STUDI DESKRIPTIF TENTANG KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM MENGEMBANGKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN BONGAS KULON 3 KABUPATEN MAJALENGKA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... ... 8

E. Pembatasan Penelitian ... ... 9

F. Penjelasan Istilah ... ... 9

BAB 11 TINJAUAN TEORITIS A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... ... 11

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... ... 13

2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... ... 15

B. Pengertian Kreativitas ... ... 16

1. Definisi Kreatifitas ... ... 18

2. Ciri-ciri Kreativitas ... ... 21

3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... ... 22

4. Guru Sebagai Pengajar ... ... 23

5. Kompetensi Guru ... ... 24

6. Profesionalisme Guru ... ... 26

7. Hasil Belajar ... ... 28


(2)

1. Anggapan Dasar ... ... 31

2. Hipotesis ... ... 31

BAB 111 METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... ... 32

B. Populasi dan Sampel ... ... 33

1. Populasi ... ... 33

2. Sampel ... ... 34

C. Langkah-Langkah Penelitian ... ... 34

D. Instrumen Penelitian ... ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 43

1. Observasi ... ... 43

2. Wawancara ... ... 44

3. Dokumentasi ... ... 45

BAB 1V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... ... 47

1. Lembar Observasi ... ... 47

2. Wawanca ... ... 53

B. Analisis Statistik ... ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 60

B. Saran ... ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... ... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. DATA TES NORMALITAS ... ... 64

B. NILAI HASIL BELAJAR SISWA TANPA METODE PENGAJARAN KREATIF ... ... 66

C. NILAI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PENGAJARAN KREATIF ... ... 68

D. DOKUMENTASI BERUPA FOTO HASIL PENELITIAN ... ... 74


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan salah satu bagian dari pendidikan formal secara keseluruhan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat. Seperti halnya pelajaran-pelajaran lainnya, pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya memerlukan suatu proses pembelajaran yang kondusif, sehingga mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Proses belajar mengajar memiliki tujuan yang jelas sebagai mana tercantum dalam kurikulum sekolah.

Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk berperan secara aktif, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku ini terjadi karena adanya interaksi yang positif baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan sekitarnya,.

Oleh karena itu guru diharapkan menciptakan iklim belajar mengajar sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dalam suasana yang kompetitif, penuh motivasi dalam suatu proses belajar mengajar, maka akan berdampak positif bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang tinggi.

Dalam proses belajar mengajar terdapat dua konsep kegiatan yang sangat berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan yaitu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dua kegiatan tersebut berlangsung dalam suatu proses pengajaran di kelas maupun di lapangan. Untuk lebih meningkatkan kualitas hasil belajar maka guru dituntut melakukan berbagai kemampuan yang kreatif menurut Winarno (1999:11) diantaranya yaitu sebagai berikut :

1). Tujuan yang jelas akan dicapai, 2). Bahan yang menjadi isi interaksi, 3). Siswa yang aktif, 4). Guru yang melaksanakan pembelajaran dengan baik, 5). Metode tertentu untuk mencapai tujuan, 6). Situasi yang subur, yang memungkinkan proses interaksi berlangsung, 7). Penilaian terhadap hasil interaksi.

Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,pendidikanpun dipandang sebagai bagian dari perkembangan zaman. Pendidikan merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan sebuah peradaban manusia yang dalam kehidupan manusia sekarang semakin bertambah sulit dan komplek. Hal ini, disebabkan oleh


(5)

lingkungan yang makin sempit dan penduduk bertambah secara pesat serta teknologi yang tumbuh dengan cepat.

Pendidikan dinilai sangat penting sebagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan diri mencapai kedewasaan dan menjadi sumber daya manusia yang unggul serta berkualitas. Pendidikan dilakukan untuk pencapaian kebutuhan individu manusia. Menurut Undang – Undang sisttem pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 menyatakan :

...Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang dilakukan secara sadar dan terencana diwujudkan dalam bentuk proses pembelajaran dan berupaya mengoptimalkan potensi siswa secara aktif untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas baik untuk agama, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu usaha manusia untuk mendapatkan pendidikan melalui proses pembelajaran baik formal maupun non formal. Lembaga pendidikan formal merupakan sebuah lembaga pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan terencana, teratur dengan jenjang sekolah, seperti TK, SD, SMP, SMA dan Perguruaan Tinggi. Lembaga pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah yang tidak berkesinambungan, seperti bimbingan belajar, dan kursus keterampilan.

