STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN MTS.

(1)

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN

MTs DI KECAMATAN BANJARAN SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

IBNU NAZZARUDIN NIM 0705293

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Studi Deskriptif Terhadap Motivasi

Belajar Dalam Mengikuti

Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Siswa SMP dan Mts Di Kecamatan

Banjaran

Oleh Ibnu Nazzarudin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Ibnu Nazzarudin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

IBNU NAZZARUDIN

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN

MTS DI KECAMATAN BANJARAN disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Didin Budiman, M.Pd 197409072001121001

Pembimbing II

Suherman Slamet, M.Pd 197603062005011010

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono M.Pd NIP : 19650817 1999001 1 001


(4)

ABSTRAK

Ibnu Nazzarudin. 0705293. Studi Deskriptif Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa SMP dan MTs. Pembimbing I Didin Budiman, M.Pd. Pembimbing II Suherman Slamet, M.Pd.

Latar belakang dari penelitian ini adalah kondisi proses pembelajaran pendidikan jasmani yang kurang optimal dikarenakan banyaknya kendala pada pelaksanaannya. Kendala-kendala tersebut mulai dari faktor latar belakang lingkungan sekolah dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yang mempunyai latar belakang dan lingkungan yang berbeda, yakni di SMP dan MTs. Tujuan dalam penelitian ini yang untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani siswa SMP dan MTs. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode ex post facto. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket dengan jenis angket tertutup. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMP dan kelas 3 MTs dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang siswa SMP dan 200 orang siswa MTs di kecamatan Banjaran dan dipilih secara acak . Bila melihat dari hasil diatas maka tingkat motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa SMP adalah 65,5% pada kategori baik dan 34,5 % pada kategori cukup baik, sedangkan untuk siswa MTs tingkat motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani yaitu 47,5 % pada kategori baik dan 52,5 pada kategori cukup baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa SMP lebih antusias terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani dibandingkan dengan siswa MTS.


(5)

Abstract

IBNU NAZZARUDIN. 0705293. The Descriptive Study Towards SMP and MTS Students Motivation In Taking Attending The Physical Education Learning. Didin Budiman M.Pd. “Supervisor I”, Suherman Slamet M.Pd.

“Supervisor II”

Background of this research is the condition of the physical education learning process that hasn’t optimality yet, because so many constrais on the implementation. That constrais start from the schools background and other factory that can be bringing over the studymotivation to learn physical education. This research was held in two different schools, they are SMP and MTS. This research purpose to knowing the students SMP and MTS students motivation in taking physical education . approachment technique in this research uses descriptive method with ex post facto, while data collection data techniques in this study using questionnaries. The samples are 200 students on SMP and 200 student on MTS in Banjaran and picked randomly. Base on the result of questionnaires study it can be concluded that SMP stundents has more respondents in agood category, while Mts students has les than fifty percent.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Batasan penelitian ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Motivasi ... 8

1. Pengertian Motivasi ... 8

2. Teori Motivasi ... 10

3. Jenis-jenis Motivasi ... 12


(7)

5. Motivasi Belajar Dalam Pendidikan Jasmani ... 15

6. Fungsi Motivasi Dalam pembelajaran ... 16

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 18

B. pendidikan Jasmani ... 19

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 19

2. Tujuan pendidikan Jasmani ... 20

3. Manfaat Pendidikan Jasmani Di Sekolah ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25

B. Desain Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Uji Coba Instrumen... 33

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 42

G. Prosedur Penelitian ... 43

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 45

B. Diskusi Penemuan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69


(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 108


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran penjas ... 31

3.2 Kriteria Pemberian Skor ... 32

3.3 Hasil Uji Validitas instrumen ... 37

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 40

3.5 Nilai-nilai Butir Pernyataan ... 43

3.6 Kriteria Frekwensi Peersentase ... 44

4.1 Skor Faktual Siswa SMP ... 45

4.2 Skor Faktual Siswa MTs ... 47

4.3 Taraf Serap Rangking Motivasi Belajar Siswa SMP ... 50

4.4 Taraf Serap dan rangking Motivasi Belajar Siswa MTs ... 54

4.5 Kriteria Motivasi Belajar Siswa SMP ... 58


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lampiran A. Pernyataan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Penjas 2. Lampiran B. Angket Uji Coba

3. Lampiran C. Data Hasil Penyebaran Angket Uji Coba 4. Lampiran D. Data Kelompok Atas

5. Lampiran E. Data Kelompok Bawah 6. Lampiran F. Data Item Ganjil 7. Lampiran G. Data Item Genap

8. Lampiran H. Hasil Uji Validitas Instrumen 9. Lampiran I. Hasil Uji Reliabilitas instrumen 10. Lampiran J. Tabel Daftar Distribusi t

11. Lampiran k. Tabel Product Moment

12. Lampiran L. Pernyataan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Penjas 13. Lampiran M. Angket Sesungguhnya

14. Lampiran N. Dokumentasi foto 15. Suraat-surat Dalam Proses Penelitian

a. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing b. Surat Permohonan Ijin Penelitian


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada modern ini masyarakat memandang bahwa pendidikan sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap. Pendidikan bertujuan agar seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup baik sebagai individu, maupun anggota masyarakat. Untuk mancapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan yang dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

Tujuan pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi tiga domain, yakni (1) domain kognitif (the cognitive domain), (2) domain afektif (the affective domain), (3) domain psikomotor (the psycomotor domain). Bidang kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah, bidang afektif meliputi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi dan bidang psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilam motorik.

