Analisis Korpus Terhadap Idiom Bahasa Indonesia Yang Berbasis Nama Binatang.

(1)

ABSTRAK

Idiom adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang maknanya tidak bisa diprediksi dari unsur yang membentuknya. Dalam masyarakat Indonesia yang masih tradisional, penggunaan idiom banyak berbasis pada nama-nama binatang. Penelitian ini dilakukan karena terdapat disparitas antara penggunaan idiom pada zaman dahulu dengan idiom yang digunakan pada zaman sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu penggunaan, makna konotasi, dan jenis idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama hewan. Data dalam penelitan ini adalah korpus buatan sendiri. Korpus berjumlah 101.997 kata diambil dari artikel berbahasa Indonesia yang terdapat di dalam artikel berita, cerpen, dan opini yang terdapat pada internet. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan semantik leksikal dari Pateda (2001) untuk menjelaskan perbedaan makna idiom dengan makna leksem pembentuk idiom, makna konotasi idiom menggunakan Chaer (2002), jenis idiom menggunakan Fernando (1994). Penelitian ini menghasilkan tiga penemuan besar. Pertama, idiom bahasa Indonesia digunakan untuk merujuk kepada manusia atau orang dan benda. Apabila idiom tersebut digunakan untuk merujuk kepada manusia maka idiom tersebut dapat berkonotasi negatif dan positif. Sebaliknya, apabila idiom tersebut digunakan untuk merujuk kepada benda maka idiom tersebut berkonotasi netral. Kedua, idiom-idiom yang tersebut di atas dapat berkonotasi negatif, positif, dan netral. Di dalam penelitian ini, idiom yang berkonotasi negatif muncul sebanyak 39 kali, idiom yang berkonotasi positif muncul sebanyak 3 kali, sedangkan idiom yang berkonotasi netral muncul sebanyak 18 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang lebih banyak yang berkonotasi negatif. Ketiga, hanya ada dua jenis idiom yang muncul di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang yaitu pure idiom dan semi idiom. Dalam hal ini, pure idiom muncul sebanyak 43 kali sedangkan, semi idiom muncul sebanyak 17 kali. Dengan kata lain, jumlah pure idiom lebih banyak dari semi idiom. Idiom yang berkarakter negatif digunakan untuk merujuk kepada pelaku seksual, pencuri/koruptor, sifat licik, penyakit, penampilan fisik yang buruk, inferioritas, kondisi psikologis sesaat, ketidakjelasan, tidak tahu malu, dan alternatif. Selanjutnya, idiom yang berkarakter positif digunakan untuk merujuk kepada superioritas. Terakhir, idiom yang berkarakter netral digunakan untuk merujuk kepada nama/label, makanan, tanaman, tatanan rambut, pondasi, cinta masa remaja, dan aktifitas. Penggunaan nama binatang pada idiom yang merujuk manusia disebabkan oleh karakter yang melekat pada binatang tersebut sedangkan penggunaan idiom yang merujuk kepada benda disebabkan oleh persamaan bentuk.


(2)

ABSTRACT

Idiom is an expression that contain of two word or more which meaning can not be predict from its element. In Indonesian society, there are many idiom which based on the name of animals. This research is conducted because there is disparity in the idioms that used on the past and present. This reseserch is aimed to describe the use of idiom, connotative meaning, and types of Indonesian idiom of animals. The data is corpus that made by the writer himself. This corpus contain of 101. 997 words taken from Indonesian article such as news, short stories, opinion, that existed in the internet. Data is analyzed by lexical semantic approach by Pateda (2001) to explain the different meaning between idioms and lexemes which created that idioms, connotative meaning idioms by Chaer (2002), types of idioms by Fernando (1994).This research found three big inventions. First Indonesian idiom of animal is used to refer to a person or a thing. If that idiom is used to refer to a person, the connotative meaning of idiom should be negative and positive. In the other hand, if that idiom is use to refer to a thing, the connotative meaning of idiom should be neutral. In this research, negative idiom occurs 39 times, positive idiom occurs 3 times, and neutral idiom occur 17 times. On the other words, pure idiom is more than semi idiom. Negative idioms are used to refer to a sexual doer, a thief/corruptor, perfidiously, diseases, bad physical appearance,inferiorty, temporary phsycological condition, vagueness, and alternative. Positive idiom is used to refer to name/label, foods, plants, hair styles, foundation, puppy love, and activities. The use of animal in idiom which refer to a person cause by the identical of character that attached in that animal whereas the use of idiom that refer to a thing cause by identical of shape.


(3)

DAFTAR ISI

Abstrak...ii

Lembar Pengesahan...iii

Pernyataan...iv

Kata Pengantar...v

Ucapan Terima Kasih...vi

Daftar Isi...vii

Daftar Tabel...xii

Daftar Gambar...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang...1

1.2Rumusan Masalah...7

1.3Tujuan Penelitian...7

1.4Manfaat Penelitian...7

1.5Definisi Operasional...8

1.6Struktur Organisasi Tesis...8

BAB II LANDASAN TEORI...9

2.1 Semantik...9

2.1.1 Pengertian Semantik...9

2.2 Makna...11

2.2.1 Pengertian Makna...12

2.2.2 Jenis-jenis Makna...13

2.2.2.1 Makna Konseptual...13

2.2.2.2 Makna Konotatif...14

2.2.2.3 Makna Sosial...15

2.2.2.4 Makna Afektif...16

2.2.2.5 Makna Reflektif...16

2.2.2.6 Makna Kolokatif...17

2.2.2.7 Makna Tematik...17

2.3 Idiom...18

2.3.1 Pengertian Idiom...18


(4)

2.3.3.1 Pure Idiom...25

2.3.3.2 Semi Idiom...25

2.3.3.4 Literal Idiom...25

2.3.4 Sumber Idiom...25

2.3.5 Keterkaitan Idiom dengan Kebudayaan...27

2.4 Penutup...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...29

3.1 Metode...29

3.2 Sumber, Batasan, dan Subjek Penelitian...30

3.3 Intrumen Penelitian...30

3.4 Teknik Pengumpulan Data...31

3.5 Teknik Analisis Data...31

3.6 Penutup...32

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN...33

4.1 Temuan...33

4.1.1 Idiom Bahasa Indonesia yang Berbasis Nama Binatang...33

4.1.2 Makna Konotasi Idiom...37

4.1.3 Jenis-jenis Idiom...37

4.2 Pembahasan...38

4.2.1 Buta Ayam...38

4.2.2 Tidur-tidur Ayam...38

4.2.3 Ayam Kampus...39

4.2.4 Ceker Ayam1...40

4.2.5 Ceker Ayam2...42

4.2.6 Babi Ngepet...43

4.2.7 (Mem)-babi Buta...44

4.2.8 Muka Badak...44

4.2.9 Bajing Loncat...45

4.2.10 Cocor Bebek...46

4.2.11 Akal Bulus...48

4.2.12 Buaya Buntung...49


(5)