Di lembaga pendidikan formal siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan melalui pengajaran materi untuk menunjang prestasi belajarnya tetapi juga pelatihan fisik untuk menunjang prestasi belajarnya tetapi juga pelatihan fisik untuk menunjang kebugaran jasmani dan pengoptimalan tingkat kesehatan siswa. Dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan derajat hidupnya atau taraf kehidupan manusia sesuai jenjang yang dicapai.

Program pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, lebih banyak ditekankan pada proses penguasaan keterampilan gerak, maksudnya yang lebih diutamakan adalah proses pengembangan keterampilan. Karena itu, guru pendidikan jasmani harus memusatkan perhatiannya pada proses penguasaan keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar itu didukung oleh pola gerak, yang dimaksud dengan pola gerak adalah serangkaian gerak terkait yang terorganisir.


(6)

meningkatkan keterampilan geraknya. Pada sekarang ini, yang ditekankan adalah pengembangan dan pengayaan keterampilan geraknya. Semakin banyak perbendaharaan gerak dasarnya, maka semakin terampil ia melaksanakan keterampilan lainnya, seperti dalam olahraga atau dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan di tempat mereka beraktivitas.

Untuk menjadi seorang guru pendidikan jasmani yang professional di Sekolah Dasar, tidak cukup hanya berbekal pengetahuan dan keterampilan teknis semata. Namun, perlu juga dilengkapi dengan wawasan yang cukup tentang siswa yang akan dididiknya. Tidak terkecuali, kreativitas guru tersebut dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar para siswanya.

Bagaimanapun, guru pendidikan jasmani akan berhadapan dengan seorang manusia, di samping harus mempunyai kemampuan dan fungsi jasmani seperti kelenturan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, serta kecepatan. Seorang guru juga memiliki perasaan, motivasi, kebutuhan, emosi, kecerdasan, persepsi, sikap, harga diri.

Oleh karena itu, di sinilah letak pentingnya pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang landasan psikologis dalam pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya bagi guru-guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Agar ia dapat memberikan perlakuan yang tepat dalam berbagai kondisi para peserta didiknya.

Suatu anggapan yang menyatakan, bahwa keterampilan itu akan terkuasai karena menyenangkan juga tak dapat dipertahankan. Guru pendidikan jasmani harus berupaya untuk memberikan bimbingan, serta mempunyai kreativitas dalam proses belajar mengajar agar para siswanya dapat menguasai keterampilan dasar dengan baik. Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar hendaknya tidak dipandang hanya sekedar sebagai pelepas lelah atau pengisi waktu kosong untuk memberikan kesenangan kepada anak-anak, tetapi untuk bisa lebih meningkatkan keterampilan gerak dasar.

Tugas guru pendidikan jasmani adalah mengembangkan aneka keterampilan gerak dasar, yang terangkum kepada tiga kelompok manusia yaitu : hak, moral, interaksi yang dikemas beragam dan bervariasi melalui cara yang kreatif dan inovatif.

Bagi kebanyakan siswa, prinsip pembinaan berdasarkan taraf perkembangan keterampilan gerak harus menjadi pegangan guru dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Pengajaran seperti ini juga harus didukung oleh waktu yang cukup untuk berlatih, dan penerapan aneka siasat dari seorang guru pendidikan jasmani yang dapat memacu semangat anak untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat.


(7)

Prestasi belajar itu sendiri merupakan suatu peruabahan tingkah laku yang berkenaan dengan perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Prestasi belajar tersebut biasanya diukur dengan suatu ukuran yang berupa nilai standar, misalnya dengan sutu angka tertentu ataupun dengan suatu bobot.

Di sekolah suatu proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada siswa, juga adanya interaksi antar guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam interaksi ini terjadi proses saling memperngaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya prestasi belajar.

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kemampuan guru serta kreativitas guru untuk memberikan dan mengembangkan serta merangsang siswa, agar mereka dapat melakukan kegiatan nelajar secara optimal. Dalam rangka membina, membimbing dan mengembangkan motivasi kearah yang dicita-citakan, maka hubungan antara guru dan siswa harus bersifat edukatif atau mendidik, dengan berlandaskan kasih sayang dan saling memahami satu sama lain.

