REPRESENTASI BUDAYA POPULER DALAM NOVEL B-JELL CHEERS KARYA THALIA SALSABILLA.

(1)

Karya Thalia Salsabilla

(Tinjauan Sosiologi Sastra)

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh

Rangga Saputra 0608405

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

=============================================================

Representasi Budaya Populer

dalam Novel

B-Jell Cheers

Karya Thalia Salsabilla

(Tinjauan Sosiologi Sastra)

oleh Rangga Saputra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Rangga Saputra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

oleh Rangga Saputra

0608405

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Sumiyadi, M. Hum. NIP 196603201991031004

Pembimbing II

Dra. Nenden Lilis Aisyah, M. Pd. NIP 197109262003122001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Ansori, S.Pd., M.Si.


(4)

ABSTRAK

REPRESENTASI BUDAYA POPULER DALAM NOVEL B-JELL CHEERS KARYA THALIA SALSABILLA

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) Rangga Saputra

0608405

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan sastra anak yang semakin berkembang pada masa sekarang dan kurang didukung penelitian akademisi mengenai sastra anak serta belum adanya penelitian mengenai telaah representasi budaya populer terhadap cerita anak dalam novel. Karya-karya sastra (novel) Kecil-Kecil Punya Karya terbitan Dar! Mizan pada umumnya memiliki tampilan, pilihan topik dan kemasan yang jika dilihat secara sekilas mempunyai kesamaan (homogen). Semua selalu berkutat dengan gambaran budaya populer. Hal ini dirasa menarik oleh penulis untuk dijadikan sebuah penelitian sastra.

Oleh karena itu, permasalahan yang ingin dipaparkan sekaligus dibahas dalam penelitian ini oleh penulis, yaitu bagaimanakah struktur novel B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla dan bagaimana representasi budaya populer dalam novel anak B-Jell Cheers tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran struktur novel, sekaligus memaparkan representasi budaya populer yang tampak dalam karya sastra anak (novel) yang berjudul B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla.

Penulis menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui struktur novel sekaligus representasi budaya populer dalam novel B-Jell Cheers. Kemudian, melalui pendekatan sosiologi sastra penulis berusaha untuk mengetengahkan seperti apa representasi budaya populer yang terlihat dalam novel yang berjudul B-Jell Cheers tersebut.

Produk-produk yang kita kenal di era sekarang telah mengantarkan penulis dalam penelitian ini untuk memaparkan representasi dari budaya populer yang terjadi pada sisi lingkungan-sosial anak-anak. Repersentasi budaya populer itu ternyata bisa terlihat pada novel ini melalui keragaman produk budaya masyarakat yang ada, contohnya: produk elektronik, makanan, dan berbahasa. Di sini, hal itu bisa tercermin dalam novel anak tidak lain sebagai bagian potret kehidupan lingkungan sosial anak-anak saat ini. Semua itu didukung pula oleh sarana dan fakta cerita dalam novel B-Jell Cheers ini sebagai sebuah struktur yang bisa mengarahkan penulis pada macam-macam representasi bentuk budaya populer dalam novel anak karya Thalia Salsabila tersebut.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Akademis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

1.5Definisi Operasional ... 10

BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Sastra Anak ... 14


(6)

2.2 Struktur Cerita Anak ... 16

2.2.1 Tokoh ... 16

2.2.2 Alur ... 18

2.2.3 Latar ... 19

2.2.4 Penceritaan ... 21

2.2.5 Gaya Bahasa ... 22

2.2.6 Tema ... 23

2.3 Sosiologi Sastra ... 24

2.4 Representasi ... 27

2.5 Budaya Populer ... .... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 34

3.2 Sumber Data ... 35

3.3 Teknik Penelitian ... 35

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.2 Teknik Pengolahan Data ... 37

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Struktural Novel Anak B-Jell Cheers ... 41

4.1.1 Analisis Struktur ... 41

4.1.1.1 Tokoh ... 41


(7)

4.1.1.2.1 Pengaluran ... 63

4.1.1.2.2 Alur ... 68

4.1.1.3 Latar ... 73

4.1.1.3.1 Latar Tempat ... 73

4.1.1.3.2 Latar Waktu ... 79

4.1.1.3.3 Latar Sosial ... 81

4.1.1.4 Penceritaan ... 82

4.1.1.5 Gaya Bahasa ... 84

4.1.1.6 Tema ... 85

4.2 Representasi Budaya Populer dalam Novel Anak B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla ... 85

4.2.1 Budaya Populer dalam Fakta Cerita dan Sarana Cerita ... 87

4.2.2 Budaya Populer pada Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla dan Representasi Lingkungan Sosial Anak Masa Kini ... 100

