PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI SD NEGERI 04

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS V PADA MATERI

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

DI SD NEGERI 04 BULU PEMALANG

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Ika Rahmaeta

1402408055

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, Juni 2012

Ika Rahmaeta 1402408055


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diuji ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di : Tegal Tanggal : 24 Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd Dra. Noening Andrijati, M.Pd 19611018 198803 1 002 19680610 199303 2 002

Mengetahui,

Koordinator PGSD UUP Tegal

Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd 19630923 198703 1 001


(4)

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang,

oleh Ika Rahmaeta 1402408055, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 8 Agustus 2012.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19630923 198703 1 001

Penguji Utama

Dra. Umi Setijowati, M.Pd. NIP. 19570115 198403 2 001

Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2

Dra. Noening Andrijati, M.Pd. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd. NIP. 19680610 199303 2 002 NIP. 19611018 198803 1 002


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

• Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al Insyiroh: 6).

• Sejatinya penyemangat yang paling ampuh adalah diri kita sendiri (Peneliti).

Persembahan

Untuk Kedua Orang Tuaku Bapak Tasori dan Ibu Kusmaeri, Adikku Rizki Dwi Afia, Seluruh Mahasiswa PGSD Angkatan 2008, serta Keluarga Kos “Bombastis”.


(6)

PRAKATA

Alhamdulillah puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada

Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Sudjono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator UPP Tegal Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd., dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

6. Dra. Noening Andrijati, M.Pd., dosen pembimbing II, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi.


(7)

arahan dan bimbingan kepada peneliti setelah ujian.

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

9. Suryati, S.Pd.SD., Kepala SD Negeri 04 Bulu Pemalang, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

10.Sri Udayani, S.Pd. dan rekan Guru SD Negeri 04 Bulu Pemalang yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

11.Siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun ajaran 2011/2012.

12.Rekan-rekan mahasiswa UPP PGSD Tegal yang sudah belajar bersama dan saling membantu selama studi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

13.Kedua orang tuaku dan semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga Allah senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan dan keikhlasannya. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Tegal, Juli 2012


(8)

ABSTRAK

Rahmaeta, Ika. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Drs. Teguh Supriyanto, M. Pd (Pembimbing I) dan Dra. Noening Andrijati, M.Pd (Pembimbing II) Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai aktivitas dan hasil belajar siswanya. Perolehan nilai pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan belum tercapainya keberhasilan pembelajaran tersebut, khususnya pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Hal ini karena guru menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah membatasi aktivitas belajar siswa, sehingga menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar IPS dan menyebabkan hasil belajarnya pun rendah. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V serta performansi guru pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SD Negeri 04 Bulu Pemalang.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama 6 kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes (observasi dan dokumen). Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, yaitu kehadiran siswa minimal 90%, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran minimal 75%, rata-rata hasil belajar siswa minimal 64, persentase tuntas belajar klasikal minimal 75%, dan skor performansi guru minimal 71.

Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I kehadiran siswa sebesar 94,44%, aktivitas belajar siswa mencapai 67,05% atau dengan kriteria tinggi, rata-rata hasil belajar siswa 70,88, ketuntasan belajar siswa secara klasikal 64,71%, dan skor performansi guru 75,38. Sementara pada siklus II kehadiran siswa sebesar 95,37%, aktivitas belajar siswa mencapai 82,65% atau dengan kriteria sangat tinggi, rata-rata hasil belajar siswa 77,06, ketuntasan belajar siswa secara klasikal 88,24%, dan skor performansi guru 83,63. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan, baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa maupun pada performansi guru dari siklus 1 ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang serta performansi guru dalam pembelajaran. Untuk itu, sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam melakukan proses pembelajaran IPS.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Diagram... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Bab 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 4

1.2.1 Rumusan Masalah ... 5

1.2.2 Pemecahan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Belajar ... 9

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 11

2.1.3 Aktivitas Pembelajaran ... 12

2.1.4 Hasil Belajar ... 14

2.1.5 Performansi Guru ... 16

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 18

2.1.7 Pembelajaran IPS ... 20

2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 22

2.1.9 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan .... 30


(10)

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Hipotesis Tindakan ... 36

3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Perencanaan Tahap Penelitian ... 39

3.2.1 Perencanaan Siklus I ... 39

3.2.2 Perencanaan Siklus II ... 42

3.3 Subjek Penelitan ... 46

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5.1 Sumber Data ... 47

3.5.2 Jenis Data ... 48

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5.4 Alat Pengambilan Data ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

3.6.1 Data Aktivitas Belajar Siswa ... 51

3.6.2 Data Hasil Belajar Siswa ... 51

3.6.3 Data Performansi Guru ... 52

3.7 Indikator Keberhasilan ... 53

3.7.1 Aktivitas Belajar Siswa ... 53

3.7.2 Hasil Belajar Siswa ... 54

3.7.3 Performansi Guru ... 54

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 55

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 63

4.2 Pembahasan ... 70

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 70

4.2.2 Implikasi Hasil Temuan ... 75

5. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 78


(11)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 228


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Prosedur Penyekoran Kuis ... 29

2.2 Tingkatan Penghargaan Kelompok ... 30

3.1 Kualifikasi Persentase Keaktifan Siswa ... 51

3.2 Konversi Skor APKG 1 ... 53

3.3 Konversi Skor APKG 2 dan APKG 3 ... 53

4.1 Data Hasil Tes Formatif I ... 56

4.2 Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 59

4.3 Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus I ... 60

4.4 Data Hasil Tes Formatif II ... ... 63

4.5 Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 66

4.6 Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus II ... 67


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berpkir ... 36


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Persentase Tuntas Belajar Klasikal Siklus I ... 57

