Selanjutnya

REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA PERSETUJUAN KERJASAMA
ANTARA
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
THE ORGANISATION FOR ECONOMIC CO-OPERATION AND DEVELOPMENT
Pembukaan
Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut sebagai Indonesia) dan
the Organization for Economic Cooperation and Development (selanjutnya disebut
sebagai OECD ) merupakan mitra kunci yang bekerja bersama dalam cakupan isuisu kebijakan yang luas, termasuk diantaranya meliputi kebijakan ekonomi makro
dan reformasi struktural, kebijakan peraturan, pertanian, pendidikan, investasi,
perpajakan , pendidikan keuangan , pensiun, anti-korupsi, pembangunan, dan
persaingan usaha.

Tantangan global baru yang terus meningkat antara lain pencapaian
pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, penciptaan lapangan pekerjaan dan
pengembangan keterampilan, mendukung isu kesetaraan gender dan
pengembangan kebijakan pertumbuhan hijau yang menjadi agenda bersama bagi
Indonesia dan OECD. Dialog multilateral atas tantangan kebijakan yang penting
menjadi kunci dalam penyelesaian permasalahan global. Dalam lingkungan global

yang berubah sangat cepat, menemukan standar dan kebijakan yang tepat
membutuhkan partisipasi aktif dari mitra kunci yang lebih luas seperti Indonesia.

Maka dari itu, dengan semangat kemitraan dan dengan keyakinan bahwa
peningkatan kerja sama akan memberikan manfaat bersama, maka OECD dan
Indonesia telah sepakat untuk memperkuat hubungan kerjasama ini.
Untuk tujuan tersebut, OECD dan Indonesia (selanjutnya secara bersama
sama disebut sebagai para Pihak, dan secara individu disebut sebagai Pihak) tela
menyetujui hal-hal sebagai berikut

Bagian 1
Persetujuan ini mengatur mengenai kerjasama antara OECD dan Indonesia
dengan mengacu pada peraturan dan praktek yang berlaku di antara para Pihak.

Bagian 2
OECD dan Indonesia akan bekerja sama di bidang-bidang sebagai berikut,
termasuk, namun tidak terbatas pada:
- Dialog kebijakan pada forum OECD terutama yang terkait dengan isu-isu
global;
- Pemantauan berkala, evaluasi dan standarisasi untuk mendorong

reformasi dan tranparansi pemerintahan bagi masyarakatnya;
- Peningkatan kebijakan dan pelayanan publik yang bermanfaat bagi dunia
usaha dan masyarakat dengan mendorong tata kelola yang baik.

Bagian 3
3.1
Para Pihak akan bertemu, setidaknya setahun sekali, untuk mengidentifikasi
prioritas utama bagian kegiatan kerjasama, menindaklanjuti pelaksanaan dan
mengevaluasi hasil kerjasama ini. Prioritas kerjasama ini akan merefleksikan
kepentingan para Pihak dengan tidak membatasi kerjasama di bidang lainnya.
Diluar pertemuan tersebut, para Pihak akan berkomunikasi secara rutin. Untuk
tujuan tersebut, para Pihak akan menunjuk seorang penanggung jawab yang dapat
memfasilitasi pelaksanaan kerangka kerjasama ini:
Untuk OECD: Deputi Sekretaris Jenderal Bidang Kerjasama Global;
Untuk Indonesia: Kepala Badan Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan).
3.2

Kerjasama tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk,
namun tidak terbatas pada:
- Studi Bersama, tinjauan kebijakan nasional, kajian;

Pertukaran informasi;
Pertukaran data statistik dan informasi lainnya sebagai dasar analisis
yang lebih baik oleh kedua Pihak;
Penyelenggaraan pertemuan bersama, seminar dan lokakarya;
Keikutsertaan pada berbagai acara dan kegiatan pada tingkat regional ;
Kolaborasi antara para pakar dan pejabat dari para Pihak, khususnya
melalui misi dan penempatan staf, pegawai serta pakar dari OECD di
Indonesia, dan penempatan para pegawai pemerintah Indonesia untuk
magang di kantor OECD;
Peningkatan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai proyek dan lembaga
dibawah OECD;
Keikutsertaan Indonesia dalam pengembangan instrumen dan standar
kebijakan OECD yang sesuai.

