PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45” KOTA BEKASI.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA

BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF

DI SMA YPI 45”

KOTA BEKASI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh :

SUMARTONO HADI,S.Pd NIM : 100506

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF

DI SMA YPI 45” KOTA BEKASI

TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP 195904141985031005

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP 195904141985031005


(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting Pendidikan Inklusif Di SMA YPI 45 Kota Bekasi” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adak laim dari pihak lain, terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret2014 Yang Membuat Pernyataan,


(4)

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………...

LEMBAR PERSEMBAHAN ………

LEMBAR PERNYATAAN ………... i

ABSTRAK………... ii

ABSTRAK ………... iii

KATA PENGANTAR ………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………... vi

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR ISI……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Fokus Dan PertanyaanPenelitian ………. 7

C. Tujuan Penelitian ………... 8

D. Manfaat Penelitian ……… 9

E. DefinisiKonsep ………. 1. Pengembangan Model ………... 2. Pembelajaran……… 3. Tunanetra………... 4. Inklusi……….. 10 10 10 11 11 F. MetodologiPenelitian………... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Ketunanetraan ……… 1. DefinisiTunanetra ………... 2. KlasifikasiTunanetra ………... 3. DampakKetunanetraan ………... 13 13 17 23 B. Pembelajaran………. 37


(5)

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. PrinsifPembelajaranuntuktunanetra ………... 2. Model Pembelajaran Tunanetra ………... 3. PendekatanPembelajaranTunanetra ………...

37 46 60

C. PendidikanInklusif ……… 64

BAB III METODE PENELITIAN

A. PendekatanPenelitian ……… 69 B. LokasidanSubyek Penelitian

1. LokasiPenelitian ……….

2. SubyekPenelitian ………

69 70 C. TeknikPengumpulan Data danPengembanganInstrumenPenelitian

………..

1. TeknikPengumpulan Data ……… 2. PengembanganInstrumenPenelitian ………

70 70 73

D. Analisis Data ………

1. Reduksi Data ………..

2. Penyajian Data ………

3. Conclusion Drawing/verivication………

77 77 77 77 E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………

1. Perpanjangan keikutsertaan ……….. 2. Ketekunan pengamatan ……….

3. Triangulasi ……….

78 78 78 79 F. Prosedur Penelitian ………. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….. 1. Kondisi Objektif Pembelajaran IPA bagi Siswa Tunanetra……. 2. HambatandalamPelaksanaan Pembelajaran IPA ………... 3. KebutuhanPembelajaran ………. 4. Upaya-upaya yang dilakukan Guru ……….

85 85 97 102 106

B. HasilWawancaraSiswa ……… 108

C. Pembahasan ………

1. Guru ……….

102 110


(6)

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Kondisi Objektif Pembelajaran IPA bagi Siswa Tunanetra... b. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA………... c. Kebutuhan Pembelajaran..………. d. Upaya-upaya yang dilakukan Guru..……….

2. Siswa ………

110 114 126 137 141 D. Draft penggembangan Model pembelajaran ……….

1. IdentifikasiKebutuhanPembelajaran ………..

2. Pembelajaran ………

3. Tujuanpembelajaran ………

4. PenilaianKelas ……….

142 143 144 144 148

BAB V KESIMPULANDAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………

1. KondisiObyektifPembelajaran IPA ……….. 2. Hambatan-hambatanPelaksanaan Pembelajaran IPA ……. …... 3. KebutuhanPembelajaran IPA ………. 4. Upaya-upaya yang Dilakukan Guru ………. 5. Pengembangan Model Pembelajaran IPA ………...

167 167 168 169 169 170 B. Rekomendasi

1. Bagi Guru ………...

2. BagiKepalaSekolah ………

3. DinasPendidikan ………... 4. BagiPenelitiSelanjutnya ……….

170 171 172 172

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Display DataHasil WawancaraGuru ……… 2. Display DataHasil WawancaraSiswa……….. 3. Display DataHasil Observasi………. 4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ……… 5. Pedomanwawancara, observasidanstudidokumentasi……… 6. Hasil WawancaraTerhadap Guru………... 7. Hasil ObservasiTerhadap Guru………...

175 189 192 196 199 204 217


(7)

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(8)

1 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunanetra adalah orang yang mengalami kerusakan pada mata, baik itu secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra berhak untuk hidup di lingkungan masyarakat secara layak dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Agar dapat bersosialisasi dan hidup dengan layak serta dapat hidup mandiri maka setiap tunanetra harus mendapatkan pendidikan yang layak seperti orang normal.

Pendidikan bagi tunanetra awalnya dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan segregasi. Seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi tunanetra dari waktu ke waktu terus mengalami evolusi. Perubahan tersebut terjadi dengan terus berkembanganya pendidikan dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Skjorten (2003), bahwa “terjadi gradasi pemikiran yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan kebutuhan khusus. Adapun gradasi perkembangan pemikiran terhadap pendidikan kebutuhan khusus adalah: pemikiran segregratif, pemikiran integratif, pemikiran inklusif”.

Konsep dari pemikiran segregratif ditandai dengan pemisahan layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan anak pada umumnya. Pada pemikiran integrasi terjadi perkembangan pemikiran


(9)

2 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama anak pada umumnya dengan suatu penekanan bahwa anak berkebutuhan khusus tersebut telah dipersiapkan terlebih dahulu dalam sekolah khusus dan ditempatkan sesuai dengan pengetahuannya bukan pada usianya.

Pendidikan inklusif merupakan suatu falsafah pendidikan, dimana semua siswa dengan kebutuhan khusus diterima di sekolah reguler yang berlokasi di daerah tempat tinggal mereka dan mendapatkan berbagai pelayanan pendukung pendidikan sesuai dengan kebutuhanya. Sekolah yang menyelengarakan pendidikan inklusif didasarkan pada prinsip bahwa semua anak usia sekolah harus belajar bersama, tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual, sosial, bahasa atau kondisi lainnya seperti anak jalanan, anak pekerja atau pengembara, anak dari kelompok linguistik, etnik ataupun kebudayaan minoritas.

Pendidikan inklusif didasarkan pada persamaan hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi. setiap anak memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar bersama-sama di sekolah umum, begitu juga anak berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak istimewa melainkan persamaan hak dan kewajiban dengan peserta didik lainnya.