4.2 Persentase Tuntas Belajar Klasikal Siklus II ... 64

4.3 Peningkatan Hasil Penelitian ... 69

4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 71

4.5 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 74


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 Beserta Rekap Nilai

IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ... 80

2 Daftar Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2011/2012 ... 81

3 Daftar Hadir Siswa Kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang ... 82

4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 84

5 Deskriptor Pedoman Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 85

6 Lembar Pengamatan Performansi Guru ... 87

7 Silabus Sekolah Dasar Negeri 04 Bulu Pemalang ... 96

8 Pengembangan Silabus Siklus I Pertemuan 1 ... 100

9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 102

10 Materi Ajar Siklus I Pertemuan 1 ... 105

11 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ... 110

12 Kisi-kisi Soal Kuis 1 ... 111

13 Proses Validasi Soal Kuis 1 ... 112

14 Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban ... 114

15 Pengembangan Silabus Siklus I Pertemuan 2 ... 118

16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 120

17 Materi Ajar Siklus I Pertemuan 2 ... 124

18 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ... 127

19 Kisi-kisi Soal Kuis 2 ... 128

20 Proses Validasi Soal Kuis 2 ... 129

21 Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban ... 131

22 Kisi-kisi Soal Tes Formatif I ... 135


(16)

24 Soal Tes Formatif I dan Kunci Jawaban ... 141

25 Data Hasil Belajar Siswa Kuis 1 ... 149

26 Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok ... 150

27 Data Hasil Belajar Siswa Kuis 2 ... 151

28 Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok ... 152

29 Daftar Nilai Tes Formatif I ... 153

30 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I Pertemuan 1... 154

31 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I Pertemuan 2... 155

32 Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 156

33 Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 160

34 Pengembangan Silabus Siklus II Pertemuan 1 ... 164

35 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 166

36 Materi Ajar Siklus II Pertemuan 1 ... 170

37 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ... 172

38 Kisi-kisi Soal Kuis 3 ... 173

39 Proses Validasi Soal Kuis 3 ... 174

40 Soal Kuis 3 dan Kunci Jawaban ... 176

41 Pengembangan Silabus Siklus II Pertemuan 2 ... 180

42 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 182

43 Materi Ajar Siklus II Pertemuan 2 ... 186

44 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ... 188

45 Kisi-kisi Soal Kuis 4 ... 189

46 Proses Validasi Soal Kuis 4 ... 190

47 Soal Kuis 4 dan Kunci Jawaban ... 192

48 Kisi-kisi Soal Tes Formatif II ... 197

49 Proses Validasi Soal Tes Formatif II ... 198

50 Soal Tes Formatif II dan Kunci Jawaban ... 201


(17)

52 Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok ... 208

53 Data Hasil Belajar Siswa Kuis 4 ... 209

54 Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok ... 210

55 Daftar Nilai Tes Formatif II ... 211

56 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II Pertemuan 1... 212

57 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II Pertemuan 2... 213

58 Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 214

59 Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 218

60 Piagam Penghargaan Kelompok ... 222

61 Jadwal Penyusunan Skripsi ... 223

62 Surat Ijin Penelitian ... 224

63 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 225


(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia agar dapat mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan, salah satunya yaitu dengan melakukan upaya inovasi di bidang pendidikan. Menurut Sudjana (2005: 2), “pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batas ruang dan waktu”. Dalam penyelenggaraannya di sekolah, pendidikan yang melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga pendidik yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Mengingat peran pendidikan yang sangat kompleks, maka


(19)

penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjangnya harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus benar-benar terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Pada semua jenjang pendidikan, termasuk sekolah dasar (SD), kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam KTSP terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di tingkat SD. Salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. “Mata pelajaran IPS berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini” (Hernawan 2008: 8.28). Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan serangkaian proses pembelajaran yang mendukungnya.

Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran IPS yang terjadi di SD secara umum, kurang maksimal dalam meningkatkan keaktifan siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan cenderung pada pencapaian target materi kurikulum yang lebih mementingkan pada penghafalan konsep daripada pemahamannya. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas yang lebih berpusat pada guru. Guru dalam penyampaian materi biasanya menerapkan model


(20)

mana siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal demikian menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar IPS yang menyebabkan hasil belajarnya pun rendah.

Kondisi yang demikian juga terjadi pada proses pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, proses pembelajaran yang terjadi di kelas lebih didominasi oleh guru yang selalu menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah tanpa memakai media dan melibatkan peran serta siswa dalam menyampaikan materi. Hal tersebut menjadikan siswa menjadi pasif dan kurang berani dalam mengemukakan pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Daya serap siswa terhadap materi juga masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa kelas V tahun ajaran 2010/2011 pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan yang masih di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 53. Dari 35 siswa hanya 17 (48%) siswa mendapat nilai ≥ 53, dan 18 (51,43%) siswa lainnya mendapat nilai 53. Data siswa dan nilai selengkapnya ada pada lampiran 1.

IPS yang merupakan mata pelajaran yang mempunyai materi dengan jenis narasi dan berstruktur seperti materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, hendaknya harus disajikan dalam bentuk yang menarik dan melibatkan keaktifan siswa, terutama dalam proses penyampaiannya. Hal ini dimaksudkan supaya siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar, karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu suasana saat berlangsungnya proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dimunculkan dengan


(21)

menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau tim ahli.

