Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta T1 462012017 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Manajemen

2.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk bekerja dan mengelola suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001).

to manage” adalah kata kerja yang sering digunakan

mengandung arti “control” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi mengelola, menangani atau mengendalikan.

Manajemen menggunakan manusia maupun sumber daya lainnya untuk mencapai sebuah tujuan melalui proses yang meliputi: planning, organizing actuating and controlling (Terry, 1997 dalam Herujito, 2001)

Terry, 1997 dalam Herujito, 2001 membagi fungsi-fungsi pokok manajemen ke dalam empat proses, yaitu:

a. Planning

Planning merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab dan tujuan dalam melakukan tindakan-tindakan selanjutnya.


(2)

b. Organizing

Organizing merupakan pembagian pekerjaan antar sesama anggota kelompok dan membuat ketentuan yang berlaku.

c. Actuating

Kegiatan memotivasi setiap anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan berdasarkan tugas yang ditetapkan. d. Controlling

Penyesuaian rencana yang sudah dibuat dengan pelaksanaannya.

2.1.2 Manajemen Kesehatan

Manajemen kesehatan menempatkan rumah sakit sebagai tempat dimana perawat mampu mengaplikasikan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perawat harus memahami konsep dan aplikasinya.

Konsep yang dimaksud dalam hal ini menurut Arwani, 2005 adalah konsep manajemen keperawatan, dimana dilakukan perencanaan, pengumpulan data, analisa dan menyusun langkah-langkah perencanaan, melakukan pengendalian, pengawasan dan pelaksanaan model keperawatan profesional.


(3)

Sebuah pelayanan keperawatan disebut profesional apabila tim keperawatan mengelola dan menjalankan empat fungsi dalam manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan motivasi (Nursalam, 2000).

2.1.3 Manajemen Keperawatan

2.1.3.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai sebuah integrasi sumber-sumber keperawatan, kerjasama/koordinasi sehingga proses manajemen dapat mencapai tujuan, pelayanan keperawatan dan objektivitas asuhan keperawatan (Huber,2000).

Ketrampilan manajemen diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut (Swanburg, 2000):

1) Keterampilan intelektual meliputi keterampilan berfikir, penguasaan teori dan kemampuan.

2) Keterampilan teknikal dibagi menjadi prosedur, teknik atau metode.

3) Keterampilan interpersonal dipengaruhi oleh jiwa untuk memimpin dan berinteraksi dengan individu atau kelompok. Adapun definisi manajemen keperawatan yang diungkapkan Gillies (1994) bahwa manajemen keperawatan merupakan proses bekerja untuk memberikan pelayanan keperawatan melalui anggota staf keperawatan, memberikan bantuan dan pengobatan kepada pasien. Sedangkan tugas manajer keperawatan adalah


(4)

memberikan pelayanan keperawatan efektif bagi pasien dan keluarga dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengontrol material, keuangan dan sumber daya manusia yang ada.

2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan

Adapun prinsip-prinsip manajemen keperawatan menurut Swanburg (2000), yaitu: Perencanaan; pengorganisasian; mengarahkan dan pemimpin; memotivasi; pembuatan keputusan; Penggunaan waktu yang efektif; Manajer perawat bertugas memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien; Pencapaian tujuan sosial dan perumusan; bagian aktif dari lembaga dimana organisasi itu berfungsi dan divisi keperawatan; sebuah tingkat sosial, disiplin, fungsi dan bidang studi; Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan; pengendalian atau pengevaluasian dan komunikasi yang efektif.

2.2 Perawat

2.2.1 Peran Perawat

Liliweri (2002) dalam Asmadi (2008) mendefinisikan peran sebagai harapan seseorang terhadap tingkah laku yang sesuai dengan kedudukan atau posisi dalam sebuah sistem. Peran adalah seseorang yang diharapkan memiliki pemahaman dasar terhadap prinsip yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan tanggung


(5)

jawab secara efektif dan efisien dalam sebuah sistem (Bastable, 2002).

Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 berbunyi bahwa Perawat merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh dalam tahap pendidikan keperawatan

Asmadi (2008) membagi peran perawat menjadi 4 peran utama: pengelola, pelaksana, pendidik dan peneliti.

1. Pelaksana layanan keperawatan (care provider)

Pemberian layanan kesehatan yang diberikan oleh perawat berdasarkan kewenangan yang dimiliki dengan memberikan asuhan keperawatan secara langsung terhadap klien (keluarga, individu dan komunitas). Asuhan keperawatan tersebut diberikan di semua tatanan layanan kesehatan kepada klien yang berada dalam lingkup wewenang, berpedoman pada standar keperawatan, penggunaan metodologi proses keperawatan, tanggung jawab, berlandas pada etika keperawatan dan kode etik. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien yang mengalami kelemahan mental dan fisik, tidak memiliki kemauan untuk melaksanakan kegiatan mandiri dalam kehidupan sehari-hari dan mengalami keterbatasan pengetahuan.


(6)

Asmadi juga menjelaskan bahwa peran perawat sebagai care provider adalah sebagai berikut:

- Hak dan kewajiban klien selalu dilindungi agar tetap terlaksanan dengan seimbang;

- Memberi rasa aman dan nyaman bagi klien;

- Membantu memfasilitas klien dan anggota tim kesehatan lainnya; dan

- Mengupayakan mengembalikan kesehatan klien. 2. Pengelola (manager)

Sebagai pengelola perawat bertanggung jawab dan berperan mengelola layanan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, puskesmas dan penunjang kesehatan lainnya. Selain itu, tatanan pendidikan juga merupakan tanggung jawab manager berdasarkan konsep manajemen keperawatan. Oleh karena itu, fungsi manajerial keperawatan perawat antara lain: planning, organizing, actuating, staffing, directing, dan controlling.

a. Planning (Perencanaan)

Kemampuan menetapkan pekerjaan yang wajib dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan didasarkan atas rencana yang logis dan bukan perasaan merupakan perencanaan yang harus dimiliki seorang menejer keperawatan.


(7)

b. Organizing (Pengorganisasian)

Proses ini merupakan mengalokasikan pekerjaan, wewanang, mengatur dan pengelolaan sumber daya keperawatan dalam mencapai tujuan keperawatan.

c. Actuating (Gerak aksi)

Actuating adalah kegiatan yang dilakukan oleh menejer keperawatan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang sudah ditetapkan menggunakan perencanaan dan pengorganisasian untuk mendapatkan tujuan yang sudah direncanakan.

d. Staffing (Pengelolaan staf)

Fungsi staffing meliputi mempertahankan anggota/staff sesuai posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan keperawatan, menempatkan dan memperoleh.

e. Directing (Pengarahan)

Kemampuan seorang menejer keperawatan untuk mengarahkan staff keperawatan (perawat) yang berintelektual dan mampu bekerja secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

f. Controlling (Pengendalian)

Merupakan pemantauan kelanjutan tugas staff keperawatan apakah sudah berjalan sesuai rencana.


(8)

3. Educator (Pendidik dalam keperawatan)

Peran perawat bukan hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan melainkan juga sebagai pendididkan. Dimana peran perawat tersebut antara lain mendidik masyarakat, keluarga, individu individu dan tenaga keperawatan/kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat diharapkan mampu menciptakan kesehatan yang kondusif bagi individu/masyarakat. Adapun tujuan diberikannya pendidikan kesehatan adalah untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat.