Pelaksanaan pendidikan inklusif dalam seting pembelajaran dilaksanakan secara kooperatif dangan kurikulum yang fleksibel serta memperhatikan kebutuhan masing-masing anak sebagai peserta didik. Pembelajaran dalam kelas hendaknya ramah dan kondusif sehingga anak


(10)

3 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih bersemangat. Selain itu pembelajaran diberikan dengan menggunakan berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, penggunaan model pembelajaran dilakukan secara bervariasi bertujuan agar anak merasa termotivasi untuk belajar. Materi disampaikan dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga anak dapat menyerap materi pelajaran yang diberikan, dan evaluasi dilakukan secara berbeda sesuai dengan perkembangan kemampuan masing-masing anak sebagai peserta didik.

Terlaksananya proses pembelajaran yang ramah bagi anak berkebutuhan khusus akan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Berkembangnya potensi yang dimilikinya, maka anak akan dapat hidup layak di masyarakat dan ikut berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Namun kenyataan pada saat ini pelaksanaan pendidikan inklusif masih belum optimal.

Berdasarakan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA YPI 45”. Sekolah ini telah melaksanakan pendidikan inklusf semenjak tahun 2005. Jumlah siswa berkebutuhan khusus pada saat ini yaitu sebanyak lima orang dengan spesifikasi tunanetra. Pada saat proses pembelajaran, guru reguler belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan siswa tunanetra untuk belajar di dalam kelas.

Kurikulum yang dipakai antara siswa tunanetra dengan siswa reguler pun sama. Begitupun pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran masih bersifat klasikal, para guru dalam melaksakan tugasnya


(11)

4 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif, mereka masih melaksanakan tugasnya sekedar mengajar secara rutin dan monoton, siswa masih dianggap sebagai objek belajar, bukan subyek belajar. Dalam pembelajaran IPA di kelas guru masih kurang mempergunakan metode yang bervariasi.

Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah dan metode pemberian tugas. Selain itu penggunaan media pembelajaran dalam belajar IPA masih belum maksimal. Dalam pembelajaran IPA harus mengembangkan aspek-aspek yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep-konsep IPA, konsep-konsep tersebut dapat dikembangkan melalui kesan visual, auditif, kinestetis dan taktil siswa. Begitupula didalam kelas setting pendidikan inklusif yang didalamnya diikuti oleh anak berkebutuhan khusus harus melalui pengembangan konsep melalui kesan kesan tersebut.

Pembelajaran IPA di kelas masih belum kooperatif. Antara anak tunanetra dan anak normal dalam kelas belum ada saling kerja sama. Dalam pembelajaran peranan tutor sebaya tidak terlihat. Selama proses belajar mengajar IPA guru kurang memberikan motivasi baik kepada anak tunanetra maupun kepada anak normal lainya.

Sudah waktunya para guru menerapkan pembelajaran secara profesional, dengan memahami dan menerapkan berbagai macam model pembelajaran, dapat membelajarkan siswa secara aktif dan membantu siswa dalam belajar IPA secara bermakna. Dengan banyaknya model-model


(12)

5 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran diharapkan guru akan termotifasi untuk mempelajarinya secara lebih intensif

Hal ini dirasakan juga dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Adanya keterbatasan penglihatan pada tunanetra, hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan bagi tunanetra itu sendiri, karena dalam mempelajari IPA penglihatan merupakan aspek penting untuk memberikan pemahaman konkrit dari apa yang dipelajari. Permasalahan pada tunanetra dalam mempelajari IPA ini lebih disebabkan oleh:

1) Masih banyaknya materi IPA yang bersifat abstrak yang belum mampu disampaikan guru secara optimal.


(13)

6 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Alat peraga yang digunakan guru untuk menguasai atau memahami materi IPA belum sesuai dengan kebutuhan tunanetra itu sendiri.

3) Model pembelajaran yang di terapkan masih mengutamakan penghapalan konsep dari pada pemaknaan konsep, sehingga tunantera lebih memahami atau menguasai konsep dari pada makna dari sebuah konsep.

4) Kurang dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekplorasi pengetahuannya, siswa lebih banyak duduk, diam, mendengarkan dan mencatat.

Pembelajaran IPA menuntut pelakunya berperan aktif, memiliki kemampuan mobilitas, dengan begitu siswa akan mampu mengeksplorasi pengetahuan tentang IPA mulai dari mempelajari diri sendiri, alam sekitar maupun peluang pengembangan lebih lanjut yang diterapkan dalam kehidupan. Bardasarkan hal tersebut, maka permasalahan atau hambatan dalam mempelajari IPA pada tunanetra harus segera dicarikan jalan keluarnya, karena jika tetap dibiarkan kemampuan tunanetra dalam pelajaran IPA atau pelajaran lainnya akan semakin tertinggal dengan anak pada umumnya.

Dengan kata lain peran aktif dari semua pihak, mulai dari orang tua, guru dan orang disekitarnya akan menentukan upaya mengoptimalkan kemampuan akademik siswa tunanetra.


(14)

7 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan fenomena hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting Pendidikan Inklusif”.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan studi pendahuluan masalah di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?”.

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, kemudian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimanakah kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?

3. Kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?

4. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?


(15)

8 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kondisi objektif pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

3. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

4. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi

5. Pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi


(16)

9 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberi masukan atau sumbangan berupa kajian konseptual tentang unsur-unsur utama yang berkaitan tentang pengembangan model pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusiff bagi siswa tunanetra sehingga turut memperkaya dan mempertajam kajian tentang pembangunan pendidikan di Indonesia.

Secara praktis, diharapkan dapat memberikan kajian empiris tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian ini secara praktis juga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan pengembangan model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dalam seting pendidikan inklusif. Manfaat lain dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunanetra.

2. Sebagai bahan masukan bagi Kepala sekolah dalam mempersiapkan sekolah yang ramah dan nyaman bagi anak tunanetra.

3. Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi, kota/kabupaten dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi pendidikan inklusif.


(17)

10 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Definisi Konsep

1. Pengembangan Model

Pengembangan model dapat diartikan sebagai proses disain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan

Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik.

Model merupakan deskripsi atas benda, prosedur, situasi atau pikiran untuk merancang suatu program pembelajaran. Model maksudnya suatu pola yang dapat dijadikan contoh atau rujukan untuk diterapkan di lapangan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan.

Pembelajaran akan bermakna bila guru mampu mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan perbedaan kebutuhan individu serta mampu mengembangkan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan


(18)

11 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberagaman dan kebutuhan kebutuhan siswa termasuk bila didalam kelas tersebut terdapat anak berkebutuhan khusus.

3. Tunanetra

Dari sudut pandang pendidikan, definisi yang paling populer diberikan oleh Barraga sebagai berikut. Tunanetra adalah sekelompok anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus karena ada masalah pada penglihatannya.

