MODEL PEMBELAJARAN PERKUSI BAGI SISWA TUNANETRA.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lebih dari 40 tahun yang lalu, bangsa-bangsa di dunia, melalui Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, menegaskan bahwa: "Setiap orang memiliki hak untuk pendidikan". Pada tanggal 5-9 Maret 1990 di Jomtien, Thailand, 115 negara dan 150 organisasi saling bertemu dan mengadakan Konferensi Dunia membahas Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS). Indonesia sendiri telah mengalami kemajuan di bidang pendidikan dasar dalam 20 tahun terakhir ini. Terbukti rasio bersih anak usia 7-12 tahun yang bersekolah mencapai 94 persen.

Pendidikan untuk semua di Indonesia juga mencakup pendidikan bagi anak tunanetra. Landasan yuridis tingkat nasional bagi tunanetra terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen) Pasal 31 yaitu (1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak tunanetra juga dibahas dalam pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 5 tertulis bahwasetiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Diketahui di sini bahwa anak tunanetra termasuk ke dalam penyandang cacat yang berhak


(2)

mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan musik. Berlandaskan hal-hal tersebut di atas maka hasil dari penelitian ini bertujuan secara umum untuk turut memajukan pendidikan bagi penyandang cacat mata atau tunanetra.

Tunanetra membutuhkan pelayanan yang sebanding dengan keterbatasan mereka. Indonesia sendiri memiliki potensi untuk melayani mereka dengan baik, hanya saja kurang dimaksimalkan. Salah satu bentuk pelayanan bagi tunanetra adalah melalui sekolah luar biasa, di mana pembelajaran seni termasuk di dalamnya. Sejalan dengan tujuan pendidikan untuk semua, maka dikembangkanlah model untuk pembelajaran seni oleh satu tim yang menelliti hal tersebut. Model ini sudah mulai dikembangkan dari sejak setahun lalu lewat penelitian Anissa (2010). Penelitiannya menemukan beberapa tantangan dalam pembelajaran musik. Beberapa di antaranya adalah ditemukannya siswa tunanetrayang memiliki kecacatan ganda sindrom ADHD dan asperger. Anissa (2010)menjelaskan dalam penelitiannya bahwa guru memberikan beberapa terapi mengingat siswanya yang menderita sindrom ADHD dan asperger. Sikap guru yang diamati adalah sabar, mengenalkan bentuk fisik dari alat musik, setelah itu menghubungkan antara bentuk fisik dengan suara yang dihasilkan oleh setiap organ dari alat musik dalam hal ini piano. Guru juga mengerti betul karakter muridnya sehingga dalam pembelajaran guru memakai strategi yang tidak berseberangan dengan sesuatu yang muridnya tidak sukai.

Sehubungan dengan pertanyaan dan usaha dari guru untuk berinteraksi, siswa merespon dengan baik, walaupun ada sedikit penolakan sehubungan dengan gangguan yang dialami oleh siswa secara psikologis. Siswa mempunyai kecenderungan untuk tidak menyukai beberapa hal seperti bau keringat, sehingga


(3)

guru sebisa mungkin menjaga agar tidak berkeringat sewaktu mengajar. Tantangan lain selain siswa berkecacatan ganda adalah pengajar yang bukan pada bidang yang dikuasainya dan juga guru yang tunanetra.Ke tiga hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran seni belum berjalan sempurna.

Penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan pembelajaran seni untuk siswa tunanetra. Penelitian ini juga merupakanrangkaian penelitian yang sama dengan penelitan sebelumnya, yaitu berfokus pada siswa tunanetra. Penelitian ini mengadaptasi model sinektik dalam pembelajaran seni musik dengan harapan melalui model pembelajaran ini siswa bukan hanya sekedar memainkan instrumen musik saja, tetapi bisa secara kreatif menciptakan sebuah karya. Model ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kreativitas mereka.

Model dalam penelitian ini mengadaptasi model sinektik dalam pembelajaran perkusi. Peneliti yang memiliki latar belakang sebagai pengajar dan praktisi drum (alat perkusi) memilih pembelajaran perkusi sebagai topik penelitian ini karena beberapa alasan, yaitu : I) Anak tunanetra tidak menggunakan motorik mereka seaktif anak normal karena keterbatasan mereka dalam penglihatan. Melalui pembelajaran drum, anak diajak untuk menggerakkan anggota gerak mereka yang umumnya jarang digunakan. Contohnya adalah memukul drum dengan stick yang menggunakan tenaga untuk menghasilkan suara yang keras. II)Untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka sebagai anak-anak tunanetra. Dalam hal ini ketika mereka satu per satu memainkan drum, mereka sedang melatih kepercayaan diri mereka. III) Perangkat pembelajaranprogram tahunantingkat SD, MI, dan SDLB, mata pelajaran seni budaya dan keterampilan, kelas 4 semester 2. Perangkat atau silabus ini berisi bahan ajar untuk siswa kelas 4


(4)

SDLB yaitu pembelajaran ritmik. Ritmik ini erat kaitannya dengan alat musik perkusi sehingga peneliti menemukan kecocokan antara silabus secara nasional dengan bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu perkusi.

Alasan lainnya adalah untuk memfasilitasi serta mengasah bakat peserta didik terutama yang menonjol di unsur ritmik. Pembelajaran perkusi juga dipilih karena dalam pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus, tujuan pendidikan bukan hanya sisi pendengarannya saja yang menjadi terlatih tapi juga sisi afektifnya. Mereka diharapkan untuk dapat belajar untuk meredam emosi dan ego mereka.

Dampak pembelajaran perkusi yang diharapkan bagi tunanetra adalah dapat menciptakan kemandirian Hal ini dapat diukur oleh beberapa hal yakni : a) tunanetra memiliki keterampilan, sehingga ia dapat memfungsikan keterampilan itu di kemudian hari, b) dengan dimilikinya keahlian keterampilan peserta akan mampu hidup ketidaktergantungan, baik secara sosial, politik maupun ekonomi kepada orang lain, karena dirinya akan mampu mengemban tugas hidup tanpa harus selalu meminta kebaikan orang lain.

Peneliltian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri A Bandung yang merupakan sekolah tunanetra tertua di Indonesia. Sekolah ini didirikan pada tahun 1901 dengan nama Blinden Institute. SLBN A yang terletak di Jl. Pajajaran Nomor 50 Bandung ini berdekatan dengan gedung dan lapangan Olah Raga Pajajaran serta kantor Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI).

Mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut sama dengan sekolah umum, akan tetapi pendekatan pembelajarannya berbeda. Siswa SLB mempelajari ilmu ilmu pasti atau ilmu sosial juga pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK)


(5)

termasuk musik. Melalui pembelajaran musik diharapkan siswa memiliki keterampilan bermain musik dan adanya dampak penyerta, berupa interaksi sosial yang baik, sikap apresiasi terhadap musik, dan sikap kerja sama yang baik diantara peserta didik.

