PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENCOCOKKAN KARTU INDEKS (INDEX CARD MATCH) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA TUNARUNGU: Studi Eksperimen di SLB-BC Pambudi Dharma 2 pada Kelas 1 SDLB.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Siswa Tunarungu ... 8

2. Pengaruh Ketunarunguan terhadap Kemampaun Berbahasa ... 10

3. Kemampuan Membaca Permulaan ... 12

4. Pengaruh Ketunarunguan terhadap Kemampuan Membaca Permulaan .. 14

5. Media Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) Sebagai Media Pembelajaran ... 16

6. Media Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) Sebagai Media untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunarungu ... 23

F. Penelitian yang Relevan ... 24

G. Kerangka Berfikir ... 25


(2)

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas ... 27

2. Variabel Terikat ... 30

B. Desain Penelitian ... 31

C. Sampel Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

a. Membuat Kisi-kisi Soal ... 33

b. Pembuatan Butir Soal ... 34

c. Menentukan Kriteria Butir Soal ... 35

d. Validitas Instrumen ... 39

e. Reliabilitas Instrumen ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Prosedur Penelitian ... 43

1. Persiapan Penelitian ... 43

2. Pelaksanaan Penelitian ... 42

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Intervensi dengan Menggunakan Media Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) ... 45

G. Pengolahan Dan Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pengolahan Data ... 53

C. Pengujian Hipotesis ... 55

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 61

B. Rekomendasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1. Subjek Penelitian ... 33

3.2. Kriteria Penilaian Membaca Huruf ... 35

3.3. Kriteria Penilaian Membaca Suku kata Berpola KV ... 36

3.4. Kriteria Penilaian Membaca Suku kata berpola VKV dan KVKV ... 36

3.5. Kriteria Penilaian Membaca Kata ... 37

3.6. Kriteria Penilaian Mencocokkan Kartu kata dan Kartu Gambar ... 38

3.7. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 41

4.1. Skor Pretest ... 50

4.2. Skor Posttest ... 51

4.3. Perbandingan Skor Pretest dan Postest ... 51


(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grrafik


(6)

DAFTAR GAMBAR Gambar

3.1. Contoh Papan Tempat Pencocokkan Kartu ... 28

3.2. Contoh Kartu Gambar ... 28

3.3. Contoh Kartu Kata ... 29

3.4. Contoh Kartu Huruf ... 29


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan. Hasil asesmen menunjukkan siswa hanya baru mengenal huruf vokal a, i, u, e, o dan belum dapat mengenal huruf konsonan, membaca suku kata dan membaca kata. Ketika anak diberi tugas untuk membaca suku kata, rata-rata hasilnya yang dibaca hanya huruf vokalnya saja. Contoh suku kata “a-pi” dibaca “a”, “i-bu” dibaca “i”, “u-bi” dibaca “u”, dan “pi-pa” tidak dibaca. Ketika anak diberi tugas untuk membaca kata, hasilnya tidak dibaca sama sekali. Contoh kata “babi”, “pipa”, dan “bimo” tidak dibaca oleh anak.

Sedangkan dalam standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia dari Dinas Pendidikan tercantum kompetensi dasar untuk siswa kelas satu semester dua adalah sebagai berikut: 7. Memahami bacaan hasil Percakapan; 7.1. Membaca bacaan sederhana yang terdiri atas 3-5 kalimat; 7.2. Menjawab pertanyaan dari bacaan yang dibacanya.

Seperti diuraikan dalam GBPP kelas satu semester dua, seharusnya anak sudah mampu membaca bacaan sederhana yang terdiri atas tiga sampai lima kalimat, akan tetapi seperti diketahui bahwa anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran, sehingga mereka kesulitan dalam mengakses bunyi


(8)

bahasa. Dalam membaca permulaan anak dituntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan cara-cara mengakses bunyi, kemampuan mengingat dan memahami sistem lambang bunyi serta cara-cara memproduksi bunyi bahasa.

Kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa yang dialami siswa tunarungu dikarenakan stimulasi yang kurang, mereka hanya menggunakan kemampuan visual saja untuk merespon stimulus, sedangkan pendengarannya tidak terstimulus. Kekurangmampuan mereka dalam mengakses bunyi bahasa melalui pendengaran akan mempengaruhi terhadap daya ingat dan memahami lambang bunyi serta kemampuan menirukan bunyi bahasa, karena ketunarunguan dan kemampuan mengingat mempunyai korelasi yang kuat. Untuk menyadarkan mereka tentang adanya bunyi bahasa dengan memanfaatkan sisa pendengaran yang ada, mereka biasanya di sekolah melakukan latihan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI).

