PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Daftar Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi


Daftar Tabel

viii

Daftar Lampiran

ix

BAB I

1

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.


BAB II

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.
Kerangka Teoritis
2.1.1. Hasil Belajar Matematika
2.1.2. Pembelajaran kooperatif
2.1.2.1.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
2.1.3. Model Pembelajaran Pair Checks
2.1.4. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
2.1.5. Perbedaan PLDV dan SPLDV

2.1.6. Menyelesaiakan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
2.1.7. Pembelajaran SPLDV Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Pair Chekcs
2.1.8. Kerangka Konseptual
2.1.9. Hipotesis Tindakan

1
7
8
8
8
8

10
10
10
11
13
15
17

19
20
26
26
27

BAB III
3.1.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.5.1.
3.5.2.
3.6.
3.7.
3.8.


Lokasi dan Waktu Penelitian
Subjek dan Objek
Subjek
Objek
Jenis Penelitian
Prosedur Peneliitian
Alat Pengumpulan Data
Tes
Observasi
Analisis Data
Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
Desain Rencana Tindakan Kelas

BAB IV
4.1.
4.1.1.
4.1.2.
4.2.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Hasil Penelitian
Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
Hasil Penelitian Pada Siklus II
Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V
5.1.
5.2.

METODE PENELITIAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

28

28
28
28
28
28
28
31
31
32
33
35
37

38
38
38
57
63

65

65
66

67

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.

Tabel Pembelajaran kooperatif

12

Tabel 3.5.1. Spesifikasi Tes Pada Materi SPLDV

32

Tabel 3.6.1. Tingkat Keberhasilan Belajar

34


Tabel 4.1.

Hasil Tes Awal Kelas VIII – 5

Tabel 4.2.

Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Awal
Di Kelas VIII – 5

Tabel 4.3.

50

Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Hasil
Belajar I Di Kelas VIII – 5

Tabel 4.5.

41


Hasil Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar I
Di Kelas VIII – 5

Tabel 4.4.

38

53

Hasil Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar II
Di Kelas VIII – 5

61

i

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.


RPP Siklus I (Pertemuan 1)

69

Lampiran 2.

RPP Siklus I (Pertemuan 2)

73

Lampiran 3.

RPP Siklus II (Pertemuan 1)

78

Lampiran 4.

RPP Siklus II (Pertemuan 2)

82

Lampiran 5.

Kisi – Kisi Penyusunan Tes Awal

86

Lampiran 6.

Kisi – Kisi Penyusunan Tes Siklus I

87

Lampiran 7.

Kisi – Kisi Penyusunan Tes Siklus II

88

Lampiran 8.

Tes Awal

89

Lampiran 9.

Kunci Jawaban Tes Awal

91

Lampiran 10. Tes Hasil Belajar Siklus I

95

Lampiran 11. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I

97

Lampiran 12. Tes Hasil Belajar Siklus II

102

Lampiran 13. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus II

103

Lampiran 14. Lembar Validitas Tes Awal

108

Lampiran 15. Lembar Validitas Siklus I

109

Lampiran 16. Lembar Validitas Siklus II

110

Lampiran 17. Daftar Nama Siswa Kelas VIII – 5

111

Lampiran 18. Data Tes Awal Siswa Kelas VIII – 5

113

Lampiran 19. Data Tes Hasil Belajar I Siswa Kelas VIII – 5

115

Lampiran 20. Data Tes Hasil Belajar II Siswa Kelas VIII – 5

117

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian

119

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk memajukan suatu bangsa.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa terdapat masalah dalam dunia pendidikan,
khususnya di Indonesia. Salah satu masalah yang dihadapi dunia Pendidikan di
Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir.
Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbulkan
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya ketika anak
didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin
aplikasi (Sanjaya, 2006 : 1).
Dalam undang – undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara”.
Pendidikan di dunia mendapat sorotan tajam, khususnya di Indonesia.
Betapa tidak, Indonesia dibanding dengan Negara – Negara ASEAN hanya unggul
dengan Myanmar dan Kamboja, lainnya di atas Negara kita. Hal ini dapat dilihat
dalam laporan badan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) untuk bidang
Pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO),

yang

dirilis

pada

Kamis

(29/11/2007)