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD kisaran usia 10-16 tahun. Karakteristik anak usia ini pada umumnya adalah pemikiran sudah mulai kritis dan menuntut yang logis tapi daya pengertian mereka masih terbatas karena kurangnya pengalaman hidup. Mulai ingin dianggap sudah besar serta bukan anak kecil lagi dan ingin dihargai oleh orang lain. Daya kreativitas mulai berkembang, dan suka bertanya, logis dan daya ingat baik adalah ciri dari anak-anak kelas 4 SD.

Situasi para siswa subjek pada umumnya adalah beberapa anak sudah mempunyai pemikiran yang logis sehingga secara intelejensi mereka walaupun mempunyai kelemahan dalam penglihatan tetapi memiliki analisis dan mampu mengajukan pertanyaan yang kritis. Selain itu kecacatan mereka diasumsikan mempunyai pengaruh secara psikologis kepada emosi mereka. Mereka secara umum mengenal keteraturan, dapat diajak bekerja sama dan menyukai permainan dan hiburan.

Anak tunanetra memiliki keterbatasan indera dibanding anak normal, dalam hal ini tentunya indera penglihatan adalah indera yang paling mengalami kelumpuhan. Walaupun sebenarnya ada anak yang mengalami low vision di mana penglihatan mereka sangat terbatas. Karena kecacatan mereka di indera penglihatan, maka mereka mengandalkan indera yang lain, salah satunya adalah indera pendengaran.


(6)

Dalam pembelajaran anak-anak tunanetra, akan sangat tepat bila menggunakan musik dan lagu sebagai salah satu terapi dalam perkembangannya. Musik tentunya sangat berhubungan dengan indera pendengaran. Mengingatindra yang lebihdigunakanmerekatentunyaadalahindrapendengaran dan perabaan, maka pembelajaran musik dinilai bisa terlaksana dengan efektif. Melalui pendengaran mereka bisa mendengar arah datangnya manusia, benda, atau makhluk hidup lainnya. Juga indra peraba, contohnya dalam membaca huruf braille, bahkan menotasikan not ke dalam huruf braille. Hal ini digunakan sebagai ganti aspek visual mereka yang minim atau bahkan tidak ada sama sekali.

Melihat latar belakang siswa seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pengembangan model selanjutnya dirumuskan untuk menerapkan model yang berorientasi kreativitas. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : pertama, siswa mempunyai persepsi sendiri tentang pembelajaran perkusi dan musik.Pembelajaran harus menggunakan pendekatan yang sesuai dengan keadaan anak-anak. Juga kecenderungan ketidaksabaran dari siswa mengingat pikiran mereka yang mulai kritis,perlu diikuti oleh kemampuan untuk mengendalikan dan menempatkan kekritisan secara positif.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalahpenelitianadalah bagaimana model

pembelajaranperkusibagisiswatunanetra. Penelitian ini merupakan bagian dari payung riset tentang model pembelajaran seni bagi siswa berkebutuhan khusus, yang merupakan adaptasi model pembelajaran sinektik. Skema umum dari


(7)

keterkaitan penelitian digambarkan sebagai

Oleh karena itu dalam pembelajaran penelitianakandiajuka

1. Bagaimanadesain 2. Bagaimana hasil a 3. Bagaimana produ

setelah validasi.?

tian ini dengan model pembelajaran seni b ai berikut:

Gambar 1.1 Skema penelitian

itu maka penelitian ini difokuskan pada uji coba n perkusi bagi siswa tunanetra. Untukmempe kanbeberapa pertanyaan penelitian, yaitu : n model pembelajaranperkusipadasiswa tunane

aplikasi model pembelajaranperkusipadasiswa duk akhir model pembelajaran perkusibagis

model membelajaran seni bagi siswa berkebutuhan

khusus

model memb seni bagi siswa berkebutuhan

khusus di SLB

model membelajaran musik

model membelajaran merkusi bagi tuna

netra

model memb tari tuna rungu dan

tunagrahita

model mem bagi siswa utuhan kh sekolah i

i bagi SBK bisa

oba model tersebut permudah proses

netra? wa tunanetra?

gisiswa tunanetra l memb seni

swa berkeb n khusus di lah inklusi


(8)

C. DEFINISI ISTILAH

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan seperti berikut.

1. Model Pembelajaran,

Joyce& Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran 2. Model Sinektik

Model yang mempertemukan berbagai macam istilah yang dapat dipahami siswa yang dikemudian dibandingkan satu sama lain lewat analogi-analogi untuk mendapatkan sebuah pemahaman baru atau untuk membuat pemahaman mendalam tentang suatu hal. (GordondanPoze, 1980:168)

3. Perkusi

Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. (Blades, 1970)

4. Tunanetra

Tunanetra menurut Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni, 2004) mempunyai definisi yaitumereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas)


(9)

D. TUJUAN PENELITIAN

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengujicobakan model pembelajaran perkusi yang dilakukan oleh peneliti. Secara spesifik, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian di atas yaitu:

1. Untukmengembangkan desain model pembelajaranperkusipadasiswa tunanetra. 2. Untuk mengetahui hasil aplikasi model pembelajaranperkusipadasiswa

tunanetra.

3. Untuk merumuskan produkakhir model pembelajaranperkusibagisiswa tunanetrasetelahvalidasi.

E. SIGNIFIKANSI DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru, sekolah luar biasa dan sekolah inklusif, perguruan tinggi, serta pemerintah dan masyarakat. Peneliti akan dapat memahami pengembangan model pembelajaran musik untuk siswa tunanetra. Siswa tunanetra akan mendapatkan pembelajaran pendidikan seni yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan optimal mereka. Guru mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Luar Biasa dapat mendapatkan contoh-contoh sebagai bahan masukan bagi pembejalaran musik siswa tunanetra.

Sekolah-sekolah luar biasa tunanetra akan mendapatkan model pendidikan seni yang sesuai dengan kekhususannya. Perguruan tinggi seni dan pendidikan khusus akan mendapatkan model pembelajaran musik, untuk membekali mahasiswanya dengan pengetahuan pendidikan seni bagi ABK. Instansi yang berperan dalam Pembinaan Sekolah Luar Biasa, seperti Bidang PLB Dinas


(10)

Provinsi dan Direktorat Pendidikan Luar Biasa Jakarta akan mendapatkan bahan pendidikan seni tari dan musik untuk dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan seni bagi siswa berkebutuhan khusus di Indonesia. Masyarakat luas akan terbantu pemahamannya tentang siswa tunanetra, sehingga akan terwujud saling menghargai dan menghormati individu yang berkebutuhan khusus.

F. ASUMSI PENETILIAN

Terdapat beberapa konsep dalam model yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu unsur-unsur musik. Model sinektik diasumsikan akan efektif bagi siswa untuk memahami konsep-konsep tersebut karena dengan bantuan analogi atau kiasan siswa dapat mengunakan imajinasi mereka untuk membantu mereka dalam menemukan unsur-unsur musik tersebut.

Strategi yang dipilih oleh peneliti dalam model ini adalah pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new). Hal ini berguna untuk membantusiswa tunanetra mencapai tujuan dari pembelajaran perkusi yaitu menciptakan karya perkusi yang adalah juga merupakan sesuatu yang baru. Peneliti mengasumsikan bahwa dengan dipilihnya strategi pembelajaran tersebut, maka siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran perkusi dengan baik. Kesimpulan peneliti dari asumsi-asumsi tersebut adalah produk yang dihasilkan melaluipenelitian ini yaitumodel pembelajaranperkusi bagi anak tunanetradapatteraplikasidenganbaik di lapangan.


