Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan.
iv JANTAN
Cindy Caroline, 2011; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Pembimbing II : Fen Tih, dr ., M.Kes
Masalah seksual sering menjadi penghambat dalam kehidupan rumah tangga. Oleh sebab itu, banyak orang mencari pengobatan untuk mengatasi masalah seksual. Obat-obat perangsang seksual di pasaran banyak menimbulkan efek samping yang menyebabkan orang mencari obat tradisional sebagai obat alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ektrak etanol herba purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan berdasarkan jumlah introducing dan mounting.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, bersifat komparatif. Hewan coba 25 mencit jantan dengan berat badan 20-25 mg dibagi secara acak dalam 5 kelompok (n=5), masing-masing diberi Ekstrak Etanol Purwoceng (EEP) dosis 1 (16 mg/kgBB mencit), dosis 2 (32 mg/kgBB mencit), dosis 3 (64 mg/kgBB mencit), kontrol (Na-CMC 1%), dan pembanding (Sildenafil sitrat 5 mg/kgBB mencit) selama 7 hari. Data yang diukur adalah introducing dan mounting pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua, yang dilakukan pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data dengan one way ANAVA, dilanjutkan dengan uji Tukey
HSD dengan α =0,05 menggunakan komputer.
Hasil penelitian menunjukkan rerata introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh EEP 1(149,4), EEP 2(179,6), EEP 3(169,0).Kelompok EEP berbeda secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,002, p = 0,000 dan p = 0,000, sedangkan mounting tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok pada uji ANAVA.
Simpulan penelitian adalah Ekstrak Etanol Purwoceng (EEP) dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 meningkatkan perilaku seksual terutama introducing.
Kata kunci: purwoceng, perilaku seksual, introducing, mounting
(2)
v
Cindy Caroline, 2011; Tutor I: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Tutor II : Fen Tih, dr ., M.Kes
Sexual problem are often become an obstacle in a household life. It’s make many people seek treatment for sexual problems. The number of side effects from sexual stimulant drugs on the market cause people to seek traditional medicine as an alternative medicine. The purpose of this research was to know the effect of ethanol extract of purwoceng on sexual behaviour of Swiss Webster male mice based on amount of introducing and mounting.
The research was Real Experimental with comparative characteristic methode using Random Complete Design,The animal using 25 male mice that weight 20-25 grams. Twenty five male mice were devided randomly into 5 groups (n=5), each mice were given ethanol extract of purwoceng ( EEP) 1 st dosage (16 mg/kgBB mice), 2 nd dosage (32 mg/kgBB mice), 3rd dosage (64 mg/kgBB mice), control (Na-CMC 1%), and standard group (Sildenafil sitrat 5 mg/kgBB mice) in 7 days. The data was measured by observing the mice introducing and mounting at first 15 minutes and second 15 minutes. The data was analyzed by one way ANOVA, followed by Tukey HSD with α=0,05 using computer software.
The result showed that EEP 1st, 2nd, and 3rd dosage were statistically significant with p = 0,002, p = 0,000 and p = 0,000 compared to the control group. Mounting is not significantly different between groups on ANOVA test. The conclusion was ethanol extract of purwoceng 1st, 2nd, and 3rd dosage were able to increase sexual behavior especially introducing.
(3)
viii
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis ... 4
1.6 Metodologi Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pengaturan Perilaku ... 5
2.1.1 Sistem Limbik ... 5
2.1.2 Hipotalamus ... 6
2.1.3 Amigdala ... 7
2.1.4 Hipokampus ... 7
(4)
ix
2.3.2 Tahap-tahap Aksi Seksual Laki-laki ... 10
2.3.3 Testosteron ... 13
2.4 Nitrit Oksida ... 14
2.4.1 Mekanisme Kerja Nitrit Oksida ... 14
2.5 Fungsi Seksual Binatang Pengerat ... 15
2.5.1 Sistem Pengaturan ... 15
2.5.1.1 Saraf ... 16
2.5.1.2 Hormonal... 16
2.5.1.3 Feromon ... 17
2.5.2 Mekanisme Dasar Aktivitas Seksual Binatang Pengerat Jantan ... 17
2.6 Gangguan Seksual pada Laki-laki ... 18
2.6.1 Libido ... 18
2.6.1.1 Peran Endokrin ... 18
2.6.1.2 Pengaturan Libido Oleh Sistem Saraf ... 19
2.6.2 Disfungsi Ereksi ... 19
2.7 Sildenafil Sitrat... 20
2.7.1 Mekanisme Kerja ... 20
2.7.2 Efek Samping dan Kontra Indikasi ... 20
2.8 Purwoceng (Pimpinella alpina) ... 21
2.8.1 Taksonomi Purwoceng ... 21
2.8.2 Asal dan Morfologi Tumbuhan ... 21
2.8.3 Kandungan dan Manfaat Purwoceng ... 22
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 24
3.1.1 Bahan Penelitian... 24
(5)
x
3.4.2 Variabel Penelitian ... 26
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 26
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 26
3.4.3 Metode Penarikan Sampel... 27
3.4.4 Prosedur Kerja ... 27
3.4.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 27
3.4.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 27
3.4.4.3 Prosedur Penelitian... 28
3.4.5 Metode Analisis ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 30
4.1.1 Introducing ... 30
4.1.1.1 Introducing Hari Ketiga ... 30
4.1.1.2 Introducing Hari Kelima ... 33
4.1.1.3 Introducing Hari Ketujuh ... 35
4.1.1.4 Rerata Total Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh ... 38
4.1.2 Mounting ... 40
4.1.2.1 Mounting Hari Ketiga ... 40
4.1.2.2 Mounting Hari Kelima ... 41
4.1.2.3 Mounting Hari Ketujuh ... 42
4.1.2.4 Rerata Total Mounting Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh ... 43
4.2 Pembahasan ... 44
(6)
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN ... 51 RIWAYAT HIDUP ... 74
(7)
xii
Tabel 4.3 Rerata introducing hari kelima ... 33
Tabel 4.4 Uji Tukey HSD introducing hari kelima ... 34
Tabel 4.5 Rerata introducing hari ketujuh ... 35
Tabel 4.6 Uji Tukey HSD introducing hari ketujuh ... 36
Tabel 4.7 Rerata total introducing hari ketiga,kelima, dan ketujuh ... 38
Tabel 4.8 Uji Tukey HSD jumlah rerata introducing hari ketiga,kelima, dan ketujuh ... 39
Tabel 4.9 Rerata mounting hari ketiga ... 40
Tabel 4.10 Rerata mounting hari kelima ... 41
Tabel 4.11 Rerata mounting hari ketujuh ... 42
(8)
xiii
Gambar 2.3 Amigdala ... 7
Gambar 2.4 Respon penis ... 12
Gambar 2.5 The Hypothalamic-pituitary-gonadal ... 14
Gambar 2.6 Mekanisme Nitrit Oksida ... 15
Gambar 2.7 Sildenafil ... 21
(9)
xiv
Lampiran 3 Data Kasar Penelitian ... 68 Lampiran 4 Foto-foto penelitian ... 71
(10)
