PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh : Arisandi NIM 1004915

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL

PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI


(2)

Oleh : ©Arisandi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ARISANDI 1004915

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Sima Mulyadi, M.Pd NIP. 196002141982031003

Pembimbing II

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 196302081987032001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indoesia

Drs Sunaryo, M.Pd. NIP. 195607221985031001

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL

PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI


(4)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian ... 4

D. Penjelasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan ... 7

1. Pengertian Pembelajaran ... 7

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 9

3. Pembelajaran Keterampilan ... 12

B. Pembuatan Keripik Enye ... 14

1. Pengertian Keripik Enye ... 14

2. Peralatan dan Bahan Membuat Keripik Enye ... 14

C. Konsep Tunarungu ... 24

1. Pengertian Tunarungu ... 24


(5)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

3. Dampak ketunarunguan terhadap perkembangan

intelegensi, bahasa dan bicara, emosi dan sosial . ... 29

D. Pembelajaran Keterampilan Pravokasional Membuat Keripik Enye Pada Anak Tunarungu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Observasi ... 35

2. Wawancara ... 37

3. Dokumentasi ... 38

D. Pengujian Keabsahan Data ... 39

E. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 56

B. Implikasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA ………. 58


(6)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1 Pisau ... 15

2.2 Talenan ... 16

2.3 Blender ... 16

2.4 Waskom ... 17

2.5 Wajan ... 17

2.6 Alas Cetakan ... 18

2.7 Alas Cetakan ... 18

2.8 Alas Cetakan ... 18

2.9 Spatula ... 19

2.10 Cetakan ... 19

2.11 Alu Cetak ... 19

2.12 Mesin Parut/Mesin Giling ... 20

2.13 Alat Pemeras ... 20

2.14 Mesin Press ... 21

2.15 Kompor ... 21

2.16 Sasag ... 22

2.17 Mengupas Singkong ... 22

2.18 Mencuci Singkong ... 23

2.19 Memarut Singkong ... 23

2.20 Menyiapkan Racikan Bumbu... 23

2.21 Mengaduk Adonan ... 24


(7)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

2.23 Mengukus Keripik Enye ... 25

2.24 Mengukus Keripik Enye ... 25

2.25 Menata Keripik Enye Ke Sasag ... 25


(8)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

DAFTAR BAGAN

No Judul Hal


(9)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Jadwal Penelitian ... 60

2 Kisi-Kisi Intrumen ... 62

3 Pedoman Wawancara ... 65

4 Pedoman Observasi ... 69

5 Display Hasil Triangulasi ... 70

6 Hasil Wawancara ... 82

7 Hasil Observasi ... 111

8 Foto-Foto Penelitian ... 121

9 Surat-Surat Penelitian ... 136


(10)

Arisandi, 2014

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK

ABSTRAK

Pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye adalah pembelajaran keterampilan yang diajarkan pada siswa tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye. Obyek dan subjek dari penelitian ini adalah sembilan siswa tunarungu (PS, IR, ED, MH, AH, MN, YD, RR, EA) dan empat guru (DM, YR, AG, NS) SMALB di SLBN Handayani. Penelitian ini meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang dihadapi ketika proses pembelajaran. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Dari hasil pengolahan data, diperoleh kesimpulan bahwa guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan menyiapkan administrasi pembelajaran dan melaksanakannya sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan menindak lanjuti dengan melaksanakan evaluasi. Hambatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran yaitu komunikasi antara siswa dan guru tidak berjalan dengan baik ketika proses pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah, siswa mudah bosan dan masih kurang tertarik pada pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye. Namun hambatan tersebut dapat diatasi dengan beberapa upaya dari guru diantaranya membangun komunikas yang lebih efektif dengan memberikan arahan dan motivasi kepada siswa atau memberi reward. Secara keseluruhan, kemampuan siswa dalam keterampilan membuat keripik enye sudah baik, hanya beberapa orang saja yang masih memerlukan bantuan dan bimbingan dalam menggunakan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan terutama alat-alat yang menggunakan aliran listrik. Dalam proses pembuatan keripik enye, sekolah harus menyediakan oven besar untuk membantu proses pengeringan.

Kata Kunci : Pembelajaran Keterampilan Pravokasional, Anak Tunarungu, Keripik Enye.

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL

PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan seseorang, melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan mengembangkan potensi diri serta mampu menghadapi segala tantangan dan hambatan dimasa depan. Secara normatif tujuan pendidikan di indonesia diamanatkan dalam Undang – Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, setiap orang akan selalu berusaha meningkatkan kualitas hidup dan berusaha untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik tidak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus.

Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi anak yang dikategorikan anak berkebutuhan khusus karena mempunyai kelainan dalam pendengaran, sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangannya terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Andreas Dwidjosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (1988) mengemukakan ”Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kelainan pada fungsi pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam berkomunikasi dan mengembangkan potensi yang dimiliknya.

Agar anak tunarungu tetap memiliki rasa percaya diri dan tetap dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki, maka salah satu usaha yang


(12)

dapat dilakukan yaitu memberikan keterampilan–keterampilan yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dalam mancapai kemandirian. Karena setiap manusia memiliki potensi yang bisa dikembangkan di dalam kehidupan bermasyarakat untuk menopang kehidupannya sehari-hari.

Di sekolah-sekolah baik itu sekolah umum maupun sekolah luar biasa, banyak sekali keterampilan-keterampilan yang dikembangkan untuk menunjang kehidupan. Adapun pembelajaran yang diarahkan pada keterampilan untuk kemandirian adalah pembelajaran vokasional atau pembelajaran keterampilan. Hal ini sesuai yang diungkapkan dalam Kurikulum Pendidikan Luar Biasa bahwa pembelajaran untuk anak tunarungu di samping bidang akademik juga diarahkan pada keterampilan atau kecakapan hidup. Karena pendidikan vokasional dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.

Secara umum, manfaat pembelajaran vokasional bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi serta memecahkan permasalahan, baik secara pribadi, masyarakat dan sebagai warga negara. Tujuan utama dari pendidikan keterampilan adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata atau mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup serta mengembangkan dirinya.

