Tradisi Puako Pada Masyarakat Melayu Batubara Kajian: Fungsi Dan Makna

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap kebudayaan di Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat
lepas dari tradisi, Dalam KBBI (1991:225) budaya adalah pikiran: akal budi: hasil
“kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
(seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat).
Budaya adalah sesuatu yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju titik
tertentu. Menurut konsep ilmu antropologi, kebudayaan berarti segala keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat,
1990:18). Selanjutnya menguraikan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta, buddhaya yakni bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan
dhayya yang berarti akal Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal
yang bersangkutan dengan akal (Koentjaraningrat, 1990:18).
Sementara itu, Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian hukum, kecakapan, yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dipelihara oleh anggota masyarakat
untuk menangani berbagai masalah-masalah yang timbul dan berbagai macam
persoalan yang mereka hadapi. Artinya, Seorang anak manusia akan belajar
bagaimana cara mengatasi sebuah masalah dengan memperhatikan tindakan-


Universitas Sumatera Utara

tindakan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Sedangkan menurut
Lebra (1997:42), menjelaskan pengertian budaya,
“Kebudayaan adalah serangkaian simbol-simbol abstrak, umum, atau
ideasioanal dan prilaku adalah serangkaian gerak organisme yang bertenaga,
bersifat khusus dan bisa diamati. Dalam hal ini prilaku adalah manifestasi dari
budaya atau kebudayaan memberi arti bagi aktivitas manusia tersebut”.
Sementara itu kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan bagi
wujud dan tingkah lakunya, Sprandly (2007:7).
Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek
moyang. Menurut Rahman (1999:23) dalam buku yang berjudul Falsafah Alam
Semesta Dialam Semesta para sarjana dan cendikiawan kerap menyatakan bahwa
wujud dari perkembangan zaman, kepercayaan dari tradisi juga mengalami
perubahan, atau sekurang-kurangnya menyesuaikan diri dari perubahan itu.
Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan

mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun tidak tertulis, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Tradisi itu sendiri bukanlah hal yang sudah selesai dan berhenti, melainkan
merupakan suatu hal yang dilakukan secara turun-temurun dan masih ada. Tradisi
ini berkembang mengikuti arus perubahan sosial, namun perubahan yang terjadi

Universitas Sumatera Utara

tidaklah melenceng jauh dari akarnya. Tradisi tetap menjadi hal yang sakral bagi
masyarakat setempat yang masih meggunakannya sebagai warisan dari nenek
moyang mereka.
Etnis Melayu yang berada di Kabupaten Batubara merupakan salah satu
dari sekian banyak masyarakat Melayu di Indonesia yang masih melakukan
berbagai macam tradisi, salah satu dari tradisi tersebut adalah tradisi puako.
Tradisi puako adalah sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dan
bentuk kepercayaan mereka terhadap hal-hal gaib yang mereka percayai dapat
menjaga mereka dari kekuatan-kekuatan gaib lainnya. Tradisi ini dilakukan
dengan mengadakan upacara pemujaan untuk penyembuhan penyakit, penjaga
badan, penangkal musibah dan lain-lain. Apabila ritual ini tidak dilaksanakan oleh

mereka maka mereka meyakini akan tertimpa musibah sebagai perjanjian tak
tertulis dengan makhluk gaib tersebut dan akan diganggu oleh si puako tersebut
sampai ke anak cucu mereka.
Puako berdasarkan penuturan Pakcik Helmi salah seorang informan di
Desa Lima Laras bahwa puako adalah sejenis bangsa jin yang bersahabat dengan
orang Melayu dan mereka percaya bahwa dapat dilindungi oleh puako tersebut.
Apabila ingin memiliki puako, etnis Melayu harus membeli dengan syarat-syarat
yang ditentukan oleh sipemilik puako ini sehingga menjadi sebuah kebutuhan
yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan etnis Melayu di Kabupaten Batubara ,
bahkan puako ada yang sampai negeri Syam Thailand.
Saat ini etnis Melayu di Kabupaten Batubara memang sudah taat pada
ajaran agama yang mereka anut yaitu Islam sehingga tradisi puako ini sudah