3.3

Kegiatan bersama khusus tersebut dapat dituangkan dalam perjanjian yang
dibuat antara para Pihak dan subbagian dibawah kerangka Persetujuan ini.

3.4


Hak kekayaan intelektual yang dihasilkan dari kerjasama dibawah
Persetujuan ini, dimana para Pihak merupakan penulis maka wajib dimiliki
secara bersama. Oalam kaitan ini, setiap Pihak mengakui hak-hak dari
Pihak lainnya untuk menggunakan dan memproduksi ulang hasil pekerjaan
tersebut secara terpisah, dengan adanya pengakuan terhadap kontribusi
kedua belah Pihak atas karya tersebut. Setiap publikasi bersama wajib diatur
melalui perjanjian terpisah yang disepakati diantara para Pihak.

3.5

OECD wajib memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk memberikan
pendapat dan menguji informasi tersebut selama proses penyusunan
laporan atau publikasi OECD berdasarkan Persetujuan ini.

Bagian 4
Seluruh kegiatan yang dilakukan berdasarkan Persetujuan ini bergantung
pada ketersediaan dana dan akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di antara para Pihak. Segala dana yang disediakan oleh Indonesia akan
diatur dalam perjanjian tambahan yang mungkin akan timbul diantara para Pihak

dibawah Persetujuan ini.

Bagian 5
5.1
lain .

Setiap Pihak harus melindungi informasi rahasia dan/atau penting dari Pihak

5.2

Setiap Pihak wajib menjamin bahwa dokumen, informasi, dan data lainnya
ケ。ョAセ@
diperoleh dari pelaksanaan Persetujuan ini wajib digunakan untuk mencapai
tujuan dari Persetujuan ini.

5.3
Seluruh informasi rahasia yang dipertukarkan diantara para Pihak harus
tuncluk kepada kebijakan dan prosedur mengenai pengungkapan informasi
rahasia.
5.4

Para Pihak setuju bahwa ketentuan ini akan tetap mengikat diantara para
Pihak meskipun Persetujuan ini berakhir.
Bagian 6

6.1
Dalam rangka memfasilitasi kerjasama harian dan meningkatkan akses
terhadap informasi, dengan persetujuan dari Indonesia, OECD dapat menempatkan
anggota stafnya, pejabat dan para pakar di Indonesia, atau mengirimkan mereka
dalam sebuah misi ke Indonesia. Hal tersebut akan memberikan kesempatan bagi
beberapa Kementerian, lembaga kajian, dan pelaku usaha di Indonesia untuk
memperoleh manfaat dari informasi yang sedang dan telah direncanakan pada
fomm OECD yang sesuai dengan kepentingan mereka. Begitu pula, OECD akan

memperoleh infonnasi mengenai perkembangan kebijakan penting, pengalaman
dan kajian yang relevan dari Indonesia. Pertukaran ide dan pengalaman yang
saling menguntungkan ini akan memperkuat dan mempererat kerjasama diantara
para Pihak.
6.2
Indonesia harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memfasilitasi anggota staf, para pejabat dan pakar OECD untuk masuk, tinggal,

dan keluar dari Indonesia. Anggota staf, para pejabat dan pakar serta perwakilan
anggota OECD yang ditempatkan atau sedang menjalankan misi di Indonesia,
dapat diberikan hak-hak istimewa dan kekebalan yang akan diatur dalam perjanjian
terpisah antara Indonesia dan OECD.
6.3
OECD akan menerima pegawai magang dan staf dari Indonesia atau dari
subdivisi atau badan lainnya (selanjutnya disebut sebagai Lembaga Pengirim) ke
OECD, dalam rangka meningkatkan pemahaman dan berkontribusi pada berbagai
topik yang terkait dengan kepentingan bersama dan pelaksanaan program-program
kerja dan anggaran OECD. Penempatan pegawai magang harus dilakukan
berdasarkan perjanjian antara OECD, Lembaga Pengirim dan pegawai atau stat
yang bersangkutan, dimana pengaturan para pegawai magang tersebut
disesuaikan dengan peraturan, kebijakan dan praktik OECD.

