PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI : STUDI KASUS: KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA.

(1)

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN

TASIKMALAYA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

oleh

Deri Syaeful Rohman NIM 1001721

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pemodelan Spasial untuk Kajian

Tingkat Ancaman Tsunami (Studi

Kasus: Kecamatan Cipatujah

Kabupaten Tasikmalaya)

Oleh

Deri Syaeful Rohman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Deri Syaeful Rohman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN DERI SYAEFUL ROHMAN

1001721

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN

TASIKMALAYA)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

Dr. Dede Sugandi, M.Si NIP. 19580526 198603 1 010

PEMBIMBING II

Ir. Yakub Malik, M.Pd NIP. 19590101 198901 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702 1 001


(4)

SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 27 AGUSTUS 2015

Panitia ujian sidang terdiri dari :

Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP . 19700814 199402 1 001

Sekretaris : Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP . 19670812 199702 1 001

Penguji : 1. Prof. Dr. H. Darsiharjo, MS NIP . 19620921 198603 1 005 2. Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd

NIP. 19610501 198901 1 002

3. Dr. rer. nat. Nandi, S.Pd., MT., M.Sc NIP. 19790101 200501 1 002


(5)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN

TASIKMALAYA) Deri Syaeful Rohman

1001721

Pesisir Kecamatan Cipatujah merupakan wilayah yang berpotensi dilanda bencana tsunami karena memiliki kondisi geologis yang berhadapan langsung dengan zona tepian margin aktif tumbukan lempeng (subduksi). Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui tingkat ancaman tsunami 2) membuat pemodelan spasial untuk memprediksi tingkat ancaman tsunami dan 3) membuat pemodelan spasial ancaman tsunami terhadap penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Cipatujah. Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode eksploratif yang berdasarkan kepada pengukuran serta pengamatan dengan cara ground-check lapangan. Sampel wilayah didalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan teknik random sampling small scale dimana grid sebagai batasan area kajian, yang terdiri atas lima desa sampel yaitu Desa Ciheras, Ciandum, Cipatujah, Sindangkerta dan Cikawunggading. Analisis lanjutan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu metode Analytical Hierarchy Process serta analisis Sistem Informasi Geografis untuk menghasilkan pemodelan spasial ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan indeks ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah bernilai 3,35 yang termasuk ke dalam kelas sedang terhadap potensi ancaman tsunami dengan wilayah terdampak seluas 25,399 km2 dimana kebun sebagai jenis penggunaan lahan yang terdampak tsunami terluas. Dengan demikian, diperlukan adanya kegiatan mitigasi bencana di Kecamatan Cipatujah.


(6)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

SPATIAL MODELLING FOR ASSESMENT OF THE TSUNAMI’S HAZARD

LEVEL (CASE STUDY: CIPATUJAH SUB-DISTRICT TASIKMALAYA DISTRICT)

Deri Syaeful Rohman 1001721

Cipatujah coastal region is the region where has potential of the tsunami because it has geological conditions that face with active margin boundaries. The purpose of this research are to 1) identify of tsunami hazard level 2) to make spatial modelling of the tsunami hazard zone as a prediction in the near future and/or as a spatial estimation of the tsunami and 3) to make tsunami’s hazard spatial modelling on landuse-impacted in Cipatujah sub-district. The methods that applied in this research are the explorative methods which measuring and identifying based on field ground-check. The sample that applied in this research is the purposive sampling with a random sampling small scale method and grid of map as the border of research area, those are Ciheras, Ciandum, Cipatujah, Sindangkerta and Cikawunggading. Additional analysis in this research using an Analytical Hierarchy Process (AHP) in order to create a hazard indicators weight and the application of Geographic Information System (GIS) in order to create spatial modelling of tsunami in Cipatujah sub-district. Based on the result of this

research, it found that the total of tsunami’s hazard index in Cipatujah

sub-district is 3,35 which identified as a mid level for tsunami’s hazard potential

where has impacting area for 25,399 km2 and the farmland as the largest impacted area. In order to mitigate of tsunami’s hazard in Cipatujah sub-district which identified as the mid level of the tsunami’s hazard, the disaster preparedness and mitigation activities in Cipatujah sub-district is needed.


(7)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemodelan Spasial ... 8

B. Ancaman ... 10

C. Tsunami ... 10

D. Magnitudo dan Intensitas Tsunami ... 15

E. Hubungan Antara Intensitas Tsunami dan Tinggi Gelombang ... 16

F. Indikator Bahaya Tsunami ... 17

G. Analytical Hierarchy Process ... 22

H. Ancaman Tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dalam Kajian Geografi ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Definisi Operasional... 35

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Prosedur Penelitian... 38

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 38

H. Kerangka Pemikiran ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50


(8)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kondisi Fisik ... 50

2. Kondisi Sosial ... 62

B. Deskripsi Hasil ... 64

1. Pembuatan Matriks Berpasangan ... 64

2. Normalisasi Matriks Pairwise ... 66

3. Menghitung Nilai Lambda dan Lambda Maksimal ... 68

4. Menghitung Nilai Consistency Index dan Consistency Ratio... 69

5. Karakteristik Ancaman Bencana Tsunami di Kecamatan Cipatujah ... 72

C. Pembahasan ... 82

1. Tingkat Ancaman Tsunami di Kecamatan Cipatujah ... 82

2. Analisis Pemodelan Spasial Ancaman Tsunami di Kecamatan Cipatujah ... 86

3. Analisis Pemodelan Spasial Ancaman Tsunami Terhadap Penggunaan Lahan di Kecamatan Cipatujah... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(9)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tsunami Modern di Kepulauan Indonesia dan Sekitarnya ... 1

Tabel 2.1 Hubungan Magnitude Kegempaan, Magnitude Tsunami, dan Run-Up Tsunami ... 16

Tabel 2.2 Korelasi Antara Intensitas Tsunami dengan Ketinggian Landaan ... 17

Tabel 2.3 Skala Intensitas Modifikasi Mercalli (MMI) ... 21

Tabel 2.4 Indikator Jarak dari Sungai ... 22

Tabel 2.5 Skala Banding Secara Berpasang ... 25

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Cipatujah ... 32

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Matriks Pendapat Individu ... 43

Tabel 3.5 Random Consistency (RC) ... 44

Tabel 3.6 Tabel Perbandingan Secara Berpasangan (pair-wise comparison)... 45

Tabel 3.7 Bentuk Matriks Berpasangan ... 46

Tabel 4.1 Luas Desa di Kecamatan Cipatujah ... 50

Tabel 4.2 Nilai Q dan Tipe Iklim Schmidt – Ferguson ... 53

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 2004 – 2012 ... 54

Tabel 4.4 Jumlah Bulan basah dan bulan kering di Wilayah Penelitian ... 55

Tabel 4.5 Informasi Luas Satuan Geologi di Wilayah Penelitian ... 58

Tabel 4.6 Penggunaan Lahan di Kecamatan Cipatujah ... 62

Tabel 4.7 Matrikulasi Perbandingan Berpasangan Indikator Ancaman Tsunami ... 63

Tabel 4.8 Matrikulasi Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) Indikator Ancaman Tsunami dalam Bentuk Desimal... 64

Tabel 4.9 Matriks Normalisasi Indikator Ancaman Tsunami ... 67

Tabel 4.10 Nilai λ Untuk Masing-Masing Indikator Ancaman ... 68

Tabel 4.11 Nilai Random Consistency (RC) ... 69

Tabel 4.12 Penilaian dan Bobot Indikator Ancaman Tsunami ... 70

Tabel 4.13 Skala dan Tingkat Ancaman Tsunami ... 72

Tabel 4.14 Indikator Kependudukan ... 76

Tabel 4.15 Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Cipatujah... 76

Tabel 4.16 Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Cipatujah... 74

Tabel 4.17 Indikator Kemiringan Lereng Pantai... 75

Tabel 4.18 Hasil Observasi Kemiringan Lereng Pantai di Masing-Masing Plot ... 76

Tabel 4.19 Indikator Kekasaran Pantai ... 77


(10)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.21 Indikator Intensitas Gempabumi ... 79

Tabel 4.22 Intensitas Kegempaan Kecamatan Cipatujah ... 79

Tabel 4.23 Kelas Indeks Jarak dari Sungai ... 81

Tabel 4.24 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Tsunami Desa Ciheras ... 82