Peran perawat sebagai pendidik (educator) harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memiliki wawasan ilmu pengetahuan

Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh seorang educator untuk memengaruhi orang lain agar dapat berperilaku atau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan.

b. Komunikasi

Komunikasi dibagi menjadi komunikasi dua, yaitu verbal dan non-verbal. Kemampuan perawat dalam berkomunikasi akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat saat perawat memberikan penjelasan/ informasi kepada klien, menghibur klien, membujuk dan melakukan tugas lainnya. Saat proses


(9)

komunikasi berlangsung perawat diharapkan mampu meyakinkan dan mempengaruhi pihak lain baik itu klien, teman sejawat, maupun tenaga kesehatan lain tentang fungsi, peran serta eksistensi profesi keperawatan.

c. Pemahaman psikologis

Klien (manusia) adalah sasaran utama dalam pelayanan keperawatan, hal ini berkaitan dengant masyarakat, keluarga dan juga individu. Memengaruhi orang lain Ttidaklah mudah, oleh sebab itu perawat harus mampu memahami psikologis situasi dan orang lain. Oleh karena itu, perawat harus meningkatkan kepeduliannya dan sensitivitas. Perawat melakukan komunikasi terapeutik sehingga menyentuh hati orang lain.

d. Menjadi role model/contoh

Luasnya wawasan, ilmu pengetahuan dan komunikasi perawat dibuktikan dengan tindakan yang dilakukan. Penilaian orang lain akan meningkat terhadap profesi perawat apabila perkataan yang disampaikan perawat sesuai dengan citra perawat dan perbuatannya.

4. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan

Keperawatan merupakan cabang ilmu pengetahuan dan profesi yang harus mengembangkan diri melalui upaya riset. Diharapkan riset keperawatan menjadi referensi meningkatkan


(10)

praktik keperawatan bagi pasien dan dasar pengetahuan ilmiah keperawatan. Menjalankan kewajiban pada masyarakat dengan melakukan perawatan yang efektif dan efisien yaitu dengan praktik berdasarkan riset keperawatan (Patricia dan Arthur, 2002 dalam Asmadi, 2008).

2.2.2 Peran Perawat di Rumah sakit

Menurut Konsorium Ilmu Kesehatan (1989) dalam Hidayat (2008) peran perawat terdiri atas peran sebagai advokat pasien, educator (pendidik), pemberi asuhan keperawatan, konsultan, koordinator, kolaborator dan pembaharu/peneliti.

.a. Peran Sebagai Advokat Pasien

Peran sebagai advokat adalah membantu keluarga dan pasien dalam menerima informasi ataupun pengambilan persetujuan atas tindakan yang diterima pasien. Selain itu, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien atas pelayanan yang baik, hak atas informasi penyakit dan hak privasi

b. Peran Sebagai Educator

Perawat sebagai educator bertujuan menjelaskan tindakan yang diberikan, gejala penyakit yang diderita serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, sehingga


(11)

terjadi perubahan perilaku pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

c. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Pemberian pelayanan keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan, dimana perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan pasien.

d. Peran Sebagai Konsultan

Perawat berperan menjadi tempat konsultasi terhadap masalah yang dialami pasien dan keluarga dan memberikan tindakan keperawatan yang tepat. Peran sebagai konsultan akan berfungsi apabila ada permintaan pasien mengenai tujuan pelayanan keperawatan ataupun informasi.

e. Peran Sebagai Koordinator

Tim tenaga kesehatan mengarahkan, mengorganisasi pelayanan kesehatan dan merencanakan sehingga pelaksanaan pelayanan kesehatan lebih optimal dan terarah sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien.

f. Peran Sebagai Kolaborator

Peran sebagai kolaborator yaitu dengan mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan pasien termasuk tukar


(12)

pendapat atau diskusi untuk menentukan bentuk pelayanan selanjutnya. Peran tersebut dilakukan melalui kerjasama tim kesehatan yang terdiri dari perawat, dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan tenaga medis lainnya dengan berupaya.

g. Peran Sebagai Pembaharu/Peneliti

Perawat berperan mengadakan kerja sama, perencanaan, perubahan yang terarah dan sistematis sesuai berdasarkan metode dalam pemberian pelayanan keperawatan.