Adapun pengertian mengenai kreativitas yang dapat mengembangkan atau meningkatkan hasil belajar siswa adalah :

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan yang diterima dari luar diri individu. Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia tersebut. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif. Kreativitas dikategorikan sebagai salah satu kemampuan menciptakan produk baru dan hasil ciptaanya itu tidak perlu seluruhnya baru, dan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya.

Dalam proses kreativitas tidak akan terlepas dari proses berfikir, karena berfikir merupakan salah satu cara melukiskan proses kreativitas, proses kreativitas merupakan perwujudan dari jenis berfikir kreatif, divergen, dan imajinatif, dibedakan dari berfikir konvergen dan logis analis.

Dengan berbekal kreativitas, pembaharuan dan perubahan dalam segala bidang akan terjadi, jadi kreativitas merupakan bekal yang sangat mendasar dalam menciptakan suatu inovasi dan pembaharuan dalam segala wahana kehidupan umat manusia.

Untuk lebih menambah wawasan keilmuan, maka seorang guru dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengembangkan kompetensinya. Hal ini dipertegas kembali oleh pendapat Rusyan (1990:12) yaitu: ''Proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur


(8)

serta kurikulumnya, tetapi juga ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing peserta didik''.

Program pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, lebih banyak ditekankan pada proses penguasaan keterampilan gerak, maksudnya yang lebih diutamakan adalah proses pengembangan keterampilan. Karena itu, guru pendidikan jasmani harus memusatkan perhatiannya pada proses penguasaan keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar itu didukung oleh pola gerak, yang dimaksud dengan pola gerak adalah serangkaian gerak terkait yang terorganisir.

Pembinaan keterampilan dasar begitu penting di Sekolah Dasar, karena dapat meningkatkan keterampilan geraknya. Pada sekarang ini, yang ditekankan adalah pengembangan dan pengayaan keterampilan geraknya. Semakin banyak perbendaharaan gerak dasarnya, maka semakin terampil ia melaksanakan keterampilan lainnya, seperti dalam olahraga atau dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan di tempat mereka beraktivitas.

Untuk menjadi seorang guru pendidikan jasmani yang professional di Sekolah Dasar, tidak cukup hanya berbekal pengetahuan dan keterampilan teknis semata. Namun, perlu juga dilengkapi dengan wawasan yang cukup tentang siswa yang akan dididiknya. Tidak terkecuali, kreativitas guru tersebut dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar para siswanya.

Bagaimanapun, guru pendidikan jasmani akan berhadapan dengan seorang manusia, di samping harus mempunyai kemampuan dan fungsi jasmani seperti kelenturan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, serta kecepatan. Seorang guru juga memiliki perasaan, motivasi, kebutuhan, emosi, kecerdasan, persepsi, sikap, harga diri.

Oleh karena itu, di sinilah letak pentingnya pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang landasan psikologis dalam pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya bagi guru-guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Agar ia dapat memberikan perlakuan yang tepat dalam berbagai kondisi para peserta didiknya.

Suatu anggapan yang menyatakan, bahwa keterampilan itu akan terkuasai karena menyenangkan juga tak dapat dipertahankan. Guru pendidikan jasmani harus berupaya untuk memberikan bimbingan, serta mempunyai kreativitas dalam proses belajar mengajar agar para siswanya dapat menguasai keterampilan dasar dengan baik. Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar hendaknya tidak dipandang hanya sekedar sebagai pelepas lelah atau pengisi waktu kosong untuk memberikan kesenangan kepada anak-anak, tetapi untuk bisa lebih meningkatkan keterampilan gerak dasar.


(9)

Tugas guru pendidikan jasmani adalah mengembangkan aneka keterampilan gerak dasar, yang terangkum kepada tiga kelompok manusia yaitu : hak, moral, interaksi yang dikemas beragam dan bervariasi melalui cara yang kreatif dan inovatif.

Bagi kebanyakan siswa, prinsip pembinaan berdasarkan taraf perkembangan keterampilan gerak harus menjadi pegangan guru dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Pengajaran seperti ini juga harus didukung oleh waktu yang cukup untuk berlatih, dan penerapan aneka siasat dari seorang guru pendidikan jasmani yang dapat memacu semangat anak untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat.

Prestasi belajar itu sendiri merupakan suatu peruabahan tingkah laku yang berkenaan dengan perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Prestasi belajar tersebut biasanya diukur dengan suatu ukuran yang berupa nilai standar, misalnya dengan sutu angka tertentu ataupun dengan suatu bobot.