LAMPIRAN Lampiran 1
1. Perhitungan dosis ekstrak etanol purwoceng Dosis pada manusia adalah 120 mg.
Faktor konversi untuk mencit yang beratnya 20 gram adalah 0,0026. Mencit yang digunakan pada penelitian beratnya 25 gram.
Volume lambung mencit 5 ml. Perhitungan:
120 mg= 0,12 gr X 0,0026 = 3,12.10-4 gr/20 gr mencit = 3,9.10-4 gr/25 gr mencit
Dosis per kgBB mencit Untuk dosis EEP 1:
(1000:25) X 3,9.10-4 gr = 15,6.10-3 gr = 15,6 mg = 16 mg/kgBB mencit Untuk dosis EEP 2: dosis EEP 1 X 2 : 16 mg X 2 = 32 mg/kgBB mencit Untuk dosis EEP 3 : dosis EEP 2 X 2 : 32 X 2 =64 mg/kgBB mencit 2. Perhitungan Dosis Sildenafil Sitrat
Kandungan sildenafil sitrat ( 1 tablet ) = 50 mg
Dosis efektif sildenafil sitrat untuk mencit = 5 mg / kgBB mencit (Tajuddin,2003) Berat badan mencit yang digunakan = ± 25 gram
Volume lambung mencit = 0,5 ml
Perhitungan dosis yang digunakan = 5 mg / kgBB mencit x 0,025 = 0,125 mg /mencit 25 gram
(11)
Lampiran 2
Introducing Hari Ketiga
Oneway
Descriptives
jumlah introducing 30 menit hari ke-3
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
EEP1 5 50,000 6,5192 2,9155 41,905 58,095 44,0 61,0
EEP2 5 58,400 9,3702 4,1905 46,765 70,035 47,0 72,0
EEP3 5 51,000 9,4340 4,2190 39,286 62,714 40,0 66,0
Control 5 28,200 5,7619 2,5768 21,046 35,354 21,0 37,0
pembanding
5 42,000 14,9666 6,6933 23,416 60,584 24,0 57,0
Total 25 45,920 13,7596 2,7519 40,240 51,600 21,0 72,0
ANOVA
jumlah introducing 30 menit hari ke-3
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2637,840 4 659,460 6,920 ,001
Within Groups 1906,000 20 95,300
(12)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-3 Tukey HSD
(I) pemberian
perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -8,4000 6,1741 ,658
EEP3 -1,0000 6,1741 1,000
Control 21,8000(*) 6,1741 ,016
pembanding 8,0000 6,1741 ,697
EEP2 EEP1 8,4000 6,1741 ,658
EEP2
EEP3 7,4000 6,1741 ,752
Control 30,2000(*) 6,1741 ,001
pembanding 16,4000 6,1741 ,097
EEP3 EEP1 1,0000 6,1741 1,000
EEP2 -7,4000 6,1741 ,752
EEP3
Kontrol 22,8000(*) 6,1741 ,011
pembanding 9,0000 6,1741 ,600
kontrol=CMC EEP1 -21,8000(*) 6,1741 ,016
EEP2 -30,2000(*) 6,1741 ,001
EEP3 -22,8000(*) 6,1741 ,011
Control
pembanding -13,8000 6,1741 ,208
pembanding= EEP1 -8,0000 6,1741 ,697
EEP2 -16,4000 6,1741 ,097
EEP3 -9,0000 6,1741 ,600
Control 13,8000 6,1741 ,208
Pembanding
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
jumlah introducing 30 menit hari ke-3
Tukey HSD
pemberian perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
kontrol=CMC 5 28,200
pembanding=Sildenafil
Sitrat 5 42,000 42,000
EEP1 5 50,000
EEP3 5 51,000
EEP2 5 58,400
Sig. ,208 ,097
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
(13)
Introducing Hari Kelima Oneway
Descriptives
jumlah introducing 30 menit hari ke-5
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
EEP1
5 54,200 7,4632 3,3377 44,933 63,467 46,0 63,0
EEP2
5 70,400 7,9875 3,5721 60,482 80,318 59,0 79,0
EEP3
5 68,000 25,0200 11,1893 36,934 99,066 46,0 108,0
Kontrol 5 20,800 5,1186 2,2891 14,444 27,156 12,0 25,0
Pembanding
5 76,600 24,8757 11,1247 45,713 107,487 43,0 109,0
Total 25 58,000 25,4558 5,0912 47,492 68,508 12,0 109,0
ANOVA
jumlah introducing 30 menit hari ke-5
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 9990,000 4 2497,500 8,981 ,000
Within Groups 5562,000 20 278,100
(14)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-5 Tukey HSD
(I) pemberian
perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -16,2000 10,5470 ,552
EEP3 -13,8000 10,5470 ,689
Control 33,4000(*) 10,5470 ,035
Pembanding -22,4000 10,5470 ,249
EEP2 EEP1 16,2000 10,5470 ,552
EEP2
EEP3 2,4000 10,5470 ,999
Control 49,6000(*) 10,5470 ,001
Pembanding -6,2000 10,5470 ,975
EEP3 EEP1 13,8000 10,5470 ,689
EEP2 -2,4000 10,5470 ,999
EEP3
Kontrol 47,2000(*) 10,5470 ,002
Pembanding -8,6000 10,5470 ,923
kontrol=CMC EEP1 -33,4000(*) 10,5470 ,035
EEP2 -49,6000(*) 10,5470 ,001
EEP3 -47,2000(*) 10,5470 ,002
kontrol=CMC
pembanding=Sildenafil
Sitrat -55,8000(*) 10,5470 ,000
pembanding EEP1 22,4000 10,5470 ,249
EEP2 6,2000 10,5470 ,975
EEP3 8,6000 10,5470 ,923
Control 55,8000(*) 10,5470 ,000
Pembanding
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
jumlah introducing 30 menit hari ke-5
Tukey HSD
pemberian perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
kontrol=CMC 5 20,800
EEP1 5 54,200
EEP3 5 68,000
EEP2 5 70,400
Pembanding 5 76,600
Sig. 1,000 ,249
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
