KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH, KINERJA GURU DAN PENDANAAN SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH: Studi pada SMAN di Wilayah Priangan Timur.

(1)

DAFTAR ISI

halaman LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN

SURAT PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 16

E. Metode Penelitian ... 17

F. Organisasi (Sistematika Disertasi) ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 20

A. Kajian Pustaka ... 20

a. Produktivitas Sekolah dalam Perspektif Administrasi Pendidikan ... 20

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 44

1. Pengertian Kepemimpinan ... 44

2. Teori Kepemimpinan ... 47

3. Pendekatan Terbaru dalam Kepemimpinan ... 56

4. Gaya Kepemimpinan ... 61

5. Fungsi Kepemimpinan ... 62

6. Perilaku Kepemimpinan ... 65


(2)

c. Budaya Sekolah ... 82

1. Pengertian Budaya ... 82

2. Pengertian Budaya Organisasi dan Budaya Sekolah .. 85

3. Fungsi Budaya Organisasi ... 99

4. Tingkatan Budaya Organisasi ... 100

5. Elemen Budaya Organisasi ... 106

6. Model Budaya Sekolah ... 109

7. Membangun Budaya Sekolah ... 110

d. Kinerja Mengajar Guru ... 115

1. Pegertian Kinerja ... 115

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 116

3. Penilaian Kinerja ... 117

4. Kinerja Mengajar Guru ... 120

5. Pendanaan Pendidikan ... 128

6. Penelitian Terdahulu ... 146

B. Kerangka Pemikiran (Paradigma) Penelitian ... 150

C. Hipotesis Penelitian ... 157

BAB III METODE PENELITIAN ... 158

A. Pendekatan ... 158

B. Populasi dan Sampel ... 159

1. Populasi ... 159

2. Sampel ... 161

C. Teknik Pengumpulan Data ... 164

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 166

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 170

2. Rancangan Uji Hipotesis ... 174

E. Teknik Analisis Data ... 178

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 182

A. Hasil Penelitian ... 182

1. Deskripsi Empiris ... 182

2. Persyaratan Uji Hipotesis ... 198


(3)

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 220

1. Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas sekolah ... 221

2. Budaya Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 229

3. Kinerja Mengajar Guru berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 234

4. Pendanaan Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 238

5. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja Mengajar Guru dan Pendanaan Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 242

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 249

A. Kesimpulan ... 249

B. Rekomendasi ... 251

DAFTAR PUSTAKA ... 253

LAMPIRAN LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

DAFTAR TABEL

tabel halaman

3.1 Keadaan Populasi SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 160

3.2 Keadaan Sampel SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 163

3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian ... 167

3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 179

4.1 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 183

4.2 Pangkategorian Data Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 184

4.3 Nilai Rata-rata, Median dan Nilai Maksimal -Minimal Data Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 186

4.4 Pangkategorian Data Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 187

4.5 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 189

4.6 Pangkategorian Data Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 190

4.7 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 192

4.8 Pangkategorian Data Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 193

4.9 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 195

4.10 Pangkategorian Data Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 196


(5)

4.11 Hasil Uji Normalitas Data kepemimpinan kepala sekolah ... 199 4.12 Keputusan Uji Normalitas kepemimpinan kepala sekolah ... 199 4.13 Hasil Uji Normalitas Data Budaya sekolah One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test ... 200 4.14 Keputusan Uji Normalitas Budaya Sekolah ... 201 4.15 Hasil Uji Normalitas Data Kinerja mengajar guru One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test ... 201 4.16 Keputusan Uji Normalitas Kinerja mengajar guru ... 202 4.17 Hasil Uji Normalitas Data Pendanaan sekolah One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test ... 202 4.18 Keputusan Uji Normalitas Pendanaan sekolah ... 203 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Produktivitas Sekolah One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test ... 203 4.20 Keputusan Uji Normalitas Produktivitas Sekolah ... 204 4.21 Keputusan Uji Normalitas Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Budaya Sekolah, Kinerja mengajar guru dan Pendanaan Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah ... 205 4.22 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas Regresi ... 207 4.23 Rangkuman Hasil Analisis Kepemimpinan Kepala Sekolah

berpengaruh Positif terhadap Produktivitas Kerja ... 209 4.24 Rangkuman Koefisien Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Produktivitas Sekolah ... 210 4.25 Rangkuman Hasil Analisis hubungan antara Budaya Sekolah

dengan Produktivitas Sekolah ... 211 4.26 Rangkuman Koefisien Korelasi Budaya sekolah dengan

Produktivitas Sekolah ... 212 4.27 Rangkuman Hasil Analisis hubungan antara kinerja mengajar


(6)

4.28 Rangkuman Koefisien Korelasi hubungan antara kinerja mengajar guru dengan produktivitas sekolah ... 214 4.29 Rangkuman Hasil Analisis Pendanaan Sekolah berpengaruh

positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 216 4.30 Rangkuman Koefisien Korelasi hubungan antara Pendanaan

Sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 216 4.31 Rangkuman Hasil Analisis hubungan antara kepemimpinan

kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah dengan produktivitas sekolah ... 218 4.32 Rangkuman Koefisien Korelasi hubungan antara kepemimpinan

kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah dengan produktivitas sekolah ... 219


(7)

DAFTAR GRAFIK

grafik halaman

4.1 Histogram Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 185 4.2 Histogram Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah

Priangan Timur ... 188 4.3 Histogram Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di

Wilayah Priangan Timur ... 191 4.4 Histogram Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah

Priangan Timur ... 194 4.5 Histogram Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah

Priangan Timur ... 197 4.6 Hubungan antara Kepemimpinjan kepala sekolah dengan

Produktivitas Sekolah ... 210 4.7 Hubungan antara Budaya sekolah dengan produktivitas sekolah ... 212 4.8 Hubungan antara kinerja mengajar guru dengan produktivitas sekolah 215 4.9 Hubungan antara Budaya sekolah dengan produktivitas sekolah ... 217


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UPI tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Disertasi Program Doktor (S3) Sekolah

