NASKAH PUBLIKASI Pengelolaan Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstua.

NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN PEM BELAJARAN M ATEM ATIKA
KONTEKSTUAL DI SEKOLAH M ENENGAH KEJURUAN

Oleh :
Sri Budiyati
NIM : Q 100110088

PROGRAM STUDI M ANAJEM EN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS M UHAM M ADIYAH SURAKARTA
2013

i

NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN PEM BELAJARAN M ATEM ATIKA
KONTEKSTUAL DI SEKOLAH M ENENGAH KEJURUAN


Telah di setujui oleh

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Prof.Dr. Sutama, M .Pd

Dr. Sabar Narimo, M .M

ii

ii

PENGELOLAAN PEM BELAJARAN M ATEM ATIKA KONTEKSTUAL
DI SEKOLAH M ENENGAH KEJURUAN

Oleh
1)


2)

Sri Budiyati , Sutama , Sabar Narimo

3)

1)

M ahasisw a pascasarjana Universit as M uhammadiyah Surakart a , email sribudiyat i_63 @yahoo.com
2) & 3)
St af pengajar Universit as M uhammadiyah Surakart a , email sut ama_mpd@yahoo.com

Abst ract
The research object ive is t o describe cont ext ual-based mat h learning
management , w hich includes planning, implement at ion and evaluat ion as w ell as
describe t he const raint s of experienced mat h t eachers in t he implement at ion of
cont ext ual-based mat hemat ics learning at SM K Negeri 3 Klat en. The research
met hod used is descript ive qualit at ive research, research data on the
implement at ion of cont ext ual learning w as collect ed using int erview s,
observat ion and document at ion. It is concluded in conclusion: (1) Planning

learning early in t he learning of mat hemat ics held by preparing syllabi and lesson
plans, (2) implement at ion of cont ext ual learning mat hemat ics in SM K Negeri 3
Klat en is not opt imal, (3) Rat ings are not only assess t he final out come but also t o
assess t he process. Implement at ion of learning mat hemat ics is not opt imal
const rained by: (1) Teachers do not fully underst and and mast er t he cont ext ual
learning, (2) Teachers difficult ies w hen learning mat erial linked w it h t he life
sit uat ion t hat is already know n by t he st udent , (3) Teachers st ill t end t o use t he
lect ure met hod, alt hough t eachers have learned a variet y of learning met hods.
Keyw ords: contextual; learning mathematics; management

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan dan menyat unya t eknologi infor masi dan
komunikasi dalam dunia kerja at au

Dunia Usaha dan Dunia Indust ri (DUDI)

dibut uhkan pembelajaran mat emat ika dit ingkat sat uan pendidikan, khususnya
Sekolah M enengah Kejuruan (SM K) yang sesuai dengan kemajuan Ilmu
Penget ahuan dan Teknologi (IPTEK). Sisw a SM K set elah menyelesaikan st udinya


1

lebih banyak yang mencari kerja dibanding dengan yang melanjut kan ke
Perguruan Tinggi (PT). Unt uk it u kurikulum mat a pelajaran mat emat ika perlu
dirancang dan dipersiapkan dengan mat ang agar sisw a lulusan SM K mempu nyai
skill yang sesuai dengan yang dibut uhkan oleh DUDI. Hal ini sesuai dengan
pendapat Russel (Sumardyono, 2009: 5) yait u mat emat ika menjadi rat unya ilmu
sebab ia lebih pent ing dari logika dan menjadi pelayan ilmu sebab dengan
mat emat ika ilmu dapat berkembang jauh bahkan melebihi perkiraan manusia.
Sejauh ini pendidikan kit a masih didominasi oleh pandangan bahw a
penget ahuan adalah seperangkat fakt a yang harus dihafal. Guru masih
merupakan sumber ut ama penget ahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan
utama met ode pembelajaran. Kebanyakan sisw a, dalam mengikut i pembelajaran
disekolah t idak siap, minimal membaca t erlebih dahulu bahan yang akan
dipelajari, sisw a datang ke sekolah t anpa bekal sepert i bot ol kosong.
Lebih parah lagi, sisw a t idak menget ahui t ujuan belajar yang sebenarnya,
t idak menget ahui manfaat belajar bagi masa depan. Dit ambah lagi mat eri
mat emat ika yang disajikan oleh guru abst rak, suasana pembelajaran yang
monot on, penuh ket egangan, banyak t ugas dan membosankan, fasilit as belajar