2.2.3 Peran Perawat Terhadap Discharge Planning

Di rumah sakit, discharge planning merupakan proses pengobatan pasien dan menempatkan perawat sebagai team discharge planner. Kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning ditentukan oleh kemampuan dan pengetahuan perawat dalam memberikan proses keperawatan (Naylor, 1990 dalam Yuliana, 2013).

Discharge planning dapat mencegah kekambuhan, mengurangi hari/lama perawatan pasien, menurunkan beban keluarga pasien, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas serta meningkatkan kondisi kesehatan pasien (Pemila, 2011 dalam Yuliana, 2013).


(13)

Oleh karena itu, pelaksanaan discharge planning membutuhkan peran dan pengetahuan perawat yang baik sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan di rumah (Nursalam, 2009).

2.3 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

2.3.1 Definisi Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

Perencanan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari persiapan koordinasi dan penilaian untuk memudahan pengawasan pelayanan kesehatan juga pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990 dalam Nursalam dan Efendi, 2008).

Menurut Hurts (1996) dalam Nursalam dan Efendi (2008) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis yaitu memberikan kesempatan yang cukup bagi tim kesehatan agar di rumah pasien dipersiapkan melakukan perawatan mandiri. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi antara perawat profesional, keluarga dan pasien melakukan kolaborasi untuk mengatur kontinuitas dan memberikan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga dimana perencanaan berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, rehabilitative, terapeutik serta perawatan rutin (Swenbergh, 2002 dalam Nursalam & Efendi 2008).


(14)

2.3.2 Tujuan

Menurut Jipp dan Siras (1986) dalam Nursalam dan Efendi (2008) tujuan perencanaan pulang adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara sosial, psikologis dan fisik.

2. Meningkatkan kemandirian keluarga dan pasien.

3. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain. 4. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien. 5. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan

masyarakat.

6. Membantu keluarga dan pasien mendapatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk mempertahankan status kesehatan pasien.

2.3.3 Manfaat

Menurut Spath (2003) dalam Nursalam dan Efendi 2008 perencanaan pulang mempunyai mempunyai manfaat sebagai berikut.

1. Memberikan kesempatan pengajaran kepada pasien sejak keluar rumah sakit.

2. Membantu kesiapan pasien dan kemandirian selama perawatan di rumah.


(15)

3. Memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.

4. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien, mengidentifikasi kekambuhan dan kebutuhan perawatan baru.

2.3.4 Prinsip-prinsip

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikiut:

1. Klien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.

2. Kebutuhan dari klien diidenfikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin muncul pada saat klien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera diantisipasi.

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.

4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan


(16)

dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.3.5 Proses Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.

Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.

Potter dan Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014) menyusun format dischargeplanning sebagai berikut:


(17)

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Potter dan Perry, 2005 dalam Ardiyanti, 2014).

Menurut Slevin (1986) dalam Ardiyanti (2014) pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan healtheducation dan konseling.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga, mengetahui problem, etiologi (penyebab), support sistem (hal yang mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).

3. Perencanaan (Intervensi)

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.


(18)

b. Environment (lingkungan)

Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.

d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)

Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.

e. Outpatient Referal

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu.

f. Diet Pasien

Sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.


(19)

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.

5. Evaluasi

Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan c. Durasi perawatan yang dibutuhkan d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan.


(20)

2.3.6 Alur Pelaksanaan Discharge Planning

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) alur pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Discharge Planning Keterangan:

PP: Perawat Primer PA: Perawat Associate Tugas Perawat Primer: Tugas perawat Associaet:

Monitor (sebagai program service savety) Oleh:

keluarga & petugas Perawat PP

dibantu PA

Perawat PP dibantu PA

Keadaan pasien

1. Klinis & pemeriksaan penunjang lain 2. Tingkat ketergantungan klien

Penyelesaian administrasi

Lain-lain Perencanaan Pulang

Program Health Education - Control & obat/perawatan - Nutrisi

- Aktivitas dan istirahat - Perawatan diri

- Membuat perencanaan pulang (discharge planning)

- Membuat leaflet. - Memberikan konseling.

