PENERAPAN FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING MODEL UNTUK MENINGKATKAN KONSISTENSI ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA.

(1)

PENERAPAN FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING MODEL

UNTUK MENINGKATKAN KONSISTENSI ILMIAH DAN PRESTASI

BELAJAR PADA SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Fisika

Oleh :

Resta Krishnayanti 1101710

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

PENERAPAN FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING MODEL

UNTUK MENINGKATKAN KONSISTENSI ILMIAH DAN PRESTASI

BELAJAR PADA SISWA SMA

Oleh

Resta Krishnayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Resta Krishnayanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa ijin penulis.


(3)

(4)

(5)

PENERAPAN FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING

MODEL UNTUK MENINGKATKAN KONSISTENSI ILMIAH

DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA

Resta Krishnayanti NIM. 1101710

Pembimbing I : Dr. Selly Feranie, M. Si. Pembimbing II : Drs. I Made Padri, M. Pd. Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, UPI

Abstrak

Fisika merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan fenomena alam. Sebagai suatu ilmu, dalam Fisika terdapat berbagai macam konsep. Dalam ilmu Fisika pemahaman konsep sangat penting untuk membangun proses berpikir siswa dalam memahami permasalahan-permasalahan sederhana hingga yang rumit. Namun mata pelajaran Fisika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

Fisika dianggap sulit karena siswa dituntut untuk memahami berbagai representasi

dan pemahaman konsep secara bersamaan. Hal ini yang mengakibatkan siswa sulit dalam memahami konsep, dan kurang mampu dalam menyelesaikan permasalahan menggunakan konsep Fisika pada situasi yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu melatihkan multi representasi untuk meningkatkan konsistensi ilmiah dan prestasi belajar siswa. Five Stage Conceptual Teaching Model telah diterapkan untuk meningkatkan konsistensi ilmiah dan prestasi belajar pada materi fluida statis. Dalam penelitian ini materi fluida statis diuraikan ke dalam 8 subkonsep yaitu, tekanan hidrostatis (hubungan dengan kedalaman), tekanan hidrostatis (hubungan dengan massa jenis), hukum pokok hidrostatika, prinsip Pascal, gaya apung, terapung, melayang, dan tenggelam, tegangan permukaan, dan kapilaritas. Metode penelitian yang digunakan yaitu one group pre test-post test design dengan sampel salah satu kelas X di salah satu SMA Negeri kota Bandung yang terdiri dari 36 siswa. Bentuk tes yang digunakan unuk mengukur konsistensi ilmiah adalah menggunakan Three Tier Test berbasis multirepresentasi dimana setiap tema menggunakan 3 representasi yang berbeda, yaitu verbal, gambar, dan matematis. Tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan tes pilihan ganda. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai gain (<g>) konsistensi ilmiah sebesar 0,53 yang berada dalam kategori sedang dan nilai gain (<g>) prestasi belajar sebesar 0,69 dan berada dalam kategori sedang.

Kata kunci : Konsistensi ilmiah, prestasi belajar, Five Stage Conceptual Teaching Model, Three Tier Test


(6)

APPLICATION OF FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING

MODEL TO IMPROVE SCIENTIFIC CONSISTENCY AND

LEARNING ACHIEVEMENT FOR SENIOR HIGH SCHOOL

STUDENT

Resta Krishnayanti NIM. 1101710

Supervisor I : Dr. Selly Feranie, M. Si. Supervisor II : Drs. I Made Padri, M. Pd. Department of Physics Education,FPMIPA,UPI

Abstract

Physics is a science that is closely associated with natural phenomena. As a science, in physics there are various concepts. In the physical sciences understanding of the concept is very important to establish the thinking of students in understanding the problems of simple to complex. But the subjects of Physics is still regarded as a difficult subject. Physics is considered difficult because students are required to understand the representation and understanding of concepts simultaneously. It is the result of students difficult to understand the concept, and less able to solve problems using the concept in physics in different situations. Therefore we need a learning model that is capable of multi representation melatihkan to improve the scientific consistency and student achievement. Stage Five Teaching Conceptual Model has been applied to improve the scientific consistency and learning achievement in a static fluid material. In this study the static fluid material is decomposed into 8 subconcepts ie, hydrostatic pressure (the relationship with depth), hydrostatic pressure (the relationship of density), the basic law of hydrostatics, Pascal principle, buoyancy, floating, floating and sinking, surface tension, and capillarity. The method used is one group pretest-posttest design with a sample of one of class X at one of the Senior High School in Bandung, which consists of 36 students. Unuk form of tests used to measure scientific consistency is to use a Tier Three Test-based multirepresentasi where each theme using three different representations, namely verbal, images, and mathematical. Tests used to measure student achievement using multiple-choice tests. Results from this study were obtained value gain (<g>) scientific consistency of 0.53 which are in the medium category and value gain (<g>) the learning achievement of 0.69 and be in the medium category.

Key words : Scientific consistency, learning achievement, Five Stage Conceptual Teaching Model, Three Tier Test


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran perlu dilakukan suatu kegiatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menyampaikan gagasannya. Berdasarkan aturan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam keterampilan proses yang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Melalui proses pembelajaran seperti ini diharapkan siswa memiliki kemampuan yang mendalam pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, pembelajaran sains kontekstual merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-konsep sains dan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) (Hardanto, 2003). Mechling & Oliver (dalam Ratna

Wilis Dahar, 1985) mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan sains memberikan penekanan-penekanan pada keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada siswa, sehingga siswa dapat mempelajari dan ingin mengetahuinya.