(11)

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul : pengembangan pembelajaran drum pada anak tunanetra di SLBN A Bandung

Pernyataan mengenai maksud penulisan karya ilmiah Nama dan kedudukan tim pembimbing

Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah Kata pengantar

Abstrak Daftar Isi Daftar tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

BAB: I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang B. RumusanMasalah C. DefinisiIstilah D. TujuanPenelitian

E. SignifikansidanManfaatPenelitian F. Asumsi


(12)

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan dan karakteristik model sinektik yang diujicobakan dalam penelitian ini. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Materi serta pendekatan individu yang dilakukan terhadap siswa. Penjelasan tentang kurikulum SBK bagi anak tunanetra. penjelasan tentang perkusi mulai dari definisi sampai jenisnya. Jenis drum mulai dari fisiknya, karakteristiknya sampai manfaatnya.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjelasan tentang metode kualitatifyang dipakai dalam penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan penelitian, bagaimana cara menelitinya, siapa yang menjadi subjek penelitian, tehnik-tehnik pengumpulan data (melalui observasi/observasi partisipasi, wawancara, studi dokumentasi, refleksi), penjelasan mengenai tehnik analisis data, cara-cara menulis laporan penelitian.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Model pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra

Sub bab ini dibahas mengenai bagaimana pengembangan model pembelajaran perkusi meliputi konsep pembelajaran, strategi, evaluasi dan langkah-langkah pembelajaran. Tiap-tiap bagian dari model pembelajaran tersebut dirancang dan digambarkan bagaimana tahap-tahap pembuatannya mulai dari latar belakang yang mempengaruhinya sampai dengan menghasilkan sebuah rancangan model pembelajaran yang utuh.


(13)

B. Aplikasi Model Pembelajaran Perkusi Pada Siswa Tunanetra

Sub bab ini berisi pelaporan selama penelitian bagaimana pengembangan model yang sudah dilakukan kemudian diaplikasikan dan bagaimana pembelajaran kemudian berkembang dan beberapa penyesuaian yang dilakukan untuk membuat model itu lebih cocok bagi siswa agar mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran.

C. HasilPenelitianberupa Model PembelajaranPerkusiPadaSiswaTunanetra Sub bab ini, peneliti membahas model yang merupakan hasil revisi setelah proses FGD atau setelah validasi. Dijelaskan tentang hasil dari FGD yang kemudian mempengaruhi produk dari penelitian ini. Model ini merupakan model final yang sudah bisa mencapai tujuan pembelajaran awal. Model ini juga sudah terlebih dahulu diujicobakan.

BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini terdapatkesimpulan mulai dari hasil pengembangan model, bagaimana pengembangan model tersebut diaplikasikan sampai kepada produk yang dihasilkan. Rekomendasi penelitian yang ditujukan kepada pengguna hasil penelitian ini atau penentu kebijakan dan sekolah atau perguruan tinggi untuk mendukung pembelajaran seni musik bagai siswa tunanetra.

DaftarPustaka Lampiran RiwayatHidup


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodekualitatif dan didahului oleh sebuah penelitian sebelumnya yang membahas tentang model pembelajaran piano bagi siswa tunanetra. Untuk selanjutnya akan dikembangkan suatu produk yaitu model pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetradan mengujikan keefektifan produk tersebut. Metode ini dipilih karena dalam penelitian ini peneliti mengujicobakan model pembelajaran musik dan kemudian mengembangkannya. Metode kualitatif adalah metode yang mempunyai kapasitas untuk mengembangkan pembelajaran musik khususnya bagi siswa tunanetra.

Penelitian ini menggunakan pola induktif dalam menghasilkan modelnya, di mana temuan-temuan hasil eksplorasi selama proses uji coba model akan dijadikan bahan untuk merancang hasil dari penelitian ini, yaitu model pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra. Selanjutnya untuk ekplorasi akan dijelaskan pada penjelasan perencanaan dan langkah penelitian.

Penelitimenyusun langkah penelitiansebagaiberikut: analisis kebutuhan, Draft Model Tentatif Pembelajaran Perkusi, Pengembangan Model Pembelajaran perkusi, Uji coba I (Eksplorasi), FGD, Revisi Model, Uji Coba Model Hasil Revisi, Produk Akhir. Jadi alur dari penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:


(15)

Gambar 3.1

Bagan Langkah Penelitian

1. Analisis Kebutuhan

Untuk menghasilkan sebuah produk, dilakukan analisis kebutuhan yang bernarasumberkan guru-guru seni dan sekolah luar biasa yang mengajar seni kepada siswa tunanetra di sekolah luar biasa (Research and information collecting). Hal tersebut dilakukan dengan cara wawancara kepada beberapa orang meliputi kepala sekolah, dan wali kelas dari subjek penelitan. Didapatkan bagaimana karakteristik mereka yang berbeda dengan anak pada umumnya mulai dari sisi psikologisnya dan anak-anak kelas berapa yang cocok untuk dijadikan sampel. Mengingat faktor usia jika terlalu kecil akan berpengaruh terhadap bagaimana mereka berinteraksi di dalam kelas. Kemudian Penelitian ini direncanakan akan mengambil sampel secara purposif untuk siswa

Uji coba I (Eksplorasi)

FGD (validasi)

Produk Akhir

Draft Model Tentatif Pembelajaran Perkusi Pengembangan Model

Pembelajaran perkusi

FGD Uji Coba Model

Hasil Revisi Revisi Model


(16)

tunanetra yang berada pada sekolah luar biasa A atau tunanetra (Planning). Dalam tahapan ini peneliti kemudian mulai membuat konsep rancangan model dengan berdasarkan kepada hasil dari pengumpulan informasi yang sudah diketahui.

Sebelum masuk pada tahap penelitian selanjutnya, diadakan komparasi antara model yang sudah ada (model pembelajaran piano anak tunanetra) dengan kebutuhan pada model pembelajaran perkusi. Perbedaan siswa sample, jenis alat musik yang dipelajari dan adalah alasan dilakukannya komparasi ini, selain itu juga untuk menghasilkan draft model yang terfokus pada pembelajaran perkusi.

Studi Pendahuluan termasuk ke dalam tahapan ini di mana dilakukan studi tersebut untuk merancang draft model awal atau tentatif. Studi pendahuluan ini didasarkan kepada perangkat pembelajaranprogram tahunantingkat SD, MI, dan SDLB, mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (sbk), bagian seni musik kelas IV (4) semester 2.

2. Draft Model Tentatif Pembelajaran Perkusi

Setelah didapatkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan bagi anak tunanetra, maka peneliti merancang draft model yang disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Draft model

pembelajaran perkusi ini mengadopsi model sinektik yang

sudahdikembangkandalampenelitiansebelumnya.