Tabel 4.25 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Tsunami Desa Ciandum ... 83

Tabel 4.26 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Tsunami Desa Cipatujah ... 83

Tabel 4.27 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Tsunami Desa Sindangkerta ... 84

Tabel 4.28 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Tsunami Desa Cikawunggading .. 84

Tabel 4.29 Tingkat Ancaman Tsunami di Kecamatan Cipatujah ... 85

Tabel 4.30 Luas Wilayah Terancam Tsunami di Kecamatan Cipatujah dengan Ketinggian Tsunami 12,5 meter ... 89

Tabel 4.31 Run-up Maksimum di Beberapa Pantai di Daerah Pemetaan ... 90

Tabel 4.32 Tingkat Ancaman Tsunami di Kecamatan Cipatujah Berdasarkan Jarak dari Pantai ... 91

Tabel 4.33 Tingkat Ancaman dan Luas Wilayah Terancam Tsunami di Kecamatan Cipatujah Berdasarkan Hasil Overlay ... 96

Tabel 4.34 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Terancam Tsunami di Kecamatan Cipatujah Berdasarkan Hasil Overlay ... 97


(11)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tsunami yang Diakibatkan Gempabumi ... 11

Gambar 2.2 Diagram Skematik Volume Inundasi Tsunami ... 14

Gambar 2.3 Modeling Run-Up Gelombang Tsunami Menggunakan Persamaan Gelombang Panjang dan Perairan Dangkal ... 18

Gambar 2.4 Grafik Hubungan Kekasaran Pantai Dengan Jarak Rendaman Tsunami ... 20

Gambar 2.5 Matriks untuk Pembanding Berpasangan ... 24

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 30

Gambar 3.2 Areal Sampling Patterns ... 40

Gambar 3.3 Peta Pembagian Lokasi Plot Observasi ... 41

Gambar 3.4 Intersect ... 47

Gambar 3.5 Union ... 47

Gambar 3.6 Erase... 48

Gambar 3.7 Bagan Alir Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 51

Gambar 4.2 Grafik Curah Hujan Stasiun Padawaras ... 54

Gambar 4.3 Peta Geologi Lokasi Penelitian ... 59

Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Lokasi Penelitian ... 61

Gambar 4.5 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cipatujah ... 63

Gambar 4.6 Peta Intensitas Gempabumi ... 80

Gambar 4.7 Kondisi Desa Ciheras ... 82

Gambar 4.8 Kondisi Desa Ciandum... 83

Gambar 4.9 Kondisi Desa Cipatujah ... 84

Gambar 4.10 Kondisi Desa Sindangkerta ... 85

Gambar 4.11 Kondisi Desa Cikawunggading ... 86

Gambar 4.12 Peta Inundasi 6 Meter ... 89

Gambar 4.13 Peta Inundasi 12,5 Meter ... 90

Gambar 4.14 Peta Jarak Dari Pantai ... 94

Gambar 4.15 Peta Overlay Ancaman Tsunami ... 97


(12)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial tahun 2015, Indonesia merupakan sebuah negeri kepulauan dengan jumlah 13.466 pulau serta panjang garis pantai ± 81.000 km yang termasuk ke dalam daerah yang rawan bencana dan memiliki penduduk yang besar. Disamping itu, Indonesia terletak pada tepian margin aktif dengan aktivitas geologi yang sangat tinggi. Tidak heran bila Indonesia menjadi salah satu wilayah paling aktif secara geologi di dunia. Kompleksitas ini bila ditinjau dari sudut pandang geofisik menempatkan sebagian wilayah Indonesia selain daripada sebagai salah satu daerah yang paling aktif di dunia juga sebagai wilayah yang memiliki tingkat kebencanaan geologi yang tinggi.

Berdasarkan data historis, Indonesia merupakan negara yang paling rentan terhadap tsunami. Total, 110 kejadian tsunami yang mematikan telah terjadi di Indonesia terhitung dari tahun 1600-2011, yang telah memakan korban jiwa sekitar 244.000 orang (Istiyanto dkk, 2012, hlm. 557).

Berdasarkan data perbandingan jumlah korban jiwa dari bencana tsunami, diperoleh data historis kejadian bencana tsunami modern di Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai rincian data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Tsunami Modern di Kepulauan Indonesia dan Sekitarnya

Tahun Lokasi Negara Korban Jiwa

1992 Flores, Nusa Tenggara Timur Indonesia 1.950

1994 Banyuwangi Indonesia 238

1996 Toli-Toli, Sulawesi Indonesia 6

1996 Biak, Irian Jaya Indonesia 110

1998 Taliabu, Maluku Indonesia 18

1998 Aitape, Papua Papua New Guinea 3.000

2000 Banggai, Sulawesi Indonesia 4

2004 Tsunami Samudera Hindia Indonesia 283.000

2005 Nias, Sumatera Utara Indonesia -


(13)

2

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Latief dan Hadi (2007, hlm. 169)

Faktor lain yang menyebabkan tingginya tingkat kebencanaan di Indonesia adalah faktor geografis, demografis, dan pedagogis seperti yang dikemukakan Maryani (2009, hlm. 2) bahwa “…its population is both demographically huge and sociologically not distributed evenly as it is multicultural and multiethnic country. Many of its citizens are both pedagogically low in education and economically less developed”.

Julkarnaen (2008, hlm. 1) memandang bahwa tingkat resiko dari ancaman tsunami di Indonesia di perburuk oleh kondisi tata ruang wilayah yang kurang sesuai, seperti yang dikemukakannya bahwa

Kompleksitas kondisi geologi dengan segala masalah yang akan ditimbulkannya kemudian diperburuk oleh kondisi tata ruang di Indonesia yang kurang sesuai dengan kondisi alami tersebut, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia berlokasi di wilayah pesisir, misalnya Jakarta, Medan, Banda Aceh, Surabaya, Makassar dan lain-lain. Selain itu menurut data statistik kependudukan, hampir 60% penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga resiko korban jiwa karena ancaman Tsunami sangat besar.

Bencana alam tsunami merupakan salah satu bencana yang sulit untuk dicegah. Disamping itu, bencana tsunami hingga saat ini merupakan salah satu jenis bencana alam yang dapat memakan korban serta kerugian terbanyak, hal ini dikarenakan gempabumi bawah laut sebagai penyebab tsunami itu sendiri sulit untuk dideteksi waktu terjadinya sehingga kesempatan untuk menyelamatkan diri semakin terbatas.

Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 8 tahun 2011 tentang Standarisasi Data Kebencanaan “tsunami adalah serangkaian gelombang laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.” Salah satu wilayah di Indonesia yang berpotensi dilanda bencana tsunami adalah wilayah Jawa Barat terutama di bagian selatan karena memiliki kondisi geologis yang berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng (subduksi) serta


(14)

3

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki tingkat kegempaan tinggi yang dapat menimbulkan terjadinya tsunami yang disebabkan oleh kegempaan (earthquake-tsunamigenic).

Data historis yang menyebutkan bahwa tsunami yang terakhir terjadi di Pangandaran yaitu pada tanggal 17 Juli 2006, dengan magnitude gempa 7,7 MW. Tsunami tersebut selain melanda Pantai Pangandaran, juga melanda Pantai Kebumen, Pantai Cilacap, Pacitan, Pantai Samas, dan Pantai Parangtritis. Dalam bencana tersebut, banyak korban meninggal dunia, ratusan orang luka-luka di Pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah (Chaeroni, 2013, hlm. 26).

Kecamatan Cipatujah pernah menjadi salah satu wilayah terdampak bencana tsunami tahun 2006 dengan jumlah korban jiwa sebanyak 56 orang dan sebanyak 218 rumah warga hancur. Selain itu, kurangnya upaya-upaya mitigasi bencana dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan tsunami di saat mendatang memperburuk kondisi di Kecamatan Cipatujah.

Kajian mengenai tingkat ancaman tsunami merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam menyediakan informasi awal yang sangat penting untuk perencanaan manajemen kebencanaan tsunami. Didalam manajemen kebencanaan, tingkat ancaman merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan tingkat resiko suatu bencana atau derajat probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah diperkirakan kepada masyarakat atau penduduk, atau suatu sistem. Ancaman itu sendiri sering digambarkan sebagai peristiwa atau fenomena yang ditimbulkan oleh faktor alam maupun non-alam yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.

