Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Derajat Intention untuk Menjalani Proses Penyembuhan pada Penderita Pasca Stroke di Klinik Akupunktur "X" Bandung.

(1)

v

Abstrak

Penelitian ini berdasarkan pada teori planned behavior dari Icek Ajzen (2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi determinan-determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode accidental sampling. Sampel penelitian yang berjumlah 61 orang ini merupakan penderita pasca stroke yang minimal sudah menjalani terapi akupunktur selama 1 bulan dan dapat berkomunikasi.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Planned Behavior yang disusun oleh Icek Ajzen (2005), dan dimodifikasi oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas menggunakan expert judgement dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach diperoleh 24 item valid dan hasil reliabilitas sebesar 0.70. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan analisis regresi dan teknik regresi berganda. Hasil yang diperoleh adalah ketiga determinan secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan sebesar 0.475. Determinan yang berkontribusi secara signifikan adalah attitude toward the behavior yaitu sebesar 0.3681 dan perceived behavioral control yaitu sebesar 0.096. Determinan subjective norms memberikan kontribusi yang tidak signifikan sebesar 0.0109.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang dukungan sosial dan membandingkan penderita pasca stroke yang menjalani pengobatan alternatif dan yang tidak menjalani pengobatan alternatif. Peneliti juga menyarankan pemilik dan akupunkturis Klinik “X” untuk mengadakan sharing group antara penderita pasca stroke dan menjelaskan keterkaitan antara proses penyembuhan. Penderita pasca stroke disarankan untuk berinteraksi dengan penderita lainnya guna meningkatkan pengetahuan tentang keberhasilan dari proses penyembuhan.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research was based on the theory of planned behavior by Icek Ajzen (2005). The purpose of this study was to discover the contribution of intention’s determinants to the degree of intention to undergo the recovery treatments in pasca-stroke patients at “X” Acupuncture Clinic Bandung. The sample selection was done by using accidental sampling technique. The participants were 61 peoples who suffered from pasca-stroke and had been undergoing acupuncture therapy for at least 1 month and can communicate.

The measuring instrument of this research was planned behavior questionaire which was arranged by Icek Ajzen (2005) and modified by researcher. Based on expert judgement validity test and Alpha Cronbach reliability test, 24 valid items were obtained with reliability scored at 0.70. Research data is processed by regression analysis techniques. The results has proven that All determinants outright contribute significantly in the amount of 0.475. Determinants which contributed significantly was attitude toward the behavior with contribution score 0.3681 and perveiced behavioral control with contribution score 0.096. Subjective norms contribute unsignificantly which only scored at 0.0109.

Based on reasearch results, researcher make some suggestions for further researcher to make a study of social support and make a comparing study of pasca stroke patients who undergo alternative treatments and pasca stroke patients who doesn’t undergo alternative treatments. Researcher also suggest the owner and acupunkturist the “X” Clinic to hold a sharing group between pasca stroke patients and explain the link of heach recovery processes. Pasca stroke patients was suggested to interact with other pasca stroke patients in order to increase knowledge about the succesion of the treatment.


(3)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi ... 18

1.7 Hipotesis Penelitian ... 18

1.7.1 Hipotesis Mayor ... 18

1.7.2 Hipotesis Minor ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior ... 20

2.1.1 Intention ... 20

2.1.2 Attitudes toward the behavior ... 22

2.1.3 Subjective Norms ... 23

2.1.4 Perceived behavioral control ... 24

2.1.5 Pengaruh Determinan–determinan intention terhadap Intention ... 25

2.1.6 Hubungan antar determinan–determinan Intention ... 26

2.1.7 Faktor–faktor yang Melatarbelakangi ... 27

2.2 Stroke ... 29

2.2.1 Definisi Stroke ... 29

2.2.2 Jenis Stroke ... 29

2.2.3 Faktor Risiko Terjadinya Stroke ... 29

2.2.4 Gejala dan Tanda Stroke ... 30

2.2.5 Definisi Penderita Pasca Stroke ... 31

2.2.6 Masalah Psikologis Penderita Pasca Stroke ... 31

2.3 Pengobatan Alternatif Akupunktur ... 33

2.4 Tahap-Tahap Perkembangan Dewasa ... 35

2.4.1 Young Adulthood ... 35


(5)

xi

2.4.3 Late Adulthood ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 37

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.3.1 Variabel Penelitian ... 38

3.3.2 Definisi Operasional ... 38

3.3.2.1 Definisi Operasional Intention ... 38

3.3.2.2 Definisi Operasional Determinan–determinan Intention ... 38

3.4 Alat Ukur ... 39

3.4.1 Alat Ukur Intention dan Determinan–determinan Intention ... 39

3.4.2 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 40

3.4.3 Prosedur Pengisian ... 40

3.4.4 Sistem Penilaian ... 40

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 42

3.5 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 42

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 42

3.5.2 Reabilitas Alat Ukur ... 43

3.6 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.6.1 Populasi Sasaran ... 43

3.6.2 Karateristik Populasi ... 44

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.7 Teknik Analisis Data ... 44


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.9 Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 47

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Marital ... 48

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 50

4.2.2 Hasil Penelitian ... 51

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

5.2.1 Saran Teoritis ... 61

5.2.2 Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

DAFTAR RUJUKAN ... 64 LAMPIRAN


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Kisi-kisi Alat Ukur ... 40

Tabel Bobot Penilaian Alat Ukur ... 41

Tabel Gambaran Usia ... 48

Tabel Gambaran Status Marital ... 49

Tabel Gambaran Jenis Kelamin ... 50

Tabel Hasil Uji Penelitian ... 50

Tabel Hasil Perhitungan Besarnya Kontribusi Determinan Intention ... 51


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Bagan Kerangka Pikir ... 18 Bagan Theory of Planned Behavior ... 28 Bagan Prosedur Penelitian ... 37