Dalam lingkungan sekolah, proses pendidikan terhadap peserta didik berlangsung secara terencana dan teratur. Anak didik dibekali dengan berbagai pengalaman belajar (learning experience), sesuai dengan yang tertuang dalam kurikulum. Salah satu diantaranya adalah mata pelajaran pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani yang diberikan disekolah mempunyai jangkauan yang sangat luas. Selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam olahraga, pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa supaya tumbuh dan berkembang secara harmonis dan seimbang. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani tersebut di perlukan adanya usaha yang terencana dan terarah untuk meningkatkan proses belajar mengajar, karena proses ini merupakan inti dari proses pendidikan.

Proses belajar mengajar yang dimaksud ialah proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal


(12)

2

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan hal itu merupakan syarat utama dari proses belajar mengajar. Dalam situasi ini yang terjadi bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Pendidikan jasmani juga merupakan alat pendidikan yang bertujuan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwanya.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani menurut Undang-Undang No.4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran terdapat Pada Bab IV pasal 9 tentang pendidikan jasmani yang dikutip

Manadji dan Abdullah (1994:5) berbunyi : “Pendidikan jasmani menuju keselarasan antara tumbuhnya dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan

kepada segala jenis sekolah”.

Psikologi pendidikan jasmani memiliki peran penting bagi siswa dalam pembelajaran. Bukan hanya psikologi yang dapat berpengaruh terhadap pendidikan jasmani, pendidikan jasmani juga dapat memberikan dampak psikologis terhadap siswa. Sebagai contoh adalah motivasi, maka tidak akan ada keinginan siswa untuk mau melakukan aktivitas pendidikan jasmani, sebaiknya apabila siswa memiliki motivasi yang besar, maka dia akan mau melakukan aktivitas pendidikan jasmani tanpa adanya paksaan sedikitpun.

Adanya beberapa dampak dari pendidikan jasmani yang diperkirakan muncul pada diri siswa, antara lain :

1. Adanya perubahan sikap negatif menjadi positif terhadap aktivitas jasmani.

2. Adanya perbaikan dalam hal efisiensi keterampilan hubungan sosial. 3. Adanya perbaikan dalam daya tangkap panca indra dan respon-respon

yang diberikan.

4. Adanya perkembangan positif dalam hal perasaan sehat sejahtera dan kesehatan psikologis atau kesehatan mental.


(13)

3

6. Memberikan kelegaan dan mengurangi gejala dalam aspek gangguan psikosomatis.

7. Adanya peningkatan penguasaan keterampilan gerak.

Walaupun masih ada yang beranggapan bahwa pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak penting dan mempunyai alokasi waktu jam pelajaran yang kurang cukup. Namun pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa di seluruh jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, SMA tak terkecuali di MI, MTs, MA yang berbasis pesantren ataupun tidak. Karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa banyak manfaat dan dampak dari pendidikan jasmani itu sendiri. Namun banyak ditemukan di sekolah-sekolah tugas gerak dalam pembelajaran pendidikan jasmani tidak diterima oleh siswa secara merata dan optimal, dalam hal ini adanya perbedaan proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah umum yang biasa disebut SMP dan MTs. Latar belakang dan unsur-unsur yang ada di sekolah tersebut akan berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu tujuan dalam pembelajaran.

Ada beberapa kelebihan maupun kekurangan pada SMP dan MTs seperti, dalam hal kurikulum SMP memliki kurikulum tetap dan mengikuti perkembangan serta menyesuaikan dengan standar Pendidikan Nasional yang ditetapkan pemerintah, sedangkan MTs mampu membuat dan menentukan kurikulum sendiri tanpa mengikuti standar pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain kurikulum hal yang mempengaruhi adalah metode pengajaran, lingkungan belajar sumber daya manusia dan sarana prasarana.

MTs mampu membuat dan menentukan kurikulum sendiri, ini yang menjadikan siswa di MTs tidak mendapatkan pengalaman gerak yang optimal. Beberapa materi yang siswa di MTs tidak dapatkan seperti renang, beberapa penyebabnya yaitu tidak adanya guru pendidikan jasmani khusus siswi/santriwati dan belum adanya fasilitas kolam renang khusus perempuan yang sesuai dengan kurikulum MTs. Materi lain adalah senam lantai, pada materi ini siswi tidak leluasa melaksanakan tugas gerak karena guru pendidikan jasmaninya laki-laki, jarang sekali ada guru pendidikan jasmani perempuan yang bersedia berpakaian


(14)

4

sesuai peraturan MTs, bahkan baru beberapa tahun ini MTs menyediakan seragam olahraga. Sedangkan di SMP siswa mendapatkan pengalaman gerak yang maksimal karena tidak ada batasan-batasan seperti yang dimiliki MTs. Kendala lainnya yang dapat dilihat adalah sarana prasarana yang dimiliki sekolah untuk menunjang kegiatan belajar pendidikan jasmani.

Terlepas dari penjelasan fakta diatas suatu proses pembelajaran membutuhkan interaksi, kerjasama antara guru dan siswa untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap siswa dan guru memiliki motif dan motivasi sendiri untuk melakukan sesuatu tidak terkecuali motivasi dalam belajar. Menurut Pickle (1989) orang yang memiliki motivasi, mereka akan bertanggung jawab, bersemangat, memiliki inisiatif, tekun, berambisi. Motivasi belajar mempunyai peranan dalam keseluruhan proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Dengan batasan dan kendala pada tiap sekolah tentu akan berpengaruh pada motivasi yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

Motivasi belajar dipengaruhi banyak faktor, dalam hal ini Winkel dalam Angkowo (2007:38) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : (1) pribadi siswa, (2) pribadi guru, (3) struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, (4) sekolah sebagai institusi pendidikan, dan (5) situasi dan kondisi sekolah dimana siswa berada. Berbeda dengan Sardiman (2011-78) yang melihat faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dari sisi internal siswa yaitu kebutuhan yang meliputi :

1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktifitas seperti belajar. 2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain melalui aktifitas.