Pemanfaatan dari pemodelan spasial salah satunya adalah menganalisis data spasial dan temporal yang memiliki tujuan membuat suatu pemodelan dengan tujuan membuat sebuah peta distribusi wilayah yang memiliki konsekwensi kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bencana, dalam hal ini adalah peta tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

Dengan tujuan implementasi mitigasi bencana tsunami dengan tepat, informasi akurat yang berdasar kepada karakteristik serta dampak yang dapat ditimbulkan sangat diperlukan didalam penelitian ini. Oleh karena itu, sebuah


(15)

4

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis tingkat ancaman tsunami perlu dikembangkan dengan berdasar kepada indikator-indikator tingkat ancaman tsunami yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang karakteristik wilayah kajian, baik secara spasial maupun secara temporal yang mengacu kepada data historis suatu kajian. Sebagai tambahannya, analisis pembobotan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mengetahui tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah dengan mengukur bobot masing-masing indikator ancaman tsunami.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka perlu disusun strategi penentuan tingkat ancaman bencana tsunami sebagai salah satu faktor utama perencanaan untuk mengurangi efek kerusakan maupun kerugian baik itu yang bersifat materi dan nonmateri. Oleh karena itu, perencanaan mitigasi bencana memerlukan informasi yang spesifik untuk dilaksanakan. Pada penelitian ini penulis mencoba mengidentifikasi ancaman tsunami berbasis data spasial menggunakan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di wilayah yang mempunyai kerawanan bencana tsunami, dalam hal ini Kecamatan Cipatujah dengan mengangkat judul

Pemodelan Spasial Untuk Kajian Tingkat Ancaman Tsunami (Studi Kasus: Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya)”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Pesisir selatan Pulau Jawa pada umumnya dan Kecamatan Cipatujah pada khususnya secara geologis berhadapan dengan tepian margin aktif sehingga mempunyai aktivitas kegempaan yang tinggi dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sehingga menimbulkan resiko bencana tsunami. Secara demografis, penduduk di sebagian wilayah Kecamatan Cipatujah bermukim di sepanjang pesisir sehingga meningkatkan resiko kerugian secara fisik, sosial dan ekonomi apabila dilanda bencana tsunami. Sebaran penduduk di Kecamatan Cipatujah terkonsentrasi di wilayah pesisir meningkatkan resiko bencana tsunami, selain itu pendidikan penduduk yang masih rendah terhadap upaya mitigasi bencana dan belum adanya sistem mitigasi dengan basis data yang valid menjadi masalah-masalah yang berkaitan dengan tingkat ancaman bencana tsunami yang


(16)

5

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdampak langsung terhadap penduduk di sekitar wilayah pesisir di Kecamatan Cipatujah. Peneliti membatasi masalah penelitian untuk menghindari penyimpangan terhadap fokus kajian mengenai tingkat ancaman tsunami.

C. Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana pemodelan spasial untuk memprediksi tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana pemodelan spasial ancaman tsunami terhadap penggunaan lahan di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya;

2. Membuat pemodelan spasial untuk memprediksi tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

3. Membuat pemodelan spasial ancaman tsunami terhadap penggunaan lahan di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan serta menganalisa faktor yang

mempengaruhi ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

2. Membantu peran pemerintah Kecamatan Cipatujah dalam upaya mitigasi bencana tsunami.

3. Sebagai bahan pembanding dalam bidang mitigasi bencana khususnya tsunami bagi peneliti lain.


(17)

6

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab, seperti berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab I dalam skripsi ini membahas uraian tentang; latar belakang penelitian, penelitian ini berdasarkan data-data primer dan sekunder, fakta-fakta, sumber referensi, dan permasalahan yang terjadi yaitu mengenai tingkat ancaman tsunami. Identifikasi masalah penelitian, dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang dapat dikaji sehingga peneliti dapat menentukan batasan-batasan yang menjadi fokus permasalahan dengan kajian tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

Rumusan masalah, dalam penelitian ini terdapat dua rumusan masalah mengenai besaran tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah dan pemodelan informasi spasial ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah. Tujuan penelitian, menjelaskan tentang tujuan penelitian yang akan dikaji. Manfaat penelitian, dalam penelitian ini manfaat ditujukan bagi penulis, pemerintah, dan penulis lain.

2. Bab II Kajian Pustaka

Bab II dalam penelitian ini berisi uraian tentang:

Kajian Pustaka, membahas mengenai teori-teori yang sesuai dan relevan terhadap fokus kajian penelitian tentang ancaman, kebencanaan, tsunami untuk menambah literatur kajian tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

3. Bab III Metode Penelitian dan Kerangka Pemikiran

Bab III dalam penelitian ini memaparkan setting penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, rencana tindakan, instrumen


(18)

7

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, uji validitas, pengumpulan data, analisis data, dan indeks keberhasilan.

Kerangka Pemikiran, menjelaskan mengenai rancangan, tahapan-tahapan dan proses-proses penelitian yang dimulai dari identifikasi masalah sampai tahapan analisis dan hasil penelitian.

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV memaparkan hasil dari penelitian mengenai tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab V memaparkan ikhtisar dan penjelasan hasil penelitian secara singkat serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

6. Daftar Pustaka

Berisi mengenai semua sumber-sumber tertulis yang relevan dalam penelitian ini, berupa buku, jurnal, artikel, proceedings, dan sumber-sumber lain.

7. Lampiran-Lampiran


(19)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah administratif Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Adapun batas wilayah administratif Kecamatan Cipatujah yaitu:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Bantarkalong 2. Sebelah Selatan : Samudera Hindia

3. Sebelah Barat : Kabupaten Garut

4. Sebelah Timur : Kecamatan Karangnunggal

Kecamatan Cipatujah berdasarkan letak astronomis berada pada koordinat 107°54 34,9 BT – 108°08 7,2 BT dan 7°38 7,9 LS – 7°4622 LS. Secara lokasi relatif, Kecamatan Cipatujah berada pada wilayah pesisir selatan Pulau Jawa. Lokasi penelitian ini mencakup 14 desa yang terdapat di Kecamatan Cipatujah. Informasi tentang desa dan letak astronomis lokasi penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.1. Kemudian informasi spasial mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

No Desa Letak Astronomis

Bujur Timur Lintang Selatan 1 Ciheras 107°5435 – 107°57 45 07°4020 – 07°4417 2 Ciandum 107°57 45 – 108°00 34 07°41 09 – 07°4447 3 Cipatujah 108°00 34 – 108°0323 07°42 29 – 07°45 51 4 Sindangkerta 108°0233 – 108°05 32 07°42 50 – 07°4622 5 Cikawunggading 108°04 46 – 108°08 05 07°42 23 – 07°46 15 6 Nagrog 107°5651 – 108°02 09 07°38 01 – 07°41 57 7 Pameutingan 107°56 01 – 108°0043 07°39 31 – 07°42 03 8 Cipanas 107°5524 – 107°59 14 07°3946 – 07°43 12 9 Tobongjaya 108°04 05 – 108°06 09 07°38 07 – 07°39 20 10 Nagelasari 108°0151 – 108°04 04 07°38 29 – 07°40 30 11 Bantarkalong 108°03 47 – 108°05 50 07°38 57 – 07°41 41 12 Darawati 108°02 08 – 108°04 13 07°39 41 – 07°41 17 13 Padawaras 108°0143 – 108°04 18 07°40 55 – 07°43 04 14 Kertasari 108°03 00 – 108°05 53 07°41 16 – 07°43 55


(20)

29

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Peta Rupabumi lembar Ciandum, Sindangkerta, Cikalong, Cipatujah, Karangnunggal


(21)

30

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduGambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


(22)

31

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Metode Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 2) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah

“cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Menurut Arikunto (2002, hlm. 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan penelitiannya. Sedangkan penelitian itu sendiri adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan masalah tersebut (Tika, 2005, hlm. 1).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Singarimbun (1989, hlm. 4) menyebutkan bahwa “metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran variabel-variabel penelitian baik bersifat fisik maupun sosial yang diambil secara langsung dari lapangan yang mewakili populasi”. Di dalam penelitian ini, metode eksploratif digunakan dengan cara “ground check” lapangan dengan mengukur indikator-indikator di dalam ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2012, hlm. 80) mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Pengertian lain mengenai populasi juga dikemukakan oleh Tika (2005, hlm. 24) yang menyebutkan bahwa

Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Sedangkan himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya sudah diketahui.