(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Pengisian Kuesioner ... L-1 Lampiran 2 Kata Pengantar Kuesioner ... L-2 Lampiran 3 Kuesioner Determinan–determinan intention dan intention ... L-3 Lampiran 4 Kuesioner Data Penunjang ... L-8 Lampiran 5 Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang dan Attitude toward the Behavior . L-9 Lampiran 6 Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang dan Subjective Norms ... L-11 Lampiran 7 Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang dan Perceived Behavioral Control L-13 Lampiran 8 Hasil Tabulasi Silang Data Pribadi dan Intention ... L-15 Lampiran 9 Hasil Uji Asumsi Klasik ... L-16 Lampiran 10 Hasil Tabulasi Silang Determinan-Determinan Intention dan Intention .... L-19 Lampiran 11 Data Mentah ... L-20 Lampiran 12 Hasil Regresi ... L-22 Lampiran 13 Hasil Analisis Item ... L-23


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis (Aru, 2009). Dari definisi tersebut jelas bahwa kelainan utama stroke adalah kelainan pembuluh darah yang merupakan bagian dari pembuluh darah sistemik. Menurut dr. Hadi Martono dan dr. RA Tuty Kuswardani latar belakang penyebab penyakit stroke adalah karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah ke otak, atau karena pecahnya pembuluh darah ke otak. Faktor risiko terjadinya stroke adalah usia, jenis kelamin, darah tinggi, diabetes mellitus dan faktor keturunan. Faktor lainnya yang memicu timbulnya penyakit ini adalah pola hidup yang kurang sehat seperti jarang olahraga atau mengonsumsi makanan-makanan yang memicu tekanan darah tinggi sehingga semakin beresiko untuk terserang stroke. (Aru, 2009)

Di Indonesia, stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Menurut Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), stroke menjadi penyebab kematian pada semua umur dengan proporsi 15,4%. Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke adalah penyebab kematian terbesar di perkotaan dengan proporsi 15,9%, sedangkan di pedesaan stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi dengan proporsi 11,5%. Pada kelompok umur 55-64 tahun, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di perkotaan dan di pedesaan


(11)

(http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/05/21/244211/hati-hati-stroke-penyebab-utama-2

kematian). Pada Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10 persen. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada Riskesdas 2013 mencapai 24 persen, dan jumlah ini diprediksi akan terus meningkat dalam waktu 10-20 tahun (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy- nasional/14/02/02/n0cz1r-jumlah-penderita-stroke-di-indonesia-terus-meningkat)

Berdasarkan gejala dan akibat yang timbul, stroke terbagi atas 2 jenis, yaitu stroke berat dan ringan. Sebagian besar individu yang terkena stroke, baik berat maupun ringan, akan mengalami akibat yang sama, hanya berbeda tingkat keparahannya. Akibat tersebut berupa kekakuan otot, kesulitan bicara, kemampuan mengingat yang berkurang, gangguan motorik yang disebabkan oleh rusaknya sel otak. Individu yang pernah mengalami stroke juga rentan untuk terkena serangan stroke lagi (http://www.yastroki.or.id/read.php?id=302). Selain akibat fisiologis, individu yang terkena stroke seringkali juga mengalami akibat psikologis, hal ini disebabkan sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Masalah psikologis yang dirasakan oleh penderita pasca stroke yaitu sulit mengontrol rasa marah, melakukan penarikan diri terhadap lingkungan, emosi menjadi tidak stabil, memerlihatkan rasa ketakutannya ketika keluar rumah, merasa malu ketika bertemu dengan orang lain, hingga depresi (Shimberg, 1998).

Dalam upaya mengatasi akibat fisiologis maupun psikologis pasca stroke dan mengurangi risiko terkena serangan kembali, penderita perlu menjalani serangkaian upaya penyembuhan. Individu yang telah mengalami stroke atau yang biasa disebut penderita pasca stroke, dalam upaya penyembuhannya dapat menjalani beberapa metode pengobatan, biasanya dokter akan menyarankan penderita pasca stroke untuk menjalani pengobatan medis seperti farmakoterapi dan fisioterapi.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Farmakoterapi adalah upaya penanganan penyakit stroke dengan cara mengonsumsi obat-obatan. Sedangkan fisioterapi adalah bentuk pengobatan yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan cara berlatih fisik. (http://fisioterapi.umm.ac.id/home.php?c=7006-6). Pada kenyataannya farmakoterapi dan fisioterapi ini tidak selalu dijalani oleh penderita pasca stroke, karena biaya yang mahal dan proses pengobatannya memakan waktu yang lama untuk dapat sembuh.

Selain menjalani farmakoterapi dan fisioterapi, penderita pasca stroke harus sangat menjaga pola makannya sehari - hari, seperti mengurangi atau menghindari makanan–makanan berlemak, menghindari makanan–makanan yang mengandung garam dalam kadar tinggi, dan mengurangi konsumsi minuman serta makanan–makanan yang mengandung sodium. Penderita pasca stroke juga harus melakukan latihan fisik secara rutin agar anggota tubuhnya dapat kembali berfungsi. Menjaga pola makan dan latihan fisik merupakan metode pengobatan yang wajib dijalani oleh penderita pasca stroke agar dapat sembuh. Kesembuhan hampir tidak mungkin dicapai tanpa adanya latihan fisik dan penjagaan pola makan sehari–hari atau yang biasa disebut diet (http://www.penyembuhanstroke.com/?rahasia-pemulihan-pasca-stroke-yang-wajib-anda-ketahui).

Selain metode penyembuhan tersebut, upaya penyembuhan penyakit stroke lainnya adalah dengan pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif terus berkembang dengan jenis pengobatan yang beragam. Salah satu jenis pengobatan alternatif yang banyak dijalani oleh penderita pasca stroke adalah terapi akupunktur. Akupunktur adalah salah satu jenis terapi pengobatan yang berasal dari Cina dan sudah berkembang sejak lama. Saat ini sudah terdapat akupuntur yang dikembangkan dengan prinsip kedokteran barat. Orang yang melakukan terapi


(13)

4

akupunktur disebut akupunkturis. Terapi akupunktur ini dilakukan dengan cara menusukkan jarum halus ke titik–titik tertentu dalam tubuh, sehingga nantinya saraf-saraf tubuh terangsang untuk mengeluarkan hormon tertentu yang dapat mendorong penyembuhan. (Stux dan Hammerschlag, 2001)