3. Kebutuhan untuk mencapai hasil belajar. 4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan belajar.

Dari pemaparan teori diatas mengenai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar sesuai dengan apa yang terjadi di banyak sekolah, khususnya SMP dan MTs. Seperti pribadi siswa dan pribadi guru, kurikulum pada institusi sekolah tersebut, situasi dan kondisi sekolah.


(15)

5

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih banyak dan melakukan penelitian yang disusun dalam skripsi dengan judul “STUDI

DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN MTs DI

KECAMATAN BANJARAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan perbedaan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah umum atau SMP dan MTs, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi siswa SMP dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Bagaimana motivasi siswa MTs dalam mengikuti pembelajaran

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa SMP dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa MTs dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada motivasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Secara praktis, bagi penulis hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan konsep untuk meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya motivasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(16)

6

3. Bagi guru, dapat dapat memberikan informasi dan masukan yang berarti tentang motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Bagi sekolah, sebagai masukan bagi sekolah untuk memperbaiki

praktik-praktik pembelajaran guru agar lebih maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran penjas.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari salah penafsiran yang lebih luas terhadap penelitian ini, maka harus ada pembatasan penelitian. Tempat penelitian adalah SMP dan MTs yang ada di kecamatan Banjaran dengan objek penelitiannya yaitu siswa SMP dan MTs di kecamatan Banjaran. Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada motivasi siswa di SMP dan MTs dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

F. Penjelasan Istilah

Berdasarkan uraian-uraian diatas, supaya tidak terjadi salah tafsir terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Maka peneliti memberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan sebagai berikut:

1. Motivasi. Sardiman (2011:73) kata motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong sessuatu untuk melakukan sesuatu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak di dalam dan di luar diri subyek, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motivasi diartikan sebagai suatu kondisi internal (kesiapsiagaan). 2. Pembelajaran. Menurut Wikipedia pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. 3. Pendidikan Jasmani. Menurut Husdarta (2011:19) adalah proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.


(17)

7

4. MTs. Istilah MTs dalam naskah skripsi ini menunjuk pada suatu institusi atau lembaga pendidikan islam yang memberikan pendidikan dan mengajarkan serta mengembangkan ajaran agama islam.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang harus dilaksanakan dengan metode-metode atau teknik-teknik tertentu sesuai dengan kaidah keilmuan. Pada dasarnya penelitian merupakan suatu proses pencarian pemecahan terhadap masalah yang dihadapi, pencarian pemecahan tersebut dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini pada suatu pemahaman bahwa metode penelitian dapat dijadikan suatu cara atau langkah utuk memperoleh suatu data, menganalisis data, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil dari sasaran serta tujuan penelitian yang dilakukan.

Metode penelitian ini tidak pernah lepas dalam setiap penelitian, hal tersebut dikarenakan metode penelitian memiliki kedudukan penting dalam pelaksanaan

pengumpulan dan analisis data. Syaodih (2008:52), mejelaskan bahwa: “Metode

penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologi pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009:6)

mengemukakan bahwa: “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Berdasarkan uraian tersebut, maka metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan penelitian, sehingga pada akhirnya tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan pada sebuah penelitian yang dilakukan, maka penting sekali bagi penulis untuk memilih metode yang tepat sebagai metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas, hal ini


(19)

26

dapat diartikan bahwa penggunaan suatu metode penelitian dapat dilihat dari segi efektivitas, efisiensi serta relevansinya metode penelitian tersebut dengan permasalahan pada sebuah penelitian yang akan dilakukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang mana merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau masa lampau. Nazir (2007:95) menyatakan bahwa secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Peneliti memilih menggunakan metode deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan motivasi belajar siswa SMP dan MTs dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

B. Desain Penelitian

Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian

tersebut. Seperti diungkapkan Surakhmad (1985:131) bahwa “metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Penggunaan metode

penelitian tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain metode penelitian harus dilihat dari efektifitasnya, efisiensinya, dan relevansinya metode penelitian tersebut.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode ex post facto. Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Lebih lanjut Sukardi (2003:174) memaparkan bahwa “penelitian ex post facto merupakan penelitian,


(20)

27

dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi., ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variable terikat”. Lebih lanjut Nazir (1999:73) menguraikan tentang ciri utama dalam penelitian ex post facto sebagai berikut

“sifat penelitian ex post facto, yaitu tidak ada control terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel

diliahat sebagaimana adanya”.

Arikunto (2006:237) menjelaskan bahwa, “pada penelitian ini peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”. Lebih lanjut Sukardi (2003:165) mengemukakan hal yang sama bahwa

“…..karena sesuai dengan arti ex post facto, yaitu dari apa yang dikerjakan setelah kenyataan, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah

kejadian”.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam berbagai penelitian akan selalu diperlukan adanaya sumber data, karena hal ini berkaitan dengan pengumpulan dan prolehan data-data penelitian yang pada akhirnya dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian. Sumber data dalam penelitian yang dimaksud adalah populasi dan sampel, populasi dan sampel ini merupakan sasaran penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

1. Populasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa populasi merupakan sumber data yang sangat diperlukan dalam setiap penelitian, populasi ini berupa objek atau subjek yang berada disuatu wilayah tertentu yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. Sugiyono (2008:117) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP dan MTs yang ada di kecamatan Banjaran.