(23)

32

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengertian populasi dari beberapa para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah seluruh unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini.

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah administratif Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 14 desa yang dapat dilihat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Cipatujah

No Desa Luas Desa Jumlah

Penduduk

Penduduk

Laki-Laki Perempuan

1. Ciheras 2.282 Ha 5.759 2.849 2.910

2. Ciandum 3.147 Ha 5.445 2.759 2.686

3. Cipatujah 1.487 Ha 5.340 2.698 2.642

4. Sindangkerta 2.073 Ha 6.504 3.208 3.296

5. Cikawunggading 2.785 Ha 6.787 3.411 3.376

6. Nagrog 3.259 Ha 3.748 1.850 1.898

7. Pameutingan 1.789 Ha 2.872 1.432 1.440

8. Cipanas 1.420 Ha 3.408 1.704 1.704

9. Tobongjaya 588,6 Ha 4.139 2.058 2.081

10. Nagelasari 786,4 Ha 3.076 1.534 1.542

11. Bantarkalong 1.034 Ha 5.641 2.655 2.986

12. Darawati 625,6 Ha 3.606 1.863 1.743

13. Padawaras 1.070 Ha 2.942 1.471 1.471

14. Kertasari 1.599 Ha 4.328 2.158 2.170

Jumlah 24.628,6 Ha 63.595 31.650 31.945 Sumber: Peta Rupabumi lembar Ciandum, Sindangkerta, Cikalong, Cipatujah, Karangnunggal dan Kecamatan Cipatujah Dalam Angka, 2014

Berdasarkan data jumlah populasi yang terdapat dalam tabel 3.2 diperoleh kesimpulan bahwa desa dengan wilayah administratif terluas merupakan Desa Nagrog dengan luas wilayah 3.259 Ha dan desa dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Desa Cikawunggading dengan jumlah penduduk 6.788 jiwa.

2. Sampel

Sugiyono (2011, hlm. 62) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Tika (2005, hlm. 24)


(24)

-33

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu yang mewakili suatu populasi”. Kemudian Sen (2009 hlm. 112) mengemukakan bahwa “The very significant of sampling is the distribution of measurement sites within the study area”. Jadi, berdasarkan pengertian sampel dari beberapa para ahli, penulis mengambil kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang yang mewakili dari populasi dari sebuah area atau objek kajian yang ditelaah. Adapun terkait sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Sampel Penduduk

Sampel Penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di wilayah administratif tingkat Desa yang berbatasan langsung dengan laut Kecamatan Cipatujah, yaitu Desa Ciheras, Desa Ciandum, Desa Cipatujah, Desa Singangkerta dan Desa Cikawunggading. Sampel penduduk digunakan untuk mengukur tingkat ancaman tsunami, karena menurut (Pedoman Pengkajian Resiko Bencana, BNPB, 2012, hlm. 27-28) parameter penduduk harus dimasukkan didalam pengukuran ancaman bencana sebagai objek terdampak dari suatu bencana.

b. Sampel Wilayah

Sampel wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik wilayah di Kecamatan Cipatujah, yang berhubungan dengan tinggi rendahnya ancaman tsunami yang berkaitan pula dengan variabel penelitian diantaranya yaitu:

1) Ketinggian tempat 2) Relief wilayah kajian

3) Tutupan lahan wilayah kajian

4) Zonasi intensitas kegempaan wilayah kajian 5) Jarak dengan sungai di wilayah kajian 6) Kepadatan penduduk wilayah kajian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampling ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dalam hal ini yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Dalam


(25)

34

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini, peneliti menentukan 5 desa sebagai wilayah kajian ancaman tsunami, yaitu meliputi wilayah:

1) Desa Ciheras 2) Desa Ciandum 3) Desa Cipatujah 4) Desa Sindangkerta 5) Desa Cikawunggading

Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi terkait dan kajian literatur yang berhubungan dengan penelitian ini dengan menentukan beberapa parameter tingkat ancaman kemudian setelah itu peneliti membuat uji validitas data. Jenis data sekunder yang diuji validitasnya yaitu meliputi :

a. Ketinggian tempat

b. Kemiringan Lereng Pantai c. Kekasaran Pantai

d. Jarak Dari Sungai e. Intensitas Kegempaan f. Kepadatan Penduduk

Kemudian untuk pengujian validitas data parameter tingkat ancaman meliputi landaan (run up) tsunami, Kemiringan Lereng pantai, kekasaran pantai, jarak dari sungai pengujian validitas data yang digunakan adalah dengan observasi lapangan berupa ground check ke wilayah kajian.

Untuk data kepadatan penduduk dan intensitas kegempaan menggunakan parameter dari BNPB dan USGS dirasa sudah sesuai sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas data. Penjelasan mengenai bentuk observasi lapangan untuk data indikator tingkat ancaman dapat dilihat pada sub bab teknik pengumpulan dan analisis data. Variabel penelitian yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3.


(26)

35

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2015

D.Definisi Operasional

Menurut Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia (2013, hlm. 23) definisi operasional adalah “yang dirumuskan untuk

setiap variabel harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang

diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian”. Definisi operasional dalam penelitian ini bersumber kepada sumber yang relevan sesuai dengan penelitian, diantaranya:

1. Pemodelan Spasial

Abdul-Rahman (2007, hlm. 44) menyimpulkan bahwa pemodelan spasial


(27)

36

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perceived by us can be represented in a form or notation which we understand and use.”

Sedangkan menurut Sen (2009, hlm. 204) pemodelan spasial merupakan “a procedure that helps researchers, planners, politicians, and many experts alike to make future predictions in time or spatial estimations in a region.”

Kesimpulan dari berbagai definisi mengenai pemodelan spasial diatas adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk menganalisa dan menjelaskan beberapa fenomena sehingga dapat memberikan informasi secara objektif dan menyeluruh.

2. Ancaman

Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, ancaman merupakan “suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”. Noor (2008, hlm. 146) menyebutkan bahwa bahaya/ancaman (hazard) adalah suatu kejadian yang berasal dari peristiwa alam yang bersifat ekstrim yang dapat berakibat buruk atau keadaan yang tidak menyenangkan. Tingkat ancaman ditentukan oleh probabilitas dari lamanya waktu kejadian (periode waktu), tempat (lokasi), dan sifatnya saat peristiwa itu terjadi.

Maka dapat disimpulkan bahwa ancaman atau bahaya adalah suatu peristiwa alam yang berpotensi menimbulkan bencana dan bersifat merugikan bagi manusia sebagai objek terdampak.

3. Tsunami

Bryant (2008, hlm. 3) berpendapat bahwa “a tsunami is a wave, or series of waves in a wave train, generated by the sudden, vertical displacement of a column of water. This displacement can be due to seismic activity, explosive volcanism, a landslide above or below water, an asteroid impact, or certain meteorological phenomena”.

Lavigne dkk. (2007, hlm. 177-183) menjelaskan bahwa tsunami adalah serangkaian luar biasa dari gelombang panjang dan tinggi di wilayah laut (marine) yang timbul karena adanya deformasi dasar laut atau perubahan badan air yang


(28)

37

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diakibatkan oleh sebuah gempabumi yang terjadi dibawah laut, erupsi gunungapi, dan longsor bawah laut.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan gelombang jalar di laut yang terjadi akibat gangguan yang disebabkan oleh aktivitas tektonik, aktivitas vulkanik, longsor bawah laut serta gangguan yang berasal dari luar bumi (ekstraterrestrial) berupa tabrakan (impact) dari benda-benda langit dan gangguan atmosferik.

4. Pemodelan Spasial untuk Kajian Ancaman Tsunami

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang disebut dengan Pemodelan Spasial untuk Kajian Ancaman Tsunami adalah usaha yang dilakukan untuk menganalisa dan menjelaskan fenomena tsunami sehingga dapat memberikan informasi secara objektif dan menyeluruh dengan tujuan untuk mengurangi dampak kerusakan maupun korban jiwa yang diakibatkan oleh tsunami.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi, yang terbagi menjadi dua kategori diantaranya yaitu :

1. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

Penggunaan lembar obsevasi tersebut meliputi untuk mengumpulkan data indikator kekasaran pantai, indikator jarak dengan sungai, indikator relief dan Kemiringan Lereng pantai.

