PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TE (1)

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Melkior Wewe
STKIP Citra Bakti, NTT
mariagrasiananablandinaene@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa yang mengikuti model Problema Based Learning
dengan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan
adalah desain eksperimen sejati (True desain eksperimen) dengan rancangan
penelitian adalah Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian 120
orang siswa yang dipilih dari 4 sekolah yang ada di kecamatan Bajawa dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data hasil belajar matematika
dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes hasil belajar bentuk objektif tes.
Teknik analisis data digunakan adalah t –test sampel tidak berkorelasi. Dari
hasil analisis diperoleh bahwa rata– rata skor prestasi belajar matematika
kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90. Dari hasil analisis

uji hipotesis dengan menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah
dikonsultasi dengan t tabel dengan db= n1+ n2 – 2 = 118 dengan taraf signifikansi
5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel
yaitu 6,571> 0,067, sehngga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada perbedaan
yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar
menggunakan model Problema Based Learning dan model Konvensional.
Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV SeKecamatan Bajawa.
Kata-kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Prestasi Belajar Matematika.

36

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TOWARD MATHEMATIC
LEARNING ACHIEVEMENT OF PRIMARY STUDENTS
by
Melkior Wewe

STKIP Citra Bakti– NTT
mariagrasiananablandinaene@yahoo.co.id
ABSTRACT
This present study aimed at investigating the difference in mathematic learning
achievement between students who were treated by problem based learning and
conventional teaching technique. This was a true experimental design with posttest only
control group design. From four schools, 120 students were carefully selected as the
sample of this study through simple random sampling. In gaining the data of students’
learning achievement, the researcher employed an objective test. The data were analysed
by non-correlated t-test sample. The result of the calculation showed that the mean score
of the experimental group was 75.00, while the mean score of the control group was
60.90. From the hypothesis testing, it was obtained that t value = 6,571. After being
compared to the ttable with df= n1+n2 – 2= 118 and 5% of significant level (α = 0,05) =
2,000, it was clear that tvalue > ttable which is 6,571> 2,000. Therefore, the H0 was rejected
and the Ha was accepted. The whole study showed that there was a significant difference
in students’ mathematic learning achievement between students who were taught by
problem based learning and conventional teaching technique. In conclusion, problem
based learning positively affects to students’ learning achievement.
Keywords: problem based learning, mathematic learning achievement


PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pendiikan
nasional diatas, peran pendidikan dirasakan sangat penting sebab melalui pendidikan
dapat dipersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bernalar tinggi serta
memiliki kemampuan untuk memproses informasi yang sangat dibutuhkan dalam
persaingan global.
Pendidikan

menjadi

salah


satu

wahana

dalam upaya

menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan untuk menghadapi serta

37

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pendidikan
harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar dapat menjalankan perannya dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan
global.

Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 6) diuraikan secara jelas tujuan
pembelajaran matematika, adalah sebagai berikut.
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengko-munikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
Dalam kurikulum 2013 sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses
pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga ikut aktif di dalamnya.
Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran
yang menggunakan pendekatan konstruktivis.
Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses belajar
(student centered). Peranan guru lebih bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal
pemilihan


pendekatan

pembelajaran.

Salah

satu

strategi

pembelajaran

yang

menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem Bassed Learning.
Hudojo,

(2003:78)


mengemukakan”

belajar

matematika

menurut

pandangan

kontruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsipprinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga
dengan konsep atau rinsip itu akan terbangun kembali transformasi, informasi yang
diperoleh melalui konsep atau prinsip baru.
Aliran kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan prestasi
konstruksi melalui aktivitas seseorang. Menurut pendekatan kontruktivisme, pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai

38

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)


konstuksi

kognitif

seseorang

terhadap,

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

pengelaman,

maupun

lingkungannya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman baru. Prinsip-prinsip
kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Inovasi

guru tersebut misalnya dalam hal pemilihan pendekatan pembelajaran. Salah satu strategi
pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem
Bassed Learning.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006).
Problem Bassed Learning merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekan
pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Riyanto
(2008:288) Problem Bassed Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan
pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat
langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok.
Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik
yang mempunyai potensi yang beragam.

Dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, guru harus lebih terbuka menerima
gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha untuk menghilangkan ketakutan dan
kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara
kreatif (Uno : 2009: 26). Agar peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi
kecerdasannya


secara

optimal

maka

dalam

proses

pembelajaran

guru

harus

mengembangkan suasana pembelajaran yang menarik, interaktif, merangsang kedua
belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikkan setiap peserta
didik serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik sehingga akan membuat

seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal (Uno : 2009: 27). Kunci
keberprestasian belajar sebagian besar terletak pada dapat tidaknya siswa dirangsang
dan dibantu untuk mengatasi kesukaran-kesukaran pada saat yang tepat dalam proses
belajar.
Menurut Sanjaya ( 2010:14) karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam mengimplementasi ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan siswa, (2) aktivitas diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah, (3)
memecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah.