(15)
Introducing Hari Ketujuh Oneway
Descriptives
jumlah introducing 30 menit hari ke-7
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
EEP1 5 45,200 6,3797 2,8531 37,279 53,121 40,0 54,0
EEP2 5 50,800 17,5699 7,8575 28,984 72,616 36,0 78,0
EEP3 5 50,000 4,5826 2,0494 44,310 55,690 43,0 55,0
Control 5 19,200 10,1833 4,5541 6,556 31,844 2,0 29,0
Pembanding 5 51,400 14,0107 6,2658 34,003 68,797 35,0 68,0
Total 25 43,320 16,3776 3,2755 36,560 50,080 2,0 78,0
ANOVA
jumlah introducing 30 menit hari ke-7
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3755,840 4 938,960 7,003 ,001
Within Groups 2681,600 20 134,080
(16)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-7 Tukey HSD
(I) pemberian
perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -5,6000 7,3234 ,938
EEP3 -4,8000 7,3234 ,964
Kontrol 26,0000(*) 7,3234 ,015
Pembanding -6,2000 7,3234 ,913
EEP2 EEP1 5,6000 7,3234 ,938
EEP2
EEP3 ,8000 7,3234 1,000
Kontrol 31,6000(*) 7,3234 ,003
Pembanding -,6000 7,3234 1,000
EEP3 EEP1 4,8000 7,3234 ,964
EEP2 -,8000 7,3234 1,000
EEP3
kontrol 30,8000(*) 7,3234 ,004
Pembanding -1,4000 7,3234 1,000
Kontrol EEP1 -26,0000(*) 7,3234 ,015
EEP2 -31,6000(*) 7,3234 ,003
EEP3 -30,8000(*) 7,3234 ,004
kontrol
Pembanding
-32,2000(*) 7,3234 ,002
Pembanding EEP1 6,2000 7,3234 ,913
EEP2 ,6000 7,3234 1,000
EEP3 1,4000 7,3234 1,000
kontrol 32,2000(*) 7,3234 ,002
Pembanding
* The mean difference is significant at the .05 level
Homogeneous Subsets
jumlah introducing 30 menit hari ke-7
Tukey HSD
pemberian perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
Kontrol 5 19,200
EEP1 5 45,200
EEP3 5 50,000
EEP2 5 50,800
pembanding 5 51,400
Sig. 1,000 ,913
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
(17)
Rerata Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh Oneway
ANOVA
jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4568,782 4 1142,195 15,986 ,000
Within Groups 1428,972 20 71,449
Total 5997,754 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
EEP 1 EEP 1
EEP 2 -13,0800 5,3460 ,144
EEP 3 -9,5400 5,3460 ,409
Kontrol 23,8600(*) 5,3460 ,002
pembanding -9,8600 5,3460 ,377
EEP 2 EEP 1 13,0800 5,3460 ,144
EEP 2
EEP 3 3,5400 5,3460 ,962
Kontrol 36,9400(*) 5,3460 ,000
pembanding 3,2200 5,3460 ,973
EEP 3 EEP 1 9,5400 5,3460 ,409
EEP 2 -3,5400 5,3460 ,962
EEP 3
Control 33,4000(*) 5,3460 ,000
pembanding -,3200 5,3460 1,000
kontrol EEP 1 -23,8600(*) 5,3460 ,002
EEP 2 -36,9400(*) 5,3460 ,000
EEP 3 -33,4000(*) 5,3460 ,000
Kontrol
pembanding -33,7200(*) 5,3460 ,000
pembanding EEP 1 9,8600 5,3460 ,377
EEP 2 -3,2200 5,3460 ,973
EEP 3 ,3200 5,3460 1,000
Control 33,7200(*) 5,3460 ,000
pembanding
(18)
Homogeneous Subsets
jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh
Tukey HSD
perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
kontrol 5 22,900
EEP 1 5 46,760
EEP 3 5 56,300
pembanding 5 56,620
EEP 2 5 59,840
Sig. 1,000 ,144
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Mounting Hari Ketiga
Oneway
Descriptives
jumlah mounting 30 menit hari ke-3
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper
Bound Minimum Maximum
EEP1 5 3,000 ,7071 ,3162 2,122 3,878 2,0 4,0
EEP2 5 3,400 3,3615 1,5033 -,774 7,574 1,0 9,0
EEP3 5 3,600 ,5477 ,2449 2,920 4,280 3,0 4,0
kontrol=CMC 5 4,400 6,5803 2,9428 -3,770 12,570 ,0 16,0
pembanding= Sildenafil Sitrat
5 6,200 1,7889 ,8000 3,979 8,421 3,0 7,0
(19)
ANOVA
jumlah mounting 30 menit hari ke-3
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 32,240 4 8,060 ,688 ,609
Within Groups 234,400 20 11,720
Total 266,640 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-3 Tukey HSD
(I) pemberian
perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -,4000 2,1652 1,000
EEP3 -,6000 2,1652 ,999
kontrol -1,4000 2,1652 ,965
pembanding -3,2000 2,1652 ,588
EEP2 EEP1 ,4000 2,1652 1,000
EEP2
EEP3 -,2000 2,1652 1,000
kontrol -1,0000 2,1652 ,990
pembanding -2,8000 2,1652 ,698
EEP3 EEP1 ,6000 2,1652 ,999
EEP2 ,2000 2,1652 1,000
EEP3
kontrol -,8000 2,1652 ,996
pembanding -2,6000 2,1652 ,751
kontrol EEP1 1,4000 2,1652 ,965
EEP2 1,0000 2,1652 ,990
EEP3 ,8000 2,1652 ,996
kontrol
pembanding -1,8000 2,1652 ,918
pembanding EEP1 3,2000 2,1652 ,588
EEP2 2,8000 2,1652 ,698
EEP3 2,6000 2,1652 ,751
kontrol 1,8000 2,1652 ,918
(20)
Homogeneous Subsets
jumlah mounting 30 menit hari ke-3
Tukey HSD
pemberian perlakuan N
Subset for alpha = .05
1 1
EEP1 5 3,000
EEP2 5 3,400
EEP3 5 3,600
kontrol 5 4,400
pembanding 5 6,200
Sig. ,588