Salah satu pembelajaran keterampilan yang bersifat vokasional adalah keterampilan membuat keripik enye. Keripik enye adalah sejenis kerupuk yang terbuat dari singkong yang digiling, dicetak, di kukus, dijemur di bawah sinar matahari dan digoreng. Walaupun pembuatan keripik enye tidak terlalu susah untuk siswa pada umumnya, namun untuk siswa tunarungu yang mempunyai keterbatasan dalam pendengaran maka akan terjadi kendala ketika proses komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa tidak sesuai. Namun kendala tersebut dapat diminimalisir, karena


(13)

pembelajaran keterampilan membuat keripik enye bersifat visual atau praktik.

Pelaksanaan keterampilan pembuatan keripik enye di sekolah dapat diberikan kepada anak tunarungu, karena pada dasarnya anak tunarungu dapat dibimbing untuk mengikuti pelajaran yang diberikan sekolah. Hal tersebut dikarenakan mereka masih dapat melihat dan meniru apa yang disampaikan oleh guru secara jelas dan dapat dibantu dengan media dan metode yang tepat sesuai dengan kelainannya. Anak tunarungu dengan potensi yang bervariasi dan bersifat individual masih mempunyai hasrat untuk mengembangkan bakat dan minat terhadap beberapa bidang pekerjaan yang sifatnya motorik, sehingga apabila diberi keterampilan membuat keripik enye memungkinkan untuk mandiri yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal hidupnya.

Pemberian keterampilan pada anak tunarungu tentunya tidak sama dengan anak pada umumnya, karena dalam mengajar peserta didik satu dengan peserta didik lainnya berbeda-beda tingkat ketunarunguannya, sehingga guru harus memahami kondisi masing-masing anak didik. Selain itu, anak tunarungu mempunyai tingkat emosional yang tidak stabil seperti anak normal, sehingga guru harus menjaga supaya anak tunarungu tetap dapat mengikuti pembelajaran keterampilan sampai selesai dan dapat tercapai tujuan dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pembelajaran Keterampilan Pravokasional Pembuatan Keripik Enye Pada Anak Tunarungu Tingkat SMALB Di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.”

B. Fokus Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana pelaksanaan keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.” Dengan subfokus masalah sebagai berikut:


(14)

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu?

3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu?

4. Hambatan apa yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu ?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian Secara Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

b. Tujuan Penelitian Secara Khusus

1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

3) Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada


(15)

anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

4) Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi. 5) Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan

dalam pelaksanaan keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil, adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan membuat keripik enye dengan lebih efektif dengan efisien sehingga dapat meminimalisir biaya produksi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas keripik enye. b. Bagi guru diharapakan penelitian ini dapat :

1) Memberikan masukan mengenai cara dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam pembuatan keripik enye.

2) Memberikan masukan mengenai cara dalam mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam keterampilan pembuatan keripik enye.

c. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan kajian dalam meningkatkan kemampuan anak tunarungudalam pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye.


(16)

D. Penjelasan Istilah

Untuk mempermudah dalam memahami istilah yang digunakan dalam judul, maka selanjutnya diuraikan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara pendidik, peserta didik dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien.

3. Pembelajaran keterampilan adalah pembelajaran yang diarahkan agar peseta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill). 4. Keterampilan pravokasional adalah keterampilan dasar, praktis dan

sederhana yang diselenggarakan dalam rangka mengembangkan potensi kewirausahaan, dan bertujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan beraktivitas produktif.

5. Keripik enye adalah sejenis keripik yang terbuat dari singkong yang digiling, dikukus lalu dijemur di bawah sinar matahari.

6. Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga mengalami gangguan dalam komunikasi secara verbal.


(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Keterampilan 1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Winkel (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010:12) “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Sedangkan pembelajaran menurut Miarso (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010:12) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali”. Dengan demikian, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

Slameto (2003:109) menyatakan bahwa “dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar”. Lebih lanjut Slameto (2003:123) menyatakan bahwa


(18)

“pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan”.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar tentunya banyak faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Slameto (2003:54) menyatakan bahwa:

“faktor intern antara lain: faktor-faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan) dan faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan rohani). Sedangkan yang termasuk faktor ekstern antara lain faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, standar pelajajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).”

Sugandi (2000:25) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran antara lain:

1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.


(19)

5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar tercapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Fillbeck (1974) sebagai berikut.

a. Respons-respons baru (new respons) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya.

b. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.

c. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.

d. Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. e. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar

untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.

f. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.

g. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.


(20)

h. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.

i. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.

j. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.

k. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.

l. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.

Namun, dalam pembelajaran untuk anak tunarungu, terdapat beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan pula. Tati Hernawati (2012:2-4) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran pada anak tunarungu adalah sebagai berikut.

a. Sikap keterarahwajahan (face to face)

Bagi anak tunarungu sumber informasi datangnya sebagian besar melalui penglihatan atau visual, dan sebagian kecil melalui pendengaran atau auditoris. Keterarahwajahan yang baik merupakan dasar utama untuk membaca ujaran atau untuk menangkap ucapan orang lain, sehingga anak dapat memahami bicara orang disekitarnya. Oleh karena itu guru yang mengajar anak tunarungu harus selalu berhadapan dengan anak tunarungu (face to face) apabila sedang bebicara, sehingga anak tunarungu dapat membaca ujaran guru.

b. Sikap Keterarahsuaraan.

Keterarahsuaraan adalah sikap untuk selalu memperhatikan suara atau bunyi yang terjadi di sekelilingnya dan perlu


(21)

dikembangkan pada ATR agar sisa pendengaran yang masih dimilikinya dapat di manfaatkan guna memperlancar interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya.

c. Tanggap terhadap apa yang ingin dikatakan anak.

Anak tunarungu tentunya memiliki banyak hal yang ingin diungkapkannya, namun karena tidak mempunyai bahasa yang memadai, maka anak akan menggunakan berbagai cara untuk mengungkapkan dirinya seperti, isyarat tangan dan kata-kata yang jelas. Bila pada situasi tertentu ATR menggunakan salah satu bentuk ungkapan seperti di atas, maka sebaiknya kita segera tanggap apa yang diamatinya lalu kita mencoba menguhubungkan dengan apa yang ingin dia katakan sehinga kita dapat membahasakannya dengan tepat.

d. Berbicara dengan lafal yang jelas.