39

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Menurut Wina Sanjaya sintaks dari pembelajaran berbasis masalah di bagi dalam
6 fase kegiatan sebagai berikut. (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa
menetukan masalah yang akan dipecahkan, (2) menganalisis masalah, yaitu langkah
siswa meninjau masalah untuk dipecahkan dari berbagai sudut pandang, (3) merumuskan
hipotesis, langkah siswa untuk merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah
dengan pengetahuan yang di milikinya, (4) menumpulkan data, yaitu langkah siswa dalam
mencari dan menggambarkan formasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah, (5)
mengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan, (6) merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah yaitu langkah siswa dalam menggambarkan rekomendasi yang
dapat dilakukan sesuai rumusan pengajuan hipotesis.
Menurut Cronbach yang dikutip oleh Suryabrata (2002:231) belajar yang sebaikbaiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan
panca inderanya.
Pendapat Gagne yang dikutip Mudjiono (2002:8) menyatakan “Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.”
Slameto (2003) menyatakan, ”belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,

sebagai

prestasi

pengalamannya

sendiri

dalam

interaksi

dengan

lingkungannya”
Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam
penelitian ini, belajar dirumuskan sebagai suatu proses perubahan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang terjadi dengan menggunakan panca inderanya melalui
latihan atau usaha mengolah informasi yang didapatkan menjadi kapabilitas baru.
Beberapa pendapat para ahli mengenai prestasi belajar, adalah sebagai berikut:
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa ”prestasi atau prestasi belajar merupakan
bukti keberprestasian yang telah dicapai oleh seseorang”. Selanjutnya Poerwanto (1996 :
28) memberikan pengertian prestasi atau prestasi belajar yaitu ”prestasi yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.
Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam
penelitian ini prestasi belajar dirumuskan sebagai tingkat keberprestasian yang dicapai
seseorang dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik melalui usaha-usaha belajar.

40

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Bidang kajian matematika yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi
kelas IV semester II tahun akademik 2015/2016. Standar Kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan diukur prestasi belajarnya dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 01 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD Kelas
IV
Standar Kompetensi (Semester I)
Bilangan
1. Memahami dan menggunakan
sifat-sifat operasi hitung
bilangan dalam pemecahan
masalah
Bilangan
2. Memahami dan menggunakan
faktor dan kelipatan dalam
pemecahan masalah

GEOMETRI DAN PENGUKURAN
3. Menggunakan pengukuran
sudut, panjang, dan berat
dalam pemecahan masalah

GEOMETRI DAN PENGUKURAN
4. Menggunakan konsep keliling
dan luas bangun datar
sederhana dalam pemecahan
masalah
Standar Kompetensi (Semester II)
5. Menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat

Kompetensi Dasar
(Semester I)
1.1. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
1.2. Mengurutkan bilangan
1.3. Melakukan operasi perkalian dan pembagian
1.4. Melakukan operasi hitung campuran
1.5. Melakukan penaksiran dan pembulatan
1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang
2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
2.2. Menentukan kelipatan dan faktor suatu bilangan.
2.3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
KKP dan FPB
3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak
baku dan satuan derajat
3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu,
antar satuan panjang, dan antar satuan berat
3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
satuan waktu, panjang, dan berat
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
satuan kuantitas
4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan
segitiga
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
keliling dan luas jajar genjang dan segitiga
Kompetensi Dasar (Semester II)
5.1 Mengurutkan bilangan bulat.
5.2 Menjumlahkan bilangan bulat
5.3 Mengurangkan bilangan bulat.
5.4 Melakukan operasi hitung campuran.

41

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

6. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya.
6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
6.3. Menjumlahkan pecahan.
6.4. Mengurangkan pecahan.
6.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pecahan

7. Menggunakan lambang
bilangan Romawi

7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi .
7.2. Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan
Romawi dan sebaliknya