Teknik akupunktur dapat digunakan untuk merangsang daerah otak yang mengendalikan kaki dan tangan, yang mengalami masalah, melalui titik-titik akupunktur tubuh-telinga-kepala yang merupakan daerah proyeksi tersebut. Telah dilakukan 33 penelitian mengenai efektivitas akupunktur dalam bidang klinis, terutama kasus stroke, dan sebanyak 29 penelitian menunjukkan hasil yang mendukung pengobatan menggunakan terapi akupunktur. Penelitian tersebut mendukung efek positif akupunktur terhadap otak dan otot-otot perifer yang berhubungan dengan mekanisme penyakit stroke dan didukung perbaikan klinis yang signifikan. Secara lebih ringkas, manfaat dari teknik akupunktur terhadap penderita stroke adalah meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami kerusakan, menurunkan tekanan darah pada hipertensi, menurunkan kolesterol darah jika tinggi, menurunkan gula darah pada kencing manis yang dapat menjadi pemicu serangan stroke, menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat dihambat, merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh, mengatasi stress, depresi dan nyeri, dan memperbaiki gangguan elektrik otak terutama yang berhubungan dengan saraf untuk pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh (http://www.rscharitas.com/index.php?mod=newsdet&id=219). Teknik akupunktur dapat membantu proses pengembalian fungsi tubuh menjadi lebih cepat dikarenakan teknik akupunktur secara langsung merangsang saraf dan daerah otak tertentu melalui titik-titik akupunktur.


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Di Bandung terdapat Klinik Akupunktur “X”. Pemilik sekaligus pendiri klinik akupunktur “X” ini adalah seorang dokter. Berdasarkan wawancara dengan pemilik sekaligus pendiri klinik ini, sejak awal, tujuan utama didirikannya klinik ini adalah untuk melayani masyarakat dari segala lapisan, sehingga dokter yang mendirikan klinik ini tidak memasang tarif tertentu bagi pasien, siapa saja boleh datang menjalani terapi dan membayar dengan jumlah yang tidak ditentukan, sehingga klinik ini terkesan sangat terbuka kepada masyarakat. Saat awal didirikan, mayoritas pasien yang berkunjung adalah pasien dengan keluhan penyakit stroke, namun seiring berkembangnya klinik tersebut, banyak pasien lain yang datang dengan berbagai keluhan penyakit. Dari sekitar 2.000 kunjungan perbulan, kurang lebih sebanyak 25% adalah kunjungan pasien dengan keluhan penyakit stroke. Pasien-pasien stroke di klinik ini berada dalam rentang usia 26 hingga 70 tahun dan berasal dari tingkat ekonomi serta latar belakang keluarga yang beragam. Ada pasien yang merupakan pengusaha, pensiunan PNS, pegawai swasta, ibu rumah tangga, dan sebagainya. Beberapa pasien tinggal dengan pasangan, beberapa pasien lainnya tinggal bersama anak, tapi ada pula yang tinggal sendiri di rumahnya.

Sebagian besar pasien stroke sudah menjalani pengobatan di Klinik “X” selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Dalam satu minggu, biasanya mereka disarankan untuk mengikuti terapi sebanyak dua kali, pasien dan akupunkturis seringkali membuat jadwal yang disepakati bersama. Pasien biasanya dijadwalkan untuk kembali menjalani terapi setelah 2-4 hari. Proses terapi akupunktur disarankan untuk dilanjutkan secara rutin hingga fungsi tubuh kembali normal kurang lebih 80%. Namun pada kenyataannya, pasien tidak selalu dapat menjalani terapi dengan rutin, karena beberapa hal, misalnya sedang ada kesibukan di pekerjaan, tidak ada yang mengantar atau sedang dalam keadaan suasana hati yang buruk. Dokter dan akupunkturis pun


(15)

6

sering mengeluhkan proses pengobatan akupunktur yang tidak dapat berjalan lancar dikarenakan pasien tidak menghadiri terapi akupunktur sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Klinik “X” menggunakan teknik akupunktur yang diadaptasi dari hasil modifikasi akupunktur kedokteran barat. Teknik ini telah diteliti di beberapa negara barat dan telah terbukti dapat berjalan sebagai komplementer dari pengobatan medis. Terapi dilakukan dengan cara menusukkan jarum-jarum halus di beberapa titik tertentu. Letak dan jumlah tusukan tergantung dari kondisi pasien. Mekanisme pengobatan menggunakan terapi akupunktur dapat berbeda, tergantung dari penyakitnya. Pada umumnya, untuk penyakit stroke, tusukan jarum halus akan menimbulkan rasa nyeri, dan nantinya akan merangsang hormon tertentu untuk keluar dan mendorong penyembuhan. Penyembuhan yang dimaksud disini adalah keadaan kembali berfungsinya anggota–anggota tubuh dalam kehidupan sehari–hari (http://www.rscharitas.com/index.php?mod=newsdet&id=219). Menurut dokter pendiri klinik ini, beberapa dokter lain yang menangani kasus stroke menyarankan pasiennya untuk mengikuti terapi akupunktur di klinik ini, dengan pendapat bahwa terapi akupunktur yang diadaptasi dari kedokteran barat dan dilakukan oleh seorang dokter dapat lebih dipercaya daripada yang lainnya.

Suasana di klinik ini dibuat nyaman dengan cara memutar musik sepanjang hari dan akupunkturis bukan hanya berlaku sebagai ahli pengobatan namun juga memberikan dukungan psikologis bagi pasiennya. Akupunkturis bukan terus-menerus mendorong pasien pasca stroke untuk rutin mengikuti terapi akupuntur saja, melainkan pasien didorong dan diingatkan terus untuk menjalani seluruh rangkaian pengobatan, seperti latihan fisik, menjaga pola makan dan rutin meminum obat dokter. Beberapa pasien di klinik “X” sudah sejak awal tidak lagi meminum obat dokter karena merasa obat dokter terlalu mahal dan tidak terasa efeknya. Pasien yang merasakan perkembangan fungsi tubuhnya, mendapat dukungan dari figur signifikan dan merasa


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha mampu menjalani proses penyembuhan akan semakin memiliki niat yang konsisten untuk menjalaninya. Namun pasien yang kurang merasakan hal–hal tersebut bisa kurang memiliki niat yang konsisten untuk menjalani proses penyembuhan. Oleh karena itu, hal-hal yang membentuk niat tersebut sangatlah penting untuk dirasakan oleh pasien, untuk dapat meningkatkan niatnya dalam menjalani proses penyembuhan. Niat secara konsisten yang dimaksud adalah intention, yaitu indikasi seberapa kuat keinginan individu untuk secara konsisten menampilkan tingkah laku; dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

