penelitian ini berlangsung didasarkan atas kemampuan awal siswa (hasil ujian masuk atau hasil ujian nasional), yang terbagi atas siswa berkemampuan tinggi dan rendah. Kemudian dalam setiap kelas (kelas VII) tersebut tersebar kemampuan siswa secara merata.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Adapun Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS), sedangkan variabel terikatnya ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

D. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan jumlah Kompetensi Dasar (KD) yang akan digunakan dalam pembahasan pada penelitian ini yaitu materi Pecahan. Materi Pecahan terdiri dari dua KD. RPP kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran SSCS, sedangkan RPP kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kerja kelompok (LKK) disusun menjadi empat buah LKK yang diberikan hanya kepada kelas eksperimen. LKK memuat langkah-langkah pembelajaran SSCS yang akan menunjang kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.


(21)

19

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengevaluasi kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa dalam matematika. Dalam penelitian ini, instrumen atau alat evaluasi harus memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik. Adapun dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah instrumen evaluasi tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri dari pretest-post-test, sedangkan instrumen evaluasi non-tes terdiri dari angket (sikap siswa terhadap model pembelajaran SSCS, LKK dan matematika), lembar observasi (perekam proses pembelajaran), dan jurnal harian. Instrumen non-tes hanya akan diberikan kepada kelas eksperimen. Adapun rancangan instrumennya tersajikan dalam Tabel 3.1 berikut,

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen

No Target Sumber

Data

Teknik/ Cara

Instrumen yang Digunakan

1 Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

Siswa Tertulis Tes (pretest dan post-test)

2 Respon terhadap model pembelajaran SSCS

Siswa Tertulis Angket, Lembar Observasi, dan Jurnal Harian.

Berikut penjelasannya, 1. Instrumen Tes

Dalam penelitian ini, tes diberikan dalam dua tahap, yaitu pada awal (sebelum masuk materi) dan pada akhir (setelah pemberian materi), atau dengan kata lain pemberian pretest-post-test. Di mana tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dan tes akhir (post-test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah mendapatkan perlakuan model pembelajaran SSCS (kelas eksperimen), maupun yang tidak mendapat perlakuan (kelas kontrol)

Instrumen tes yang digunakan berbentuk subjektif (uraian/ essay) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dan sejauh mana kekreatifan berpikir matematis siswa dalam menyelesaikan


(22)

20

sebuah permasalahan tersebut. Sebelum instrumen tes digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut dikonsultasikan pada dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah tersebut. Kemudian setelah disetujui, instrumen tes tersebut diuji-cobakan kepada siswa di luar sampel, dengan karakter siswa yang mirip dengan sampel. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui kualitas maupun kelayakannya untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas maupun kelayakan instrumen tes tersebut, adalah reliabilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kemudian setelah instrumen tes diuji coba dan mendapatkan hasil yang cukup baik, maka instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk penelitian sebagai pretest dan post-test. Untuk menghindari perbedaan pemberian skor jawaban siswa dalam soal tes, adapun rubrik penilaian berdasarkan kisi-kisi soal disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Rubrik Penilaian Berpikir kreatif matematis

No. Soal Aspek yang

diukur Respon siswa terhadap soal Skor

1

Berpikir lancar (Fluent thinking)

Tidak memberikan jawaban. 0 Memberikan sebuah ide yang tidak relevan

(memberikan jawaban yang salah) 1 Memberikan sebuah ide yang relevan, tetapi

penyelesaiannya salah

(memberikan jawaban dalam bentuk bilangan bulat)

2

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan, tetapi

jawaban (penyelesaiannya) salah. 3 Memberikan satu atau lebih ide yang relevan, dan

penyelesaiannya benar. 4

2

Berpikir luwes (Flexible thinking)

Tidak memberikan jawaban. 0 Memberikan jawaban dengan satu cara atau lebih, tetapi jawaban (penyelesaian) salah. 1 Memberikan jawaban dengan satu cara, dan proses perhitungan dan hasilnya benar. 2


(23)

21

No. Soal Aspek yang

diukur Respon siswa terhadap soal Skor

Memberikan jawaban dua cara (beragam), dan proses perhitungan dan hasilnya benar. 3 Memberikan jawaban tiga cara atau lebih (beragam), dan proses perhitungan dan hasilnya benar 4

3

Berpikir asli (Original

thinking)

Tidak memberikan jawaban. 0 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, tetapi

tidak dapat dipahami. 1

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah, tetapi tidak selesai.