Kegiatan anak tunarungu dalam membaca ujaran, tidak secepat anak mendengar menangkap penjelasan guru, oleh karena itu guru harus berbicara dengan tenang, tidak boleh terlalu cepat, pelafalan huruf jelas, kalimat yang diucapkan harus simpel dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami anak, serta apabila ada kata-kata penting perlu ditulis di papan tulis.

e. Penempatan tempat duduk yang tepat.

Posisi tempat duduk siswa tunarungu harus yang memungkinkan siswa tunarungu dapat dengan jelas memperhatikan wajah guru. Siswa tunarungu yang belajar di kelas regular, hendaknya ditempatkan pada posisi bagian depan, untuk memudahkan dia membaca ujaran guru. Di samping itu guru harus memperhatikan telinga mana yang berfungsi lebih baik, untuk menentukan arah suara guru yang lebih efektif.

f. Penggunaan media pembelajaran.

Anak tunarungu mengalami kesulitan untuk memahami ujaran guru sepenuhnya, oleh karena itu penggunaan media


(22)

pembelajaran merupakan sesuatu yang harus diupayakan, untuk mempermudah anak tunarungu memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kondisi ketunarunguan anak.

g. Meminimalisasi penggunaan metode ceramah.

Oleh karena anak tunarungu mengalami kesulitan untuk memahami ucapan guru, maka dalam proses pembelajaran harus menghindari penggunaan metode ceramah secara dominan tanpa dukungan media pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran anak tunarungu, guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang menghubungan materi dengan situasi dunia nyata anak/siswa.

Penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran merupakan pekerjaan yang kompleks, namun bila dilakukan dengan seksama diharapkan dapat tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Pembelajaran Keterampilan

Keterampilan diambil dari kata terampil (skill) yang mengandung kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat cepat dan tepat. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah, tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2).

Ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.


(23)

Depdiknas (Supriyanti, 2013:13) menyatakan bahwa “mata pelajaran keterampilan memiliki fungsi mengembangkan kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri dan mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan/pekerjaan dan hasil karya.”

Pada saat ini banyak sekali keterampilan yang dikembangkan di sekolah-sekolah baik itu sekolah umum maupun sekolah luar biasa. Keterampilan dalam konteks pembelajaran adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan. Sehingga pembelajaran keterampilan mengacu pada pembelajaran kompetensi yaitu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran ini bermaksud supaya siswa dapat menguasai kompetensi yang ditetapkan.

Secara umum, manfaat pembelajaran keterampilan bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi serta memecahkan permasalahan, baik secara pribadi, masyarakat dan sebagai warga negara. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan berbasis keterampilan adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata atau mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup serta mengembangkan dirinya.

Pembelajaran keterampilan pada dasarnya adalah pembelajaran yang diarahkan agar peseta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) . Karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan selalu dihadapkan problem hidup yang harus dipecahkan dengan menggunakan sarana dan situasi yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, pembelajaran keterampilan juga mengacu pada pembelajaran berbasis kompetensi yaitu model pembelajaran di mana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetesnsi dimaksudkan agar


(24)

segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai keompetensi yang ditetapkan.

Dalam konteks pendidikan belajar keterampilan merupakan bagian dari keterampilan belajar. Muatan keterampilan belajar akan memunculkan keterampilan lain, baik bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam dimensi belajar keterampilan lebih condong pada aspek psikomotor. Melalui keterampilan belajar akan ditemukan suatu bentuk keterampilan khusus yang sesuai dengan bakat dan minat serta dapat digunakan sebagai basis untuk memperoleh penghasilan layak .

Menurut Depdiknas (Supriyanti, 2013:15) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yaitu (1) penguasaan kompetensi oleh peserta didik, (2) penguasaan kompetensi peserta didikharus memiliki kesepadanan dengan kompetensi tersebut diman digunakan, (3) aktivitas belajar Peserta didik bersifat perseorangan, dan (4) pembelajaran kompetensi harus ada bahan pengayaan bagi peserta didik yang lebih cepat dan progran perbaikan bagi yang lamban, sehingga irama perbedaan irama belajar Peserta didik terlayani.

Dengan demikian individu yang memiliki keterampilan belajar, anak akan mudah memperoleh berbagai keterampilan lain, termasuk keterampilan untuk bekerja yang merupakan bagian dari kreativitas kehidupan jangka panjang.

B. Pembuatan Keripik Enye 1. Pengertian Keripik Enye

Keripik enye adalah sejenis kerupuk yang terbuat dari singkong yang digiling, dikukus lalu dijemur di bawah sinar matahari dan digoreng. Dalam pembuatan keripik enye, semua jenis singkong dapat dipergunakan namun singkong kuning akan lebih baik dipergunakan


(25)

karena akan memberikan warna kekuning-kuningan pada tekstur keripik enye.

Dalam mengolah keripik enye, faktor kebersihan atau higienis perlu diperhatikan untuk menghasilkan produk keripik enye yang sehat. Karena ketika pengolahan keripik enye terkendala oleh musim hujan, akan mengakibatkan keripik enye tidak langsung kering. Dalam kondisi seperti ini rasa keripik enye dapat berubah menjadi kecut jika proses pembuatannya tidak higienis. Rasa kecut ini diakibatkan karena keripik enye yang dimasak (dikukus) tidak langsung kering sehingga menyebabkan bakteri berkembang yang menyebabkan perubahan rasa. Oleh karena itu proses pembuatan keripik enye yang higienis menjadi hal yang penting untuk membuat rasa tetap enak dan sehat.

2. Peralatan dan Bahan Membuat Keripik Enye

a. Alat yang digunakan dalam membuat keripik enye yaitu:

1) Pisau

Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas singkong dan membersihkan bumbu dapur yang akan digunakan dalam adonan.


(26)

2) Talenan

Talenan digunakan untuk mengiris bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat keripik enye seperti cabai, bawang putih, bawang daun dan sebagainya.

Gambar 2.2 3) Blender

Blender digunakan untuk mengahaluskan bumbu yang akan digunakan dalam pembuatan keripik enye.


(27)

4) Waskom

Waskom digunakan untuk menyimpan keripik enye yang sudah digiling dan akan dicampur dengan bumbu.

Gambar 2.4 5) Wajan

Wajan digunakan untuk mengukus keripik enye yang telah di cetak.

Gambar 2.5 6) Alas cetakan

Alas cetakan digunakan untuk alas mencetak dan mengukus keripik enye yang telah dicetak.