kurang, maka lengkaplah penunjang kegagalan belajar.
Fakt a di lapangan juga menunjukkan bahw a pembelajaran yang selama ini
dilakukan oleh guru masih t erpaku pada kebiasaan urut an dalam menyajikan
pembelajaran mat emat ika sebagai berikut : (1) dimulai dengan mengajarkan teori
/ t eorema / definisi, (2) dilanjut kan dengan memberikan cont oh-cont oh soal dan
(3) selanjut nya lat ihan soal-soal. Sesuai dengan pendapat Soebakri (2011: 1),
yakni guru seyogyanya meninggalkan cara-cara rut init as dalam pembelajaran,
t et api lebih mencipt akan program-program pengembangan yang profesional.
Di samping it u pemahaman yang keliru t erhadap fungsi manajemen at au
pengelolaan akan berpengaruh t erhadap pengelolaan pembelajaran. Berdasar
pendapat M ulyasa (2000:20), bahw a guru merasa t elah mengajar dengan baik
meskipun t idak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi t ersebut .

2

Asumsi yang keliru t ersebut menyebabkan banyak guru mengambil jalan pint as
dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
M engambil jalan pint as yang dilakukan guru disebabkan guru belum
memandang pembelajaran sebagai sebuah sist em. Demikian juga dalam
mengelola pembelajaran mat emat ika. M at eri mat emat ika dengan berbagai

macam karakt erist iknya membut uhkan pengelolaan pembelajaran yang t epat ,
sehingga

merupakan

t ugas

dari

guru

unt uk

mencipt akan

pengelolaan

pembelajaran yang efekt if dan efisien.
St rat egi kont ekst ual dalam pembelajaran mat emat ika berusaha mengubah
kondisi diat as, dengan membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari kont ek

kehidupan nyat a sisw a. Selanjut nya, guru memfasilit asi sisw a unt uk mengangkat
obyek dari kehidupan nyat a it u ke dalam konsep mat emat ika dengan t anya
jaw ab, diskusi dan inkuiri. M enurut Johnson (Rachmajant i , 2008:34), st rat egi
kont ekst ual memberi kesempat an sisw a akt if membelajarkan diri sendiri dengan
pengalaman nyat a, bukan menghafal.
Berdasarkan hal-hal t ersebut diat as sudah saat nya diadakan pembaharuan,
inovasi

perubahan

Pembelajaran

pembelajaran

mat emat ika

kearah

sebaiknya


t ujuan

lebih

pendidikan

bervariasi

mat emat ika.

st rat eginya

unt uk

mengopt imalkan kemampuan sisw a. Usaha guru unt uk mengelola pembelajaran,
merupakan bagian pent ing dalam keberhasilan sisw a mencapai tujuan. Unt uk it u
penelit ian ini mengangkat t opik pengelolaan pembelajaran mat emat ika berbasis
kont ekst ual.
Penelit ian ini dilakukan, dengan t ujuan mendeskripsikan pengelolaan
pembelajaran


mat emat ika

dan

mendeskripsikan

kendala

pelaksanaan

pembelajaran mat emat ika berbasis kont ekst ual di SM K Negeri 3 Klat en.
Sedangkan

manfaat

penelit ian

ini secara t eorit is memberikan informasi


t ambahan mengenai kemampuan guru SM K dalam melaksanakan pembelajaran
mat emat ika berbasis kont ekst ual. Informasi t ersebut diharapkan bisa dijadikan

3

sebagai umpan balik dalam merefleksi ket rampilan para guru dalam mengelola
pembelajaran mat emat ika.

M ETODA PENELITIAN

Jenis penelit ian berdasarkan pendekat annya kualit at if. Desain penelit ian
st udi kasus (Sutama, 2010:38). Penelit ian dilaksanakan selama delapan bulan
yait u dimulai bulan Juli 2012 sampai Pebruari 2013 di SM K Negeri 3 Klat en.
Teknik pengumpulan dat a dengan w aw ancara, observasi dan dokument asi
(Sut ama, 2010:92). Informan penelit ian

kepala sekolah, w akil kepala sekolah

bagian kurikulum, guru mat emat ika dan sisw a.
Teknik analisis dat a menggunakan analisis int erakt if yang meliput i reduksi

dat a, sajian dat a dan penarikan kesimpulan yang saling berint eraksi (Sut opo,
2006:109). Uji keabsahan dat a menggunakan uji credibilit y/ validit as int ernal,
t ransferabilit y/ validit as

ekst ernal,

dependabilit y/ reliabilit as

dan

confirmabilit y/ obyekt ivit as ( Sugiyono, 2007:366).

HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN

Perencanaan

pembelajaran

mat emat ika

di

SM K Negeri

3

Klat en

dilaksanakan di aw al t ahun pembelajaran dengan membuat silabus, prot a,
promes dan kemudian dijabarkan dalam RPP yang didalamnya t erkandung SK,
KD, Indikat or keberhasilan mat eri, met ode pembelajaran dan alokasi w akt u. Hal
ini sesuai dengan amanat Perat uran Pemerint ah Nomor 19 t ahun 2005, guru
merencanakan pembelajaran dengan membuat silabus dan RPP.
Semua guru sudah membuat silabus dan RPP, namun guru mat emat ika
kebanyakkan masih mengganggap sulit mengembangkan silabus. Para guru
sudah t erbiasa mengkopi past e silabus dari sekolah lain t erus menggunakannya
t anpa di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah yang ada. Hal ini dapat

4

dilihat dari jumlah alokasi w akt u yang berbeda ant ara yang t ert uang di silabus
dengan yang ada pada RPP. Sebet ulnya mengkopi silabus dari sekolah lain at au
menggunakan cont oh dari M GM P boleh saja, namun harus dilihat dahulu
disesuaikan dengan jumlah jam implement asi sekolah masing-masing. Dengan
demikian guru mat emat ika dapat mengembangkan silabus secara kreat if dan
mandiri. Sesuai dengan BSNP dalam Supinah (2008,8), bahw a pengembang
silabus : (1) dapat dilakukan oleh guru secara mandiri at au dari M GM P dan Dinas
Pendidikkan, (2) jika guru mampu mengenali karakt erist ik siswa, kondisi sekolah
dan lingkungannya, silabus dapat disusun secara mandiri .
RPP yang sudah dibuat pada aw al t ahun pembelajaran didokument asikan
oleh bagian kurikulum. Ini dilakukan sebagai bukt i jika ada monit oring dari
Pengaw as SM K at au

keperluan akreditasi sekolah. Dalam pembelajaran

kont ekst ual, RPP lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai laporan
unt uk kepala sekolah at au pengaw as sepert i yang dilakukan saat ini. Jadi RPP
lebih cenderung berfungsi mengingat kan guru sendiri dalam m enyiapkan alatalat / media

dan

mengendalikan

langkah-langkah

(skenario)

pembelajaran

sehingga bent uknya lebih sederhana (Jumadi, 2003:4).
Sebelum

melaksanakan

kegiat an

pembelajaran

kont ekst ual,

guru

menyiapkan rancangan pembelajaran. Rancangan it u merupakan bagian dari
persiapan mengajar. Rancangan dibuat dalam bent uk model pembelajaran yang
menggambarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dari aw al pembelajaran
sampai akhir unt uk sat u KD. Sat u KD dapat dit uangkan dalam sat u at au lebih
RPP. M odel pembelajaran t ersebut digunakan guru sebagai pet unjuk st rat egi
mengajar

unt uk

mencapai

t ujuan

pembelajaran.

M odel

pembelajaran

merupakan salah sat u cara unt uk meningkat kan kemampuan sisw a dalam belajar
Joice dan Weil (Wardhani, 2004:17). Disamping it u Kut z ( Wardhani, 2004:17),
mengemukakan t anpa model pembelajaran yang nyat a, guru mengembangkan
pola pembelajarannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan int uisinya.

5

Guru
kont ekst ual

SM K Negeri 3 Klat en
sebagai

berikut :

(1)

menyiapkan

pada

aw al

rancangan

pembelajaran

proses pembelajaran

mengajukan permasalahan kont ekst ual yang dit ulis dalam

lembar

guru
kerja.

Permasalahan kont ekst ual t ersebut diberikan pada masing-masing kelompok
untuk diselesaikan (2) mengembangkan cara memfasilit asi sisw a unt uk dapat
menyelesaikan masalah t ersebut dengan caranya sendiri, (3) M emberikan
kesempat an kepada sisw a unt uk menjelaskan dan memberi alasan t erhadap
jawabannya dan dit anggapi oleh kelompok lain. Hal ini akan menumbuhkan
int eraksi dan dapat membant u mengembangkan ket erampilan bert anya sisw a,
(4) melakukan refleksi.
Pelaksanaan pembelajaran yang kont ekst ual, dibagi dalam t iga t ahapan
yait u pendahuluan, int i dan penut up. Pada t ahapan pendahuluan, hampir semua
guru sudah melaksanakan dengan baik.
menyam paikan t ujuan