8. Memahami sifat bangun ruang
sederhana dan hubungan antar
bangun datar

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang
sederhana.
8.2. Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
8.3. Mengidentifikasi benda-benda dan bangun
datar simetris.
8.4. Menentukan hasil pen-cerminan suatu bangun
datar.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh yang

dibuat dalam suatu kegiatan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh Model
Problem Bassed Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV
SD Se-Kecamatan Bajawa”. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah
dengan model pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna
bagi semua pihak sebagai berikut. (1) Memberikan informasi mengenai pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah

sebagai uapaya meningkatkan prestasi

belajar

matematika, (2) untuk menganalisis pemberian model pembelajaran berbasis masalah
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada
dengan waktu pelaksanaan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Untuk
menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati yang meneliti hubungan sebab
akibat

dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok

42

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

eksperimental. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur
hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Post Test Only Control Group Design (Sugiyono, 2008). Masing –
masing kelompok dipilih secara random. Dari hasil pengambilan sampel diperoleh siswa
yang terpilih sebanyak 120 orang yang ditentukan secara acak dari 4 sekolah dasar yang
ada di kecamatan Bajawa. Kelompok pertama

di beri perlakuaan yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok yang lain diberi
perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Insrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah Tes objektif . Tes
hasil belajar disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
yang terdapat dalam silabus mata pelajaran matematika yangsudah ditentukan dlam
kurikullum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sebelum digunakan tes terlebih dahulu akan
dilakukan validasi dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas butir soal dengan
menggunakan rumus korelasi Point Biserial ( Koyan, 2012) sedangkan untuk menguji
menguji Reabilitas tes digunakan rumus formula Kuder Richadson 20 (KR-20) ( Koyan,
2012). Dari hasil uji validitas dan reabilitas di peroleh dari 20 soal yang diujicoba diperoleh
15 soal yang valid dan layak digunakan dan nilai reabilitas tes 0,803 dan berada pada
ketegori sangat tinggi, sehingga soal tes untuk mengukur prestasi belajar matematika
siswa layak untuk digunakan.
Rancangan penelitian Post Test Only Control Group desaign. Variabel terikat
adalah hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Hasil belajar siswa adalah skor tes
yang diperoleh dari posttes. Sedangkan variabel bebasnya adalah Model Problema Basic
Learning. Data yang diperoleh melalui hasil penelitian, yakni data tentang prestasi belajar
matematika melalui pembelajaran berbasis masalah dianalisis secara statistik deskriptif
kuantitatif, yakni mencari harga rerata, modus, median, standar deviasi, dan simpangan
baku dari setiap variabel yang diteliti, mencari varians, mencari uji persyaratan analisis,
dan menguji hipotesis dengan menggunakan t- test untuk sampel tidak berkorelasi.

43

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis uji coba intrumen tes hasil belajar dari 20 soal tes yang
diuji cobakan diperoleh 15 soal yang valid dan intstrumen soal memiliki reliabilitas yang
sedang yaitu 0,58. Dengan demikian, instrumen tes hasil belajar dapat digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa SD Se-Kecamatan Bajawa. Hasil analisis tes hasil belajar
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 02. Rangkuman Skor Hasil Belajar Matematika
PBL ( Eksperimen) KONVENSIONAL (Kontrol)
N
Valid
60
60
Mean
75.0000
60.9000
Median
80.0000
60.0000
Mode
80.00
53.00
10.37272
12.98722
Std. Deviation
Variance
107.593
168.668
Range
34.00
53.00
Minimum
53.00
27.00
Maximum
87.00
80.00
Sum
4500.00
3654.00
Dari rata-rata yang diperoleh dikonversikan ke skala lima teoretik diperoleh skor
hasil belajar matematika untuk kelompok kontrol berada pada kategori baik, sedangkan
skor hasil belajar matematika untuk kelompok eksperimen berada pada kategori baik.
Sebelum menguji hipotesis, maka skor hasil belajar terlebih dahulu diuji normalitas
data. Hasil uji normalitas ditunjukkan pada tebel berikut ini.
Tabel 03: Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova
Model Pembelajaran
HB

PBL

Statistic

df

.268

Sig.
60

.07800

Shapiro-Wilk
Statistic
.873

df

Sig.
60

.000

Konvensional
.162
60
.0680
.919
60
.001
Dari ringkasan hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai signifikan hasil belajar
matematika > 0,05. Kelompok eksperimen (PBL) = 0,286 sedangkan kelompok kontrol
(konvensional) = 0,162, sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi
normal.

44

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Tabel 04. Hasil Uji Homogenitas Varians
Test of Homogeneity of Variancea
Levene
Statistic
df1
HB
Based on Mean
1.879
Based on Median
2.475
Based on Median and with adjusted
2.475
df
Based on trimmed mean
2.291

df2
118
118

Sig.
.173
.118

1 117.696

.118

1

.133

1
1

118

Berdasarkan tabel 04 di atas menunjukkan bahwa Levene Statistic pada Besed
on Mean 1,879 dengan angka signifikan 0,173 ternyata lebih besar dari angka signifikan
5% (α= 0,05). Maka keputusan menerima H0 dan menolak H1, artinya data berasal dari
populasi yang homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa sebaran
data hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dberdistribusi normal dan memiliki varian populasi yang homogen. Uji hipotesis dengan
menggunakan uji t-test untuk sampel tidak berkorelasi. Rumus yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah:

t

 X2

X1

s12
s2
 2
n1 n 2

Dengan kriteria pengujian adalah Ho di tolak jika t hitung ≥ t tabel, dengan taraf signifikasi
5%. Ho diterima jika thitung ≤ tabel.

t

X1

 X2

s
s 22

n1
n2
2
1

Namun dalam penelitian pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS From Windows
16.0 yang dipaparkan pada tabel berikut ini.