Bagian 7
Persetujuan ini akan mulai berlaku pada saat penandatanganan oleh para Pihak
untuk jangka waktu lima tahun. Persetujuan ini dapat diakhiri oleh salah satu Pihak
dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya tiga bulan
sebelumnya dan dapat diubah dengan perjanjian tertulis antara para Pihak. Seluruh
perbedaan pandangan yang muncul dari atau terkait dengan Persetujuan ini akan

diselesaikan secara damai oleh para Pihak. Keterlibatan masing-masing Pihak
dalam kegiatan-kegiatan dibawah Persetujuan ini wajib tunduk pada hukum,
peraturan perundang-undangan, peraturan, kebijakan dan prosedur yang berlaku
diantara para Pihak.

Sebagai Bukti, yang bertanda tangan di bawah ini, telah diberi kuasa untuk
menandatangani Persetujuan ini.
Dibuat di Jakarta, dalam rangkap dua, pada tanggal 27 September 2012, dalam
bahasa lnggris dan bahasa Indonesia. Dalam hal terjadi ketidakselarasan antara
dua versi bahasa tersebut, maka versi bahasa lnggris yang akan berlaku.
UNTUK PEMEQINTAH REPUBLIK
INRJONESIA

Signed
Agus Martowardojo
Menteri Keuangan

THE ORGANISATION FOR
ECONOMIC CO-OPERATION AND
DEVELOPMENT


Signed
Angel Gurria
Secretary General

Lampi ran
lkhtisar Kerjasama Bidang-bidang yang Menjadi Prioritas untuk Indonesia

Pada bulan April 2012, Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyusun
bidang-bidang yang menjadi prioritas dalam kerjasama dengan OECD. Lampiran ini
mengidentifikasi tiga bidang, yaitu infrastruktur, tata kelola dan pertumbuhan
inklusif, dan mendata proyek yang sedang berjalan atau mengusulkan kegiatan
baru. Hal ini merupakan langkah awal menuju penyusunan prioritas bersama.
Daftar ini masih dapat ditambahkan lebih lanjut sesuai kebutuhan.

lnfrastruktur

lnfrastruktur merupakan pendorong utama pertumbuhan jangka panjang.
lnfrastruktur mendorong konektivitas dan membantu mencapai kinerja sosial yang
lebih baik. Prinsip OECD untuk Partisipasi Sektor Swasta dalam bidang

lnfrastruktur dan Rekomendasi baru OECD terkait dengan Tata Kelola Kemitraan
Pemerintah-Swasta, digunakan secara paralel, dapat menjadi dasar yang kuat
untuk kinerja infrastruktur.





Kerangka kerjasama pada kelembagaan investasi dan partisipasi sektor
swasta, termasuk kemitraan pemerintah-swasta (sedang berjalan)
OECD bersama dengan Kementerian Keuangan akan mengadakan
lokakarya terkait dengan pengembangan kapasitas untuk meningkatkan nilai
publik dari Kemitraan Pemerintah-Swasta dengan terfokus pada Pelabuhan
[peraturan mengenai Pelabuhan, Kereta Api dan Perkapalan menjadi fokus
khusus dalam Tinjauan Reformasi Peraturan (usulan)]
OECD bersama dengan Kementerian Keuangan akan mengidentifikasi
kegiatan tertentu dalam pembiayaan infrastruktur (usulan)

Tata Kelola


Pengembangan kapasitas merupakan prasyarat dalam mencapai pertumbuhan
output yang optimal di Indonesia. OECD memiliki beberapa prinsip dan pedoman
yang dapat membantu terwujudnya tata kelola, termasuk Rekomendasi OECD
terkait dengan Kebijakan Peraturan dan Tata Kelola; Prinsip OECD untuk lntegritas
dalam Pengadaan Publik dan Tata Kelola Perusahaan; dan Konvensi OECD
tentang Pemberantasan Suap.




Kerjasama tentang Tata Kelola Perusahaan di Asia dan penerapan panduan
untuk regulator sekuritas di Indonesia terkait dengan laporan publik dari
perusahaan (sedang berjalan)
Kerjasama antara KPK dengan Kelompok Kerja Pemberantasan Suap
(sedang berjalan)








Peninjauan kembali system pengadaan barang publik di tingkat nasional
dan regional , termasuk pemberantasan k1ecurangan dalam praktik lelang
(usulan)
Indonesia menandatangani Deklarasi tentang Kesantunan, lntegritas dan
Transparansi (usulan)
Melakukan Pengawasan lntegritas dengan menggunakan pendekatan Clean
Gov Biz komprehensif dalam memerangi l