Sedangkan hal-hal yang membentuk intention disebut dengan determinan. Terdapat 3 determinan intention yaitu attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control. Attitude toward the behavior merupakan kecenderungan untuk menanggapi hal–hal secara evaluatif, disenangi atau tidak disenangi terhadap objek, orang, institusi atau peristiwa. Penderita pasca stroke yang merasakan manfaat dari diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur yang dijalaninya, akan meningkatkan intention penderita pasca stroke untuk terus menempuh proses penyembuhan tersebut. Subjective norms merupakan persepsi seseorang akan persetujuan orang lain dalam menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku dengan pertimbangan tertentu. Penderita pasca stroke yang mendapat dukungan dari keluarga, pasangan, orang yang dianggap ahli atau figur signifikan lain untuk menjalani proses penyembuhan, akan meningkatkan intention untuk menjalani proses penyembuhan. Determinan yang terakhir adalah perceived behavioral control, yaitu persepsi tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang untuk menunjukkan suatu tingkah laku. Penderita pasca stroke yang merasa sanggup untuk menjalani proses–proses penyembuhan, baik dari segi finansial, fisik dan psikologis, akan lebih


(17)

8

memiliki intention yang tinggi. Determinan–determinan ini menentukan bagaimana derajat intention penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang pasien pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” didapatkan data bahwa 4 pasien (40%) merasakan tubuh mereka semakin ringan dan bagian–bagian tubuh semakin mudah digerakkan dan tidak lagi kaku setelah mengatur asupan makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur membuat mereka memiliki niat (intention) untuk terus menjalani proses penyembuhan. Lalu pada 3 pasien (30%), dukungan dari pasangan, anak, menantu, dokter yang mengobati, atau akupunkturis dihayati sebagai hal yang paling membuat mereka memiliki niat (intention) untuk menjalani proses penyembuhan. Sedangkan pada 2 pasien (10%), mereka menghayati bahwa mereka mampu menjalani proses penyembuhan, dengan pertimbangan biaya penyembuhan yang murah, tempat pengobatan dekat dari rumah, proses pengobatan tidak menimbulkan rasa sakit dan hal ini yang paling membuat mereka memiliki niat (intention) untuk terus menjalani proses penyembuhan.

Sebanyak 1 dari 10 pasien (10%) kurang memiliki niat (intention) untuk menjalani proses penyembuhan pasca stroke, karena kurang mendapatkan dukungan dari suaminya. Menurut subjek, suaminya tidak memberikan dukungan kepadanya untuk menjalani pengobatan, malah lebih sering memarahi subjek apabila subjek minta diantar ke tempat terapi. Keterbatasannya untuk berjalan, membuat subjek harus memakai kursi roda, dan membuat subjek yang tidak memiliki kendaraan kesulitan untuk pergi ke tempat terapi, subjek juga tidak memiliki cukup biaya untuk membeli obat–obatan dokter.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa masing-masing penderita pasca stroke memiliki penghayatan yang membuat niat penderita menjadi kuat atau lemah untuk menjalani proses penyembuhan berupa diet makanan, latihan fisik dan terapi


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha akupunktur. Untuk memastikan penghayatan apa yang membuat penderita pasca stroke memiliki niat yang kuat ataupun lemah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Determinan–Determinan Intention terhadap Derajat Intention untuk menjalani proses penyembuhan pada Penderita Pasca Stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui seberapa besar kontribusi determinan–determinan Intention terhadap derajat Intention untuk Menjalani Proses Penyembuhan pada Penderita Pasca Stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi determinan–determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca Stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui determinan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap terhadap intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik


(19)

10

Akupunktur “X” Bandung dilihat dari attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Sebagai masukan bagi ilmu psikologi khususnya bidang psikologi klinis dan psikologi kesehatan mengenai kontribusi determinan–determinan intention terhadap derajat intention pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Kota Bandung.

2. Memberikan sumbangan informasi atau pengetahuan kepada peneliti lainnya yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai intention, serta mendorong perkembangan penelitian–penelitian lainnya yang berkaitan dengan topik ini.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada Klinik Akupuntur “X” mengenai kontribusi determinan– determinan intention terhadap derajat intention pada penderita pasca stroke agar dapat memotivasi pasien untuk menjalani proses penyembuhan dan memberi banyak informasi dan pengetahuan tentang proses penyembuhan yang dijalani pasien atau mengadakan kerjasama dengan psikolog untuk meningkatkan intention pasien.

2. Memberikan informasi kepada keluarga dari penderita pasca stroke yang menjalani proses penyembuhan. Informasi ini diharapkan dapat membantu pihak keluarga untuk memahami kondisi psikologis penderita, khususnya memahami hal apa yang paling memengaruhi intention penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan dan akhirnya dapat


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha memutuskan apakah dibutuhkan bantuan tenaga ahli lain untuk membantu proses penyembuhan pasien.

1.5 Kerangka Pemikiran

Stroke adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Dari definisi tersebut, jelas bahwa kelainan utama stroke adalah kelainan pembuluh darah yang merupakan bagian dari pembuluh darah sistemik (Aru, 2009). Individu yang telah terkena serangan stroke disebut penderita pasca stroke. Pada saat individu mengalami penyakit kronis seperti stroke, individu akan mengalami guncangan dan ketakutan, karena sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Penyakit stroke dapat memengaruhi psikologis penderita pasca stroke. Ada beberapa masalah psikologis yang dirasakan oleh penderita pasca stroke yaitu penderita pasca stroke sulit mengendalikan kemarahannya, menarik diri dari lingkungan, stabilitas emosinya terganggu, memiliki kecemasan yang berlebihan, bahkan seringkali sampai membawa penderita pada gangguan depresi (Shimberg, 1998).