Menurut Isjoni (2010: 54), “pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap siswa dalam

kelompok diberi materi yang berbeda-beda yang nantinya bertemu dengan temannya dari kelompok lain dengan materi yang sama dalam kelompok ahli dan setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan bertugas menjelaskan materinya kepada teman satu kelompoknya. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, selain dapat mempermudah siswa dalam mempelajari

materi IPS yang cenderung banyak, juga dapat meningkatkan kerjasama di antara siswa secara berkelompok.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada

Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang”.

1.2

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Dalam bagian ini akan dibahas tentang rumusan masalah dan pemecahannya dalam penelitian tindakan kelas ini. Berikut merupakan penjelasan selengkapnya tentang rumusan masalah dan pemecahannya.


(22)

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:

(1) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang?

(2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang?

(3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dapat meningkatkan performansi guru di SD Negeri 04 Bulu Pemalang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dari permasalahan tersebut di atas, peneliti ingin mengajukan cara penyelesaian melalui sebuah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran dengan melibatkan siswa melalui proses diskusi, baik yang dilakukan dalam kelompok ahli maupun dalam kelompok asal. Selain itu, juga dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi IPS, yang pada dasarnya mempunyai materi dengan jenis narasi yang cukup banyak, seperti materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.


(23)

Untuk melaksanakan pembelajaran di atas, dibuat perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, seperti:

(1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

(2) Soal-soal untuk tes formatif untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang digunakan sebagai umpan balik guna mengetahui kemampuan siswa setelah menerima perlakuan atau tindakan dari guru,

(3) Lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Paparan kedua tujuan tersebut yaitu sebagai berikut:

(1) Tujuan Umum

Secara umum, penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang.

(2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini yaitu meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; dan meningkatkan keterampilan guru


(24)

Kemerdekaan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang.

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, seperti bagi siswa, guru, dan sekolah. Berikut merupakan paparan manfaat penelitian ini bagi ketiga pihak tersebut.

(1) Bagi siswa

Penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa, yaitu meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; meningkatnya kemampuan belajar IPS siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; dan melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui belajar kooperatif, sehingga mereka dapat bekerjasama dengan teman sebayanya.

(2) Bagi Guru

Penelitian ini memiliki manfaat bagi guru, yaitu meningkatnya kualitas dalam membelajarkan IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tersedianya alternatif model pembelajaran dalam

pembelajaran IPS. (3) Bagi Sekolah

Penelitian ini memiliki manfaat bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan


(25)

membantu memperlancar pelaksanaan kurikulum, sehingga mempercepat tercapainya visi dan misi.


(26)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

Kerangka teori yang akan dibahas meliputi pengertian belajar, hakikat pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, performansi guru, karakteristik siswa SD, pembelajaran IPS, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Berikut merupakan paparan teori-teori tersebut selengkapnya.

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan rangkaian proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal tersebut mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. “Belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil” (Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono 2008: 1.3).

Menurut Johnson, Johnson, dan Smith (Asma 2006: 3), “belajar adalah suatu proses pribadi dan juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”. Sementara menurut Slameto (2010: 2), “belajar ialah suatu


(27)

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya, Gagne dan Berliner seperti yang dikutip Anni dkk (2007: 2), mengatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak untuk memperoleh suatu perubahan perilaku dalam dirinya melalui interaksi, baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan. Perubahan perilaku tersebut berupa kemampuan diri ke arah yang positif dan lebih baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Menurut Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono (2008: 1.4-6), terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

(1) Proses

Proses merupakan salah satu unsur pokok dalam belajar, karena pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri diwujudkan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan dari guru, diskusi, dan sebagainya. Itu semua merupakan gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.


(28)

(2) Perubahan perilaku

Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari kegiatan belajar, sehingga perubahan perilaku juga dikatakan sebagai salah satu unsur pokok dalam belajar. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil yang tampak dari individu yang belajar. Selain itu, pengetahuan dan keterampilannya akan bertambah, penguasaan nilai-nilai dan sikapnya juga bertambah.

(3) Pengalaman

Belajar adalah mengalami. Hal ini berarti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar maupun hasil ciptaan manusia. Lingkungan sosial siswa di antaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, dan sebagainya. Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen merupakan contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sementara siswa yang belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku merupakan contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran menurut Degeng dalam Wena (2009: 2), berarti “upaya membelajarkan siswa”. Sementara Trianto (2009: 17), menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju


(29)

suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, Sunhaji dalam Asmani (2011: 19), menjelaskan bahwa “kegiatan pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk menstransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar”. Dari ketiga pendapat tentang pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu upaya yang diwujudkan dengan adanya aktivitas dari seorang pendidik (guru) dalam membantu membelajarkan siswanya untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan.

Menurut Hamalik (2008: 77), ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi. Komponen-komponen pembelajaran tersebut yaitu (1) tujuan pendidikan dan pengajaran; (2) peserta didik atau siswa; (3) tenaga pendidikan khususnya guru; (4) perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum; (5) strategi pembelajaran; (6) media pengajaran; dan (7) evaluasi pengajaran.