- Memberikan pendidikan kesehatan. - Menyediakan format discharge

- planning.

- Mendokumentasikan discharge planning.

Melaksanakan agenda

discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri perawatan.


(21)

2.3.7 Hal-Hal yang Harus Diketahui Klien Sebelum Pulang

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) hal-hal yang harus diketahui sebelum klien pulang adalah sebagai berikut:

1. Instruksikan tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.

2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah.

3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.

4. Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara mengantisipasi.

5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun klien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain.

6. Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter dan kunjungan rumah apabila klien memerlukan.


(1)

dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di

masyarakat.

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem

pelayanan kesehatan. Setiap klien masuk tatanan

pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.3.5 Proses Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry

(2006) dalam Ardiyanti (2014) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.

Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada

usaha discharge planning. Pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin

berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan

merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase

pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi

dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan

berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.

Potter dan Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014) menyusun


(2)

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien

(Potter dan Perry, 2005 dalam Ardiyanti, 2014).

Menurut Slevin (1986) dalam Ardiyanti (2014) pengkajian

discharge planning berfokus pada 4 area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan

healtheducation dan konseling. 2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian

discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga, mengetahui problem, etiologi

(penyebab), support sistem (hal yang mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).

3. Perencanaan (Intervensi)

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan

identifikasi kebutuhan pasien. Kelompok perawat berfokus

pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk

persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD

yaitu:

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus


(3)

b. Environment (lingkungan)

Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit

sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas

pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan

perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat

berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh

pasien dan anggota keluarga.

d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)

Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu

bagaimana mempertahankan kesehatan, termasuk tanda

dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan

kesehatan tambahan.

e. Outpatient Referal

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit

atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan

perawatan yang kontinu.

f. Diet Pasien

Sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya

dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai


(4)

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran

yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat

dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demontrasi ulang harus memuaskan,

pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan

melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.

5. Evaluasi

Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.

Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada

enam variabel:

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan

e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai


(5)

2.3.6 Alur Pelaksanaan Discharge Planning

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) alur pelaksanaan

discharge planning adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1Alur Pelaksanaan Discharge Planning Keterangan:

PP: Perawat Primer PA: Perawat Associate

Tugas Perawat Primer: Tugas perawat Associaet: Monitor (sebagai program service savety)

Oleh: keluarga & petugas Perawat PP

dibantu PA

Perawat PP dibantu PA

Keadaan pasien

1. Klinis & pemeriksaan penunjang lain 2. Tingkat ketergantungan klien

Penyelesaian administrasi

Lain-lain Perencanaan Pulang

Program Health Education - Control & obat/perawatan - Nutrisi

- Aktivitas dan istirahat - Perawatan diri

- Membuat perencanaan pulang (discharge planning)

- Membuat leaflet. - Memberikan konseling.

- Memberikan pendidikan kesehatan. - Menyediakan format discharge

- planning.

- Mendokumentasikan discharge

Melaksanakan agenda

discharge planning (pada

saat perawatan dan


(6)

2.3.7 Hal-Hal yang Harus Diketahui Klien Sebelum Pulang

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) hal-hal yang harus

diketahui sebelum klien pulang adalah sebagai berikut:

1. Instruksikan tentang penyakit yang diderita, pengobatan

yang harus dijalankan serta masalah-masalah atau

komplikasi yang dapat terjadi.

2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di

rumah.

3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus

dijalankan.

4. Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara

mengantisipasi.

5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga

maupun klien sendiri dapat digunakan metode ceramah,

demonstrasi dan lain-lain.

6. Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta T1 462012017 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta T1 462012017 BAB IV

0 0 68

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta T1 462012017 BAB V

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perawat dalam Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta

0 1 79

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Caring Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta T1 462008041 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Caring Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta T1 462008041 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Caring Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta T1 462008041 BAB IV

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Caring Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta T1 462008041 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perilaku Caring Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

0 0 16