(arah penyelesaian benar, tidak ada perhitungan)

2

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah.

(penyelesaian benar, perhitungan salah)

3

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan hasilnya benar. 4

4

Berpikir merinci (Elaborate

thinking)

Tidak memberikan jawaban. 0 Terdapat kesalahan dalam jawaban, dan tidak disertai

perincian. 1

Terdapat kesalahan dalam jawaban, tetapi disertai perincian yang kurang detail. 2 Terdapat kesalahan dalam jawaban, tetapi disertai

perincian yang rinci. 3

Memberikan jawaban yang benar dan rinci. 4

2. Instrumen Non-Tes

Angket atau Kuesioner (Suherman, 2008) adalah lembar pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk mengetahui responden berkenaan dengan aspek afektif sikap terhadap pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen yaitu Search, Solve, Create and Share (SSCS). Adapun angket tersebut kemudian diolah dengan menggunakan skala Likert, di mana jawaban dari setiap pernyataan


(24)

22

atau pertanyaan yang diajukan dalam angket ini meliputi 4 jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (T) dan sangat tidak setuju (ST). Suherman (2008) menyatakan bahwa pedoman observasi adalah rambu-rambu bertulis yang dipakai untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek yang direncanakan semula. Adapun objek yang dapat dijadikan bahan observasi meliputi implementasi pembelajaran menggunakan suatu model pembelajaran tertentu, kemampuan berpikir komunikasi, suasana belajar, keaktifan siswa dan beberapa objek lainnya. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek observasi adalah implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS).

Adapun Jurnal Harian Siswa menurut Suherman (2008) berisi tentang karangan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang diikuti. Karangan yang bersifat subjektif baik mengenai potret pelaksanaannya maupun kesan dan pesan kepada guru. Begitupun jurnal harian ini dapat digunakan sebagai koreksi dan revisi atas pembelajaran, sehingga guru dapat senantiasa memperbaiki proses pembelajarannya.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini akan meliputi 4 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pembuatan kesimpulan. Adapun prosedur penetian tersebut, disajikan dalam Diagram 3.1.

Dengan penjelasan sebagai berikut, 1. Tahap persiapan

a. Membuat rancangan penelitian yang kemudian akan diseminarkan, guna mendapatkan masukan terhadap penelitian ini;

b. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, guna menetapkan materi atau pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian; c. Melakukan observasi ke lokasi penelitian dalam hal ini SMP Negeri 1


(25)

23

Diagram 3.1 Prosedur Penelitian

Pembuatan Instrumen Penelitian

Pembuatan Perangkat Pembelajaran Uji Instrumen Penelitian

Pretest Identifikasi Masalah

Rancangan Proposal Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Post-test

Analisis Data

Kesimpulan Lembar Observasi, Angket,

Jurnal Harian

Penelitian kelas eksperimen menggunakan pembelajaran model SSCS

Penelitian kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional


(26)

24

d. Membuat instrumen penelitian, dalam hal ini instumen evaluasi tes dan evaluasi non-tes yaitu lembar angket, lembar observasi dan jurnal harian;

e. Membuat Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), bahan ajar penelitian dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok (LKK), dan perangkat pembelajaran lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian;

f. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, guna meminta masukan terkait RPP, LKK, dan perangkat pembelajaran lainnya yang akan digunakan dalam penelitian;

g. Membuat surat pengantar izin penelitian kepada pihak yang terkait (Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, Pembantu Dekan I, dan Kepada Sekolah tempat penelitian dilaksanakan), guna mempermudah jalannya penelitian;

h. Melakukan uji instrumen penelitian;

i. Menilai instrumen yang telah diujikan, jika baik berlanjut pada tahap selanjutnya (tahap pelaksanaan).

