Manfaat Program Rehabilitasi paru Pada Penderita PPOK Stabil.

.TVTINFAAT
PROGRAITT REHABILITASI PAP.U
_-

,."' . PAIIA PEI{DERfTA P}OK STABIL

ol&:

a

Snten HasfuqSn

BAGIAI{ PITLMONOLOGI DAI\[ KEIX}KIERAN RESP_IRASI
KEDOI(TERAN I]NAND I RStIP. DR. M DJAMIL
FATUT.I'AS
.
PAI}A}IG
2010

LEMBARAN PENGE SAI{AN PEMBIMBING
Tesis ini telah diseiuj'ui untuk disidangkan

,, Tanggal:O7Agustus2{10 :: .,

.

l

NIP. 130 526 442

130 672297

Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andaias /
RS Dr M Djamil Padang

t30.672287

BAGIAN PULMONOLOGI DAN II,MU KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND / RSUP. DT. M. DJAMIL
PADANG

2010

LEMBARAN PENGESAHAII PENGUJI

J*:.:j

te,ld gruii dan dinilai

oreh panitia penguji-pada Fiograrn
--

fi";

putmonologi dan
i

0,05.

Untuk melihat perbandingan fungsi parurata-rata sebelum dan sesudah program
rehabilitasi pada penelitian


ini

dapat dilihat pada tabel

2

di bawah ini

:

Tabel2. Perbandingan fungsi paru sebelum dan sesudah program
rehabilitasi paru

Fungsi paru

(n:18)

Sebelum


Sesudah

rehabilitasi

rehabilitasi
(Min + SD)

(Min + SD)

FVC (L)
FEV1 (L)

FEVI/FVC (%prd)

2.41*0.47 2.39+0.51
1.03+0.23

1.02*0.28

54.56+10.42 53.94+11.85


uji
Wilcoxon
p

0.959
0.868
0.522
p < 0,05

uji kemampuan jarak tempuh jalan

selama

(6-MwD) kami mendapatkan jarak tempuh terpendek adalatr

52,5 m

Pada awal penelitian ini, dari
erurm menit


dan jarak tempuh terjauh adalah 286,2 m, sedangkan jarak tempuh rata-rataadalah

173,6 mdengan standar deviasi 98,52. Setelah menjalani

program rehabilitasi

paru selam delapan minggu semua peserta dapatmeningkatkan jarak tempuh jalan
eruIm menit dimana jarak tempuh terpendek menjadi 108 m sedang terjauh adalah

30

450

m. Jika diuji

statistik ditemukan perubahan yang bermakna dimana

secara


nilai p:0,0001. Disini dapat dilihatbahwaderajat PPOK berat tidak berarti
kemampuan jalannya selalu buruk, artinya walaupun PPOK derajat beratjarak

tempuhnya bisa lebih baik dari derajat PPOK yang sedang. Untuk melihat
perbedaan

jarak tempuh jalan enam menit lebih jelas dapat dilihat

tabel3 dibawah ini

pada

:

Tabel 3. Perbandingan jarak tempuh 6 menit ( 6-MWD) sebelum dan

rehabilitasi medis paru

sesudah


Sebelum RM
( Min+SD)

t8

173,6

+

Sesudah

81,4 '

Uji

RM

Wilcoxon

( Min*SD)


p

240.6+98.5

0.0001

p < 0,05

Ditinjau dari derjat

sesak napas sebelum

menjalani progftrm rehabilitasi

paru, didaptakan derajat

sesak napas terbanyak adalah

(44,5 % ), diikuti derajat


3

sebanyak

derajat

2

yaitu 8 orang

6 orang ( 33,3 %) danderajat I

berjumlah

4 orang (22,2 % ). Kami tidak dijumpai sesak napas derajat dengan skala 0 dan
skala 4 dalam penelitian

ini.