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000
Mounting Hari Kelima
Oneway
Descriptives
jumlah mounting 30 menit hari ke-5
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper
Bound Minimum Maximum
EEP1 5 4,400 1,8166 ,8124 2,144 6,656 2,0 6,0
EEP2 5 8,000 2,9155 1,3038 4,380 11,620 4,0 11,0
EEP3 5 9,000 12,9422 5,7879 -7,070 25,070 1,0 32,0
kontro 5 1,600 1,1402 ,5099 ,184 3,016 ,0 3,0
pembanding 5 10,400 10,4785 4,6861 -2,611 23,411 1,0 28,0
(21)
ANOVA
jumlah mounting 30 menit hari ke-5
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 259,840 4 64,960 1,118 ,376
Within Groups 1161,600 20 58,080
Total 1421,440 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-5 Tukey HSD
(I) pemberian perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -3,6000 4,8200 ,943
EEP3 -4,6000 4,8200 ,872
kontrol 2,8000 4,8200 ,976
pembanding -6,0000 4,8200 ,726
EEP2 EEP1 3,6000 4,8200 ,943
EEP2
EEP3 -1,0000 4,8200 1,000
kontrol 6,4000 4,8200 ,678
pembanding -2,4000 4,8200 ,987
EEP3) EEP1 4,6000 4,8200 ,872
EEP2 1,0000 4,8200 1,000
EEP3
kontrol 7,4000 4,8200 ,553
pembanding -1,4000 4,8200 ,998
kontrol EEP1 -2,8000 4,8200 ,976
EEP2 -6,4000 4,8200 ,678
EEP3 -7,4000 4,8200 ,553
kontrol
pembanding -8,8000 4,8200 ,387
pembanding EEP1 6,0000 4,8200 ,726
EEP2 2,4000 4,8200 ,987
EEP3 1,4000 4,8200 ,998
kontrol 8,8000 4,8200 ,387
(22)
Homogeneous Subsets
jumlah mounting 30 menit hari ke-5
Tukey HSD
pemberian perlakuan
N
Subset for alpha = .05
1 1
kontrol 5 1,600
EEP1 5 4,400
EEP2 5 8,000
EEP3 5 9,000
pembanding 5 10,400
Sig. ,387
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Mounting Hari Ketujuh Oneway
Descriptives
jumlah mounting 30 menit hari ke-7
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Boun Upper Bound Minimum Maximum
EEP1 5 3,800 1,7889 ,8000 1,579 6,021 2,0 6,0
EEP2 5 6,000 1,5811 ,7071 4,037 7,963 4,0 8,0
EEP3 5 7,000 5,4772 2,4495 ,199 13,801 2,0 16,0
kontrol 5 1,800 4,0249 1,8000 -3,198 6,798 ,0 9,0
pembanding 5 6,800 5,1672 2,3108 ,384 13,216 ,0 12,0
Total 25 5,080 4,1525 ,8305 3,366 6,794 ,0 16,0
ANOVA
jumlah mounting 30 menit hari ke-7
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 99,440 4 24,860 1,581 ,218
Within Groups 314,400 20 15,720
(23)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-7 Tukey HSD
(I) pemberian
perlakuan (J) pemberian perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
EEP1 EEP1
EEP2 -2,2000 2,5076 ,902
EEP3 -3,2000 2,5076 ,708
kontrol 2,0000 2,5076 ,928
pembanding -3,0000 2,5076 ,753
EEP2 EEP1 2,2000 2,5076 ,902
EEP2
EEP3 -1,0000 2,5076 ,994
kontrol 4,2000 2,5076 ,470
pembanding -,8000 2,5076 ,998
EEP3 EEP1 3,2000 2,5076 ,708
EEP2 1,0000 2,5076 ,994
EEP3
kontrol 5,2000 2,5076 ,269
pembanding
,2000 2,5076 1,000
kontrol EEP1 -2,0000 2,5076 ,928
EEP2 -4,2000 2,5076 ,470
EEP3 -5,2000 2,5076 ,269
kontrol
pembanding -5,0000 2,5076 ,304
pembanding EEP1 3,0000 2,5076 ,753
EEP2 ,8000 2,5076 ,998
EEP3 -,2000 2,5076 1,000
kontrol 5,0000 2,5076 ,304
(24)
Homogeneous Subsets
jumlah mounting 30 menit hari ke-7
Tukey HSD
pemberian perlakuan
N
Subset for alpha = .05
1 1
kontrol 5 1,800
EEP1 5 3,800
EEP2 5 6,000
Pembanding 5 6,800
EEP3 5 7,000
Sig. ,269
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Rerata Mounting Hari Ketiga, Kelima, Ketujuh Oneway
ANOVA
jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 88,334 4 22,083 1,977 ,137
Within Groups 223,348 20 11,167
(25)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
Lower Bound Upper Bound
EEP 1 EEP 1
EEP 2 -2,0800 2,1135 ,859
EEP 3 -2,8400 2,1135 ,668
kontrol 1,1000 2,1135 ,984
pembanding -4,0600 2,1135 ,339
EEP 2 EEP 1 2,0800 2,1135 ,859
EEP 2
EEP 3 -,7600 2,1135 ,996
Kontrol 3,1800 2,1135 ,571
pembanding -1,9800 2,1135 ,879
EEP 3 EEP 1 2,8400 2,1135 ,668
EEP 2 ,7600 2,1135 ,996
EEP 3
Kontrol 3,9400 2,1135 ,367
pembanding -1,2200 2,1135 ,977
Kontrol EEP 1 -1,1000 2,1135 ,984
EEP 2 -3,1800 2,1135 ,571
EEP 3 -3,9400 2,1135 ,367
Kontrol
pembanding -5,1600 2,1135 ,145
pembanding EEP 1 4,0600 2,1135 ,339
EEP 2 1,9800 2,1135 ,879
EEP 3 1,2200 2,1135 ,977
Kontrol 5,1600 2,1135 ,145
(26)
Homogeneous Subsets
jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh
Tukey HSD
perlakuan
N
Subset for alpha = .05
1 1
kontrol 5 2,580
EEP 1 5 3,680
EEP 2 5 5,760
EEP 3 5 6,520
pembanding 5 7,740
Sig. ,145
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
(27)
Lampiran 3
Data Kasar Penelitian Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss-Webster Jantan