dan

mat eri

Guru memulai pembelajaran dengan

pembelajaran

dengan

jelas, meliput i

penjelasan kompet ensi yang akan dicapai, mendiskripsikan cakupan mat eri yang
akan dipelajari dan melakukan apersepsi dengan mengajukan pert anyaanpert anyaan yang mengait kan penget ahuan yang t elah dimiliki sisw a dengan
mat eri yang akan dipelajari.
Tahapan

inti

meliputi,

(1)

guru

mengajukan

permasalahan

yang

kont ekst ual berkait an dengan mat eri yang akan dipelajari dalam bent uk lembar
kerja, (2) siswa membent uk kelompok dengan at uran set iap kelompok t erdiri
dari 4 at au 5 sisw a dengan kemampuan het erogin, (3) guru memfasilit asi sisw a
melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri pemecahan dari perm asalahan,
(4) guru memberi kesempat an kepada siswa unt uk mengkonst ruksi penget ahuan
dan keterampilan yang dimiliki (5) guru mengembangkan ket erampilan sisw a
untuk bertanya, (6) guru menyajikan model pembelajaran yang inovat if.
Pembahasan dari kegiat an int i diuraikan singkat dibawah.
Dalam mengajukan permasalahan kont ekst ual, m asih banyak guru yang
belum

t erbiasa sehingga sisw a kurang t erbiasa unt uk menemukan dan

6

menerapkan idenya. M asalah yang disampaikan guru matematika, belum dapat
dipikirkan secara nyat a dalam pikiran sisw a, sebagai cont oh pada penyampaian
mat eri Program Linier, guru mengajukan masalah t ent ang hot el yang memiliki
dua t ipe kamar at au t ent ang pesaw at yang memiliki dua macam t empat duduk
unt uk penumpang kelas ekonomi dan kelas eksekut if. Hal t ersebut t idak dapat
dipikirkan secara nyat a oleh sisw a karena kebanyakan sisw a belum mengenal
at au mengalami sit uasi t ersebut . Sebaiknya dalam mengajukan masalah yang
kont ekst ual dipilih permasalahan yang dekat dengan kehidupan sisw a dan siswa
sudah mengenali dengan baik sehingga dapat membangkit kan penget ahuan yang
t elah dimiliki oleh sisw a dan dapat sebagai pijakan unt uk memahami konsep
yang akan dipelajari (Wickless, Ribenboim dan Dobbs , 2006:252-259)
Selain

it u

penggunaan

kont eks

dalam

pembelajaran

mat emat ika

menjadikan konsep-konsep abst rak dapat dipahami berdasarkan sit uasi yang
sudah dikenal dengan baik oleh siswa (Anggo, 2011:35). Hal ini menunjukkan
bahw a berbagai sit uasi yang sudah dikenal sisw a dalam lingkungan kehidupan
sehari -hari dapat dimanfaat kan dan memberi kont ribusi yang besar dalam
membangun pengert ian t erhadap fakt a, konsep dan prinsip mat emat ika. Sit uasi
yang bersifat khayalan at au nyat a yang diperoleh sisw a dari pengalaman,
membuat

belajar matematika sebagai suat u akt ivit as yang berguna dan

bermakna yang lebih menekankan penalaran bukan rumus-rumus mat emat ika
(Turmudi, 2009: 1-15).
Pada kegiat an int i pembelajaran mat emat ika di SM K t empat penelit ian,
sisw a membent uk kelompok dengan at uran anggot a kelompok t erdiri dari 4 at au
5 sisw a dengan kemampuan het erogin. Dalam sat u kelas jumlah sisw a berkisar
ant ara 38 sampai 40 sisw a dan t erbagi dalam delapan kelompok belajar. Siswa
melakukan diskusi, bekerjasama mencari penyelesaian dari permasalahan yang
diajukan guru dengan caranya sendiri. Selama proses diskusi berlangsung
nampak sisw a yang belum mengert i bert anya kepada sisw a yang pandai bahkan
ada yang bert anya kepada guru unt uk mendapatkan bimbingan.