Anak yang mengalami gangguan pendengaran atau tunarungu adalah anak yang kehilangan ketajaman pendengaran yang disebabkan ketidakberfungsian organ pendengaran karena kerusakan pada telinga bagian luar, tengah atau dalam sehingga, ketunarunguan terdapat berbagai tingkatan mulai dari yang terringan sampai yang terberat.

Hallahan & Kauffman (1991:266) dalam Somad dan Hernawati (1995:26) berpendapat bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing)”.


(9)

Menurut Salim (1984:8) secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagogis, tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus.

Membaca merupakan kemampuan awal bagi setiap individu untuk mengembangkan dirinya, melalui membaca bahwa orang dapat berkomunikasi dan menerima informasi. Oleh karena itu sebagai langkah awal untuk memperoleh transper ilmu dan pengetahuan, salah satunya diperlukan kemampuan membaca tulisan.

Membaca pada dasarnya merupakan upaya untuk mengerti dan menafsirkan kehendak dalam bentuk lisan. Untuk mendapatkan keterampilan membaca ada dua tahapan yang harus dilalui yaitu, keterampilan membaca permulaan dan keterampilan membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut karena sebagai dasar dalam tahapan membaca, oleh karena itu pada tahapan kemampuan membaca permulaan perlu perhatian khusus untuk mengembangkannya, baik oleh para guru juga orang tua dan dapat ditunjang oleh media-media yang mendukung.

Tahapan dalam kemampuan membaca permulaan diantaranya anak terlebih dahulu harus mampu mengenal dan membedakan huruf alphabet dari A sampai Z. Batasan membaca permulaan secara singkat adalah sebagai


(10)

berikut : 1) Mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad tanda atau tanda bunyi; 2) Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara; 3) Pengetahuan huruf-huruf dalam abjad dan keterampilan untuk menyuarakannya.

Biasanya orang tua dan guru PAUD (pendidikan anak usia dini) mengenalkan huruf alphabet dengan nyanyian kemudian anak menirukan nyanyian tersebut. Untuk anak yang mendengar hal itu dapat membantu mereka mengenal dan membedakan huruf alphabet ketika guru atau orang tua sambil bernyanyi sambil menunjuk huruf yang dimaksud. Namun bagaimana dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran atau lazim disebut siswa tunarungu. Kemampuan visual mereka saja yang memungkinkan membantu mereka mengenal dan membedakan huruf. Sedangkan kekurangmampuan mereka dalam mengakses bunyi bahasa melalui pendengaran akan mempengaruhi terhadap daya ingat dan memahami lambang bunyi serta kemampuan menirukan bunyi bahasa, karena ketunarunguan dan kemampuan mengingat mempunyai korelasi yang kuat.

Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu tersebut yaitu dengan memanfaatkan fungsi visual mereka melalui media Pencocokan Kartu Indeks (Index Card Match ) yaitu salah satu alat bantu belajar membaca permulaan yang terdiri atas papan dan kartu index card match. Media ini melatih kemampuan visual anak dengan cara mengingat pasangan kartu gambar dan kartu kata. Awalnya anak diberi penjelasan mengenai pasangan


(11)

dari kartu-kartu tersebut, kemudian kartu dibagikan kepada siswa. Setelah itu mereka mencari pasangan kartu tersebut di teman mereka. Adapun jumlah kartu yang dicocokkan oleh anak adalah sejumlah 10 pasang kartu dan tersusun dari huruf vokal a, i, u, e, o juga konsonan bilabial p, b dan m.

Melalui fungsi visual, manusia dapat merekam hal-hal yang mengarah pada daya tarik mata dan menciptakan gambaran mental dalam pikiran untuk kemudian mewujudkannya dalam bentuk gambar atau benda secara nyata. Selain itu, penggunaan media visual sebagai alat bantu belajar dapat menuntun anak melihat dan membaca pesan-pesan visual pada pelbagai tahapan, dimulai dari tahap differensiasi dimana para siswa mula-mula mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual tersebut.