4.2.15 Air Mata Buaya...51

4.2.16 Lidah Buaya...52

4.2.17 Roti Buaya...54

4.2.18 Kabar Burung...55

4.2.19 Partai Banteng...56

4.2.20 Cacing Kepanasan...57

4.2.21 Adu Domba...58

4.2.22 Gajah Bengkak...59

4.2.23 Kuping Gajah1...60

4.2.24 Kuping Gajah2...61

4.2.26 Gurita Cikeas...63

4.2.26 Harimau Malaya...64

4.2.27 Kelas Kakap...64

4.2.28 Kambing Congek...65

4.2.29 Kambing Guling...66

4.2.30 Kambing Hitam...67

4.2.31 Negeri Kangguru...68

4.2.32 Kumpul Kebo...68

4.2.33 Kepang Kelabang...69

4.2.34 Keong Racun...71

4.2.35 Kucing Garong...72

4.2.36 Kumis Kucing...72

4.2.37 Lidah Kucing...74

4.2.38 Nasi Kucing...76

4.2.39 Ekor Kuda...76

4.2.40 Kuda Hitam...78

4.2.41 Kuda Lumping...79

4.2.42 Kuda-kuda...80

4.2.43 Kutu Loncat...81

4.2.44 Kutu Buku1...82

4.2.45 Kutu Buku2...82

4.2.46 Kutu Kupret...83


(6)

4.2.49 Lintah Darat...86

4.2.50 Macan Asia...87

4.2.51 Macan Ompong...87

4.2.52 Cinta Monyet...88

4.2.53 Politik Dagang Sapi...89

4.2.54 Raja Singa...90

4.2.55 Kelas Teri...91

4.2.56 Tikus Kantor...92

4.2.57 Tikus Berdasi ...93

4.2.58 Tikus Berjas...93

4.2.59 Jalan Tikus...94

4.2.60 Otak Udang...95

4.3 Makna Idiom yang Berbasis Nama Binatang...96

4.3.1 Karakter Negatif...96

4.3.1.1 Pelaku Seksual...96

4.3.1.1.1 Pelaku Seksual Perempuan...97

4.3.1.1.2 Pelaku Seksual Laki-laki...98

4.3.1.2 Pencuri/Koruptor...99

4.3.1.3 Sifat Licik Manusia...101

4.3.1.4 Penyakit...103

4.3.1.5 Penampilan Fisik yang Buruk...103

4.3.1.6 Inferioritas...104

4.3.1.7 Kondisi Psikologis Sesaat...106

4.3.1.8 Ketidakjelasan...107

4.3.1.9 Tidak Tahu Malu...107

4.3.1.10 Alternatif...107

4.3.2 Karakter Positif...108

4.3.2.1 Superioritas...108

4.3.3 Karakter Netral...108

4.3.3.1 Nama/Label...109

4.3.3.2 Makanan...109

4.3.3.3 Tanaman...110


(7)

4.3.3.5 Dasar/Awal...111

4.3.3.6 Cinta Masa Remaja...112

4.3.3.7 Aktivitas...112

4.4 Kesimpulan...112

4.5 Penutup...114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...115

5.1 Kesimpulan...115

5.2 Saran...117

5.3 Penutup...117

DAFTAR PUSTAKA...118


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Nama Binatang yang Digunakan dalam Idiom Bahasa Indonesia...32 Tabel 4.2

Penggunaan Idiom Bahasa Indonesia yang Berbasis Nama Binatang...34 Tabel 4.3

Makna konotasi Idiom...36 Tabel 4.4


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1

Ceker Ayam...41 Gambar 4.2

Cocor Bebek...47 Gambar 4.3

Lidah Buaya...53 Gambar 4.4

Roti Buaya...55 Gambar 4.5

Partai Banteng...57 Gambar 4.6

Kuping Gajah1...60 Gambar 4.7

Kuping Gajah2...62 Gambar 4.8

Kepang Kelabang...70 Gambar 4.9

Kumis Kucing...73 Gambar 4.10

Lidah Kucing...75 Gambar 4.11

Ekor Kuda...77 Gambar 4.12


(10)

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bahasa yang digunakan pada suatu masyarakat tutur tidak akan dapat dilepaskan dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Hal ini terjadi karena bahasa merupakan refleksi dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Kekhasan budaya dalam suatu masyarakat yang terekam dalam bentuk-bentuk lingual memberikan kesempatan bagi munculnya fenomena kebahasaan yang khas di masing-masing wilayah. Salah satu fenomena bahasa yang umum tapi berbeda adalah idiom.

Idiom disebut juga suatu ungkapan berupa gabungan kata yang membentuk makna baru, tidak ada hubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Pergunaan idiom terinspirasi dari benda-benda yang ada di sekitar manusia, seperti tumbuhan dan nama bintang. Pada dasarnya idiom adalah bentuk keatifitas dari pemberi pesan dengan tujuan tersampaikannya makna.

Penelitian ini mengkaji (1) Penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang (2) Jenis Idiom di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang (3) Makna konotasi idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang.

Penelitian ini menghasilkan tiga temuan besar. Pertama, idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang digunakan untuk merujuk kepada manusia dan benda. Hasil analisis menunjukkan, apabila binatang tersebut digunakan untuk merujuk kepada manusia, maka idiom tersebut bisa berkonotasi negatif atau positif, contohnya, buaya darat yang merujuk kepada laki-laki yang suka mempermaikan wanita dan buaya keroncong yang merujuk kepada raja musik keroncong. Di sisi lain, apabila idiom tersebut digunakan untuk merujuk kepada benda, itu terkait dengan penampakan fisik dan bentuk, contohnya, roti buaya yang merujuk kepada roti yang bentuknya mirip dengan tubuh seekor buaya.


(11)

115

Kedua, hanya ada dua jenis idiom yang muncul di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang yaitu pure idiom dan semi idiom. Dalam hal ini, pure idiom muncul sebanyak 51 kali sedangkan, semi idiom muncul sebanyak 12 kali. Dengan kata lain, jumlah pure idiom lebih banyak dari semi

idiom.

Ketiga, idiom yang berbasis nama binatang digunakan untuk merujuk kepada karakter negatif, positif, ataupun netral. Hasil penelitian menujukan bahwa idiom yang berbasis nama binatang lebih banyak digunakan untuk merujuk kepada karakter negatif. Idiom yang berkarakter negatif digunakan untuk merujuk kepada pelaku seksual, pencuri/koruptor, sifat licik, penyakit, penampilan fisik yang buruk, inferioritas, kondisi psikologis sesaat, ketidakjelasan, tidak tahu malu, dan alternatif. Selanjutnya, idiom yang berkarakter positif digunakan untuk merujuk kepada superioritas. Terakhir, idiom yang berkarakter netral digunakan untuk merujuk kepada nama/label, makanan, tanaman, tatanan rambut, pondasi, cinta masa remaja, dan aktifitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa idiom yang berbasis nama bintang lebih banyak digunakan untuk merujuk kepada karakter negatif.

Penggunaan binatang di dalam idiom tampaknya dilatarbelakangi oleh sifat, penampakan fisik, dan habitat yang ada pada binatang tersebut. Binatang-binatang yang digunakan untuk merujuk kepada karakter negatif cenderung memiliki sifat, penampakan fisik, dan habitat yang buruk. Seperti pada idiom tikus

kantor yang merujuk kepada pencuri/koruptor, tikus digunakan pada idiom

tersebut karena tikus tampaknya diasumsikan memiliki sifat yang rakus serta habitat yang kotor. Sebaliknya, bintang-bintang yang digunakan untuk merujuk kepada karakter posititf cenderung memiliki sifat buas atau berkuasa. Seperti pada idiom macan Asia yang merujuk kepada negara terdepan di wilayah asia, macan digunakan pada idiom tersebut karena macan tampaknya mempunyai sifat yang buas atau berkuasa. Di sisi lain, binatang-binatang yang digunakan untuk merujuk kepada karakter netral cenderung mimiliki penampakan fisik yang menyerupai idiom tersebut. Seperti pada idiom cocor bebek yang merujuk kepada nama


(12)

116

sebuah tanaman, bebek digunakan pada idiom tersebut karena bunga pada tanaman cocor bebek mempunyai bentuk yang menyerupai paruh seekor bebek.