M enurut

7

Hakim (2008:98), Kerjasama akan saling mengunt ungkan sat u dengan yang
lainnya dan akan membent uk kesat uan yang lebih baik dari pada bekerja sendiri.
Guru kurang dalam memfasilit asi sisw a melakukan penyelidikan dan
menemukan sendiri pemecahan dari masalah dengan alasan tidak cukup waktu.
Guru yang sudah t erbiasa menggunakan met ode ceramah, memberikan semua
penget ahuan kepada sisw a t erlebih dahulu, baru memberikan soal-soal
kont ekst ual yang berkait an dengan KD yang dit erangkan. Dengan demikian sisw a
kurang mandiri dalam melakukan usaha unt uk mencari pemecahan dari suat u
permasalahan. M enemukan adalah proses yang pent i ng dalam pembelajaran,
sebab dengan menemukan pemecahan masalah sendiri , sisw a mempunyai
kepuasan t ersendiri dan t idak mudah lupa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suherman (2012:11-54), bahw a dengan menemukan, kemampuan berpikir
mandiri akan terlatih dan menjadi t erbiasa.
Guru kurang memberi kesempat an kepada sisw a unt uk mengkont ruksi
penget ahuan dan ket erampilan yang dimiliki . Kecenderungan guru menggunakan
met ode yang konvensional menjadikan sisw a sebagai penont on dan guru sebagai
pemain.

Sebaiknya,

dalam

pembelajaran

met ode

yang digunakan

lebih

bervariasi, ini akan mengubah sisw a sebagai pemain dan guru sut radaranya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lynch dan Dorot hy (2003: 1-4), bahwa pembelajaran
t idak hanya ment ransfer ilmu melainkan proses mengkont ruksi penget ahuan.
Belajar adalah suat u proses bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi,
t et api belajar harus mengalami sendiri .

Sisw a mengkonst ruksi sendiri konsep

secara bert ahap, memberi makna konsep t ersebut melalui penerapan ke bidang
yang lain, bahkan unt uk menghadapi kehidupan nyat a sisw a.
Bahan ajar mat emat ika yang digunakan guru t empat penelit ian, buku
paket dan modul. Buku paket digunakan sebagai buku pegangan guru sedangkan
modul dimiliki oleh set iap sisw a. M odul pembelajaran mat emat ika dibuat oleh
M GM P kabupat en set empat dan digunakan sebagai acuan ut ama unt uk urut an
mat eri ajar, baik yang disampaikan pada proses pembelajaran maupun pada

8

penyusunan RPP. Hasil penelit ian yang berkaiat an dengan bahan ajar, adalah
modul digunakan sebagai acuan ut ama dalam pembelajaran mat emat ika. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan ajar masih kurang. Sumber belajar yang digunakan
guru masih sebat as pada buku pegangan, belum memanfaat kan lit erat ur sepert i
jurnal ilmiah mat emat ika, perpust akaan pribadi guru dan menelusuri w ebsit e di
int ernet .
Usaha guru unt uk mengembangkan ket erampilan sisw a unt uk bert anya
hanya sedikit . Dilihat dari hasil pengamat an sisw a bert anya jika dimint a oleh
guru unt uk bert anya, bukan kemauan dari sisw a sendiri unt uk bert anya.
M est inya sisw a akan bert anya ket ika menemui kesulit an, saat berdiskusi, saat
mengamat i dan saat bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Dari akt ivit as dan
kegiat an-kegiat an yang dilakukan it u diharapkan t umbuh dorongan unt uk
bert anya,

sehingga

ket erampilan

bert anya

sisw a

dalam

pembelajaran

kont ekst ual t ercapai. Hal ini didukung hasil penelit ian Wasis (2006:9), yang
menunjukkan banyak prakt ik, banyak memperoleh kesempat an berbicara,
banyak bert anya kepada t eman dan guru dapat menambah kesenangan sisw a
dalam belajar matematika.
Selain it u apabila selama proses pembelajaran mat emat ika berlangsung
sisw a t idak banyak pert anyaan at au koment ar hanya penyelesaian soal-soal
dengan bant uan guru, maka pembelajaran mat emat ika t idak produkt if. Sisw a
kurang percaya di ri at au t idak memp unyai sikap yang posit if t erhadap
mat emat ika. Padahal sisw a dapat menyelesaikan masalah mat emat ika dengan
sukses apabila mempunyai sikap posit if at au sikap percaya diri t erhadap
mat emat ika, Jut er (Sut ama, 2013:93).
M odel

pembelajaran

yang

inovat if,

dan

t idak

monot on

akan

menumbuhkan t erjadinya int eraksi ant ar sisw a. Int eraksi tersebut dapat diamat i
pada w akt u sisw a bekerja sama dalam kelompok, sisw a saling bert anya, saling
membat u sat u dengan yang lain.
langkah-langkah