3.1 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 1 (16mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh
Dosis 1 = 16mg/kgBB hari ke-3 Dosis 1 hari ke-5 Dos
MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1 2 3 4 5 MEN
15 MENIT
I MOUNT INTRO
34 24 25 25 28 15 MENIT
I MOUNT INTRO
23 28 35 32 22 15MENIT
I
2 1 2 3 2 3 3 2 4 2
15 MENIT II
INTRO MOUNT
27 23 19 23 22
15 MENIT II
INTRO MOUNT
16 20 21 14 15 15MENIT
II
1 2 1 1 2 2 3 1 2 0
30 MENIT
INTRO 61 47 44 48 50 30
MENIT
INTRO 39 48 56 46 37 30
MENIT
MOUNT 3 3 3 4 2 MOUNT 5 6 3 6 2
3.2 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 2 (32mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh
Dosis 2 = 32mg/kgBB hari ke-3 Dosis 2 hari ke-5 Dos
MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1 2 3 4 5 MEN
15 MENIT
I MOUNT INTRO
43 29 28 32 35 15 MENIT
I MOUNT INTRO
45 33 42 40 53 15 MENIT I
2 1 2 5 1 6 3 4 5 6
15 MENIT II
INTRO MOUNT
29 18 25 27 26
15 MENIT II
INTRO MOUNT
32 26 26 29 26
15 MENIT II
2 0 0 4 0 4 1 2 4 5
30 MENIT INTRO 72 47 53 59 61 30 MENIT INTRO 77 59 68 69 79 30 MENIT
(28)
3.3 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 3 (64mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh
Dosis 3 = 64mg/kgBB hari ke-3 Dosis 3 hari ke-5 Dosis 3 hari ke-7
MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1
15MENIT
I INTRO
MOUNT
27 21 27 38 27 15
MENIT I
INTRO MOUNT
29 28 38 58 40 15
MENIT I
INTRO MOUNT
36
2 2 1 2 2 2 1 29 3 2 5
15MENIT II
INTRO MOUNT
21 19 23 28 24 15 MENIT
II
INTRO MOUNT
19 18 34 50 26 15 MENIT II INTRO MOUNT 14
1 2 2 2 2 3 0 3 1 1 3
30 MENIT
INTRO 48 40 50 66 51 30
MENIT
INTRO 48 46 72 108 66 30
MENIT
INTRO 50
MOUNT 3 4 3 4 4 MOUNT 5 1 32 4 3 MOUNT 8
3.4 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Kontrol (CMC 1%) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh
CMC1% hari ke-3 CMC1% hari ke-5 CMC1% hari ke-7
MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1
15MENIT
I MOUNT INTRO
18 8 22 17 17 15MENIT
I MOUNT INTRO
12 7 13 15 10 15MENIT
I MOUNT INTRO 13
2 0 0 1 14 2 0 0 0 2 0
15MENIT
II MOUNT INTRO
11 13 5 20 10 15MENIT
II MOUNT INTRO
11 5 10 10 11 15MENIT
II MOUNT INTRO 10
0 3 0 0 2 0 0 1 2 1 0
30
MENIT INTRO 29 21 27 37 27
30
MENIT INTRO 23 12 23 25 21
30
MENIT INTRO 23
(29)
3.5 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Pembanding (Sildenafil Sitrat) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh
Sildenafil Sitrat hari ke-3 Sildenafil Sitrat hari ke-5 Sildenafil Sitrat hari ke-7
MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1 2 3 4 5 MENCIT 1
15MENIT
I MOUNT INTRO
11 19 16 28 27 15MENIT
I MOUNT INTRO
43 44 23 36 59 15MENIT
I MOUNT INTRO 45
5 1 4 3 4 4 7 4 1 17 0
15MENIT
II MOUNT INTRO
13 22 15 29 30 15MENIT
II MOUNT INTRO
40 41 20 27 50 15MENIT
II MOUNT INTRO 15
2 2 3 4 3 3 4 1 0 11 0
30 MENIT
INTRO 24 41 31 57 57 30
MENIT
INTRO 83 85 43 63 109 30
MENIT
INTRO 60
(30)
Lampiran 4
Foto-foto Penelitian
Proses menyonde pada mencit Mencit di kandang penyimpanan
Mencit jantan dan betina di dalam kandang pengamatan yang masih disekat
(31)
Kandang pengamatan mencit
(32)
(33)
74
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 6 September 1990
Alamat : Jl. Ion Martasasmita 5 Pamanukan-Subang
Riwayat Pendidikan :
TK Bunda Maria, Pamanukan, lulus tahun 1996 SD Bunda Maria, Pamanukan, lulus tahun 2002 SMP Santa Angela, Bandung, lulus tahun 2005 SMA Santa Angela, Bandung, lulus tahun 2008
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008-sekarang
(34)
1 1.1Latar Belakang
Di tengah derasnya kemajuan teknologi membuat banyak orang saling berlomba menjadi yang paling hebat. Kesibukan membuat mereka tidak lagi meluangkan waktu untuk memperhatikan kesehatan. Akhirnya, mereka terpuruk pada kondisi tubuh yang melemah. Bagi mereka yang berkeluarga ketidakstabilan vitalitas tubuh ini turut berpengaruh pada gairah terutama pada kaum laki-laki. Gangguan seksual lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Prevalensinya 10% terjadi pada semua usia, lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dengan usia antara 50 dan 70 tahun (Yakubu et al., 2007). Banyak yang menganggap fungsi seksual hanya mencakup organ kelamin saja, tetapi masih terdapat faktor psikis yang ikut berperan. Faktor psikis ini meliputi semua faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Beberapa faktor fisiologis yang juga berperan dalam fungsi seksual meliputi