Di sekolah suatu proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada siswa, juga adanya interaksi antar guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam interaksi ini terjadi proses saling memperngaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya prestasi belajar.

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kemampuan guru serta kreativitas guru untuk memberikan dan mengembangkan serta merangsang siswa, agar mereka dapat melakukan kegiatan nelajar secara optimal. Dalam rangka membina, membimbing dan mengembangkan motivasi kearah yang dicita-citakan, maka hubungan antara guru dan siswa harus bersifat edukatif atau mendidik, dengan berlandaskan kasih sayang dan saling memahami satu sama lain.

Adapun pengertian mengenai kreativitas yang dapat mengembangkan atau meningkatkan hasil belajar siswa adalah :

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan yang diterima dari luar diri individu. Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia tersebut. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif. Kreativitas dikategorikan sebagai salah satu kemampuan menciptakan produk baru dan hasil ciptaanya itu tidak perlu seluruhnya baru, dan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya.

Dalam proses kreativitas tidak akan terlepas dari proses berfikir, karena berfikir merupakan salah satu cara melukiskan proses kreativitas, proses kreativitas merupakan perwujudan dari jenis berfikir kreatif, divergen, dan imajinatif, dibedakan dari berfikir konvergen dan logis analis.


(10)

Dengan berbekal kreativitas, pembaharuan dan perubahan dalam segala bidang akan terjadi, jadi kreativitas merupakan bekal yang sangat mendasar dalam menciptakan suatu inovasi dan pembaharuan dalam segala wahana kehidupan umat manusia.

Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan oleh Baron dan May (Herman 1999;6) “secara sederhana merumuskan kreativitas sebagai kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru kedalam eksistensi”. Yang mana sesuatu yang baru itu haruslah bernilai bagi diri dan masyarakat.

Kemudian yang diungkapkan oleh Tite Juliantine (2010:42) “kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru bagi dirinya

meskipun sesuatu yang ditemukan itu bukan hal yang baru bagi orang lain”. Wujud dari

kreativitas dijelaskan oleh Utami Munandar dalam (Tite Juliantine. 2010:42) sebagai berikut : wujudnya adalah tindakan manusia yang dapat terukur melalui ciri aftitude dan ciri non aftitude. Ciri aftitude dari kreativitas (berfikir kratif) meliputi 1) keterampilan berfikir lancar (kelancaran); 2) keterampilan berfikir luwes (fleksibel); 3) keterampilan berfikir orisinal (orisinalitas); 4) keterampilan memperinci (elaborasi); 5) keterampilan menilai (evaluasi). Sedangkan ciri-ciri non atitude yaitu: 1) rasa ingin tahu; 2) bersifat imajinatif; 3) merasa tertantang oleh kemajemukan; 4) sifat berani mengemban resiko; 5) sifat menghargai.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui tentang “Studi Deskriptif Tentang Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani dalam

Mengembangan Hasil Belajar Siswa di SDN Bongas Kulon 3 Kabupaten Majalengka”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengajukan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“Apakah kreativitas guru pendidikan jasmani dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN Bongas kulon 3 Kabupaten Majalengka?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis rumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah kreativitas guru pendidikan jasmani dapat meningkatkan hasil


(11)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lain baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai sumbangan keilmuan, diantaranya sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a) Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan, khususnya bagi disiplin ilmu pendidikan olahraga.

b) Sebagai informasi dan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya bagi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan sebagai lembaga yang mencetak calon guru atau tenaga pengajar mata pelajaran pendidikan jasmani.

2. Secara praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam proses belajar mengajar, khususnya guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan kreativitas dalam hal mengajar untuk lebih meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan gerak siswanya di sekolah.

E. Pembatasan Penelitian

Dalam penelitian ini perlu diberikan pembatasan agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian, serta menghindari penafsiran yang terlalu luas. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Masalah yang diteliti adalah tentang kreativitas guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Lokasi dari penelitian ini dilaksanakan di SDN Bongas Kulon 3 Kabupaten Majalengka. 3. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani dan siswa siswi

kelas V SDN Bongas Kulon 3 Kabupaten Majalengka. 4. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan-batasan yang jelas sehingga tidak terjadi salah penafsiran. Adapun istilah-istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Jasmani, menurut Lutan (2002:16) Guru adalah suatu pekerjaan yang dipersiapkan khusus untuk mengajar. Guru Pendidikan Jasmani adalah seseorang yang


(12)

diberi tugas untuk mengajarkan pelajaran pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan di sekolah.