2. Sampel

Populasi yang ada pada suatu penelitian tidak semuanya diteliti, namun hanya sebagian kelompok kecil saja yang dianggap dapat mewakili populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulannya. Sebagian kelompok kecil dari populasi


(21)

28

inilah yang dinamakan dengan sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:118). Meskipun penelitian hanya dilakukan terhadap sampel yang merupakan bagian dari populasi, tetapi kesimpulan dam penelitian haruslah berunsur representatif dalam arti dapat berlaku dan mewakili baik dari jumlah maupun karakteristik yang menjadi populasi penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:119) bahwa teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

“Probability sampling dan non-probability sampling. Probability sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, area ramdom. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental,

purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling”.

Mengenai teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified sampling. Menurut Yuyun wahyuni (2011:6) “Stratified sampling adalah metode pengambilan sampel dimana unsur-unsur yang ada dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok (strata) dan setiap lapisan diambil sampel secara

acak”.

Selanjutnya mengenai penentuan jumlah sampel yang akan penulis gunakan di dalam penelitian ini, berpedoman pada penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:134) bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu tenaga dan dana. b) sempit luasnya wilayah pengamatan . c) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

Dari beberapa penjelasan mengenai sampel diatas dan dengan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki peneliti maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa dari 2 MTs dan 200 siswa dari 4 SMP.


(22)

29

D. Instrumen Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun teknik atau instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna, lebih lanjut mengenai pengertian angket Syaodih

(2008:219) mengemukakan bahwa: “angket atau kuesioner merupakan suatu

teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung yang berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden”. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang mana dalam angket tertutup ini pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih.

Supaya diperoleh data yang lengkap dan jelas mengenai langkah-langkah penyusunan instrumen dimulai dari penyusunan definisi konseptual, definisi operasional, kemudian menyusun kisi-kisi instrumen untuk lebih memperjelas, maka penulis menjabarkannya dibawah ini.

1. Instrumen motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani a. Definisi konseptual

Motivasi adalah faktor-faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bertindak atau tidak bertindak dalam berbagai situasi atau dengan kata lain motivasi adalah kesatuan keinginan dan tujuan yang menjadi pendorong untuk bertingkah laku. Motivasi terbagi atas dua bentuk, yakni: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Dorongan ini dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari. Seorang siswa yang mempunyai motivasi intrinsik akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani bukan karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi siswa tersebut, kepuasan diri diperoleh apabila siswa tersebut mampu mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan baik dan dapat melaksanakan tugas gerak yang diberikan dengan baik pula. Rasa ingin maju menimbulkan siswa semangat dalam mengikuti pelajaran


(23)

30

pendidikan jasmani karena mengetahui manfaat dari pendidikan jasmani yaitu untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran jasmani. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber dari luar seperti pemberian hadiah, orang tua, guru, teman, penghargaan, bonus, pacar, sertifikat, dan sebagainya. Dengan kata lain, motivasi ekstrinsik akan timbul apabila seseorang mendapatkan dukungan ketika sedang belajar pelajaran pendidikan jasmani.

b. Definisi operasional

Skor yang diperoleh dari komponen motivasi intrinsik yaitu seperti adanya keinginan untuk maju, mendapat kepuasan dari mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, mengetahui dan merasakan manfaat dari mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Sedangkan skor yang dapat diperoleh dari komponen motivasi ekstrinsik yaitu mendapatkan simpati, mendapatkan dukungan ketika sedang belajar pelajaran pendidikan jasmani serta mendapatkan hadiah dan hukuman. Dari beberapa hal tersebut akan dapat diketahui tujuan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani seperti mendapatkan kepuasan, mendapatkan nilai yang baik, maupun untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Untuk mengukur motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dapat digunakan instrumen yang berisi sejumlah pernyataan tentang motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

c. Kisi-kisi Angket

Kisi-kisi Angket mengenai motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilihat pada tabel 3.1.


(24)

31

Tabel 3.1

Kisi-kisi Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Penjas

Variabel Sub Variabel Indikator

Motivasi

 Motivasi Intrinsik

1. Tekun dalam belajar penjas

2. Teratur mengikuti pembelajaran penjas

3. Disiplin dalam mengikuti pembelajaran penjas 4. Bekerja keras untuk mencapai tujuan

5. Mendapat Rasa Bangga 6. Menyenangi pelajaran penjas 7. Menimbulkan rasa aman 8. Keinginan untuk maju

9. Dapat meguasai teknik-teknik olahraga 10. Menjaga Kesehatan

11. Meningkatan kebugaran jasmani 12. Mendapatkan banyak teman 13. Giat berolahraga

 Motivasi Ekstrinsik

1. Mendapat pujian dari guru kelas 2. Mendapat perhatian dari orang tua 3. Mendapatkan pengakuan dari teman 4. Mendapatkan pengarahan dari guru penjas 5. Dukungan dari guru

6. Dukungan dari orang tua 7. Dukungan dari teman

8. Hadiah berupa sanjungan dari guru 9. Hadiah berupa sanjungan dari teman

10. Hukuman dari guru karena melanggar peraturan

Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pernyataan atau soal dalam angket. Butir-butir perntanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

Mengenai kesesuaian skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur angket sebagai instrumen penelitian supaya instrumen itu bisa dikur sesuai dengan apa yang hendak diukur dan bisa dipercaya serta reliable (konsisten) terhadap permasalahan instrumen penelitian, menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dengan baik oleh peneliti. Oleh karena itu, skala pengukuran sikap yang dipilih dan dirasakan cocok digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Riduwan (2008:87) mengemukakan bahwa: “Skala Likert adalah skala