Fisika merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan fenomena alam. Sebagai suatu ilmu, dalam Fisika terdapat berbagai macam konsep. Dalam ilmu Fisika pemahaman konsep sangat penting untuk membangun proses berpikir siswa dalam memahami permasalahan-permasalahan sederhana hingga yang rumit.


(8)

Namun hingga saat ini Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang sangat sulit (Angell et al,

2004). Sebanyak 63,51% responden menyatakan bahwa mereka masih sulit untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep Fisika. Permasalahan ini terjadi karena siswa belum mampu membentuk pengetahuan secara mandiri dan kurang aktif untuk membangun pengetahuan karena belum terbentuknya pemahaman

yang utuh dalam diri. Fisika dianggap sulit karena siswa dituntut untuk

memahami berbagai representasi dan pemahaman konsep secara bersamaan. Hal ini yang mengakibatkan siswa sulit dalam memahami konsep, dan kurang mampu dalam menyelesaikan permasalahan menggunakan konsep Fisika. 64,86% responden menyatakan bahwa mereka belum mampu untuk menginterpretasi konsep Fisika dari satu representasi ke representasi lainnya. Dampak ini dapat dilihat dari rendahnya konsistensi ilmiah pada hasil studi pendahuluan mengenai konsep Fisika. Konsistensi ilmiah merupakan kemampuan siswa untuk konsisten dalam menjawab soal dari suatu konsep atau materi yang sama dalam jenis representasi yang lain yang setara seperti verbal, gambar, dan matematis dengan memperhitungkan kebenaran konsep dari segi ilmiah. Nieminen (2013, hlm. 44) menjelaskan bahwa konsistensi ilmiah ini dapat dianggap sebagai bagian dari pemahaman konsep serta menjadi faktor yang melatarbelakangi pemahaman konsep dan pembelajaran.

Untuk melihat konsistensi ilmiah siswa, telah dibuat 3 soal dengan representasi yang berbeda (verbal, gambar, matematis) dalam bentuk Three Tier Test untuk mengukur 1 konsep yang sama pada konsep elastisitas. Siswa

dikatakan konsisten secara ilmiah apabila mereka mampu menjawab secara benar ketiga soal tersebut dalam representasi yang berbeda dan ada dalam kategori paham konsep menurut analisis Three Tier Test. Jika jawaban siswa tidak berada

dalam aturan tersebut, maka siswa tidak dikatakan konsisten secara ilmiah. Berdasar hasil studi pendahuluan didapatkan dari 36 siswa, tidak satupun siswa yang menjawab ketiga soal tersebut dengan benar, artinya seluruh siswa tidak berada dalam kategori konsistensi ilmiah di konsep tersebut. Rendahnya konsistensi ilmiah siswa pada konsep Fisika ditandai dengan ketidakmampuan siswa untuk memahami dan menggunakan konsep Fisika pada situasi yang baru


(9)

3

yang dituangkan dalam berbagai representasi. Hal ini pun didukung berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru Fisika di SMA Negeri kota Bandung yang menyatakan bahwa adanya ketidakkonsistenan pada siswa mengenai konsep Fisika yang ditandai dengan kurangnya kemampuan siswa saat diberikan permasalahan konsep Fisika pada berbagai bentuk atau representasi.

Menurut Ahmad Abu Hamid (2011:5), rendahnya mutu pendidikan tersebut dapat disebabkan karena metode atau model pembelajaran yang kurang tepat, alat evaluasi yang kurang baik, ataupun materi yang diberikan kurang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik. Maksud dari metode atau model pembelajaran yang kurang tepat yaitu masih memfokuskan pada upaya penuangan pengetahuan pada peserta didik sehingga gagasan yang ada pada peserta didik sama sekali tidak mendapat perhatian.

Hal ini juga dijelaskan melalui wawancara pada salah satu guru Fisika di SMA Negeri Kota Bandung, bahwa metode pembelajaran di kelas masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Meski dalam proses pembelajarannya guru menggunakan beberapa representasi, namun representasi yang dilatihkan untuk siswa terbilang masih kurang. Representasi matematis masih mendominasi dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti berniat untuk melakukan suatu penelitian yang dapat meningkatkan konsistensi ilmiah dan prestasi belajar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung untuk mengemukakan pengetahuan awalnya, melakukan percobaan untuk membuktikan konsep ilmiah, mengganti pengetahuan awal dengan pengetahuan sesuai dengan konsep ilmiah, serta melibatkan siswa untuk membangun pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dengan membuat representasi sehingga siswa memiliki pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dipelajari. Peneliti mengadopsi pembelajaran Five Stage Conceptual Teaching Model yang meliputi orientasi, elisitasi,

restrukturisasi, aplikasi, dan review (Driver and Oldham, 1986) untuk penelitian ini. Pada model pembelajaran tersebut terdapat tahap-tahap dimana siswa diminta