2. Kreativitas, menurut Baron dan May (Herman 1999:6) “secara sederhana merumuskan

kreativitas sebagai kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru kedalam eksistensi”. Yang mana sesuatu yang baru itu harus bernilai bagi diri dan masyarakat. Kemudian yang diungkap oleh Tite Juliantine (2010:42) “kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan suatu yang baru bagi dirinya meskipun sesuatu yang ditemukan itu bukan hal yang baru bagi orang lain”.


(13)

BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitan juga cara untuk menempuh data, menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat, karakteristik dan permasalahan penelitian yang dilakukan. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah dalam penelitian digunakan suatu metode yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai dan merupakan jalan bagi keberhasilan arah penelitian. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk terampil menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif.

Penelitian studi deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64), yaitu sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Bagi peneliti deskriptif yang menggunakan model-model analisis statistik, pada umumnya justru bingung karena kurang atau belum tahu rumus apa yang akan digunakan, atau bagaimana cara mengolah atau menganalisis data. Sebetulnya proses pengolahan datanya juga sederhana dan dapat dinalar secara gamblang. Apapun jenis penelitiannya, riset deskriptif yang bersifat eksploratif atau develop-mental, caranya dapat sama saja karena data yang diperoleh wujudnya juga sama. Yang berbeda adalah cara meginterpretasi data dan mengambil kesimpulan.

Apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif


(14)

yang dinyatakan dalam kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif. Data yang diperoleh dari ceklis, dijumlahkan atau dikelompokan sesuai dengan instrumen yang digunakan.

Dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan merupakan suatu gejala yang masih hangat untuk diperbincangkan. Masalah yang ada pun bersifat untuk memusatkan kepada kejadian yang banyak terjadi di lapangan.

Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dikarenakan peneliti ingin mengetahui, mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil yang hendak diteliti yaitu mengenai kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3. Penelitian ini dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk menentukan sumber data, terlebih dahulu harus menentukan populasi dan sampel yang merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut

Sugiyono (2012:117) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di kec. Sumberjaya kab.Majalengka.

2. Sampel

Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2012:118) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.


(15)

Menurut Sugiyono (2012:300) menjelaskan bahwa: “Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan”. Menurut Arikunto (2010:183):

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan purposive sampling yaitu:

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key

subjectis).

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Sampel yang diambil adalah dari populasi yaitu guru pendidikan Jasmani dan siswa SDN Bongas Kulon 3.

C. Langkah-langkah Penelitian 1. Persipan

a. Menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani

b. Onservasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang bersangkutan dengan

penelitian yang akan dilakukan di SDN Bongas Kulon 3 untuk memperoleh izin sebelum melakukan penelitian.

2. Menentukan Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3.

3. Menentukan Insrtrumen Penelitian

a. Menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi kegitan belajar mengajar.

b. Memberikan wawancara kepada guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3.


(16)

d. Menganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik analisis data yang baik.

e. Menyimpulkan data dari setiap teknik analisis data.

D. Instrumen Penelitian

Kreativitas guru pendidikan jasmani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru mata pelajaran pendidikan jasmani untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

Untuk mengungkap kemampuan kreativitas tersebut, maka dapat lihat dari beberapa indikator yang dikutip Apriyanto (2007)

(http://lib.unnes.ac.id/16713/1/113505040.pdf) di ambil 26 0ktober 2013) antara lain:

a. Sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah

b. Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

c. Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif pemecahan masalah d. Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun karya nyata e. Penyusunan dan pengembangan

f. Redefinisi atau pendefinisian ulang

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kreativitas Guru Penjas

No. Variabel Sub Indikator

1 Kreativitas

(oleh Munandar, 2009)

a.Potensi Kreativitas b. perwujudan diri untuk kreatif

c. kebutuhan kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu

kebutuhan akan

perwujudan diri

2 Kreativitas

(oleh Moreno, 2003:146)

a.Penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui

Kreativitas itu merupakan suatau yang baru bagi diri


(17)

b. Menciptakan metode baru dalam

pembelajaran

sendiri, seseorang dapat menciptakan hal baru dalam menerapkan suatu kreativitas

3

Kreativitas Guru

(oleh Purwanto, 2004:36-41)

a.Pengatur dan

pendorong siswa agar dapat belajar lebih efektif

b. Kreativ dalam proses belajar mengajar

Proses Pembelajran kreatif dan efektif harus diterapkan oleh guru pendidikan jasmani.