Setelah menjalani program rehabilitasi paru selama

delapan minggu sebagian besar yaitu 15 orang (83,3yo ) mengalami pengurangan
sesak napas sedangkan 3 orang tidak merasakan adanya perubahan. Sebanyak 10

orang (55,6%

)

berjumlah 4 orang

berada pada sesak napas derajat

(

22,2

yo) sesak

Perubahan sensasi sesak napas

ini

napas

derajat

1,

sesak napas derajat 2

0 menjadi 4 orang (22,2%).

telah diuji dengan menggunakan uji Marginal

31

homogenity yang menunjukkan perubahan yang bermakna dimana
seperti terlihat pada tabel 4 di bawah

:

Tabel4. Derajat sesak napas sebelum dan sesudah
Derajat sesak

napas

Sebelum

nilai p < 0,05

Rehabilitasi

8

minggu RM

Sesudah Rehabilitasi

N%N%

i8 ,),,
44,5

0

I
2
J
4

too
4

Tr'n
22,2

:':,'_:
l8

100

18

100

Dari tabel di atas sesudah rehabilitasi terjadi perbaikan peringkat sesak napas,
dimana 2 orang
derajat

2

(ll,l%)

dari

sesak derajat

I

dan

2 orang (Il,l%)

dari

nakperingkat menjadi sesaknapas derajatO. Untuk denjat

rehabilitasi menjadi 10 orang (55,6%) berasal dari derajat

I

sebanyak

sesak

1 sesudah

2 orung,

lima orang berasal dari sesak derajat 5 dan 3 orang lagi berasal dari sesak napas
derajat 3. Sesak napas derajat

2 sesudah rehabilitasi

tinggat 4 orang dimana I

orang tetap derajat 2dan 3 oranglagiberasaldari sesak derajat 3. Sedangkan
derajat 3 tidak ada lagi hingga program rehabilitasi paru selesai.

32

BAB

VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Program rehabilitasi paru dapat mengurangi

sesak napas pada penderita

PPOK.

2. Rehabilitasi paru dapat meningkatkan

jarak tempuh jalan pada penderit4

sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari.

3. Rehabiiitasi paru tidak menunjukkan adanya peningkatan fungsi paru
yang berarti, walaupun terjadi penguangan sesak napas.

6.2. SARAN :

Program rehabilitasi paru di Rumah Sakit hendaknya dijalankan secara
komprehensif untuk memperoleh kualitas hidup yang optimal

36

DAFTAR PUSTAKA
l. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease ( GOLD ).

Global
strategy for the diagnosis, management and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease. National lnstitutes of Health, National Heart, Lung and
rriood Institute, 2007 .

2. Pedoman pengendalian penyakit paru obstruktif
Kesehatan republik Indonesia, J akarta. 2007
J.

kronik (PPOK). Departemen

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK, Pedoman praktis diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia.J akarta; 2004

In Wibisono MJ, Hasan H, Maranatha D, dkk.
editor. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan VII, Ilmu
Penyakit Paru. Surabay4 Oktober2004: p.1-15

4. Alsagaf H. COPD overview.

5.

SharmaS, ArnejaA. Pulmonary Rehabilitation. Update Jan

15,

2009

diakses dari http ://emedidine. emedscape. com/aeticle/3 I 9 8 8 5 -overview

6. Rachma N. Rehabilitasi Napas Penderita

PPOK.Dalam : Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, Kongres Nasional X PDPI, Peran ilmu kedokteran respirasi
dalam mewujudkan Indonesia sehat 2010.Surakarta;2005: hal 323-332

7. CelliBR, ZuwallackRl. Pulmonary

Rehabilitation,In Munay and Nadels

Textbook of Respiratory Medicine, 4 th ed.2005:p.2421-2429

8. Ciobanu L, Pesut D, Miloskovic V, Petrovic D. Medical
Opinion on the importance of

progress, current
pulmonary rehabilitation in patients with

chronic obstructive pulmonary
2007 ;120(17 ): I 539 -l

5

disease.Chinese

Medical

Journal

43

9. Ries Al.Rehabilitations

in Chronic Obstructive Pulmonary Disease and other
Respiratory Disorders. In Fishman Pulmonary disease and disorders
Fourth Edition.Volume one.Mc Graw Hill Medic aI;2008 :p.7 63 -7 7 I

10. Lacasse Y, Goldstein R, Lasserson TJ, Martin S. Pulmonary rehabilitation for
chronic obstructive pulmonary disease.diakses dari http/ww.ncbi.nlm.nih.gov.
11. carroll MoLM. Exercise and Airway clearing Devices in Pulmonary
Rehabilitation Program for Patients with Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Dissertation. The Ohio State University ;2005
12. American Thorac Society, 1999. diakses dari www.Am thoracic society.

37