hormon, neurotransmiter, pembuluh darah, saraf, dan otot. Bila terdapat gangguan pada faktor psikis maupun faktor fisik, maka fungsi seksual pun dapat terganggu (Yohana Arisandi, 2008). Salah satu gangguan seksual adalah gangguan libido. Libido atau hasrat seksual adalah kebutuhan biologis untuk aktivitas seksual (rangsangan seksual) dan sering kali ditandai sebagai perilaku seksual (Yakubu et al., 2007). National Health and Social Life Survey (NHSLS) dan Massachusetts Male Aging Study (MMAS) Amerika meneliti bahwa pertambahan usia pada laki-laki secara positif berhubungan dengan penurunan libido. Laki-laki dengan usia 50-59 tahun prevalensi penurunan libido tiga kali lebih tinggi dari laki-laki dengan usia lebih muda. Gangguan seksual lainnya adalah disfungsi ereksi, ejakulasi dini, arrousal disorder, dll. Salah satu pengobatan untuk mengatasi gangguan libido adalah yohimbine dan obat untuk mengatasi disfungsi ereksi adalah Sildenafil sitrat.
(35)
Sildenafil sitrat diindikasikan untuk terapi disfungsi ereksi (impotensi) yang disebabkan secara organik. Mekanisme kerja sildenafil sitrat adalah menghambat phosphodiesterase 5 (PDE-5) yang berfungsi mengubah cycle guanosine mono-phosphate (cGMP) menjadi GMP. Efek samping sildenafil sitrat antara lain: muka memerah, pusing, nyeri perut, mual, diare, sensitif pada cahaya (fotosensitif), kepekaan mendengar berkurang, kepala pening. Sildenafil sitrat dapat menyebabkan hipotensi berat yang dapat menyebabkan stroke. Yohimbine diindikasikan untuk terapi gangguan libido, tetapi penggunaan yohimbine dapat meningkatkan simpatis dan mempunyai potensial untuk melepaskan norepinefrin yang dapat menyebabkan cerebral hemorrhage dan cardiac arrhythmias (Hoffman Brian B, 2001)
Efek samping yang sering muncul pada penggunaan Sildenafil sitrat dan yohimbine maka dicari obat alternatif yang lebih aman, murah, dan mudah didapat. Bahan makanan yang dapat berfungsi meningkatkan libido atau gairah seksual disebut afrodisiak yang berasal dari kata Aphrodite yang dalam mitologi Yunani mengacu pada dewi kecantikan dan cinta.
Purwoceng (Pimpinella alpina) merupakan salah satu tanaman yang diduga berkhasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki, karena itu Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra Jawa’. Berdasarkan hal diatas, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak purwoceng terhadap peningkatan perilaku seksual. Pada penelitian ini efek afrodisiak pada hewan coba dilihat dari banyaknya pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting).
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah adalah:
Apakah ekstrak etanol herba purwoceng berefek dalam peningkatan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.
(36)
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan obat alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku seksual pada laki-laki.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol herba purwoceng dalam meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan ilmiah mengenai manfaat ekstrak etanol herba purwoceng yang dapat meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai manfaat herba purwoceng dalam meningkatkan libido dan mengatasi gangguan ereksi pada laki-laki.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Proses seksual laki-laki berdasarkan pada aktivitas fungsional selama siklus seksual, yaitu libido, ereksi, ejakulasi, orgasme, dan detumescence (Yakubu et al., 2007). Pada aktivitas seksual, dorongan seksual atau libido mempunyai peran yang sangat penting untuk timbulnya fantasi seksual dan kepuasan seksual. Hormon yang terlibat dengan libido adalah testosteron. Ekstrak purwoceng mengandung stigmasterol yang dipecah di dalam tubuh menjadi testosteron yang berperan dalam peningkatan libido (Susilo Wibowo, 2008). Testosteron memberikan stimulus seksual untuk mendorong aktifitas seksual khususnya pada laki-laki, seperti tingkat ketertarikan seksual, fantasi seksual, aktifitas seksual, frekuensi ejakulasi dan intercourse. Testosteron ikut terlibat mengatur aktivitas Nitrit Oksida Sintase (NOS) dalam Medial Pre Optic Area (MPOA). Peningkatan aktivitas NOS akan meningkatkan kadar Nitrit Oksida (NO) yang mengakibatkan peningkatan pelepasan dopamin. Peningkatan kadar dopamin di beberapa area
(37)
integrative menyebabkan timbulnya libido, kinerja motorik, dan reflex genital yang mengawali terjadinya kopulasi (Dwi Winarni, 2007).