Menurut Garaldine T. Scholl (1986: 26) dalam IG.A.K. Wardani,dkk (2011:4.4) mengemukakan bahwa orang yang memiliki kebutaan menurut hukum (legal blindness) apabila ketajaman penglihatan sentralnya 20/200 feet atau kurang pada penglihatan terbaiknya setelah dikoreksi dengan kacamata atau ketajaman penglihatan sentralnya lebih dari 20/200 feet, tetapi ada kerusakan pada lantang pandangnya sedemikian luas sehingga diameter terluas dari lantang pandangnya membentuk sudut yang tidak lebih besar dari 20 derajat pada mata terbaiknya.

4. Inklusi

Pengertian pendidikan inklusif adalah pendidikan yang bertujuan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak tanpa membedakan latar belakang anak, memberikan kesempatan bagi peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang memiliki potensi


(19)

12 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan peserta didik pada satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan kejuruan dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik berkelainan dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Jadi Pendidikan Inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak didik termasuk anak yang berkebutuhan khusus disekolah atau lembaga pendidikan atau tempat lain (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak didik) bersama teman-teman sebayanya dengan memperhatikan perbedaannya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriftif dengan pendekatan kualitatif, untuk mengumpulkan data teknik yag digunakan: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang diggunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi.


(20)

68

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan fokus masalah dan tujuan penelitian, peneliti menyusun sistematika dan langkah-langkah yang jelas. Untuk itu pemilihanan metode penelitian yang tepat penting dilakukan. Melalui metode penelitian akan tergambarkan langkah dan prosedur yang harus ditempuh dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Sesuai dengan pengertian tentang metode deskriptif yang diungkapkan oleh Ali (1990) sebagai berikut:

“Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis/laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi”.

Dalam metode penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen, teknik analisis data, teknik pemeriksaan dan keabsahan data serta prosedur pelaksanaan penelitian.


(21)

69

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2005:5), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif lebih mengutamakan kemampuan-kemampuan peneliti untuk mengakrabkan diri dengan fokus permasalahan yang diteliti.

Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjelaskan dan mengungkap fakta di lapangan tentang kondisi obyektif pelaksanaan pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusif bagi anak tunanetra di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA YPI 45 Kota Bekasi. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah; 1) SMA YPI 45 merupakan salahsatu Sekolah Menengah Atas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di Kota Bekasi, 2) Terdapat siswa tunanetra di Sekolah ini, 3) Masih minimnya penelitian tentang pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah ini, 4) Peneliti melihat masih kurangnya pengembangan model


(22)

70

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran khususnya pembelajaran IPA bagi siswa tunantera di sekolah ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala guru bidang studi IPA di SMA YPI 45” Kota Bekasi Gambaran subjek dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

NO NAMA USIA L/P JABATAN PENDIDIK AN

1 2 3 4 5 6

1 AF 45 Th L Guru di SMA YPI 45”

YPI 45” Kota Bekasi S1

2 ES 42 Th P Guru di SMA YPI 45”

Kota Bekasi S1

C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Menurut Lofland dalam Moleong (2005:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya. Dengan kata lain kata-kata dan tindakan merupakan data utama akan tetapi data tambahan yang


(23)

71

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa dokumen tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara lebih jelas, teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan di bawah ini.

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang tidak di dapat melalui hasil pengamatan yang diperoleh melalui metode observasi atau mencocokkan data yang didapat dari sumber data lain seperti observasi atau dokumentasi. Dalam melakukan wawancara, agar tidak terjadi bias serta dapat mengarah pada fokus kajian penelitian, maka peneliti menggunakan panduan wawancara

. Panduan wawancara dibuat sebagai acuan yang berisi pokok-pokok yang mengarahkan pada fokus kajian dilakukan secara langsung terhadap responden dalam suasana yang alami, kekeluargaan dan dalam waktu yang fleksibel.

Peneliti melakukan wawancara kepada guru, dengan teknik wawancara ini diharapkan dapat menggali data dari subjek penelitian tentang: kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra, hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPA, kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh guru dalam pembelajaran IPA, dan upaya-upaya


(24)

72

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra.

b. Teknik Observasi

Teknik observasi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti dengan jalan mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra yang dilakukan guru mata pelajaran IPA. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, kondisi atau suasana objektif kegiatan belajar mengajar IPA, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Guba dan Lincoln dalam Moleong (2005), dalam penelitian kualitatif secara metodologis penggunaan observasi dapat mengoptimalkan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

c. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subyek penelitian. Teknik dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan non-statistik. Dengan teknik dokumentasi peneliti


(25)

73

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengharapkan diperolehnya data perencanaan pembelajaran, dokumen evaluai pembelajaran dan dokumen hasil evaluasi pembelajaran.

2. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, Studi dokumentasi Pedoman ini didasarkan kepada pertayaan penelitian yang selajutnya peneliti buat dalam bentuk kisi-kisi instrumen penelitian. Berdasarkan alat pengumpul data yang peneliti siapkan, data yang diperoleh berbentuk data kualitatif, sehingga peneliti menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif, dimana salah satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai instrument.

Dalam pelaksanaannya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat peneliti yang tentunya tidak melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas. Berdasarkan pandangan di atas, maka peneliti berperan sebagai instrumen terjun langsung kelapangan, menjaring data melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah teknik pengumpulan data ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat pengembangan instrumen. Penyusunan instrumen ini merupakan langkah penting untuk mengungkap berbagai data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Pengembangan instrumen dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah ini:


(26)

74

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45 KOTA BEKASI

NO PERTANYAAN PENELITIAN

ASPEK YANG

DIUNGKAP INDIKATOR

TEKNIK PENGUMPULAN

DATA

SUMBERDATA

1 2 3 4 5 6

1 Bagaimanakah kondisi objektif pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?

Kondisi objektif pembelajaran IPA bagi siswa

tunanetra

a.Perencanaan pembelajaran b.Pelaksanaan proses belajar

mengajar

c.Evaluasi pembelajaran

-Wawancara -Observasi

-Studi dokumentasi

- Guru

2 Kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam

pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan

Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi

Kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA

a. Ketersediaan kurikulum yang digunakan

b.Ketersedian buku sumber c. Ketersediaan bahan ajar d.Ketersediaan alat peraga e. Ketersediaan sarana dan

prasarana pendukung lainnya

-Wawancara -Observasi

-Studi dokumentasi

- Guru - siswa


(27)

75

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 2 3 4 5 6

3 Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?