(10)

untuk mengemukakan pengetahuan awal, kemudian pemaparan situasi konflik dimana siswa melakukan kegiatan untuk membuktikan pengetahuan awal mereka sesuai kebenaran ilmiah, setelah itu berdasarkan pengetahuan baru yang telah diperoleh, siswa mengatur kembali pengetahuan awal mereka berdasarkan pengetahuan yang baru, melalui tahap ini siswa mengatur kembali pengetahuan yang didapat dengan membangun berbagai representasi sebagai fasilitas untuk membantu mereka dalam memahami suatu konsep, dan tahap terakhir siswa diberikan permasalahan mengenai konsep tersebut dengan situasi yang baru sehingga siswa konsisten terhadap suatu konsep meski diberikan dalam representasi dan situasi yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rofiuddin (2014) didapatkan bahwa penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model telah meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan melibatkan penggunaan representasi pada setiap tahap pembelajarannya. Menurut Fitria (2013) pembelajaran dengan penggunaan representasi akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami konsep Fisika dengan berbagai representasi yang berbeda. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan

Five Stage Conceptual Teaching Model Untuk Meningkatkan Konsistensi Ilmiah dan Prestasi Belajar Pada Siswa SMA”. Diharapkan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan konsistensi ilimiah dan prestasi belajar siswa kelas X pada materi fluida statis.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum permasalahan dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut “Apakah terdapat peningkatan terhadap konsistensi

ilmiah dan prestasi belajar pada siswa setelah diterapkan Five Stage Conceptual

Teaching Model?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan konsistensi ilmiah siswa setelah penerapan Five

Stage Conceptual Teaching Model?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan Five


(11)

5

3. Bagaimana pengaruh Five Stage Conceptual Teaching Model terhadap

konsistensi ilmiah dan prestasi belajar? C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka perlu dilakukan batasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Konsistensi ilmiah diukur dengan menggunakan 3 (tiga) representasi, yaitu

verbal, gambar, dan matematis. Konsistensi ilmiah dibatasi untuk 8 (delapan) sub konsep pada materi fluida statis, yaitu tekanan hidrostatis (hubungan dengan kedalaman), tekanan hidrostatis (hubungan dengan massa jenis), hukum pokok hidrostatika, prinsip Pascal, gaya apung, terapung, melayang, dan tenggelam, tegangan permukaan, dan kapilaritas.

2. Dalam penelitian ini prestasi belajar dibatasi hanya pada ranah kognitif

dengan level kognitif C2, C3, dan C4. D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pengaruh penerapan Five-Stage Conceptual Teaching

Modelterhadap peningkatan konsistensi ilmiah siswa

2. Mengidentifikasi pengaruh penerapan Five-Stage Conceptual Teaching Modelterhadap peningkatan prestasi belajar siswa

3. Mengetahui korelasi antara konsistensi ilmiah dan prestasi belajar setelah penerapan Five-Stage Conceptual Teaching Model

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Five Stage Conceptual Teaching Model merupakan variabel

bebas (X), sedangkan variabel terikatnya adalah konsistensi ilmiah dan prestasi belajar (Y).

F. Manfaat Penelitian


(12)

1. Memberikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan konsistensi ilmiah dan prestasi belajar.

2. Memberikan alternatif pada guru untuk membuat alat evaluasi yang mampu mengukur konsistensi ilmiah siswa.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas lima bab dengan masing-masing bab memiliki sub bab, yaitu: Bab I tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II tentang kajian pustaka mengenai Five Stage Conceptual Teaching Model Untuk Meningkatkan

Konsistensi Ilmiah dan Prestasi Belajar Pada Siswa SMA, yang memuat uraian teori mengenai Five Stage Conceptual Teaching Model, konsistensi, prestasi

belajar, dan pembelajaran dengan multirepresentasi. Bab III tentang metode penelitian yang meliputi metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data. Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian, analisis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V yaitu simpulan dan saran yang terdiri dari simpulan penulis terhadap hasil penelitian dan saran terkait dengan penelitian serupa yang akan dilakukan selanjutnya.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design.

Alasan penggunaan metode ini adalah karena adanya variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen/variabel terikat hasil penelitian (Sugiyono, 2009:74).

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test-post test design. Desain ini digunakan karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2012). Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. One group pre test-post test design adalah eksperimen

yang dilaksanakan pada satu kelompok saja sebagai kelompok eksperimen tanpa kelompok pembanding.

Tabel 3.1. Desain Penelitian one group pre test-post test design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Pertama-tama, untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi fluida statis maka siswa diberikan tes awal (pre test) yaitu tes konsistensi ilmiah dan prestasi belajar. Setelah itu, siswa diberikan treatment berupa pembelajaran berbasis multirepresentasi menggunakan pembelajaran Five-Stage Conceptual Teaching Model. Setelah penerapan model pembelajaran selesai, siswa diberi tes

akhir (post test) untuk melihat apakah ada peningkatan terhadap konsistensi ilmiah dan prestasi belajar setelah penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model.


(14)

Gambar 3.1. Desain pembelajaran berbasis multirepresentasi menggunakan model pembelajaran

Five-Stage ConceptualTeaching Model

Prestasi Belajar Konsistensi Ilmiah

untuk mengukur

Treatment

Pembelajaran berbasis multirepresentasi menggunakan model pembelajaran Five-Stage

ConceptualTeaching Model

Prestasi Belajar Konsistensi Ilmiah

Posttest

diberikan

diberikan

Sampel

Kelas X

diberikan

Pretest


(15)

25

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Arikunto (2010) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di kota Bandung tahun ajaran 2014/2015.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Arikunto, 2010). Sampel penelitian ini adalah salah satu kelas reguler sebagai kelas eksperimen. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel didasarkan atas adanya

tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti sendiri (Arikunto, 2010).

C. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Five-Stage Conceptual Teaching Model merupakan

model pembelajaran yang menekankan perubahan konsepsi siswa melalui umpan balik selama proses pembelajaran secara terus menerus dan untuk meningkatkan kinerja siswa. Kegiatan ini dirancang untuk melibatkan siswa dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. Siswa diberi kebebasan dalam mengkonstruk pengetahuan dan temuan selama melakukan aktivitas. Model pembelajaran ini terdiri atas 5 tahap, yaitu meliputi orientasi, elisitasi, restrukturisasi, aplikasi, dan review (Driver and Oldham, 1986). Keterlaksanaan model pembelajaran ini diukur melalui lembar observasi.

2. Konsistensi ilmiah merupakan kemampuan siswa untuk konsisten dalam menjawab soal dari suatu sub konsep atau materi yang sama dalam jenis representasi yang lain yang setara seperti verbal, gambar, dan matematis dengan memperhitungkan kebenaran konsep dari segi ilmiah. Konsistensi ilmiah ini diuji menggunakan tes objektif yang berbentuk Three-Tier Multiple Choice Test berbasis multirepresentasi, dimana setiap konsep

yang diujikan terdiri atas 3 macam representasi, yaitu representasi verbal, gambar, dan matematis. Siswa dikatakan konsistensi ilmiah apabila 3 input


(16)

dalam menjawab Three Tier Test dinyatakan berada dalam kategori paham

konsep sesuai analisis yang dikembangkan

500). Pemberian skor konsistensi ilmiah dalam penelitian ini menggunakan analisis konsistensi ilmiah yang dikembangkan oleh Nieminen, Savinainen, & Viiri (2010). Peningkatan konsistensi ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan skor/nilai dari konsistensi ilmiah pada nilai pos tes dengan nilai pre test, yang dinyatakan dengan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake (1999).

3. Prestasi belajar adalah kompetensi atau kemampuan yang dicapai siswa setelah diberikan treatment. Dalam penelitian ini prestasi belajar diukur dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda dimana indikator tes tersebut berdasarkan pada revisi taksonomi Bloom. Level kognitif yang digunakan dalam tes ini menyesuaikan dengan kompetensi dasar (KD) yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran yaitu tingkat C2 (memahami) hingga C4 (menganalisis). Peningkatan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan skor/nilai dari prestasi belajar pada nilai pos tes dengan nilai pre test. Peningkatan prestasi belajar kemudian dianalisis menggunakan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake (1999).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes prestasi belajar, instrumen konsistensi ilmiah berbasis multirepresentasi, dan lembar observasi. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:


(17)

27

Konsistensi ilmiah siswa diujikan dengan instrumen berbentuk Three-Tier Multiple Choice Test berbasis multirepresentasi. Alasan digunakan instrumen

berbentuk Three-Tier Multiple Choice Test yaitu untuk menilai apakah siswa

benar-benar paham atau tidak terhadap suatu konsep jika soal disajikan dalam bentuk representasi yang berbeda namun masih dalam konsep yang sama. Jika hanya menggunakan pilihan ganda biasa akan sulit untuk melihat apakah dia paham atau tidak. Bisa saja jawaban yang diperoleh merupakan hasil menebak. Instrumen Three-Tier Multiple Choice Test berbentuk pilihan

ganda dan terdiri dari tiga tingkat soal untuk mengidentifikasi tingkat konsistensi. Untuk setiap konsep terdiri dari tiga representasi yang merepresentasikan konsep yang sama. Representasi yang digunakan adalah verbal, gambar, dan matematis.

2. Prestasi Belajar

Untuk mengukur prestasi belajar yang dicapai siswa dalam aspek kognitif digunakan tes pilihan ganda. Indikator untuk mengukur prestasi belajar ini diadaptasi dari taksonomi Anderson yang terdiri dari tingkat C2 (menjelaskan) hingga C4 (menganalisis). Tes ini diberikan saat pretest dan post-test.

3. Lembar Observasi

Lembar ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, baik yang dilaksanakan oleh guru maupun siswa. Format observasi ini berbentuk checklist dan memuat kolom “ya” dan

“tidak”dan diisi oleh observer yang mengamati proses pembelajaran di dalam

kelas.

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Penjelasan secara rinci mengani tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:


(18)

Pada tahap ini peneliti menentukan isi materi yang akan diuji saat penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menyusun instrumen tes konsistensi ilmiah dan prestasi belajar dalam bentuk Three-Tier Multiple Choice Test.

Instrumen yang sudah dibuat kemudian dilakukan judgement oleh dosen ahli,

setelah proses judgement, peneliti melakukan analisis butir soal yang dinyatakan valid oleh dosen ahli. Instrumen diuji cobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi fluida statis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa meliputi analisis reliabilitas sehingga dapat ditentukan butir soal yang layak dikembangkan dan digunakan pada penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melalui tahap perbaikan instrumen, instrumen tes konsistensi ilmiah dan prestasi belajar diberikan saat pretest dan postest kepada satu kelas eksperimen. Siswa yang dijadikan sampel eksperimen ini berbeda dengan siswa yang mengikuti uji coba instrumen.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini peneliti mengolah data pre test dan post test untuk mengetahui apakah ada peningkatan terhadap konsistensi ilmiah dan prestasi belajar setelah diberikan treatment.