Peningkatan dopamin dapat menyebabkan inhibisi dari prolaktin sehingga kadar prolaktin menurun dan juga menyebabkan peningkatan kadar oksitosin. Penurunan kadar prolaktin dan peningkatan kadar oksitosin akan menyebabkan terjadinya ereksi (Andersson, 2001).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis mayor : Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.
Hipotesis minor :
1. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan introducing pada mencit Swiss Webster jantan
2. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan mounting pada mencit Swiss Webster jantan.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting). Analisis data berdasarkan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honesty
Significant Difference) dengan α= 0,05. Kemaknaan berdasarkan nilai p ≤ 0,05
(38)
47
Ekstrak etanol herba purwoceng berpengaruh meningkatkan perilaku seksual terutama introducing.
5.2Saran
Penelitian selanjutnya menggunakan berbagai dosis dan dengan variasi peningkatan dosis.
Menggunakan sediaan dan hewan coba yang berbeda.
Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada mencit atau hewan coba lain untuk mengetahui batas keamanan ekstrak etanol herba purwoceng. Dilakukan pengukuran kadar testosteron.
Penelitian dilakukan di dalam ruangan dengan kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.
Dilakukan penghitungan dosis optimal untuk menimbulkan efek afrodisiak dan dosis optimal untuk menimbulkan efek diuretika.
(39)
48
http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/19239Hypotha lamus.html. July 29th, 2009.
American Society For Reproductive Medicine. 2007. Sexual Dysfunction . http://www.asrm.org/Patients/FactSheets/Sexual_Dysfunction-Fact.pdf. October, 2007.
Andersson. 2001. Pharmacology of Penile Erection. http://pharmrev.aspetjournals.org
Bailey. 2009. Limbic System.
http://biology.about.com/od/anatomy/a/aa042205a.html. June 25th,2009. Belton, Aine.2008. Nature’s aphrodisiacs foods to get you in the mood.
www.giftsofloveforyou.com/ebooks/NaturesAphrodisiacs. pdf. September 23th, 2008.
Bhasin S., Jameson J.L.,2005. Disorder of the Testes and Male Reproductive System. In Dennis L.K., Anthony S.F., Dan L.L., Eugene B., Stephen L.H., Larry J.J eds : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Vol 2. New York : Mc Graw-Hill Publishing Company. p. 2185-88.
Bocco. 2009. Viagra benefit and side effect.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://i.ehow.com/images/GlobalP hoto/Articles/4673424/92.,Mei 20th,2009
Colorado State University. 2008. Limbic System. In: Central Nervous System
Form and Function.
http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3730/05cns.html. September 20th, 2009.
Dash. 2009. Nitric oxide research group.
(40)
Dwi Winarni. 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea Terhadap Libido Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. Berkala Penelitian
hayati (Journal of Biological Researchers):12 (153-159).
http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewPDFInters titial/84/92. Oktober 27th, 2008.
Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : EGC. hal 248-53.
Guyton&Hall.1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak-sistem limbik dan hipotalamus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC. hal 940-941
___________.2007. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC.hal 1272-82. Hanson, D. 2008. Addiction inbox – amphetamine blues.
http://addiction-dirkh.blogspot.com/2008_03_01_archive.html. July 29th, 2009.
Kandeel, Fouad R., Koussa V.K.T.,and Swerdloff R.S. 2001. Male Sexual
Function and Its Disorders: Physiology, Pathophysiology, Clinical Investigation and Treatment . In: Endocrine Review. Vol 22(3). The
Endocrine Society. p.342-388.
http://edrv.endojournals.org/cgi/content/full/22/3/342. October 28th, 2008. Katzung, B.G. 2001. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 1. Jakarta:Salemba
Medika.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada. hal. 257-62.
Kenyon. 2006. Hormones & Sexual Behaviour.
http://salmon.psy.plym.ac.uk/year1/psy128sexualbehaviour/sexbehav.htm#male rat sex. Mei, 2006.
Mitka. 2003. Researchers seek new uses for sildenafil.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://jama.ama,Mei 5th,2009 Moore, K.I.,2002. Pelvis dan Perineum. Dalam: Anatomi klinis dasar. Hipokrates.
(41)
Payne, Jeremy. 2002. Male sexual Behavior in Rats.
http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statements/rswain/tech/lect12.html. Mei 11th, 2006.
Pfizer Inc. 2010. Viagra® (sildenafil citrate ) tablets.
http://www.pfizer.com/files/products/uspi_viagra.pdf. January 8th, 2011. Silverberg. 2007. Penis anatomy.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/penis_anatomy.html. July 2nd, 2009
Tajuddin, Shamsad Ahmad, Abdul Latif, Iqbal Ahmad Qasmi. 2003. Aphrodisiac
Activity of 50% Etanolic extract of Myristica fragrans houtt (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr.&Perry.(Clove) in male mice:a comparative study. www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=270058. Januari
2008
Wfneurology. 2007. Neurogenic Sexual Dysfunction in Men and Women.
http://www.wfneurology.org/docs/pdf/Munsat_chapter4. pdf. September, 2007.
Yohana Arisandi, Yovita Andriani. 2008. Disfungsi Seksual. Edisi 1. Jakarta: Garda Media. hal 23-40.
(1)
3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan obat alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku seksual pada laki-laki.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol herba purwoceng dalam meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan ilmiah mengenai manfaat ekstrak etanol herba purwoceng yang dapat meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai manfaat herba purwoceng dalam meningkatkan libido dan mengatasi gangguan ereksi pada laki-laki.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Proses seksual laki-laki berdasarkan pada aktivitas fungsional selama siklus seksual, yaitu libido, ereksi, ejakulasi, orgasme, dan detumescence (Yakubu et al., 2007). Pada aktivitas seksual, dorongan seksual atau libido mempunyai peran yang sangat penting untuk timbulnya fantasi seksual dan kepuasan seksual. Hormon yang terlibat dengan libido adalah testosteron. Ekstrak purwoceng mengandung stigmasterol yang dipecah di dalam tubuh menjadi testosteron yang berperan dalam peningkatan libido (Susilo Wibowo, 2008). Testosteron memberikan stimulus seksual untuk mendorong aktifitas seksual khususnya pada laki-laki, seperti tingkat ketertarikan seksual, fantasi seksual, aktifitas seksual, frekuensi ejakulasi dan intercourse. Testosteron ikut terlibat mengatur aktivitas Nitrit Oksida Sintase (NOS) dalam Medial Pre Optic Area (MPOA). Peningkatan aktivitas NOS akan meningkatkan kadar Nitrit Oksida (NO) yang mengakibatkan peningkatan pelepasan dopamin. Peningkatan kadar dopamin di beberapa area
(2)
integrative menyebabkan timbulnya libido, kinerja motorik, dan reflex genital yang mengawali terjadinya kopulasi (Dwi Winarni, 2007).