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 111

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan kesusastraan kita saat ini sudah memasuki perkembangan yang cukup memuaskan. Apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan dan kesenian lokal—maupun asing—dapat dijadikan tolok ukur perkembangannya. Memasuki milenium ketiga yang ditandai dengan perubahan formasi sosial politik masyarakat yang dikenal dengan reformasi, masyarakat budaya atau masyarakat yang berbudaya serta kegiatannya itu telah berkembang dalam tatanan yang lebih baik. Begitu pula dengan perkembangan dari sebuah seni yang menggunakan medium bahasa sebagai alat penyampainya, yang kita kenal sebagai (karya) sastra, hadir dengan lebih baik kepada para penikmatnya (pembaca).

Sebagaimana dikemukakan oleh Wellek dan Warren (1989: 101) bahwa

“sastra memakai kata sebagai medium.” Hal itu yang menjadikan karya sastra

dapat berdiri dan sejajar dengan seni lain sebagai “produk” manusia dalam

berbudaya. “Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa” (Wellek dan Warren, 1989: 19).

Zaman demi zaman pun telah mengantarkan kita pada perubahan-perubahan dalam segala aspek. Istilah globalisasi sering kita dengar sebagai bentuk pernyataan pada perubahan-perubahan apa yang terjadi saat ini—hal ini tampak jelas terlihat dalam bidang industri dan komunikasi (ataupun diistilahkan


(9)

industri komunikasi). Globalisasi ini dipaparkan oleh Ohmae (Supardan, 2007: 145), yaitu:

Istilah globalisasi merujuk pada implikasi tidak berartinya lagi jarak nasional, regional, maupun teritorial sehingga apapun yang terjadi dan berlangsung di satu tempat, bukan jaminan bahwa kejadian atau peristiwa tersebut tidak membawa pengaruh di tempat lain.

Begitu pula kita di dalamnya—sebagai sebuah unsur sosial dan budaya (masyarakat; yang sadar atau tidak sadar)—turut mendukung dan berperan dalam apa yang disebut sebagai globalisasi tersebut. Oleh sebab itu, mungkin memang pantas pemunculan istilah lainnya hadir sebagai apa yang dikatakan dengan

masyarakat global pada era sekarang.

Sebagai masyarakat berbudaya, masyarakat global ikut aktif dalam perkembangan yang ada. Ditandai dengan sebuah keseragaman (homogenitas) pada tren tertentu, produk, sekaligus budaya yang hadir di tengah masyarakat, juga sesuatu yang (menjadi) populer. Lalu, munculah apa yang dinamakan dengan budaya populer.

Ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi saat berada dalam lingkaran kesatuan yang menyemesta ke segala arah (arus globalisasi) ini telah mengantarkan perubahan sikap atau perilaku masyarakat global. Termasuk di dalamnya adalah masyarakat sebuah bangsa. Positif atau negatif, efek yang ditimbulkan terkadang terlalu kuat, sehingga menciptakan beberapa permasalahan pada bidang-bidang tertentu dan pencerahan pada bidang lainnya.

Hal itu menjadi suatu lingkungan atau sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji. Sebagaimana dikatakan oleh Supardan (2007: 146) bahwa “globalisasi dapat dianalisis secara kultural, ekonomi, dan politik/institusional.”


(10)

3

Pada era atau zaman yang sering kita sebut zaman globalisasi ini, sastra (tidak terkecuali budaya) pun tidak bisa terlepas dari pengaruh yang sedang terjadi sampai saat ini—yang kemudian muncul istilah budaya populer dengan kajiannya dalam beberapa literatur ilmu budaya dan sosial. Demikian pula pengaruh tersebut terhadap para penulis maupun pembacanya sebagai masyarakat budaya ataupun masyarakat global itu sendiri.

Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca memanjakan fantasinya, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karenanya, “mempermainkan” emosi pembaca sehingga ikut larut ke dalam arus cerita (Nurgiyantoro, 2005: 3).

Tidak terkecuali pada sastra anak saat ini. Lingkungan sosial-budaya yang kian meresap dalam setiap karangannya terkadang mengandung unsur-unsur yang memperlihatkan tren atau sebuah produk budaya dari luar (asing) dengan

mengesampingkan budaya lokal, gaya hidup, dan karakteristik anak serta moral bangsa sendiri. Atau, mungkin mengandung apa yang kita namakan dengan budaya populer. Kemungkinan saja hal itu bisa tercermin dari karya sastra, maupun sikap dan perhatian para penulisnya dalam melihat karakter anak-anak masa kini dengan lingkungannya.