(28)

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8 7) Spatula

Spatula digunakan untuk memindahkan keripik enye yang telah di kukus ke sasag.


(29)

Gambar 2.9 8) Cetakan dan alu cetak

Cetakan dan alu cetak digunakan untuk mencetak berbagai macam bentuk keripik enye yang akan dibuat secara manual.

Gambar 2.10


(30)

9) Mesin parut/ mesin giling

Mesin parut/mesin giling adalah mesin yang digunakan untuk memarut singkong. Jika tidak tersedia mesin parut maka dapat digunakan parutan tradisional.

Gambar 2.12 10) Alat pemeras

Alat pemeras digunakan untuk memeras kandungan air dari singkong yang telah di parut.

Gambar 2.13 11) Mesin press

Mesin press digunakan untuk mencetak keripik enye secara mekanik.


(31)

Gambar 2.14 12) Kompor

Kompor adalah alat yang digunakan untuk mengukus keripik enye yang telah dicetak sebelumnya.

Gambar 2.15 13) Sasag

Sasag adalah tempat yang digunakan untuk meletakkan keripik enye yang telah dikukus untuk dijemur. Proses penjemuran dilakukan dengan menggunakan sinar matahari.


(32)

Gambar 2.16

b. Bahan untuk membuat keripik enye

1) Singkong

Singkok merupakan bahan utama dalam pembuatan keripik enye.

2) Bumbu dapur pembuatan keripik enye.

Bumbu dapur yang digunakan dalam pembuatan adonan keripik enye adalah cabai merah, bawang daun, bawang putih, kencur, garam dan keju. Sedangkan bumbu utama yang digunakan adalah bawang daun dan garam.

c. Langkah kerja membuat keripik enye

Membuat keripik enye terdiri dari beberapa langkah yaitu, memarut, mengukus dan menjemur. Secara rinci langkah-langkah pembuatan keripik enye akan dijabarkan di bawah ini.

1) Mengupas singkong


(33)

2) Mencuci singkong hingga bersih dan tiriskan.

Gambar 2.18

3) Memarut atau menggiling singkong menggunakan mesin parutan atau parutan tradisional.

Gambar 2.19

4) Menyiapkan racikan bumbu yang akan digunakan dalam pembuatan keripik enye yang terdiri dari bawang daun, cabai, garam dan lainnya.


(34)

5) Mengaduk adonan hingga semua bumbu teraduk secara merata.

Gambar 2.21 6) Mencetak keripik enye

Gambar 2.22

7) Mengukus keripik enye hingga berubah warna menjadi kekuning-kuningan.

Langkah-langkah pengukusannya adalah sebagai berikut. a. Menyiapkan wajan yang telah berisi air di atas kompor. b. Menyalakan kompor.

c. Tunggu air hingga mendidih

d. Letakkan keripik enye yang sudah di bentuk di atas wajan hingga berwarna kekuningan


(35)

Gambar 2.23

Gambar 2.24

8) Menata keripik enye yang telah di kukus ke dalam sasag


(36)

9) Menjemur keripik enye.

Gambar 2.26

C. Konsep Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Menurut Dwidjosumarto (1988:27) istilah tunarungu diambil dari kata “Tuna” dan Rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Sedangkan menurut Hallahan dan Khauffman (Somad dan Hernawarti,1995:26), tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dan yang ringan sampai yang berat, digolongkan kedalam bagian tuli dan kurang dengar.

Dwidjosumarto (1988) dalam seminar ketunarunguan di Bandung mengemukakan ”Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”.

2. Klasifikasi Ketunarunguan

Pengkalisifikasian ketunarunguan dapat ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu:


(37)

Kirk (Somad dan Hernawati, 1995:29) mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan tingkat kehilangan pendengarannya, yaitu sebagai berikut:

1) 0 dB :

Menunjukan pendengaran yang optimal. 2) 0 – 26 dB :

Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal.

3) 27 – 40 dB :

Mempunyai kesulitan mendengar bunyi–bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan). 4) 41 – 55 dB :

Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu sedang).

5) 56 – 70 dB :

Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu berat).

6) 71 – 90 dB :

Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat).

7) 91 db :

Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk proses menerima informasi dan yang


(38)

bersangkutan diangap tuli (tergolong tunarungu berat sekali).

b. Letak kerusakan pendengaran secara anatomi fisiologi.

Menurut Somad dan Hernawati (1995:32), anak tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan letak kerusakan pendengaran secara anatomi fisiologisnya, antara lain:

1) Tunarungu konduksi (hantaran) merupakan ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pengantar getaran suara pada telinga bagian tengah. Tunarungu konduksi terjadi karena pengurangan internsitas bunyi yang mencapai telingan bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi.

2) Tunarungu sensorineural (syaraf), merupakan ketunarunguan yang disebabkan karena kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada Lobus temporalis.

3) Tunarungu campuran merupakan ketunarunguan yang disebabkan kerusakan paa penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran, baik bagian luar, tengah atau dalam.

c. Saat terjadinya ketunarunguan

1) Ketunarunguan prabahasa berhubungan dengan kondisi seseorang yang mengalami ketunarunguan sejak lahir atau terjadi pada usia sebelum perkembangan bicara dan bahasa.

2) Ketunarunguan pasca bahasa berhubungan dengan kondisi sesorang yang mengalamai ketunarunguan setelah mengalami bicara dan bahasa secara spontan.


(39)

d. Secara etiologis.

1) Tunarungu endogen adalah ketunarunguan yang diturunkan oleh orang tua.

2) Tunarungu eksogen adalah ketunarunguan yang diakibatkan suatu penyakit atau kecelakaan.

3. Dampak ketunarunguan terhadap perkembangan intelegensi, bahasa dan bicara, emosi dan sosial.

Anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu sama dengan anak pada umumnya. Sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda. Somad dan Hernawati (1995:35-39) mendeskripsikan dampak ketunarunguan dilihat dari segi: intelegensi, bahasa dan bicara, emosi, dan sosial. a. Dampak ketunarunguan dari segi intelegensi

Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih rendah dari pada prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran yang di verbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak di verbalkan, anak tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal. Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan cepat.