Bagaimanapun juga cara pandang masyarakat mempengaruhi pemilihan nama bintang di dalam idiom. Dalam idiom bahasa Indonesia, pemilihan nama bintang didasari oleh penampakan fisik dan karakter yang melekat pada binatang tersebut

5.2 Saran

Penelitian ini hanyalah sepenggal dari penelitian yang berkaitan dengan idiom dalam kajian semantik. Penelitian ini hanya sebatas mengkaji idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. Masih banyak hal lain yang masih perlu untuk diteliti. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji idiom bahasa Indonesia pada entitas bahasa yang lain contohnya, idiom bahasa Indonesia yang berbasis pada nama tumbuhan idiom bahasa Indonesia yang berbasis pada anggota tubuh manusia.

Bagaimanapun juga cara pandang masyarakat berperan besar dalam terbentuknya idiom yang digunakan dalam masyarakat. Lebih dari itu, cara pandang masyarakat berpengaruh besar di dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, disarankan agar pembaca lebih sensitif terhadap budaya sekitar, sehingga akan menjadi masyarakat yang maju dengan tidak melupakan budaya sebagai identitas suatu bangsa.

Penelitian ini hanyalah sepenggal dari penelitian yang berkaitan dengan idiom dalam kajian bahasa dan budaya. Masih banyak hal lain yang masih perlu untuk diteliti. Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk meneliti idiom yang mempunyai kesamaan makna dalam beberapa bahasa dengan menggunakan perspektif bahasa dan budaya.

5.3 Penutup

Demikianlah penelitian yang berjudul Penggunaan Idiom Bahasa Indonesia yang Berbasis Nama Binatang. Semoga penelitian ini dapat bermanfat dalam pengembangan kajian kebahasaan.


(13)

ANALISIS KORPUS TERHADAP IDIOM BAHASA INDONESIA YANG BERBASIS NAMA BINATANG

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

Bagus Pragnya Paramarta 1200968

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(14)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. Dr. Iwa Lukmana, M.A.

NIP 19600120198703001 NIP 196611271993031002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang Sudana, M.A. NIP 19609191990031001


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ANALISIS KORPUS TERHADAP IDIOM BAHASA INDONESIA YANG BERBASIS NAMA BINATANG” ini beserta seluruh isinya adalah benar – benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

Bagus Pragnya Paramarta NIM 1200968


(16)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, dijelaskan metode penelitian yang mencakup metode hingga yang digunakan di dalam penelitian ini. Selain itu, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian juga menjadi bagian yang dijelaskan pada bab ini.

3.1Metode

Penelitian ini adalah penelitian kebahasaan dalam bidang semantik. Penelitian ini fokus pada hubungan antara kebudayaan dengan bahasa dan penggunanya, karena objek penelitian ini adalah idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang yang dipandang melalui perspektif tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, untuk menjelaskan atau memaparkan data dan menguraikannya sesuai dengan fakta pada data tersebut. Kothari (2004: 3) mengemukakan “descriptive research includes surveys and fact-finding enquiries of different kind. The major purpose of descriptive reasearch is description of the state of affair as it exists at present”.

Dari pemaparan data yang berbeda tersebut, lalu dilakukanlah pengklasifikasian dan juga analisis. Metode deskriptif ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yakni mengurai dan memberikan penjelasan tentang idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang yang terdapat di dalam artikel bahasa Indonesia.

Berdasarkan cara dan prosedur analisis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hancock, dkk (2009: 7) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif berhubungan dengan membangun penjelasan tentang fenomena sosial. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membantu memahami duniasosialsekitar, mengapa itu terjadi dan bagaimana terjadinya? Perry (2005: 75) mengemukakan, Kebanyakan metode pada penelitian kualitatif yang banyak berasal dari antropologis dan sosiologis lebih banyak bersandar pada deskripsi verbal dari pada angka-angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan


(17)

30

fenomena yang ada di masyarakat, artinya tidak ada perlakuan khusus terhadap data tersebut.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian berbasis

corpus karena korpusdata yang digunakan berupateks yang merupakan

sepenggalan kalimat yang berisikan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. Penelitian berbasis korpus juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif.

Bannet (2010: 2) menjelaskan “corpus linguistic is a large, principled collection

of naturally occurring examples of language stored electronically”. Maksudnya,

korpus linguistik dapat mengambil data-data yang natural dan luas, yang diambil secara elektronik.

Pada kesimpulannya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, memberikan penjelasan secara berkesinambungan, dan tepat, berkaitan dengan data.

3.2 Sumber, Batasan, dan Subjek Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebuah korpus buatan sendiri. Korpus berasal dari artikel berita, cerpen, dan opini yang diambil dari internet yang berjumlah 101.997 kata. Penentuan data fokus pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang.

3.3 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan software Monoconc. Romer dan Wulff (2010: 10) mengatakan bahwa Monoconc adalah salah satu software yang memudahkan untuk mengumpulkan teks dalam sebuah korpus dan membantu untuk menganalisis fenomena kebahasa serta menangkap pokok-pokok aspek yang menarik dalam bahasa.

Di sisi lain, penelitian ini juga menggunakan tabel dan gambar. Tabel dan gambar digunakan untuk memudahkan pembaca dalam membaca hasil penelitian.


(18)

31

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di dalam penelitian ini berbentuk korpus buatan sendiri. Korpus berjumlah 101. 997 kata, di mana kumpulan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang langsung dimasukkan ke dalam software Monoconc sebagai salah satu intrument untuk mengolah data. Pengambilan data dilakukakan dengan cara purposive sampling bertujuan agar korpus yang dikumpulkan berpontensi memuat banyak idiom. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Mendata nama-nama bintang dalam bahasa Indonesia dengan berbasis pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2. Mengumpulkan data berupa artikel yang berisikan nama-nama binatang dari artikel berita, cerpen, opini, dan artikel-artikel bahasa Indonesia lainnya.

3. Memasukkan semua data yang sudah didapat ke dalam software

monoconc.

4. Memproses semua data yang sudah di dapat dengan menggunakan sofware

monoconc.

5. Medaftar kalimat yang mengandung idiom yang berbasis nama bintang yang sudah diproses dengan menggunakan sofware monoconc.

3.5 Teknik Analisis Data

Idiom merupakan beberapa leksem yang berdampingan yang mempunyai makna yang berbeda dengan makna awalnya. Oleh karena itu, penelitia akan menggunakan pendekatan leksikal untuk menunjukkan perbedaan makna idiom dengan makna awal leksem pembentuk idiom. Mengenai pendekatan leksikal tidak terlalu sulit, sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk pendekatan leksikal, makna setiap leksem diuraikan di situ (Pateda, 2001: 74).