2.1.3 Aktivitas Belajar

Pada dasarnya aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 116), menyatakan bahwa “dalam proses belajar dan pembelajaran, siswa harus terlibat aktif serta siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2010: 36), yang menyebutkan bahwa “dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat”. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas yang dimaksud yaitu seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik maksudnya yaitu siswa ikut terlibat dalam


(30)

kegiatan pembelajaran atau siswa mengikuti selama proses pembelajaran berlangsung dan kegiatan psikis maksudnya yaitu siswa ikut berpikir tentang hal yang dipelajarinya.

Dierich seperti yang dikutip Hamalik (2008: 172-3) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu (1) kegiatan-kegiatan visual, yang meliputi membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan orang lain bekerja atau bermain; (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi; (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang meliputi mendengarkan penyajian bahan, percakapan atau diskusi kelompok, suatu permainan, dan radio; (4) kegiatan-kegiatan menulis, yang meliputi menulis cerita, laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; (5) kegiatan-kegiatan menggambar, yang meliputi menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola;

(6) kegiatan-kegiatan metrik, yang meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; (7) kegiatan-kegiatan mental, yang meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; (8) kegiatan-kegiatan emosional, yang meliputi minat membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Dari pemaparan tentang aktivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan siswa yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung yang menandakan bahwa dirinya sedang belajar.


(31)

Akivitas belajar siswa yang timbul saat berlangsungnya pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Aktivitas

belajar siswa yang diamati oleh guru lebih difokuskan pada serangkaian kegiatan siswa dalam melakukan tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli

ataupun kelompok asal), keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan, ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2010: 22) adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Rifa’i dan Anni (2009: 85), yang mengatakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Sementara menurut Hamalik (2008: 30), “hasil dan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, yang dulunya tidak mengerti menjadi mengerti”.

Dari ketiga pendapat tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dari usaha belajar yang dilakukan oleh seorang individu yang berupa terjadinya perubahan perilaku ke arah yang positif. Aspek perubahan tersebut dapat berupa tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perolehan aspek-aspek perubahan


(32)

perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa sebagai pembelajar.

Kingsley dalam Sudjana (2010: 22), “membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita”. Sementara Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 10-2), menyatakan bahwa hasil belajar sebagai kapabilitas, yang berupa (1) informasi verbal yang merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) keterampilan intelektual yang merupakan kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang; (3) strategi kognitif yang merupakan kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, yang meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) keterampilan motorik yang merupakan kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan (5) sikap yang merupakan kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

“Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagainya yang menuju pada perubahan positif” (Septa 2011). Hasil belajar yang diharapkan tampak dalam diri siswa setelah menerima pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan,

yaitu dalam aspek kognitif adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dan dalam aspek


(33)

afektif dan psikomotor ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

2.1.5 Performansi Guru

Hoy dan Miskel dalam Sion (2008: 112) mengatakan bahwa “performansi adalah suatu kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta motivasi pegawai”. Pendapat tersebut sejalan dengan Suwardani yang mengatakan bahwa “performansi berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan melakukan sesuatu” (Sion 2008: 112). Merujuk pada dua pengertian performansi tersebut dapat dikatakan bahwa performansi guru merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Pasal 10 terdapat beberapa kemampuan atau kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Rifa’i dan Anni (2009: 7-12), menjelaskan keempat kompetensi tersebut sebagai berikut:

(1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bagi siswa, yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pmbelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(2) Kompetensi Kepribadian


(34)

dalam performansinya sebagai seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.

(3) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.

(4) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik dengan siswa, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa maupun dengan masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini selain aktivitas belajar siswa, performansi guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diamati oleh guru mitra. Aspek yang dinilai mencakup

empat kompetensi di atas yang tertera dalam tiga APKG, yaitu APKG 1 untuk menilai RPP, APKG 2 untuk menilain pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial guru. Secara lebih singkat, Sudjana (2009: 58) menjelaskan beberapa aspek penilaian dari performansi guru, yaitu sebagai berikut:

Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan dengan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, serta keterampilan lain yang diperlukan.


(35)

2.1.6 Karakteristik Siswa SD

Perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi empat tahap. Pertama, sensorimotor (0-2 tahun) yang mempunyai ciri perkembangan berdasarkan tindakan langkah demi langkah. Kedua, praoperasi (2-7 tahun) dengan ciri perkembangan menggunakan simbol atau bahasa, tanda, dan konsep intuitif. Ketiga, operasi konkret (8-12 tahun) dengan ciri perkembangan memakai aturan jelas atau logis, dan reversibel serta kekekalan. Keempat, operasi formal (11 tahun ke atas) dengan ciri perkembangan hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif, serta logis dan probabilitas (Suprijono 2010: 22-3).

Berdasarkan perkembangan kognitif menurut Piaget di atas, siswa SD kelas V berada dalam tahap operasi konkret. Pada tahap ini siswa belum mampu memahami materi yang abstrak. Siswa baru mampu memahami materi yang disajikan secara nyata atau konkret. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik tersebut.

Sementara, Kurniawan (2011) menambahkan ada beberapa karakteristik siswa SD yang perlu diketahui oleh guru. Pemahaman guru terhadap karakteristik siswa tersebut sangat membantu dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karakteristik tersebut di antaranya yaitu sebagai berikut:

(1) Senang Bermain

Salah satu karakteristik anak usia SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai. Sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(36)

(2) Senang Bergerak

Karakteristik yang kedua yaitu senang bergerak. Anak usia SD berbeda dengan orang dewasa. Pada umumnya, orang dewasa dapat duduk selama berjam-jam, sedangkan siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak dapat berpindah atau bergerak. (3) Senang Bekerja dalam Kelompok

Karakteristik lain yang dimiliki anak usia SD adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar bertanggung jawab, dan belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif). Hal ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

(4) Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu secara Langsung

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang


(37)

angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, moral, dan sebagainya. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika siswa melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, pemahaman guru terhadap karakteristik siswa SD dapat dijadikan titik awal atau pedoman dalam merancang pembelajaran di SD, agar tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa itu sendiri.