(19)

29

Gambar 3.2. Tahapan Prosedur Penelitian

Instrumen Tes Prestasi Belajar & Konsistensi

ilmiah Penelitian &

Pengumpulan Data

Pengolahan, analisis, dan kesimpulan

Menyusun laporan akhir

Perbaikan Telaah Kurikulum

Memilih Kompetensi Inti dan Kompetensi

Dasar Identifikasi Konsep

Esensial Membuat indikator

soal

Menyusun instrumen tes prestasi belajar & konsistensi ilmiah

Membuat draft instrumen

Uji validitas isi dan konstruksi pada

dosen ahli

Uji coba instrumen Menyusun


(20)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang baik adalah dapat mengukur apa yang harus diukur (valid) dan dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (reliabel) (Arikunto, 2010: 211).

Sebelum instrumen tes digunakan, peneliti menganalisis soal meliputi validitas, dan reliabilitas.

Validitas, dan reliabilitas ditentukan dengan cara berikut:

1. Validitas

Validitas adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Scarvia.B. Anderson (dalam JICA, 2001) mengemukakan bahwa tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan empiris. Pada penelitian ini, peneliti hanya meninjau kevalidan butir soal berdasarkan validitas logis.

Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan logika atau penalaran. Dapat dikatakan sebuah instrumen dikatakan valid apabila telah memenuhi kriteria penyusunan instrumen yang ada (Arikunto, 2012 hlm. 80). Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi dimana instrumen yang disusun sesuai dengan isi materi pelajaran yang akan dievaluasi. Validitas konstruk sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi instrumen yang disusun berdasarkan aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi (Arikunto, 2012 hlm. 81).

Pada penelitian ini, validitas logis dapat dilakukan dengan cara memerinci dan memasangkan butir soal dengan setiap aspek dalam tujuan instruksional khusus yang dilakukan oleh dosen ahli. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh hasilnya setelah instrumen tersebut selesai disusun.


(21)

31

2. Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2005) pengertian reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Suatu butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas.

Dalam penelitian ini, reliabilitas yang dicari untuk instrumen konsistensi ilmiah dan prestasi belajar adalah dengan menggunakan reliabilitas eksternal. Dalam penelitian ini, peneliti menguji dua instrumen pada sekelompok siswa yang sama dan dilakukan secara berulang sebanyak dua kali. Uji reliabilitas ini disebut dengan single test double trial.

Single test double trial dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil uji

coba instrumen pertama dan hasil uji coba instrumen kedua. Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas eksternal adalah menggunakan rumus korelasi product momen sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara v ariabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor siswa pada tes pertama. Y = skor siswa pada tes kedua. N = jumlah siswa

Untuk instrumen konsistensi ilmiah berbentuk Three Tier Test, jika jawaban siswa pada tingkat pertama (first tier) dan tingkat kedua (second tier) adalah benar dan siswa yakin terhadap jawaban pada kedua tingkat soal, maka


(22)

siswa diberi skor 1 (Kaltakci, D & Eryilmaz, A. tt. hlm. 3). Selain jawaban tersebut, siswa diberi skor 0. Sedangkan untuk instrumen prestasi belajar berbentuk pilihan ganda biasa, siswa diberi skor 1 jika jawaban benar, dan skor 0 untuk jawaban yang salah atau tidak diisi.

Penafsiran indeks reliabilitas instrumen dilakukan dengan membandingkan indeks reliabilitas hasil hitung dengan indeks reliabilitas pada tabel harga yang telah ditetapkan.

Tabel 3.2. Korelasi Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 < r  1,00 Sangat tinggi 0,60 < r  0,80 Tinggi 0,40 < r  0,60 Cukup 0,20 < r  0,40 Rendah 0,00 < r  0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

3. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen tes yang diujicobakan berjumlah 27 soal yang setiap tema soal terdiri dari 3 bentuk representasi (verbal, gambar, dan matematis) dan disajikan dalam bentuk Three Tier Multiple Choice Test. Uji coba ini

dilakukan agar instrumen yang digunakan benar-benar layak untuk mengukur variabel yang digunakan dalam penelitian.

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, instrumen terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas XI yang telah mempelajari materi fluida statis. Adapun hasil analisis judgement dan ujicoba instrumen terdiri

atas validitas, dan reliabilitas. Hasil analisis ujicoba instrumen dijelaskan sebagai berikut :

1) Validitas

Pada penelitian ini, validitas instrumen ditinjau berdasarkan validitas logis, sehingga tidak diperlukan uji coba, cukup dengan cara meminta penilaian


(23)

33

pada orang yang dianggap ahli dalam menilai instrumen. Berdasarkan hasil judgement, soal yang telah dibuat perlu beberapa perbaikan. Terdapat beberapa soal yanng perlu diperbaiki representasi yang digunakan, dan indikator. Untuk hasil judgement dapat dilihat pada lampiran.

2) Reliabilitas

Reliabilitas yang digunakan dalam tes ini adalah reliabilitas eksternal test-retest yang diukur dengan menggunakan korelasi product momen. Indeks

reliabilitas hasil uji coba dirangkum dalam tabel.