Universitas Sumatera Utara

banyak ditinggalkan karena dianggap kontradiktif dengan ajaran agama Islam.
Namun bagi sebagian masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara khususnya,
yang berada di pesisir pantai dan di tempat yang jauh dari perkotaan, tradisi ini
masih dipegang teguh karena mereka mengganggap ritual ini merupakan tradisi
yang dilakukan sejak zaman dahulu sehingga sudah menjadi keharusan bagi

mereka sebagai janji mereka kepada pendahulu mereka serta memang sudah
diwariskan secara turun-temurun. Sebagian dari mereka takut dan tidak berani
menggambil resiko terkena musibah karena ada semacam perjanjian tidak tertulis
dengan makhluk gaib tersebut.
Didasari oleh realitas tersebut penulis merasa tertarik untuk mengkaji
tradisi ini menjadi sebuah karya Ilimiah dalam bentuk skripsi agar nanti ketika
tradisi ini sudah jarang ditemukan dan tak ada lagi, tradisi ini sudah dapat
diketahui melalui karya Ilimiah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah fungsi dan makna
serta bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi puako tersebut.
Berdasarkan judul di atas, Penulis menitikberatkan permasalahannya
kepada:
1. Bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi puako pada masyarakat Melayu di
Kabupaten Batubara.
2. Apakah fungsi tradisi puako terhadap masyarakat Melayu.

Universitas Sumatera Utara

3. Apakah makna tradisi puako pada masyarakat Melayu di Kabupaten

Batubara.
4. Untuk menganalisis struktur mantera dari tradisi puako pada masyarakat
Melayu di Kabupaten Batubara.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tata-cara pelaksanaan dari tradisi puako pada
masyarakat di Kabupaten Batubara.
2. Untuk mengetahui fungsi dari tradisi puako bagi masyarakat di Kabupaten
Batubara.
3. Untuk mengetahui apa makna dari tradisi puako pada masyarakat Melayu
di Kabupaten Batubara.
4. Untuk mengetahui analisis dari struktur mantera dalam tradisi puako pada
masyaakat Melayu di Kabupaten Batubara.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus mempunyai manfaat bagi kepentingan pribadi
maupun kepentingan masyarakat umum. Adapun manfaat dari pada penelitian
tentang fungsi dan makna tradisi puako pada masyarakat Melayu di Kabupaten
Batubara ini adalah :
1. Menambah wawasan pembaca tentang fungsi dan makna terhadap tradisi
puako bagi masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara.


Universitas Sumatera Utara

2. Mendokumentasikan sebuah kebudayaan Melayu yang mulai tenggelam
termakan oleh zaman.
3. Menjadi sumber informasi tentang kebudayaan Melayu, khususnya tentang
tradisi puako pada masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara.
1.5 Letak Geografis Kabupaten Batubara
1.5.1 Kondisi Wilayah
1. Geografi
Secara astronomis Kabupaten Batubara terletak antara 2046’ – 3026’ LU
dan 99005’ – 99039’ BT.
Secara goegrafis Kabupaten Batubara merupakan sebuah kawasan di
bahagian timur dari Provinsi Sumatera Utara tepatnya berbatasan dengan :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten
Asahan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan
Kabupaten Simalungun
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Luas Kabupaten Batubara keseluruhan adalah sekitar 922,2 Km2 yang terdiri dari
7 (tujuh) kecamatan.
Tabel. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten Batubara

Universitas Sumatera Utara

No

Luas

Persentase

(Ha)

(%)

Kecamatan

1


Kecamatan Medang Deras

6.547

7,10

2

Kecamatan Sei Suka

17.147

18,59

3

Kecamatan Air Putih

7.224


7,83

4

Kecamatan Lima Puluh

23.955

25,98

5

Kecamatan Talawi

8.980

9,74

6


Kecamatan Tanjung Tiram

17.379

18,85

7

Kecamatan Sei Balai

10.988

11,91

92.220

100,00

Jumlah


Sumber : Kantor Camat se-Kabupaten Batubara, 2012
Wilayah

Kabupaten

Batubara

adalah

merupakan

wilayah

yang

bertopografi relatif datar dan landai dengan ketinggian 0 – 80 m dpl (di atas
permukaan laut). Wilayah ini terletak di tepi pantai pulau Sumatera (Sumatera
Utara), merupakan daerah endapan yang dikenal sebagai daerah dataran rendah
yang relatif datar, dimana seluruh wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan
Selat Malaka, dengan panjang pantai ± 110 Km. Daerah ini sangat cocok untuk
dimanfaatkan sebagai daerah pusat pemukiman, perkebunan, pertanian sawah,
perdagangan, industri dan jasa.