Selanjutnya, untuk menjelaskan jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang peneliti akan menggunakan Fernando (1994). Di dalam penelitiannya, Fernando membedakan idiom menjadi tiga jenis yaitu, pure idiom, semi idiom, dan literal idiom.


(19)

32

Lebih jauh lagi, untuk menjelaskan makna idiom peneliti menggunakan Leech (1981). Di dalam penelitiannya Leech membagi makna menjadi tujuh jenis yang berbeda yaitu, makna konseptual, makna konotatif, makna sosial, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna tematik.

Di sisi lain, penelitian ini menggunakan teknik klasifikasi. Data yang mempunyai kesamaan karakteristik ditempatkan pada satu kelas, dengan cara ini keseluruhan data dapat terbagi dalam beberapa kelompok atau kelas (Khotari, 2003: 124). Sebagai tambahan, penelitian ini juga menggunakan teknik klasifikasi atributif. Pada teknik klasifikasi atributif, data diklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang dapat dijelaskan secara deskriptif (Khotari, 2003: 124).

Idiom-idiom bahasa Indonesia yang telah didaftar dianalisis makna konotasinya. Makna konotasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, negatif positif dan netral.

Selanjutnya, idiom-idiom tersebut dianalisis maknanya berdasarkan penggunaannya di dalam masyarakat. Dalam hal ini, idiom-idiom tersebut digunakan untuk merujuk kepada pelaku seksual, pencuri/ koruptor, sifat licik,

penyekit, penampilan fisik yang buruk, inferioritas, kondisi prisikologi seseat, ketidakjelasan, tidak tahu malu, alternatif, superioritas, nama/label, makanan, tanaman, tatanan rambut, pondasi, cinta masa remaja, dan aktifitas.

3.6 Penutup

Demikian metode penelitian ini. Bab selanjutnya membahas temuan penelitian ini melalui analisis data dengan kerangka yang telah dikemukakan, pembahasan mengenai temuan penelitian tentang idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang, serta makna idiom tersebut pada penggunaanya di dalam masyarakat.


(20)

117

DAFTAR PUSTAKA

Abel, Beate. 2009. English Idiom in The First Language and Second Language Lexicon: a Dual Representation Approach. Sage, vol. 4. ISSN: 1461-7323. Aisyah. 2014. Kuping Gajah: Resep dan Tips Cara Membuatnya. Diakses 30 Juni,

2015.

http://www.wikicek.com/kuping-gajah-resep-dan-tips-cara-membuatnya.html.

Aminuddin. 1988. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Sinar Baru Alegresindo. Bandung.

Aminuddin, 1988. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna, Edisi Revisi. Sinar Baru Alegresindo. Bandung.

Anna, Wierzbicka. 1992. English Meaning and Culture. Oxford University Press. Oxford.

Arya, Mas. 2009. Khasiat Lidah Buaya. Diakses 30 Juni, 2015. http://lawu-hadiningrat.blogspot.com/2009/12/khasiat-lidah-buaya.html.

Ayu, demit. 2014. Foto-foto Kucing Imut Nan Lucu. Diakses 30 Juni 2015. http://www.kaskus.co.id/thread/53128c033fcb1754708b456b/foto-foto-

kucing-imut-nan-lucu-must-see/?ref=postlist-21&med=recommended_for_you.

AZA Aquatic Invertebrate Taxon Advisory Group (AITAG). 2014. Giant Pacific

Octopus (Enteroctopus Dofleini) Care Manual. Association of Zoos and

Aquariums, Silver Spring, MD. USA.

Bagha, Karim Nazari. 2011. A Short Introduction to Semantics. Academy

Publisher, vol. 2. ISSN: 1798-4769.

Bannet, Gena. 2010. An Introduction to Corpus Linguistics. Michigan ELT. Michigan.

Bell, R, T.1991. Translation and Translating: Theory and Practice. Longman Group. London.

Cacciari, Cristina dan Abossi, Patrizia. 2014. Idioms: Processing, Structure, dan

Interpretation. Paul Nation, Victoria University of Wellington. Australia.

Casas, Rafael Monroy dan Campoy Hernandez. 1995. A Sociolinguistic Approach to The Study of Idioms: Some Antropolinguistic Sketches. Cuadernos De

Filologia Inglesa, Vol. 4. ISSN: 0213-5485.


(21)

118

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Cruse, D. A. 1986. Lexical Semantics: Cambridge Textbooks in Linguistics.

Cambridge University Press. UK.

Dapur, Masuk. 2009. Ceker Ayam. Diakses 30 Juni, 2015.

http://masukdapur.blogdetik.com/2009/03/17/ceker-ayam/.

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Refika Aditama. Bandung.

Duranti, Alessandro. 1998. Linguistic Anthropology. Cambridge University Press. Cambridge.

Edriyani, Nisa Amertha. 2012. Daun Kuping Gajah. Diakses 30 Juni, 2015. http://nisamertha.blogspot.com/2012/09/daun-kuping-gajah-anthurium-crystallinum.html.

Fernando, Chitra dan Flavell, Roger. 1981. On Idiom: Critical Views and

Perspectives. Exeter Linguistic Studies. University of Exeter.

Fernando, Chitra. 1994. Idioms and Idiomaticity. Oxford University Press. Oxford.

Griffiths, Patrick. 2006. An Introduction to English Semantics and Pragmatics. Edinburgh University Press. Scotland.

Hakim, Lukman. 2014. Membedakan Jenis Kelamin Bebek Peking. Diakses 30 Juni, 2015. http://lukmanhakimh1.blogspot.com/2014/03/membedakan-jenis-kelamin-bebek-peking.html.

Hancock, Baverley, dkk. 2009. An Introduction to Qualitative Research. The NIHR RDS EM/ YH. Nothingham.

Hou, Rong. 2013. Proverbs Reveal Culture Diversity. Cscanada, vol. 9. ISSN: 1712-8358.

Indonesia, Steel. 2012. Pondasi Ceker ayam. Diakses 30 Juni, 2015. http://www.steelindonesia.com/main.asp?cp=detprd&idprd=6324.

Isnovan. 2015. Ardiansyah Ditangkap, Ini Kata DPP PDIP. Diakses 30 Juni, 2015. http://lampost.co/berita/adriansyah-ditangkap-ini-kata-dpp-pdip.

Jackson, Ronald R. 2010. Encyclopedia of Identity, Vol 1. Sage. UK.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.


(22)

119

Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan. Gramedia. Jakarta.

King, Phil. 2012. Metaphor and Methodology for Cross-Cultural Inverstigation of Herbew Emotions. Journal of Translation, vol. 8. ISSN: 0924-1884. Kovesces, Zoltan. 1993. Metaphor: A Practical Introduction. Oxford University

Press. Oxford.

Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. Routledge. London. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Langlotz, Andreas. 2006. Occasional Adnominal Idiom Modification-A Cognitive Linguistic Approach. International Journal of English Studies, vol. 6 . ISSN: 2157-4898.

Leech, Geoffrey. 1981. Semantics; The Study of Meaning, Second Edition-Revised

and Updated. Pinguin Books. UK.

Lee, Barry. 2011. Philosophy of Language: The Key Thinkers. Continuum.UK. Liu, Zhengyuan. 2012. Analysis of Idiom Variation in The Framework of

Linguistic Subjectivity. English Language Teaching, vol. 5. ISSN: 1916-4742.