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen;

b. Melaksanakan observasi, di mana mengimplementasikan model pembelajaran SSCS pada kelas eksperimen, dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol;

c. Pada saat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada kelas eksperimen, Peneliti meminta seseorang untuk mengobservasi, guna mengisi lembar observasi dan menjaga jalannya pembelajaran agar sesuai dengan model pembelajaran SSCS yang telah dipersiapkan; d. Melakukan post-test pada kelas yang dijadikan kelas kontrol dan

eksperimen penelitian ini;

e. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen, guna mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang telah dilakukan;


(27)

25

3. Tahap analisis data

a. Mengumpulkan hasil data yang diperlukan baik kualitatif (angket, lembar observasi dan jurnal harian) maupun kuantitatif (evaluasi tes siswa berupa hasil pengerjaan siswa pada soal pretest-post-test);

b. Mengolah dan menganalisis hasil penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan, guna menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini; 4. Tahap pembuatan kesimpulan

Membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

G. Uji Instrumen

Uji instrumen dilakukan awal September 2013 kepada kelas VIII H SMP Negeri 1 Lembang, dengan jumlah subjek 29 siswa. Adapun perhitungan uji instrumen menggunakan Ms. Excel, sebagai berikut,

1. Validitas

Suherman (2003: 102) menyatakan bahwa suatu instrumen tes atau alat evaluasi dikatakan valid (absah, shahih, akurat) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, menurutnya keabsahan tergantung pada sejauh mana ketepatan instrumen tes atau alat evaluasi tersebut dalam melaksanakan fungsinya.

Validitas empirik soal ditentukan berdasarkan nilai koefisien validitas dengan menggunakan produk moment raw score oleh rumus:

∑ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan:

= Koefisien validitas

N = Jumlah siswa

∑ = Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa

∑ = Jumlah total skor soal ke-i

∑ = Jumlah skor total siswa

∑ = Jumlah total skor kuadrat ke-i


(28)

26

Adapun interpretasi mengenai menurut Guilford (dalam Suherman, 2003: 112) disajikan dalam Tabel 3.3 berikut,

Tabel 3.3

Interpretasi korelasi Nilai

Nilai Interpretasi Korelasi Kriteria Validitas

0,09 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tinggi

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi Tinggi

0,40 ≤ < 0,70 Sedang Sedang

0,20 ≤ < 0,40 Rendah Rendah

< 0,20 Sangat rendah Sangat rendah

Untuk memperoleh hasil perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes yang telah disiapkan untuk diuji, menggunakan Ms. Excel. Dengan hasil pada Tabel 3.4 berikut,

Tabel 3.4

Validitas Instrumen Tes

No. Soal Nilai Interpretasi korelasi Kriteria Validitas

1 0,68 Sedang Sedang

2 0,50 Sedang Sedang

3 0,77 Tinggi Tinggi

4 0,60 Sedang Sedang

2. Reliabilitas

Reliabilitas (Suherman, 2008: 1) merupakan suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Menurutnya juga hasil dari pengukuran relatif akan sama, meski diberikan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda.

Dalam penelitian yang menggunakan instrumen tes uraian (subjektif), perhitungan reliabilitas dengan cara alpha (Cronbach Alpha). Dengan rumus Alpha sebagai berikut,


(29)

27

Keterangan:

n = banyak butir soal

= jumlah varians skor setiap soal = varians skor total

dimana, ∑

Keterangan: = varians

∑ = jumlah skor kuadrat setiap item

∑ = jumlah skor setiap item n = jumlah subjek

Dalam hal ini nilai diartikan sebagai nilai reliabilitas, sehingga oleh Guilford (dalam Suherman, 2003: 139) kriterianya disajikan dalam Tabel 3.5. Untuk memperoleh hasil perhitungan validitas soal instrumen tes yang telah disiapkan untuk diuji, dengan menggunakan Ms. Excel. Dengan nilai reliabilitas ( ) 0,52, dengan interpretasi reliabilitas sedang.

Tabel 3.5

Interpretasi Reliabilitas Nilai

Nilai Interpretasi

< 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ < 0,40 Rendah

0,40 ≤ < 0,70 Sedang

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi

3. Daya Pembeda

Pengertian daya pembeda (DP) menurut Suherman (2003: 159) adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Daya pembeda memiliki nilai yang berkisar 0 sampai 1. Semakin besar nilai DP, semakin besar pula pembeda antara siswa pandai dan siswa yang kurang.


