TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN DIMAS GINANJAR MERDEKA SEBAGAI PEMILIK MEREK MAICIH TERHADAP BERDERANYA MAICIH YANG DIPRODUKSI OLEH PT. MAICIH INTI SINERGI BERDASARKAN UU NO. 15 TAHUN 2001.

ABSTRAK
Merek adalah tanda yang berupa gmabar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memilik daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa. Maicih merupakan merek dagang yang diciptakan oleh
Dimas Ginanjar Merdeka pada tanggal 10 Juni 2010, Awal mula usaha
tersebut dibantu oleh adik kandung dari Dimas Ginanjar Merdeka yang
bernama Reza Nurhilman. Setalah mengalami kesuksesan dalam
penjualan Maicih, terjadi perbedaan pendapat dan perbedaan konsep
penjualan sehingga pada tanggal 21 Maret tahun 2011 Dimas Ginanjar
Merdeka mendirikan CV. Maicih dan Reza Nurhilman mendirikan PT.
Maicih Inti Sinergi. Pada tanggal 30 Mei 2011 Dimas Ginanjar Merdeka
mendaftarkan merek Maicih ke Direktorat Jenderal HKI dan pada tanggal
19 Febuari 2013 Dimas Ginanjar Merdeka mendapatkan sertifikat merek
dengan
nomor
sertifikat
IDM000383450,
IDM000383449
dan
IDM000383447. Adapun tujuan dari penulisan memorandum ini adalah

untuk mengetahui apakah perbuatan Reza Nurhilman yang menggunakan
merek Maicih tanpa izin dari Dimas Ginanjar Merdeka telah melanggar
hak esklusif sesuai dengan Undang-Undang Merek No.11 Tahun 2001
serta tindakan hukum apa yang dapat dilakukan Dimas Ginanjar Merdeka.
Penyusunan Legal Memorandum ini menggunakan metode penilitian
yuridis normatif dengan spesifikasi bersifat deskriptif analitis yang
mempelajari dan meneliti pelanggaran merek dagang dihubungkan
dengan Undang-Undang Merek. Dengan menggunakan metode ini, kasus
yang terjadi diuraikan kemudian dianalisis berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang merek dan KUHperdata.
Berdasarkan hasil analis diperoleh kesimpulan bahwa perbuatan
Reza Nurhilman telah melanggar hak ekslusif dari Dimas Ginanjar
Merdeka sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) huruf a UndangUndang Merek No.15 Tahun 2001 dan Dimas Ginanjar Merdeka dapat
melakukan penyelesaian sengketa secara musyawarah mufakat dengan
upaya non litigasi berupa negosiasi berdasarkan Pasal 84 UndangUndang Merek No.15 Tahun 2001 akan tetapi apabila upaya non litigasi
tidak mendapatkan kesepakatan maka selanjutnya Dimas Ginanjar
Merdeka dapat melakukan tindakan litigasi berupa tindakan hukum
perdata berdasarkan Pasal 76 Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001
dan tindakan hukum pidana dengan melaporkan tindak pidana merek
yang dilakukan Reza Nurhilman berdasarkan Pasal 91 Undang-undang

Merek No.15 Tahun 2001

iv