4 Kreativitas Guru (oleh Niam, 2006:72)

a.membawa misi dalam suatu pengajaran yg efektif

b. guru memiliki daya ciptanya sendiri untuk berkreasi

Guru kreatif tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan lahir dari proses interaksi dengan ruang dan waktu seiring pengalaman yang dilaluinya

5 Kreativitas Guru

(oleh Purwanto 2004:36-41)

a. cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar

b. cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

c. cara guru dalam mengadakan evakuasi

Semua proses dan cara guru dalam meningkatkan suatu kreativitas pembelajaran penjas.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi

No. Variabel Indikator Nomor Item

1 Sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah

a. Ketertarikan guru tehadap suatu permasalahan

b. Partisipasi guru dalam

1. a. 1


(18)

pengajaran

c. Pemberian motivasi terhadap siswa

1. c. 4

2 Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

a. Percaya diri terhadap pengajaran

b. Antusias dan cara guru berekspresi

2. a. 5

2. b. 6, 7

3

Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif pemecahan masalah

a. Membuat kreativitas terbaru dalam pengajaran

b. Modifikasi media pengajaran c. Penggunaan metode yang bervariasi

3. a. 8, 9

3. b. 10, 11 3. c. 12

4

Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun karya nyata

a. Inovasi pengajaran baru dan kreatif

b. Menciptakan gaya pengajaran baru

4. a. 13

4. b. 14, 15

5 Penyusunan dan

pengembangan

a. Mengubah suatu teknik pengajaran lama menjadi lebih baru

b. Menjelaskan pengajaran dengan detail

5. a. 16

5. b. 17, 18, 19

6 Redefinisi atau pendefinisian ulang

a. Terinspirasi untuk menciptakan

produk sebagai sarana

pembelajaran

6. a. 20

Tabel 3.3

Lembar Observasi Kreativitas Mengajar Guru

No Indikator Pengamatan Performa Guru

Ya Tidak

1 Guru mudah tertarik untuk mengetahui penyebab suatu permasalahan.


(19)

2 Guru ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah

3 Guru mengikuti setiap kegiatan yang melibatkan siswa

4 Guru memberi motivasi kepada siswa yang malas bergerak

5 Guru tidak mudah percaya pendapat orang lain, percaya diri terhadap apa yang diajarkan.

6 Guru pendidikan jasmani bersemangat mengajar, penuh antusias dan mengekspresikan diri sebagai guru.

7 Guru senang mengikuti perkembangan terbaru tentang pengajaran pendidikan jasmani.

8 Guru membuat kreativitas terbaru dalam pengajaran.

9 Seperti contohnya mencipta alat pengajaran baru.

10 Dalam memodifikasi media pengajaran yang sudah ada, seperti halnya modifikasi bola, papan lompat, dan sebagainya.

11 Mengajar tidak hanya dilakukan di lapangan mencoba untuk keluar dari panduan yang ada. 12 Guru menggunakan metode yang bervariasi

dalam setiap pengajaran.

13 Melakukan inovasi pengajaran baru dan kreatif. 14 Guru menciptakan gaya pengajaran baru karya

sendiri yang lebih kreatif dan menarik.

15 Guru mencoba hal baru yang sekiranya dianggap kreatif dan imajinatif.

16 Guru mengubah suatu teknik pengajaran yang lama menjadi lebih baru dan orisinil.

17 Guru menjelaskan pengajaran dengan sangat detail dan tersusun.


(20)

18 Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengugah antusias siswa dalam belajar.

19 Guru membuka forum diskusi yang menarik di sela-sela pengajaran.

20 Guru terinspirasi untuk menciptakan suatu produk yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.

21 Guru bertutur kata dengan sopan dan dapat dimengerti.

22 Guru dapat menyampaikan pembelajaran secara teoritis.

23 Guru mempersiapkan bahan ajar sesuai kurikulum.

24 Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran.