Pascasarjana UPI Angkatan Tahun 2009 ... 333

2 Permohonan Izin melakukan Studi Lapangan /observasi ... 335

3 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya ... 336

4 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemkab Garut ... 337

5 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemkab Ciamis... 338

6 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Banjar ... 339

7 Surat Keterangan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis ... 340

8 Surat Rekomendasi dari Kepala SMA N Ciawi Kab. Tasikmalaya ... 341

9 Surat Keterangan dari Kesbang Kota Banjar ... 342


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu tujuan perubahan paradigma manajemen sekolah adalah peningkatan sekolah produktif. Kepala sekolah sebagai pengelola lembaga tersebut dituntut mampu menggerakkan setiap personil (terutama guru) agar dapat bekerja secara optimal dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dan menunjukkan produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas kerja mencakup sikap mental dan perilaku guru yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan harus lebih berkualitas dan lebih efektif. Fremont (2002:928) menyatakan bahwa produktivitas diartikan sebagai ukuran efisiensi dalam penggunaan sumber daya pada level masyarakat, organisasi dan individu. Sekolah produktif berbeda dengan hasil produksi benda yang mudah dihitung atau diukur. Mengenai produktivitas, Mulyasa (2004: 134) menyatakan:

Sekolah produktif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Menurut Alan Thomas (dalam Mulyasa, 2004: 134) bahwa sekolah produktif mencakup tiga fungsi : (1) the


(10)

berbagai pelayanan untuk kebutuhan peserta didik dan guru; (2) the psychologist production function, yaitu fungsi behavioral yang keluarannya merujuk pada fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap; dan (3) the economic production function, Yaitu Fungsi ekonomi yang keluarannya diidentifikasi dengan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi.

Untuk menghasilkan sekolah produktif yang tinggi, selain diperlukan peran kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, diperlukan pula kondisi organisasi sekolah yang kondusif. Kondisi sekolah yang kondusif merupakan salah satu perwujudan dari budaya sekolah yang kuat. Danim (2003: 55) menyatakan bahwa kultur sekolah yang positif (positive school culture) diasosiasikan dengan motivasi belajar dan prestasi peserta didik yang tinggi, menyatakan bahwa kultur sekolah yang positif (positive school culture) diasosiasikan dengan motivasi meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap pekerjaannya menjadi positif. Dalam kontek sekolah dengan kultur yang kuat ditandai dengan pembelajaran yang atraktif, kondusif, produktif, menyenangkan. Kondisi demikian merupakan cerminan dari budaya sekolah.

Budaya sekolah merupakan seperangkat asumsi dasar, nilai dan kepercayaan yang dianut, diyakini kebenarannya dan dikembangkan di sekolah serta dijadikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan sekolah. Deal dan


(11)

variety of beliefs, goals, purposes, thoughts, knowledge and expectation”. Konsep budaya sekolah mencakup luasnya jenis pengetahuan, tujuan, sasaran, pemikiran, pengetahuan dan pengharapan. Budaya sekolah menjadi landasan setiap kebijakan atau aturan serta mengarahkan perilaku individu dalam sekolah.

Berdasarkan pada uraian di atas, untuk melahirkan sekolah produktif yang tinggi diperlukan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah yang tinggi sehingga semua elemen sekolah bergerak dengan optimal untuk mencapai tujuan sekolah, termasuk di dalamnya sekolah produktif . Untuk melahirkan sekolah produktif yang tinggi, diperlukan pula kepercayaan, keyakinan, nilai, pedoman kerja, aturan perilaku dan manifestasi budaya kuat lainnya yang relevan dengan pencapaian sekolah produktif .

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana diungkapkan

oleh Supriadi (1998: 346) bahwa: “Erat hubungan antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya

sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Mulyasa (2006: 89) menyatakan bahwa kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap mutu pendidikan, kepemimpinan kepala


(12)

sekolah yang kuat, pengelolaan pendidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah baik (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan partisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas. Kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah terkadang belum mencapai hasil terbaik yang diharapkan oleh sekolahnya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah.

Berbagai potensi yang dimiliki sekolah terhambat pemberdayaannya karena munculnya kendala-kendala tersebut. Padahal bila semua potensi yang dimiliki sekolah dikembangkan secara optimal dengan kepemimpinan sekolah yang kuat, niscaya potensi tersebut akan menghasilkan kompetensi kapabilitas dan sekolah produktif yang unggul. Barth ( 2008: 12) menyatakan: “...with strong leadership by the principal, a school is likely to be effective; without capable leadership, it is not.” Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, suatu sekolah akan menjadi efektif, sebaliknya bila kepala sekolah tidak kapabel, maka sekolah tidak akan efektif. Tantangan besar untuk mewujudkan sekolah produktif saat ini adalah perubahan paradigma manajemen sekolah yang menuntut kemampuan lebih dari kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan sebagai kepala sekolah. Barth (Soekarno, 2008: 12) mengungkapkan: lack of specific knowledge about the skill that principal need in order to be effective school leader exists at a


(13)

time when many principals are facing dramatic change in their roles”. Lemahnya pengetahuan khusus tentang keterampilan kepala sekolah yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mewujudkan sekolah yang efektif. Terlebih lagi dalam kondisi perubahan yang dramatis, seperti halnya yang dihadapi saat ini, yakni desentralisasi pendidikan dan otonomi sekolah.

Bertolak dari asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka implikasinya setiap guru harus memenuhi persyaratan yang dituntut oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap secara professional, hal itu tentu harus sejalan dengan peranan guru terutama di sekolah sebagai lembaga pendidikan professional. Untuk mencapai tujuan tersebut peran dan fungsi lembaga pendidikan sangat strategis, sebab di lembaga pendidikan inilah proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peran guru sebagai ujung tombak di lapangan yang mencetak sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa sangat penting. Oleh sebab itu kemampuan guru pada lembaga pendidikan harus dipersiapkan, dibina, dan di motivasi agar kinerja mengajar guru terus meningkat guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik.

Seorang guru diharapkan dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan sebaik-baiknya, maka peranan kepala sekolah sangat menentukan di dalam melakukan pembinaan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja mengajar guru maka kepala sekolah harus memperhatikan keinginan dan kebutuhan gurunya serta harus mampu memotivasi


(14)

guru untuk bekerja lebih giat untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sekolah.

Faktor-faktor kegagalan kepala sekolah dalam mengembangkan pendidikan bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun lebih banyak disebabkan dalam mengimplementasikan kepemimpinan. Ketidakmampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan baik tentang teknik, kemanusiaan dan konseptual.

Dalam mensikapi keadaan itu, seorang kepala sekolah dituntut mampu memiliki kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang dimaksud adalah berkenaan dengan kemampuan manajerial sebagai seorang kepala sekolah. Kemampuan manajerial yang dimaksudkan di sini adalah berkenaan dengan kemampuannya dalam membuat perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dengan kemampuan semacam itu, diharapkan setiap kepala sekolah mampu menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para gurunya agar mereka mampu menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik.

Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human dan conceptual. Dengan memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial Kepala Sekolah


(15)

ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan. Ketiga kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai dengan kemampuan dalam merumuskan program kerja, mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan. Penerapan kemampuan manajerial Kepala Sekolah di atas, pada akhirnya akan tertuju pada penyelenggaraan dan pencapaian mutu pendidikan.

Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa seorang pimpinan harus mampu mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas yang berkaitan dengan tugas para anggotanya (guru) yang ada di bawahnya. Berkenaan dengan penelitian ini, maka kemampuan tersebut sangat diperlukan. Maksudnya bahwa kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi anggotanya adalah berkaitan dengan bagaimana seorang kepala sekolah mampu menjalin suatu budaya sekolah dengan cara menanamkan nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para peserta didiknya.

Di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana


(16)

lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa:

Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu, dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilita2s dan sebagainya. Demikian pula, lingkungan sosial-psikologis, seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, pengawasan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya. Fenomena yang menarik di Sekolah Menangah Atas, yaitu masih ada kepala sekolah yang cenderung kurang mampu menerapkan sistem manajerial yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kurang matangnya perencanaan yang dibuatnya, sehingga dalam pelaksanaannya menjadi kurang efektif. Begitu pula kurangnya pengawasan yang diberikan kepada guru, sehingga guru merasa bebas untuk tidak melakukan kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya guru yang malas sehingga menyebabkan kinerja mengajar guru semakin rendah. Padahal kalau ditelaah kemampuan manajerial kepala sekolah sangat diperlukan sekali. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Aminah, (1999: 24) yaitu kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.

Selain itu salah satu permasalahan yang dihadapi oleh sekoah adalah masalah pendanaan pendidikan yang kurang memadai sehingga hal ini kurang menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah mengingat secara umum kualitas pendidikan banyak sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun yang paling


(17)

dominan adalah faktor sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya yang ada dan dapat digali di sekolah (misalnya biaya sekolah).

Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan, mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para kepala sekolah. Keterbatasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah. Lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Memang semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut akhirnya berujung pada rendahnya mutu lulusan.

Sejalan dengan hal tersebut, Sartika (2002:8) mengemukakan bahwa : Kualitas pada dasarnya dapat berupa kemampuan, barang, dan pelayanan, kualitas pendidikan dapat menunjuk kepada kualitas proses dan kualitas hasil (produk). Suatu pendidikan dapat bermutu dari segi proses (yang sudah barang tentu amat dipengaruhi kualitas masukannya) jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan, peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan juga memperoleh pengetahuan yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (functional knowledge) yang ditunjang secara wajar oleh sumber daya (manusia, dana, sarana dan prasarana).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Produktivitas Sekolah (Analisis Kontribusi Relatif Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja mengajar guru dan Pendanaan Sekolah terhadap produktivitas sekolah Menengah Atas di Wilayah Priangan Timur)


(18)

B. Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Dunia pendidikan saat ini setidaknya menghadapi berbagai permasalahan salah satunya produktivitas sekolah. produktivitas sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain : (1) kepemimpinan sekolah, (2) budaya kerja, (3) kinerja mengajar guru dan (4) pendanaan sekolah yang belum optimal. Studi ini dibatasi pada keempat variabel tersebut karena dapat diasumsikan sebagai variabel yang determinan seperti dinyatakan antara lain oleh Sementara Alan Thomas (1982) (dalam Mulyasa, 2007:93-94) mengemukakan bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi sebagai berikut:

a) Meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru, maupun pihak lain yang berkepentingan.

b) Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah.

c) Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup

“harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan

“perolehan” earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut

“peningkatan nilai baik”.

Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel yang ikut mempengaruhi terwujudnya Sekolah Produktif (ProductiveSchool) dapat dipetakan sebagaimana digambarkan pada gambar 1.


(19)

Gbr. 1 - Faktor Yang Ikut Menentukan Sekolah Produktif

Dalam penelitian ini dilakukan kajian deskriftif analitik terhadap efektivitas sekolah dan berbaga faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan data dan indikator sekolah produktif terutama fungsi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru, Pendanaan sekolah. Beberapa hal yang menjadi alasan dipilih faktor-faktor tersebut dalam perwujudan efektivitas kinerja sekolah adalah :

1. Keberhasilan sekolah selama ini lebih banyak dipengaruhi faktor kebetulan dibanding by design. Hal ini tampak pada tidak stabilnya

Sekolah Produktif Kepemimpinan kepala sekolah

Kompetensi Kepala Sekolah sekolah

Gaya Kepala Sekolah

Kinerja Staf sekolah

Kinerja Mengajar Guru

Komitmen Guru

Motivasi Guru

Kinerja layanan staf/ Pegawai

Budaya Sekolah

Fasilitas belajar

Keuangan sekolah/Pendanaan

Perencanaan Sekolah

Student Capacity

Kerjasana dan networking Partisipasi Masyarakat Kondisi Sosek Orang Tua

Culture and Climate Power and Politics

School Structure Teaching and Learning

Academical Supervision


(20)

komponen sekolah sangat dibutuhkan untuk membentuk efektivitas berjalannya system yang terdapat pada sekolah .

2. Pengelolaan pendidikan pada sekolah belum mendapatkan pendampingan kelembagaan yang memadai. Hal ini karena keterbatasan infrastruktur kelembagaan pembina pendidikan, sehingga ketergantungan pengembangan sekolah relative sangat bergantung kepada kepemimpinan sekolah .

3. Motivasi guru pada khususnya pada umumnya masih dirasakan rendah.Upaya guru dalam meningkatkan kompetensi, kinerja, dan motivasi sebagai bagian perilaku kerja guru merupakan garapan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

4. Kinerja mengajar guru pada umumnya hanya terbatas pada tugas formal yang diemban. Pemahaman guru terhadap pelayanan sekolah masih sangat terbatas.

5. Masih terbatasnya pendanaan sekolah dan partisipasi masyarakat untuk mendukung program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam upaya penyelenggaraan pendidikan bermutu di sekolah.

6. Implementasi Total Quality Management (TQM) yang masih mengalami kendala terkait rendahnya pemahaman, partisipasi, regulasi pengelola sekolah , baik dari tingkat hulu sampai dengan hilir.