Universitas Sumatera Utara

Letak suatu daerah akan mempengaruhi keadaan iklim pada wilayah
tersebut. Kemudian lebih lanjut iklim akan mempengaruhi kehidupan yang ada di
wilayah tersebut. Kabupaten Batubara beriklim tropis sebagaimana iklim di
Indonesia secara umumnya dengan temperatur tinggi dan suhu udara yang tinggi
pula sepanjang tahun, yaitu 230 - 270 C, dengan dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan September s/d Maret dan
musim kemarau pada bulan Maret s/d September. Pada bulan Maret dan bulan
September adalah musim peralihan atau musim pancaroba. Tingkat curah hujan
adalah 1.702 mm/tahun.
2. Tofografi
Kabupaten Batubara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang
berbatasan dengan Selat Malaka. Kabupaten Batubara menempati area seluas
904,96 Km2 atan 90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 100
desa/kelurahan defenitif. Letak geografis Kabupaten ini berada di 2003’00”
Lintang Utara dan 99001-100’00” Bujur Timur. Adapun batas administrasi
Kabupaten Batubara yaitu :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Serdang Berdagai
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Asahan
3. Sebelah Barat : Kabupaten Simalungun
4. Sebelah Timur : Selat Malaka
Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Lima Puluh. Berdasarkan luas
daerah menurut kecamatan, daerah Lima Puluh merupakan kecamatan terluas

Universitas Sumatera Utara

dengan luas wilayah mencapai 239,55 Km2 atau 26,47 % dari luas total
Kabupaten BatuBara. Sedangkan Kecamatan Medan Deras merupakan wilayah
terkecil dengan luas 65,47 Km2 atau 7,23 % dari luas total Kabupaten BatuBara.
3. Jenis-Jenis Tanah
Ketinggian Lahan dimaksud adalah ketinggian permukaan lahan rata-rata
di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten BatuBara berada pada ketinggian 0
sampai dengan 100 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Batubara
didominasi dengan ketinggian 7 – 25 meter di atas permukaan laut dan untuk
ketinggian lahan yang terkecil yakni 0 – 7 meter di atas permukaan laut. Memiliki
kedalam efektif tanah yang dangkal (20-50) cm, sedang tanah lahan kering
umunya memiliki kedalaman tanah sangat dalam (> 90 cm). Drainase tanah di
lokasi pengamatan juga bervariasi dari berdrainase baik hingga sangat terhambat.
Drainase sangat terhambat umunya terdapat pada lahan sawah dan tambak,
sedangkan drainase baik hingga agak baik terdapat pada tanah lahan kering.
Namun demikaian, pada lahan kering di beberapa lokasi pengamatan ada yang
memiliki drainase agak terhambat (muka air dangkal), kadang-kadang tergenang
beberapa lama. Hal ini terutama terjadi pada lahan dekat pantai atau sungai yang
muka air tanahnya terpengaruh oleh pasang surut air laut.
4. Aliran Sungai
Satuan Wilayah Sungai yang tersebar yang terdapat di wilayah Kabupaten
Batubara adalah Satuan Wilayah Sungai Bah Bolon dan sungai-sungai kecil
lainnya yang mengalir ke pantai timur. Sungai-sungai di kabupaten ini merupakan