2. Lembar pengujian validitas pair-wise comparison untuk mengukur validitas indikator-indiator ancaman tsunami yang akan digunakan.

Penggunaan lembar obsevasi tersebut untuk uji validitas data sekunder untuk indikator landaan (run-up) tsunami, indikator Kemiringan Lereng pantai, indikator kekasaran pantai, indikator intensitas gempabumi, indikator jarak dari sungai, dan indikator kependudukan yang berupa kepadatan penduduk. Lembar observasi ini ditujukan kepada ahli-ahli di bidang kajian tsunami yang bertujuan untuk validitas pengukuran dari indikator-indikator ancaman tsunami tersebut.


(29)

38

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk masing-masing instrumen yang digunakan dalam pengukuran parameter tingkat ancaman tsunami dapat dilihat pada lampiran 2.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah meliputi beberapa tahapan diantaranya:

1. Memilih Masalah 2. Studi Pendahuluan 3. Identifikasi masalah

4. Memilih Pendekatan (Metode) 5. Menentukan Variabel

6. Menentukan Sumber data (Sampel) 7. Menentukan dan Menyusun Instrumen 8. Mengumpulkan data

9. Analisis data

10. Menarik Kesimpulan 11. Menyusun Laporan

G.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu variabel penelitian yang telah ditetapakan sebagai indikator analisis tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diperoleh melalui: a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengukur beberapa komponen yang menjadi indikator dan parameter dalam penelitian ini, diantaranya adalah indikator:

1) Data kemiringan lereng dan relief di Kecamatan Cipatujah. 2) Data kekasaran pantai di wilayah pesisir Kecamatan Cipatujah. 3) Data jarak dari sungai di wilayah Kecamatan Cipatujah

Teknik observasi yang dilakukan dalam menentukan indikator di Kecamatan Cipatujah tersebut yaitu dengan melakukan ground check ke lokasi kajian. Metode observasi yang dilakukan dalam pengukuran indikator-indikator tersebut yaitu


(30)

39

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan spatial sampling points dimana peneliti diharuskan menentukan titik sampling/node sebagai metode representatif yang disesuaikan berdasarkan kondisi yang ada di wilayah kajian sebagaimana yang diutarakan menurut Sen (2009, hlm. 28) bahwa

Depending on the prevailing condition, sometimes the scatter of sampling points is already set up due to previous human activities such as water well locations, oil drillings, settlement areas, roads, etc. However, in detailed studies at smaller scales the researcher have to lay down the set of points so as to sample the concerned phenomenon in a representative manner. There are different techniques in deciding about the position of the sampling points. If nothing is known before hand, then it may seem logical to select the sampling points at nodes or centers of a suitable mesh over the study area.This is the most uniform sampling procedure.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pola sampling dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Sampling reguler;

2) Sampling random atau acak; dan 3) Sampling aggregated atau clustered.

Berdasarkan kategori di atas maka penjabaran metode spatial sampling points dapat ditunjukkan oleh gambar 3.2.


(31)

40

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Areal Sampling Patterns Sumber: Sen (2009, hlm. 28)

Gambar 3.2a dan b merupakan contoh dari prosedur sampling reguler. Di gambar 3.2c dan d, menunjukkan metode acak dalam skala kecil (random sampling small scale) dan pola acak dalam sub-area grid. Pola sampling acak dalam skala besar ditunjukkan oleh gambar 3.2e, dimana tidak ada batasan jarak diantara titik pengamatan. Gambar 3.2f merupakan spatial sampling tipe cluster/pengelompokkan, dengan pola sampling acak.

Dengan demikian pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode acak dalam skala kecil (random sampling small scale) dengan grid sebagai batas area kajian yang ditunjukkan gambar 3.2c, maka diperoleh jumlah plot sebanyak 25

plot dengan interval grid sebesar 30” (detik). Informasi spasial mengenai lokasi titik kajian atau plot tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3.


(32)

41

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3 Peta Pembagian Lokasi Plot Observasi


(33)

42

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder yang akan dilakukan dalam penenlitian ini yaitu dengan mengumpulkan data sekunder dari buku, karya ilmiah (hasil penelitian) dari para ahli, dokumen, serta jurnal dan publikasi yang diterbitkan oleh instansi terkait seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bappeda Kabupaten Tasikmalaya dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), United States Geological Survey (USGS) serta intansi luar yang mempunyai kajian tsunami.

Pengumpulan data sekunder dilakukan yaitu untuk mengetahui beberapa komponen yang menjadi indikator dalam penelitian ini, diantaranya adalah indikator :

1) Data kepadatan penduduk Kecamatan Cipatujah. 2) Data intensitas kegempaan Pulau Jawa.

3) Data ketinggian tempat.

4) Data parameter kekasaran pantai.

5) Data parameter Kemiringan Lereng pantai. 6) Data parameter jarak dari sungai.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan untuk pengujian validitas data sekunder yaitu menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kemudian analisis data yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara analisis AHP dan analisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat bantu pemodelan spasial tingkat ancaman tsunami. Berikut ini akan dibahas satu-persatu dari dua analisis data tersebut.

a. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process adalah suatu proses yang memungkinkan kita untuk menstruktur suatu sistem serta lingkungannya dalam bagian-bagian yang saling berinteraksi, lalu mensintesis bagian-bagian ini dengan mengukur dan


(34)

43

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A = (aij) =

membat peringkat pengaruh bagian-bagian ini terhadap suatu sistem (Saaty, 1993 hlm. 5).

Tahapan-tahapan dalam menganalisis menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) menurut Saaty (1993, hlm. 17) dan Oktariadi (2009, hlm. 106) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan permasalahan dan mengidentifikasi masalah serta menentukan solusi dalam pemecahan permasalahan tersebut;

2) Menyusun hierarki dengan menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya.

3) Menentukan prioritas dengan cara perbandingan berpasangan antar elemen satu sama lain. Teknik yang digunakan dalam menentukan prioritas tersebut berdasarkan penilaian dan pendapat dari responden yang dianggap keyperson seperti para pakar dan orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi;

4) Membuat matriks pendapat dari responden, dengan formulasi yang ditunjukkan oleh tabel 3.4.

Tabel 3.4

Matriks Pendapat Individu

C1 C2 …. Cn

C1 1 a12 …. a1n

C2 1/a12 1 …. a2n

…. …. …. …. ….

Cn 1/a1n 1/a2n …. 1

Sumber: Saaty (1993, hlm. 84)

Dalam hal ini, C1, C2, …., Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam

hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci dan Cj.

5) Pengolahan horizontal, yaitu: a) Perkalian baris, b) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vector), c) Perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d) Perhitungan rasio interkonsistensi;


(35)

44

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden;

7) Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan pada langkah 4 dikalikan dengan nilai prioritas kriteria. Hasil masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak n λ, λ,

λ, …., λ 1 2 3. Dimana formula untuk menghitung nilai lambda (λ) sebagai berikut:

∑ ……….. (1) Dimana : n = jumlah variabel yang dibandingkan

Menghitung Consistency Index (CI) dengan formula sebagai berikut:

………...(2)

Menghitung Consistency Ratio (CR) dengan formula sebagai berikut:

………..(3)

RC adalah nilai yang berasal dari tabel acak seperti tabel 3.5. Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan baik dalam unsur kriteria maupun alternatif harus diulang. Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan jawaban yang sebenarnya.

Tabel 3.5

Random Consistency (RC)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

RC 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 Sumber: Oktariadi (2009, hlm. 107)

8) Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.

Cara yang dilakukan untuk menentukan pembobotan antar indikator dalam tahap pengolahan data awal adalah dengan menggunakan metode perbandingan


(36)

45

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara berpasangan (pair-wise comparison) untuk menentukan nilai rasio antar indikator. Penjelasan mengenai pair-wise comparison di dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ditunjukkan oleh tabel 3.6.

Tabel 3.6

Tabel Perbandingan Secara Berpasangan (pair-wise comparison)

Intensitas Kepentingan

Definisi

Verbal Penjelasan 1 Kedua elemen sama

pentingnya

Kedua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya

5

Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.

7

Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya.

Satu elemen dengan disukai, dan dominasinya tampak dalam praktek.

9

Satu elemen mutlak lebih dari elemen lainnya

Bukti bahwa satu elemen penting dari elemen lainnya dalah dominan.