SMAN sangat potensial dijadikan sasaran penelitian karena memiliki lingkungan yang heterogen. Dengan demikian variasi perbedaan


(21)

lingkungan ini diharapkan dapat mendukung munculnya gambaran yang objektif tentang Sekolah Produktif

2. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah penelitian yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini ingin mengetahui atau mengukur bagaimana gambaran dan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, motivasi guru, dan pendanaan sekolah terhadap Produktivitas SMAN di Wilayah Priangan Timur.

Masalah penelitian tersebut kemudian peneliti rumuskan sebagai berikut: ”Seberapa besar Kontribusi kepemimpinan kepala Sekolah, Budaya Sekolah, kinerja mengajar guru, Pendanaan terhadap Produktivitas Sekolah baik secara parsial maupun simultan pada Madrasah Aliyah di Provinsi Jawa Timur ?”

b. Rumusan Masalah

Secara sistematis kaitan antar varaibel penelitian tentang kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur digambarkan dalam secara skematik sebagai 2.2 berikut :


(22)

R2

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran dan Hubungan kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah

terhadap produktivitas Sekolah

Keterangan

P1r12 = Kontribusi X1 terhadap Y

P2r22 = Kontribusi X1 terhadap Y

P3r32 = Kontribusi X1 terhadap Y

P4r42 = Kontribusi X1 terhadap Y

R2 = Kontribusi simultan X(1,2,3,4) terhadap Y

P1r12

Budaya Sekolah (X2)

Kinerja mengajar guru (X3)

Pendanaan Sekolah (X4)

Produktivitas Sekolah

(Y) Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1)

P2r22

P3r32


(23)

Secara operasional apabila dijabarkan lebih lanjut ke dalam rumusan masalah adalah sebagai berkut :

1. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?

2. Seberapa besar kontribusi budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur?

3. Seberapa besar kontribusi kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?

4. Seberapa besar kontribusi pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?

5. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah secara bersama-sama terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur

2. Menganalisis kontribusi budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur.

3. Menganalisis kontribusi kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur .


(24)

4. Menganalisis kontribusi pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur .

5. Menganalisis kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah secara bersama-sama terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Diadakannya penelitian tentang produktivitas manajemen pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah produktif melalui kepemimpinan Kepala Sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan Pendanaan Sekolah pada SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti di bidang kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja guru, pendanaan sekolah dan sekolah produktif, sehingga penelitian ini akan menjadi bahan lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur yang membutuhkan guna mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.


(25)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur dalam meningkatkan produktivitas manajemen pendidikan melalui peningkatan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja sekolah, pendanaan sekolah dan sekolah produktif .

3. Manfaat bagi Peneliti Lebih Lanjut

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Metode survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Singarimbun. (1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau firmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan versial antarvariabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan


(26)

memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja mengajar guru

(X3) dan pendanaan sekolah (X4) terhadap sekolah produktif (Y).

Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume, dan sebarannya. Di mana data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas). Dengan demikian, mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rajukan yang cukup akurat.

Sugiyono (2004:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai (objek empiris, asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya.

Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang


(27)

linnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus, maka akan sulit untuk dipelajari.

F. Organisasi (Sistematika) Disertasi

Untuk mempermudah penulisan disertasi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan disertasi sebagai berikut :

Dalam Bab 1 diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikansi penelitian serta struktur (sistematika penulisan)

Dalam Bab II ini diuraikan tentang sekolah produktif, kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru pendanaan pendidikan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian

Dalam Bab III ini diuraikan tentang Pendekatan penelitian, Indikator Variabel Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen, rancangan uji hipotesis dan teknik analisis data

Dalam Bab IV ini diuraikan tentang deskripsi hasil penelitian mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Negeri di Wilayah Priangan Timur, Pengujian Persyaratan Analisis, Hasil Pengujian Hipotesis dan pembahasan hasil penelitian serta strategi peningkatan produktivitas SMA.

Selanjutnya dalam Bab V diuraikan tentang kesimpulan hasil penelitian, implikasi penelitian dan rekomendasi.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Singarimbun. (1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau firmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan versial antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja guru (X3) dan

pendanaan sekolah (X4) terhadap produktivitas sekolah (Y).

Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume, dan sebarannya. Data hasil


(29)

penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas). Dengan demikian, mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rajukan yang cukup akurat.

Sugiyono (2004:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai (objek empiris, asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya.

Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang linnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus, maka akan sulit untuk dipelajari.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari


(30)

yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dalam karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004:57). Pada umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru sebanyak 1678 orang dari 33 SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur.

Adapun untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1

Keadaan Populasi SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur

No Wilayah SMA Jumlah populasi

Garut

1 SMAN 1 Garut 74

2 SMAN 3 Garut 54

3 SMAN 6 Garut 55

4 SMAN 8 Garut 63

5 SMAN 9 Garut 45

6 SMAN 11 Garut 72

7 SMAN 15 Garut 52

Kota dan Kabupaten Tasikmalaya

8 Kota SMAN 1 Tasikmalaya 45

9 SMAN 2 Tasikmalaya 53

10 SMAN 3 Tasikmalaya 55

11 SMAN 4 Tasikmalaya 44

12 SMAN 5 Tasikmalaya 56

13 SMAN 6 Tasikmalaya 57

14 SMAN 7 Tasikmalaya 44

15 SMAN 8 Tasikmalaya 33

16 SMAN 9 Tasikmalaya 44

17 Kabupaten SMAN 1 Singaparna 45

18 SMAN 1 Manonjaya 46

19 SMAN 1 Cineam 43


(31)

21 SMAN 1 Cigalontang 46

22 SMAN 1 Ciawi 45

23 SMAN 1 Cikatomas 56

Kabupaten Ciamis

24 SMAN 1 Ciamis 55

25 SMAN 2 Ciamis 47

26 SMAN 3 Ciamis 57

27 SMAN 1 Baregbeg 56

28 SMAN 1 Cihaurbeuti 47

29 SMAN 1 Panjalu 54

30 SMAN 1 Sindangkasih 50

Kota Banjar

31 SMAN 1 Banjar 54

32 SMAN 2 Banjar 44

33 SMAN 3 Banjar 43

Jumlah 1678

2. Sampel Penelitian

Riduwan (2007:56) mengatakan bahwa: "Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar memprediksi maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) bahwa, ".. mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya." Sukardi (2004:55) mengatakan "untuk penelitian sosial, pendidikan, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan masyarakat yang


(32)

mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat tentang besarnya sampel harus memenuhi syarat representativenees (keterwakilan) atau mewakili semua komponen populasi."

Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2007:65) sebagai berikut

1 . 2

d N N n Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 600 responden

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut. responden 86 71 , 85 78 , 17 1678 1 1 , 0 ). 1678 ( 1678 1 d . N N

n 2 2   

 

 

Jumlah subjek yang besar seperti populasi digunakan untuk menganalisis data, hal itu sah-sah saja, tetapi kalau ada teknik sampel yang dapat digunakan sangat membantu peneliti. Sehingga peneliti dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Yang penting syarat dan prosedur statistika tetap terpenuhi. Karena dasar pengambilan sampel itu untuk


(33)

generalisasi (yaitu hasil dari data sampel diinformasikan menjadi data populasi). Perhitungan selanjutnya yaitu membagi responden secara proporsional 86/10 = 8,6 responden dibulatkan menjadi sembilan responden. Jadi, sampel yang diambil berdasarkan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebesar 86 responden yang setiap sekolah mendapat sembilan angket untuk sembilan orang guru, hal ini dimaksudkan untuk menghindari responden yang, tidak mengumpulkan pengisian angket.

Untuk lebih jelasnya pengambilan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3.2

Keadaan Sampel SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur

No Wilayah SMA Jumlah Sampel

Garut

1 SMAN 1 Garut 2

2 SMAN 3 Garut 2

3 SMAN 6 Garut 2

4 SMAN 8 Garut 2

5 SMAN 9 Garut 1

6 SMAN 11 Garut 2

7 SMAN 15 Garut 2

Kota dan Kabupaten Tasikmalaya

8 Kota SMAN 1 Tasikmalaya 1

9 SMAN 2 Tasikmalaya 2

10 SMAN 3 Tasikmalaya 2

11 SMAN 4 Tasikmalaya 3

12 SMAN 5 Tasikmalaya 3

13 SMAN 6 Tasikmalaya 4

14 SMAN 7 Tasikmalaya 3

15 SMAN 8 Tasikmalaya 4

16 SMAN 9 Tasikmalaya 4

17 Kabupaten SMAN 1 Singaparna 4


(34)

19 SMAN 1 Cineam 3

20 SMAN 1 Jatiwaras 1

21 SMAN 1 Cigalontang 4

22 SMAN 1 Ciawi 4

23 SMAN 1 Cikatomas 4

Kabupaten Ciamis

24 SMAN 1 Ciamis 2

25 SMAN 2 Ciamis 4

26 SMAN 3 Ciamis 2

27 SMAN 1 Baregbeg 2

28 SMAN 1 Cihaurbeuti 4

29 SMAN 1 Panjalu 2

30 SMAN 1 Sindangkasih 4

Kota Banjar

31 SMAN 1 Banjar 2

32 SMAN 2 Banjar 3

33 SMAN 3 Banjar 3

Jumlah 86

C. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi


(35)

yang terdapat baik lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dalam instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatannya di instansi/lembaga yang relevan dengan fokus penelitian.

b. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru sebanyak 33 SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur. Pemilihan dengan model angket ini, di dasarkan atas alasan bahwa : (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan didalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja guru (X3) dan pendanaan

pendidikan (X4) serta produktivitas sekolah (Y). merupakan materi pokok


(36)

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1) Produktivitas sekolah (Y) adalah Produktivitas sekolah (Y) adalah berkaitan deugan keseluruhan proses perencanaan, penataan, dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisa-sikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Ditinjau dari dimensi (a) kebermaknaan proses belajar mengajar; (b) manajemen sekolah; (c) efektivitas budaya sekolah (iklim sekolah yang kondusif); (d) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; (e) out put sekolah (hasil prestasi); (f) out come (benejii); (g) the Administrator Production Function yaitu rungsi manajerial (administrasi) (h) the Psychologist's Production Function (PPF); yaitu fungsi sikap produktif; dan (i) the Economic Production Function yaitu fungsi ekonomi (ekonomis).

2) Kepemimpinan kepala sekolah (X1) adalah pemimpin sekolah bertanggung

jawab atas penyelenggaraan kegiatan (a) edukator (b) manajer;(c) administrator; (d) supervisor; (e) leader; (f) inovator; dan (g) motivator dengan strategi untuk meningkatkan profesionalisme gurunya.

3) Budaya sekolah (X2) adalah pola dasar yang ditemukan atau dikembangkan

oleh sekelompok sekolah, seperti mempelajari penanggulangan masalah yang diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam, yang berjalan cukup baik, diakui secara sah dan oleh karena itu perlu dipikirkan anggota-anggota sekolah sebagai cara yang benar untuk disadari, dipikirkan dan dirasakan


(37)

dalam hubungannya dengan masalah-masalah sekolah. Ada dua nilai yaitu (a) nilai primer dan (b) nilai sekunder

4) Kinerja mengajar guru (X3) adalah merupakan tingkat profesional guru dalam

proses belajar mengajar selama periode tertentu yang diwujudkan melalui : (a) Kemampuan merencakan pembelajaran , (b) Kemampuan melaksanakan pembelajaran dan (c) Kemampuan penilaian pembelajaran

5) Pendanaan Sekolah (X4) merupakan dasar empiris untuk memberikan

gambaran karakteristik keuangan sekolah. Indikator dalam penelitian ini adalah (a) Jenis dan Sumber pembiayaan dan (b) program pembiayaan.

Variabel penelitian tersebut, apabila penulis uraikan secara operasional sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator-indikator

Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X1)

Achievement-oriented leadership

a. Melibatkan guru dengan ekspektasi Tinggi

b. Kepala sekolah menekankan pelaksanaan dan keunggulan

c. Guru diberi tanggung jawab dan menampilkan standar kinerja yang tinggi

d. Melakukan perbaikan kinerja

e. Memiliki kepercayaan diri sehingga guru akan mampu mencapai tujuan yang tinggi

Directive/incremental Leadership

a. Mendelegasikan wewenang yang jelas kepada guru

b. Memberikan motivasi yang jelas kepada guru

c. Memberikan arahan kepada guru nya melalui pengorganisasian,


(38)

Variabel Dimensi Indikator-indikator

pekerjaan.

d. Memberikan bimbingan khusus kepada guru dan menjelaskan harapannya.

e. Guru dilibatkan dalam aspek perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, dan pengendalian oleh kepala sekolah

Participative Leadership

a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan yang

dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi.

b. Kepala sekolah menjadi konsultan bagi gurunya.

c. Kepala sekolah mengumpulkan

masukan dari guru dan

mempertimbangkannya secara serius sebelum membuat keputusan

Supportive Leadership

a. Mempertimbangkan kebutuhan guru, menunjukkan perhatian hak guru, b. Menciptakan iklim organisasi yang

menyenangkan.

c. Kepala sekolah memelihara lingkungan yang kondusif

d. Kepala sekolah menunjukkan perhatiannya terhadap kebutuhan guru seperti menunjukkan perilaku empati.