(25)

32

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Dengan menggunakan skala

Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel yang kemudian sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator inilah yang menjadi pertanyaan arau pernyataan-pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Pernyataan-pernyataan tersebut disusun dalam bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif, yang mana setiap jawaban responden terhadap pernyataan dihubungkan dengan alternatif jawaban yang telah disediakan dalam instrumen penelitian ini. Sudjana dan Ibrahim (2004:107) mengemukakan bahwa:

Skala Likert dinyatakan dalam pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subjek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Adapun alternatif jawaban yang digunakan antara lain sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing alternatif jawaban yang digunakan tersebut memiliki rentang skor yang bergerak dari skor tertinggi ke skor terendah untuk pernyataan yang menghendaki jawaban positif. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif skor bergerak dari skor terendah ke skor terttinggi.

Untuk lebih jelasnya mengenai alternatif jawaban beserta kategori penyekorannya, dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2

Kriteria Pemberian Skor

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4


(26)

33

Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan yang disajikan pada angket supaya responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban yang disediakan, maka pertanyaan atau pernyataan itu harus disusun berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1998:184), yang mengemukakan sebagai berikut:

1. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya 2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. 3. Sifat pernyataan harus netral dan objektif

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak diperoleh dari sumber lain.

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup menumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.

Dari penjelasan tersebut, maka pernyataan-pernyataan yang disusun dalam angket harus bersifat jelas, ringkas dan tegas.

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari instrumen yang akan digunakan sebagai alat utuk mengumpulkan data. Instrumen yang peneliti susun bukan merupakan instrumen yang sudah baku dan belum diketahui nilai validitas dan reliabilitasnya, sehingga uji coba instrumen ini sangatlah penting untuk menentukan apakah angket yang telah disusun memenhi syarat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak. 1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:173) bahwa, “Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”

Setelah mengetahui uji validitas, maka langkah selanjutnya untuk menentukan suatu valid mengenai uji coba angket yang telah disebarkan, maka penulis menyusun langkah-langkah pengujian validitas sebagai berikut.

a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.


(27)

34

c. Meranking atau mengurutkan skor responden dari yang tertinggi sampai yang terendah.

d. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah sesuai dengan pernyataan e. Mencari nilai rata-rata dari tiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok

bawah dengan rumus (Nurhasan 2005:22) sebagai berikut: X =

Keterangan:

X = Nilai rata-rata dari setiap skor pernyataan

= Jumlah skor N = Jumlah sampel

f. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan masing-masing kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus (Nurhasan 2005:36) sebagai berikut:

S =

1 2  

n X

X

i Keterangan:

S = Simpangan Baku

= Skor yang dicapai oleh setiap item

n = Jumlah Sampel

X = Rata dari setiap item soal

2

XiX = Jumlah dari skor X baik kelompok atas maupun bawah dikurangi rata-rata kemudian dikuadratkan

g. Mencari simpangan gabungan atau Varians dari setiap kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus (Nurhasan 2005:38) sebagai berikut:

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2      n n S n S n S Keterangan: 2


(28)

35

1

n = Banyak responden atas 2

n = Banyak responden bawah

2 1

S = Simpangan baku di kuadratkan dari kelompok atas 2

2

S = Simpangan baku di kuadratkan dari kelompok bawah

h. Mencari nilai t hitung untuk setiap butir soal kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus (Sugiyono 2008:181) sebagai berikut:

2 1 2 2 1 1 1 n n S X X t    Keterangan:

t = Nilai t hitung tiap butir n1 = Banyak responden atas

1

X = Nilai rata-rata kelompok atas

n

2 = Banyak responden bawah 2

X = Nilai rata-rata kelompok bawah 2

S = Varians gabungan

i. Setelah pengolahan data uji coba angket selesai, maka langkah selanjutnya yaitu apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak, maka t-hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t-tabel dengan ketentuan t-hitung lebih besar dengan t-tabel (t hit ≥ t tabel) dan taraf signifikansi  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Apabila terjadi dan memang t-hitung lebih besar dari t-tabel maka perbedaan itu signifikan dan instrumen yang diteliti valid artinya dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Sebaliknya jka t-hitung lebih kecil dari tabel, maka pernyataan tersebut tidak signifikan. Untuk t-tabel telah ditentukan dan dilampirkan pada halaman terakhir. Hal tersebut senada dengan pernyataan Sugiyono (2008:182) bahwa,


(29)

36

Untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak, maka harga t-hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t-tabel. Bila t-hitung lebih besar dengan t-tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.

Untuk menentukan harga t-tabel dapat dilakukan dengan cara menentukan tingkat kesalahan atau tingkat kepercayaan dan derajat kesahihan (dk) dengan rumus (Sugiyono, 2008:182) sebagai berikut.