Kemudian dilanjutkan dengan tahap integrasi, dimana para siswa menempatkan unsur-unsur visual secara serempak, menghubungkan keseluruhan pesan visual kepada pengalaman-pengalamannya dan menyimpulkan penggambaran visualisasi untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya (Sudjana dan Rivai, 2010:11). Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa media pencocokkan kartu indeks (index card match) merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu, yaitu mengenal huruf konsonan p, b, dan m dan membaca kata yang tersusun dari huruf vokal dan konsonan( a, i, u, e, o, p, b, dan m).


(12)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah

1. Motivasi belajar anak rendah, berpengaruh terhadap kemampuannya dalam membaca permulaan;

2. Kemampuan membaca anak baru sampai membaca huruf vokal saja, sedangkan dalam standar kompetensi anak seharusnya sudah dapat membaca tiga sampai lima kalimat;

3. Anak belum mampu mengucapkan fonem p, b, dan m, sedangkan huruf-huruf tersebut merupakan dasar pembelajaran fonem;

4. Dipandang perlu adanya variasi dalam pendekatan pembelajaran membaca permulaan supaya anak lebih termotivasi.

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah. Adapun batasannya adalah pada kemampuan membaca kata yang tersusun dari huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan bilabial p, b, m.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas rumusan utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah : apakah penggunaan media pencocokkan kartu indeks dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu tingkat dasar (D1) ?

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian


(13)

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan media pencocokkan kartu indeks dalam meningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunarungu tingkat dasar (D1).

b. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1) Kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media Pencocokan Kartu Indeks (Index Card Match ).

2) Kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media Pencocokan Kartu Indeks (Index Card Match ).

3) Penggunaan media Pencocokan Kartu Indeks (Index Card Match ) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu.

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Menjadi sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pendidikan luar biasa yang berkaitan dengan membaca permulaan; dan

b. Menjadi pertimbangan dalam pemilihan media yang digunakan untuk pembelajaran membaca permulaan siswa tunarungu.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

Jika melihat judul penelitian “Penggunaan Media Pembelajaran Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Siswa Tunarungu ( Studi Eksperimen di SLB-BC Pambudi Dharma 2 pada Kelas I SDLB)“, maka tedapat dua variable yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas (independent variable) disebut juga variabel sebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Sugiyono (2011:61) menyebutkan

bahwa “variabel sebab adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media Pencocokan Kartu Indeks (Index Card Match ) yaitu, media yang terdiri dari kartu kata, kartu gambar, kartu suku kata dan kartu huruf serta terbuat dari kertas duplek. Terdapat pula papan pencocokkan yang terbuat dari triplek yang dilapisi oleh kain flanel untuk memudahkan anak menempelkan kartu-kartu tersebut. Media ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan cara mencocokkan kartu gambar dan kartu kata di papan pencocokkan yang telah disediakan.


(15)

Sebelumnya anak diberi penjelasan mengenai pasangan dari kartu-kartu tersebut dan mengingatnya dalam waktu 30 detik . Kemudian kartu-kartu dibagikan kepada siswa dan setelah itu mereka mencari pasangan kartu tersebut di teman mereka. Adapun jumlah kartu yang dicocokkan oleh anak adalah sejumlah 10 pasang kartu dan tersusun dari huruf vokal a, i, u, e, o juga konsonan bilabial p, b dan m. Media ini terdiri dari :

a. Papan pencocokkan, yaitu tempat untuk menempelkan kartu gambar dan kartu kata yang akan dicocokkan

\

Gambar 3.1

Contoh Papan Tempat Pencocokkan Kartu

b. Kartu gambar, yaitu kartu bergambar yang akan dicocokkan dengan kartu kata

Gambar 3.2 Contoh Kartu Gambar

PAPAN TEMPAT PENCOCOKKAN KARTU


(16)

c. Kartu kata, yaitu kartu-kartu yang berisi kata yang sesuai dengan kartu gambar

Gambar 3.3 Contoh Kartu Kata d. Kartu huruf

Gambar 3.4 Contoh Kartu Huruf

Pada saat treatment dilakukan, anak diberi tahu 10 pasangan kartu yang benar. Setelah itu kartu diberikan kepada semua anak secara acak, kemudian masing-masing anak mencari teman yang memegang pasangan kartu miliknya. Jika anak sudah menemukan teman pasangannya, maka mereka mengambil papan dan menempelkan kartu gambar dan kata tersebut pada papan. Lalu mencari kartu huruf dan kartu suku kata yang sesuai dengan kartu kata yang telah di tempel pada papan, kemudian menempelkannya pula di papan tepat di bawah kartu kata. Setelah itu mereka melaporkan kepada peneliti hasil pekerjaannya dan peneliti menyuruh untuk membaca apa yang telah anak tempel di papan.