2,4,6,8

Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdampingan

Nilai ini diberikan bila diperlukan adanya dua pertimbangan

Kebalikan dari nilai tersebut

diatas

Bila komponen i mendapat salah satu nilai diatas (non zero), saat dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai kebalikannya saat dibandingkan dengan elemen

j Sumber: Saaty (1993, hlm. 85-86)

Variabel-variabel yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah yang memiliki pengaruh terhadap ancaman tsunami, yaitu landaan (run-up), Kemiringan Lereng pantai, kekasaran pantai, intensitas gempabumi, jarak dari sungai, dan kependudukan sehingga di dapatkan tabel perbandingan seperti yang ditunjukkan oleh tabel 3.7.


(37)

46

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7

Bentuk Matriks Berpasangan

Ketinggian Tempat Kemiringan Lereng Pantai Kekasaran Pantai Intensitas Gempa Bumi Jarak Dari Sungai Kependudukan Ketinggian Tempat Kemiringan Lereng Pantai Kekasaran Pantai Intensitas Gempa Bumi Jarak Dari Sungai Kependudukan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Cara pengisian elemen-elemen matriks pada tabel 3.13 tersebut adalah: a) Elemen a[i,j] = 1 dimana i = 1,2,…., n. (untuk penelitian ini n = 6); b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input;

c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai formula:

[ ] [ ]

3. Analisis Pemodelan Spasial

Analisis lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Heywood, dkk (2006, hlm. 3) berpendapat bahwa peranan Sistem Informasi Geografis dapat membantu menganalisis serta menjadi solusi permasalahan yang terkait dengan ruang seperti yang dikemukakannya “GIS has particular value when you need to answer questions about location, patterns, trends, conditions and implications”.

Prosedur analisis Sistem Informasi Geografis pun dikemukakan oleh Aronoff dalam Heywood (2006, hlm. 25) menjadi tiga kategori, diantaranya:

1) Those used for storage and retrieval. For example, presentation capabilities may allow the display of a soil map of the area of interest; 2) Constrained queries that allow the user to look at patterns in their data.

Using queries, only erodible soils could be selected for viewing or further analysis;

3) Modelling procedures, or functions, for the prediction of what data might be at a different time and place. Predictions could be made about


(38)

47

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

which soils would be highly vulnerable to erosion in high winds or during flooding or the type of soil present in an unmapped area.

Proses selanjutnya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah proses tumpangsusun atau overlay antara beberapa layer tematik untuk mendapatkan kombinasi atau gabungan model spasial baru. Dalam penelitian ini, metode tumpangsusun dilakukan dalam melakukan pengolahan data untuk memperoleh nilai ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah.

Julkarnaen (2008, hlm. 29) mengemukakan bahwa tumpangsusun data keruangan atau overlay adalah salah satu prosedur analisis data spasial, dimana pada proses ini layer dimodifikasi sesuai dengan yang diperlukan. Proses overlay sendiri terdiri dari beberapa metode, yaitu identify, union, update, erase, dan symmetrical difference.

1) Identity bisa disebut juga sebagai menambah batas baru dengan sebuah feature line;

2) Intersect digunakan untuk mendapatkan daerah irisan;

Gambar 3.4 Intersect

Sumber: Heywood, dkk (2006, hlm. 184) 3) Union adalah daerah gabungan antara dua feature;

Gambar 3.5 Union

Sumber: Heywood, dkk (2006, hlm. 184)

4) Update adalah membuat batas baru pada sebuah feature (input 1) dengan feature lain (input 2);


(39)

48

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.6 Erase

Sumber: Heywood, dkk (2006, hlm. 184)

6) Symmetrical Difference digunakan untuk mendapatkan daerah yang diluar daerah irisan (kebalikan dari intersect)

Dalam penelitian ini, layer tematik yang di overlay adalah:

1) Layer data landaan (run-up) yang bersumber dari analisis peta kontur dengan interval kontur dua meter, sebagai syarat minimum ketinggian tsunami berdasarkan kriteria yang diberikan USDA-NRCS (1986);

2) Layer data kemiringan lereng yang bersumber dari analisis peta Rupa Bumi Indonesia;

3) Layer data intensitas gempabumi yang bersumber dari analisis peta kawasan rawan bencana gempabumi Jawa bagian barat yang bersumber dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG);

4) Layer data jarak dari sungai yang bersumber dari analisis peta Rupa Bumi Indonesia;

5) Layer data kekasaran pantai yang bersumber dari analisis peta Rupa Bumi Indonesia dan peta Geologi;

6) Layer data kependudukan yang bersumber dari analisis peta Rupa Bumi Indonesia dan monografi Kecamatan Cipatujah.


(40)

49

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Kerangka Pemikiran

Adapun rancangan, tahapan-tahapan dan proses-proses dalam penelitian ini ditampilkan oleh gambar 3.7 sebagai berikut.

Gambar 3.7

Bagan Alir Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis, 2015


(41)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan didalam penelitian ini diantaranya:

1. Menurut perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP), Kecamatan Cipatujah merupakan wilayah administratif yang memiliki tingkat ancaman tsunami yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas ancaman sedang yang terdiri dari Desa Ciheras, Desa Ciandum, Desa Cipatujah dan Desa Sindangkerta dengan nilai indeks yang berkisar antara 2,78 – 3,35. Sedangkan untuk kelas ancaman tinggi dimiliki oleh Desa Cikawunggading dengan nilai indeks 3,92. Jika diakumulasikan maka tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah adalah sedang dengan indeks ancaman sebesar 3,35.

2. Peta tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah yang dibuat pada penelitian ini menghasilkan informasi yang berdasarkan parameter ketinggian tempat bahwa wilayah yang memiliki tingkat ancaman tinggi merupakan wilayah yang memiliki ketinggian kurang dari 12,5 meter diatas permukaan laut yang meliputi Desa Ciheras, Desa Ciandum, Desa Cipatujah, Desa Sindangkerta, Desa Cikawunggading dan Desa Cipanas. Sedangkan berdasarkan parameter jarak dari pantai dan perhitungan jangkauan maksimum gelombang tsunami, tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah dapat terbagi menjadi tiga zonasi ancaman tsunami yaitu zona ancaman tinggi (< 920 meter), zona ancaman sedang (920 – 1.840 meter), dan zona ancaman rendah (> 1.840 meter).

3. Berdasarkan analisis pemodelan spasial ancaman tsunami terhadap penggunaan lahan di Kecamatan Cipatujah yang merupakan hasil tumpangsusun (overlay) data penggunaan lahan Kecamatan Cipatujah dan data landaan tsunami 12,5 meter, jenis penggunaan lahan yang memiliki ancaman tertinggi terhadap landaan (inundasi) tsunami adalah kebun dengan total luas mencapai 1.111 Ha


(42)

102

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau hampir sekitar 46,10% dari total luas penggunaan lahan yang terdampak tsunami.

B.Saran

Adapun beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan pada bab ini setelah melakukakan penelitian tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah yaitu:

1. Kecamatan Cipatujah berdasarkan perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP) termasuk kedalam kelas sedang sampai tinggi, sehingga perlu upaya mitigasi bencana, baik itu kegiatan pra-bencana ataupun pada saat tanggap darurat terhadap ancaman tsunami untuk mengurangi korban jiwa di masa datang.

2. Bagi instansi terkait yang berhubungan dengan kajian kebencanaan tsunami pada khususnya diharapkan dapat memberikan pendidikan kebencanaan kepada masyarakat di wilayah yang memiliki indeks ancaman tsunami, sehingga apabila tsunami datang, masyarakat di wilayah tersebut memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami di kemudian hari.

3. Dengan banyaknya lahan terdampak gelombang tsunami sebagai hasil dari proses analisis pemodelan spasial, maka perlu adanya sistem mitigasi bencana serta upaya-upaya nyata yang dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana tsunami di Kecamatan Cipatujah.

4. Terhadap bidang pendidikan, kajian penelitian ini dapat menjadi bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran materi bencana dan manajemen bencana, yang memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami.

5. Bagi peneliti selanjutnya, dalam mengkaji suatu permasalahan menggunakan metode perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP), penilaian keseluruhan indikator pada matriks berpasangan (pair-wise comparison) diharapkan berpedoman kepada seorang ahli atau yang mengerti mengenai kajian penelitian.