(40)

b. Dampak ketunarunguan dari segi bahasa dan bicara

Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Kemampuan berbicara pada anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya namun memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan secara profesional. Dengan cara yang demikianpun banyak dari mereka yang belum bisa berbicara seperti anak normal baik suara, irama dan tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan anak normal.

c. Dampak ketunarunguan dari segi emosi dan sosial

Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan. Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa efek negatif seperti: egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain, perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah marah dan cepat tersinggung. 1) Egosentrisme yang melebihi anak normal

Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia yang kecil akibat interaksi dengan lingkungan sekitar yang sempit. Karena mengalami gangguan dalam pendengaran, anak tunarungu hanya melihat dunia sekitar dengan penglihatan. Penglihatan hanya melihat apa yang didepannya saja, sedangkan pendengaran dapat mendengar sekeliling lingkungan. Karena anak tunarungu mempelajari sekitarnya dengan menggunakan penglihatannya, maka aka timbul sifat ingin tahu yang


(41)

besar, seolah-olah mereka haus untuk melihat, dan hal itu semakin membesarkan egosentrismenya.

2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.

Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu seringkali disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan yang berhubungan dengan kemampuan berbahasanya yang rendah. Keadaan menjadi tidak jelas karena anak tunarungu tidak mampu menyatukan dan menguasai situasi yang baik.

3) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada orang lain. Ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan berkomunikasi anak tunarungu yang rendah.

Intelegensi anak tunarungu umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi, namun prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh kemampuan berbahasanya yang rendah. Maka dalam pembelajaran disekolah anak tunarungu harus mendapatkan penanganan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki.

Anak tunarungu akan berkonsentrasi dan cepat memahami kejadian yang sudah dialaminya dan bersifat konkret bukan hanya hal yang diverbalkan. Anak tunarungu membutuhkan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya yaitu metode yang dapat menampilkan kekonkretan sesuai dengan apa yang sudah dialaminya. Metode pembelajaran untuk anak tunarungu haruslah


(42)

yang kaya akan bahasa konkret dan tidak membiarkan anak untuk berfantasi mengenai hal yang belum diketahui

Walaupun anak tunarungu memiliki kekurangan dalam pendengaran namun mereka merupakan individu yang unik, yang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Setiap individu sama-sama memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi mencapai suatu keseimbangan, keserasian dalam menempuh hidup dan berikteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan di rumah, sekolah maupun masyarakat.

D. Pembelajaran Keterampilan Pravokasional Membuat Keripik Enye Pada Anak Tunarungu .

Pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye pada anak tunarungu merupakan salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan oleh sekolah karena akan memberikan bekal pada masa yang akan datang pada anak tunarungu.

Sebelum pembelajaran keterampilan pravokasional membuat keripik enye dilaksanakan, maka anak tunarungu harus menguasai terlebih dahulu materi dasar dalam pembuatan keripik enye yaitu mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye. Setelah anak tunarungu mengenal alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan keripik enye, maka selanjutnya anak tunarunggu diberikan penjelasan tentang langkah-langkah pembuatan keripik enye. Materi dasar ini perlu dijelaskan terlebih dahulu kepada anak tunarungu sehingga ketika proses pembuatan keripik enye, anak tunarungu sudah mempunyai sedikit gambaran tentang pembuatan keripik enye.

Ketika proses pembuatan keripik enye dilaksanakan, guru harus selalu memberikan bimbingan dan contoh kepada anak tunarungu mengenai cara membuat keripik enye sehingga anak tunarungu akan lebih memahami penjelasan yang diberikan oleh guru sebelumnya tentang membuat keripik enye. Namun untuk membantu proses pembelajaran yang diharapkan, guru


(43)

dapat menggunakan media pembelajaran visual seperti video dan visualisasi foto selain metode ceramah. Karena sampai saat ini sekolah masih menggunakan media pembelajaran seadanya dan belum dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Dengan cara seperti itu, maka tujuan dari proses pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Handayani Kabupaten Sukabumi yang beralamat di jalan Raya Karang Tengah No. 126 Cibadak.

Objek dan subjek penelitian adalah siswa tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi yang berjumlah sembilan orang dan guru yang berjumlah empat orang.

B. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai pembelajaran keterampilan membuat keripik enye pada siswa tunarungu tingkat SMALB di SLB Handayani Kabupaten Sukabumi dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata.

Williams (Moleong,2012:5) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Nazir (1986:159) mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field study.

Sehubungan dengan masalah penelitian ini, maka peneliti mempunyai rencana kerja atau pedoman pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.


(45)

Penggunaan metode penelitian yang bersifat kualitatif ini berdasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu :

1. Metode ini secara langsung menghubungkan antara peneliti dengan responden.

2. Metode ini lebih pada menyesuaikan diri dengan penajaman bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka. Dengan demikian semua data yang terkumpul akan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data menitik beratkan kepada perekaman situasi yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai peneliti dan sebagai instrumen penting dalam penelitian yaitu peneliti menjadi perencana, pelaksana, pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan menjadi pelapor penelitiannya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Menurut Sugiyono (2013:309) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2004:104).


(46)

Pada dasarnya observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan (Margono, 2007:159).

Adapun menurut Patton (Nasution ,1998), manfaat observasi adalah sebagai berikut.

1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. 2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memugkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada

dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena

itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana sosial yang diteliti.


(47)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan demikian, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

2. Evaluasi pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

3. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

4. Upaya guru ketika menyelesaikan hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi

dari “informan” dan atau “responden” yang sudah ditetapkan,

dilakukan dengan cara tanya jawab sepihak tetapi sistematis atas dasar tujuan penelitian yang hendak dicapai.

Esterberg (2002) mendefinisikan interview atau wawancara sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in comunnicatin and joint construction of meaning about particulary topic”.


(48)

Djumhur dan Surya (1985) menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Bimo Walgito (1987) menjelaskan bahwa wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan atau face to face relation.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran vokasional pembuatan keripik enye dan peserta didik. Alat yang digunakan dalam wawancara adalah instrumen wawancara, buku catatan dan camcorder.

Teknik wawancara ini bertujuan untuk menjawab subfokus masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan

pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu? 3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan

pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu? 4. Hambatan apa yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran

keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan pravokasional pembuatan keripik enye pada anak tunarungu ?

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Nasution (2003:143) adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui


(49)

dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti Sedangkan menurut Arikunto (2013:143) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah dan sebagainya.