2 2 1 

n

n

dk

Keterangan:

dk = derajat kesahihan n1 = banyak responden atas

2

n

= banyak responden bawah

Setelah menjalankan langkah-langkah penghitungan validitas uji coba angket dan dihasilkan data yang dapat diketahui mengenai validitas dari tiap butir dengan mengkorelasikan antara skor butir batas atas dengan skor butir batas bawah dengan ketentuan t-hitung lebih besar dari t-tabel dan taraf signifikasi  = 0,05 dengan derajat kesahihan yang ditentukan dengan ketentuan dk

n

1

n

22 yaitu dk= 15+15-2 adalah 28 maka harga harga t-tabel 1,7. Bila harga korelasi di bawah harga t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Berkaitan dengan validitas instrumen Arikunto yang dikutip oleh Riduwan

(2008:97) menjelaskan bahwa: “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau keshahihan suatu alat ukur”. Sebuah butir tes dikatakan valid apabila setelah dilakukan penedekatan signifikansi yaitu t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel, maka butir butir pertanyaan tersebut dapat digunakan sebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam


(30)

37

pengambilan data karena tidak signifikansi pada tingkat kepercayaan tertentu. Jumlah butir tes yang penulis siapkan dalam uji coba ini dalah sebanyak 50 pernyataan. Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh butir tes yang valid adalah sebagai berikut:

Tabel .3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen

No t-hitung t-tabel Keterangan

1 3.55 1.7 Valid

2 2.74 1.7 Valid

3 0.48 1.7 Tidak valid

4 2 1.7 Valid

5 2.7 1.7 Valid

6 2 1.7 Valid

7 2.8 1.7 Valid

8 2.9 1.7 Valid

9 1.9 1.7 Valid

10 3 1.7 Valid

11 0 1.7 Tidak valid

12 0 1.7 Tidak valid

13 2.7 1.7 Valid

14 0.37 1.7 Tidak valid

15 2.5 1.7 Valid

16 1.9 1.7 Valid

17 2.8 1.7 Valid

18 2 1.7 Valid

19 3.1 1.7 Valid

20 2.5 1.7 Valid

21 1.8 1.7 Valid

22 2.9 1.7 Valid

23 1.9 1.7 Valid

24 2.7 1.7 Valid

25 2.3 1.7 Valid

26 1.89 1.7 Valid

27 1.3 1.7 Tidak valid

28 2 1.7 Valid

29 2.3 1.7 Valid

30 0 1.7 Tidak valid

31 3.5 1.7 Valid

32 2 1.7 Valid

33 3.1 1.7 Valid

34 3 1.7 Valid


(31)

38

36 1.1 1.7 Tidak valid

37 2 1.7 Valid

38 3 1.7 Valid

38 1.3 1.7 Tidak valid

40 1.2 1.7 Tidak valid

41 1.8 1.7 Valid

42 2 1.7 Valid

43 3 1.7 Valid

44 3 1.7 Valid

45 2.53 1.7 Valid

46 1.2 1.7 Tidak Valid

47 3.5 1.7 Valid

48 2.8 1.7 Valid

49 3.1 1.7 Valid

50 3 1.7 Valid

Berdasarkan perhitungan analisis validitas instrumen dari setiap butir pertanyaan yang berjumlah 50 butir, terdapat 10 butir soal yang tidak valid, dan 40 butir soal yang valid, artinya butir pernyataan yang valid dapat digunakan sebagai alat pengumpul data pada tes motivasi siswa SMP dan MTs.

Selanjutnya butir soal yang valid tersebut digunakan sebagai alat tes motivasi yang hendak penulis teliti kepada sampel sebenarnya yaitu sebanyak 40 butir pernyataan dan diuji cobakan kepada sampel sebenarnya yaitu siswa MTs dan SMP di kecamatan Banjaran.

2. Uji Reliabilitas

Pengertian dari reliabilitas menurut Sugiyono (2008:175) bahwa, “Reliabilitas

adalah suatu pengukuran yang digunakan untuk mengukur berkali-kali

menghasilkan data yang sama.” Kemudian menurut Arikunto (2006:154)

mengatakan bahwa, “Reliabilitas merupakan sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk kegunaan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik.”

Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukuran atau tes dikatakan reliabel jika alat ukur menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya


(32)

39

dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya. Uji reliabilitas digunakan untuk pengumpul data dan dinyatakan bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.

Maka langkah selanjutnya untuk menentukan suatu reliabel mengenai uji coba angket yang telah disebarkan, maka penulis menyusun langkah-langkah pengujian reliabilitas sebagai berikut.

a. Setelah mengetahui soal-soal yang dianggap valid kemudian dari analisis skor-skor tersebut dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian

soal. Menurut Sugiyono (2008:190) bahwa, “Untuk keperluan instrumen itu

maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

ganjil dan kelompok genap”.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.

rxy =

  

 

 

2   2 2   2    

n n

n

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi yang dicari XY = Jumlah perkalian skor X dan Y

X2 = Jumlah skor X2

Y2 = Jumlah skor Y2 n = Banyaknya soal

d. Selanjutnya mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.


(33)

40

rii =

xy xy

r r  1

) ( 2

Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen rxy = Koefisien korelasi

Uji reliabilitas dilakukan apabila pengujian validitas telah selesai dan diketahui hasil dari uji angket tesebut.

Adapun uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Angket

No. Sampel Skor Ganjil (X) Skor Genap

(Y) X.Y

1 107 103 11449 10609 11021

2 90 89 8100 7921 8010

3 91 100 8281 10000 9100

4 103 103 10609 10609 10609

5 84 98 7056 9604 8232

6 107 105 11449 11025 11235

7 114 112 12996 12544 12768

8 107 111 11449 12321 11877

9 88 97 7744 9409 8536

10 102 109 10404 11881 11118

11 104 97 10816 9409 10088

12 92 106 8464 11236 9752

13 105 113 11025 12769 11865

14 104 111 10816 12321 11544

15 92 101 8464 10201 9292

16 94 95 8836 9025 8930

17 105 112 11025 12544 11760

18 96 96 9216 9216 9216

19 109 101 11881 10201 11009

20 87 96 7569 9216 8352

21 113 113 12769 12769 12769

22 109 113 11881 12769 12317

23 95 94 9025 8836 8930


(34)