2.1.7 Pembelajaran IPS

Dalam subbab ini akan dibahas tentang pengertian IPS dan pembelajaran IPS SD. Berikut merupakan paparan selengkapnya.

2.1.6.1 Pengertian IPS

IPS menurut Jarolimek adalah “mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya”. Sementara menurut Michaelis, “IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan” (Masitoh, Susilo, dan Soewarso 2010: 1). Selanjutnya Nasution dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 1), menegaskan lagi bahwa:

IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.


(38)

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran atau bidang ilmu pendidikan yang di dalamnya mengkaji tentang manusia beserta interaksinya dalam lingkungan hidupnya, baik interaksi dengan sesama manusia (lingkungan sosial) maupun dengan lingkungan fisik.

2.1.6.2 Pembelajaran IPS SD

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD. Fungsi mata pelajaran IPS di SD menurut Hernawan dkk (2008: 8.29), yaitu “untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari, serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini”. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran IPS di SD yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, seperti yang dikutip Mukayanah (2009):

(1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

(2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam kehidupan sosial,

(3) Memiliki komitmen serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan,

(4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pembelajaran IPS di SD dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kebutuhan anak usia SD yang pada umumnya berada pada rentang usia 6-12 tahun. Anak dalam rentang usia 7-11 tahun menurut Piaget dalam Mangkoesapoetra (2005), berada dalam perkembangan kemampuan


(39)

intelektual/kognitif pada tingkatan operasional konkret. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Mereka hanya mempedulikan waktu sekarang (konkret) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS yang nantinya mereka pelajari, penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Untuk itu, sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, seharusnya meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Sesuai pernyataan Powers dalam Makewa, Role, dan Genga (2011), bahwa “a good teacher is one who looks for effective and different methods to

generate interest and enthusiasm among the students that he or she teaches.

Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa seorang guru yang baik adalah orang yang mampu mencari metode yang berbeda dan efektif untuk membangkitkan minat dan antusias siswa terhadap hal yang sedang diajarkannya. Misalnya dengan menyajikan materi melalui penerapan model cooperative learning tipe

jigsaw, role playing, membaca sajak, buku (novel), atau surat

kabar/majalah/jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik dan menciptakan suasana belajar IPS yang diminati siswa.

2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam subbab ini akan diuraikan tentang pengertian model pembelajaran, pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan pembelajaran kooperatif tipe


(40)

jigsaw. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut:

2.1.7.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22), adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Sementara Joyce dan Weil dalam Abimanyu dkk (2008: 2.4), menjelaskan model pembelajaran sebagai berikut:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Amri dan Ahmadi (2010: 190), menyederhanakan bahwa “model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”.

Dari ketiga pendapat tentang model pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah suatu kerangka/pola/ gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan yang didalamnya memuat langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2.1.7.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal

dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari kata


(41)

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” (Isjoni 2010: 15). Cabrera et al. dalam McWey, Henderson, dan Piercy (2006), memberikan definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “Cooperative learning (CL) has

been identified as an effective pedagogical strategy that promotes a variety of

positive cognitive, affective, and social outcomes”. Definisi tersebut mengandung

pengertian bahwa pembelajaran kooperatif (CL) diidentifikasikan sebagai strategi pedagogis yang efektif yang mempromosikan berbagai hasil pengetahuan, sikap, dan sosial yang positif.

“Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya” (Trianto 2009: 56). Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008: 5), yang mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem

kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar”.

Asma (2006: 6-7), menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya ciri-ciri seperti

(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan meteri belajarnya,

(2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,

(3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin berbeda-beda, dan

(4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Johnson dan Johnson dalam Trianto (2009: 57), menyatakan bahwa “tujuan pokok belajar kooperatif yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk


(42)

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok”. Sementara itu, Stahl menambahkan keuntungan belajar kooperatif yaitu di samping memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajarnya, juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik itu keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni 2010: 23).

Roger dan Johnson dalam Lie (2004: 31-7), menyebutkan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:

(1) Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

(2) Tanggung Jawab Perorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Guru yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.


(43)

(3) Tatap Muka

Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Interaksi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

(4) Komunikasi Antaranggota

Unsur ini menghendaki agar para sisa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

(5) Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2.1.7.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan

dan diujicobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas (Aronson). Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi (2010: 94)


(44)

mengatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu

tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat dua

kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan kelompok awal di mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda untuk setiap anggota. Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk dari sekumpulan anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama.

Priyanto dalam Wena (2009: 194-5), menyebutkan ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu:

(1) Pembentukan Kelompok Asal

Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam pembelajaran. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.

(2) Pembelajaran pada Kelompok Asal

Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok asal. Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya yang dikerjakan secara individual.

(3) Pembentukan Kelompok Ahli

Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, kemudian


(45)

masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. (4) Diskusi Kelompok Ahli

Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. (5) Diskusi Kelompok Asal (Induk)

Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

(6) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

(7) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.