Hambatan - hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan pembelajaran IPA

a.Pengetahuan guru tentang anak tunanetra

b.Keterbatasan kurikulum yang ada

c.Keterbatasan Buku sumber d.keterbatasan Alat peraga e.keterbatasan Sarana dan

prasarana pendukung lainnya

- Wawancara - Observasi - Studi dokumentasi - Guru - siswa

4 Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh guru dan siswa tunanetra untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam

pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?

Upaya –upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA

Upaya upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang ada - Wawancara - Observasi - Studi dokumentasi - Guru

5 Bagaimanakah

pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam

Pengembangan model

pembelajaran IPA

Bentuk pengembangan model pembelajaran IPA

Validasi melalui FGD

( Focus Group Discussion )

- Satu orang

Widyaiswara BPPTK PLB Disdik Prov. Jabar


(28)

76

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 2 3 4 5 6

Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?

- Dua orang guru IPA. - Pengawas PLB Prov.


(29)

77

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Analisis Data

Analisis data dilakukan selama pengumpulan data berlangsung, dan mengorganisasikan data yang sudah didapat setelah penelitian dilaksanakan. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:337), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusiondrawing/verification.

1. Reduksi data

Data yang dari lapangan dicatat secara teliti dan rinci yang kemudian dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temannya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

2. Penyajian data

Setelah mereduksi data, hal yang kemudian dilakukan adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/verivication

Langkah berikutnya yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan


(30)

78

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data adalah:

1. Perpanjangan keikutsertaan

Peneliti memperpanjang waktu penelitian ketika masih ada data yang dirasakan kurang. Kegiatan ini dilakukan sehingga memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, mengingat dengan perpanjangaan keikutsertaan peneliti memperoleh banyak kesempatan untuk mempelajari latar penelitian dan dapat menghindari distorsi baik yang berasal dari peneliti maupun responden, serta membangun kepercayaan subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. Data yang dikumpulkan pada pengamatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra di SMA YPA 45 Kota Bekasi.

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan ini betujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan dalam


(31)

79

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci. Mengingat keterbatasan yang ada pada diri peneliti, maka agar dapat mengamati secara detail apa yang terjadi di lapangan, selain berperan serta dengan menulis hal-hal yang dianggap penting sebagai bahan untuk membuat deskripsi lapangan secara menyeluruh, juga dibantu oleh media antara lain kamera, tape recorder, dan sebagainya. Dengan demikian penggunaan media ini akan membantu memberikan informasi yang menyeluruh mengenai proses pembelajaran IPA pada siswa tunanetra.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Denzin seperti yang dikutip

oleh Moleong (2008:330), “membedakan empat macam triangulasi sebagai

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori”.

Triangulasi dengan sumber berarti membadingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membadingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan


(32)

orang-80

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Menurut Patton seperti yang dikutip oleh Moleong (2008:331), pada triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengemat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.

Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analis lainnya. Triangulasi tengan teori, menurut Lincoln dan Guba seperti yang dikutip oleh Moleong (2008:334), berdasarkan aggapan bahwa “fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori”.

Dalam penelitian ini triangulasi yang dilakukan adalah dengan teknik pemerikasaan yang memanfaatkan penggunaan sumber yakni dengan


(33)

81

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membandingkan sumber data yang diperoleh. Data yang dianalisis dalam penelitian ini bukan hanya data yang diperoleh dari catatan lapangan, namun data diperkuat dengan membandingkan data dari catatan lapangan dengan hasil wawancara dan dokumentasi berupa foto kegiatan.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam peneilitian ini terdiri dari d tiga tahap yaitu: Tahap 1 Studi Pendahuluan

1. Memotret kondisi obyektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi tuanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45 Bekasi.

Untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif pembelajaran IPA bagi tunanetra digunakan pedoman observasi dan wawancara pada guru kelas dan guru pendamping khusus pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung. 2. Memotret kendala-kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan

pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusif.

Untuk mendapatkan data tentang kendala-kendala, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran IPA bagi tunanetra dan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas dan guru pendamping khusus untuk mengetahui secara mendalam masalah-masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam memberikan pembelajaran IPA bagi tunanetra.


(34)

82

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap 2: Analisis data

Setelah diperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45 melalui observasi, wawancara dan studi dokemtasi, selanjutnya dilakukan analisis data. Langkah-langkah dalam melakukan menganalisis data tersebut dengan mereduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Tahap 3: Merumuskan Pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusif.

Untuk merumuskan konsep pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif perlu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Merumusan draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusiff.

Dalam merumuskan draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra yang berkualitas, peneliti menelaah hasil analisis data dan telaah teori yang berkaitan dengan pembelajaran IPA.

b. Validasi.

Validasi dalam penelitian ini menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan kepada validasi ahli dan praktisi. Validasi ahli dilakukan oleh satu orang Widyaiswara BPPTK PLB Disdik Prov. Jabar. Satu orang pengawas PLB Prov. Jabar sedangkan validasi praktisi dilakukan


(35)

83

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh kepala sekolah dan guru yang bekerja di lokasi penelitian. Validator diminta tanggapannya tentang program yang telah dibuat untuk direvisi. Setelah rancangan program di revisi kemudian disusunlah rancangan program akhir yang masih bersifat hipotetik.

c. Revisi draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusif.

Berdasarkan hasil validasi, maka selanjutnya draf tersebut akan direvisi oleh peneliti berdasarkan kritik dan saran oleh para validator,Setelah rancangan program di revisi kemudian disusunlah rancangan program akhir yang masih bersifat hipotetik.

Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

Tahap I Studi Pendahuluan

Tahap II Pelaksanaan Penelitian 1. Reduksi Data 2. Display Data 3. Kesimpulan 1. Memotret kondisi

objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra.

2. Hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. 3. Upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa ununtuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA.

4.

Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA.

Tahap III

Penyusunan

Pengembangan model Pembelajaran IPA bagi anak tunanetra dalam seting inklusif

Revisi Pengembangan Model Validasi Pengembangan Model


(36)

84

Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan I. Tahapan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi siswa Tunanetra Dalam Seting pendidikan inklusiff di SMA YPI 45” Bekasi

Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi siswa tunanetra dalam seting


(37)

167 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan pertanyaan penelitian.

1. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

a. Persiapan yang diakukan guru dalam pembelajaran IPA

Dari data yang diperoleh peneliti terhadap Guru ES dan Guru AF sebelum melaksanakan pembelajaran IPA sama- sama mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa program tahunan, program semester, silabus pengajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat evaluasi yang mengacu sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

dibuat di SMA YPI 45” ,serta mengacu kepada kurikulum umum.

b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Dalam proses kegiatan pembelajaran hal yang dilakukan oleh guru ES dan AF dimulai dengan membuka pelajaran, kegiatan inti dan penutup serta metode yang digunakan cenderung masih kurang variatif dan pendekatan yang dilakukan masih bersifat klasikal belum begitu terlihat pendekatan individual.


(38)

168 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Pelaksanaan Evaluasi

Dalam proses evaluasi pembelajaran hal yang dilakukan oleh guru ES dan AF meliputi nilai afektif, kognitif dan psikomotor. Nilai afektif diambil dari setiap kali tatap muka dengan siswa, sikap, serta tugas - tugas, nilai kognitif diambil dari ulangan harian, UTS, UAS, UKK, nilai psikomotor diambil dari praktikan, mengerjakan di depan kelas. guru belum terlihat melaksanan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan seting pendidikan inklusif, hal ini berimplikasi pada pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa dalam seting pendidikan inklusif. Pelaksanaan penilaian hasil belajar belum sesuai dengan konsep penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif yang diharapkan.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi

Dari data yang ada hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap guru ES dan AF diketahui bahwa Hambatan yang dirasakan adalah tidak mengerti cara menerapkan kurikulum kepada anak tunanetra, buku buku pelajaran dalam bentuk Buku Braille, alat peraga minimal tiga dimensi, dan sarana prasarana penunjang bagi anak tunanetra.


(39)

169 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” ” Kota Bekasi”

Sekolah SMA YPI 45” sangat membutuhkan adanya ketersediaan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk anak tunanetra karena selama ini KTSP yang digunakan adalah KTSP umum, minimnya buku atau bahan ajar yang khusus untuk tunanetra dalam pembelajaran IPA, kurang tersediannya alat peraga yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak tunanetra dalam menguasai materi pembelajaran serta sarana dan prasarana belum sepenuhnya memadai untuk menunjang pembelajaran peserta didik tunanetra.

4. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.

Upaya yang dilakukan guru ES dan AF dengan melakukan modivikasi dengan cara mencari kreasi guru sendiri dan siswa untuk mengatsi masalah yang ada, melalui lembaga sekolah telah beberapa kali mengajukan permintaan dalam bentuk membuat proposal bantuan ke instansi


(40)

170 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkait baik dari pemerintah maupun swasta yang memiliki perhatian kepada anak berkebutuhan khusus.

5. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting pendidikan inklusif Di SMA YPI 45”Kota Bekasi

Penelitian ini menghasilkan desain hipotetik berupa pengembangan model pembelajaran IPA bagi guru yang mengajar peserta didik tunanetra di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil penelitian Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting pendidikan inklusif Di SMA YPI 45”Kota Bekasi menghasilkan model pengembangan pembelajaran IPA yang memuat pengertian anak tunanetra, karakteristik anak tunanetra, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tunanetra, model pembelajaran di mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan temuan lapangan maka peneliti merekomendasikan hal sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Berdasarkan data yang didapat mengenai pemahaman guru tetang pengembangan model pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif maka


(41)

171 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disarankan agar guru dapat lebih memahami kembali berbagai macam model model pembelajaran yang ada.

Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca buku referensi yang berhubungan dengan model model pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, berdiskusi dengan teman guru di sekolah, konsultasi ke Guru Pembimbing Khusus, dan mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, workhsop atau mengikuti kegiatan lainnya baik yang diselenggarakan oleh organisasi pemerintah maupun lembaga swasta.

Selanjutnya sebagai bahan referensi bagi guru Bidang Studi yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunanetra.

2. Bagi Kepala Sekolah

Agar kepala sekolah dapat memberi kesempatan yang luas, memotivasi dan melakukan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman tentang model model pembelajaran yang telah ada. Kegiatannya dapat dilakukan dengan berdiskusi, bedah buku, in house training, workhsop dan mendatangkan nara sumber yang relefan.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman guru tentang model model pempelajaran diharapkan dapat mengembangkan macam macam model


(42)

172 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa agar dapat memberikan pelayanan yang semaksimal mugkin.

3. Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan kota / kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk terus mengadakan pembinaan terhadap sekolah – sekolah Inklusif secara terarah, terencana, dan sistematis. Melakukan kerja sama dengan berbagai macam stek holder yang ada di lingkungannya agar dapat mengembangkan implementasi pendidikan inklusif dengan sebaik baiknya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Panduan pembelajaran IPA yang disusun penulis masih dalam bentuk hipotetik, sehingga direkomendasikan adanya penelitian lanjutan untuk penyempurnaan agar dapat digunakan secara luas.


(43)

173 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45


(44)

1 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Ahmad Nawawi:…….. Metodik Khusus Tunanetra, UPI Bandung

Ali, M. (1990) Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Didi Tarsidi: 2007 Buku Materi Pokok Mata Kuliah Braille, UPI Bandung

Direktorat PLB, UNESCO, UNICEF ( 2004 ), Mengelola Kelas Inklusif Dengan

Pembelajaran Yang Ramah, Jakarta, Direktorat PLB

Direktorat PLB (2004). Pedoman Penyelenggaraan PendidikanTerpadu/Inklusi. Jakarta: Depdiknas.

Djadja Rahardja : (2008) Konsep Dasar Orientasi dan Mobilitas, dj_rahardja.blogspot.com/2008/4

Irham Hosni (2007) Layanan Terpadu Low Vision dalam Mendukung Inklusi,

Pusat Layanan Terpadu Low Vision YPWG, Bandung

Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.

Mason H & Mc Call, (1997), Visual Impairment Acces to Education for Children

and Young people, London: David Fultron Publishers

Moleong. L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi dalam Pendidikan Kebutuhan Khusus,

Konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus: Akses dan Mutu,

7-10 Juni 1994.Salamanca, Spanyol:UNESCO dan Ministry of Education and Science, Spain.

Rahardja : (2006) Introduction to Special Education: University of Tsukuba

Sudjana, N. (1989), Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.


(45)

2 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skjorten M. (2003). Menuju Inklusi dan Pengayaan, Artikel dalam Johnsen BH.

dan Skjorten MD., Menuju Inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus sebuah

Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Stubbs, S (2002) Inclusive Education Where There Are Few Resources. UK: The

Atlas Alliance (Pendidikan Inklusif ketika hanya ada sedikit sumber) alih

bahasa Susi Septaviana R. Diedit oleh Didi Tarsidi, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UPI.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung

Sunardi. (2002). Kecenderungan Dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Dikti. Sunanto Dj. et all. (2004). Pendidikan yang Terbuka bagi Semua. Bandung: Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan UNESCO Jakarta Office.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara RI Jakarta: Sekretariat Negara RI.