Pada pembelajaran yang inovat if memuat

yang harus dikerjakan

dengan

jelas,

t erorganisasi

dan

9

sist emat is. Jika model pembelajaran inovat if dilaksanakan dengan baik akan
menimbulkan int eraksi sisw a yang posit if. M odel pembelajaran merupakan
bent uk pembelajaran dari aw al sampai akhir yang disaji kan secara khas oleh guru
(Sut ama, 2011: 12-13). Dengan kat a lain, model pembelajaran merupakan
bingkai dari penerapan suat u pendekat an, St rat egi, met ode, t eknik dan t akt ik
pembelajaran.
Selanjut nya pada kegiat an penut up, guru dan sisw a melakukan refleksi
dengan mengadakan t anya jaw ab, t ent ang hal-hal yang baru saja dipelajari. Guru
dan siswa bersama-sama membuat rangkuman. Guru melakukan penguat an at au
penekanan t erhadap mat eri yang t elah diajarkan, sehingga sisw a mempunyai
pemahaman yang sama. Guru sudah mengadakan penilaian dengan baik,
meliput i penilaian proses maupun penilaian hasil. Penilaian t idak hanya
dilakukan pada akhir semest er, akhir t ahun at au ujian akhir t api penilaian juga
dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Guru sudah melakukan
penilaian pada saat sisw a bekerjasama dalam kerja kelompok, pada saat sisw a
mengadakan penyelidikan at au penemuan, pada saat sisw a mendemonst rasikan
hasil diskusi dan keakt ifan sisw a dalam bert anyapun juga dinilai oleh guru.

Evaluasi at au penilaian digunakan guru unt uk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya t ent ang kemajuan belajar sisw a. Biasanya set elah sisw a
menget ahui hasil belajarnya kurang baik, akan mengambil keput usan unt uk
belajar yang lebih baik, sedangkan unt uk guru akan memanfaat kan hasil
penilaian unt uk memperbaiki pembelajaran selanjut nya.
M enurut Wasis (2006:2), t erdapat masalah dalam penilaian hasil belajar
saat ini : (1) t es t ert ut up / t es dengan jaw aban t unggal t idak memberikan
gambaran yang memadai t ent ang kemampuan sisw a, (2) penilaian t idak perlu
disesuaikan dengan cara belajar sisw a yang biasanya bervariasi, (3) penilaian
lebih menunjukan ket idakmampuan sisw a dari pada kemampuan sisw a, (4)
penilaian t idak mempert imbangkan kemajuan sisw a dalam mat a pelajaran yang

10

bersangkut an dan (5) penilaian t idak diselenggarakan sebagai salah sat u cara
unt uk meningkat kan pembelajaran yang t elah dilaksanakan.
Penilaian di SM K Negeri 3 Klat en, unt uk kelas X dan XI baik semest er gasal
maupun genap sudah dilakukan penilaian dengan baik yait u penilaian proses
pada saat pembelajaran berlangsung dan penilaian hasil pada saat akhir
pembelajaran. Sedangkan penilaian yang dilakukan unt uk kelas XII pada
semest er genap cenderung menggunakan penilaian hasil saja dan t idak
memperhat ikan prosesnya. Hal ini t erjadi karena sisw a kelas XII pada semest er
genap menyiapkan diri unt uk menghadapi ujian Nasional. Penilaian t erhadap
proses pembelajaran t idak dilakukan oleh guru karena sisw a hanya dilat ih belajar
soal-soal yang berbent uk pilihan ganda.
Pembelajaran Kelas XII difokuskan unt uk melat ih sisw a agar dapat
menyelesaikan soal pilihan ganda dan dapat memperoleh Nilai Ebt anas M urni
(NEM )

yang t inggi.

Hal

ini

bert ent angan

dengan

t ujuan

pembelajaran

mat emat ika yait u unt uk melat ih daya nalar sisw a dan dapat menggunakan
mat emat ika dalam kehidupan sehari -hari, sert a mampu berpikir logis, krit is dan
sist em at is.
Lebih memprihat inkan lagi, demi unt uk meraih NEM yang t inggi sisw a
dibelajari unt uk menghafalkan prosedur penyelesaian soal. Sistem penilaian yang
t erfokus pada hasil berdampak pada sisw a t idak menyukai t erhadap soal-soal
yang berbent uk uraian, sehingga sisw a mengganggap mat emat ika mat a
pelajaran yang sukar.
Pelaksanaan pembelajaran mat emat ika berbasis kont ekst ual di SM K
Negeri 3 Klat en belum opt imal. Hal ini disebabkan guru belum sepenuhnya
memahami dan menguasai t ent ang pembelajaran yang kont ekst ual.
Pembelajaran mat emat ika dengan st rat egi kont ekst ual sangat baik
dit erapkan dalam proses pembelajaran mat emat ika, karena akan membuat
konsep lebih t ert anam dalam memori sisw a, namun unt uk melaksanakan para
guru banyak menemui kendala. Adapun