(46)

(8) Pemberian Penghargaan Kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat langkah ke-8

yaitu adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang unggul. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa agar semakin giat dalam belajar. Untuk menentukan kelompok yang unggul tersebut dilakukan dengan menghitung skor kelompok yang didapat dari hasil kuis. Skor kelompok tersebut merupakan sumbangan skor perkembangan individu dari setiap anggota kelompok. Menurut Asma (2006: 120), prosedur penyekoran kuis yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1. Prosedur Penyekoran Kuis Langkah 1

Menetapkan skor dasar Langkah 2

Menghitung skor kuis terkini

Langkah 3

Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor yang lalu.

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala.

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

Lebih dari 10 poin skor dasar Pekerjaan sempurna

0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin


(47)

Menurut Asma (2006: 54) untuk menghitung skor tim atau kelompok dapat dihitung rata-rata perolehan skornya dengan rumus:

N =

Berdasarkan rata-rata skor tim, diperoleh tiga tingkatan penghargaan yang diberikan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2. Tingkatan Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan

15 20 25

KELOMPOK BAIK KELOMPOK HEBAT

KELOMPOK SUPER

2.1.9 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam

Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran

IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Kelas V semester II yaitu sebagai berikut:

2.1.8.1 Sebelum Pembelajaran

Beberapa persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran, yaitu seperti (1) guru terlebih dahulu mempelajari materi Perjuangan Mepertahankan Kemerdekaan dan memilih materi yang dapat dibagi menjadi submateri-submateri, seperti Pertempuran-pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan; (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); dan (3) menyiapkan materi pelajaran yang sudah dibagi menjadi submateri-submateri.


(48)

2.1.8.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Beberapa kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran, antara lain yaitu: (1) Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

melakukan apersepsi,

(2) Guru menjelaskan materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan secara garis besar,

(3) Penerapan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

yang terdiri dari pembentukan kelompok asal, yaitu guru membagi siswa kedalam 9 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu setiap anggota dalam kelompok asal mendapatkan bagian submateri yang berbeda satu sama lain; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai submateri yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mempelajari submateri yang menjadi tanggung jawabnya sampai benar-benar menguasai submateri tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, yaitu setelah merasa benar-benar menguasai submateri tersebut, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu setelah seluruh anggota kelompok asal dari masing-masing kelompok selesai melakukan tugasnya, guru memimpin diskusi kelas dengan


(49)

mengulas kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa; pemberian kuis, yaitu guru memberikan kepada siswa kuis seputar materi diskusi yang harus dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal, dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok; dan yang terakhir pemberian penghargaan kelompok, yaitu kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

2.1.8.3Penutup Pembelajaran

Beberapa kegiatan dalam tahap penutup pembelajaran, meliputi (1) siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran; (2) guru memotivasi belajar siswa; dan (3) penutup pembelajaran.

2.2

Kajian Empiris

Penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Salah satunya

yaitu penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif Ashiddiqi pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera Manusia melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah Dasar Watesalit 02 Batang”. Dari

penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa penerapkan model jigsaw dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase tuntas belajar klasikal, dari 66,67% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 68,83 pada siklus I, menjadi 90% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 75,33 pada siklus II. Selain itu, juga terjadi peningkatan aktivitas siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Aktivitas


(50)

siswa secara perorangan dari 68,04% pada siklus I, meningkat menjadi 90% pada siklus II. Sementara aktivitas siswa secara kelompok dari 83,03% pada siklus I, meningkat menjadi 98% pada siklus II.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pungkas Astiti pada tahun 2011 dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada

Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Padasugih 1 Brebes”. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas V yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan yang tidak. Pada kelas

eksperimen atau kelas yang pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh hasil penelitian yang berupa rata-rata hasil belajar

sebesar 78,14, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 70,30. Oleh karena itu, dari dua penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Untuk itu, peneliti mencoba menggunakan kembali model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif Ashiddiqi, di mana jenis penelitian dan model pembelajaran yang digunakan itu sama, yang membedakan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw

pada mata pelajaran yang diajarkan. M. Hanif Ashiddiqi menerapkan jigsaw pada

mata pelajaran IPA, sedangkan peneliti menerapkannya pada mata pelajaran IPS. Sementara kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh


(51)

Pungkas Astiti yaitu mulai dari penerapan model pembelajaran sampai pada materi pelajaran yang diajarkan, dan yang membedakan yaitu jenis penelitian yang digunakan. Pungkas Astiti menggunakan jenis penelitian eksperimen, sedangkan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas.

2.3

Kerangka Berpikir

Model pembelajaran yang selama ini digunakan dalam pembelajaran IPS pada umumnya model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang melibatkan keaktifan siswa. Penerapan metode tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang pada umumnya memiliki materi dengan jenis narasi dan berstruktur. Jenis materi IPS tersebut seharusnya disajikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan menarik, tidak dengan metode ceramah. Dalam penerapan metode ceramah pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan suasana pembelajaran yang tercipta selalu membosankan dan menjenuhkan, karena aktivitas yang dilakukan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD yang pada umumya senang bermain dan bergerak atau dengan kata lain aktif dalam belajarnya. Pembelajaran yang membosankan tersebut menjadikan siswa kurang mampu mengembangkan potensinya, sehingga minat siswa dalam belajar IPS menjadi rendah yang menyebabkan hasil belajarnya pun ikut rendah.