PenilitiantersebutadalahpenelitianHibahPascaoleh Juju Masunahdkk. (2010) yang menawarkan model tentatif

Di dalamnya akan digunakan analogi-analogi untuk membantu siswa lebih memahami konsep-konsep dalam pembelajaran perkusi.


(17)

3. Pengembangan Model Pembelajaran Perkusi

Berdasarkan analisis kebutuhan untuk siswa tunanetra, maka dikembangkan model pembelajaran perkusi sebagai sebuah produk (development of the preliminary form of the

product). RPP dibuat pada tahapan ini, dimana model sinektik yang menggunakan analogi sudah

terdapat didalamnya. Selanjutnya, peneliti mengujicobakan model pembelajaran perkusi sebagai sebuah produk (main field test and product revision) melalui riset tindakan untuk diamati kelayakannya bagi siswa tunanetra di sekolah luar biasa. Hasil uji coba ini adalah akan berupa informasi dari kelemahan dan kelebihan produk tersebut dan ketercapaian tujuan pembelajaran. Atas dasar temuan-temuan di lapangan dan saran-saran dari penelitian tindakan ini, maka akan dilakukan revisi desain model.

4. Uji Coba I (Eksplorasi)

Tahapan ini dilakukan oleh guru untuk mengujicobakan model awal yang dirancang oleh peneliti dan untuk menemukan hal-hal tehnis yang aplikatif bagi siswa sampel. Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan tahapan pengembangan. Temuan-temuan ini akan peneliti gunakan untuk menyempurnakan model yang sedang dikembangkan untuk kemudian dibawa ke dalam FGD. Eksplorasi ini dilakukan sehubungan dengan pola induktif yang digunakan dalam metode ini, yaitu dari hal yang khusus (temuan di lapangan) ke hal yang umum (model hasil penelitian).

5. FGD/ Focus Group Discussion (validasi)

Revisi desain model akan disempurnakan melalui focus group discussion / FGD dengan para pakar terkait untuk uji validasi desain pembelajaran. FGD ini melibatkan beberapa pakar yang meliputi dosen pendidikan luar biasa, dosen pendidikan musik, praktisi (pekusionis), dan


(18)

guru perkusi. Komposisi peseta tersebut diharapkan dapat menyempurnakan revisi desain pembelajaran.

Temuan dari hasil uji coba model pembelajaran, dievaluasi melalui focus group discussion. Terdapat 2 kali FGD, yaitu sebelum tahap uji coba model dan sesudah tahap uji coba model dimana yang pertama dimaksudkan untuk menyempurnakan model yang sudah diujicobakan dan yang ke-2 dimaksudkan untuk menyempurnakan penyusunan model hasil penelitian.

6. Revisi Model

Setelah menjalani FGD, maka peneliti akan merevisi model hasil uji coba dengan tujuan untuk menyempurnakan model agar menjadi lebih aplikatif bagi siswa tunanetra. Selain itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang belum dapat tercapai dari hasil uji coba model sebelumnya. Hasil dari FGD juga digunakan untuk merevisi model pada tahapan ini.

7. Uji Coba Model Perbaikan

Model hasil eksplorasi yang melalui FGD yang ke-2akan diujicobakan kembali pada tahapan ini untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam uji coba model perbaikan, hal yang sudah sukses tidak diujicobakan sehingga penelitian akan berjalan efektif. Tujuan pembelajaran diasumsikan belum dapat dicapai pada tahapan eksplorasi dikarenakan peneliti masih merancang model yang tepat untuk siswa tunanetra. Setelah mencapai tahap ini, maka model yang dihasilkan akan direvisi untuk mengahasilkan model final.


(19)

FGD pada tahap ini dilakukan setelah model hasil revisi diuji cobakan kembali, setelah didapatkan hasil dari uji coba model tersebut kemudian didiskusikan untuk menghasilkan satu model yang dapat secara maksimal digunakan dalam pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra. Diskusi ini juga dimaksudkan untuk menyempurnakan penulisan penyusunan model final.

9. Produk Akhir

Revisi model ini merupakan produk akhir (Operational field test and final product

revision.) Dalam revisi ini dilakukan penyempurnaan kembali. Setelah model tersebut

disempurnakan, kemudian dibuat laporannya. Selanjutnya adalah penggandaan (dissemination

and implementation). Produk akhir dari penelitian ini adalah sebuah draft dan model pendidikan

perkusi untuk siswa tunanetra.

B. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah tujuh orang siswa tunanetra tingkat sekolah dasar kelas 4 SD. Alasan peneliti melakukan penelitian di SLBN-A Pajajaran tersebut karena peneliti merasa pembelajaran perkusi pada usia 10-16 tahun sangat penting bagi karier mereka selanjutnya, terutama bagi siswa yang memiliki kemampuan bermusik yang baik yang nantinya akan memasuki jurusan musik di SMULBN-A Bandung. Pada penelitian ini, siswa yang mempelajari perkusi adalah siswa tunanetra sehingga diperlukan cara khusus dalam pembelajarannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari 2011 sampai dengan Juni 2011.

Penelitianinidilakukan di duatempat, tempat yang pertamayaituruangkelas 4 SD SLBN-A

dan di studio musik SLBN-A. Studio musik danruangkelas 4 ini


(20)

jalanPadjadjaran No. 50 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. lokasi itu terletak di pusat kota Bandung, sehingga akses untuk pergi ke tempat tersebut mudah dan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga dapat mengefisiensi dan mengefektifkan waktu, tenaga dan biaya.

C. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Studi Pendahuluan

Peneliti melakukan studi pendahuluan melalui hasil-hasil penelitian terdahulu untuk memperoleh gambaran topik dan fokus penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya sehubungan dengan model pembelajaran musik bagi siswa tunanetra. Penelitian tersebut berjudul Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus (masunah, 2010) .

Penelitian tersebut menghasilkan pelaporan bagaimana pembelajaran seni musik bagi siswa tunanetra yang memiliki kecacatan ganda ADHD dan asperger. Didapati bahwa siswa tunanetra mempunyai beberapa keterbatasan di samping kecacatan mata. Informasi tersebut peneliti gunakan untuk memperoleh gambaran umum dari siswa tunanetra. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada guru SLBN A dan didapati informasi kalau anak-anak tunanetra pada dasarnya memiliki perkembangan mental yang cukup baik walaupun penglihatannya terhambat.

2. Analisis Masalah dan Kebutuhan

Penelitian terdahulu memfokuskan kepada bagaimana aplikasi dari pengajaran piano pada siswa tunanetra, sedangkan model untuk pembelajaran perkusi belum menjadi fokus penelitian. Siswa tunanetra memiliki keterbatasan motorik juga kurangnya rasa percaya diri mereka yang bisa menyebabkan kelabilan emosi pada siswa sekolah dasar. Mereka memerlukan gerak yang


(21)

setara dengan siswa normal, sedangkan dari sekian banyak mata pelajaran intrakulikuler hanya sedikit yang mendukung mereka untuk belajar menggunakan motorik mereka.