Dalam upaya mengatasi akibat pasca stroke dan mengurangi risiko terkena serangan kembali, penderita menjalani beberapa proses penyembuhan. Pengobatan yang umum dilakukan adalah farmakoterapi dan fisioterapi, latihan fisik pribadi dan diet makanan tertentu. Pada kenyataannya, karena farmakoterapi dan fisioterapi memerlukan biaya relatif besar dan waktu yang lama untuk mencapai kesembuhan, akhirnya penderita mencari alternatif metode penyembuhan yang relatif lebih murah dan dapat mempercepat proses penyembuhan, yaitu


(21)

12

akupunktur. Sehingga proses penyembuhan yang dijalani oleh penderita pasca stroke agar kondisi tubuhnya membaik adalah latihan fisik pribadi, diet makanan dan akupunktur.

Penderita pasca stroke memerlukan niat untuk mengerahkan usaha dalam menjalani proses penyembuhan. Menurut Icek Ajzen (2005), manusia pada umumnya bertingkah laku dengan cara yang masuk akal, dan mempertimbangkan informasi yang ia dapatkan baik secara implisit maupun eksplisit dan juga memertimbangkan implikasi dari tindakan mereka. Sejalan dengan asumsi ini, intensi seseorang untuk menampilkan atau tidak menampilkan sebuah perilaku merupakan determinan penting dari tindakan itu sendiri. Teori planned behavior dari Icek Ajzen (2005), menyatakan bahwa niat seseorang dalam mengerahkan usaha untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu disebut intention. Terdapat tiga determinan intention yang memengaruhi intention yaitu attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control. Ketiga determinan ini dibentuk oleh beliefs dan faktor pendukung yang berbeda–beda, yaitu behavioral beliefs dan evaluation of outcome, normative beliefs dan motivation to comply serta control beliefs dan perceived power.

Faktor–faktor pendukung tersebut menggambarkan latar belakang penderita. Dalam hal ini, Beberapa faktor yang dimaksud adalah faktor usia, status marital dan jenis kelamin. Usia menggambarkan tahap perkembangan yang sedang dialami penderita. Perbedaan latar belakang, seperti usia, jenis kelamin dan status marital ini, dapat menimbulkan informasi yang berbeda tentang berbagai isu. Informasi tersebut memberikan dasar bagi keyakinan atau beliefs tentang konsekuensi dari suatu tingkah laku, harapan dari figur penting tentang suatu tingkah laku dan informasi tentang rintangan yang mungkin harus dihadapi apabila penderita melakukan proses penyembuhan. Selanjutnya beliefs yang dipengaruhi oleh faktor–faktor ini, menjadi dasar terbentuknya ketiga determinan intention.


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Determinan pertama yaitu attitude toward the behavior merupakan sebuah disposisi atau kecenderungan untuk menanggapi hal–hal secara evaluatif, favourable atau unfavourable terhadap objek, orang, institusi atau peristiwa. Determinan ini dibentuk oleh keyakinan akan akibat atau konsekuensi dari tingkah laku yang akan dilakukan (behavioral beliefs) dan penilaian individu tentang hasil yang akan didapatkan apabila individu memunculkan tingkah laku tersebut (evaluation of outcome). Penderita pasca stroke yang memiliki keyakinan dan penilaian bahwa diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur dapat memberikan konsekuensi dan hasil positif seperti penurunan tekanan darah dan mengurangi kelumpuhan, akan mengembangkan sikap favourable untuk menjalani proses penyembuhan tersebut dan sikap tersebut akan memengaruhi niat penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan menjadi kuat. Sedangkan penderita pasca stroke yang memiliki keyakinan serta penilaian bahwa diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur dapat memberikan konsekuensi dan hasil negatif misalnya membuat rasa nyeri bertambah atau mengurangi kesenangan karena tidak dapat mengonsumsi makanan favorit, akan memiliki sikap unfavourable untuk menjalani proses penyembuhan dan sikap tersebut akan memengaruhi niat penderita pasca stroke untuk menjalani penyembuhan menjadi lemah.

Determinan kedua adalah subjective norms, yaitu persepsi individu tentang persetujuan orang lain yang signifikan dalam hidupnya untuk menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku. Determinan kedua ini didasari oleh keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu (referant) setuju atau tidak setuju, terlibat atau tidak terlibat bila dirinya menampilkan atau memunculkan tingkah laku tertentu (normative beliefs) serta seberapa jauh ia akan mengikuti pendapat referant (motivation to comply). Penderita pasca stroke yang memiliki persepsi bahwa keluarga, teman dekat atau dokter yang mengobati memberikan persetujuan dan dukungan untuk


(23)

14

menjalani diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur, seperti menegur penderita bila memakan makanan yang dilarang, menemani atau mengingatkan penderita untuk berolahraga atau mengantarkan penderita ke klinik akupunktur, persepsi pasien mengenai dukungan dari keluarga, teman dekat, tim dokter, serta penderita termotivasi untuk mematuhi larangan dan dukungan figur–figur tersebut, akan memengaruhi niat penderita untuk menjalani proses penyembuhan menjadi kuat. Sebaliknya, penderita yang memiliki persepsi bahwa keluarga, teman dekat atau dokter yang mengobati tidak memberikan persetujuan atau dukungan pada penderita untuk menjalani diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur, serta tidak memiliki motivasi untuk mematuhi, akan memengaruhi niat penderita untuk menjalani proses penyembuhan menjadi lemah.

Perceived behavioral control yang merupakan determinan ketiga didefinisikan sebagai persepsi seseorang mengenai mudah atau sulitnya sebuah perilaku untuk dilaksanakan, atau dengan kata lain hal ini menyangkut persepsi tentang kesanggupan seseorang untuk menunjukkan suatu tingkah laku. Determinan ini didasari oleh keyakinan individu tentang kehadiran hal-hal yang berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah laku (control belief) dan persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut memengaruhi dirinya dalam bertingkah laku (perceived power). Apabila penderita mempersepsikan bahwa diet makanan, latihan fisik pribadi dan terapi akupunktur merupakan hal–hal yang mudah atau yang sanggup mereka jalani serta memberikan pengaruh kuat pada dirinya untuk mengikuti pengobatan, misalnya biaya relatif murah, mendapatkan informasi yang tepat mengenai makanan yang dilarang dan latihan fisik yang benar, hal ini akan memengaruhi niat penderita untuk menjalani proses penyembuhan tersebut menjadi kuat. Di sisi lain, apabila diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur dipersepsikan oleh penderita sebagai sesuatu yang sulit dijalani atau


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha dengan kata lain terdapat faktor–faktor penghambat yang sulit dikontrol, dan hal ini sangat kuat memengaruhi dirinya, misalnya biaya terlalu mahal, rasa nyeri saat menjalani akupunktur tidak tertahankan, tidak mendapatkan informasi yang tepat mengenai makanan yang dilarang dan latihan fisik yang benar, akan memberikan pengaruh pada lemahnya niat mereka untuk menjalani proses penyembuhan.