Berawal dari kenyataan tersebut, maka perlu adanya suatu perubahan pada penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, baik yang menyangkut aktivitas belajar siswa maupun hasil belajar yang dicapai siswa.


(52)

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat ikut

terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan tampak dengan berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal yang memungkinkan siswa melakukan penemuan akan konsep, memungkinkan siswa untuk berbagi pengetahuan, untuk bekerjasama, dan yang tidak kalah penting siswa mulai berlatih untuk dapat berbicara dan berpendapat di depan teman sekelompoknya. Di samping itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa juga dilatih untuk dapat saling menghargai perbedaan dengan

adanya kelompok asal dan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang heterogen, mulai dari perbedaan jenis kelamin, kemampuan akademik, ras, dan status sosial. Selain itu, dengan adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor maksimal, dapat memotivasi siswa dalam belajar, mereka akan bersaing untuk bisa mendapatkan predikat kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super, sehingga pencapaian hasil belajar siswa akan meningkat.

Jadi, dapat diduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V serta performansi guru SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Seperti yang tergambar dalam gambar 2.1. berikut.


(53)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.4

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut:

(1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang,

(2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang,

(3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan performansi guru dalam proses pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang.

Pembelajaran konvensional: cenderung menggunakan metode ceramah, monoton, dan kurang mengaktifkan siswa.

Siswa kurang antusias, minat belajar siswa rendah, dan hasil belajar kurang memuaskan. Tindakan Melakukan PTK dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Kondisi akhir

Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, serta performansi guru juga meningkat.

Kondisi awal


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 3 pertemuan, dengan 2 pertemuan pembelajaran masing-masing 2 jam pelajaran (JP) dan 1 pertemuan tes formatif dengan 1 JP. Siklus II terdiri dari 3 pertemuan, dengan 2 pertemuan pembelajaran masing-masing 2 JP dan 1 pertemuan tes formatif dengan 1 JP. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi seperti yang diutarakan Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008: 17-21) sebagai berikut:

Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dengan kata lain menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Secara lebih rinci, pada tahap ini terdiri atas: (1) mengidentifikasi dan menganalisis masalah; (2) menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan; (3) merumuskan masalah secara jelas; (4) menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan; (5) menentukan cara untuk menguji hipotesis; dan (6) membuat secara rinci rancangan tindakan.


(55)

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan yaitu pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu peneliti melakukan tindakan di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, yang terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Hal yang perlu diingat yaitu bahwa dalam tahap ke-2 ini, peneliti harus berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat jika tahap ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan harus dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Hal yang menjadi fokus dalam tahap pengamatan yaitu berupa aktivitas siswa dan performansi guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian menilai implementasi rancangan tindakan atau dengan kata lain mengevaluasi diri. Hal yang menjadi fokus dalam kegiatan refleksi yaitu pada aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan performansi guru dalam proses pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari hasil refleksi tersebut barulah kita bisa


(56)

3.2

Perencanaan Tahap Penelitian

Perencanaan tahap penelitian yang akan dilaksanakan meliputi perencanaan siklus I dan perencanaan siklus II. Berikut paparan selengkapnya tentang perencanaan siklus I dan II.

3.2.1 Perencanaan Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci, empat tahapan tersebut yaitu sebagai berikut:

3.2.1.1 Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan meliputi (1) mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah; (2) merancang RPP sesuai indikator yang ditentukan, yaitu menceritakan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan menceritakan Peristiwa Pertempuran Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api untuk pertemuan 1 dan menceritakan Agresi Militer Belanda terhadap Republik Indonesia untuk pertemuan 2; (3) merancang media yang berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta menyusun bahan ajar; (4) menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, serta deskriptornya; dan (5) menyusun tes formatif I.

3.2.1.2 Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu: (1) Menyiapkan RPP,

(2) Menyiapkan media berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta bahan ajar,


(57)

(3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran,

(4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi: guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi; guru menjelaskan materi secara garis besar (materi Pertempuran dalam Mempertahankan Kemerdekaan pada pertemuan 1 dan Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda pada pertemuan 2); guru membagi siswa kedalam 9 kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 4 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS, di mana setiap siswa dalam satu kelompok asal mendapatkan bagian tugas yang berbeda-beda; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai bagian tugas yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan mempelajarinya sampai benar-benar menguasai tugas tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu mengulas


(58)

kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa yang dipimpin oleh guru; pemberian kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu; dan pemberian penghargaan kepada kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi dengan berupa piagam dan bonus nilai,

(5) Pada akhir siklus I siswa mengerjakan tes formatif I.

3.2.1.3Pengamatan

Sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, pengamatan difokuskan pada tiga hal, yaitu terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, serta terhadap performansi guru. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang ketiga aspek tersebut.

3.2.1.3.1 Aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa diamati mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini, pengamatan aktivitas belajar siswa difokuskan pada indikator-indikator seperti berikut ini.

(1) kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun asal), (2) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan,

(3) ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan

(4) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal.


(59)

3.2.1.3.2 Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa yang diamati meliputi rata-rata nilai dan persentase tuntas belajar klasikal. Kedua aspek tersebut diperoleh dari analisis data hasil tes formatif I yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan tindakan siklus I.

3.2.1.3.3 Performansi guru

Performansi guru yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meliputi penguasaan

materi dan penguasaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu

sendiri. Alat yang digunakan untuk menilai kedua aspek tersebut yaitu berupa

Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG), yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APKG 1 untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), APKG 2 untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial guru.