kendala yang dialami guru dalam

11

pelaksanaaan pembelajaran mat emat ika yang kont ekst ual ant ara lain: (1) Guru
menemui kendala dalam hal merumuskan skenario pembelajaran at au rencana
pembelajaran t ahap demi t ahap kegiat an sisw a, (2) Kurangnya pemahaman
bagaimana mengait kan ant ara mat eri pembelajaran dengan sit uasi nyat a sisw a
at au penget ahuan yang t elah dimiliki sisw a, (3) M at eri at au kemampuan
prasyarat yang harus dimiliki oleh sisw a yang t idak memadai. Akibat nya, proses
pembelajaran

menjadi

t erhambat,

(4)

Kurangnya

media

dalam

proses

pembelajaran. Para guru sendiri sangat menyadari pent ingnya penggunakan
media dalam proses pembelajaran mat emat ika.
pent ingnya media dalam proses pembelajaran mat emat ika adalah : (1)
memudahkan sisw a menerima mat eri yang diajarkan, (2) Sisw a pada jenjang SM k
t ernyat a masih membut uhkan media nyat a, (3) dapat mempercepat pemahaman
konsep.
Berkait an dengan kendala pada proses pembelajaran t ersebut dapat
diat asi dengan cara mengakt ifkan kegiat an M usyaw arah Guru M at a Pelajaran
(M GM P) yang ada di kabupat en set empat . Kegiat an yang ada di M GM P dapat
digunakan unt uk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dijumpai
guru dalam menyampaikan mat eri pembelajaran kepada sisw a.

SIM PULAN

Perencanaan pembelajaran mat emat ika di SM K Negeri 3 Klat en dimaknai
sebat as penyusunan perangkat pembelajaran unt uk memenuhi administ rasi
sekolah. Perencanaan pembelajaran dilaksanakan di aw al t ahun pembelajaran
dengan membuat silabus, prot a, promes dan kemudian dijabarkan dalam RPP
yang didalamnya t erkandung SK, KD, Indikat or keberhasilan mat eri, met ode
pembelajaran dan alokasi w akt u.

12

Pelaksanaan pembelajaran mat emat ika kont ekst ual di SM K Negeri 3
Klat en, dilakukan dengan t iga t ahapan, yait u: t ahap pendahuluan, int i dan
penutup. M asing-masing t ahapan diuraikan singkat dibaw ah.
Tahap pendahuluan yait u : Guru men yam paikan t ujuan dan mat eri
pembelajaran dengan jelas, meliput i penjelasan kompet ensi yang akan dicapai,
mendiskripsikan mat eri yang akan dipelajari dan melakukan apersepsi dengan
t anya jaw ab.
Tahapan

int i

meliput i,

(1)

guru

mengajukan

permasalahan

yang

kontekstual berkait an dengan mat eri yang akan dipelajari dalam bent uk lembar
kerja, (2) sisw a membent uk kelompok dengan at uran set iap kelompok t erdiri
dari 4 at au 5 sisw a dengan kemampuan het erogin, (3) guru memfasilit asi sisw a
melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri pemecahan dari permasalahan,
(4) guru memberi kesempat an kepada sisw a unt uk mengkont ruksi penget ahuan
dan ket erampilan yang dimiliki (5) guru mengembangkan ket erampilan sisw a
untuk bertanya, (6) guru menyajikan pembelajaran yang inovat if.
Tahap penut up yait u guru dan sisw a melakukan refleksi dengan
mengadakan t anya jaw ab, t ent ang hal-hal yang baru saja dipelajari. Guru dan
sisw a bersama-sama membuat rangkuman. Guru melakukan penguat an at au
penekanan t erhadap mat eri yang t elah diajarkan, sehingga siswa mempunyai
pemahaman yang sama. Guru sudah mengadakan penilaian dengan baik,
meliput i penilaian proses maupun penilaian hasil.
Evaluasi unt uk kelas X dan XI di SM K t empat penelit ian, dilakukan dengan
menggunakan penilaian aut ent ik, yang meliput i penilaian proses dan penilaian
hasil. Penilaian proses dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, guru
menilai keakt ifan sisw a dalam bekerja sama dan saling menghargai dalam satu
kelompok. Penilaian hasil dilakukan dengan t es harian at au semest eran, unt uk
menilai t ingkat penguasaan sisw a t erhadap mat eri yang diajarkan.

