PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

  

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

1) 2)

  Maria Theodora Titu, Yosefina Uge Lawe

  1)

  SDN Zeu Christian College, NTT

  2)

  Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Citra Bakti, NTT

  1) 2)

  mariatheodoratitu@gmail.com , yosefinagelawe@gmail.com

  ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian model Kemmis & Taggart yang dilakukan dalam dua siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Zeu Christian College yang berjumlah 22 orang, dengan rincian 11 siswa Laki-laki dan 11 siswa Perempuan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk aktivitas belajar menggunakan metode observasi dengan instrument yang digunakan adalah lembar observasi yang dilakukan pada setiap proses pembelajaran dan untuk hasil belajar, dengan menggunakan metode tes tertulis dan instrument adalah tes objektif setiap siklus yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif. Dari hasil analisis diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar IPA pada siklus I adalah 20 dan skor rata-rata aktivitas belajar IPA pada siklus II adalah 24. Rata- rata peningkatan adalah 4 atau 9,09%. Rata-rata skor hasil belajar IPA pada siklus I adalah 47 dan skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II adalah 82. Rata-rata peningkatan adalah 35 atau 27,13%. Dari hasil analisis rata- rata skor aktivitas belajar dan rata- rata skor hasil belajar IPA mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V.

  

Kata-kata Kunci: pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas

  belajar, hasil belajar

  PENDAHULUAN

  Dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dapat menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM).

  Permasalahan pendidikan selalu muncul bersama dengan berkembangnya dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan serta berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Tekhnolgi (IPTEK).

  Menurut Trianto (dalam Uge Lawe. Y, 2017: 69) menyatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentunya diimbangi dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Agar sumber daya manusia dapat meningkat maka setiap pelajaran di SD harus diberikan secara terarah sehingga menunjang keberhasilan pendidikan yang lebih tinggi.

  Berdasarkan pengalaman guru yang mengajar mata pelajaran IPA kelas V SDN Zeu Christian College ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan belum tercapainya hasil belajar yang optimal yaitu: (1) proses pembelajaran berpusat pada guru, karena guru belum bisa membuat siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, (2) Guru kurang memberikan motVasi belajar kepada siswa sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, (3) guru masih banyak menggunakan model pembelajaran konvensional, (4) guru belum memanfatkan sumber belajar yang lain seperti alat peraga dan lingkungan sekitar, sehingga siswa terkesan jenuh dan bosan dengan metode yang digunakan guru. Hal ini jika dibiarkan maka akan menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA.

  Rendahnya hasil belajar IPA pada siswa dikarenakan kurang aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran, siswa di latih untuk menjadi pasif dalam kelas, karena semua kegiatan pembelajaran dimonopoli oleh guru. Selain itu, terjadi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran IPA membuat hasil belajar menjadi rendah (Dinatha, 2017). Hal ini sejalan juga dari hasil temuan mengenai kajian miskonsepsi pada materi IPA (Laksana dkk., 2017).

  Berangkat dari permasalahan tersebut, maka sebagai guru yang professional harus lebih kreatif dalam mengelolah kegiatan pembelajaran, guru harus bisa menggunakan berbagai macam cara, strategi, metode, maupun model pembelajaran yang bervariasi untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif. Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba menawarkan solusi, melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaran .

  Menurut Roger (dalam Huda Miftahul, 2011: 29) pembelajaran Kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa suatu pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap mebelajar bertanggung jawab atas pemelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

  Menurut Davidson (dalam Huda Miftahul, 2011: 30) Kooperatif berarti bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu. Singkatnya pembelajaran Kooperatif adalah mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

  Menurut Johnson dan Johnson (dalam Huda Miftahu, 2011: 31) pembelajaran Kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suasana kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.

  Tujuan pembelajaran kooperatif Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 57 ) bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif juga menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Jhonson (dalam Trianto, 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara indVidu maupun secara kelompok. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat menyebabkan siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah Jigsaw.

  Model pembelajaran koopreatif Jigsaw Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 74) pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah suartu model pembelajaran dimana siswa dikelompokan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut pada hakikatnya model pembelajaran Jigsaw adalah berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggun jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan motifator.

  Menutut Rusman, (2012: 218) model pembelajaran kooperatif tipe

  

Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitipberatkan pada

kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk dalam kelompok kecil untuk belajar secara bersama dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru.

  Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (Trianto, 2009: 73) adalah sebagai berikut: Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang), Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang sudah dibagi dalam beberapa sub bab, Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya, Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya, Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis indVidu.

  Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (Rusman, 2012: 219) adalah sebagai berikut. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya, Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan idea tau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah, Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif, Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat arena siswa diberikesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok, Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya, Siswa lebih menguasai materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya, Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok, Materi yang diberikan siswa dapat merata, Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.

  Adapun kekurangan yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulid dalma menyampaikan materi pada teman, Siswa yang aktif akan mendominasi diskusi, dan cenderung menontrol jalannya diskusi, Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli, Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan, Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran, Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari dalam keadaan eadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya, Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah.

  Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang luas metode sulit dijalakan mengingat siswa harus berpindah dan berganti kelompok Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga membutuhkan waktu dan persiapan yang matang sebelum metode pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

  Aktivitas belajar adalah seluruh aktVias siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik samapi kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi (Juliantara, 2010: 75). Menurut Sardiman dalam Juliantara, 2010:75), belajara adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas siswa merupakan inti dari pembelajaran. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas fisik maupun mental dan menghasilkan perubahan nilai atau sikap positif pada dirinya.

  Hal tersebut dapat terjadi melalui dasar pemikiran bahwa pendidikan sebagai suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan siswa, dengan memposisikan siswa sebagai indVidu yang sedang mengembangkan seluruh potensinya dalam bimbingan dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing dan sumber belajar yang baik serta dilakukan melalui proses yang direncanakan dan dilakasanakan sebagai suatu sistem untuk mencapai hasil belajar yang optimal (Rusman, 2012: 393).

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik itu kegiatan yang bersifat fisik maupun dalam kegiatan pembelajaran dan dilaksanakan sebagai suatu sistem untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

  Menurut Hamalik (dalam Hanafiah, 2012: 24) menyatakan bahwa, aktivitas belajar dibagi kedalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja bermain, Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi, Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio, Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan foto kopi, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket, Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola, Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun, Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan, Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang.

  Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga menunjukan perubahan tingkah laku seperti contoh diatas (Anitah, 2007: 2.19).

  Menurut Sudjana, (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang bersifat menetap setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

  Solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalaha menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Zeu Christian College. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalaha Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  

Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas

  V SDN Zeu Christian College

  METODE

  Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Zeu Christian College tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini diasumsikan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari 4 (empat) pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 (dua) pertemuan, sesuai dengan kopetensi yang ada disekolah tempat penelitian.

  Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah desain model Kemmis & Taggart (dalam Kusmah & Dwitagama: 2010: 21) dengan tahapan masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi, refleksi. Namun dalam tahap kedua dan ketiga dijalankan secara bersama.

  Waktu Penelitian, Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dimulai sejak bulan Agustus- Oktober 2016. Tempat yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah di Kelas V SDN Zeu Christian College, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Zeu Christian College tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 22 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki 11 orang dan siswa perempuan 11 orang. Obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPA tahun ajaran 2016/2017.

  Prosedur penelitian dimulai dari pelaksanaan siklus I, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, pelaksanaan siklus

  II yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsa, sedangkan variabel terikat adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V.

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini untuk hasil belajar IPA, aspek afektif, peneliti menggunakan teknik observasi lansung untuk mengamati aspek disiplin, ketelitian dan kerja sama, karena pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan lansung dimamati oleh peneliti dengan menggunakan rubrik lembar pengamatan yang disiapkan oleh peneliti. Aspek afektif dikumpulkan dari hasil pengamatan pada setiap pertemuan.

  Dalam pengumpulan data hasil belajar aspek kognitif dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik tes dengan bentuk tes adalah tes tertulis bentuk obiektif (pilihan ganda) dan dites pada akhir siklus I (pertama) dan siklus II (kedua).

  Metode pengumpulan data aktivitas belajar IPA, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi lansung, untuk mengamati aspek visual, lisan, mendengarkan, menulis, emosional, karena pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebernya dan lansung dimamati oleh peneliti dengan menggunakan rubrik lembar pengamatan yang disiapkan oleh peneliti pada setiap pertemuan.

  Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif yakni suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar

  IPA yang dicapai siswa, yang diukur dengan menghitung mean, modus dan median, menghitung hipotesis tindakan.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diperoleh skor aktivitas belajar IPA dapat dilihat pada tabel 01.

  Tabel 01 Skor Aktivitas Belajar IPA SDN Zeu Christian College No Siklus Rata-rata Aktivitas Kategori

  1 Siklus I

  20 Aktif

  2 Siklus II

  24 Sangat Aktif Peningkatan 4 atau 9,09%

  Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar IPA pada siklus I adalah 20 dan skor rata-rata aktivitas belajar IPA pada siklus II adalah 24. Rata- rata peningkatan aktivitas belajar IPA dari siklus I ke siklus

  II adalah 4 atau sebesar 9,09%. Penikatan ini terjadi karena pada siklus II peneliti melakukan perampingan anggota kelompok, pemberian motVasi- motVasi, sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

  Adapun hasil Belajar IPA yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  Tabel 02 Skor Hasil Belajar IPA SDN Zeu Christian College No Siklus Rata-rata Aktivitas Kategori

  1 Siklus I

  47 Cukup

  2 Siklus II

  82 Sangat Baik Peningkatan 35 atau 27, 13 %

  Dari hasil analisis data diperoleh rata skor hasil belajar IPA pada siklus I adalah 47 dan skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II adalah 82. Rata-rata peningkatan hasil belajar IPA pada siklus I ke siklus II adalah 35 atau sebesar 27,13%.

  Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar IPA meningkat, peningkatan terjadi karena pada awal kegiatan pada siklus II guru memberikan motVasi-motVasi kepada peserta didik sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini sejalan dengan temuan Laksana (2017) bahwa peningkatan aktivitas seiring dengan peningkatan hasil belajar IPA siswa SD.

  KESIMPULAN

  Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar IPA pada siklus I adalah 20 dan skor rata-rata aktivitas belajar IPA pada siklus II adalah 24. Rata- rata peningkatan aktivitas belajar IPA dari siklus I ke siklus

  II adalah 4 atau sebesar 9,09%. Dari hasil analisis data hasil belajar IPA, diperoleh Rata-rata skor hasil belajar IPA pada siklus I adalah 47 dan skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II adalah 82. Rata-rata peningkatan hasil belajar IPA pada siklus I ke siklus II adalah 35 atau sebesar 27,13%.

  Berdasarkan temuan, pembahasan, dan kesimpulan dari hasil penelitian ini maka ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti dibawah ini: (1) Siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan tanggung jawab dalam kelompok masing-masing. Selain itu siswa diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga terbentuk pemahaman dan peningkatan kemampuan dalam mata pelajaran IPA. (2) Bagi Guru diharapkan agar menerapkan model pembelajaran Jigsaw ini dalam mata pelajaran IPA, serta terus melakukan inovasi pembelajaran pada berbagai bidang pembelajaransehingga dapat mennciptakan pembelajaran yang menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dan dapat merangsang keaktifan siswa. (3) Bagi Sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan kulitas proses pembelajaran dengan memotVasi tenaga pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (4) Bagi Peneliti Lain yang ingin mendalami penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat melakukann penelitian yang lebih memadai, yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar belum optimal.

  Dinatha, N.M. (2017). Kesulitan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Terpadu. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 2 (2), 214-223. Hanafiah. (2012). Jenis-jenis Aktivitas. Bandung: Universitas Terbuka. Juliantara. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka. Laksana, D.N L. (2017). The Effectiveness of Inquiry Based Learning for

  Natural Science Learning in Elementary School. Journal of Education Technology, Vol. 1 (1), pp. 1-5. Laksana, D.N.L., Degeng, I.N.S., & Dasna, I.W. (2017). Why Teachers Faces

  Misconception: A Study Toward Natural Science Teachers in Primary Schools. European Journal of Education Studies, 3(7), 667-679. Miftahul, H. (2014). Cooperatif Learning. Celeba Timur Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Bandung. Kharisma Putra Utama Offset. Sri, A. (2007). Strategi Pembelajaan di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta Putra Grafika: Kharisma Putra Utama. Uge Lawe, Y. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

  IPA Pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 4(1), 2017. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). 2010. Bandung: Citra Umbara. Wardani & Kuswaya, W. (2012). Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

  Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.