Budaya (juga bahasa), tontonan, produk, dan gaya hidup yang lebih disukai anak-anak sekarang lebih bertitik-tolak pada kebudayaan luar atau kebudayaan yang lebih populer. Contohnya, tokoh Superman menjadi sebuah ikon superhero di mata anak-anak sekarang ketimbang tokoh rekaan pewayangan atau tokoh-tokoh superhero karya cipta bangsa sendiri, seperti: Si Buta dari Gua Hantu, Gondala Putra Petir, dll. Hal-hal yang berbau Disney (termasuk segala


(11)

produknya) dan hal-hal lainnya lebih sering muncul di tengah perilaku para tokoh cerita yang terekam dalam sastra anak saat ini. Adapun, gaya hidup serta lingkungan-sosial dalam karya sastra yang tergambarkan cenderung bersifat kosmopolitan.

Hal di atas bisa saja terjadi sebab pada karya sastra sebagaimana yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren (1989: 119) menyatakan, bahwa:

Mode adalah gejala yang penting dalam sastra modern. Dalam masyarakat modern yang cair dan penuh persaingan, norma-norma kelas atas cepat ditiru dan cepat pula diganti dengan yang baru. Perubahan selera yang sangat cepat akhir-akhir ini, menunjukkan renggangnya hubungan seniman dan masyarakat.

Perkembangan sastra anak sendiri di tanah air sudah menunjukkan taraf peningkatan yang lebih baik. Beberapa media mulai memberikan ruang-ruang khusus bagi penulis dan anak-anak dalam berkarya serta menyalurkan kreativitas seni. Gambaran karya sastra mereka teridentifikasi saat ini dalam bentuk rubrik khusus untuk anak pada sebuah media cetak setiap minggunya, misalnya Kompas (Anak). Pada ruang khusus seperti itu, kita dapat melihat karya-karya sastra (dalam bentuk cerpen atau puisi) anak tersebut. Atau, kita juga bisa melihatnya dalam bentuk novel (seri Kecil-Kecil Punya Karya [DAR! Mizan]) dan kumpulan cerpen dengan keragaman temanya di toko-toko buku. Semua itu dapat mengindikasikan bagaimana produktivitas dan kuantitas para penulisnya, khususnya penulis anak-anak di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh Sopian (2011: 4) bahwa:

Pada tahun 2000-an, bacaan anak kembali marak, banyak bermunculan karya anak yang diterbitkan. Seperti penerbit Mizan yang menerbitkan Kecil-Kecil Punya Karya yaitu kumpulan karya sastra anak yang khusus ditulis oleh anak-anak. Lalu ada penerbit Salamadani, yang giat menerbitkan sastra anak melalui salah satu lininya, Chilpress.


(12)

5

Sebagai sebuah eksistensi kepenulisan dan karya anak itu, Penerbit Mizan memberikan ruang terhadap penulis anak dan penggemarnya dalam sebuah komunitas yang dikenal dengan sebutan Kecil-Kecil Punya Karya. Dengan beragam tema dan karya yang dihasilkannya, mereka berkompetisi untuk menghasilkan karya terbaiknya. Karya-karya mereka bermunculan menyemarakan antusiasme para pembaca anak-anak pada tahun-tahun belakangan ini.

Hal itulah yang menandakan bahwa perkembangan sastra anak dinilai cukup baik di tanah air kita ini. Dari karya-karyanya yang telah terbit hingga sekarang itu, dapat dibayangkan bahwa telah adanya sebuah kreativitas, produktivitas, serta kemauan yang besar dari pengarangnya (penulis anak) untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Namun, tidak lama ini pemberitaan media justru menilai dan menyatakan bahwa ada beberapa isi cerita dan karakteristik tokoh dalam sebuah prosa anak (bacaan anak) tidak sesuai untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Misalnya, dalam pemberitaan Liputan 6 SCTV pukul 17: 19 WIB tanggal 21 April 2012, yang memberitakan bahwa “kualitas buku pelajaran sekolah makin memprihatinkan. Ternyata sejak di sekolah dasar, anak-anak telah disuguhkan cerita dan gambar mengenai kekerasan, kawin-cerai, istri simpanan, hingga balas dendam”. Oleh sebab itu, hal ini yang patut dijadikan bahan kajian ataupun perhatian semua pihak untuk menjaga atau memelihara anak-anak dalam bersastra, atas dasar mutu dan kualitas bacaan/karya sastra bagi pertumbuhan anak-anak.