(30)

28

Dalam penelitian yang akan menggunakan instrumen tes uraian (subjektif), maka penentuan daya pembeda dapat menggunakan rumus, sebagai berikut:

̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

̅̅̅ = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas

̅̅̅̅ = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Dalam hal ini nilai DP diartikan sebagai nilai daya pembeda, sehingga kriterianya (Suherman, 2003: 161) disajikan dalam Tabel 3.6 berikut,

Tabel 3.6

Interpretasi Daya pembeda Nilai DP

Nilai Interpretasi

DP = 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Untuk memperoleh hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal instrumen tes yang telah disiapkan untuk diuji, dengan menggunakan Ms. Excel. Dengan hasil pada Tabel 3.7 berikut,

Tabel 3.7

Daya Pembeda Instrumen tes

No. Soal Nilai DP Interpretasi

1 0,34 Cukup

2 0,21 Cukup

3 0,41 Baik


(31)

29

4. Indeks Kesukaran

Suherman (2008) menyebutkan bahwa dalam konteks indeks kesukaran (IK) tidak dikenal soal baik dan soal buruk, karena soal yang mudah dapat dianggap sebagai soal yang baik atau soal yang buruk begitupun untuk soal yang sukar, tergantung pada kondisi serrta tujuan tes tersebut. hanya ada soal yang buruk yaitu soal yang terlalu mudah maupun soal yang terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah menyebabkan semua siswa dapat menjawab benar termasuk siswa yang berada di kelompok bawah kemampuannya. Soal yang terlalu susah menyebabkan semua siswa tidak dapat menjawab dengan benar termasuk siswa terpandai di kelas tersebut. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah berupa uraian (subjektif) sehingga untuk penghitungan IK, dapat menggunakan rumus berikut,

̅

Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran

̅ = Rata-rata

SMI = Skor Maksimal Ideal

Dalam hal ini nilai IK diartikan sebagai nilai indeks kesukaran, sehingga kriterianya (Suherman, 2003: 170) disajikan dalam Tabel 3.8 berikut,

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Kesukaran Nilai IK

Nilai Interpretasi

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah


(32)

30

Untuk memperoleh hasil perhitungan indeks kesukaran setiap butir soal instrumen tes yang telah disiapkan untuk diuji, dengan menggunakan Ms. Excel. Dengan hasil pada Tabel 3.9 berikut,

Tabel 3.9

Indeks Kesukaran Instrumen tes

No. Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,83 Mudah

2 0,88 Mudah

3 0,67 Sedang

4 0,59 Sedang

Berdasarkan uji instrumen di kelas VIII H di SMP Negeri 1 Lembang, Reliabilitas sedang; validitas soal sedang dan tinggi; daya pembeda soal cukup dan baik; dan indeks kesukaran soal mudah dan sedang, sehingga semua soal dapat digunakan sebagai instrumen tes penelitian.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini, diperoleh beberapa data yaitu lembar evaluasi tes (pretest-post-test) siswa, serta lembar evaluasi non-tes (angket siswa, lembar observasi dan jurnal harian). Analisis data skor pada hasil pretest-post-test siswa untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, guna menguji hipotesis dalam penelitian ini. Pengolahan data tes tersebut menggunakan bantuan software Statistical Products and Solution Services (SPSS) versi 18. Adapun untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan sikap siswa kelas eksperimen terhadap model pembelajaran SSCS dengan analisis data non-test, yaitu berupa lembar angket dan jurnal harian untuk siswa, serta lembar observasi untuk observer.

Adapun perincian analisis dari masing-masing data (evaluasi tes dan non-tes) akan dijelaskan, berikut ini:


(33)

31

Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Data Skor Pretest

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang akan diolah memiliki sampel yang berdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

2. Uji Homogenitas Varians

Jika sampel telah berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan pengolahan data ini dengan menguji homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa sampel memiliki variansi homogen atau tidak.

3. Jika sampel telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan pengujian t.

4. Jika sampel berdistribusi normal, namun tidak memiliki varians yang homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan pengujian t’ dengan varians tidak sama.

5. Jika sampel tidak berdistribusi normal, atau salah satunya, maka pengolahan data menggunakan analitis statistika non-parametrik. Pengujian ini menggunakan Mann Whitney.