Budaya Sekolah (X2)

1.Nilai-nilai Budaya Primer.

a. Nilai tujuan organisasi,

b. Nilai pengambilan keputusan secara konsensus,

c. Nilai keunggulan,

d. Nilai kesatuan kepentingan,

e. Nilai imbalan berdasarkan prestasi, f. Nilai empiris,

g. Nilai keakraban, h. Nilai integritas. 2.Nilai-nilai Budaya

Sekunder

a. Nilai yang berfokus pada pelayanan, b. Nilai pengendalian yang disiplin,


(39)

Variabel Dimensi Indikator-indikator

d. Nilai pengambilan keputusan yang cepat,

e. Nilai pengendalian strategik, f. Nilai teknologi unggul. Kinerja

mengajar Guru (X3)

1. Kemampuan merencakan pembelajaran

a. Menentukan Bahan Pembelajaran dan Merumuskan Tujuan

b. Memilih dan mengorganisasikan Materi/Media/Sumber

c. Merancang Skenario Pembelajaran d. Merancang Pengelolaan Kelas

e. Merancang Prosedur dan

mempersiapkan alat Penilaian 2. Kemampuan

melaksanakan pembelajaran

a. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas b. Menggunakan strategi pembelajaran c. Mengelola interaksi kelas

d. Bersikap terbuka, luwes serta mengembangkan sikap positif siswa

e. Kemampuan khusus dalam

pembelajaran salah satu mata pelajaran

3. Kemampuan penilaian pembelajaran

a. Melaksanakan penilaian proses b. Melaksanakan penilaian akhir Pendanaan

sekolah (X4)

Jenis dan Sumber pembiayaan

a. Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi (penyediaan sarana prasarana, pengembangan SDM & modal kerja tetap), biaya operasi (gaji pendidik dan tenaga kependidikan),bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi pendidikan tak langsung) dan biaya personal (biaya pendidikan dari peserta didik)

b. Sekolah mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan secara mandiri

Program pembiayaan a. Adanya program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur


(40)

Variabel Dimensi Indikator-indikator

rasional dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan

b. Sekolah memiliki pedoman

pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada standar pendidikan

Produktivitas Sekolah (Y)

a. the administrator production

function

a. Mutu mengajar guru

b. Kelancaran layanan belajar mengajar sesuai dengan jadwal

c. Layanan keseharian guru terhadap siswa

d. Kepuasaan siswa terhadap layanan mengajar guru pada khususnya dan layanan sekolah pada umumnya e. Kenyamanan ruang kelas sebagai

tempat belajar.

f. Ketersediaan fasilitas belajar

g. Kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah

b. the psychologist productin function

a. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan kognitif,

b. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan sikap

c. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan perilaku

c. the economic productin function

a. Prosentase daya serap lulusan oleh dunia usaha

b. Prosentase lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas


(41)

diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2007:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

rhitung =

   

 

 

 

 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 . . . . Y n X X n Y X Y X n i i Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

t hitung =

2 r 1 2 n r   Keterangan : t = Nilai

r = Koefisien korelasi hasil r n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya


(42)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 - 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 - 0,799 : tinggi

Antara 0,400 - 0,599 : cukup Antara 0,200 - 0,399 : rendah

Antara 0,000 - 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliability internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rrumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut :

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan :

Si = Varians skor tiap-tiap item

2 i

X = Jumlah kuadrat item Xi

(

2

) i

X = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :

Si = Jumlah varians semua item

S1, S2, S3…n = Varians item ke-1, 2, 3, ….n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

SiS1S2S3...Sn

Si =

N N X X i

2 2 1 ) (


(43)

Keterangan :

St = Varians total

2 t

X = Jumlah kuadrat X total

(

2

) t

X = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Keterangan :

R11 = Nilai reliabilitas

S1 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

Sr = Carians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

   

 

 

  2 2 2 . . . . Y Y n X n Y X XY n

rb (Riduwan 2007:115-116)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut r awal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni : r11 =

b b r r  1 . 2

. Untuk mengetahui koefisien

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk a = 0,05 atau a = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n-2). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel Adapun kaidah keputusan : Jika r11

> r tabel berarti Reliabel r11 <rtabel berarti Tidak Reliabel.

           

t S S k k

r11 . 1 1

1

 

N N X X S t t t

 2 2


(44)

2. Rancangan Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, adapun untuk menguji penulis melakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :

a. Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan)

Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik dirumuskan:

Ha : ryx1 =ryx2 = ryx30

Ho : ryx1 =ryx2 = ryx3 =0

Hipotesis bentuk kalimat.

Y = F (X1; X2 X3 X4) : Kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah,

kinerja guru dan pendanaan sekolah secara simultan berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

b. Pengujian Secara Individual

1) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah

Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : ryxk≥ 0

H0 : ryxk = 0


(45)

Ha : Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Ho : Kepemimpinan kepala sekolah tidak berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut,

a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

2) Budaya Sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah

Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : ryxk≥ 0

H0 : ryxk = 0


(46)

Ha : budaya sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Ho : budaya sekolah tidak berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut,

c) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

d) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

3) Kinerja guru berkontribusi berpengaruh positip produktivitas sekolah

Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : ryxk≥ 0

H0 : ryxk = 0


(47)

Ha : Kinerja guru berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Ho : Kinerja guru tidak berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut,

e) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

f) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

4) Pendanaan Sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah

Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : ryxk≥ 0

H0 : ryxk = 0


(48)

Ha : Pendanaan sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Ho : Pendanaan sekolah tidak berpengaruh positip terhadap produktivitas sekolah.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut,

g) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

h) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

E. Teknik Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data, Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS (Statist Product and Service Solution) versi 17.