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam dalam penelitian kualitatif. Karena hasil penelitian akan kredibel apabila didukung oleh foto-foto yang telah ada. Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto kegiatan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye juga dokumen-dokumen dalam membuat perencanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye. Sehingga apa yang dilakukan di lapangan dapat lebih dipercaya dan kredibel.

D. Pengujian Keabsahan Data

Untuk menilai data yang diperoleh dari lapangan sahih atau valid, maka dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti. Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan adalah melalui triangulasi. Menurut Sugiyono (2013: 330) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Susan stainback (Sugiyono,2013:330) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu triangulasi yang membandingkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Sehingga derajat kepercayan informasi yang diperoleh dalam penelitian akan terjamin.


(50)

Bagan 3.1 Triangulasi Sumber

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang dilakukan adalah: a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan data hasil wawancara dengan dokumentasi yang berkaitan.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang dihasilkan dari penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan melakukan:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

Observasi

partisipatif

Wawancara

Mendalam

Dokumentasi

Sumber

data

sama


(51)

tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara tertentu sehingga simpulan akhir dapat ditarik (Milles dan Michael Hubberman, 1992:16). Pada tahap reduksi data ini, data yang telah diklasifikasikan kemudian diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka menemukan fokus penelitian.

2) Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data adalah menampilkan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-data yang telah tersusun kemudian disajikan bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori sehingga akan tergambar permasalahan yang menjadi objek kajian.

3) Verifikasi Data

Teknik penarikan simpulan adalah langkah yang esensial dalam proses penelitian. Penarikan simpulan ini didasarkan atas pengorganisasian informasi yang diperoleh dalam analisis data. Penarikan simpulan dalam penelitian ini menggunakan teknik induktif, yaitu teknik penarikan simpulan dari data-data yang bersifat khusus menuju simpulan yang bersifat umum (Milles dan Michael Hubberman, 1992:18).


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai data dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai keterampilan membuat keripik enye. Penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil penelitian dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, maka penulis mendeskripsikan data tersebut sebagai berikut:

1. Perencanaan program pembelajaran keterampilan membuat keripik enye yang diberikan oleh guru kepada siswa tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa guru keterampilan membuat keripik enye di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi yaitu DM, YR, AG dan NS, dalam upaya melancarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye maka guru mempersiapkan program kegiatan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye berdasarkan pada mata pelajaran keterampilan untuk tingkat SMALB. Program kegiatan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ini tertuang dalam program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) membuat keripik enye dan catatan pelaksanaan pembelajaran harian (CPPH). Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru disesuaikan dengan kemampuan anak, yaitu dimulai dengan mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan keripik enye, cara membuat racikan bumbu, cara membuat keripik enye sampai dengan pengemasan keripik enye. Untuk mempermudah siswa dalam penggunaan alat dan bahan serta cara pembuatan keripik enye, pihak sekolah menempelkan cara-cara menggunakan alat, cara membuat bumbu hingga cara membuat keripik enye di dalam ruang pembuatan keripik enye.


(53)

Sedangkan untuk pengemasan, dilakukan di tempat yang berbeda dengan pembuatan keripik enye. Di ruang pengemasan, siswa di bimbing oleh guru untuk mengemas keripik enye yang telah kering supaya di kemas secara menarik dan dapat dipasarkan.

2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye pada siswa tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru keterampilan membuat keripik enye yaitu DM, YR, AG, NS dan siswa-siswi tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi yang mengikuti proses pembelajaran keterampilan membuat keripik enye didapatkan data sebagai berikut.

Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran keterampilan membuat keripik enye di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi untuk tingkat SMALB berjumlah 9 orang siswa yaitu terdiri dari dua siswa perempuan yaitu PS dan IR, dan tujuh siswa laki-laki yaitu ED, MH, AH, MN, YD, RR dan EA. Pelaksanaan pembuatan keripik enye dilakukan setiap hari Senin, Selasa dan Rabu dari jam 07.30-12.00 WIB. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru menggunakan dua metode pembelajaran yaitu ceramah dan praktik.

Sebelum pelaksanaan keterampilan membuat keripik enye, guru mengkondisikan ruangan dan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan keripik enye. Setelah guru menyiapakan ruangan, alat dan bahan, kemudian guru memberikan pengarahan kepada siswa cara memakai peralatan membuat keripik enye, membuat racikan bumbu, mencetak keripik enye hingga penjemuran. Hal seperti ini dilakukan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Penyediaan media pembelajaran membuat keripik enye merupakan hal yang sangat menunjang. Oleh karena itu, guru menyediakan alat-alat untuk membuat keripik enye seperti kompor,


(54)

wajan, cetakan, mesin parut, alu, alas alu, blender, sasag, dan mesin pres. Selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye, guru memberikan teori terlebih dahulu dan kemudian guru melakukan praktik secara bersama-sama. Sehingga kegiatan pembelajaran membuat keripik enye menggunakan pendekatan kelompok.

3. Evaluasi pembelajaran keterampilan membuat keripik enye pada siswa tunarungu tingkat SMALB di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

Untuk mengetahui berhasil atau tidak berhasilnya proses kegiatan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye, maka guru melakukan evaluasi. Guru melakukan evaluasi ketika proses pembelajaran berlangsung dengan cara pengamatan atau evaluasi sesudah proses pembelajaran. Bentuk penilaian yang digunakan dalam evaluasi ini adalah penilaian kinerja dengan skala penilaian yang telah ditentukan.

Dalam kegiatan proses pembelajaran keterampilan membuat keripik enye, ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa yaitu mengenal dan menyebutkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan menjelaskan cara membuat keripik enye. Berikut ini hasil kemampuan masing-msing siswa dalam keterampilan membuat keripik enye.

a. Subjek I (IR)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, IR sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan. Tanpa bantuan guru, IR sudah mampu menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. 2) Kemampuan membuat racikan bumbu


(55)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, IR sudah mampu membuat racikan bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, IR belum mampu menggunakan mesin untuk menggiling singkong, alat peras, dan mesin pres untuk mencetak keripik enye dan adonan. Hal ini terjadi karena IR merasa takut terkena aliran listrik jika harus menggunakan mesin pres dan mesin giling, sedangkan untuk alat peras harus diputarkan dan memerlukan tenaga yang kuat.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, IR sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan sangat baik.

b. Subjek II (ED)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, ED sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, ED sudah mampu membuat bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.