Peningkatan dopamin dapat menyebabkan inhibisi dari prolaktin sehingga kadar prolaktin menurun dan juga menyebabkan peningkatan kadar oksitosin. Penurunan kadar prolaktin dan peningkatan kadar oksitosin akan menyebabkan terjadinya ereksi (Andersson, 2001).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis mayor : Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.
Hipotesis minor :
1. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan introducing pada mencit Swiss Webster jantan
2. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan mounting pada mencit Swiss Webster jantan.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting). Analisis data berdasarkan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honesty Significant Difference) dengan α= 0,05. Kemaknaan berdasarkan nilai p ≤ 0,05 menggunakan program komputer.
(3)
47 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak etanol herba purwoceng berpengaruh meningkatkan perilaku seksual terutama introducing.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya menggunakan berbagai dosis dan dengan variasi peningkatan dosis.
Menggunakan sediaan dan hewan coba yang berbeda.
Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada mencit atau hewan coba lain untuk mengetahui batas keamanan ekstrak etanol herba purwoceng.
Dilakukan pengukuran kadar testosteron.
Penelitian dilakukan di dalam ruangan dengan kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.
Dilakukan penghitungan dosis optimal untuk menimbulkan efek afrodisiak dan dosis optimal untuk menimbulkan efek diuretika.
(4)
48
Admin. 2007. The New York time – hypothalamus.
http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/19239Hypotha lamus.html. July 29th, 2009.
American Society For Reproductive Medicine. 2007. Sexual Dysfunction . http://www.asrm.org/Patients/FactSheets/Sexual_Dysfunction-Fact.pdf. October, 2007.
Andersson. 2001. Pharmacology of Penile Erection. http://pharmrev.aspetjournals.org
Bailey. 2009. Limbic System.
http://biology.about.com/od/anatomy/a/aa042205a.html. June 25th,2009. Belton, Aine.2008. Nature’s aphrodisiacs foods to get you in the mood.
www.giftsofloveforyou.com/ebooks/NaturesAphrodisiacs. pdf. September 23th, 2008.
Bhasin S., Jameson J.L.,2005. Disorder of the Testes and Male Reproductive System. In Dennis L.K., Anthony S.F., Dan L.L., Eugene B., Stephen L.H., Larry J.J eds : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Vol 2. New York : Mc Graw-Hill Publishing Company. p. 2185-88.
Bocco. 2009. Viagra benefit and side effect.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://i.ehow.com/images/GlobalP hoto/Articles/4673424/92.,Mei 20th,2009
Colorado State University. 2008. Limbic System. In: Central Nervous System Form and Function.
http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3730/05cns.html. September 20th, 2009.
Dash. 2009. Nitric oxide research group.
(5)
49
Dwi Winarni. 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea Terhadap Libido Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. Berkala Penelitian hayati (Journal of Biological Researchers):12 (153-159).
http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewPDFInters titial/84/92. Oktober 27th, 2008.
Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : EGC. hal 248-53.
Guyton&Hall.1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak-sistem limbik dan hipotalamus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC. hal 940-941
___________.2007. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC.hal 1272-82. Hanson, D. 2008. Addiction inbox – amphetamine blues.
http://addiction-dirkh.blogspot.com/2008_03_01_archive.html. July 29th, 2009.
Kandeel, Fouad R., Koussa V.K.T.,and Swerdloff R.S. 2001. Male Sexual Function and Its Disorders: Physiology, Pathophysiology, Clinical Investigation and Treatment . In: Endocrine Review. Vol 22(3). The Endocrine Society. p.342-388.
http://edrv.endojournals.org/cgi/content/full/22/3/342. October 28th, 2008. Katzung, B.G. 2001. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 1. Jakarta:Salemba
Medika.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada. hal. 257-62.
Kenyon. 2006. Hormones & Sexual Behaviour.
http://salmon.psy.plym.ac.uk/year1/psy128sexualbehaviour/sexbehav.htm#male rat sex. Mei, 2006.
Mitka. 2003. Researchers seek new uses for sildenafil.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://jama.ama,Mei 5th,2009 Moore, K.I.,2002. Pelvis dan Perineum. Dalam: Anatomi klinis dasar. Hipokrates.
(6)
Payne, Jeremy. 2002. Male sexual Behavior in Rats.
http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statements/rswain/tech/lect12.html. Mei 11th, 2006.
Pfizer Inc. 2010. Viagra® (sildenafil citrate ) tablets.
http://www.pfizer.com/files/products/uspi_viagra.pdf. January 8th, 2011. Silverberg. 2007. Penis anatomy.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/penis_anatomy.html. July 2nd, 2009
Tajuddin, Shamsad Ahmad, Abdul Latif, Iqbal Ahmad Qasmi. 2003. Aphrodisiac Activity of 50% Etanolic extract of Myristica fragrans houtt (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr.&Perry.(Clove) in male mice:a comparative study. www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=270058. Januari 2008
Wfneurology. 2007. Neurogenic Sexual Dysfunction in Men and Women.
http://www.wfneurology.org/docs/pdf/Munsat_chapter4. pdf. September, 2007.
Yohana Arisandi, Yovita Andriani. 2008. Disfungsi Seksual. Edisi 1. Jakarta: Garda Media. hal 23-40.