(dalam

http://opinibebas.epajak.org/blog) menunjukkan bahwa : “Peringkat Indonesia
dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 diantara 130 Negara di dunia”.
Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan suatu bangsa. Perkembangan suatu Bangsa dapat dilihat dari
kemajuan bidang Matematika Bangsa tersebut, seperti yang dikemukakan Morris

Kline (dalam Simanjuntak, 1995 : 64) bahwa “Jatuh bangunnya suatu bangsa
dewasa ini tergantung dari kemajuan dibidang Matematika”.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari
SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi karena Matematika
merupakan salah satu penguasaan

yang mendasar yang dapat menumbuhkan

kemampuan penalaran siswa. Berikut ini beberapa alasan perlunya belajar
matematika menurut Cornelius (dalam Abdurahman, 2003:253):
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya”.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar
Matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan befikir, bernalar,
mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan
pemecahan

masalah. Ini menunjukkan bahwa Matematika memiliki manfaat

dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.
Sejalan dengan hal itu, Concroft (dalam Abdurrahman, 2003 : 253)
mengemukakan alasannya perlu belajar Matematika, yaitu :
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
Matematika yang sesuai, (3) memerlukan sasaran komunikasi yang kuat,
singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan
kesadaran ruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah”.
Namun kenyataannya, Pendidikan Matematika di Indonesia masih
memprihatinkan jika dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Masalah yang dilihat dalam dunia prndidikan matematika di Indonesia adalah
rendahnya prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.efkipunla.net) menyatakan bahwa :
”Masalah klasik dalam pembelajaran Matematika di Indonesia adalah
rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar
matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMP dan SMA
yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum
menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-

rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh
dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan
dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi
peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat
pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”
Secara jelas Pendidikan Matematika di Indonesia masih mengecewakan.
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan Matematika ini disebabkan masih
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar Matematika, kurang
berminat, dan selalu menggangap Matematika sebagai Ilmu yang sukar, sehingga
menimbulkan rasa takut untuk belajar Matematika, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Abdurrahman (2003 : 252) bahwa :
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, Matematika
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik
yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih – lebih bagi siswa yang
berkesulitan belajar”
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada Pelajaran
Matematika materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapai tujuan pngajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa
faktor atau komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Djamarah (2006 : 41) mengemukakan : “Suatu system kegiatan belajar mengajar
mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar, mengajar, metode mengajar atau pendekatan mengajar”.
Menurut Sujiono dkk (2004 : 27), faktor – faktor yang mempengaruhi
proses belajar seseorang terbagi menjadi 2 yaitu faktor indogen dan eksogen. (1)
Faktor indogen (internal) adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri antara lain faktor jasmani dan rohani dari orang tersebut. Faktor jasmani
yaitu ; sakit ataupun cacat. Sedangkan faktor rohani yaitu ; kognitif, efektif,
psikomotor, dan kreativitas serta kemampuan kejiwaan yang lain seperti cita –
cita, bakat, emosi, kebiasaan, tipe yang dimiliki atau yang sering disebut dengan
kemampuan psikologis. (2) Sedangkan faktor eksogen (eksternal) yaitu
kemampuan yang dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar manusia antara lain :
a. Faktor keluarga misalnya orangtua, pendidikan, ekonomi, dan sosial. b.
Sekolah, misalnya peraturan di sekolah, guru, teman, maupun kurikulum dan tata
tertib sekolah. c. Lingkungan, termasuk : masyarakat, pergaulan, nilai – nilai yang