(49)

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis) dengan menggunakan korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya hubungan dan kontribusi variabel X1, X2 dan terhadap Y. Analisis ini untuk mengetahui

kontribusi atau sumbangan budaya sekolah, dan kinerja guru secara simultan terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut:

   

 

 

  2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rxy

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = - 1 artinya korelasinya negatif sempurna r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r =1 berarti korelasinya sangat kurang. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai sebagai berikut.

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Sumber: Riduwan (2008:138)


(50)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

Keterangan : t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

KD = Nilai Koefisien Diterminan (Kontribusi antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.

Mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama

terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

2 1

2

r n r thitung

 

KD = r2 x 100%

 

2 2

2 . 1 .

2 r rX X

r

r  


(51)

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 17 .


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada temuan-temuan hasil penelitian yang berjudul

“Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja Guru,dan Pendanaan Sekolah, (Studi pada SMAN di Wilayah Priangan Timur), dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah Priangan Timur adalah rendah hal ini karena masih terdapat beberapa indikator seperti belum optimalnya pelibatan guru dalam dengan ekspektasi tinggi dalam berbagai kegiatan di sekolah, belum jelasnya pendelegasian wewenang kepada guru serta kurangnya perhatian dalam mengembangkan sumber daya guru. 2. Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah Priangan Timur adalah

rendah hal ini karena masih terdapat beberapa indikator yang belum dilaksanakan secara optimal seperti belum menunjangnya nilai-nilai budaya primer maupun budaya primer dalam menciptakan budaya sekolah yang saling mendukung.

3. Kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah Priangan Timur adalah rendah, hal ini karena masih terdapat beberapa indikator seperti kemampuan merencanakan, melaksanakan dan kemampuan melakukan penilaian pembelajaranyang belum dilaksanakan secara optimal.


(53)

4. Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah Priangan Timur adalah rendah hal ini karena masih kurang menunjangnya sumber pembiayaan terhadap kegiatan operasional sekolah serta belum jelasnya program pembiayaan bagi setiap sekolah.

5. Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur adalah rendahhal ini karena masih belum optimalnya pengelolaan administrasi sekolah, belum berjalannya fungsi pelayanan pendidikan serta belum optimalnya fungsi ekonomi sekolah sehingga hal ini berdampak pada belum tercapainya sekolah yang produktif sesuai yang diharapkan.

6. Kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap produktivitas sekolah. Artinya bahwa semakin baik kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya maka produktivitas sekolah akan semakin meningkat. 7. Budaya sekolah memberikan kontribusi terhadap produktivitas sekolah.

Artinya bahwa semakin menunjangnya budaya sekolah dalam pencapaian visi dan misi sekolah maka produktivitas sekolah akan semakin meningkat.

8. Kinerja mengajar guru memberikan kontribusi terhadap produktivitas sekolah artinya bahwa semakin baik kinerja guru maka produktivitas sekolah akan semakin meningkat.

9. Pendanaan sekolah memberikan kontribusi terhadap produktivitas sekolah artinya bahwa semakin baik pendanaansekolah maka produktivitas sekolah akan semakin meningkat.


(54)

10.Kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja guru dan pendanaan sekolahmemberikan kontribusi terhadap produktivitas sekolah dengan demikian semakin baik kepemimpinan kepala sekolah, budayasekolah, kinerja guru dan pendanaan sekolah maka produktivitas sekolah akan semakin meningkat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian tentang kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja guru dan pendanaan sekolah terhadap produktivitas sekolah, peneliti memandang perlu untuk memberikan rekomendasi kepada sekolah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan untuk dapat menerapkan participative leadership, directive leadership, dan supportive leadership sehingga di antara keempat kategori kepemipinan tersebut dapat dijalankan secara berimbang dalam menghadapi berbagai situasi sekolah, sebab dari ke empat kategori kepemimpinan tersebut yang paling baik adalah achievement oriented. 2. Mengembangkan berbagai upaya untuk meningkatkan budaya percaya di

antara semua civitas akademika serta meningkatkan budaya optimnisme akademik agar target prestasi akademik sekolah semakin meningkat.

3. Mengembangkan upaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui berbagai kegiatan MGMP maupun workshop sebagai bagian dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas profesi.


(55)

4. Meningkatkan ketersediaan pendanaan sekolah yang diharapkan dapar memenuhi kebutuhan sekolah dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah, dengan tersedianya pendanaan yang memadai maka sekolah dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.

5. Mengembangkan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dalam fungsi administrasi dan psikologis untuk mewujudkan keseimbangan dalam tiga fungsi produktivitas.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan, H. 2005. Aplikasi dan metode penelitian untuk administrasi. dan Alreek, Pamela L., & Robert R. Settle, (1995). The Survey Research Hand Book, Chicago: Irwin.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidika. Jakarta: Bumi Aksara. Cetakan Ke-11.

Arni, M. 1996. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharuddin, H. 1983. Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya. Berg, G. dkk. 1993, Behavior and organization, 4 th ed, Allyn and Bacon.

Inc.,USA.

Budiadji, D. 2004. Personnel and HR Management Training Program. Diberikan pada Training HRM. Bandung: Lambert Consult.

Buchari, I. (2008), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Byars, dkk. 1984, Human resources and personnel management. Richard D. Iriwin, Inc., Illinois.

Cheng, Y.C. 1996. School Effectiveness & School-based Management A Mechanism for Development.London: The Falmer Press.

Cuttance, P. 2001. Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge society. Department of Education Australia.

Damin, S. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

De, L. dkk. 1994, Human resource manangement, Concept and Practices. John Willy and Sons, Inc., Canada.


(57)

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan 2003. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar.

Dharma. A. 2007. Manajemen Supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djati Sidi, I. Pendidikan dan Peran Guru dalam Era Globalisasi. dalam majalah Komunika No. 25 /tahun VIII/2000.

Engkoswara. 1997. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Engkoswara. 2002, Paradigma Manajemen Penidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung:Yayasan Amal Keluarga.

Fattah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattan, N. (2000), Manajemen Berbasis Sekolah : Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV Andira.

Gaffar, F.M. 1987. Perencanaan Pendidikan, Teori dan Metodologi. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Gibson, J. L., John M. Ivancevich and James H. Donelly, Jr. 1991. Organizations: Behaviour, Structure, Processes.Homewood, III: Richard D. Irwin.

Gomes. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

H.A.R, T. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21.Magelang: Tera Indonesia.

Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Heresy, P. and Blanchard, K. 1998 Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumber Daya Manusia.Penerjemah Agus Dharma, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hoy, W.K. and Miskell, Cecil G. 2001. Educatonal Admnistration, Theory, Research, and Practice.(6 th ed., international editon) Singapore: Mc Graw Hill Co.