Tabel 3.3. Reliabilitas Instrumen Tes Berdasar Hasil Uji Coba Reliabilitas Indeks

 

rxy Interpretasi

Three Tier Test 0,62 Tinggi

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan membandingkan reliabilitas hasil hitung terhadap tabel analisis korelasi reliabilitas instrumen tes (tabel 3.2.). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen ini reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, konsistensi ilmiah berbasis multirepresentasi. Untuk tes konsistensi ilmiah dan prestasi belajar didapat melalui tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi untuk mengetahui profil aktivitas siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran Five Stage Conceptual Teaching Model. Pengisian

lembar observasi dilakukan oleh pengamat (observer) pada saat pembelajaran berlangsung, Setiap pengamat melakukan pengamatan


(24)

terhadap siswa dan guru untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Five Stage Conceptual Teaching Model.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun prosedur analisis dari setiap data adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Kuantitatif a. Konsistensi Ilmiah

Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi dan mengadaptasi teknik menganalisis konsistensi merujuk pada hasil penelitian Kaltakci dan

Three-Tier Test dengan

menggunakan dua opsi tingkat keyakinan, yaitu yakin dan tidak yakin. Tabel 3.4. Analisis Kombinasi Jawaban Siswa Dalam Three-Tier Test

Analisis Tingkat

Soal Kategori Tipe Jawaban

One-tier Memahami konsep Jawaban benar

Miskonsepsi Jawaban salah

Two Tier

Memahami Konsep Jawaban benar + alasan benar Error Jawaban salah + alasan benar Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah Jawaban salah + alasan salah

Three-Tier

Memahami konsep Jawaban benar + alasan benar + yakin

Lack of Knowledge

Jawaban benar + alasan benar + tidak yakin

Jawaban salah + alasan benar + tidak yakin

Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin

Jawaban salah + alasan salah + tidak yakin


(25)

35

Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah + yakin Jawaban salah + alasan salah + yakin

Berdasarkan tabel 3.4. dapat diketahui bahwa pemahaman konsep dianalisis dengan menganalisis kombinasi jawaban siswa pada soal Two Tier dengan

melihat tingkat keyakinan siswa. Dalam teknik penskoran dari soal tes multirepresentasi (21 item tes dengan 7 tema) pada jurnal Relations between representational consistency, conceptual understanding of the force concept, and scientific reasoning untuk menentukan baik konsistensi ilmiah maupun representasi, maka digunakan penskoran untuk setiap tema soal sebagai berikut.

Tabel 3.5. Analisis Konsistensi Ilmiah dan Representasi

Skor Kriteria

2 Bila memilih jawaban yang benar berdasarkan pemberian tiga soal dalam konsep yang sama namun konteks yang berbeda. 1 Bila memilih jawaban yang benar berdasarkan pemberian dua

soal dalam konsep yang sama namun konteks yang berbeda. 0 Bila tidak memilih jawaban yang benar berdasarkan pemberian

tiga soal dalam konsep yang sama namun konteks yang berbeda.

(Nieminen, Savinainen, & Viiri :2010)

Dikarenakan pengukuran konsistensi ilmiah menggunakan instrumen Three Tier Multiple Choice Test berbasis multirepresentasi, maka teknik

menganalisis dan mengidentifikasi konsistensi ilmiah dalam penelitian ini merupakan gabungan antara analisis tabel 3.4. dan tabel 3.5. yang dirangkum dalam tabel 3.6.

Tabel 3.6. Analisis Konsistensi Ilmiah Menggunakan Three Tier Test

Skor Kriteria

2 Bila menjawab tiga representasi dengan benar dan berada dalam kategori paham konsep menurut aturan Three-Tier Test


(26)

dalam kategori paham konsep menurut aturan Three-Tier Test

0 Bila tidak atau menjawab kurang dari dua representasi dan tidak berada dalam kategori paham konsep menurut aturan

Three-Tier Test

Untuk menentukan peningkatan konsistensi ilmiah maka digunakan perhitungan gain yang dinormalisasi dengan cara sebagai berikut.

G = Skor posttest – Skor pretest

Untuk perhitungan gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan dari Hake (1999). Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai berikut:

< � > = %<�>

%<�>maks =

%<�f>−%<�i>

−%<�i>

Keterangan:

<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi <Sf> = rata-rata skor tes akhir

<Si> = rata-rata skor tes awal

Tabel 3.7. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya (Hake, 1999)

Nilai Gain Klasifikasi

g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

b. Prestasi Belajar

Dalam penelitian ini, untuk mengolah skor dalam bentuk tes three tier test adalah hanya melihat jawaban siswa pada bagian pertama (first tier). Nilai 1 pada jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah atau tidak diisi.