i

p

a


(17)

2. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variable) disebut juga dengan variabel akibat. Menurut Sugiyono (2011:61), “variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan. Membaca permulaan menurut Purwanto (1977:29) adalah suatu proses yang dipergunakan oleh pembaca untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi yang bermakna dan melancarkan teknik membaca pada anak-anak. Membaca dapat dipandang sebagai proses pemecahan sandi (decoding) bawah-atas (bottom up) terhadap simbol-simbol tertulis, karena diawali dengan memahami segmen-segmen terkecil, yaitu huruf, suku kata dan kata (Ghazali, 2010:208).

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan membaca permulaan adalah perilaku anak dalam membaca lima huruf vokal (a, i, u, e, dan o) dan tiga huruf konsonan (p, b, dan m), membaca suku kata dan kata yang tersusun dari huruf vokal dan konsonan tersebut. Huruf konsonan p, b dan m dipilih karena merupakan konsonan letupan yang pengucapannya mudah ditiru oleh anak, tempat artikulasinya berada di antara kedua bibir dan terlihat oleh anak serta dapat dirasakan getarannya. Adapun kemampuan membaca permulaan yang diukur adalah sebagai berikut :


(18)

1) Siswa mampu mermbaca delapan huruf vokal dan konsosonan, yaitu a, i, u, e, o, p, b, dan m.

2) Siswa mampu membaca 10 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, dan m.

3) Siswa mampu membaca 10 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

4) Siswa mampu membacakan 10 kata yang tersusun dari huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan bilabial p, b, m.

5) Siswa mampu mencocokkan 10 gambar dengan kata yang sesuai dengan gambar benda tersebut.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Banyak penulis mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses yang sistematis. McMillan dan Schumacher (1989) dalam Emzir (2008:5)

mendefinisikan penelitian sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan dan

penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan”.

Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat). Dalam studi eksperimen, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan dan mengobservasi


(19)

efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat (Gay dalam Emzir 2008:63).

Penelitian ini menggunakan desain Pre-Experiment tanpa kelompok pembanding atau desain kelompok tunggal dengan adanya pretest dan postest atau biasa disebut pretest and postest group design. Pertama-tama dilakukan pengukuran sebelum eksperimen ( O1 ), lalu diberikan perlakuan ( X ) untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (O2). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(Sugiyono, 2011:111)

Keterangan : O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

X = Perlakuan, dalam hal ini penggunaan media Index Card Match O2 = Nilai postest (setelah diberi perlakuan)

Adapun eksperimen ini dilakukan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2 – O1 diasumsikan merupakan pengaruh dari eksperimen yang diberikan.

C. SAMPEL PENELITIAN

Sampel menurut Sugiyono (2011:297) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas 1 SDLB sebanyak enam orang yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(20)

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Kode Sampel Jenis Kelamin

1 RN Laki-laki

2 SM Perempuan

3 AN Laki-laki

4 CN Perempuan

5 FS Laki-laki

6 IL Laki-laki

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian menurut Sugiyono (2011:148) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa test soal yang dapat mengukur kemampuan membaca permulaan anak.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu:

a. Membuat kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal dalam penelitian ini dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan dikembangkan oleh peneliti. Kisi-kisi itu sendiri merupakan indikator yang akan di teskan dan ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini


(21)

adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas D1 semester satu.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas D1 semester satu yang digunakan adalah “3.1 Menirukan kata, dan kalimat

sederhana”. Kompetensi dasar yang di fokuskan adalah yang ke 3.1, yaitu “Membaca beberapa kata sederhana”. Indikator yang digunakan untuk

mengukur kemampuan membaca permulaan, yaitu :

1) Membaca 8 huruf vokal dan konsonan (a, i, u, e, o, p, b, dan m) 2) Membaca 10 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat

unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, dan m.