41

25 94 96 8836 9216 9024

26 115 105 13225 11025 12075

27 98 96 9604 9216 9408

28 85 89 7225 7921 7565

29 123 119 15129 14161 14637

30 102 107 10404 11449 10914

Jumlah 3022 3096 307196 321304 313616

Selanjutnya hasil skor yang telah didapat dimasukan ke dalam rumus yang telah ditentukan pada langkah-langkah penghitungan uji reliabilitas sebelumnya. Adapun hasil uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n           = } ) 3096 ( 321304 . 30 }{ ) 3022 ( 307196 . 30 { ) 3096 )( 3022 ( ) 313616 ( 30 2 2    = ) 9585216 9639120 )( 9132484 9215880 ( 9356112 9408480    = 58 , 67647 52368 = 0,77

Selanjutnya mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

rii =

xy xy r r  1 ) ( 2

Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen rxy = Koefisien korelasi


(35)

42

rii =

xy xy r r  1 ) ( 2 = 77 , 0 1 ) 77 , 0 ( 2  = 77 , 1 54 , 1

= 0, 87

Dari hasil penghitungan diperoleh r-hitung = 0,87 sedangkan r-tabel Product Moment diketahui bahwa dengan n = 30 harga r 0,95 = 0,361. Dengan demikian maka r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Setelah pengujian instrumen telah dinyatakan valid dan reliabel maka selanjutnya penulis mengadakan penelitian. Prosedur yang dietempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Meminta surat izin melakukan penelitian dari jurusan.

2. Menyerahkan suarat izin kepada pihak sekolah dan pengaturan jadwal penyebaran data penelitian kepada siswa.

3. Membagikan alat pengumpul data kepada siswa yang menjadi sampel penelitian.

4. Memberikan informasi berkaitan dengan keentingan penelitian dan memberikan petunjuk pengisian alat pengumpul data.

5. Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil kerja siswa dan melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban siswa pada setiap lembar jawaban.

6. Menghitung hasil pekerjaan siswa pada pada setiap lembar jawaban dan memberikan skor.


(36)

43

G. Prosedur Pengolahan Data

Penghitungan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menyeleksi data setelah angket terkumpul dari sampel sebagai sumber data, maka harus diseleksi untuk memeriksa keabsahan pengisian angket, karena mungkin saja terdapat sebagian butir pernyataan dalam angket, terdapat jawaban yang tidak diisi oleh responden.

b. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket dengan ketentuan pada tabel 3.7 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Nilai-Nilai Butir Pernyataan

Kategori SS S R TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Keterangan tabel tabel 3.7 yaitu untuk nilai butir-butir pernyataan pada setiap jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan positif: SS = 5, S = 4, R = 3, TS= 2, STS = 1 2) Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S =2, R= 3, TS = 4, STS = 5 c. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

d. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk tiap butir pernyataan.

e. Menganalisa data yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya. Selanjutnya untuk mengetahui atau memperoleh hasil pengolahan data sehingga dapat menggambarkan masalah yang diungkap, yaitu mengenai Motvasi Belajar Dalam Mengikuti Pembelajran Pendidikan Jasmani Siswa SMP dan MTs di Kecamatan Banjaran. Maka penulis menggunakan teknik penghitungan sebagai berikut.

Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dari setiap sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(37)

44

1 x100% X

X P

n

Keterangan :

P : Persentase

X1 : Jumlah skor aktual atau pengamatan

Xn : Jumlah skor ideal atau pengharapan

100 % : Bilangan tetap

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan disimpulkan guna mempermudah dalam penafsiran dari tiap indikator angket Motvasi Belajar Dalam Mengikuti Pembelajran Pendidikan Jasmani Siswa SMP dan MTs Di Kecamatan Banjaran dan kesimpulan dari keseluruhan angket. Dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (1993:246), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Frekwensi Persentase

Rentang Nilai Kriteria

95% – 100% Sangat Baik

80% – 94% Baik

50% – 79% Cukup Baik

20% - 49% Kurang Baik

>20% Tidak Baik


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani siswa SMP yaitu untuk katgori baik berjumlah 131 siwa atau sebesar 65,5 %, sedangkan untuk kategori cukup baik yaitu berjumlah 69 siswa atau sebesar 34,5 %.

2. Bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani siswa MTs yaitu untuk kategori baik berjumlah 95 siswa atau sebesar 47,5 %, sedangkan untuk kategori cukup baik berjumlah 105 siswa atau sebesar 52,5 %.

.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil peneitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani serta pembaca pada umumnya, dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik, guru harus selalu meningkatkan, menambah dan mengembangkan kemampuannya sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran penjas.

2. Dalam metode dan gaya pengajaran penjas mesti diperbaharui, dikembangkan, dan disesuaikan dengan keadaan siswa dan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

3. Bagi rekan mahasiswa atau peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian mengenai motivasi siswa dalm mengikuti pembelajaran penjas, sebaiknya mengkaji aspek lainnya yang belum terungkap secara ilmiah.


(39)

70

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan mungkin masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam.


(40)

71

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, (2008). Pembelajaran dan Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung : FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Abdullah dan Manadji, (1994). Dasar-dasar pendidikan Jasmani. P3MTK. Dirjen Pendidikan Tinggi. Dep P dan K.

Angkowo, R. (2007). Fungsi Media Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : Grafindo

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Gerungan, W.A. (1988). Psikolog Sosial. Jakarta. PT. Eresco.

Gunarsa, Singgih. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. PT. Gunung Agung.

Ginting, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Humaniora.

Hamalik, Oemar. (2000). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta. Bumi Aksara.

Hendrayana, Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adptif. Bandung. Redpoint.


(41)

72

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Depdikbud.

Lutan, Rusli. (1998). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta. Depdikbud-Dikdasmen.