(56)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, ED sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye. Tanpa harus dibimbing lagi oleh guru, ED sudah mampu menggunakannya dengan benar.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, ED sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik.

c. Subjek III (MH)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MH sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MH sudah mampu membuat racikan bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling dengan takaran yang sesuai.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MH sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.


(57)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MH sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik.

d. Subjek IV (AH)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, AH sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dengan baik dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan,AH masih belum mampu membuat bumbu dengan rasa yang pas untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling. Karena AH jarang membuat racikan bumbu dan lebih suka mengerjakan yang lain.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, AH sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye. Tanpa harus dibimbing lagi oleh guru, AH sudah mampu menggunakannya dengan benar.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, AH sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan sangat baik.


(58)

e. Subjek V (MN)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MN sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MN masih kurang mampu dalam membuat racikan bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling karena MN masih belum terbiasa.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MN sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye tetapi masih memerlukan bimbingan dari guru.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, MN sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan walaupun hasilnya belum begitu rapi.

f. Subjek VI (EA)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, EA sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari masing-masing alat yang digunakan.


(59)

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, EA sudah mampu membuat racikan bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling dengan benar.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, E sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye. Tanpa harus dibimbing lagi oleh guru, EA sudah mampu menggunakannya dengan benar.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, EA sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik.

g. Subjek VII (YD)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, YD sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari masing-masing alat yang digunakan.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, YD sudah mampu membuat racikan bumbu dengan baik. 3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik


(60)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, YD sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, YD sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik dan hasil dari pengepakan sudah cukup rapi.

h. Subjek VIII (PS)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, PS sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dengan baik, begitupun dengan fungsi dari masing-masing alat.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, PS sudah mampu membuat racikan bumbu dengan baik. 3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik

enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, PS belum mampu menggunakan mesin pres dan mesin giling dengan baik, karena takut terkena aliran listrik. 4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau

pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, YD sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik.


(61)

i. Subjek IX (RR)

1) Kemampuan mengenal dan menyebutkan peralatan dan bahan membuat keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, RR sudah mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik enye dan mengetahui fungsi dari setiap alat yang digunakan dengan baik.

2) Kemampuan membuat racikan bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, RR sudah mampu membuat racikan bumbu untuk disatukan dengan singkong yang telah digiling.

3) Kemampuan menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, RR sudah mampu menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye. Tanpa harus dibimbing lagi oleh guru, RR sudah mampu menggunakannya dengan benar.

4) Kemampuan melakukan proses pengemasan atau pengepakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan, RR sudah mampu melakukan pengemasan atau pengepakan keripik enye dengan baik.

4. Hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye di SLBN Handayani kabupaten Sukabumi untuk tingkat SMALB tidak terlepas dari beberapa hambatan diantaranya yaitu hambatan yang berasal dari siswa, faktor cuaca dan bahan baku. Hambatan yang berasal dari siswa diantaranya adalah siswa mudah


(62)

bosan karena mood yang selalu berubah-ubah, belum mampu menggunakan alat peras, mesin giling dan mesin pres. Contohnya adalah AH dan MN yang belum mampu membuat racikan bumbu, karena AH dan MN lebih suka mengerajakan pekerjaan lain dibandingkan dengan membuat racikan bumbu. Selain itu cuaca yang kurang mendukung (hujan) menjadi salah satu hambatan dalam pembuatan keripik enye karena proses penjemuran akan terganggu. Hal ini menjadi hambatan karena pihak sekolah belum memiliki oven untuk mengeringkan keripik enye yang telah di cetak ketika cuaca hujan. Singkong sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan keripik enye akan menjadi hambatan ketika tidak tersedia, sehingga pembuatan keripik enye tidak dapat berproduksi.

5. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye.

Untuk mengatasi hambatan yang dialami oleh siswa maka guru melakukan beberapa cara. Cara yang dilakukan guru untuk meminimalisir hambatan yang terjadi adalah:

1) Pemberian uang lelah atau reward pada siswa, sehingga siswa bersemangat mengikuti proses pembelajaran.

2) Pihak sekolah menyewa lahan sekitar sekolah untuk menanam singkong, sehingga bahan baku tetapa tersedia.

3) Pihak sekolah menyiapkan bahan baku dari orang tua siswa atau lingkungan sekolah jika singkong di lahan yang sedang di garap belum siap panen.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi yang telah dilakukan kurang lebih satu bulan, maka proses selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis lebih lanjut hasil penelitian


(63)

yang telah didapatkan sebagai bahan pertimbangan dalam membahas hasil penelitian.

Dalam proses pembuatan keripik enye yang dilakukan di SLBN Handayani Kabupaten Sukabumi sedikit berbeda dengan pembuatan keripik enye biasanya. Alat-alat yang digunakan sudah dikembangkan untuk mempermudah pengerjaan. Alat-alat yang telah dikembangkan diantaranya adalah alat peras dan mesin pres untuk mencetak keripik enye, alat kukus dan cetakan keripik enye.

Cetakan keripik enye menggunakan empat jenis bentuk cetakan yaitu bentuk love, kotak, bulat dan segitiga. Keempat bentuk keripik enye ini disesuaikan dengan rasa dari setiap keripik enye. Bentuk love untuk rasa keju, kotak untuk rasa kencur, bulat utuk rasa ekstra pedas dan segitiga untuk rasa pedas. Sehingga terdapat beberapa bumbu tambahan yaitu kencur, keju dan cabai merah.

Dalam proses pencetakan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dengan menggunakan alu dan secara otomatis menggunakan mesin. Alat kukus yang digunakan jika membuat keripik enye secara manual adalah alat kukus yang berasal dari triplek yang dilapisi alumunium foil, sedangkan jika proses pencetakan menggunakan mesin, maka alat kukus yang digunakan adalah alat kukus yang berasal dari plastik yang sangat tebal yang tidak mudah rusak.

Dari data keseluruhan yang telah didapatkan maka kemampuan siswa dalam mengenal, menyebutkan dan menggunakan alat untuk membuat keripik enye sudah baik. Hal ini dapat terlihat ketika guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan cara pembuatan dan alat-alat yang dipergunakan dalam membuat keripik enye, siswa menjawab dengan baik walaupun mereka sedang melakukan praktik.