Lyon, John.1968. Introduction to Theoretical Linguistics. Cambridge. England. Maisa, Sridhar dan Karunakaran, T. 2013. Idioms and Importance of Teaching

Idioms to ESL Students: A Study of Teacher Beliefs. Asian Journal of

Humanities and Social Sciences, vol. 1. ISSN: 2320-9720.

Marissa. 2009. Souvenir from Johor Baru. Diakses 30 Juni 2015.

http://agalleryformemomagnetica.blogspot.com/2009/05/johor-magnets-souvenir-from-my-sister.html.

Nurjannah, Fera. 2015. Makanan Pembersih Ginjal. Diakses 30 Juni 2015. http://obatgagalginjal.co/makanan-pembersih-ginjal/

Palmer, F.R. 1976. Semantics; a New Outline. Cambridge University Press. London.

Parvaresh, Vahid dan Ghafel, Banafsheh. 2012. Idiomatic Expressions of Number in Persian and English. Mediteranean Journal of Social Science, vol 3. ISSN 2039-2117.


(23)

120

Pintar, Paling. 2011. Cocor Bebek. Diakses 30 Juni, 2015.

http://palingpintar.com/bahas_soal2.php?subject_id=1&code_id=57&soal _id=1215.

Perry, Fred. 2005. Research in Applied Linguistics: Becoming a Discerning

Comsumer. Lawrence Erlbaum Associates. London.

Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Putra, Rivan. 2011. 10 Hewan Terbesar di Dunia. Diakses 30 Juni, 2015.

https://rivanputra.wordpress.com/2011/09/16/10-hewan-terbesar-di-dunia/ Purnani Wibawa, Rin. 2012. Gaya Riasan Rambut untuk Pesta dan Acara Formal.

Diakses 30 Juni 2015. http://informasitips.com/gaya-riasan-rambut-untuk-pesta-dan-acara-formal.

Riemer, Nick. 2010. Introducing Semantics, Cambridge Introduction to Language

and Linguistics. Cambridge University Press. Cambridge.

Romer, Ute dan Wulff, Stefanie. 2010. Applying Corupus Method to Written Academic Texts: Exploration of MICUSP. Journal of Writing Research, vol 2. ISSN: 2294-3307.

Ronaldonad. 2011. Kelabang Raksasa. Diakses 30 Juni, 2015.

http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000006914980/kelabang-raksasa-gan--hiiii/1.

Saeed, John I. 2009. Semantics, 3rd edition. Willey Blackwell. USA.

Sinclair, John. 1991. Corpus, Concordance, Collocation. Oxford University Press. Oxford.

Sinan, Ahmet Turan. 2009. Do Structures of Idiom Change? Turkish Studies:

Interntional For The Language, Literature and History of Turkish or Turkic, Vol 4/8. ISSN: 9392-9393.

Sudayat, Yayat. 2009. Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Yrama Widya. Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Angkasa. Bandung. Traxler, Matthew J. 2011. Introduction to Psycholinguistics: Understanding

Language Science. John Wiley & Sons. AS.

Vulchanova, Milan, dkk. 2011. Idiom Comprehension in The First Language: A Developmental Study. Vigo International Journal of Applied Linguistics, vol. 8. ISSN: 1697-0381.


(24)

121

Vhy, Arham. 2012. 10 Hewan Paling Besar di Dunia. Diakses 30 Juni 2015. http://arhamvhy.blogspot.com/2012/03/10-hewan-paling-besar-di-dunia.html

Virryan, Nauval. 2014. Keunikan Kuda Poni. Diakses 30 Junia 2015. http://naviella96.blogspot.com/2014_01_01_archive.html.

Yahyadanusa, Miftahul. 2015. Inilah 7 Makanan Oleh-Oleh Khas Jakarta. Diakses 30 Juni, 2015. http://biftah.com/inilah-7-makanan-oleh-oleh-khas-jakarta/ Zhao, Wen. 2012. Analysis of Social Proverbs from the Perspective of Cultureal


(25)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masyarakat tutur akan menggunakan bahasanya secara dinamis. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penutur tidak selalu menggunakan bahasa yang digunakan pada saat itu saja, melainkan bahasa akan terus menerus berubah berdasakan tuntutan dan perkembangannya. Ini berdampak pada pemakaian bahasa yang variatif di kalangan masyarakat tutur tersebut. Bahasa yang variatif menghadapkan penutur dengan banyak pilihan bahasa. Jadi, penutur tersebut dapat memilih bahasa yang akan mereka gunakan berdasarkan fungsi dan tujuannya.

Bahasa yang digunakan pada suatu masyarakat tutur tidak akan dapat dilepaskan dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Hal ini terjadi karena bahasa merupakan refleksi dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Kekhasan budaya dalam suatu masyarakat yang terekam dalam bentuk-bentuk lingual memberikan kesempatan bagi munculnya fenomena kebahasaan yang khas di masing-masing wilayah. Salah satu fenomena yang umum, namun berbeda yang terdapat pada setiap masyarakat tutur adalah idiom.

Banyak bangsa-bangsa yang ada di dunia ini yang mempunyai idiom. Kehadiran idiom dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Dalam masyarakat Indonesia yang terkenal santun terdapat ungkapan seperti ayam kampus yang merujuk kepada mahasiswi Pekerja Seks Komersial (PSK). Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang santun, terlihat dari penuturnya yang menggunakan istilah lain untuk memperhalus, karena jika disampaikan dengan bahasa yang lugas akan terdengar kasar.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa konsep idiom merupakan sebuah konsep yang kompleks. Untuk mengerti tentang makna, fungsi, atau penggunaannya sesorang harus punya pemahaman yang mendalam berkaitan dengan konsep tersebut. Seperti dalam idiom ayam kampus. Ayam yang


(26)

2

mempunyai makna literal binatang berkaki dua, bertelur, mempunyai paruh, dan jengger, ketika dipadankan dengan kata kampus akan mempunyai makna lain yakni, mahasiswi yang menjajakkan tubuhnya dengan tujuan tertentu.

Frase-frase idiomatik sebagaimana yang terdapat di diatas bukan sekedar ornamen linguistik yang bertujuan untuk memperkaya gaya bicara seseorang. Bentuk-bentuk semacam itu merupakan bagian integral dari bahasa yang memudahkan masyarakat tutur yang menggunakan bahasa terkait meningkatkan koherensi tekstual, dan, yang terpenting, mencerminkan pola dasar cara berpikir manusia. Idiom dan kebanyakan jenis ungkapan nonliteral lainnya tidak berupa frase-frase yang tetap, kaku, atau sederhana. Dalam kebanyakan kasus, idiom dapat dianalisis pada berbagai bentuk atau tingkatan dan terkait dengan struktur konseptual metafora dan kiasan.

Berbagai studi telah menunjukan sistem idiomatik suatu bahasa kemungkinan besar akan sangat dipengaruhi oleh masyarakat tutur bahasa tersebut. Sebab, menurut Wierzbicka (1992: 3) bahwa setiap bangsa berbicara sesuai dengan cara dia berfikir. Pikiran tidak dapat dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain karena setiap pikiran tergantung pada bahasa tempat fikiran itu diformulasikan. Artinya, fikiran itu berhubungan dengan tempat di mana masyarakat itu tinggal. Oleh karena itu, jumlah variasi kata yang terdapat di setiap masyarakat pun berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh Casas dan Campoy (1995: 48), bahwa orang Eskimo mempunyai banyak variasi kata untuk salju, bahasa Sami dari Skandinavia utara banyak mempunyai asosiasi untuk rusa salju, dan Beduin Arab mempunyai banyak vokabular untuk unta.