(1)

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan 2003. Standar

Kompetensi Guru Sekolah Dasar.

Dharma. A. 2007. Manajemen Supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djati Sidi, I. Pendidikan dan Peran Guru dalam Era Globalisasi. dalam majalah Komunika No. 25 /tahun VIII/2000.

Engkoswara. 1997. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Engkoswara. 2002, Paradigma Manajemen Penidikan Menyongsong Otonomi

Daerah. Bandung:Yayasan Amal Keluarga.

Fattah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattan, N. (2000), Manajemen Berbasis Sekolah : Strategi Pemberdayaan Sekolah

dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV

Andira.

Gaffar, F.M. 1987. Perencanaan Pendidikan, Teori dan Metodologi. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Gibson, J. L., John M. Ivancevich and James H. Donelly, Jr. 1991. Organizations:

Behaviour, Structure, Processes.Homewood, III: Richard D. Irwin.

Gomes. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

H.A.R, T. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

Perspektif Abad 21.Magelang: Tera Indonesia.

Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Heresy, P. and Blanchard, K. 1998 Manajemen Perilaku Organisasi

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia.Penerjemah Agus Dharma, Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Hoy, W.K. and Miskell, Cecil G. 2001. Educatonal Admnistration, Theory,

Research, and Practice.(6 th ed., international editon) Singapore: Mc Graw

Hill Co.


(2)

Jalal. F. (2005), Kebijakan Pendidikan dalam Profesionalisme Pendidik dan

Tenaga Kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan,

Bandung: FIP UPI.

Keith D, & John W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yuki, 1992. Organizational Behaviour and

Personnel Psychology. Penerjemah Muh. Shobaruddin. Jakarta: Rineka

Cipta.

Komariah, A. dan Triatna Cepi. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Kossen, S.B. 1996. Aspek-Aspek Manusiawi Dalam Organisasi. Edisi III. Siregar, Jakarta: Erlangga.

Bambang, Kusriyanto. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Kusriyanto, B. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Maarif, S. 2003. Strategi Kompetensi Aparatur Guna Mengantisipasi Kebutuhan

Sektor Pelayanan Publik. Orasi Ilmiah. Wisuda XXII. Bandung: STIA

LAN.

Malayu, S.P. H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara. Mali, P. 1978. Improving Total Produktivity : MBO Strategic for Business,

Government and Not For Profit Organization, John Wiley & Son's Inc., New York.

Mangkunagara, P.A. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaa. Cetakan ke-3 Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhibbin, S. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhtar dan Iskandar .2009.Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.


(3)

Mulyasa, E. 2007.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nasution, 2005, Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Nawawi, H. 1990. Administrasi Personal. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Oliver E. dan Wilson John, 1999, Security manual (Pedoman Tindakan

Pengamanan). Cipta Manunggal, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2006 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor : 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999.

Purwanto, N.M. 2009 Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogjakarta: LkiS

Ridwan. 2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rivai ,V. & Murni, Sylvina .2008. Education Management. Jakarta. Rajawali Pers.

Rochman. 2000. Motivasi Berprestasi dan Produktivitas kerja pengawas. [on-line].

http://pusdiklatteknis.depag.go.id/index.php/motivasi-berprestasi-dan-produktifitas-kerja-pengawas.html

Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung : Refika Aditama.

Rois, A. dkk, 2003. Perilaku Organisasi. Malang: Bayu Media.

Sallis, E.. 2008.Total Quality Management In Education. Terjemahan oleh Riyadi Ali Ahmad & Fahrurrozi. Yogjakarta: Ircisod.


(4)

Sartika, I. Dewi. 2002. Quality Service In Education. Edisi Khusus Untuk

Kalangan Mahasiswa, Bandung: Kantor Yayasan Potensia.

Saud , U.S. .2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Scheerens, J. 2003. Improving School Effectiveness. United Nation Educational, Scientific, & Cultural Organization UNESCO.

Schermerhorn, J.R., Jr. 1984. Management for Productivity. New York: John Willey & Sons Inc.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Saya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Siagian, S.P. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Siagian, S.P. 2003. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung.

Siagian, S.P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Silalahi dan Barnet. 1995. Manajemen Integratif. LPMI.

Simamora, H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:STIE YKPN.

Singarimbun, M.1995. Metode Penelititan Survei. Jakarta: LP3S.

Spencer, L.M. and Spencer. 1993. Competence at Work: Model for Superior

Performance. New York: John Wiley and Sons Inc.

Stepphen, P. Robbins, 1989. Organizationa Behaviour : Concepts, Controversies,

Apllications. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Strees, R. M., 1985, Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2004, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.


(5)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Wahjo, S. 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Surakhmad, W. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryadi, Ace dan Mulyana, W. 1993. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan

Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cardimas Metropole.

Surya, M. 2005. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu.

Sutermeister, R.A. 1976. People and Peoductivity. Third Edition. New York: Mc.Graw Hill Book Company.

Sutisna, O. 1987. Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Nasional. Bandung:Angkasa.

Syafaruddin dan Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Syafaruddin. 2002.Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep,Strategi

dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo.

Samsudin, S. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia Bandung : CV. Pustaka Setia.

Thomas, A.J. 1971. The Produtive School, A System Analysis Approach to

Educational Administration. New York: john wiley & Son, Inc.

Tilaar, H.A.R.1999. Manajemen Pendidikan National. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen MKDK. 2003. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.


(6)

Wahjo, S. 1995. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Wahjo, S. 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Woekirno, S. 1979. Faktor-Faktor Produktivitas Karyawan. Jakarta: Gramedia. Yutmini, S. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH, DAN KINERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DI SMA NEGERI KABUPATEN PRINGSEWU

2 30 105

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 13

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMAN KOTA BINJAI.

0 1 12

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KETERAMPILAN GURU Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Ketrampilan Guru Terhadap Kinerja Guru SD Di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

0 1 14

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KETERAMPILAN GURU Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Ketrampilan Guru Terhadap Kinerja Guru SD Di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

0 1 16

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah Dasar Di Ekskawedanan Ambarawa Kabupaten Semarang

0 2 14

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU.

0 0 22

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH :Studi Deskriptif Analitik terhadap Persepsi Guru SMA Negeri SSN di Kota Bandung.

0 1 61

Microsoft Word PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR TRISNO MARTONO

1 2 38