Pembelajaran musik perkusi diasumsikan dapat membantu mereka dalam melatih dua kemampuan sekaligus, kemampuan mereka dalam bermusik juga kemampuan motorik mereka. Selain itu masalah kurang percaya diri yang notabene dialami oleh siwa tunanetra diasumsikan bisa diatasi dengan pembelajaran perkusi. Hal ini dikarenakan ada kalanya dalam pembelajaran perkusi mereka diminta memainkan drum satu per satu dan berdua dua. Penelitian ini ingin menghasilkan model untuk digunakan oleh siswa tunanetra, maka penelitian ini dilakukan mulai dari mengembangkan model sampai dengan menyempurnakan model pembelajaran musik melalui FGD atau focus group discussion.

3. Pelaksanaan Penelitian

Dalam tahap ini, penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011. Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data secara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi pada guru-guru dan siswa di sekolah luar biasa. Peneliti mengembangkan model pembelajaran perkusi yang kemudian diaplikasikan dan kemudian dievaluasi untuk menghasilkan suatu model pembelajaran seni musik. Pembelajaran dilakukan dalam 8 pertemuan, di mana setiap pertemuannya peneliti berusaha untuk mengasah kreativitas dari siswa tunanetra.

Penelitian ini menggunakan model sinektik sehingga diharapkan dengan digunakannya analogi, tujuan dari pembelajaran ini dapat dicapai. Anak-anak yang diteliti berada di bangku kelas 4 SD. Peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif, dimana tiap siklusnya dievaluasi dengan seksama agar menghasilkan model pembelajaran perkusi yang efektif. Dalam


(22)

rangka pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengumpukan data secara observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada guru-guru dan siswa di sekolah luar biasa.

Peneliti kemudian masuk ke dalam kelas seni untuk secara pribadi mengaplikasikan model yang sudah dibuat oleh peneliti. Eksplorasi dilakukan peneliti dari pertemuan ke pertemuan pada tahap ini bersamaan dengan pengembangan model. Dari hasil aplikasi model pembelajaran yang dibuat peneliti kemudian dilakukan FGD bersama para ahli maka didapatkan masukan-masukan untuk mencapai model yang lebih ideal bagi siswa tunanetra. Masukan dari FGD dan hasil eksplorasi kemudian diujicobakan kembali untuk mencapai tujuan pembelajaran perkusi.

D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah bagian yang tidak mungkin terpisahkan dari penelitian karena fungsi peneliti sebagai alat pengumpul data yang paling utama. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi ketika KBM dilaksanakan oleh peneliti pada siswa berkebutuhan tunanetra di SLBN-A. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Febuari 2011 sampai dengan Juni 2011. Penjelasan yang lebih mendalam tersebut adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas gejala-gejala atau fenomena yang sedang diteliti (Soeranto dan Arsyad 2003: 91). Akan tetapi untuk melakukan observasi peneliti tidak dapat mengamati bagitu saja. Peneliti harus memiliki latar belakang atau pengetahuan yang luas mengenai subjek penelitian, mempunyai dasar teori dan sikap objektif. Obeservasi dilakukan untuk memperoleh data yang cermat dan terinci


(23)

mengenai keadaan lapangan, kegiatan subjek yang diteliti, situasi yang terjadi, serta konteks di mana kegiatan itu terjadi.

Observasi dilakukan untuk memungkinkan peneliti mengetahui tentang suatu kejadian, peristiwa yang sedang diamati. Dalam kegiatan pengamatan ini peneliti menjadi pengajar perkusi bagi anak-anak tunanetra tersebut. Dengan keterlibatan peneliti akan menimbulkan pengenalan yang baik atas situasi yang diteliti (observasi partisipasi). Observasi dilakukan sebanyak 8 kali, 2 kali observasi pra-penelitian, 6 kali observasi di kelas musik. pedoman obeservasi berisi seputar proses pembelajaran seni, materi perkusi yang diberikan, respon siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan perilaku siswa ketika mempelajari materi perkusi

Tabel 1.1 Observasi penelitian

Masa observasi Frekuensi Hal yang Diobservasi

Pra-penelitian 2 kali Siswa tunanetra dan gambaran

umum KBK Penelitian di kelas dan

studio musik SLBNA

6 kali •Perilaku siswa selama

pembelajaran perkusi dengan model sinektik

•Kemampuan siswa dalam

mengimitasikan ritmik

perkusi

•Kemampuan siswa dalam

menciptakan ritmik baru

•Respon siswa terhadap materi

lagu yang menjadi

kesenangan siswa

•Faktor-faktor penghambat

dalam pembelajaran

•Keefektifan RPP yang

diujicobakan

2. Wawancara


(24)

(Soeratno dan Arsyad, 2003: 92). Ketika melakukan wawancara, peneliti harus memperhatikan waktu, suasana dan kesediaan informan untuk diwawancarai. Tanpa memperhatikan ketiga hal tersebut, kegiatan wawancara tidak akan berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Data dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Wawancara mendalam merupakan proses pengumpulan data dengan menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas sesuai dengan fokus masalah penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada wali kelas 4 SD, guru SLB, beberapa siwa kelas 4 SD, orang tua dan pengasuh siswa. Wawancara tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pertimbangan pengajaran dan penerapan dari model pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra, pendekatan terhadap siswa yang akan digunakan, dan mendapatkan masukan bagaimana cara mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran.

Data-data yang terkumpul dari hasil wawancara ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran perkusi, aplikasi dari materi pembelajaran perkusi, perilaku siswa tunanetra, serta sarana dan pra sarana yang tersedia di sekolah. Wawancara dilakukan 7 kali dengan maksud, yaitu :

• Wawancara pertama : kepala sekolah dan guru kelas untuk mengumpulkan informasi awal mengenai kondisi siswa, kemampuan siswa, interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya.

• Wawancara ke dua : kepada pengasuh dan dan keluarga siswa untuk mengetahui latar belakang siswa, keadaan di luar kelas.

• Wawancara ke tiga : kepada siswa dilakukan untuk mengumpulkan informasi menganai cara

pandang siswa mengenai perkusi, permainan perkusi, ketertarikan siswa terhadap perkusi.


(25)

mereka tentang perilaku teman sekelas yang cenderung melawan perintah gutu, dan untuk mengetahui faktor penghambat pembelajaran lainnya

• Wawancara ke lima : kepada siswa untuk mengetahui mengapa mereka berperilaku melawan

perintah guru.

Tabel 1.2 Pedoman Wawancara

Objek Waktu Hal yang Ditanyakan

Guru / wali kelas Ketika pra-

penelitian dan selama penelitian

• Kondisi subjek penelitian

sejauh yang bisa diketahui

• Aktivitas subjek penelitian dalam pembelajaran sehari-hari

Siswa Selama penelitian • Minat subjek penelitian

terhadap alat musik perkusi

• Respon subjek penelitian

terhadap materi yang

diberikan oleh peneliti

• Pemahaman subjek penelitian

terhadap materi yang

diberikan oleh peneliti

• Sikap dan perilaku subjek

penelitian dalam pembelajaran perkusi

Pengasuh / orang tua Selama penelitian •Perilaku subjek penelitian baik di sekolah maupun di rumah

•Upaya pengasuh / orang tua di dalam membantu anak dalam belajar

3. Studi Dokumentasi

Bentuk studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data audio visual selama KBM perkusi berlangsung, lagu-lagu yang disukai dan dipilih oleh siswa


(26)

untuk pembelajaran perkusi. Selain itu, karena adanya keterbatasan ingatan peneliti, apalagi jawaban yang diberikan oleh banyak subjek yang diwawancara sulit untuk diingat secara keseluruhan, maka data-data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa data audio, audio visual dan dokumen tertulis, hand phonemembantu peneliti dalam mengamati proses pembelajaran yang tidak teramati ketika proses penelitian berlangsung. Data-data tersebut membantu peneliti ketika sedang menganalisa data.