25 Guru mampu menciptakan suasana senang kepada siswa.

26 Guru menciptakan permainan dalam bahan ajar.

27 Guru dapat berinteraksi baik dengan siswa

28 Guru dapat menguasai semua bahan ajar dan dapat memahami semua bahan ajar.

29 Guru dapat menguasai siswa saat melakukan pembelajaran.


(21)

30 Guru masmpu bersikap tegas kepada siswa.

31 Guru dapat memahami karakteristik pada setiap siwa nya

32 Guru dapat menciptakan pembelajaran berupa permainan modifikasi.

33 Guru dapat memodifikasi alat pembelajaran lebih kreatif

34 Guru mampu memberikan materi dengan alat modikisasi,contohnya memodifikasi lapangan.

35 Guru mempersiapkan bahan ajar secara tertata.

36 Guru mempersiapkan siswa lalu menyiapkan bahan ajar.

37 Guru mampu mengevaluasi perkembangan siswa.

38 Guru dapat mengevaluasi bahan ajar yang diberikan


(22)

40 Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengevaluasi pembelajaran yang dibawakan.

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah bapa/ibu melakukan modifikasi dalam penyediaan alat-alat pengajaran, seperti halnya modifikasi bola, papan lompat, dan sebagainya?

2 Bagaimana cara untuk menciptakan alat-alat pengajaran yang baru dalam pembelajaran? 3 Bagaimana cara memanfaatkan alat-alat

pengajaran yang sudah ada agar tidak terlihat membosankan?

4 Apa saja media pembelajaran yang bapak/ibu gunakan dalam melakukan pengajaran?

5 Bagaimana cara bapak/ibu dalam

memodifikasi media pengajaran yang sudah ada?

6 Apakah lapangan yang sudah ada bisa dimanfaatkan dengan baik dalam melakukan pengajaran?

7 Bagaimana cara bapak/ibu mengajar apabila tidak tersedianya lapangan yang memadai? 8 Apabila tidak tersedianya lapangan yang

memadai apakah bapak/ibu akan

menciptakan lapangan pembelajaran yang baru?

9 Apakah sebelum melakukan pengajaran, bapak/ibu membuat RPP yang memiliki tugas-tugas gerak?

10 Apakah pada saat pembelajaran

berlangsung, RPP dan bentuk pengajaran sesuai?

11 Tugas gerak seperti apa yang bapak/ibu cantumkan dalam pengajaran?

12 Apakah bapak/ibu dapat mengontrol siswa pada saat pengajaran berlangsung?

13 Bagaimana cara bapak/ibu mengelola ruang dan waktu belajar agar tidak terasa

membosankan?


(23)

lingkungan belajar yang menarik?

15 Apakah pengajaran yang bapak/ibu ajarkan dapat membangkitkan antusias belajar siswa?

16 Selama pembelajaran berlangsung metode apakah yang sering bapak/ibu ajarkan kepada siswa?

17 Model pengajaran seperti apa yang sering bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran? 18 Selama menjadi guru, apakah bapak/ibu

pernah membuat suatu buku atau modul pengajaran tentang pendidikan jasmani? 19 Apakah bapak/ibu sering membuat catatan

dampak pengajaran yang dilakukan (semacam refleksi diri)?

20 Selain buku, apakah bapak/ibu memiliki blog atau book via online?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:310) menyatakan bahwa: “Observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam

hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. Arikunto (2010:272)

menambahkan: “Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi”.


(24)

Objek penelitian yang diobservasi terdiri atas tiga komponen yaitu: 1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. 2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu. 3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari hasil observasi tersebut data dapat dipertimbangkan kemudian dimasukkan dalam suatu statistik sederhana.

Dalam penelitian ini, yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung adalah di SDN Bongas Kulon 3 Kab. Majalengka. Yang menjadi pelaku dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3. Serta kegiatan yang di teliti dalam penelitian ini adalah merupakan kreativitas mengajar guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012:317) mendefinisikan bahwa:

“Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu”. Dijelaskan pula oleh Susan Staiback (1988) dalam Sugiyono (2012:318)

mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui

hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Riduwan menjelaskan bahwa

“ Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Wawancara digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang


(25)

alternatif. Berikut merupakan langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal yang dikutip oleh Sugiyono (2012:322) mengemukakan bahwa:

Ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data, yaitu: 1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3) Mengawali atau membuka alur wawancara. 4) Melangsungkan alur wawancara. 5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. 7) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3 Kab. Majalengka. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada.

Menurut Ridwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang


(26)

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP). (2007). Panduan Penilaian Kelompok

Mata Pelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Depdiknas.

Dzamrah dan Zain. (2006). Hakikat belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. (2009). Psikologi Belajar dan mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo

M. Saputra, Yudha, dkk. 2007. Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. Bandung : Prodi PJKR

Nana Sudjana dan Ibrahim. (2001). Metode Research. Bandung: Tarsito.