3) Membaca 10 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

4) Membaca 10 kata yang tesusun dari huruf huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan, p, b, dan m

5) Mencocokkan 10 kartu kata dan kartu gambar b. Pembuatan Butir Soal

Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi instrumen penelitian. Jumlah soal keseluruhan sebanyak 48 buah, terbagi dalam lima indikator, yaitu 1) delapan soal untuk mengetahui kemampuan membaca huruf; 2) 10 soal untuk mengetahui kemampuan membaca suku kata berpola konsonan vokal (KV); 3) 10 soal untuk mengetahui kemampuan membaca suku kata berpola vokal - konsonan


(22)

untuk mengetahui kemampuan membaca kata; dan 5) 10 soal untuk mengetahui pemahaman kata, berupa tes mencocokkan kartu gambar dan kartu kata.

c. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang dicapai oleh sampel penelitian. Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

1) Kriteria penilaian membaca huruf Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Membaca Huruf

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 8 huruf vokal dan konsonan 5 b. Mampu membaca 6 huruf dari 8 huruf vokal dan

konsonan

4

c. Mampu membaca 4 huruf dari 8 huruf vokal dan konsonan

3

d. Mampu membaca 2 huruf dari 8 huruf vokal dan konsonan

2

e. Mampu membaca 1 huruf dari 8huruf vokal dan konsonan

1


(23)

2) Kriteria penilaian membaca suku kata berpola konsonan vokal (KV) Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Membaca Suku Kata Berpola Konsonan Vokal

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 10 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m.

5

b. Mampu membaca 8 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m.

4

c. Mampu membaca 6 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m.

3

d. Mampu membaca 4 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m.

2

e. Mampu membaca 2 suku kata berpola konsonan vokal (KV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m.

1

f. Tidak mampu membaca suku kata 0

3) Kriteria penilaian membaca suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Membaca Suku Kata Berpola V-KV dan KV-KV

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu Membaca 10 suku kata yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m


(24)

b. Mampu Membaca 8 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

4

c. Mampu Membaca 6 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

3

d. Mampu Membaca4 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

2

e. Mampu Membaca 2 suku kata berpola vokal - konsonan vokal (V-KV) dan konsonan vokal-konsonan vokal (KVKV) yang terdapat unsur huruf vokal a, i, u, e, o dan huruf konsonan p, b, m

1

f. Tidak mampu membaca suku kata 0

4) Kriteria penilaian membaca kata Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Membaca Kata

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 10 kata yang tersusun dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m


(25)

b. Mampu membaca 8 kata dari 10 kata yang tersusun dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m

4

c. Mampu membaca 6 kata dari 10 kata yang tersusun dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m

3

d. Mampu membaca 4 kata dari 10 kata yang tersusun dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m

2

e. Mampu membaca 2 kata dari 10 kata yang tersusun dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m

1

f. Tidak mampu membaca kata 0

5) Kriteria penilaian mencocokkan kartu kata dan kartu gambar Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Mencocokkan Gambar dengan Kata

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu mencocokkan 10 pasang kartu dari 10

pasang kartu kata dan kartu gambar 5

b. Mampu mencocokkan 8 pasang kartu dari 10

pasang kartu kata dan kartu gambar 4

c. Mampu mencocokkan 6 pasang kartu dari 10

pasang kartu kata dan kartu gambar 3

d. Mampu mencocokkan 4 pasang kartu dari 10

pasang kartu kata dan kartu gambar 2

e. Mampu mencocokkan 2 pasang kartu dari 10

pasang kartu kata dan kartu gambar 1


(26)

d. Validitas Instrumen

Instrumen soal yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya dengan uji validitas isi (construct) berupa expert-judgement dengan teknik penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SLB BC Pambudi Dharma 2. Menurut Sugiyono (2011:177) “untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts)“.

Penilaian validitas instrument dilakukan oleh satu orang dosen dan dua orang guru di SLB-BC Pambudi Dharma 2. Penilai tersebut mencocokkan indikator yang ada dalam kisi-kisi instrumen dengan butir soal yang dibuat oleh penguji. Apabila penilai menilai cocok diberi nilai 1 dan jika tidak cocok diberi nilai 0, kemudian dihitung dengan rumus :

� = �� 100 % Keterangan :

P = Skor / presentase N = Jumlah Penilai F = Jumlah cocok

(perhitungan validitas indstrimen terlampir)

Dari hasil penilaian butir soal dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian tersebut dikatakan valid karena penilaian banyak memberikan kriteria cocok.

e. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya


(27)

tentang kemampuan seseorang. Menurut Arikunto (2002:154) jika instrumen yang dibuat dapat dipercaya atau reliabel, maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Instrumen diujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu siswa tunarungu kelas D1.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan cara internal consistency, karena mencobakan instrumen hanya sekali saja.pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik KR 20 (Kuder Richardson) dengan rumus sebagai berikut :

Ri =

(�− )

(Sugiyono, 2008:359) Keterangan :

Ri = Reliabilitas secara keseluruhan k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 qi = 1 – pi

2 = Varians total yaitu varians skor total

Sebelum menggunakan rumus diatas untuk mencari nilai reliabilitas, maka harus menghitung Varians total ( 2 ) terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :

=

dengan

=

� −

( �)


(28)

Perhitungan hasil coba instrument adalah sebagai berikut Diketahui : n = 6

(tabel penolong untuk uji reliabilitas instrumen dengan KR 20 terlampir) 1) Menghitung varians skor

� = � − ( �)

= 9543−9204,17 = 338,83

=�

� =

338,83

6 = 56,47

2) Menghitung reliabilitas instrumen

Ri = � (�−1)

− 1 1 2

2

Ri = 48 48−1

56,47−6,19 56,47

Ri =1,02 0,89 = 0,91

Tolak ukur menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tabel klasifikasi analisis reliabilitas tes menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Cukup 0,60 – 0,79 Tinggi 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi


(29)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap instrument penelitian, maka diperoleh harga ri = 0,91. Jika diinterprestasikan, maka tergolong pada koefisien reliabilitas tinggi, sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Menurut Arikunto (2006:150), tes adalah serentetan pertanyaan dalam latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan dan tes tertulis. Tes diberikan pada saat sebelum dan setelah diberi perlakuan atau treatment. Soal-soal dibuat oleh peneliti sendiri sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas D1 semester satu. Tes lisan tersebut merupakan pengukuran kemampuan membaca anak pada aspek membaca huruf, suku kata dan kata. Sedangkan tes tertulis dilakukan untuk mengukur pemaknaan anak terhadap kata yang diajarkan. Tes yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan merupakan soal yang sama untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan apakah ada perubahan atau tidak pada subjek penelitian.


(30)

F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan percobaan. Sebelum penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan. b. Mengurus surat perizinan

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PLB untuk pengangkatan dosen pembimbing;

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan permohonan surat pengantar ijin penelitian untuk ke Rektorat melalui Direktorat Akademik;

3) Mengurus surat pengantar ijin penelitian melalui Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa (KESBANG) Kota Cimahi;

4) Membuat surat ijin penelitian di KESBANG Kota Cimahi berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI;

5) Menyerahkan surat ijin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SLB-BC Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi.


(31)

c. Menyusun instrumen penelitian mengenai mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas D1 dengan sub pokok bahasan membaca kata. Instrument penelitian ini meliputi kisi-kisi instrument, pembuatan butir soal, pembuatan RPP, pembuatan media Index Card Match. d. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini

meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta penilaian para ahli (judgement expert). Para ahli tersebut adalah tiga orang guru SLB-BC Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi. Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan pada enam orang siswa tunarungu kelas D1 di SLB Sabilulungan Kabupaten Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data. Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang kelas. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut

a) Meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program pembelajaran;

b) Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam membaca huruf, suku kata dan kata secara lisan dan tertulis. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah soal yang dapat dan tidak dapat dikerjakan oleh subjek


(32)

c) Melaksanakan treatment selama empat kali pertemuan, yaitu menggunakan media index card match (pencocokkan kartu indeks) untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 60 menit (2 jam pelajaran).

d) Melaksanakn post test, yaitu pengukuran kembali hasil belajar membaca permulaan untuk mengetahui sejauh mana treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan. 3. Langkah-langkah pelaksanaan intervensi dengan menggunakan

media pencocokkan kartu indeks (index card match)

Adapun langkah-langkah cara menggunakan media index card match (pencocokkan kartu indeks) adalah sebagai berikut

1) Memberi penjelasan kepada subjek penelitian, bahwa mereka akan bermain menggunakan media index card match (pencocokkan kartu indeks);