(46)

1 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISPLAY DATA

HASIL WAWANCARA GURU

SMA “YPI” 45

Kota Bekasi

NO

VARIABEL / PERTANYAAN

PENELITIAN

PERTANYAAN RESPON GURU TAFSIRAN TAFSIRAN GURU ES GURU FA

1 2 3 4 5 6

1 Bagaimanakah kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting

pendidikan inklusif di SMA

YPI 45” Kota

Bekasi

1. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mendeskripsikan kompetensi dan tujuan pembelajaran ?

1. Tujuan pembelajaran harus

menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dan sesuai dengan KD.

1. Sesuai dengan SKKD, KD dan indikator.

Dalam

melaksanakan proses KBM guru sudah membuat perangkat pembelajaran yang meliputi - Prota - Promes

- Analisis SKKD - Silabus - RPP Dibuat sesuai dengan KTSP umum, belum terlihat adanya program program yang dibuat khusus 2. Bagaimanakah cara

bapak dan ibu dalam memilih dan menentukan materi ?

2. Sesuai dengan indicator

pencapaian kompetensi.

2. Sesuai dengan indicator yang telah dibuat. 3. Bagaimanakah cara

bapak dan ibu dalam mangorganisasi materi ?

3. Materi harus memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan sesuai dengan indicator

3. Materi sesuai dengan


(47)

2 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang

1 2 3 4 5 6

4. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan strategi

dan metode

pembelajaran ?

4. Disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dipusatkan pada peserta didik, disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik

4. Dilihat dari materi yang akan

disampaikan.

diperuntukan untuk anak Tunanetra dan masih bersifat klasikal belum individual sesuai dengan kebutuhan siswa.

5. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan sumber belajar dan media pembelajaran ?

5. Berdasarkan SK dan KD serta materi ajar kegiatan

pembelajaran dan indicator.

5. Sumber dan media

pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. 6. Bagaimanakah cara

bapak dan ibu dalam menyusun perangkat penilaian ?

6. Dilakukan secara berkesinambungan untuk melihat proses kemajuan dan perbaikan dalam bentuk ulangan harian, UTS, ulangan semester dan ulangan kenaikan

6. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat.


(48)

3 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas, penugasan dan lain-lain sesuai dengan

karakteristik materi yang di nilai.

1 2 3 4 5 6

7. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan teknik penilaian ?

7. Disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan peserta didik, dapat berupa tes tulis, lisan dan tes praktek,

penugasan dan lain-lain

7. Dengan menggunakan tes tulis, lisan , tes praktek, dan penugasan

8. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengalokasikan waktu ?

8. Disesuaikan dengan

pencapaian KD dan beban belajar

dan sudah

dirancang di prota dan promes

8. Dilihat dari bobot materi yang akan disampaikan

9. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam membuka pelajaran ?

9. Didahului dengan salam, absensi siswa, Apersepsi kemudian mengajukan 9. mengabsensi siswa, Apersepsi kemudian mengajukan pertanyaan


(49)

4 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan

sebagai motivasi yang berkaitan dengan materi ajar.

sesuai dengan materi yang akan

disampaikan.

1 2 3 4 5 6

10. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menyajikan materi ?

10. Disesuaikan dengan KD, melalui tatap muka di kelas, dan dengan praktikum di laboratorium

10. Sesuai dengan yang tercantum di dalam RPP.

11. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan metode ?

11. Disesuaikan dengan

KD Tujuan

pembelajaran dan materi ajar bisa dengan ceramah, diskusi, tanya jawab, tugas bahkan praktikum

11. Disesaikan dengan materi pelajaran.

12. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan media / alat peraga ?

12. Disesuaikan dengan materi ajar Contoh : Materi tentang struktur atom dan

12. Disesuaikan dengan materi

yang akan


(50)

5 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

system periodic, maka kita gunakan alat peraga susuan berkala / system periodic unsure.

1 2 3 4 5 6

13. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan bahasa yang komunikatif ?

13. Kita pakai bahasa Indonesia yang baik dan diselingi dengan bahasa gaul siswa, sehingga mudah diserap siswa

13. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.

14. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memotivasi siswa ?

14. Pelajaran kimia kita kaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari dengan lingkungan sekitar, sehingga siswa merasa belajar kimia sangat penting untuk mereka

14. Menjelaskan pentingnya materi pelajaran

yang akan

disampaikan.

15. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengorganisasi

15. Disesuaikan dengan kalender pendidikan.

15. sesuai dengan kalender


(51)

6 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan ?

16. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam berinteraksi secara komunikatif dengan siswa ?

16. Dalam PBM

pusatnya adalah peserta didik jadi lebih banyak Tanya jawab, kemudian menuntun/menggirin g

16. Banyak berdiskusi dengan siswa.

1 2 3 4 5 6

siswa sampai mereka memahami, diskusi kelompok dan lain-lain saling menghargai terbuka dan akrab sehingga siswa merasa nyaman belajar

17.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menyimpulkan

pembelajaran ?

17. Pembelajaran

dianggap tuntas jika diakhir pelajaran delapan puluh persen siswa sudah bias menjawab pertanyaan dan menyimpulkan pembelajaran disaat itu dan ulangan hariannya mencapai KKM.

17. Menyimpulkan secara bersama sama dengan siswa.

18.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam

18. Memberikan

pertanyaan pada siswa

18. Memberikan pertanyaan pada


(52)

7 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan umpan balik ?

baik secara individu atau kelompok, kemudian bersama siswa menarik suatu kesimpulan.

siswa baik secara individu atau kelompok.

1 2 3 4 5 6

19.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam melaksanaan penilaian ?

19.Nilai Afektif setiap tatap muka dengan siswa, dari sikapnya, tugas-tugasnya, Nilai kognitif ulangan harian, UTS, UAS,

UKK, Nilai

psikomotor praktikum

mengerjakan ke depan kelas dan lain-lain

19. Penilaian

dilakukan secara berkesinambungan .

20.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan waktu ?

20.Sepuluh menit pertama pendahuluan (apesepsi, motivasi), enam puluh menit kegiatan inti, sepuluh menit terakhir

20. Sesuai dengan yang tercantum didalam RPP.


(53)

8 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penutup (kesimpulan, penugasan).

21. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran ?

21.Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang

21. Berdasarkan indikator yang ingin dicapai.

1 2 3 4 5 6

22. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat pembeda ?

22. Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang

22. Dilakukan

dengan membuat standar soal mudah, sedang, sukar.

23. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat pembeda ?

23. Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang

23. Dilakukan

dengan membuat standar soal mudah, sedang, sukar.

24. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memperbaiki soal yang tidak valid ?

24. Setiap ulangan hasilnya dianalisis sehingga akan ketahuan soal yan tidak valid, maka

24. Diganti dengan soal yang baru.


(54)

9 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal itu harus diperbaiki sesuai dengan indikatornya 25. Bagaimanakah cara

bapak dan ibu dalam memeriksa jawaban

25. Jawaban diperiksa secara manual oleh guru

25. diperiksa secara manual.

1 2 3 4 5 6

26.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam

mengklasifikasikan hasil penilaian ?

26. Lebih atau sama dengan nilai KKM dikatakan tuntas dan Kurang dari

nilai KKM

dikatakan belum tuntas dan harus dilaksanakan remedial

26. Disesuaikan dengan KKM yang akan dicapai.

27. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengolah hasil penilaian ?

27.Nilai raport = 50% UH + 20% UTS + 30% UAS

27. Nilai raport = 50% UH + 20% UTS + 30% UAS

28. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menganalisis hasil penilaian ?

28. Dianalisis sesuai dengan aturan

28. Dianalisis satu satu per soal.


(55)

10 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bapak dan ibu dalam

menyimpulkan hasil penilaian secara logis ?

mendapatkan nilai ulangan harian dan tugas tugas sudah mencapai KKM, dianggap sudah tuntas, tapi jika nilai kurang dari KKM maka harus remedial dan kita bimbing lagi sampai tuntas

didapat dari hasil ulangan

ditambah nilai tugas sudah mencapai KKM

1 2 3 4 5 6

30. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memberikan tugas rumah ?

30. Setelah PBM berakhir dan siswa sudah memahami materi ajar dengan contoh-contohnya

maka soal

berikutnya

dikerjakan di rumah sebagai PR.

30. Membuat PR bagi siswa dan tugas secara terstruktur

31. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memberikan informasi materi yang akan dipelajari berikutnya ?

31. Pada akhir pelajaran, siswa kita beritahu bahwa pertemuan berikutnya materi

yang akan

dipelajari adalah materi selanjutnya

31.Disampaikan saat proses KBM berakhir


(56)

11 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mohon untuk dipelajari terlebih dahulu dirumah 2.

Kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra

dalam pembelajaran IPA dengan seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45”

32.kurikulum apakah yang digunakan oleh bapak dan ibu guru disekolah ?

32. KTSP 32.KTSP Kebutuhan yang

sangat mendesak saat ini adalah kurikulum khusus untuk anak tunanetra, buku buku pelajaran dalam bentuk Buku Braille, alat peraga minimal tiga dimensi, dan

1 2 3 4 5 6

sarana prasarana penunjang bagi anak tunanetra 33. Apakah kurikulum

yang ada sudah mencukupi ?

33. Mencukupi tapi

kami ingin

mengetahui juga kurikulum khusus untuk tunanetra.

33.Kalau kurikulum umum

mencukupi.

34.Buku sumber apakah yang digunakan oleh bapak dan ibu guru disekolah ?

34. Buku paket dari Diknas, LKS, Buku lainnya yang menunjang

34.Buku paket yang ada disekolah.


(57)

12 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber yang ada sudah mencukupi ?

Karena selain buku yang tersedia di sekolah, masih ditambah oleh buku milik pribadi

tapi untuk siswa tunanetra tidak ada.

36.Bahan ajar apakah yang dipakai oleh bapak dan ibu guru disekolah ?

36. Bahan ajar yang sesuai ngan KTSP

36. Bahan ajar yang sesuai ngan KTSP

37. Apakah bahan ajar yang ada sudah mencukupi ?

37. Mencukupi 37. Mencukupi

1 2 3 4 5 6

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting

pendidikan inklusif di SMA

YPI 45” Kota

Bekasi?

38.Hambatan apakah yang dihadapi oleh bapak dan ibu tentang anak tunanetra ?

38. Tidak adanya buku sumber yang ditulis dengan hurup Braille,

kecuali Al Qur’an

Braille yang kita miliki sumbangan dari orang tua siswa

38. Dalam hal menyampaikan materi pelajaran. Hambatan yang dirasakan adalah tidak tersediannya kurikulum khusus untuk anak tunanetra, buku buku pelajaran dalam bentuk Buku Braille, alat peraga minimal tiga dimensi, dan sarana prasarana penunjang bagi anak tunanetra 39.Hambatan apakah

yang dihadapi oleh bapak dan ibu guru tentang kurikulum yang digunakan untuk anak tunanetra

39. Kita belum punya kurikulum khusus

untuk anak

tunanetra sehingga kita membimbing mereka seperti

39. Kita belum punya kurikulum khusus untuk anak tunanetra.


(58)

13 Sumartono Hadi, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

? teman-temannya

yang normal 40. Hambatan apakah

yang dihadapi oleh bapak dan ibu guru tentang buku sumber yang digunakan untuk anak tunanetra ?

40. Semua buku sumber belum ada yang ditulis Braille sehingga harus dibacakan oleh teman, guru atau tutor diluar sekolah

40. Semua buku sumber belum ada yang ditulis Braille sehingga harus dibacakan oleh teman,

41. Hambatan apakah yang dihadapi oleh

bapak dan

ibu tentang

keterbatasan alat peraga bagi anak

41. Kurang lancarnya proses belajar mengajar sehingga harus kita jelaskan dengan penuh

41. Dalam roses

KBM agak

sedikit terhambat.

1 2 3 4 5 6

tunanetra ? kesabaran

42. Sarana dan prasarana

pendukung apakah yang dirasakan sangat diperlukan di sekolah bapa dan ibu ?

42. Buku sumber dam bentuk tulisan Braille, Alat peraga, Komputer Braille, tape recorder

42.Buku sumber dam bentuk tulisan Braille, Alat peraga.

4. Upaya-upaya yang dilakukan guru dan siswa tunanetra dalam

43. Upaya apakah yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan Bapak

43.Sering dengan teman teman guru dan membaca buku buku mengenai anak

43. Sering dengan teman teman

guru dan

membaca buku

Upaya yang

dilakukan dengan cara kreasi guru


(1)

guru dalam berinteraksi secara komunikatif dengan siswa dalam PBM pusatnya adalah peserta didik jadi lebih banyak Tanya jawab, kemudian menuntun/menggiring siswa sampai mereka memahami, diskusi kelompok dan lain-lain saling menghargai terbuka dan akrab sehingga siswa merasa nyaman belajar.