dianut oleh masyarakat dan juga IPTEK (Ideologi Pengetahuan dan Teknologi)
yang berkembang.
Diantara faktor tersebut, ada salah satu faktor yang perlu mendapatkan
perbaikan adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru
merupakan salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar siswa,
bertanggung jawab dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang
dikemukakan oleh Nandika (2005 : 1) bahwa :
“Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran Matematika dan
sains tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajarkan siswanya,
guru mempunyai peranan yang tidak kecil dalam meningkatkan kualitas
anak didik dan ia melihat siswa dibina oleh pengajar yang bagus akan
melahirkan anak yang bagus pula. Kalau guru bagus biasanya anaknya
juga bagus, jadi peranan guru luar biasa pentingnya dalam meningkatkan
mutu pendidikan saat ini”.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
pelajaran Matematika disajikan dalam bentuk yang kurang menarik dan terkesan
sulit untuk dipelajari siswa, akibatnya siswa sering merasa bosan dan tidak
merespon pelajaran dengan baik. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kurang bervariasi dan cenderung membatasi siswa untuk berkreasi
mengungkapkan pemikirannya saat belajar sehingga kurang berminat belajar
Matematika dan hasil belajar yang kurang optimal. Seperti yang dikemukakan
oleh Slameto (2003) bahwa :
“Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa kurang senang
terhadap pelajaran”.
Keadaan ini menunjukkan bahwa masih diperlukan perbaikan dalam
pembelajaran agara hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Keberhasilan belajar
Matematika siswa tidak terlepas dari kualitas pembelajaran yang dilakukan.
Pembelajaran berkualitas merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa
aman dan nyaman serta hastrat dan kerinduan belajar pada diri siswa. Menurut
Pasaribu dan Simanjuntak dalam Suryosubroto (2002) didalam pendidikan
efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
1. Mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan terlaksana,

2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran
yang diinginkan tercapai melalui belajar mengajar (KBM).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan peneliti ke sekolah
SMP Negeri 2 Perbaungan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan pada
masalah variabel sejenis dalam sistem persamaan linier dua variabel. Untuk
mengatasi rendahnya hasil belajar siswa guru sudah pernah mencoba
mengatasinya dengan cara menyuruh siswa membiasakan untuk membaca materi
pelajaran yang akan diajarkan, memberikan tugas untuk menyelesaikan soal – soal
yang ada di buku. Akan tetapi hasil belajar siswa masih sangat rendah, rata – rata
nilai yang didapatkan siswa adalah minimal 50 dan maksimal 60. Menurut
observasi yang dilakukan peneliti di sekolah SMP Negeri 2 Perbaungan, masih
rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan kurangnya respon guru dan sistem
penilaian yang kurang menghargai upaya siswa untuk bekerja dan belajar.
Permasalahan rendahnya hasil belajar Matematika juga dialami siswa
SMPN 2 Perbaungan, salah satunya pada materi pelajaran Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel. Ini merupakan hal yang mendasari sehingga penelitian
dilakukan di sekolah ini dengan materi tersebut. Dalam proses pembelajaran,
setiap kegiatan harus dapat mendorong siswa agar aktif sehingga dapat memahami
konsep dan prosedur Matematika.
Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya guru mampu memberi
inovasi pada metode pembelajaran yang digunakan selama ini. Metode
pembelajaran yang digunakan hendaknya variatif, sesuai dengan materi pelajaran
yang disampaikan mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya belajar
berbeda



beda.

Seperti

yang

diungkapkan

oleh

Aluyiyawati

(http://www.one.indoskrip.com).
“Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah metode yang digunakan guru dalam mengajar. Pada
kenyataannya, dalam pembelajaran masih menggunakan metode
konvensional, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan
prestasi belajar kurang memuaskan. Siswa dapat mencapai prestasi belajar
yang maksimal bila seseorang guru tepat dalam menerapkan metode
mengajar. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif
dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa”.