45

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Tabel 05. Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances

F
HB Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

1.8
79

Sig.
.173

t-test for Equality of Means

t

df

Std.
Sig. Mean Error
(2- Differe Differen
tailed) nce
ce

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

6.57
14.10 2.1457
118 0,067
9.85078 18.34922
1
000
7

6.57 112.
14.10 2.1457
0.067
9.84863 18.35137
1 502
000
7

Dari hasil analisis diatas diperoleh thitung = dan t tabel dengan db= n1+ n2 – 2,
dengan taraf signifikan 5%, ( α = 0,05) = 0,677, maka thitung > t tabel atau 6,571>
0,6777, sehingga Ho di tolak dan Ha diterima.
Berdasarkan skor rata – rata kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol =
60.90 dan perhitungan uji – t dapat di intreprestasikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikansi prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model Problema
Based Learning dan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model
konvensional.Ternyata skor rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model Problema Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Lebih
tingginya prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tidak
terlepas dari keaktifan siswa pada pembelajaran, siswa mempergunakan ide, konsep
dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru dan
menarik kesimpulan. Siswa terlibat secara aktif dan sungguh sungguh dalam
memecahkan masalah. Dalam menjawab pertanyaan siswa menggunakan sumbersumber yang mereka miliki seperti buku paket

46

atau referensi yang lain, sehingga terjadi

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

kegiatan ekspolrasi dan elaborasi dalam pembelajaran.
Problema Based Learning dalam seting kooperatif menyebabkan terjadi interaksi
dalam kelompok dimana siswa yang kurang mampu bertanya pada siswa yang lebih
mampu. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu membimbing dan monitoring pada tiaptiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa sampai seberapa mereka telah bekerja.
Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian dengan menggunakan ceklist dan
rubrik penilaian yang sudah disiapkan. Dengan pembelajaran berbasis masalah
menyebabkan motivasi belajar siswa akan meningkat karena aktivitas siswa merasa
dihargai. Dari pembahasan tersbut disimpulkan bahwa penggunaan model Problema
Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV
Se-Kecamatan Bajawa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya,

disimpulkan prestasi belajar matematika

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti Problema Based Learning dengan
model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan skor rata– rata
kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90 ( skor-rata-rata kelompok
eksperimen > skor-rata-rata kelompok kontrol). Dari hasil analisis uji hipotesis dengan
menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah dikonsultasi dengan t tabel
dengan db= n1+ n2 – 2 = 118 dengan taraf signifikansi 5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil
analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,571> 0,067, sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara
siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model
Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV SeKecamatan Bajawa. Berarti ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar
matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning
dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model Problema
Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV
Se-Kecamatan Bajawa.

47

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Beberapa saran yang dikemukakan terkait dengan p res tas i penelitian ini
adalah sebagai berikut. 1) Kepada guru matematika disarankan supaya menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut; (1) materi yang cocok untuk model ini, sehingga
diperlukan secara matang kajian terhadap topik seperti kedalaman atau kompleksitas
materi,

(2) memperhitungkan waktu dalam proses pembelajaran, karena model

ini

memerlukan waktu yang cukup lama, (3) menumbuhkan sikap sabar dan sikap
maumengerti serta memahami akan jawaban siswa yang tidak sesuai dengan kehendak
guru, (4) memperhatikan faktor psikologis siswa, karena tidak semua siswa bisa
mengikuti model ini, (5) menumbuhkan sikap percaya dari guru bahwa siswa pada awal
pembelajaran bukan tidak mengetahui apa-apa tentang materi yang akan dijelaskan, tetapi
sebenarnya siswa sudah memiliki konsepnya, tugas

guru

untuk mengingatkan siswa

materi prasyarat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit. PTKSD
Hudoyo, Herman. 2003., Metode Mengajar Matematika, Malang: IKIP Malang.
Koyan, I Wayan, 2012 . Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif) . Universitas
Pendidikan Ganesha Press
Mudjiono, Dimyati. 2002. Dasar-dasar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Purwanto, Ngalim.1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rianto, Yatim 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Jakarta: Pradana Media
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
Metode R&D) Cetakan Ke-6. Bandung : Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
.............,2003.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Nasional.

48

tentang Sistem Pendidikan

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)

STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

Uno, Hamzah.B. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Jakarta: Prana Media.
................, 2010 . Strategi Pembelajaran Berorientas KTSP. Jakarta: Prana Media

49