17.Bagaimanakah cara guru dalam menyimpulkan pembelajaran ?

cara guru dalam menyimpulkan pembelajaran dianggap tuntas jika diakhir pelajaran delapan puluh persen siswa sudah bias menjawab pertanyaan dan menyimpulkan pembelajaran disaat itu dan ulangan hariannya mencapai KKM.

18.Bagaimanakah cara guru dalam memberikan umpan balik ?

cara guru dalam memberikan umpan balik dengan memberikan pertanyaan pada siswa baik secara individu atau kelompok, kemudian bersama siswa menarik suatu kesimpulan.

19.Bagaimanakah cara guru dalam melaksanaan penilaian ?

cara guru dalam melaksanaan penilaian dengan nilai Afektif setiap tatap muka dengan siswa, dari sikapnya, tugas-tugasnya, Nilai kognitif ulangan harian, UTS, UAS, UKK, Nilai psikomotor praktikum mengerjakan ke depan kelas dan lain-lain.

20.Bagaimanakah cara guru dalam menggunakan waktu ?

cara guru dalam menggunakan waktu adalah dengan cara sepuluh menit pertama pendahuluan (apesepsi, motivasi), enam puluh menit kegiatan inti, sepuluh menit terakhir penutup (kesimpulan, penugasan).

21.Bagaimanakah cara guru dalam memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran ? Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang.


(2)

22.Bagaimanakah cara guru dalam memilih soal berdasarkan tingkat pembeda ? Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang. 23.Bagaimanakah cara guru dalam memperbaiki soal yang tidak valid ?

Setiap ulangan hasilnya dianalisis sehingga akan ketahuan soal yan tidak valid, maka soal itu harus diperbaiki sesuai dengan indikatornya.

24.Bagaimanakah cara guru dalam memeriksa jawaban ?

Guru memeriksa secara manual.

25.Bagaimanakah cara guru dalam mengklasifikasikan hasil penilaian ?

Guru lebih atau sama dengan nilai KKM dikatakan tuntas dan Kurang dari nilai KKM dikatakan belum tuntas dan harus dilaksanakan remedial.

26.Bagaimanakah cara guru dalam mengolah hasil penilaian ? Nilai raport = 50% UH + 20% UTS + 30% UAS.

27.Bagaimanakah cara guru dalam menganalisis hasil penilaian ? Guru menganalisis sesuai dengan aturan.

28.Bagaimanakah cara guru dalam menyimpulkan hasil penilaian secara logis ?

Jika siswa mendapatkan nilai ulanan harian dan tugas tugas sudah mencapai KKM, dianggap sudah tuntas, tapi jika nilai kurang dari KKM maka harus remedial dan kita bimbing lagi sampai tuntas.


(3)

Setelah PBM berakhir dan siswa sudah memahami materi ajar dengan contoh-contohnya maka soal berikutnya dikerjakan di rumah sebagai PR.

30.Bagaimanakah cara guru dalam memberikan informasi materi yang akan dipelajarai berikutnya ?

Pada akhir pelajaran, siswa diberitahu bahwa pertemuan berikutnya materi yang akan dipelajari adalah materi selanjutnya mohon untuk dipelajari terlebih dahulu dirumah.

Kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA dengan seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota

31.kurikulum apakah yang digunakan oleh guru di sekolah ? guru menggunakan KTSP

32.Apakah kurikulum yang ada sudah mencukupi ?

Guru menganggap telah mencukupi tapi guru ingin mengetahui kurikulum khusus untuk tunanetra. 33.Buku sumber apakah yang digunakan oleh guru disekolah ?

Guru menganggap telah cukup dengan Buku paket dari Diknas, LKS, Buku lainnya yang menunjang.

34.Apakah buku sumber yang ada sudah mencukupi ?

Guru menganggap sudah mencukupi, Karena selain buku yang tersedia di sekolah, masih ditambah oleh buku milik pribadi.

35.Bahan ajar apakah yang dipakai oleh bapak/ibu gurudi sekolah ? Guru menganggap bahan ajar yang sesuai ngan KTSP.


(4)

36.Apakah bahan ajar yang ada sudah mencukupi ? Mencukupi.

Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?

37.Hambatan apakah yang dihadapi oleh bapak dan ibu tentang anak tunanetra ?

Tidak adanya buku sumber yang ditulis dengan hurup Braille, kecuali Al Qur’an Braille yang kita miliki

sumbangan dari orang tua siswa.

38.Hambatan apakah yang dihadapi oleh guru tentang kurikulum yang digunakan untuk anak tunanetra ?

Guru belum punya kurikulum khusus untuk anak tunanetra sehingga kita membimbing mereka seperti teman-temannya yang normal.

39.Hambatan apakah yang dihadapi oleh guru tentang buku sumber yang digunakan untuk anak tunanetra ?

Semua buku sumber belum ada yang ditulis Braille sehingga harus dibacakan oleh teman, guru atau tutor diluar sekolah.

40.Hambatan apakah yang dihadapi oleh guru tentang keterbatasan alat peraga bagi anak tunanetra ? proses belajar mengajar Kurang lancarnya sehingga guru menjelaskan dengan penuh kesabaran. 41.Sarana dan prasarana pendukung apakah yang dirasakan sangat diperlukan di sekolah?

Guru membutuhkan buku sumber dam bentuk tulisan Braille, Alat peraga, Komputer Braille, tape recorder.

Upaya-upaya yang dilakukan guru dan siswa tunanetra dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?


(5)

42.Upaya apakah yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang anak tumanetra ?

Guru berupaya menyampaikan kepada pihak yang mengurusi anak-anak tunanetra untuk bisa memberikan tapi belum terwujud.

43.Upaya apakah yang dilakukan oleh guru tentang kurikulum yang digunakan untuk anak tunanetra ? Kurikulum yang digunakan sama yaitu KTSP.

44.Upaya apakah yang dilakukan oleh guru tentang buku sumber yang digunakan untuk anak tunanetra ?

Buku sumber sama seperti anak yang lainnya tapi untuk anak tunanetra jika disekolah guru bacakan, diluar sekolah oleh tutornya masing-masing.

45.Upaya apakah yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi keterbatasan alat peraga bagi anak tunanetra ? Guru mengusahakan menjelaskan dan memberikan gambaran secara individu khususnya pada anak tunanetra. 46.Upaya apakah yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pendukung lainnya ?


(6)