Idiom atau ungkapan merupakan fenomena bahasa yang dapat kita jumpai pada berbagai masyarakat tutur di dunia. Eksistensi idiom adalah bukti bahwa setiap bahasa memiliki karakter dinamis yang menunjukkan adanya keselarasan antara sistem bahasa dengan kebudayaan masyarakat yang menuturkan bahasa tersebut. Sebagai fenomena bahasa, idiom merupakan buah dari pola pikir penutur bahasa itu sendiri (Duranti, 1997: 111). Maka dari itu, inspirasi yang diambil oleh masyarakat tutur dalam membuat idiom tidak akan jauh-jauh dari sesuatu yang


(27)

3

ada disekitarnya seperti, bagian tubuh manusia, nama warna, benda-benda alam, nama dan bagian tubuh tumbuhan, atau nama-nama binatang (Sudaryat, 2009)

Hal itu pula yang terjadi pada idiom bahasa Indonesia. Idiom bahasa Indonesia banyak yang berbasis pada nama-nama binatang karena didasari oleh tiga alasan. Pertama, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman bintang. Kedua, di Indonesia kuantiatas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Ketiga, adanya cara pandang masyarakat Indonesia yang sering mengait-ngaitkan manusia dengan binatang.

Indonesia adalah salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Beragamnya ekosistem berdampak kepada keanekaragaman hewan karena dengan ekosistem yang sesuai hewan tersebut dapat bertahan hidup.

Selanjutnya, Di Indonesia kuantitas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Dalam kesehariannya masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada hewan dalam hal membantu pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pangan, atau bahkan sebagai hewan peliharaaan. Dalam membantu pekerjaan contohnya, para petani masih banyak yang menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Ini tidak ditemukan pada masyarakat di negara-negara eropa, karena masyarakat eropa pada umumnya sudah menggunakan mesin-mesin modern. Begitu juga dalam pemenuhan kebutuhan pangan, contohnya sapi dan kambing, banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi daging dan juga susunya.

Di samping alasan di atas, masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan dalam mengait-ngaitkan manusia dengan binatang. Misalnya, ketika ada seseorang yang mempunyai bobot tubuh yang berlebih, orang tersebut biasa disebut dengan gajah bengkak atau ketika ada seseorang yang mempunyai penampakan fisik yang buruk, orang tersebut biasa di bilang mirip monyet.

Selain Indonesia ada negara lain yang menggunakan Idiom dengan berbasis pada nama bintang contohnya, Inggris. Masyarakat Inggris menggunakan idiom bitch yang berarti anjing betina untuk merujuk kepada PSK (Pekerja Seks


(28)

4

Komersial) namun tidak demikian dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih menyebut PSK dengan sebutan kupu-malam. Dari pandangan tersebut terlihat bahwa cara pandang masyarakat terhadap binatang mempengaruhi penggunaannya di dalam Idiom.

Di Indonesia, Idiom dengan nama-nama binatang digunakan hampir di seluruh ranah kehidupan seperti pendidikan, media, karya-karya sastra, dan dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu pengetahuan bahasa terutama berkaitan dengan konsep idiom sangat dibutuhkan, karena dengan mempelajari suatu bahasa secara mendalam maka kita akan dapat pula memahami pola pola dan nilai-nilai suatu masyarakat tertentu dalam kehidupan sosialnya.

Idiom dapat berkonotasi negatif, positif ataupun netral. Dalam konotasi negatif misalnya, pada idiom buaya darat yang merujuk kepada seorang pria yang suka mempermainkan wanita. Penggunaan kata buaya pada idiom tersebut karena dalam budaya Indonesia buaya adalah binatang yang berbahaya. Buaya diangggap sebagai predator ulung karena mempunyai gigi tajam, rahang kuat, dan tenaga yang sepertinya tak habis yang mampu menaklukan mangsanya dengan mudah. Konotasi buaya darat kepada pria yang suka mempermainkan wanita bertujuan agar wanita tersebut merasa takut bergaul dengan buaya darat, karena bisa saja wanita tersebut menjadi korban kekerasan atau penganiayan seksual dari pria terbut.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahan dan penguasaan mengenai idiom akan menjadi bahasa yang digunakan lebih mempunyai nilai rasa. Penggunaan nama-nama binatang dalam idiom sebagai simbol-simbol, merepresentasikan suatu konsep budaya di dalam sistem bahasa tertentu. Demikian pentingnya idiom dalam aktifitas berbahasa, mengharuskan pemakai bahasa untuk tidak melupakannya dan selalu melestarikannya.

Penelitian ini adalah penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian interdispliner semantik. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian lain yang relevan dengan


(29)

5

penelitian ini. Misalnya, Puspitosaputro (1987), Abbas (1987), Chaniago dan Pratama (1998) telah menyusun buku mengenai idiom. Namun, buku tersebut hanya menginventariasi idiom (ungkapan dan peribahasa) bahasa Indonesia, memberikan artinya, serta contoh pemakaiannya. Begitu juga dengan Chaer (1993) yang membuat kamus idiom bahasa Indonesia, namun sayangnya banyak idiom yang terdapat di dalam kamus tersebut yang tidak digunakan lagi pada zaman sekarang dan banyak pula idiom-idiom baru yang ada saat ini digunakan di kalangan penutur namu belum dibukukan di dalam kamus.

Selain Pusptosaputro, dkk dan Chaer, terdapat pula peneliti-peneliti lainnya yang meneliti bidang yang sama, akan tetapi dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya adalah Khak (2006) yang mengkaji makna yang terdapat di dalam idiom bahasa Indonesia dengan pendekatan sintaksis. Sinan (2009) juga menggunakan pendekatan sintaksis untuk meneliti idiom bahasa Turki. Lewat penelitiannya Sinan ingin mengetahui apakah struktur bahasa Turki dalam idiom dapat berubah atau tidak?

Selain dengan menggunakan sintaksis, idiom juga telah dikaji dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, seperti dalam Gibbs, et. Al (1997). Lewat penelitiannya mereka ingin mengetahui pola bahasa metafora yang terdapat dalam idiom bahasa Inggris. Penelitian tentang idiom yang dikaitkan dengan metafora juga diteliti oleh Parvaresh (2012) yang meneliti ungkapan idiomatik pada nomor dalam bahasa Persia dan Inggris dan juga Tang (2007) yang meneliti tentang idiom bahasa Inggris dan idiom bahasa Cina dalam nama makanan. Begitu juga dengan Keysar, dkk (1999) yang dalam penelitiannya ingin mengetaui tentang apakah idiom dalam bahasa Inggris merefleksikan struktur konseptual atau tidak.

Selain dari kajian yang telah disebutkan di atas, idiom juga telah di kaji dalam ruang lingkup pendidikan bahasa, seperti dalam Maisa dan Karunakaran (2013) yang meneliti tentang pemerolehan idiom pada murid bahasa Inggris yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Lewat penelitannya mereka ingin mengetahui proses pemerolehan dan strategi untuk memperkenalkan idiom pada mahasiswa S1. Begitu juga dengan Moein, et al (2014) yang menguji


(30)

6

pemahaman murid bahasa Inggris yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga di Turki .