2) Subjek penelitian berjumlah enam orang. Pada langkah pertama peneliti memberi tahu kepada mereka tiga pasangan kartu yang benar antara kartu gambar dan kartu kata, kemudian para siswa mengikuti peneliti membaca kartu kata tersebut. Peneliti mencari kartu suku kata dan kartu huruf yang sesuai dengan kartu kata, lalu para siswa mengikuti peneliti membaca kartu-kartu tersebut. Langkah selanjutnya peneliti memberi tahu lagi tiga pasangan kartu lagi begitu seterusnya sampai ke-10 pasangan kartu dapat diingat oleh subjek penelitian;


(33)

3) Peneliti membagikan tiga pasangan kartu secara acak kepada subjek penelitian, sehingga masing-masing anak memegang satu kartu. Setiap anak memegang kartu yang berbeda, ada yang memegang kartu gambar dan ada yang memegang kartu kata;

4) Siswa diperintahkan untuk mencari teman yang memegang pasangan kartu miliknya;

5) Jika siswa sudah menemukan teman pasangannya, maka mereka mengambil papan dan menempelkan kartu gambar dan kata tersebut pada papan;

6) Para siswa mencari kartu huruf dan kartu suku kata yang sesuai dengan kartu kata yang telah di tempel di papan pada tumpukan kartu-kartu huruf dan suku kata di tempat yang telah disediakan; 7) Para siswa menempelkan kartu huruf dan suku kata di papan tepat di

bawah kartu kata. Setelah itu mereka melaporkan kepada peneliti hasil pekerjaannya dan peneliti menyuruh untuk membaca apa yang telah anak tempel di papan;

8) Kegiatan di atas terus dilakukan sampai ke-10 pasangan kartu gambar dan kata dicocokkan oleh anak

9) Tiap pasangan dapat memberikan kuis kepada temannya yang lain untuk membaca kartu kata yang mereka punya;


(34)

Gambar 3.5

Gambaran kegiatan menggunakan media index card match G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2008:134) teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian; 2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun ranking;

Mencari kartu suku kata yang sesuai dengan kata

“api” dan

menempelkannya kemudian membacanya

api

a p i

a pi

Mencari kartu huruf yang sesuai dengan kata

“api” dan

menempelkannya

api

a p i

Menempelkan kartu kata dan kartu gambar

setelah anak menemukan pasangan

kartunya


(35)

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda ( + ) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H0 diterima apabila T hitung > T tabel.

H0 = penggunaan media index card match (pencocokkan kartu indeks) tidak dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu.

H1 = penggunaan media index card match (pencocokkan kartu indeks) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa tunarungu sebelum diberi perlakuan, data menunjukkan pada umumnya siswa hanya baru dapat membaca huruf vokal saja. Hal ini menunjukkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu cukup rendah dan membutuhkan latihan-latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membacanya.

Setelah dilakukan treatment dengan menggunakan media pembelajaran pencocokkan kartu indeks (Index Card Match) sebagai alat bantu belajar membaca, terdapat peningkatan terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh Thitung = 0 ≤ Ttabel = 0, maka H1 diterima. Dengan kata lain penggunaan media pembelajaran pencocokkan kartu indeks (Index Card Match) memberi pengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunarungu kelas D1 di SLB-BC Pambudi Dharma 2 Cimahi. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan.


(37)

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Guru

Sebagai alternatif ketika mengajar bahasa indonesia terutama pada materi membaca lebih banyak menggunakan media visual yang lebih menarik dan ciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media pencocokkan kartu indeks (Index Card Match), dengan menggunakan media ini, siswa lebih tertarik dan lebih berkonsentrasi ketika belajar membaca.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai penggunaan media pencocokkan kartu indeks (index card match) dengan mempertimbangkan kelas yang berbeda, lokasi yang berbeda, penggunaan kata-kata baru dengan pola kata yang berbeda serta dihubungkan dengan variabel lain dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar serta adanya kelas control agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan

Santi Rama

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ghazali, S. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Maulana, A. (2012). Membaca Permulaan. [online]. Tersedia

http://aurigamaulana.blogspot.com/2012/04/membaca-permulaan.html. [6 Mei 2012]

Mustafa, W. (2012). Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia http://interest-gazzle.blogspot.com/2012/07/membaca-permulaan.html [30 Juli 2012]

Sastrawinata, E. et al. (1977). Pendidikan Anak-Anak Tunarungu. Jakarta:Direktur Pendidikan Guru dan Tenaga teknik