Terlepas dari kelahirannya, sastra-sastra anak itu seolah tidak berarti apa-apa, apabila kesusastraan anak tersebut sepi dari penilaiannya—misalnya dalam


(13)

media cetak/elektronik. Sedangkan, kekuatan sebuah karya didukung pula oleh keberadaan para pembacanya yang mempunyai potensi untuk menanggapi atau mengapresiasi itu semua. Bahkan, mungkin diperlukan pula peran serta kita para orangtua untuk mengkaji dan membimbing bibit-bibit kepengarangannya (maupun para pembacanya) agar mereka bisa tumbuh dan berkembang baik di dalam khazanah kesusastraan Indonesia saat ini.

Pentingnya sisi apresiasi seseorang terhadap karya sastra adalah agar kita bisa menikmati dan memaknai kehidupan di dalamnya serta kehidupan di luar karya sastra tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2005: 3)

bahwa “Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang

menyenangkan.” Dalam fungsinya yang lain, sastra memang seharusnyalah bisa

memberikan hiburan sekaligus informasi dan pengetahuan bagi pembacanya. Namun, seperti yang dikatakan Kurniawan (2009: 3):

Ironisnya, berdasarkan pengamatan penulis, keberadaan buku yang mengkaji dan membahas sastra anak masih relatif sedikit. Sepertinya sastra anak yang mempunyai karakteristiknya sendiri, harus tersisih dengan perkembangan sastra serius (literature). Padahal, buku dan teori kajian sastra terhadap sastra anak menjadi elemen penting dalam meningkatkan apresiasi anak terhadap sastra lebih dini. Boleh jadi, rendahnya tingkat baca dan apresiasi anak-siswa terhadap karya sastra terjadi karena penanaman pengetahuan apresiasi sastra sejak anak-anak gagal.

Akan tetapi, penulis tidak menutup mata pada apa yang sudah ada beberapa tahun setelahnya. Pengkajian terhadap karya sastra anak, baik dalam bentuk buku atau skripsi, telah ada saat ini. Seperti sebuah penelitian sastra yang dilakukan oleh Sopan Sopian dengan judul Penceritaan Cerita Pendek Anak dalam HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010 dan


(14)

7

Minggu Tahun 2008 oleh Ferry Fauzi Hermawan. Namun, ada kiranya suatu kajian tertentu tidaklah sama dengan kajian yang lainnya. Perspektif setiap apresiasi dari segala arah justru mungkin akan mengimbangi cepatnya laju perkembangan sastra (anak) dan unsur-unsur kebaruannya saat ini.

Selain itu, setiap kajian mungkin bisa menambah keberagaman apresiasi terhadap karya sastra anak itu. Dengan demikian, saat ini penulis masih menganggap kurangnya sebuah penelitian sastra anak ataupun tulisan yang berupa resensi atau kritik sastra pada media massa terhadap karya sastra anak (khususnya pada karya Kecil-Kecil Punya Karya) sebagai sebuah apresiasi karya sastra tersebut.

Karya sastra anak di tengah perkembangan dan perpaduan budaya (khususnya budaya asing dan yang populer) serta nilai yang ada di era globalisasi ini mungkin dapat diamati apakah ada pengaruhnya pula terhadap perkembangan anak dalam karya sastranya di tanah air kita ini. Jika, menurut Rosalind Engle:

“Kesiapan imaji berawal pada kelahiran dan mencakup semua aksi dan

interaksi antara anak-anak dan anggota masyarakat/lingkungan mereka. Sastra memberi/menjadi suatu pengaruh dalam kehidupan sang anak sebaik orang tua atau anak-anak lainnya ingin berbagi rasa mengenai hal tersebut dan sang anak memberi respons atau menanggapinya.” (Tarigan, 1995: 56)

Pernyataan itu mengindikasikan masyarakat dan lingkungannya mempunyai pengaruh terhadap kepengarangan dan kepenulisan anak-anak dalam berkarya (bersastra).

Ketertarikan penulis pada kajian sastra anak dalam penelitian ini berangkat dari perhatian terhadap pengaruh lingkungan kebudayaan yang populer—seperti yang sedikit diruaikan di atas—yang tergambarkan dalam sastra anak.


(15)

Ketertarikan penulis pun didorong oleh anggapan bahwa suatu kajian terhadap sastra anak saat ini masih kurang berkembang.