Penelitian tentang idiom dengan menggunakan pendekatan antropolinguistik telah digunakan oleh Crnobrnja (2012) yang meneliti tentang penggunaan idiom bahasa Serbia di Ljubljana oleh dari Yugoslavia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan idiom tersebut tidak merepresentasikan identitas etnik, tetapi lebih kepada fungsi komunikatif. Fasya (2013) juga meneliti idiom dengan pendekatan antropolinguistik, akan tetapi yang menjadi subjek dalam kajiannya adalah idiom bahasa Sunda dan fokus penelitiannya hanya sebatas klasifikasi, fungsi dan cerminan budaya masyarakat di dalam nama-nama hewan yang digunakan dalam idiom tersebut.

Dalam penelitan semantik, idiom telah dikaji oleh Mededovic (2011) yang mengkaji tentang penggunaan idiom pada media Bosnia dan Herzegovina. Lewat penelitiannya Mededovic ingin mencari tahu makna yang terdapat dalam idiom tersebut. Metodenya adalah dengan cara membuat corpus. Dalam corpus Mededovic menemukan banyak komposisi leksikal yang berbeda dan komposisi leksikal tersebut mempunyai makna idiomatik. Hasilnya adalah terdapat banyak frase idiomatik baru yang belum teridentifikasi sebelumnya.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas, kajian tentang idiom bahasa Indonesia dengan nama hewan dengan menggunakan pendekatan semantik terutama yang fokus pada makna konotasi Idiom masih perlu dilakukan karena dua alasan. Pertama, perlu adanya pembaharuan dari Kamus Idiom Bahasa Indonesia yang data-datanya sudah tidak mutakhir lagi, terutama dalam hal idiom bahasa Indonesia yang berkaitan dengan nama-nama bintang. Kedua, makna konotasi idiom yang berbasis nama binatang merupakan hal baru yang sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Dengan demikian, penelitian ini masih perlu untuk dilakukan untuk melengkapi penelitian yang ada. Sehingga didapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai konsep idiom.


(31)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang, terdapat disparitas antara penggunaan idiom yang digunakan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Kajian ini berusaha untuk mengungkap disparitas tersebut melalui rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang?

2. Apa makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang?

3. Apa jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Korpus terhadap Idiom Bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama bintang dikalangan penutur bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi secara teroretis dan praktis. Secara teoretis penelitian dini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas kajian tentang bahasa, khususnya dalam bidang semantik Selain itu, melalui penggunaan bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang dapat memperbaharui informasi yang berkaitan dengan idiom yang ada saat ini, sehingga mempunyai perbendaharaan idiom yang mutakhir. Di samping itu kajian ini dapat menunjukkan kedekatan antara bahasa dengan budaya agar penulis dan


(32)

8

pembaca sadar akan budayanya sendiri karena budaya adalah identitas suatu bangsa.

1.5Definisi Operasional 1. Semantik

Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna (Palmer, 1976: 1). 2. Makna

Secara linguistik makna dapat dipahami dengan apa yang diartikan atau dimaksudkan oleh kita (Hornby dalam Sudaryat, 2009: 13).

3. Makna Konotatif

makna konotatif adalah makna kata yang telah mengalami penambahan terhadap makna dasarnya. Makna konotatif disebut juga dengan makna tambahan. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau dibaca (Agusta dalam Aminuddin, 2001: 112).

4. Idiom

Idiom adalah bentuk ungkapan, konstruksi, frase, atau bahasa yang aneh. Idiom juga merupakan fraseologi yang aneh yang diakui karena kegunaannya, dan penekanannya lebih cenderung kepada maknanya daripada kepada gramatika ataupun logika (Casas dan Campoy, 1995: 44)

1.5 Struktur Organisasi Tesis

Laporan hasil penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut. Bab I, pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis. Bab II, kajian pustaka berisi pembahasan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III, metodologi penelitian yang terdiri atas metode penelitian, sumber, batasan, dan subjek penelitian, Instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis data. Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan. Terakhir Bab V, simpulan dan saran.


(1)

ada disekitarnya seperti, bagian tubuh manusia, nama warna, benda-benda alam, nama dan bagian tubuh tumbuhan, atau nama-nama binatang (Sudaryat, 2009)

Hal itu pula yang terjadi pada idiom bahasa Indonesia. Idiom bahasa Indonesia banyak yang berbasis pada nama-nama binatang karena didasari oleh tiga alasan. Pertama, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman bintang. Kedua, di Indonesia kuantiatas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Ketiga, adanya cara pandang masyarakat Indonesia yang sering mengait-ngaitkan manusia dengan binatang.

Indonesia adalah salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Beragamnya ekosistem berdampak kepada keanekaragaman hewan karena dengan ekosistem yang sesuai hewan tersebut dapat bertahan hidup.

Selanjutnya, Di Indonesia kuantitas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Dalam kesehariannya masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada hewan dalam hal membantu pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pangan, atau bahkan sebagai hewan peliharaaan. Dalam membantu pekerjaan contohnya, para petani masih banyak yang menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Ini tidak ditemukan pada masyarakat di negara-negara eropa, karena masyarakat eropa pada umumnya sudah menggunakan mesin-mesin modern. Begitu juga dalam pemenuhan kebutuhan pangan, contohnya sapi dan kambing, banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi daging dan juga susunya.

Di samping alasan di atas, masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan dalam mengait-ngaitkan manusia dengan binatang. Misalnya, ketika ada seseorang yang mempunyai bobot tubuh yang berlebih, orang tersebut biasa disebut dengan gajah bengkak atau ketika ada seseorang yang mempunyai penampakan fisik yang buruk, orang tersebut biasa di bilang mirip monyet.

Selain Indonesia ada negara lain yang menggunakan Idiom dengan berbasis pada nama bintang contohnya, Inggris. Masyarakat Inggris menggunakan idiom bitch yang berarti anjing betina untuk merujuk kepada PSK (Pekerja Seks


(2)

Komersial) namun tidak demikian dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih menyebut PSK dengan sebutan kupu-malam. Dari pandangan tersebut terlihat bahwa cara pandang masyarakat terhadap binatang mempengaruhi penggunaannya di dalam Idiom.

Di Indonesia, Idiom dengan nama-nama binatang digunakan hampir di seluruh ranah kehidupan seperti pendidikan, media, karya-karya sastra, dan dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu pengetahuan bahasa terutama berkaitan dengan konsep idiom sangat dibutuhkan, karena dengan mempelajari suatu bahasa secara mendalam maka kita akan dapat pula memahami pola pola dan nilai-nilai suatu masyarakat tertentu dalam kehidupan sosialnya.