Ketiga determinan tersebut saling berhubungan, baik secara keseluruhan maupun secara satu-persatu, dan keterkaitan determinan-determinan tersebut akan memengaruhi kuat atau lemahnya intention penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan. Hubungan yang tinggi antara subjective norms dengan attitude toward the behvaior, akan membuat penderita yang memersepsi keluarga, teman dekat atau dokter yang mengobatinya mendukung perilaku penderita untuk menjalani proses penyembuhan, akan semakin membuat penderita memiliki sikap favourable terhadap proses penyembuhan seperti memerlihatkan manfaat dari diet makanan, latihan fisik pribadi dan akupunktur yang dijalaninya, sehingga dapat berpengaruh terhadap niat penderita pasca stroke untuk menjalani diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur. Dapat juga terjadi sebaliknya, jika penderita yang memersepsi keluarga, teman dekat atau dokter yang mengobatinya tidak mendukung atau tidak menuntut penderita untuk menjalani proses penyembuhan, maka mereka akan memiliki sikap unfavourable terhadap perilaku menjalani proses penyembuhan, sehingga niat untuk menjalani diet makanan, latihan fisik dan juga terapi akupunktur akan menjadi lemah.

Hubungan erat antara attitude toward the behavior dan perceived behavioral control, membuat penderita yang memiliki sikap favourable seperti merasakan manfaat dari proses penyembuhan akan memersepsi bahwa dirinya sanggup menjalani proses penyembuhan tersebut


(25)

16

dan akan memiliki niat yang kuat untuk menjalani proses penyembuhan. Penderita yang memiliki sikap unfavourable misalnya merasa bahwa proses penyembuhan tidak memberikan manfaat apa pun akan semakin memersepsi bahwa dirinya tidak sanggup menjalani proses penyembuhan dan kemudian berpengaruh terhadap niatnya yang menjadi lemah untuk menjalani proses penyembuhan. Hubungan determinan berikutanya adalah hubungan antara subjective norms dan perceived behavioral control erat maka keluarga penderita, teman dekat atau dokter memberikan dukungan dan tuntutan pada penderita, seperti memberikan informasi mengenai jenis-jenis asupan yang dilarang dan disarankan, mengingatkan penderita untuk latihan fisik dan mengikuti akupunktur, akan membuat pasien semakin yakin bahwa dirinya mampu untuk menjalani proses penyembuhan tersebut dan akan memengaruhi niatnya yang menjadi kuat untuk menjalani proses penyembuhan.

Ketiga determinan tersebut memiliki tingkat kepentingan yang berbeda–beda. Pengaruh ketiga determinan tersebut terhadap niat (intention) untuk menjalani diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur juga dapat berbeda–beda, tergantung dari determinan apa yang dianggap paling penting oleh penderita pasca stroke. Sebagai contoh, apabila individu menghayati bahwa kegunaan dari diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur adalah determinan yang paling penting yang memengaruhi niat untuk menjalani diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur, berarti attitude toward the behavior akan memberikan pengaruh paling besar terhadap niat (intention) dibandingkan dengan determinan lainnya. Dengan kata lain, apabila attitude toward the behavior penderita pasca stroke paling kuat memengaruhi niat (intention) untuk melakukan diet makanan, latihan fisik dan terapi akupunktur, maka hal ini sudah dapat memprediksi gambaran intention penderita pasca stroke tersebut.


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha Kemudian misalnya, apabila attitude toward the behavior yang dimiliki penderita pasca stroke ini positif, walaupun ia tidak mendapatkan dukungan dari dokter yang menangani, pasangan atau keluarganya atau ia merasa diet makanan adalah hal yang menyiksa, tempat latihan fisik dan terapi akupunktur jauh dari rumahnya, (subjective norms dan perceived behavioral control yang dimiliki negatif), niat (intention) untuk memunculkan perilaku tersebut dapat menjadi kuat karena attitude toward the behavior ia hayati sebagai determinan yang paling penting.

Dapat dikatakan bahwa hubungan dan kontribusi determinan–deteminan intention tersebut akan memengaruhi kuat atau lemahnya niat (intention) penderita pasca stroke di klinik akupuntur “X” untuk menjalani proses penyembuhan berupa diet makanan, latihan fisik dan akupunktur. Pengaruh ketiga determinan tersebut dapat berbeda-beda satu sama lain, dapat sama-sama kuat memengaruhi intention atau hanya dua determinan atau hanya salah satu determinan saja yang kuat memengaruhi intention.


(27)

18

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi–Asumsi

1. Penderita pasca stroke dapat menjalani proses penyembuhan dengan berbagai cara, diantaranya adalah diet makanan, latihan fisik dan teknik akupunktur.

2. Proses penyembuhan ini dapat dijalani ataupun tidak dijalani, tergantung dari niat (intention) yang dimiliki penderita.

3. Niat (intention) dibentuk oleh tiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control.

Kuat Lemah Intention menjalani proses penyembuhan Penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” di Kota Bandung Behavioral Beliefs Evaluation of Outcome Normative Beliefs Motivation to Comply Control Beliefs Perceived Power Attitude toward the behavior Subjective Norm Perceived Behavioral Control


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.7 Hipotesis Penelitian

1.7.1 Hipotesis Mayor

• Determinan–determinan intention memiliki kontribusi terhadap derajat intention pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

1.7.2 Hipotesis Minor

Attitude toward the behavior memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

Subjective norms memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

Perceived behavioral controls memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.


(29)

60 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian kontribusi determinan-determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ketiga determinan secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke.

2. Determinan attitude toward the behavior merupakan determinan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap intention penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan.

3. Determinan perceived behavioral control merupakan determinan kedua yang memberikan kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke.