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berpikir kreatif matematis Matematis Siswa

Jika tidak terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol dan eksperimen secara signifikan, maka untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis matematis siswa digunakan data index gain. Untuk mengetahui nilai index gain (Hake) menggunakan rumus berikut,


(34)

32

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data gain ternormalisasi ini yang akan diolah memiliki sampel yang berdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

b. Uji Homogenitas Varians

Jika sampel telah berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan pengolahan data gain ternormalisasi ini dengan menguji homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa sampel memiliki variansi homogen atau tidak. c. Jika sampel telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan uji t. d. Jika sampel berdistribusi normal, namun tidak memiliki varians

yang homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan uji t’ dengan varians tidak sama.

e. Jika sampel tidak berdistribusi normal, atau salah satunya, maka pengolahan data menggunakan analitis statistika non-parametrik. Pengujian ini menggunakan Mann Whitney.

c. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa

Adapun penganalisisan ketuntasan belajar berpikir kreatif matematis siswa didapatkan dari nilai post-test siswa. KKM yang telah ditetapkan sekolah adalah 75. Adapun siswa secara keseluruhan dikatakan telah tuntas belajar atau memenuhi KKM apabila 65% siswa memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, atau melihat rata-rata hasil post-test siswa.

Analisis Data Kualitatif a. Angket

Angket yang akan dianalisis, perlu diubah skalanya, dari kualitatif menjadi kuantitatif. Pemberian skor penelitian ini menggunakan skala Likert yang disajikan dalam Tabel 3.10.


(35)

33

Tabel 3.10 Skor Angket

Skala Likert

Bobot Nilai SS S TS STS

Pernyataan Positif 5 4 2 1 Pernyataan Negatif 1 2 4 5

Rata-rata jawaban siswa menggunakan perhitungan rata-rata pada umumnya yaitu dengan rumus, sebagai berikut,

Kemudian nilai rata-rata dikembalikan pada skala Likert baik yang bernilai positif maupun negatif.

Adapun persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan, menggunakan rumus sebagai berikut,

Keterangan: p : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Kriteria yang diberikan pada penafsiran tersebut disajikan dalam Tabel 3.11. Perhitungan hasil angket menggunakan Microsoft Excel.

Tabel 3.11

Interpretasi Persentase Angket

Besar Persentase Tafsiran

p = 0 % Tidak ada

0 % < p ≤ 25 % Sebagian kecil 25 % < p < 50 % Hampir setengahnya

p = 50 % Setengahnya

50 % < p ≤ 75 % Sebagian besar 75% < p < 100 % Pada umumnya


(36)

34

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan bahwa guru telah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai, serta untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran SSCS.

c. Jurnal Harian Siswa

Jurnal harian siswa tertera kesan siswa atas pembelajaran SSCS dan saran untuk guru untuk pembelajaran lebih baik lagi. Data hasil jurnal harian siswa yang terkumpul akan analisis secara deskriptif, berdasarkan respon siswa akan pembelajaran SSCS.


(37)

61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut,

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS tidak lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS belum memenuhi nilai KKM.

3. Pada umumnya siswa merespon positif terhadap pembelajaran model SSCS, LKK dan Matematika.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka bagi peneliti lanjutan, disarankan melakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran matematika dengan model SSCS dengan kajian yang lebih luas dan jenjang yang berbeda.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Chendra Puji. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Birch, Paul dan Brian Clegg. 1996. Berpikir Kreatif dalam Bisnis. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Firmansari, Haifa. 2011. Pengaruh Penerapan Model SSCS (Search, Solve, Create, and Share) terhadap Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis pada Siswa SMP dalam Matematika. Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Hake, Richard R. Analyzing Change/ Gain Scores. Artikel. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [3 Pebruari 2014]

Irwan. 2 011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12 No.1. Tersedia : http://jurnal.upi.edu/file/irwan.pdf.

Laboratory Network Program. Regional Educational Laboratories: Promising

Practices in Mathematics & Science Education. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?id=KUY5GpI29ioC&pg=PA153&lpg=PA15 3&dq=laboratory+network+program+search+solve+create+and+share&sourc e=bl&ots=cS5yk4GLAb&sig=nvv794BlG7s1xYkyhRz29u2Jg0M&hl=en&sa


(39)

=X&ei=l9TdUuSGOYiGrQfxrIDwAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=laborato ry%20network%20program%20search%20solve%20create%20and%20share &f=false

Mahmud, Ali. 2010. Pengaruh Strategi MHM(Mathematical Habits of Mind) Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Persepsi Terhadap Kreativitas. Disertasi SPS UPI: Tidak Tersedia.

Mulyana, Tatang. 2011. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195101

061976031-TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_ Matematik.pdf [21 Januari 2014]

Nurdin, Nanang. 2009. Stude Komparatif Problem Centered Learning dengan Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.

Nurhidayati, Widia. 2013. Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving)-Heuristic dalam Miningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Nuryahati, Ratna. 2012. Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share (Sscs) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.