(27)

37

Untuk menentukan peningkatan prestasi belajar maka digunakan perhitungan gain yang dinormalisasi. Gain adalah selisih antara skor

pretest dengan skor posttest. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

G = Skor posttest – Skor pretest

Untuk perhitungan gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan dari Hake (1999). Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai berikut:

< � > = %<�>

%<�>maks =

%<�f>−%<�i>

−%<�i>

Keterangan:

<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi <Sf> = rata-rata skor tes akhir

<Si> = rata-rata skor tes awal

Tabel 3.8. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya (Hake, 1999)

Nilai Gain Klasifikasi

g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

c. Korelasi Konsistensi Ilmiah dan Prestasi Belajar Terhadap Penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model

Untuk mengetahui korelasi antara konsistensi ilmiah dan prestasi belajar sebanyak N data, maka digunakan korelasi Spearman Rank dengan persamaan sebagai berikut :

) 1 ( 6 1 2 2   

n n bi  Keterangan : 

 koefisien korelasi Spearman Rank

i


(28)

n = jumlah sampel

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat menggunakan analisis ketentuan tabel 3.10. sebagai berikut :

Tabel 3.9. Analisis Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013 hlm. 231)

Setelah mendapatkan korelasi dan tingkat hubungan antara variabel yang diukur, kemudian untuk memperoleh besar hubungannya antara variabel tersebut didapatkan melalui koefisien determinasi, dengan cara menguadratkan koefisien korelasi yang sudah didapat ( 2

r ).

2. Pengolahan Data Kualitatif

a. Profil Keterlaksanaan Treatment

Data keterlaksanaan treatment diperoleh melalui lembar observasi. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dari fase-fase treatment yang digunakan. Dalam lembar observasi ini disediakan kolom kritik dan saran berupa keterangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan serta kelemahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui sehingga untuk proses pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Adapun persentase data lembar observasi dihitung dengan menggunakan rumus : % 100 tan tan % x kegia terlaksana yang kegia treatment naan keterlaksa

 


(29)

39

Setelah data lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria presentase angket seperti berikut :

Tabel 3.10. Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Treatment

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Koswara, dalam Didin Aminudin 2013 hlm. 32) Keterangan:


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, S. (2006). DeFT: A conceptual framework for considering learning with multiple representations. ELSEVIER Learning and Instruction , 183-198.

Aminudin, Didin. (2013). Profil Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMP Pada Konsep Gerak. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Anderson, Lorin W. & David R. Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bayram Costu, S. Ü. (2007). A Hands-On Activity to Promote Conceptual Change About Mixtures and Chemical Compounds. Journal of Baltic Science Education, Vol. 6, No. 1 , 35-46.

Che Hung Lin, P. L. (2010). Utilizing A Concept Map As The Teaching Strategy Based On Conceptual Change Theory For The Course Information Technology And Society . Joint International IGIP-SEFI Annual Conference 2010, Trnava, Slovakia .

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama Erlangga.

ERYILMAZ, Ö. A. (2011). Effectiveness of hands-on and minds-on activities on

students’ achievement and attitudes towards physics. Asia-Pacific Forum on

Science Learning and Teaching , Volume 12, Issue 1, Article 6 .

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change Gain Scores. Department of Physics,


(31)

59

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [8 April 2014]

Kaltakci, D., & Eryilmaz, A. (Tanpa Tahun). Identifying Pre Service Physics Teachers' Misconceptions With Three Tier Test. Department of Secondary Science/Math. Education, Kocaeli University, Kocaeli, Turkey.

Kohl, P. B., Rosengrant, D., & Finkelstein, N. D. (2006). Comparing Explicit and Implicit Teaching of Multiple Representation Use in Physics Problem Solving. 2006 Physics Education Research Conference, Syracuse, NY. Kusumah, Fuji Hernawati. (2013). Diagnosis Miskonsepsi Siswa Pada Materi

Kalor Menggunakan Three-Tier Test. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Meltzer, D. E. (2005). Relation between students’ problem-solving performance and representational format. American Journal of Physics, 73(5), 463-478.

Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2010). Force Concept Inventory-based multiple-choice test for investigating students’ representational consistency.

PHYSICAL REVIEW SPECIAL TOPICS - PHYSICS EDUCATION RESEARCH 6, 020109 .

Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2012). Relations between representational consistency, conceptual understanding of the force concept, and scientific reasoning. PHYSICAL REVIEW SPECIAL TOPICS - PHYSICS EDUCATION RESEARCH 8, 010123 .

Nguyen, Dong-Hai & Rebello, N. Sanjay. (2007). Students' Difficulties with Multiple Representations in Introductory Mechanics. Department of Physics, Kansas States University.


(32)

Ornek, Funda. (2008) 3(1), 30-34. What Makes Physics Difficult?. International Journal of Evironmental & Science Education

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Rofiuddin, Muhammad Rizqi. (2013). Application Of Five-Stage Conceptual Teaching Model Utilizing Cmap Tools To Analyza Conceptual Change And Cognitive Learning Outcomes on Light and Optics Topic. Skripsi. Jurusan

International Program On Science Education. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Rosengrant, D., Van Heuvelen, A., & Etkina, E. (2009). Do students use and understand free-body diagrams? Physical Review Special Topics - Physics Education Research, 5(1), 010108.