Idiom dapat berkonotasi negatif, positif ataupun netral. Dalam konotasi negatif misalnya, pada idiom buaya darat yang merujuk kepada seorang pria yang suka mempermainkan wanita. Penggunaan kata buaya pada idiom tersebut karena dalam budaya Indonesia buaya adalah binatang yang berbahaya. Buaya diangggap sebagai predator ulung karena mempunyai gigi tajam, rahang kuat, dan tenaga yang sepertinya tak habis yang mampu menaklukan mangsanya dengan mudah. Konotasi buaya darat kepada pria yang suka mempermainkan wanita bertujuan agar wanita tersebut merasa takut bergaul dengan buaya darat, karena bisa saja wanita tersebut menjadi korban kekerasan atau penganiayan seksual dari pria terbut.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahan dan penguasaan mengenai idiom akan menjadi bahasa yang digunakan lebih mempunyai nilai rasa. Penggunaan nama-nama binatang dalam idiom sebagai simbol-simbol, merepresentasikan suatu konsep budaya di dalam sistem bahasa tertentu. Demikian pentingnya idiom dalam aktifitas berbahasa, mengharuskan pemakai bahasa untuk tidak melupakannya dan selalu melestarikannya.

Penelitian ini adalah penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian interdispliner semantik. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian lain yang relevan dengan


(3)

penelitian ini. Misalnya, Puspitosaputro (1987), Abbas (1987), Chaniago dan Pratama (1998) telah menyusun buku mengenai idiom. Namun, buku tersebut hanya menginventariasi idiom (ungkapan dan peribahasa) bahasa Indonesia, memberikan artinya, serta contoh pemakaiannya. Begitu juga dengan Chaer (1993) yang membuat kamus idiom bahasa Indonesia, namun sayangnya banyak idiom yang terdapat di dalam kamus tersebut yang tidak digunakan lagi pada zaman sekarang dan banyak pula idiom-idiom baru yang ada saat ini digunakan di kalangan penutur namu belum dibukukan di dalam kamus.

Selain Pusptosaputro, dkk dan Chaer, terdapat pula peneliti-peneliti lainnya yang meneliti bidang yang sama, akan tetapi dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya adalah Khak (2006) yang mengkaji makna yang terdapat di dalam idiom bahasa Indonesia dengan pendekatan sintaksis. Sinan (2009) juga menggunakan pendekatan sintaksis untuk meneliti idiom bahasa Turki. Lewat penelitiannya Sinan ingin mengetahui apakah struktur bahasa Turki dalam idiom dapat berubah atau tidak?

Selain dengan menggunakan sintaksis, idiom juga telah dikaji dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, seperti dalam Gibbs, et. Al (1997). Lewat penelitiannya mereka ingin mengetahui pola bahasa metafora yang terdapat dalam idiom bahasa Inggris. Penelitian tentang idiom yang dikaitkan dengan metafora juga diteliti oleh Parvaresh (2012) yang meneliti ungkapan idiomatik pada nomor dalam bahasa Persia dan Inggris dan juga Tang (2007) yang meneliti tentang idiom bahasa Inggris dan idiom bahasa Cina dalam nama makanan. Begitu juga dengan Keysar, dkk (1999) yang dalam penelitiannya ingin mengetaui tentang apakah idiom dalam bahasa Inggris merefleksikan struktur konseptual atau tidak.

Selain dari kajian yang telah disebutkan di atas, idiom juga telah di kaji dalam ruang lingkup pendidikan bahasa, seperti dalam Maisa dan Karunakaran (2013) yang meneliti tentang pemerolehan idiom pada murid bahasa Inggris yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Lewat penelitannya mereka ingin mengetahui proses pemerolehan dan strategi untuk memperkenalkan idiom pada mahasiswa S1. Begitu juga dengan Moein, et al (2014) yang menguji


(4)

pemahaman murid bahasa Inggris yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga di Turki .

Penelitian tentang idiom dengan menggunakan pendekatan

antropolinguistik telah digunakan oleh Crnobrnja (2012) yang meneliti tentang penggunaan idiom bahasa Serbia di Ljubljana oleh dari Yugoslavia. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan idiom tersebut tidak

merepresentasikan identitas etnik, tetapi lebih kepada fungsi komunikatif. Fasya (2013) juga meneliti idiom dengan pendekatan antropolinguistik, akan tetapi yang menjadi subjek dalam kajiannya adalah idiom bahasa Sunda dan fokus penelitiannya hanya sebatas klasifikasi, fungsi dan cerminan budaya masyarakat di dalam nama-nama hewan yang digunakan dalam idiom tersebut.

Dalam penelitan semantik, idiom telah dikaji oleh Mededovic (2011) yang mengkaji tentang penggunaan idiom pada media Bosnia dan Herzegovina. Lewat penelitiannya Mededovic ingin mencari tahu makna yang terdapat dalam idiom tersebut. Metodenya adalah dengan cara membuat corpus. Dalam corpus Mededovic menemukan banyak komposisi leksikal yang berbeda dan komposisi leksikal tersebut mempunyai makna idiomatik. Hasilnya adalah terdapat banyak frase idiomatik baru yang belum teridentifikasi sebelumnya.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas, kajian tentang idiom bahasa Indonesia dengan nama hewan dengan menggunakan pendekatan semantik terutama yang fokus pada makna konotasi Idiom masih perlu dilakukan karena dua alasan. Pertama, perlu adanya pembaharuan dari Kamus Idiom Bahasa Indonesia yang data-datanya sudah tidak mutakhir lagi, terutama dalam hal idiom bahasa Indonesia yang berkaitan dengan nama-nama bintang. Kedua, makna konotasi idiom yang berbasis nama binatang merupakan hal baru yang sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Dengan demikian, penelitian ini masih perlu untuk dilakukan untuk melengkapi penelitian yang ada. Sehingga didapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai konsep idiom.


(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang, terdapat disparitas antara penggunaan idiom yang digunakan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Kajian ini berusaha untuk mengungkap disparitas tersebut melalui rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama

binatang?

2. Apa makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang?

3. Apa jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Korpus terhadap Idiom Bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama bintang dikalangan penutur bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang

berbasis nama binatang.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi secara teroretis dan praktis. Secara teoretis penelitian dini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas kajian tentang bahasa, khususnya dalam bidang semantik Selain itu, melalui penggunaan bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang dapat memperbaharui informasi yang berkaitan dengan idiom yang ada saat ini, sehingga mempunyai perbendaharaan idiom yang mutakhir. Di samping itu kajian ini dapat menunjukkan kedekatan antara bahasa dengan budaya agar penulis dan


(6)

pembaca sadar akan budayanya sendiri karena budaya adalah identitas suatu bangsa.

1.5Definisi Operasional

1. Semantik

Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna (Palmer, 1976: 1).

2. Makna

Secara linguistik makna dapat dipahami dengan apa yang diartikan atau dimaksudkan oleh kita (Hornby dalam Sudaryat, 2009: 13).

3. Makna Konotatif

makna konotatif adalah makna kata yang telah mengalami penambahan terhadap makna dasarnya. Makna konotatif disebut juga dengan makna tambahan. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau dibaca (Agusta dalam Aminuddin, 2001: 112).

4. Idiom

Idiom adalah bentuk ungkapan, konstruksi, frase, atau bahasa yang aneh. Idiom juga merupakan fraseologi yang aneh yang diakui karena kegunaannya, dan penekanannya lebih cenderung kepada maknanya daripada kepada gramatika ataupun logika (Casas dan Campoy, 1995: 44)

1.5 Struktur Organisasi Tesis

Laporan hasil penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut. Bab I, pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis. Bab II, kajian pustaka berisi pembahasan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III, metodologi penelitian yang terdiri atas metode penelitian, sumber, batasan, dan subjek penelitian, Instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis data. Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan. Terakhir Bab V, simpulan dan saran.