Silberman, Melvin L. (2009). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusamedia

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta : Dirjen Dikti

Sprent, P. (1991). Statistik Nonparametrik Terapan. Jakarta : UI-Press

Sudjana, N dan Rivai, A. (2010). Media Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo


(39)

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tarigan, Henry G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry G. (1986). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Ruhimat, T. et al. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(1)

Reina Nuraeni, 2012

Penggunaan Media Pembelajaran Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Tunarungu

Gambar 3.5

Gambaran kegiatan menggunakan media index card match

G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2008:134) teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian; 2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun ranking;

Mencari kartu suku kata yang sesuai dengan kata

“api” dan menempelkannya kemudian membacanya

api

a p i

a pi

Mencari kartu huruf yang sesuai dengan kata

“api” dan menempelkannya

api

a p i

Menempelkan kartu kata dan kartu gambar

setelah anak menemukan pasangan

kartunya api


(2)

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda ( + ) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H0

diterima apabila T hitung > T tabel.

H0 = penggunaan media index card match (pencocokkan kartu indeks)

tidak dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu.

H1 = penggunaan media index card match (pencocokkan kartu indeks)

dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu.


(3)

Reina Nuraeni, 2012

Penggunaan Media Pembelajaran Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa tunarungu sebelum diberi perlakuan, data menunjukkan pada umumnya siswa hanya baru dapat membaca huruf vokal saja. Hal ini menunjukkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu cukup rendah dan membutuhkan latihan-latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membacanya.

Setelah dilakukan treatment dengan menggunakan media pembelajaran pencocokkan kartu indeks (Index Card Match) sebagai alat bantu belajar membaca, terdapat peningkatan terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh Thitung = 0 ≤ Ttabel = 0, maka H1

diterima. Dengan kata lain penggunaan media pembelajaran pencocokkan kartu indeks (Index Card Match) memberi pengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunarungu kelas D1 di SLB-BC Pambudi Dharma 2 Cimahi. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan.


(4)

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Guru

Sebagai alternatif ketika mengajar bahasa indonesia terutama pada materi membaca lebih banyak menggunakan media visual yang lebih menarik dan ciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media pencocokkan kartu indeks (Index Card Match), dengan menggunakan media ini, siswa lebih tertarik dan lebih berkonsentrasi ketika belajar membaca.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai penggunaan media pencocokkan kartu indeks (index card match) dengan mempertimbangkan kelas yang berbeda, lokasi yang berbeda, penggunaan kata-kata baru dengan pola kata yang berbeda serta dihubungkan dengan variabel lain dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar serta adanya kelas control agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.


(5)

Reina Nuraeni, 2012

Penggunaan Media Pembelajaran Pencocokkan Kartu Indeks (Index Card Match) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan

Santi Rama

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ghazali, S. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Maulana, A. (2012). Membaca Permulaan. [online]. Tersedia

http://aurigamaulana.blogspot.com/2012/04/membaca-permulaan.html. [6 Mei 2012]

Mustafa, W. (2012). Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia http://interest-gazzle.blogspot.com/2012/07/membaca-permulaan.html [30 Juli 2012]

Sastrawinata, E. et al. (1977). Pendidikan Anak-Anak Tunarungu.

Jakarta:Direktur Pendidikan Guru dan Tenaga teknik

Silberman, Melvin L. (2009). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusamedia

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta : Dirjen Dikti

Sprent, P. (1991). Statistik Nonparametrik Terapan. Jakarta : UI-Press

Sudjana, N dan Rivai, A. (2010). Media Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo


(6)

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tarigan, Henry G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry G. (1986). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Ruhimat, T. et al. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur

0 14 210

Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan

2 10 189

Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning Dengan Metode Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 7 166

Peningkatan keaktifan belajar ips materi permasalahan sosial melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa kelas iv mi. “fathurrachman” jakarta selatan

0 4 125

Peningkatan keaktifan belajar IPS materi permasalahan social melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa kelas IV MI. “Fathurrachman” Jakarta Selatan

0 3 125

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

2 6 104

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Pembelajaran PAIKEM Tipe Jigsaw Dan Index Card Match di MTs Jam'iyyatul Khair Ciputat

2 31 149

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KALIMAT BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR.

0 0 9

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS III DI SLB B-C FADHILAH.

2 7 24

PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS 1 SD - Unika Repository

1 5 16