(43)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdul-Rahman, A., Pilouk, M. (2008). Spatial Data Modelling for 3D GIS. Springer: New York

Arikunto, (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Badan Informasi Geospasial. [online]. Tersedia:

http://www.bakosurtanal.go.id/berita surta/show/indonesia-memiliki-13466-pulau-yang-terdaftar-dan-berkoordinat. [22 Januari 2015]

Badescu, V. Isvoranu, D., Cathcart, R.B., Schuiling, R.D. (2010). Tsunamis And Poisonous Gases Generated By Asteroid Impact In The Black Sea. Tsunamis: Causes, Characteristics, Warnings and Protection, pp. 1-28. Nova Sciences: New York

Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno. (1982). Metode Analisis Geografi. Cetakan Kedua. LP3S: Jakarta

BPS Kabupaten Tasikmalaya. (2013). Kecamatan Cipatujah Dalam Angka Brugnot, Gerard. (2008). Spatial Management of Risks. Wiley: New Jersey

Bryant, Edward. (2008). Tsunami: The Underrated Hazard. Chichester: Praxis Publishing

ESRI. (2006). GIS and Emergency Management in Indian Ocean Earthquake/Tsunami Disaster. New York: USA.

Foley, Duncan., McKenzie, Garry D., Utgard, Russell O. (2009). Investigations in Environmental Geology. Pearson: New Jersey

Fotheringham, A. Stewart., Brundson, Chris., Charlton, Martin. (2007). Qualitative Geography: Perspectives on Spatial Data. Sage Publications: London

Getis, Arthur., Getis, Judith., Bjelland, Mark., Fellman D., Jerome. (2011). Introduction to Geography. McGraw-Hill: New York.

Gonzalez, F. I., et al. (2009), Probabilistic tsunami hazard assessment at Seaside, Oregon, for near- and far-field seismic sources, J. Geophys. Res., 114


(44)

104

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hartshorne, Richard. (1959). Perspective on the Nature of Geography. The Association of American Geographers: Chicago

Heywood, Ian., Cornelius, Sarah., Carver, Steve. (2006). An Introduction to Geographical Information System. Pearson/Prentice Hall: Essex, England Hills, J.G., Mader, C.L. (1997). Tsunami Produced by the Impacts of Small

Asteroids. Annals of the New York Academy of Sciences, pp.381-394. USA Hyndman, Donald., Hyndman, David. (2009). Natural Hazards And Disasters.

Brooks/Cole: Belmont, California

Istiyanto, Dinar C., Tanaka, Shigenobu., Okazumi, Toshio., Syamsidik. Towards Better Mitigation of Tsunami Disaster in Indonesia. Proceedings of International Symposium on Engineering Lessons from the 2011 Great East Japan Earthquake, pp 1-4. Tokyo

Julkarnaen, Dodi. (2008). Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Tsunami Berbasis Spasial. Institut Teknologi Bandung

Kawamata, K., Takaoka, K., Ban, K., dkk. Model of Tsunami Generation by Collapse of Volcanic Eruption: The 1741 Oshima-Oshima Tsunami. Tsunamis: Case Studies and Recent Development, pp 79-96. 2005. Springer Latief, Hamzah., Sunendar, Haris., Hadi, Safwan., Sengara, I Wayan., Rahayu,

Harkunti P. (2010). Bencana Kelautan. Mengelola Resiko Bencana Negara Maritim Indonesia: Bencana Kebumian, Kelautan, dan Atmosferik. Institut Teknologi Bandung

Lavigne, F., Gomez, C., Giffo, M., Wassmer, P. dkk. Field Observations of the 17 July 2006 Tsunami in Java. (2007). pp 177-183. Natural Hazards and Earth System Sciences.

Levin, Boris., Nosov, Mikhail. (2009). Physics of Tsunamis. Springer: New Jersey Lutgens, Frederick., Tarbuck, Edward J., Tasa, Dennis. (2012). Essentials of

Geology. Prentice Hall: New Jersey

Maemunah, Imun. (2009). Laporan Pemetaan Zona Rawan Tsunami Di Wilayah Pangandaran Dan Sekitarnya. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi

Maryani, Enok. (2009). Mitigation Socialization Model of The Society on Disaster Susceptible Regions in West Java. Universitas Pendidikan Indonesia


(45)

105

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oktariadi, Oki. Penentuan Peringkat Bahaya Tsunami dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi). Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.2, pp 103-116

Pacione, Michael. (1999). Applied Geography: Principles and Pracatice. Routledge: London

Papadopoulos, Gerassimos A., Imamura, Fumihiko. A Proposal for a New Tsunami Intensity Scale. ITS 2001 Proceedings, pp 569-577. ITS

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. (2013). Potensi Desa dan Kelurahan. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Risiko Bencana

Peraturan Kepala BNPB No. 8 Tahun 2011 tentang Standarisasi Data Kebencanaan

Rafi’i, Suryatna. (1995) Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa: Bandung

Roziqin, Arif. (2012). Pemodelan Spasial Sebaran Tsunami Di Kawasan Kepesisiran Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada

Saaty, Thomas L. (1993). Pengambilan Keputusan. PT. Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta Pusat

Sambah, Abu Bakar., Miura, Fusanori. Integration od Spatial Analysis for Tsunami Inundation and Impact Assesment. Journal of Geographic Information System, pp 11-22. 2014

Sen, Zekai. (2009). Spatial Modelling Principles in Earth Sciences. Springer: New York

Sengaji, Ernawati., Nababan, Bisman. Pemetaan Tingkat Resiko Tsunami Di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan: Vol.1, No.1, pp 48-61. 2009

Shuto, N. Tsunami Intensity and Disasters. (1993). Tsunamis in the World: Fifteenth International Tsunami Symposium, pp 197-216. Kluwer Academic Publisher.

Singarimbun. (1989). Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta Sumaatmadja, Nursyid. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa


(46)

106

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tika. P. M (2005) Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Tsushima, Hiroaki., Hirata, Kenji., Hayashi, Yutaka., dkk. Near Field Tsunami Forecasting Using Offshore Tsunami Data from the 2011 off the Pasific Coast of Tohoku Earthquake. Eart Planets Space, pp 821-826. 2011. Tokyo Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Universitas Pendididkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI PRESS: Bandung

USDA-NRCS. (1986). Urban Hydrology for Small Watersheds. Tech Release TR-55. Washington DC: Natural Resource Conservation.

Veitch, Neil., Jaffray, Gordon. 2010. Tsunamis: Causes, Characteristics, Warnings and Protections. New York : USA.


(1)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan didalam penelitian ini diantaranya:

1. Menurut perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP), Kecamatan

Cipatujah merupakan wilayah administratif yang memiliki tingkat ancaman tsunami yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas ancaman sedang yang terdiri dari Desa Ciheras, Desa Ciandum, Desa Cipatujah dan Desa Sindangkerta

dengan nilai indeks yang berkisar antara 2,78 – 3,35. Sedangkan untuk kelas

ancaman tinggi dimiliki oleh Desa Cikawunggading dengan nilai indeks 3,92. Jika diakumulasikan maka tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah adalah sedang dengan indeks ancaman sebesar 3,35.

2. Peta tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah yang dibuat pada

penelitian ini menghasilkan informasi yang berdasarkan parameter ketinggian tempat bahwa wilayah yang memiliki tingkat ancaman tinggi merupakan wilayah yang memiliki ketinggian kurang dari 12,5 meter diatas permukaan laut yang meliputi Desa Ciheras, Desa Ciandum, Desa Cipatujah, Desa Sindangkerta, Desa Cikawunggading dan Desa Cipanas. Sedangkan berdasarkan parameter jarak dari pantai dan perhitungan jangkauan maksimum gelombang tsunami, tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah dapat terbagi menjadi tiga zonasi ancaman tsunami yaitu zona ancaman tinggi (< 920

meter), zona ancaman sedang (920 – 1.840 meter), dan zona ancaman rendah

(> 1.840 meter).

3. Berdasarkan analisis pemodelan spasial ancaman tsunami terhadap penggunaan

lahan di Kecamatan Cipatujah yang merupakan hasil tumpangsusun (overlay) data penggunaan lahan Kecamatan Cipatujah dan data landaan tsunami 12,5 meter, jenis penggunaan lahan yang memiliki ancaman tertinggi terhadap landaan (inundasi) tsunami adalah kebun dengan total luas mencapai 1.111 Ha


(2)

102

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau hampir sekitar 46,10% dari total luas penggunaan lahan yang terdampak tsunami.