Diharapkan melalui dokumentasi ini peneliti juga dapat menganalisis dan mengevaluai KBM yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Sejauh mana model tersebut dapat diapikasikan dalam pembelajaran perkusi pada siswa tunanetra dan mengoptimalkan kemampuannya dalam berkesenian.

4. Studi Literatur

Dalam hal ini, peneliti mempelajari, membaca dan menganalisa berbagai hal yang berkaitan dengan topik penelitian diataranya buku mengenai kondisi dan karakteristik anak tunanetra, dan jurnal-jurnal ilmiah mengenai pembelajaran musik bagi tunanetra. Hal ini dilakukan peneliti dalam menentukan landasan berpikir dan membangun kerangka berpikir yang berkaitan erat dengan permasalahan penelitian. Pada intinya studi literatur dilakukan agar peneliti mempunyai pedoman, pengetahuan, pandangan dan pemahaman yang luas terhadap masalah yang diteliti.

E. TEHNIK ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan melalui observasi, hasil wawancara, dan studi dokumentasi yang dilakukan sejak awal penelitian dikumpulkan, dipilah dipisahkan bagian demi bagian. Kemudian


(27)

data-data tersebut diteliti kemudian dilakukan triangulasi data hasilobservasi, wawancara, danstudidokumentasi.

Koding, mengkategorisasikan, danmenginterpretasikan datadilakukan pada saat proses analisis. Data-data tersebut dianalisis oleh peneliti untuk memperoleh kesimpulan dan menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah. Kerangka teori yang dikemukakan pada bab II menjadi menjadi landasan dalam menginterpretasikan data yang ada. Jika data belum lengkap dan perlu validasi, maka peneliti dapat kembali ke sumber primer.


(28)

persiapan pengenalan

konsep musik eksplorasi

stimuli imagery

dan analogi Berkreasi

presentasi karya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini berusaha menjawab 3 pertanyaan, yaitu bagaimana desain adaptasi model pembelajaran sinektik dalam pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra, bagaimana aplikasi model pembelajaran perkusi pada anak tunanetra, bagaimana produk akhir model pembelajaran perkusi untuk anak tunanetra setelah validasi.

Peneliti mengembangakan desain adaptasi model sinektik dalam pembelajaran perkusi bagi siswa tunanetra. Dimulai dengan disusunnya draft model pembelajaran perkusi. Hal ini dilakukan untuk mendesain model. Model tersebut kemudian mengalami perubahan sesuai dengan eksplorasi yang dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan uji coba. Model awal sebelum diaplikasikan dapat digambarkan dengan bagan berikut :

Bagan 5.1


(29)

Model kemudian diaplilkasikan terhadap siswa tunanetra. Ada dua hal yang menjadi catatan peneliti selama proses pembelajaran. Yang pertama adalah penentangan siswa terhadap peneliti. Penentangan siswa terhadap peneliti dianggap sebagai masukan terhadap model yang peneliti kembangkan. Penentangan yang dilakukan siswa akhirnya peneliti sadari sebagai salah satu bentuk usaha mereka untuk mendapatkan perhatian guru mengingat beberapa di antara mereka tinggal tidak serumah dengan orang tua sehingga berimbas terhadap psikologi mereka. Hal ini ditambah lagi dengan kebosanan mereka di dunia “gelap“.

Berangkat dari hal-hal tersebut (penentangan dan psikologis siswa), maka perlu dibangun hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa sehingga terbentuk rasa saling percaya antara guru dengan siswa. Pendekatan personal perlu dilakukan dari sejak awal pembelajaran untuk mempelajari karakteristik masing-masing siswa. Dengan begitu maka jarak antara guru dengan siswa bisa dipersempit sehingga guru mampu menyampaikan materi secara lebih ekfektif. Akhirnya karakteristik individu dalam kelas harus menjadi pertimbangan utama dalam mengembangkan stimulus, pemilihan metode dan pemilihan materi pembelajaran.

Yang ke dua adalah perkembangan kretivitas dan empati siswa. Kreativitas siswa mulai terlihat pada waktu proses pembuatan karya, sedangkan dari aspek kerja sama siswa juga terlihat dari bagaimana mereka saling mendengarkan. Empati siswa terlihat dari bagaimana mereka menghargai guru ketika memberikan penjelasan di depan kelas. Penyampaian analogi yang diujicobakan mengalami perubahan dari bahasa yang tidak langsung menjadi bahasa langsung. Kedua hal ini kemudian peneliti gunakan untuk menyempurnakan draft model final yang merupakan hasil dari penelitian ini.


(30)

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran perkusi bagi siswa tunenetra. Produk tersebut peneliti anggap aplikatif bagi siswa tunanetra dan sudah mengalami revisi dan uji coba dibandingkan dengan model tentatif yang dikembangkan pada awal pembelajaran. Revisi dan uji coba tersebut menyangkut stimulus yang diberikan, perubahan pada tahapan-tahapan sintaks, dan analogi yang diberikan pada siswa. Model hasil penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Bagan 5.2

Model Pembel ajaran Perkusi Hasil Peneliti an Ha l-hal yang mengalami perubahan dalam draft model adalah stimulus yang digunakan, tahapan-tahapan yang digunakan dalam setiap konsep pada sintaks, juga analogi yang digunakan dalam pembelajaran. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan alasan bahwa hal yang dirubah tersebut dianggap peneliti kurang aplikatif dan efektif bagi siswa tunanetra.

Stimulus yang digunakan terhadap siswa dinilai kurang efektif karena pada awal penelitian peneliti belum menemukan stimulus yang tepat bagi siswa tunanetra kelas 4 SD. Stimulus yang

Berkreasidenganmen ggunakankode Presentasihasilk arya

PERSIAPAN

Pengena-lankonsep 1 melaluian alogilangs eksplorasi konsep 1 melaluian alogiperso nal Pengena-lankonsep 2melaluia nalogilang sung eksplorasi konsep 2melaluia nalogipers onal Pengena-lankonsep 3melaluia nalogilang sung eksplorasi konsep 3melaluia nalogipers onal


(31)

dianggap tepat peneliti temukan selama proses uji coba. Tahapan-tahapan pada model awal di nilai kurang aplikatif karena untuk tahapan presentasi karya dirasakan peneliti sebaiknya dilakukan di pertemuan akhir setelah siswa mempunyai cukup pengalaman mengenai pembuatan karya. Perubahan pada analogi dikarenanakan pada draft model awal, perencanaan analogi belum berdasarkan studi pendahuluan yang mendalam. Hal ini menyebabkan ukuran yang digunakan dalam analogi menjadi tidak sesuai sehingga berkesan terlalu rendah bagi siswa.