4. Determinan subjective norms tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke. 5. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara pengalaman menjalani proses penyembuhan yang dimiliki penderita pasca stroke dan penghayatan setelah menjalani proses penyembuhan dengan determinan attitude toward the behavior dan perceived behavioral control.


(30)

61

Universitas Kristen Maranatha 6. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara pihak yang dipersepsi sebagai sigificance person dengan determinan subjective norms.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tentang kontribusi determinan-determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Teoritis

Secara teoritis, saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang intention pada penderita pasca stroke adalah :

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti korelasi antara dukungan sosial dan intention pada penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan. Hal ini penting untuk diteliti mengingat subjective norms dalam penelitian ini tidak berkontribusi secara signifikan terhadap intention diperkirakan karena tidak ada significance person bagi para penderita pasca stroke, maka perlu dipastikan lagi bagaimana keadaan dukungan sosial penderita pasca stroke.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan studi perbandingan mengenai intention antara penderita pasca stroke yang menjalani pengobatan alternatif dengan penderita stroke yang tidak menjalani pengobatan alternatif.

5.2.2 Saran Praktis

- Bagi pihak Klinik Akupunktur “X” Bandung :

1. Selain itu, untuk pemilik klinik akupunktur, dapat mengadakan sharing group antara penderita pasca stroke yang sudah menjalani proses penyembuhan (diet, latihan


(31)

62

fisik dan terapi akupunktur) secara rutin dengan penderita. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penderita mengenai konsekuensi positif dari proses penyembuhan, terutama pengetahuan tentang pentingnya menjaga asupan makanan yang ikut berkontribusi terhadap kesembuhan. Hal ini perlu dilakukan, mengingat evaluasi positif atau negatif penderita terhadap proses penyembuhan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap niat mereka.

2. Dokter dan akupunkturis juga dapat menjelaskan keterkaitan antara seluruh proses penyembuhan terhadap kesehatan. Hal ini diharapkan dapat membantu pemahaman pasien tentang integrasi ketiga proses penyembuhan terhadap kesembuhan mereka.

-Bagi penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung :

1. Berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya di klinik dan berbagi pengalaman tentang kondisi saat terserang stroke hingga kondisi setelah menjalani proses penyembuhan, agar memeroleh wawasan dan mengetahui pengalaman-pengalaman pasien lain dalam proses penyembuhannya. Hal ini diharapkan dapat membuat penderita dapat menilai kemampuan dirinya dengan lebih positif dan merasa tidak sendiri dengan situasi yang dihadapi.


(32)

63

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005.Attitudes, Personality and Behavior. New York : Open University Press ___________ 2006. Constructing a TpB Questionnaire : Conceptual and Methodological

Considerations

Aru, Bambang, Idrus, Marcellus, Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. JakartaSelatan : Internal Publishing.

Furlong, Nancy E. 2000. Research Methods and Statistics An Integrated Approach. Santa Barbara : Harcourt College Publisher

Kaplan dan Saccuzzo. 2009. Psychological Testing: Principles, Applications and Issues, seventh edition. Belmont: Wadsworth.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology : A step by step guide for Beginners. London : SAGE Publications.

Papalia, Sterns, Feldman, Camp. 2007. Adult Development and Aging Third Edition. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Shimberg EF. 1998. Stroke Petunjuk Penting Bagi Keluarga. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa.

Sianiwati, Paulus, Vida, Jane, Endeh, Ria, Robert. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi-Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Singgih, Santoso. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : PT

Elex Media Komputindo.

Stux, Gabriel., Richards Hammerschlag. 2001. Clinical Acupuncture. New York : Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.


(33)

64

DAFTAR RUJUKAN

Alfi. 2014. Rahasia Pemulihan Pasca Stroke Yang Wajib Anda Ketahui

http://www.penyembuhanstroke.com/?rahasia-pemulihan-pasca-stroke-yang-wajib-anda-ketahui,64. diakses 17 November 2014

Anugerah, Nur. 2009. Kontribusi Determinan–determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Fisioterapi Secara Teratur Pada Pasien Stroke Rawat Jalan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Hendra, Tommy. Januari 2012. Pengakuan Insan Pasca Stroke Tommy Hendra W: “Saya Tidak Patah Semangat”.

http://www.yastroki.or.id/read.php?id=302. diakses19 November 2014

Manggala, Yudha. 2014. Jumlah Penderita Stroke di Indonesia Terus Meningkat.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/02/02/n0cz1r-jumlah-penderita-stroke-di-indonesia-terus-meningkat. diakses tanggal 31 Oktober2014

Putri, Amanda. 2014. Studi Kontribusi Determinan–determinanIntention Terhadap Intention Untuk Menaati Diet Kalori Secara Konsisten Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Sondang, Dimas. 2014. Fisioterapi bagi Insan Stroke.

http://fisioterapi.umm.ac.id/home.php?c=7006-6.diakses 5 November 2014

Suhaimi, Edi. 2013. Pengobatan Akupuntur Pada Penyakit Stroke

http://www.rscharitas.com/index.php?mod=newsdet&id=219. diakses 31 Oktober 2014

Triyanisya. 2014. Hati-Hati! Stroke Penyebab Utama Kematian

http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/05/21/244211/hati-hati-stroke-penyebab-utama-kematian. diakses tanggal 5 November 2014


(1)

19

1.7 Hipotesis Penelitian 1.7.1 Hipotesis Mayor

• Determinan–determinan intention memiliki kontribusi terhadap derajat intention pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

1.7.2 Hipotesis Minor

Attitude toward the behavior memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

Subjective norms memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.

Perceived behavioral controls memiliki kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik “X” di Kota Bandung.


(2)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian kontribusi determinan-determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ketiga determinan secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke.

2. Determinan attitude toward the behavior merupakan determinan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap intention penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan.

3. Determinan perceived behavioral control merupakan determinan kedua yang memberikan kontribusi terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke.

4. Determinan subjective norms tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke. 5. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara pengalaman menjalani proses penyembuhan yang dimiliki penderita pasca stroke dan penghayatan setelah menjalani proses penyembuhan dengan determinan attitude toward the behavior dan perceived behavioral control.