B.Saran

Adapun beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan pada bab ini setelah melakukakan penelitian tingkat ancaman tsunami di Kecamatan Cipatujah yaitu:

1. Kecamatan Cipatujah berdasarkan perhitungan Analytical Hierarchy Process

(AHP) termasuk kedalam kelas sedang sampai tinggi, sehingga perlu upaya mitigasi bencana, baik itu kegiatan pra-bencana ataupun pada saat tanggap darurat terhadap ancaman tsunami untuk mengurangi korban jiwa di masa datang.

2. Bagi instansi terkait yang berhubungan dengan kajian kebencanaan tsunami

pada khususnya diharapkan dapat memberikan pendidikan kebencanaan kepada masyarakat di wilayah yang memiliki indeks ancaman tsunami, sehingga apabila tsunami datang, masyarakat di wilayah tersebut memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami di kemudian hari.

3. Dengan banyaknya lahan terdampak gelombang tsunami sebagai hasil dari

proses analisis pemodelan spasial, maka perlu adanya sistem mitigasi bencana serta upaya-upaya nyata yang dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana tsunami di Kecamatan Cipatujah.

4. Terhadap bidang pendidikan, kajian penelitian ini dapat menjadi bahan ajar

dalam kegiatan pembelajaran materi bencana dan manajemen bencana, yang memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami.

5. Bagi peneliti selanjutnya, dalam mengkaji suatu permasalahan menggunakan

metode perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP), penilaian

keseluruhan indikator pada matriks berpasangan (pair-wise comparison)

diharapkan berpedoman kepada seorang ahli atau yang mengerti mengenai kajian penelitian.


(3)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdul-Rahman, A., Pilouk, M. (2008). Spatial Data Modelling for 3D GIS.

Springer: New York

Arikunto, (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Badan Informasi Geospasial. [online]. Tersedia:

http://www.bakosurtanal.go.id/berita surta/show/indonesia-memiliki-13466-pulau-yang-terdaftar-dan-berkoordinat. [22 Januari 2015]

Badescu, V. Isvoranu, D., Cathcart, R.B., Schuiling, R.D. (2010). Tsunamis And Poisonous Gases Generated By Asteroid Impact In The Black Sea.

Tsunamis: Causes, Characteristics, Warnings and Protection, pp. 1-28. Nova Sciences: New York

Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno. (1982). Metode Analisis Geografi.

Cetakan Kedua. LP3S: Jakarta

BPS Kabupaten Tasikmalaya. (2013). Kecamatan Cipatujah Dalam Angka

Brugnot, Gerard. (2008). Spatial Management of Risks. Wiley: New Jersey

Bryant, Edward. (2008). Tsunami: The Underrated Hazard. Chichester: Praxis

Publishing

ESRI. (2006). GIS and Emergency Management in Indian Ocean

Earthquake/Tsunami Disaster. New York: USA.

Foley, Duncan., McKenzie, Garry D., Utgard, Russell O. (2009). Investigations in

Environmental Geology. Pearson: New Jersey

Fotheringham, A. Stewart., Brundson, Chris., Charlton, Martin. (2007).

Qualitative Geography: Perspectives on Spatial Data. Sage Publications: London

Getis, Arthur., Getis, Judith., Bjelland, Mark., Fellman D., Jerome. (2011).

Introduction to Geography. McGraw-Hill: New York.

Gonzalez, F. I., et al. (2009), Probabilistic tsunami hazard assessment at Seaside,


(4)

104

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hartshorne, Richard. (1959). Perspective on the Nature of Geography. The

Association of American Geographers: Chicago

Heywood, Ian., Cornelius, Sarah., Carver, Steve. (2006). An Introduction to

Geographical Information System. Pearson/Prentice Hall: Essex, England Hills, J.G., Mader, C.L. (1997). Tsunami Produced by the Impacts of Small

Asteroids. Annals of the New York Academy of Sciences, pp.381-394. USA

Hyndman, Donald., Hyndman, David. (2009). Natural Hazards And Disasters.

Brooks/Cole: Belmont, California

Istiyanto, Dinar C., Tanaka, Shigenobu., Okazumi, Toshio., Syamsidik. Towards

Better Mitigation of Tsunami Disaster in Indonesia. Proceedings of

International Symposium on Engineering Lessons from the 2011 Great East Japan Earthquake, pp 1-4. Tokyo

Julkarnaen, Dodi. (2008). Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Tsunami Berbasis

Spasial. Institut Teknologi Bandung

Kawamata, K., Takaoka, K., Ban, K., dkk. Model of Tsunami Generation by Collapse of Volcanic Eruption: The 1741 Oshima-Oshima Tsunami.

Tsunamis: Case Studies and Recent Development, pp 79-96. 2005. Springer Latief, Hamzah., Sunendar, Haris., Hadi, Safwan., Sengara, I Wayan., Rahayu,

Harkunti P. (2010). Bencana Kelautan. Mengelola Resiko Bencana Negara

Maritim Indonesia: Bencana Kebumian, Kelautan, dan Atmosferik. Institut Teknologi Bandung

Lavigne, F., Gomez, C., Giffo, M., Wassmer, P. dkk. Field Observations of the 17

July 2006 Tsunami in Java. (2007). pp 177-183. Natural Hazards and Earth

System Sciences.

Levin, Boris., Nosov, Mikhail. (2009). Physics of Tsunamis. Springer: New Jersey

Lutgens, Frederick., Tarbuck, Edward J., Tasa, Dennis. (2012). Essentials of

Geology. Prentice Hall: New Jersey

Maemunah, Imun. (2009). Laporan Pemetaan Zona Rawan Tsunami Di Wilayah

Pangandaran Dan Sekitarnya. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi

Maryani, Enok. (2009). Mitigation Socialization Model of The Society on Disaster

Susceptible Regions in West Java. Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oktariadi, Oki. Penentuan Peringkat Bahaya Tsunami dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi).

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.2, pp 103-116

Pacione, Michael. (1999). Applied Geography: Principles and Pracatice.

Routledge: London

Papadopoulos, Gerassimos A., Imamura, Fumihiko. A Proposal for a New

Tsunami Intensity Scale. ITS 2001Proceedings, pp 569-577. ITS

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. (2013). Potensi Desa dan Kelurahan.

Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Peraturan Kepala BNPB No. 8 Tahun 2011 tentang Standarisasi Data Kebencanaan

Rafi’i, Suryatna. (1995) Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa: Bandung

Roziqin, Arif. (2012). Pemodelan Spasial Sebaran Tsunami Di Kawasan

Kepesisiran Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada

Saaty, Thomas L. (1993). Pengambilan Keputusan. PT. Pustaka Binaman

Pressindo: Jakarta Pusat

Sambah, Abu Bakar., Miura, Fusanori. Integration od Spatial Analysis for

Tsunami Inundation and Impact Assesment. Journal of Geographic

Information System, pp 11-22. 2014

Sen, Zekai. (2009). Spatial Modelling Principles in Earth Sciences. Springer:

New York

Sengaji, Ernawati., Nababan, Bisman. Pemetaan Tingkat Resiko Tsunami Di

Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi

Kelautan: Vol.1, No.1, pp 48-61. 2009

Shuto, N. Tsunami Intensity and Disasters. (1993). Tsunamis in the World:

Fifteenth International Tsunami Symposium, pp 197-216. Kluwer Academic Publisher.

Singarimbun. (1989). Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta

Sumaatmadja, Nursyid. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa


(6)

106

Deri Syaeful Rohman, 2015

PEMODELAN SPASIAL UNTUK KAJIAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Tika. P. M (2005) Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Tsushima, Hiroaki., Hirata, Kenji., Hayashi, Yutaka., dkk. Near Field Tsunami Forecasting Using Offshore Tsunami Data from the 2011 off the Pasific

Coast of Tohoku Earthquake. Eart Planets Space, pp 821-826. 2011. Tokyo

Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Universitas Pendididkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

UPI PRESS: Bandung

USDA-NRCS. (1986). Urban Hydrology for Small Watersheds. Tech Release

TR-55. Washington DC: Natural Resource Conservation.

Veitch, Neil., Jaffray, Gordon. 2010. Tsunamis: Causes, Characteristics,