13

Evaluasi at au penilaian unt uk kelas XII hanya dilakukan dengan penilaian
hasil disebabkankelas XII dipersiapkan unt uk menghadapi ujian Nasional yang
soal-soalnya berbent uk pilihan ganda.
Kendala dalam melaksanaan pembelajaran mat emat ika kont ekst ual: (1)
guru belum benar-benar memahami dan menguasai pembelajaran mat emat ika
yang kont ekst ual (2) guru masih cenderung menggunakan met ode ceramah,
w alaupun sebet ulnya guru sudah menget ahui bermacam-macam met ode
pembelajaran.

(3)

kurangnya

media

pembelajaran

pembelajaran mat emat ika kont ekst ual. (4) guru

yang

menunjang

belum t erbiasa mengait kan

mat eri pembelajaran dengan permasalahan dalam kehidupan nyata sisw a.

DAFTAR PUSTAKA

Anggo, M ust amin, 2011. Pemecahan M asalah M at emat ika Kont ekst ual Unt uk
M eningkat kan Kemampuan M et akognisi Sisw a . Edumat ika volume 01
nomor 02
Hakim, Lukmanul, 2008. Pendekat an Cont ext ual Teaching and Learning Dengan
M emanfaat kan Lingkungan Sebagai M edia Pembelajaran Sebagai
M edia Pembelajaran Ent omologi , Jurnal Pendidikan Serambi. Volume 5
Nomor 2
Jumadi,

2003. Pembelajaran Kont ekst ual dan Implement asinya M akalah
disampaikan pada w orkshop sosialisasi dan implement asi kurikulum
2004. Jogyakart a: FM IPA UNY.

Lynch Richard L. dan Dorot hy Harnish., (2003), Cont ext ual Teaching and
Learning: Lessons Learned from Teacher Preparat ion t hrough Novice
Teaching , Universit y of Georgia
M ulyasa, 2004. M enjadi Guru Profesional M encipt akan Pembelajaran Kreat if dan
M enyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soebakri, 2011. Lesson St udy (Suat u M odel Pembelajaran Profesional ),
ht t p:/ / soebakri.blogspot .com/ 2011/ 05/ lesson-study-suat u- modelpembelajaran.ht ml

14

Suherman, Erman, (2012:11-54). Pendekat an Kont ekst ual dalam Pembelajaran
M at emat ika. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya
Sulist yo,Rachmajant i,Widiyat i, 2008. Pengembangan M odel Pembelajaran M IPA
Bilingual Berbasis Pndekat an Kont ekst ual Berbent uk Compact Disc (CD).
M alang: Fakult as Sast ra, Universit as Negeri M alang. Jurnal Penelit ian
Kependidikan Tahun 18 Nomor 1
Sumardyono, 2004. Karakt erist ik M at emat ika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran M at emat ika, Yogyakart a: PPPG M at emat ika.
Supinah, 2008. Pembelajaran M at emat ika SD dengan Pendekat an Kont ekst ual
dalam M elaksanakan KTSP, Yogyakart a: PPPPTK M at emat ika.
Sut ama, 2010. M et oda Penelit ian Pendidikan Kuant it at if, Kualit at if, PTK, R& D.
Surakart a: Fairuz M edia.
Sut ama, 2011. “ Pengelolaan pembelajaran M at emat ika Berbasis Apt it ude
Treat ment Int eract ion” Pidat o Pengukuhan Guru Besar , Disampaikan
pada Sidang Senat Terbuka UM S, Sabt u, 8 Januari 2011.
Sut ama,

Sabar Narimo dan Haryot o, 2013. Pembelajaran M at emat ika
Kont ekst ual Berbasis Lesson St udi di SD Pasca Bencana Erupsi M erapi.
Sukoharjo: Kafilah Publishing.

Sut opo, 2006. M et odologi Penelit ian Kualit at if, Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelit ian. Surakart a: Universit as Sebelas M aret .
Turmudi, (2009), St udent s’ S Responses To The Realist ic M at hemat ics Teaching
Approach In Junior Secondary School , Indonesia Universit y Of Educat ion,
Proceeding Of IICM A.
Wardhani, Sri, 2004. Pembelajaran M at emat ika Kont ekst ual di SM P, Yogyakart a:
PPPG M at emat ika.
Wasis, 2006. Cont ext ual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran SainsFisika SM P, Cakrawala pendidikan TH XXV. No 1
Wickless, Ribenboim, Dobbs, (2006). Cont ext ual approach in t eaching
mat hemat ics: an example using t he sum of series of posit ive int egers,
Nat ional Inst it ut e of Educat ion, Nanyang Technological Universit y,
Singapore , 36.252-259.

15