Lutan, Rusli. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani : Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar: Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas RI.

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK UPI.

Moekijat. (2001). Dasar-dasar Motivasi. Bandung. Pioneer Jaya. Moekijat. (2002). Dasar-dasar Motivasi. Bandung. Pioneer Jaya.

Natawijaya, Rohman. (1979). Psikologi Perkembangan Untuk SPG. Jakarta. PT. Gramedia

Nazir, Moh. (2007). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. Nurhasan. (2005). Statistika Deskriptif. Bandung. FPOK UPI.

Pickle, H. B & Abrahamson , R. L. (1989). Small Business Management. Singapore. John Wiley & Son (SEA) Pte. Ltd

Purwanto, Ngalim. (1985). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Riduwan. (2008).Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada


(42)

73

Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Surachmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah: dasar, Metode, Teknik. Bandung. Tarsito

Syaodih, Nana.Sukmadinata (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Syamsudin, Abin. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya

Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI.


(1)

44

1 x100%

X X P

n

Keterangan :

P : Persentase

X1 : Jumlah skor aktual atau pengamatan

Xn : Jumlah skor ideal atau pengharapan 100 % : Bilangan tetap

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan disimpulkan guna mempermudah dalam penafsiran dari tiap indikator angket Motvasi Belajar Dalam Mengikuti Pembelajran Pendidikan Jasmani Siswa SMP dan MTs Di Kecamatan Banjaran dan kesimpulan dari keseluruhan angket. Dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (1993:246), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Frekwensi Persentase Rentang Nilai Kriteria

95% – 100% Sangat Baik

80% – 94% Baik

50% – 79% Cukup Baik

20% - 49% Kurang Baik

>20% Tidak Baik


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani siswa SMP yaitu untuk katgori baik berjumlah 131 siwa atau sebesar 65,5 %, sedangkan untuk kategori cukup baik yaitu berjumlah 69 siswa atau sebesar 34,5 %.

2. Bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani siswa MTs yaitu untuk kategori baik berjumlah 95 siswa atau sebesar 47,5 %, sedangkan untuk kategori cukup baik berjumlah 105 siswa atau sebesar 52,5 %.

.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil peneitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani serta pembaca pada umumnya, dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik, guru harus selalu meningkatkan, menambah dan mengembangkan kemampuannya sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran penjas.

2. Dalam metode dan gaya pengajaran penjas mesti diperbaharui, dikembangkan, dan disesuaikan dengan keadaan siswa dan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

3. Bagi rekan mahasiswa atau peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian mengenai motivasi siswa dalm mengikuti pembelajaran penjas, sebaiknya mengkaji aspek lainnya yang belum terungkap secara ilmiah.


(3)

70

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan mungkin masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, (2008). Pembelajaran dan Manajemen Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Bandung : FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Abdullah dan Manadji, (1994). Dasar-dasar pendidikan Jasmani. P3MTK. Dirjen Pendidikan Tinggi. Dep P dan K.

Angkowo, R. (2007). Fungsi Media Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : Grafindo

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Gerungan, W.A. (1988). Psikolog Sosial. Jakarta. PT. Eresco.

Gunarsa, Singgih. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. PT. Gunung Agung.

Ginting, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Humaniora.

Hamalik, Oemar. (2000). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta. Bumi Aksara.

Hendrayana, Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adptif. Bandung. Redpoint.


(5)

72

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Depdikbud.

Lutan, Rusli. (1998). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta. Depdikbud-Dikdasmen.

Lutan, Rusli. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani : Pendekatan Pendidikan Gerak

di Sekolah Dasar: Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas RI.

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK UPI.

Moekijat. (2001). Dasar-dasar Motivasi. Bandung. Pioneer Jaya. Moekijat. (2002). Dasar-dasar Motivasi. Bandung. Pioneer Jaya.

Natawijaya, Rohman. (1979). Psikologi Perkembangan Untuk SPG. Jakarta. PT. Gramedia

Nazir, Moh. (2007). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. Nurhasan. (2005). Statistika Deskriptif. Bandung. FPOK UPI.

Pickle, H. B & Abrahamson , R. L. (1989). Small Business Management. Singapore. John Wiley & Son (SEA) Pte. Ltd

Purwanto, Ngalim. (1985). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Riduwan. (2008).Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula. Bandung. Alfabeta

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada


(6)

Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Surachmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah: dasar, Metode, Teknik. Bandung. Tarsito

Syaodih, Nana.Sukmadinata (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Syamsudin, Abin. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya

Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI.


Dokumen yang terkait

Pemberitaan Mobil Esemka Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemberitaan Mobil Esemka di TV One Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Medan)

0 28 91

Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar (Studi Korelasional Tentang berjudul Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMU HARAPAN 3 Medan Johor).

17 120 115

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

7 51 139

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Perbedaan Motivasi Belajar Siswa Yang Belajar Pagi Hari Dan Siang Hari Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

7 18 18

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Hubungan kinerja guru dengan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri 2 Pagaden.

0 4 7

DAMPAK PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR : Studi deskriptif pada siswa kelas xi ipa sman 1 kawali.

0 7 48

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN JAM WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI: Studi Eksperimen Terhadap Siswa SMPN 2 GARUT Kabupaten Garut.

0 7 28

HAMBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI MTS MA’ARIF DAARUSHOLIHIN SUMBERADI MLATI SLEMAN.

0 0 86

MOTIVASI SISWA KELAS VI SD NEGERI JOMBOR LORKABUPATEN SLEMAN DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN.

0 0 143

MOTIVASI SISWA KELAS X SMAN I ENDE DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

0 1 100