3.2.1.4 Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aspek-aspek yang diamati pada pelaksanaan tindakan siklus I dan nantinya digunakan dasar atau landasan untuk merencanakan pelaksanaan tindakan siklus II.

3.2.2 Perencanaan Siklus II

Siklus II terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci, empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.


(60)

3.2.2.1 Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu (1) merancang RPP sesuai indikator yang ditentukan, yaitu menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda untuk pertemuan 1 dan menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Sudirman, dan Bung Tomo untuk pertemuan 2; (2) merancang media yang berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta menyusun bahan ajar; (3) menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, serta deskriptornya; dan (4) menyusun tes formatif II.

3.2.2.2 Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu: (1) Menyiapkan RPP,

(2) Menyiapkan media berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta bahan ajar,

(3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran,

(4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi; guru menjelaskan materi secara garis besar (materi Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan pada pertemuan 1 dan Peranan Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada pertemuan 2); guru


(61)

membagi siswa kedalam 7 kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 5 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS. Setiap siswa dalam satu kelompok asal mendapatkan bagian tugas yang berbeda-beda; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai bagian tugas yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan mempelajarinya sampai benar-benar menguasai tugas tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu mengulas kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa yang dipimpin oleh guru; pemberian kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu; dan pemberian penghargaan kepada kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi dengan berupa piagam dan bonus nilai,

(5) Pada akhir siklus II siswa mengerjakan tes formatif II.

3.2.2.3 Pengamatan

Seperti halnya siklus I, pengamatan pada siklus II juga difokuskan pada tiga hal, yaitu terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, serta terhadap


(62)

performansi guru. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang ketiga aspek tersebut.

3.2.2.3.1 Aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa diamati mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini, pengamatan aktivitas belajar siswa difokuskan pada indikator-indikator seperti berikut ini.

(1) kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun asal), (2) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan,

(3) ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan

(4) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal.

3.2.2.3.2 Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa yang diamati meliputi rata-rata nilai dan persentase tuntas belajar klasikal. Kedua aspek tersebut diperoleh dari analisis data hasil tes formatif II yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II.

3.2.2.3.3 Performansi guru

Performansi guru yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meliputi penguasaan

materi dan penguasaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu

sendiri. Alat yang digunakan untuk menilai kedua aspek tersebut yaitu berupa

Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG), yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APKG 1 untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), APKG 2 untuk


(1)

Lampiran 63


(2)

Lampiran 64

DOKUMENTASI

Guru menjelaskan materi ajar

Guru membimbing siswa diskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli


(3)

Guru memimpin diskusi kelas

Siswa mengerjakan soal kuis


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik

Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Anni, Catharina Tri dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aronson, Elliot. n.d. History of the Jigsaw. Online. Available at http://www.jigsaw.org/history.html. [Diakses 10/3/12].

Ashshiddiqi, Mohamad Hanif. 2011. Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera Manusia melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri Watesalit 02 Batang. Skripsi. Semarang: PGSD FIP

UNNES.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: Diva Press. Astiti, Pungkas. 2011. KeefektifanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Padasugih 01 Brebes pada Materi Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia. Skripsi. Semarang: PGSD FIP UNNES.

Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung:Yrama Widya.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawan, Asep Herry. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(5)

Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Evektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Kurniawan. 2011. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Usia SD. Online. Available at. http://www.sekolahdasar.net/2011/05/karakteristik-dan-kebutuhan-anak-usia.html/. [Diakses 28/12/11]

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learningdi

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Makewa, Lazarus Ndiku, Elizabeth Role, dan Jane Ayiemba Genga. 2011. Teachers’ Use of Humor in Teaching and Students’ Rating of Their Effectiveness. International Journal of Education. 3/2: E8.

Mangkoesapoetra, Arief Achmad. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di Tingkat

Sekolah Dasar. Online. Available at

http://re-searchengines.com/0805arief7.html. [Diakses 25/12/11].  

Masitoh, Susilo, dan Soewarso. 2010. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya Sari Press.

McWey, L.M., Henderson, T.L., dan Piercy, F.P. 2006. Cooperative Learning Through Collaborative Faculty-Student Research Teams. Jurnal subject

Sociology, Education. 55/2: 252-262.

Mukayanah. 2009. Pembelajaran IPS di SD: Jauh dari Tujuan. Online. Available at http://yannahazmah.wordpress.com/2009/12/17/pembelajaran-ips-di-sd-jauh-dari-tujuan/. [Diakses 25/12/11].

Poerwanti, Endang dkk 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas. Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:

Unnes Press.

Septa, Kurnia. 2011. Pengertian Hasil Belajar. Online. Available at http://www.sekolahdasar.net/2011/06/pengertian-hasil-belajar.html.

[Diakses 25/12/11].

Siddiq, M. Djauhar, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono. 2008. Pengembangan

Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model


(6)

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

---. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinyapada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionl. 2006. Bandung: Citra Umbara.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan

KonseptualOperasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sendangadi Mlati.


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAREREJA 01 KABUPATEN BREBES

0 9 137

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Padasugih 01 Brebes pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

1 12 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD.

0 0 14

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Bilangan Bulat di SD Negeri Sindangheula 03 Banjarharja Brebes.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SANDEN.

0 2 250

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

0 0 15

PENERAPAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA MENGANTI GRESIK SKRIPSI

0 0 15

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 94 Pekanbaru

0 0 15