Proses pembelajaran di kelas cenderung belum bisa mendorong mereka
maju dan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing – masing. Salah satu
prinsip

mengajar

siswa

menekankan

pentingnya

individualitas

yaitu

menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.
Dengan demikian usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menekankan suatu prinsip individualitas siswa.
Memperhatikan permasalahan yang dikemukakan tersebut merupakan tantangan
yang harus dihadapi oleh guru maupun peneliti untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Sehingga peneliti ingin menerapkan suatu pembelajaran yang dapat
mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individualitas siswa. Untuk itu,
model pembelajaran yang tepat digunakan adalah Model Pembelajaran Pair
Checks. Menurut Rachmad Widodo (dalam Spencer Kagen 1993) :
“Model pembelajaran Pair Checks adalah model pembelajaran mengecek
berpasangan. Dimana siswa dilatih untuk saling bekerja sama dan melatih
rasa sosial siswa serta melatih untuk memberi penilaian. Jadi, model
pembelajaran Pair Checks ini dapat juga melatih komunikasi antar siswa”.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan model pembelajaran Pair Checks ini
dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada pelajaran matematika khususnya pada materi sistem
persamaan linier dua variabel. Jika pemahaman siswa terhadap matematika makin
baik, maka tentu hasil belajar siswa akan semakin baik, kerena setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai.
Dalam penelitian ini yang menjadi acuan adalah peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Pair Checks.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Pair Checks Pada
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas VIII SMP Negeri 2
Perbaungan T.A 2012/2013”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang
diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu :
1. Kurangnya minat siswa untuk belajar Matematika,
2. Masih banyak siswa yang menganggap SPLDV sebagai materi yang
sulit,
3. Rendahnya pemahaman Matematika siswa pada materi SPLDV,
4. Hasil belajar siswa yang masih rendah pada materi SPLDV,
5. Siswa sulit dalam menyelesaikan soal – soal Sistem Persamaan Linier
Dua Variabel,
6. Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dengan materi yang
diajarkan.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka masalah
yang disebutkan di atas dibatasi pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa
melalui model pembelajaran Pair Checks, serta sulitnya siswa dalam
menyelesaikan soal – soal pada materi system persamaan linier dua variabel.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran pair checks dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika
pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Pair Checks dalam menyelesaikan soal matematika pada
materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel ?

1.5 Tujuan Penelitian
1. Dengan strategi penerapan model pembelajaran Pair Chekcs dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika
pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

2. Dengan meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Pair Checks dapat menyelesaikan soal matematika pada
materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi sekolah sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran termasuk dalam meningkatkan hasil
belajar siswa,
2. Bagi guru sebagai masukan untuk menambah variasi model pembelajaran.
Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan
guru mengenai model pembelajaran Pair Checks sebagai pembelajaran
alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,
3. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam
menyelesaikan permasalahan matematika,
4. Bagi penulis dalam menabah masukan dan membekali diri untuk menjadi
seorang pengajar dan pendidik yang akan terjun ke masyarakat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Strategi yang dilakukan dalam penerapan Model Pembelajaran Pair Checks
dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV),
adalah :
a. Membentuk siswa menjadi kelompok berpasangan dimana siswa dapat
bertukar pikiran dalam belajar.
b. Melibatkan siswa dalam tiap langkah – langkah pembelajaran.
c. Memberikan

kebebasan

kepada

siswa

untuk

berkreasi

dalam

mengungkapkan ide – ide pemikirannya.
2. Adapun tugas yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar
adalah :
a. Memotivasi siswa agar mempelajari materi sistem persamaan linier dua
variabel dengan cara menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan
kehidupan sehari – hari.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan cara membantu siswa
memahami permasalahan yang diberikan dan menyuruh siswa untuk
menyelesaikan soal melalui tanya jawab.
c. Membimbing

penyelidikan

dengan

cara

membantu

siswa

untuk

menyelesaikan soal yang diberikan, siswa yang mengalami kesulitan akan
dibantu oleh guru.
d. Menganalisis dan mengevaluasi proses jawaban siswa dengan cara
menyuruh beberapa siswa untuk menuliskan jawaban di papan tulis dan
melakukan evaluasi sehingga diperoleh jawaban yang benar.
3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran Pair Checks dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dilihat