(40)

Ramson. 2010. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Berfikir Kritis Siswa SMP pada Topik Cahaya. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf. [11 Nopember 2012]

Suherman, Erman, at all. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Common Textbook. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Individual Textbook. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, Erman. 2008. Evaluasi Pembelajaran Matematika. SAP dan Hands Out Perkuliahan. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(1)

33

Tabel 3.10 Skor Angket

Skala Likert

Bobot Nilai SS S TS STS

Pernyataan Positif 5 4 2 1

Pernyataan Negatif 1 2 4 5

Rata-rata jawaban siswa menggunakan perhitungan rata-rata pada umumnya yaitu dengan rumus, sebagai berikut,

Kemudian nilai rata-rata dikembalikan pada skala Likert baik yang bernilai positif maupun negatif.

Adapun persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan, menggunakan rumus sebagai berikut,

Keterangan: p : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Kriteria yang diberikan pada penafsiran tersebut disajikan dalam Tabel 3.11. Perhitungan hasil angket menggunakan Microsoft Excel.

Tabel 3.11

Interpretasi Persentase Angket

Besar Persentase Tafsiran

p = 0 % Tidak ada

0 % < p ≤ 25 % Sebagian kecil 25 % < p < 50 % Hampir setengahnya

p = 50 % Setengahnya

50 % < p ≤ 75 % Sebagian besar

75% < p < 100 % Pada umumnya


(2)

34

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan bahwa guru telah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai, serta untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran SSCS.

c. Jurnal Harian Siswa

Jurnal harian siswa tertera kesan siswa atas pembelajaran SSCS dan saran untuk guru untuk pembelajaran lebih baik lagi. Data hasil jurnal harian siswa yang terkumpul akan analisis secara deskriptif, berdasarkan respon siswa akan pembelajaran SSCS.


(3)

61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut,

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS tidak lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS belum memenuhi nilai KKM.

3. Pada umumnya siswa merespon positif terhadap pembelajaran model SSCS, LKK dan Matematika.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka bagi peneliti lanjutan, disarankan melakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran matematika dengan model SSCS dengan kajian yang lebih luas dan jenjang yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Chendra Puji. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran

Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Birch, Paul dan Brian Clegg. 1996. Berpikir Kreatif dalam Bisnis. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Firmansari, Haifa. 2011. Pengaruh Penerapan Model SSCS (Search, Solve, Create,

and Share) terhadap Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis pada Siswa SMP dalam Matematika. Skripsi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Hake, Richard R. Analyzing Change/ Gain Scores. Artikel. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [3 Pebruari 2014]

Irwan. 2 011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create

and Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12

No.1. Tersedia : http://jurnal.upi.edu/file/irwan.pdf.

Laboratory Network Program. Regional Educational Laboratories: Promising Practices in Mathematics & Science Education. Tersedia: http://books.google.co.id/books?id=KUY5GpI29ioC&pg=PA153&lpg=PA15 3&dq=laboratory+network+program+search+solve+create+and+share&sourc


(5)

=X&ei=l9TdUuSGOYiGrQfxrIDwAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=laborato ry%20network%20program%20search%20solve%20create%20and%20share &f=false

Mahmud, Ali. 2010. Pengaruh Strategi MHM(Mathematical Habits of Mind)

Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Persepsi Terhadap Kreativitas. Disertasi SPS UPI: Tidak Tersedia.

Mulyana, Tatang. 2011. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195101

061976031-TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_ Matematik.pdf [21 Januari 2014]

Nurdin, Nanang. 2009. Stude Komparatif Problem Centered Learning dengan

Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.

Nurhidayati, Widia. 2013. Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem

Solving)-Heuristic dalam Miningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Nuryahati, Ratna. 2012. Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share (Sscs) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.


(6)

Ramson. 2010. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Berfikir Kritis Siswa SMP pada Topik Cahaya. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf. [11 Nopember 2012]

Suherman, Erman, at all. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Common Textbook. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Individual Textbook. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, Erman. 2008. Evaluasi Pembelajaran Matematika. SAP dan Hands Out Perkuliahan. Bandung: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Penerapan Model Pemecahan Masalah Matematis Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Dasar.

1 2 16

Penerapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kraetif Peserta Didik : Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung.

0 0 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

0 2 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONCEPT SISWA SMP NEGERI 1 KEDAWUNG.

6 19 51

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41