(3)

61

6. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara pihak yang dipersepsi sebagai sigificance person dengan determinan subjective norms.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tentang kontribusi determinan-determinan intention terhadap derajat intention untuk menjalani proses penyembuhan pada penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Teoritis

Secara teoritis, saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang intention pada penderita pasca stroke adalah :

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti korelasi antara dukungan sosial dan intention pada penderita pasca stroke untuk menjalani proses penyembuhan. Hal ini penting untuk diteliti mengingat subjective norms dalam penelitian ini tidak berkontribusi secara signifikan terhadap intention diperkirakan karena tidak ada significance person bagi para penderita pasca stroke, maka perlu dipastikan lagi bagaimana keadaan dukungan sosial penderita pasca stroke.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan studi perbandingan mengenai intention antara penderita pasca stroke yang menjalani pengobatan alternatif dengan penderita stroke yang tidak menjalani pengobatan alternatif.

5.2.2 Saran Praktis

- Bagi pihak Klinik Akupunktur “X” Bandung :


(4)

62

fisik dan terapi akupunktur) secara rutin dengan penderita. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penderita mengenai konsekuensi positif dari proses penyembuhan, terutama pengetahuan tentang pentingnya menjaga asupan makanan yang ikut berkontribusi terhadap kesembuhan. Hal ini perlu dilakukan, mengingat evaluasi positif atau negatif penderita terhadap proses penyembuhan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap niat mereka.

2. Dokter dan akupunkturis juga dapat menjelaskan keterkaitan antara seluruh proses penyembuhan terhadap kesehatan. Hal ini diharapkan dapat membantu pemahaman pasien tentang integrasi ketiga proses penyembuhan terhadap kesembuhan mereka.

-Bagi penderita pasca stroke di Klinik Akupunktur “X” Bandung :

1. Berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya di klinik dan berbagi pengalaman tentang kondisi saat terserang stroke hingga kondisi setelah menjalani proses penyembuhan, agar memeroleh wawasan dan mengetahui pengalaman-pengalaman pasien lain dalam proses penyembuhannya. Hal ini diharapkan dapat membuat penderita dapat menilai kemampuan dirinya dengan lebih positif dan merasa tidak sendiri dengan situasi yang dihadapi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005.Attitudes, Personality and Behavior. New York : Open University Press ___________ 2006. Constructing a TpB Questionnaire : Conceptual and Methodological

Considerations

Aru, Bambang, Idrus, Marcellus, Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. JakartaSelatan : Internal Publishing.

Furlong, Nancy E. 2000. Research Methods and Statistics An Integrated Approach. Santa Barbara : Harcourt College Publisher

Kaplan dan Saccuzzo. 2009. Psychological Testing: Principles, Applications and Issues, seventh edition. Belmont: Wadsworth.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology : A step by step guide for Beginners. London : SAGE Publications.

Papalia, Sterns, Feldman, Camp. 2007. Adult Development and Aging Third Edition. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Shimberg EF. 1998. Stroke Petunjuk Penting Bagi Keluarga. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa.

Sianiwati, Paulus, Vida, Jane, Endeh, Ria, Robert. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi-Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Singgih, Santoso. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : PT

Elex Media Komputindo.

Stux, Gabriel., Richards Hammerschlag. 2001. Clinical Acupuncture. New York : Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.


(6)

64

DAFTAR RUJUKAN

Alfi. 2014. Rahasia Pemulihan Pasca Stroke Yang Wajib Anda Ketahui

http://www.penyembuhanstroke.com/?rahasia-pemulihan-pasca-stroke-yang-wajib-anda-ketahui,64. diakses 17 November 2014

Anugerah, Nur. 2009. Kontribusi Determinan–determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Fisioterapi Secara Teratur Pada Pasien Stroke Rawat Jalan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Hendra, Tommy. Januari 2012. Pengakuan Insan Pasca Stroke Tommy Hendra W: “Saya Tidak Patah Semangat”.

http://www.yastroki.or.id/read.php?id=302. diakses19 November 2014

Manggala, Yudha. 2014. Jumlah Penderita Stroke di Indonesia Terus Meningkat.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/02/02/n0cz1r-jumlah-penderita-stroke-di-indonesia-terus-meningkat. diakses tanggal 31 Oktober2014

Putri, Amanda. 2014. Studi Kontribusi Determinan–determinanIntention Terhadap Intention Untuk Menaati Diet Kalori Secara Konsisten Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Sondang, Dimas. 2014. Fisioterapi bagi Insan Stroke.

http://fisioterapi.umm.ac.id/home.php?c=7006-6.diakses 5 November 2014

Suhaimi, Edi. 2013. Pengobatan Akupuntur Pada Penyakit Stroke

http://www.rscharitas.com/index.php?mod=newsdet&id=219. diakses 31 Oktober 2014

Triyanisya. 2014. Hati-Hati! Stroke Penyebab Utama Kematian

http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/05/21/244211/hati-hati-stroke-penyebab-utama-kematian. diakses tanggal 5 November 2014


Dokumen yang terkait

Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention Menjalani Perilaku Hidup Sehat pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X".

0 0 13

Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention Ibu Bekerja untuk Menyusui ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kecamatan "X" Bandung.

0 0 42

Studi Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention untuk Tidak Melakukan Premarital Intercourse pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Berpacaran.

0 0 27

Kontribusi Ketiga Determinan-determinan Intention Terhadap Intention untuk Membaca Textbook pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Psikologi di Universitas "X" Bandung.

0 0 35

Pengaruh Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melanjutkan Pendidikan S2 Pada Karyawan di Perusahaan "X" di Kota Bandung.

0 0 30

Studi Kontribusi Mengenai Determinan-Determinan Intention terhadap Intention untuk Tidak Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" di Bandung.

0 0 41

Pengaruh Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Minum Obat Secara Teratur pada Penderita TBC di Balai Besar Kesehatan "X" Bandung.

1 4 65

Studi Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Berhenti Merokok Pada Pelajar SMA "X" di Kota Bandung Yang Merokok.

0 0 47

Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Meminum Obat Secara Teratur Pada Pengidap AIDS di Yayasan "X" Bandung.

0 0 40

Kontribusi Determinan-determinan Terhadap Intention Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Sedang Menjalankan Program Diet di Klinik "X" Bandung.

0 0 61