Dalam menggunakan alat membuat keripik enye siswa sudah dapat menggunakannya, namun dalam penggunaan mesin pres untuk mencetak keripik enye, siswa putri masih belum berani untuk melakukannya karena mereka takut terkena aliran listrik. Padahal siswa semuanya dituntut untuk


(1)

Pedoman Wawancara

(Guru Keterampilan Membuat keripik enye)

Nama Responden : ……….

Hari/Tanggal : ……….

Waktu : ……….

Tempat : ……….

A. Pembuatan program pembelajaran keterampilan membuat keripik enye

pada siswa tunarungu.

1. Bagaimanakah Bapak/ibu dalam mempersiapkan program pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

2. Program seperti apakah yang bapak/ibu buat sebelum Bapak/ibu mengajar keterampilan membuat keripik enye ?

3. Darimana sumber materi pelajaran keterampilan membuat keripik enye Bapak/ibu peroleh ?

4. Bagaimanakah cara Bapak/ibu dalam merumuskan tujuan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

5. Strategi pembelajaran seperti apakah yang Bapak/lbu pilih dalam pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

6. Program evaluasi seperti apa yang Bapak/ibu persiapkan dalam keterampilan membuat keripik enye?

B. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye siswa

tunarungu

1. Persiapan apa saja yang Bapak/ibu persiapkan di dalam ruangan keterampilan membuat keripik enye ?

2. Materi dalam keterampilan membuat keripik enye ini, apakah sudah sesuai dengan kurikulum yang ada?

3. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak/Ibu terapkan dalam pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?


(2)

4. Bagaimanakah teknik dan pendekatan yang Bapak/Ibu lakukan dalam proses pembelajaran keterampilan membuat keripik enye?

5. Apakah penggunaan media keterampilan membuat keripik enye ini cukup menunjang dalam Kegiatan Belajar dan Mengajar ?

C. Evaluasi pembelajaran keterampilan membuat keripik enye

1. Bagaimanakah prosedur yang digunakan dalam mengevaluasi

pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

2. Bentuk tes seperti apa yang Bapak/ibu gunakan dalam mengevaluasi pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

3. Jenis tes apa saja yang Bapak/ibu gunakan dalam evaluasi pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

4. Bagaimanakah skala penilaian yang Bapak/Ibu gunakan dalam evaluasi keterampilan membuat keripik enye ?

5. Bagaimanakah Bapak/Ibu dalam menentukan skor penilaian akhir dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan membuat keripik enye?

D. Kemampuan pembelajaran keterampilan membuat keripik enye siswa

tunarungu.

1. Sejauh mana kemampuan siswa dalam mengenal bahan dan peralatan membuat keripik enye ?

2. Apakah siswa dapat menggunakan bahan untuk membuat keripik enye ? 3. Apakah siswa dapat membuat racikan bumbu yang akan digunakan dalam

pembuatan keripik enye ?

4. Apakah siswa dapat menggunakan alat untuk membuat keripik enye ?

E. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat

keripik enye siswa tunarungu.

1. Bagaimanakah kemampuan siswa tunarungu dalam menyerap


(3)

4. Bagaimanakah penyediaan sarana dan prasarana yang ada dalam pembelajaran keterampilan membuat keripik enye ?

F. Upaya guru mengatasi hambatan dalam pelaksanaan keterampilan

membuat keripik enye

1. Upaya apa sajakah yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah KBM keterampilan membuat keripik enye ?

2. Bagaimana usaha guru dalam mengatasi hambatan pengadaan sarana dan prasarana membuat keripik enye ?


(4)

Pedoman Wawancara Dengan Siswa/Siswi Peserta Keterampilan Membuat keripik enye

Nama Responden : ………

Hari/Tanggal : ………

Waktu : ………

Tempat : ………

1. Apakah kamu menyukai pelajaran keterampilan membuat keripik enye ? 2. Kenapa kamu menyukai pelajaran keterampilan membuat keripik enye ? 3. Dalam mengikuti keterampilan membuat keripik enye ini, apakah keinginan

kamu sendiri atau disuruh guru ?

4. Apakah kamu tahu apa saja alat-alat dan bahan untuk membuat keripik enye? Coba sebutkan!

5. Adakah kesulitan yang kamu rasakan ketika mengikuti pelajaran

keterampilan membuat keripik enye? Jika ada, apa saja?

6. Bisakah kamu ceritakan bagaimana proses membuat keripik enye itu ?

7. Kalau sudah lulus sekolah nanti, apakah keterampilan membuat keripik enye ini berguna untuk mencari nafkah di masa mendatang? Mau bekerja di toko atau membuat keripik enye ?


(5)

PEDOMAN OBSERVASI

KEMAMPUAN SISWA TUNARUNGU JENJANG SMALB DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

MEMBUAT KERIPIK ENYE

Nama Responden : ………

Hari/Tanggal : ………

Waktu : ………

Tempat : ………

No Aspek yang di observasi Mampu Kurang

mampu

Tidak

mampu Keterangan

1 Mengenal membuat keripik enye peralatan

2 Mengenal bahan untuk

membuat keripik enye

3 Membuat racikan bumbu

4 Menggunakan alat dalam pembuatan keripik enye

5

Melakukan proses


(6)

Arisandi lahir di Sukabumi pada tanggal 02 Mei 1976. Penulis merupakan anak ke 5 dari pasangan suami istri Idim Sukarta dan Uar Suarsih. Pendidikan Sekolah Dasar penulis ditempuh di Sekolah Dasar Negeri 4 Karangtengah Cibadak Kabupaten Sukabumi dan lulus pada tahun 1988, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di MTs Al-Masthuriyah Sukabumi dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1996 penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Kemudian pada tahun 2000 penulis menyelesaikan D3 Ekonomi di STIE Penguji Sukabumi. Tahun 2010 penulis mengikuti program S1 jurusan Pendidikan Luar Biasa di Universitas Pendidikan Indonesia dan sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa program S1 jurusan Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia. Karir di bidang pekerjaan, penulis mulai dari tahun 1997-2000 di PT. AIWA Indonesia sebagai Staff Logistik Dept, kemudian pada tahun 2000-2002 penulis bergabung di Yayasan Lijamul Athfal sebagai Guru Ekonomi. Tahun 2002-2011 penulis bekerja di SLBN Handayani kabupaten Sukabumi sebagai staff TU dan Guru Komputer. Tahun 2011-sekarang penulis bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai Staff Keuangan.