Dampak yang terlihat dari penelitian ini adalah siswa menjadi lebih bisa berempati terhadap peneliti sebagai guru misalnya ditunjukkan dengan bentuk perilaku tidak mengobrol ketika instruksi diberikan. Kepekaan musik siswa lebih meningkat dan berhasil membuat karya. Kepercayaan diri dari siswa juga meningkat terbukti siswa berani untuk mempresentasikan karya individu.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak oleh karena itu peneliti memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak antara lain :

1. Pengguna adaptasi model sinektik dalam pembelajaran musik. disarankan dalam penggunaan analogi agar menggunakan kalimat yang bersifat langsung seperti “berjalan”, “raba” untuk kemudian digunakan untuk beranalogi. Hindari kalimat seperti “coba bayangkan” karena hanya akan membuat siswa malas. Mereka umumnya malas untuk “bekerja dua kali” walaupun sinektik tidak lepas dari membayangkan. Dalam kasus anak berkebutuhan khusus penulis berkesimpulanpenggunaan analogi langsung saja itu sudah cukup baik.

2. Bagi guru tunanetra, siswa tunanetra adalah individu unik yang memiliki ciri khas tersendiri, para guru umumnya sudah mengetahui hal ini. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru mengenai


(32)

siswa tunanetra jika digabungkan dengan teori-teori pembelajaran yang mutakhir akan memberikan kemudahan bagi guru untuk menyampaikan materi, mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal, juga meningkatkan kualitas pembalajaran seni bagi anak tunanetra.

3. Bagi pihak sekolah, akan lebih baik jika para guru khususnya guru seni musik diberikan kesempatan untuk mempelajari dan mengikuti seminar-seminar mengenai pembelajaran musik bagi siswa berkebutuhan khusus mengingat kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk meng-upgrade baik secara pengetahuan dan diharapkan juga kemampuan guru untuk mengajar musik.

4. Peneliti selanjutnya (bidang anak tunanetra), disarankan untuk mengadakan studi pendahuluan yang lebih dalam dari hanya sekedar membaca teori pembelajaran. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara teori dengan lapangan. Studi pendahuluan sebaiknya juga mencakup stimulus yang tepat sehingga siswa bisa dengan cepat dibawa ke tujuan pembelajaran yang dirancangkan dan dapat mengantisipasi beberapa kendala teknis.

5. Pengasuh dan orang tua, direkomendasikan untuk mengikuti banyak seminar atau talk show tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Karena dengan masukan para ahli diharapkan agar orang tua lebih mengenal anaknya bukan hanya dari perilakunya saja tapi juga karakteristik anak yang sejenis dengan anak mereka sehingga memudahkan orang tua untuk menangani anak dengan lebih efektif.


(33)

Daftar Pustaka

Akhadiah, M.K., S. 1998. Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia.

Annisa S.,. Rd. Prasasti. 2005. Pendekatan Pembelajaran Piano oleh Guru Tunarungu pada Siswa Tunanetra di Jurusan Musik Sekolah Mengengah Luar Biasa (SMLB)-A Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI

Bachman, Edmund. 2005. Creative thinking roadmap (terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustaka. Banoe, Pono. 2003. Kamus Istilah Musik. Jakarta: CV baru

Blades, Percussion Instruments and their History (London: Faber & Faber, 1970) ISBN 9780571088584

Borg, Walter, R & Gall, Meredith, D,. 1983. Educational research: An introduction. New York: Longman Inc.

Cook, Gary D. 2006. Teaching Percussion. Thompson Schirmer ISBN 0 534 50990 8 Dahlan, M. D. 1990. Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Daradjat, Z. 1985. Kesehatan mental. Jakarta : PT. Gunung Agung. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2004. Perangkat PembelajaranProgram TahunanTingkat SD, MI, Dan SDLB. Mata Pelajaran : Seni Budaya Dan Keterampilan. Jakarta:Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Dodd, J.1988. A Detailed Study of the Learning Behaviors of In-Service Teachers Learning to Use Two New Models of Teaching.

Feldhusen, J.F. dan D.J, Treffinger. 1986. Creative Thinking and Problem Solving in Gifted Education. Iowa: Kendall/Hunt Publ. Co.

Frankel, J.R. & Wallen, N.E. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.


(34)

Gunter, M., et al. 1990. Instruction: A Models Approach, Boston: MA: Allyn & Bacon.

Gordon, W.J.J. dan T. Poze. 1980. SES Synectics and Gifted Education Today.Sage Publication

Jernigan, K. 1994. If Blindness Comes. Baltimore: National Federation of the Blind.

Joyce, B. dan Weil, M. 1980. Models of Teaching. Second Edition. Englewood New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Joyce, B. dan Weil, M. dan Calhoun, E. 2000. Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.

Kurniawan, N. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tehnik Pemberian Tugas pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas V0 SD N 1 Samudra Kulon. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI (tidak diterbitkan).

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo

Makmun, Abin S. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja, Bandung.

Masunah, Juju. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuan Khusus. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni SPS Universitas pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Mukhadis, A. 1997. Fenomena Dialektika Sains dan Teknologi: Implikasi Terhadap Perluasan Mandat dan Orientasi Pembelajarannya. Makalah Pidato Ilmiah Dies Natalis ke-43 IKIP Malang , 17 Oktober.

Munandar, S.C.U. 1985. Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U. 1992. Mengembangkan Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.

Munandar, S.C.U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers.

Nurhadi, Yasin B. Senduk, Agus G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang


(35)

London: The Falmer Press.

Rohani, Ahmad dan Ahmadi, Abu. 1979. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Bulan Bintang. S, Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 2003. Metode Penelitian Bisnis untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Squires, David, A., Huitt, William, G., and Segars, John, K,. 1983. Effective schools and classrooms: a research-based perspective. North Washington Street Alexandria, Virginia: ASCD.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 5 Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di


(1)

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran perkusi bagi siswa

tunenetra. Produk tersebut peneliti anggap aplikatif bagi siswa tunanetra dan sudah mengalami

revisi dan uji coba dibandingkan dengan model tentatif yang dikembangkan pada awal

pembelajaran. Revisi dan uji coba tersebut menyangkut stimulus yang diberikan, perubahan pada

tahapan-tahapan sintaks, dan analogi yang diberikan pada siswa. Model hasil penelitian ini dapat

digambarkan dalam bagan berikut :

Bagan 5.2

Model

Pembel

ajaran

Perkusi

Hasil

Peneliti

an

Ha

l-hal

yang

mengalami perubahan dalam draft model adalah stimulus yang digunakan, tahapan-tahapan yang

digunakan dalam setiap konsep pada sintaks, juga analogi yang digunakan dalam pembelajaran.

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan alasan bahwa hal yang dirubah tersebut

dianggap peneliti kurang aplikatif dan efektif bagi siswa tunanetra.