Poerwadarminta, WJS (2000). Kamus Besar Bahasa indonesa. Jakarta : Balai Pustaka.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (Puskur BPP Depdiknas). (2007). Naskah Akademik Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Rusman, (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung : ALFABETA

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syiaful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Yudha M. Saputra. (2006). Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Munandar, SCU. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : Gramedia Pustaka utama


(28)

Dzamrah dan Zain. (2006). Hakikat belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Duy Pham, (2015). Seputar Dunia Pendidikan : Blog ThietKe. Released under Creative Commons


(1)

lingkungan belajar yang menarik?

15 Apakah pengajaran yang bapak/ibu ajarkan

dapat membangkitkan antusias belajar siswa?

16 Selama pembelajaran berlangsung metode

apakah yang sering bapak/ibu ajarkan kepada siswa?

17 Model pengajaran seperti apa yang sering

bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran?

18 Selama menjadi guru, apakah bapak/ibu

pernah membuat suatu buku atau modul pengajaran tentang pendidikan jasmani?

19 Apakah bapak/ibu sering membuat catatan

dampak pengajaran yang dilakukan (semacam refleksi diri)?

20 Selain buku, apakah bapak/ibu memiliki

blog atau book via online?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:310) menyatakan bahwa: “Observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam

hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. Arikunto (2010:272)

menambahkan: “Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi”.


(2)

Objek penelitian yang diobservasi terdiri atas tiga komponen yaitu: 1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. 2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu. 3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari hasil observasi tersebut data dapat dipertimbangkan kemudian dimasukkan dalam suatu statistik sederhana.

Dalam penelitian ini, yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung adalah di SDN Bongas Kulon 3 Kab. Majalengka. Yang menjadi pelaku dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3. Serta kegiatan yang di teliti dalam penelitian ini adalah merupakan kreativitas mengajar guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012:317) mendefinisikan bahwa:

“Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu”. Dijelaskan pula oleh Susan Staiback (1988) dalam Sugiyono (2012:318)

mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Riduwan menjelaskan bahwa

“ Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Wawancara digunakan apabila

ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang


(3)

alternatif. Berikut merupakan langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal yang dikutip oleh Sugiyono (2012:322) mengemukakan bahwa:

Ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data, yaitu: 1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3) Mengawali atau

membuka alur wawancara. 4) Melangsungkan alur wawancara. 5)

Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. 7) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani di SDN Bongas Kulon 3 Kab. Majalengka. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada.

Menurut Ridwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP). (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Depdiknas.

Dzamrah dan Zain. (2006). Hakikat belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. (2009). Psikologi Belajar dan mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo

M. Saputra, Yudha, dkk. 2007. Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. Bandung : Prodi PJKR

Nana Sudjana dan Ibrahim. (2001). Metode Research. Bandung: Tarsito.

Poerwadarminta, WJS (2000). Kamus Besar Bahasa indonesa. Jakarta : Balai Pustaka.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (Puskur BPP Depdiknas). (2007). Naskah Akademik Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Rusman, (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung : ALFABETA

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syiaful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Yudha M. Saputra. (2006). Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Munandar, SCU. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : Gramedia Pustaka utama


(6)

Dzamrah dan Zain. (2006). Hakikat belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Duy Pham, (2015). Seputar Dunia Pendidikan : Blog ThietKe. Released under Creative Commons


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KREATIVITAS MENGAJAR GURU DENGAN KREATIVITAS BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON.

0 0 31

PERBANDINGAN KREATIVITAS MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI : Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

0 3 41

STUDI TENTANG GERAK DASAR SISWA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEBUGARAN JASMANI DI SDN CITRASARI LEMBANG : Studi Tentang Deskriptif Pada Siswa SDN Citrasari Lembang.

0 1 34

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN MTS.

0 3 42

Penggunaan Sumber Belajar Lingkungan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Bongas Kulon 2 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka.

1 2 48

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PENDIDIKAN JASMANI UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 79

KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MENGHADAPI SISWA YANG KURANG AKTIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SD NEGERI DI DABIN 3 KECAMATAN NUSAWUNGU KABUPATEN CILACAP.

0 0 81

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9

PENTINGNYA KREATIVITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 198 TOWELENG KABUPATEN SOPPENG

0 0 78

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA-SISWI SDN 2 BROTONEGARAN PONOROGO TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

0 0 75