Universitas Sumatera Utara

sumber untuk pengairan ke persawahan dan perkebunan baik yang dimanfaatkan
oleh masyarakat dan swasta. Aliran Hidrologi dari sungai yang ada kemudian
mengaliri irigasi semi teknis maupun irigasi sederhana di Kabupaten Batubara
sehingga sebagian besar sawah di kabupaten ini dapat ditanami 3 (tiga) kali
setahun. Sungai-sungai di Kabupaten Batubara sebagian besar berhulu di
pegunungan bukit barisan yang terdapat di Kabupaten Simalungun. Kondisi ini
mengakibatkan fluktuasi air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan
lahan wilayah aliran sungai (WAS) atau hulunya.
5. Wisata
Objek pariwisata di Kabupaten Batubara yang terbanyak berbentuk pantai,
hal ini dikarenakan Kabupaten Batubara di pinggiran pantai timur pulau sumatera
yang berhadapan dengan Selat Malaka. Pada umumnya objek wisata yang ada
mengendalikan keindahan alam pantai dengan pantai yang lain dan pasir putihnya.
Objek wisata lain berbentuk pantai cukup indah terdapat di Pulau Pandan yang
dapat ditempuh dari Kota Tanjung Tiram sekitar 2 jam dengan menggunakan
perahu bermotor. Objek wisata yang berbentuk peninggalan sejarah berbentuk
Istana Lima Laras yang terdapat di Kecamatan Talawi. Kondisi istana ini tidak
terawat dan berpenghuni. Sedangkan objek wisata berbentuk danau yang terdapat
di Desa laut Tador Kecamatan Sei Suka yang berada disekitar 7 km dari jalan
lintas Sumatera ke arah Barat Daya Kabupaten Batubara. Permukaan air danau ini
ditutupi oleh gulma (kiambang) sehingga menghilangkan keindahan Danau Laut
Tador. Untuk melihat penyebaran objek wisata di Kabupaten Batubara 18 Bentuk
objek wisata lain yang terdapat di Kabuapaten Batubara adalah wisata kuliner

Universitas Sumatera Utara

yang khas terdapat di Kecamatan Medang Deras berbentuk rumah makan Pondok
Terapung dengan khas maknan laut. Rumah makan ini terletak dipinggiran sungai
jika pasang rumah makan ini terlihat seperti terapung.
Lokasi Objek Wisata
1.

Istana Lima Laras Bangunan Istana Kecamatan Talawi.

2.

Pulau Salah Nama Pulau dan Istana Kecamatan Tanjung Tiram.

3.

Pulau Pandan Pulau dan Istana Kecamatan Tanjung Tiram.

4. Pantai Bunga Pantai Kecamatan Tanjung Tiram.
5. Pantai cantik pantai kecamatan medang Deras.
6.

Pantai Sejarah Pantai Kecamatan Lima Puluh.

7.

Pantai Wisata Alam Datuk Pantai Kecamatan Sei Suka.

8. Pantai Perjuangan Pantai Kecamatan Sei Suka.
9. Danau Laut Tador Danau Kecamatan Sei Suka.
6. Industri dan Pertambangan
Untuk industri yang ada pada Kabupaten Batubara dapat digolongkan
dalam 2 (dua) jenis industri menurut besarnya yaitu industri besar dan industri
kecil menengah. Adapun secara berurut masing-masing jumlah industri tersebut
pada tahun 2008 adalah untuk industri besar yaitu 13 unit dan industri menengah
kecil 229 unit. Semua tersebar diseluruh dan yang paling besar berada di
Kecamatan Tanjung Tiram yang memang terletak di pesisir pantai yang banyak
industri dibidang kelautan .
1.5.2 Kependudukan

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Batubara dilihat dari tahun
2004 berjumlah 369.389 jiwa sampai pada tahun 2009 meningkat dengan jumlah
375.449 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Batubara pada tahun 2004 berjumlah
369.389 jiwa, pada tahun 2005 berjumlah 374.715 jiwa, tahun 2006 berjumlah
379.678 jiwa, tahun 2007 berjumlah 373.836 jiwa, sedangkan tahun 2009
berjumlah 375.449 jiwa. Dimana jumlah penduduk pada tahun 2009 terbesar
berada di Kecamatan Lima Puluh dengan jumlah penduduk 84.904 jiwa dan
jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Sei Balai berjumlah 29.301 jiwa.
Hal ini disebabkan karena Kecamatan Lima puluh memiliki wilayah yang luas.

Universitas Sumatera Utara