Stimulus yang digunakan terhadap siswa dinilai kurang efektif karena pada awal penelitian

peneliti belum menemukan stimulus yang tepat bagi siswa tunanetra kelas 4 SD. Stimulus yang

Berkreasidenganmen ggunakankode Presentasihasilk arya

PERSIAPAN

Pengena-lankonsep 1 melaluian alogilangs eksplorasi konsep 1 melaluian alogiperso nal Pengena-lankonsep 2melaluia nalogilang sung eksplorasi konsep 2melaluia nalogipers onal Pengena-lankonsep 3melaluia nalogilang sung eksplorasi konsep 3melaluia nalogipers onal


(2)

dianggap tepat peneliti temukan selama proses uji coba. Tahapan-tahapan pada model awal di

nilai kurang aplikatif karena untuk tahapan presentasi karya dirasakan peneliti sebaiknya

dilakukan di pertemuan akhir setelah siswa mempunyai cukup pengalaman mengenai pembuatan

karya. Perubahan pada analogi dikarenanakan pada draft model awal, perencanaan analogi

belum berdasarkan studi pendahuluan yang mendalam. Hal ini menyebabkan ukuran yang

digunakan dalam analogi menjadi tidak sesuai sehingga berkesan terlalu rendah bagi siswa.

Dampak yang terlihat dari penelitian ini adalah siswa menjadi lebih bisa berempati

terhadap peneliti sebagai guru misalnya ditunjukkan dengan bentuk perilaku tidak mengobrol

ketika instruksi diberikan. Kepekaan musik siswa lebih meningkat dan berhasil membuat karya.

Kepercayaan diri dari siswa juga meningkat terbukti siswa berani untuk mempresentasikan karya

individu.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi

beberapa pihak oleh karena itu peneliti memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak antara

lain :

1. Pengguna adaptasi model sinektik dalam pembelajaran musik. disarankan dalam penggunaan

analogi agar menggunakan kalimat yang bersifat langsung seperti “berjalan”, “raba” untuk

kemudian digunakan untuk beranalogi. Hindari kalimat seperti “coba bayangkan” karena

hanya akan membuat siswa malas. Mereka umumnya malas untuk “bekerja dua kali”

walaupun sinektik tidak lepas dari membayangkan. Dalam kasus anak berkebutuhan khusus

penulis berkesimpulanpenggunaan analogi langsung saja itu sudah cukup baik.

2. Bagi guru tunanetra, siswa tunanetra adalah individu unik yang memiliki ciri khas tersendiri,


(3)

siswa tunanetra jika digabungkan dengan teori-teori pembelajaran yang mutakhir akan

memberikan kemudahan bagi guru untuk menyampaikan materi, mencapai tujuan

pembelajaran dengan maksimal, juga meningkatkan kualitas pembalajaran seni bagi anak

tunanetra.

3. Bagi pihak sekolah, akan lebih baik jika para guru khususnya guru seni musik diberikan

kesempatan untuk mempelajari dan mengikuti seminar-seminar mengenai pembelajaran

musik bagi siswa berkebutuhan khusus mengingat kemajuan dalam bidang pendidikan di

Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk meng-upgrade baik secara pengetahuan dan diharapkan

juga kemampuan guru untuk mengajar musik.

4. Peneliti selanjutnya (bidang anak tunanetra), disarankan untuk mengadakan studi pendahuluan

yang lebih dalam dari hanya sekedar membaca teori pembelajaran. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan antara teori dengan lapangan. Studi pendahuluan sebaiknya juga mencakup

stimulus yang tepat sehingga siswa bisa dengan cepat dibawa ke tujuan pembelajaran yang

dirancangkan dan dapat mengantisipasi beberapa kendala teknis.

5. Pengasuh dan orang tua, direkomendasikan untuk mengikuti banyak seminar atau talk show

tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Karena dengan masukan para ahli

diharapkan agar orang tua lebih mengenal anaknya bukan hanya dari perilakunya saja tapi

juga karakteristik anak yang sejenis dengan anak mereka sehingga memudahkan orang tua


(4)

Daftar Pustaka

Akhadiah, M.K., S. 1998. Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia.

Annisa S.,. Rd. Prasasti. 2005. Pendekatan Pembelajaran Piano oleh Guru Tunarungu pada Siswa Tunanetra di Jurusan Musik Sekolah Mengengah Luar Biasa (SMLB)-A Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI

Bachman, Edmund. 2005. Creative thinking roadmap (terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustaka. Banoe, Pono. 2003. Kamus Istilah Musik. Jakarta: CV baru

Blades, Percussion Instruments and their History (London: Faber & Faber, 1970) ISBN 9780571088584

Borg, Walter, R & Gall, Meredith, D,. 1983. Educational research: An introduction. New York: Longman Inc.

Cook, Gary D. 2006. Teaching Percussion. Thompson Schirmer ISBN 0 534 50990 8 Dahlan, M. D. 1990. Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Daradjat, Z. 1985. Kesehatan mental. Jakarta : PT. Gunung Agung. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2004. Perangkat PembelajaranProgram TahunanTingkat SD, MI, Dan SDLB. Mata Pelajaran : Seni Budaya Dan Keterampilan. Jakarta:Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Dodd, J.1988. A Detailed Study of the Learning Behaviors of In-Service Teachers Learning to Use Two New Models of Teaching.

Feldhusen, J.F. dan D.J, Treffinger. 1986. Creative Thinking and Problem Solving in Gifted Education. Iowa: Kendall/Hunt Publ. Co.

Frankel, J.R. & Wallen, N.E. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.


(5)

Gunter, M., et al. 1990. Instruction: A Models Approach, Boston: MA: Allyn & Bacon.

Gordon, W.J.J. dan T. Poze. 1980. SES Synectics and Gifted Education Today.Sage Publication

Jernigan, K. 1994. If Blindness Comes. Baltimore: National Federation of the Blind.

Joyce, B. dan Weil, M. 1980. Models of Teaching. Second Edition. Englewood New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Joyce, B. dan Weil, M. dan Calhoun, E. 2000. Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.

Kurniawan, N. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tehnik Pemberian Tugas pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas V0 SD N 1 Samudra Kulon. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI (tidak diterbitkan).

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo

Makmun, Abin S. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja, Bandung.

Masunah, Juju. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Seni Bagi Siswa Berkebutuan Khusus. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni SPS Universitas pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Mukhadis, A. 1997. Fenomena Dialektika Sains dan Teknologi: Implikasi Terhadap Perluasan Mandat dan Orientasi Pembelajarannya. Makalah Pidato Ilmiah Dies Natalis ke-43 IKIP Malang , 17 Oktober.

Munandar, S.C.U. 1985. Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U. 1992. Mengembangkan Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.

Munandar, S.C.U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers.

Nurhadi, Yasin B. Senduk, Agus G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang


(6)

Riley, Kathryn A., & Nuttall, Dersmond, L,. 1994. Measuring quality education indicators. London: The Falmer Press.

Rohani, Ahmad dan Ahmadi, Abu. 1979. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Bulan Bintang. S, Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 2003. Metode Penelitian Bisnis untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Squires, David, A., Huitt, William, G., and Segars, John, K,. 1983. Effective schools and classrooms: a research-based perspective. North Washington Street Alexandria, Virginia: ASCD.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 5 Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di