Sugiyono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunal, D. W. (2010, June 3). 565LearningCycle-ComparingModels. Retrieved

October 12, 2014, from astlc.ua.edu: http://astlc.ua.edu

Turgut, Ü., Gürbüz, F., & Turgut, G. (2011). An investigation 10th grade

students’ misconceptions about electric . Procedia Social and Behavioral


(1)

37

Untuk menentukan peningkatan prestasi belajar maka digunakan perhitungan gain yang dinormalisasi. Gain adalah selisih antara skor pretest dengan skor posttest. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

G = Skor posttest – Skor pretest

Untuk perhitungan gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan dari Hake (1999). Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai berikut:

< � > = %<�> %<�>maks =

%<�f>−%<�i>

−%<�i>

Keterangan:

<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi <Sf> = rata-rata skor tes akhir

<Si> = rata-rata skor tes awal

Tabel 3.8. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya (Hake, 1999)

Nilai Gain Klasifikasi

g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

c. Korelasi Konsistensi Ilmiah dan Prestasi Belajar Terhadap Penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model

Untuk mengetahui korelasi antara konsistensi ilmiah dan prestasi belajar sebanyak N data, maka digunakan korelasi Spearman Rank dengan persamaan sebagai berikut :

) 1 ( 6 1 2 2   

n n bi  Keterangan : 

 koefisien korelasi Spearman Rank

i


(2)

n = jumlah sampel

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat menggunakan analisis ketentuan tabel 3.10. sebagai berikut :

Tabel 3.9. Analisis Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013 hlm. 231)

Setelah mendapatkan korelasi dan tingkat hubungan antara variabel yang diukur, kemudian untuk memperoleh besar hubungannya antara variabel tersebut didapatkan melalui koefisien determinasi, dengan cara menguadratkan koefisien korelasi yang sudah didapat ( 2

r ).

2. Pengolahan Data Kualitatif

a. Profil Keterlaksanaan Treatment

Data keterlaksanaan treatment diperoleh melalui lembar observasi. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dari fase-fase treatment yang digunakan. Dalam lembar observasi ini disediakan kolom kritik dan saran berupa keterangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan serta kelemahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui sehingga untuk proses pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Adapun persentase data lembar observasi dihitung dengan menggunakan rumus :

% 100 tan

tan

% x

kegia

terlaksana yang

kegia treatment

naan keterlaksa


(3)

39

Setelah data lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria presentase angket seperti berikut :

Tabel 3.10. Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Treatment

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Koswara, dalam Didin Aminudin 2013 hlm. 32) Keterangan:


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, S. (2006). DeFT: A conceptual framework for considering learning with multiple representations. ELSEVIER Learning and Instruction , 183-198.

Aminudin, Didin. (2013). Profil Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMP Pada Konsep Gerak. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Anderson, Lorin W. & David R. Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bayram Costu, S. Ü. (2007). A Hands-On Activity to Promote Conceptual Change About Mixtures and Chemical Compounds. Journal of Baltic Science Education, Vol. 6, No. 1 , 35-46.

Che Hung Lin, P. L. (2010). Utilizing A Concept Map As The Teaching Strategy Based On Conceptual Change Theory For The Course Information Technology And Society . Joint International IGIP-SEFI Annual Conference 2010, Trnava, Slovakia .

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama Erlangga.

ERYILMAZ, Ö. A. (2011). Effectiveness of hands-on and minds-on activities on students’ achievement and attitudes towards physics. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching , Volume 12, Issue 1, Article 6 .


(5)

59

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [8 April 2014]

Kaltakci, D., & Eryilmaz, A. (Tanpa Tahun). Identifying Pre Service Physics Teachers' Misconceptions With Three Tier Test. Department of Secondary Science/Math. Education, Kocaeli University, Kocaeli, Turkey.

Kohl, P. B., Rosengrant, D., & Finkelstein, N. D. (2006). Comparing Explicit and Implicit Teaching of Multiple Representation Use in Physics Problem Solving. 2006 Physics Education Research Conference, Syracuse, NY. Kusumah, Fuji Hernawati. (2013). Diagnosis Miskonsepsi Siswa Pada Materi

Kalor Menggunakan Three-Tier Test. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Meltzer, D. E. (2005). Relation between students’ problem-solving performance and representational format. American Journal of Physics, 73(5), 463-478.

Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2010). Force Concept Inventory-based multiple-choice test for investigating students’ representational consistency. PHYSICAL REVIEW SPECIAL TOPICS - PHYSICS EDUCATION RESEARCH 6, 020109 .

Nieminen, P., Savinainen, A., & Viiri, J. (2012). Relations between representational consistency, conceptual understanding of the force concept, and scientific reasoning. PHYSICAL REVIEW SPECIAL TOPICS - PHYSICS EDUCATION RESEARCH 8, 010123 .

Nguyen, Dong-Hai & Rebello, N. Sanjay. (2007). Students' Difficulties with Multiple Representations in Introductory Mechanics. Department of Physics, Kansas States University.


(6)

Ornek, Funda. (2008) 3(1), 30-34. What Makes Physics Difficult?. International Journal of Evironmental & Science Education

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rofiuddin, Muhammad Rizqi. (2013). Application Of Five-Stage Conceptual Teaching Model Utilizing Cmap Tools To Analyza Conceptual Change And Cognitive Learning Outcomes on Light and Optics Topic. Skripsi. Jurusan International Program On Science Education. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Rosengrant, D., Van Heuvelen, A., & Etkina, E. (2009). Do students use and understand free-body diagrams? Physical Review Special Topics - Physics Education Research, 5(1), 010108.

Sugiyono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunal, D. W. (2010, June 3). 565LearningCycle-ComparingModels. Retrieved October 12, 2014, from astlc.ua.edu: http://astlc.ua.edu

Turgut, Ü., Gürbüz, F., & Turgut, G. (2011). An investigation 10th grade students’ misconceptions about electric . Procedia Social and Behavioral Sciences , 1965-1971.