dari peningkatan hasil rata – rata siswa berdasarkan hasil tes awal dan hasil tes
belajar tiap siklus. Dari hasil tes awal di kelas VIII – 5 diperoleh 28 orang
siswa (87,50%) yang mencapai nilai

dan siswa yang mencapai nilai

(syarat ketuntasan belajar) ada 4 orang siswa (12,50%) dengan rata –
rata nilai pada tes awal 40,78. Setelah pemberian tindakan pengajaran melalui
model pembelajaran Pair Check, nilai tes hasil belajar I di kelas VIII – 5 dari
32 orang siswa, 18 orang siswa (56,25%) telah mencapai tingkat ketuntasan
belajar klasikal (yang mendapat nilai

) sedangkan 14 orang siswa

(43,75%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dan nilai rata – rata
kelasnya mencapai 72,50. Sedangkan setelah dilakukannya perbaikan dari
siklus I pada siklus II di kelas VIII – 5, nilai tes hasil belajar siklus II dari 32
orang siswa siswa, 28 orang siswa (87,50%) telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai

) dan 4 orang siswa

(12,50%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan kata lain, nilai
dari ketuntasan klasikal tes hasil belajar I di kelas VIII – 5 mengalami
peningkatan pada siklus II sebesar 31,25%.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada Guru Matematika, dalam mengajarkan materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel atau materi lain yang sesuai sebaiknya menggunakan
model pembelajaran Pair Checks sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Kepad siswa, diharapkan untuk mau lebih aktif selama pembelajaran dan mau
mempelajari kembali di rumah materi yang telah diberikan.
3. Kepada peneliti yang berminat dengan objek yang sama dengan penelitian ini
disarankan untuk menerapkan penelitian ini dengan subjek yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Rineka Cipta : Jakarta.
Aguston, M. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Lembaga Akta Mengajar UNJ :
Jakarta.
Aluyiyawati. http://www.one.indoskrip.com
Aqib, Zainal, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA,
SMK. YRAMA WIDYA : Bandung
Arikunto, S. (2003). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta
Budhi, Wono Setya. (2007). Matematika Untuk Kelas VIII Semester 1. Erlangga :
Bandung.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta : Banjarmasin.
Djumanta, Wahyudin. (2005). Mari Memahami Konsep Matematika Untuk Kelas
VIII. Grafindo Media Pratama : Bandung.
Evita, dkk. (2004). Psikologi Pendidikan. Lembaga Akta Mengajar UNJ : Jakarta.
Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud : Jakarta.
Japar, M. (2004). Belajar Dan Pembelajaran. Lembaga Akta Pembelajaran UNJ :
Jakarta.
Mulyana, dkk. (2004). Evaluasai Pendidikan. Lembaga Akata Mengajar UNJ :
Jakarta.
Mumun Syaban. http://educare.e-fkipunla.net
Nandika, D. (2005). Rendahnya Kemampuan Matematika Siswa. Republika :
Jakarta.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana : Bandung
Simanjuntak, Lisnawaty. (1995). Metode Mengajar Matematika I. Depdikbud :
Malang.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. PT.Rineka
Cipta : Jakarta.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT REMAJA
ROSDAKARYA : Bandung.
Sujiono, Y.N., Wargahadibrat, H., dan Japar, M, (2004), Belajar dan
Pembelajaran, Universitas Negeri Jakarta : Jakarta.
Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Rineka Cipta :
Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :
Kencana.
Undang – Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 (2003). Tentang Sistem
Pendidikan Nasional 2003. Cemerlang : Jakarta.
http://www.one.indoskrip.com
http://opinibebas.epajak.org/blog
http://id.scribd.com/doc/92763072/BAB-I-II-III
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-pair-checks-spencerkagen1993/

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI SD NEGERI 04

1 35 254

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

0 1 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII-1 MTSN 1 MODEL MEDAN.

0 1 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Juwiring

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD.

0 0 14

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Bilangan Bulat di SD Negeri Sindangheula 03 Banjarharja Brebes.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

0 0 10