Singkatnya, penulis berusaha mengkaji sesuatu yang telah terjadi pada bentuk terkait perkembangan aspek budaya (populer/pop) dan karakteristik sastra anak-anak zaman sekarang, khususnya novel anak yang ditulis oleh anak-anak dengan judul B-Jell Cheers.

Kajian aspek budaya yang penulis maksudkan di sini nantinya mengarah pada sisi budaya populer (ataupun biasa disebut “budaya pop” saja) yang terepresentasikan dalam karya sastra anak di dalam unsur-unsur karya sastra. Oleh karena itu, penulis memberi judul penelitian ini “Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla (Tinjauan Sosiologi Sastra)” tidak lain adalah sebagai suatu kajian atau tinjauan sosiologis (sosiologi sastra) terhadap karya sastra anak. Penulis berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana representasi budaya populer dalam novel tersebut, karena sastra sampai saat ini merupakan sebuah cerminan. Dalam hal ini, sastra adalah suatu produk sosial yang bisa dijadikan pengacuan terhadap fenomena lingkungan-sosial yang terjadi dalam kebudayaan anak-anak di era sekarang.

1.2Rumusan Masalah

Berangkat dari pemaparan penulis di atas, penelitian ini nantinya mengetengahkan beberapa permasalahan dalam karya sastra anak yang berjudul

B-Jell Cheers, antara lain:


(16)

9

2. bagaimanakah representasi budaya populer dalam novel B-Jell Cheers

tersebut?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran melalui analisis deskriptif mengenai hal-hal berikut:

1. struktur novel B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla;

2. representasi budaya populer pada novel B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penulis mengharapkan agar hasil yang didapat bisa digunakan untuk menambah pembendaharaan kepustakaan tentang ilmu sastra yang berkaitan dengan fenomena budaya populer di Indonesia. Penulis juga berharap agar penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan acuan peneliti-peneliti lain yang tertarik mengadakan penelitian tentang sastra anak dalam masyarakat yang berfokus pada kajian sosiologi sastra.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat, di antaranya:

1. menambah wawasan pengkajian kesusastraan, khususnya dalam mengkaji sebuah budaya populer dalam karya sastra anak;


(17)

2. menambah wawasan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian terhadap sastra anak dan penelitian pada umumnya;

3. menambah pengetahuan tentang karya sastra;

4. menambah bahan rujukan bagi masyarakat untuk mengetahui tentang representasi budaya populer dalam sastra anak;

5. menambah bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti ataupun yang tertarik terhadap kajian tentang sastra anak;

6. menambah bahan rujukan yang tertulis bagi orang-orang/instansi kemasyarakatan yang terlibat dalam bidang anak dan permasalahannya.

1.5Definisi Operasional

Sebagai panduan dalam memahami maksud-maksud yang dirujuk oleh penulis dalam penelitian ini mengarah pada definisi sebagai berikut:

a) Representasi

Representasi merupakan kata yang diserap dari „representing‟ (bahasa Inggris). Kata ini memiliki arti yang menunjuk pada perbuatan mewakili, keadaan diwakili, apa yang mewakili, dan perwakili (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Di dalam bidang seni/kesenian, istilah ini muncul sehubungan dengan adanya pandangan bahwa seni merupakan gambaran, tiruan, dan cerminan (representasi) kenyataan.

Kata representasi mengandung makna penggambaran (pencerminan) yang melambangkan kenyataan (Sumardjo, 2000: 76). Sehubungan dengan karya sastra/seni, menurut Sumardjo (Aisyah, 2003: 12) pengarang dalam


(18)

11

menggambarkan atau melakukan pencerminan kenyataan ini dapat dengan sekadar mendeskripsikan kenyataan tersebut, dapat pula mengubahnya, memutarbalikkannya, atau membuatnya sebagai kenyataan khayali yang baru. Apa yang direpresentasikannya pun dapat berupa kondisi sosial yang sebenarnya; dapat berupa kondisi yang diimpikannya (diidealkan), dapat pula penolakan terhadap kondisi kenyataan tersebut. Dengan demikian, yang direpresentasikan dapat terdiri atas nilai sosial, nilai ideal, atau kedua-duanya.

Penulis memberikan pengertian terhadap kata representasi di sini tidak berbeda jauh dengan apa yang dipaparkan di atas. Representasi di sini yaitu merujuk pada apa yang diwakili dalam karya sastra anak, yang mencerminkan kondisi dunia anak dan lingkungan sosialnya.

b) Budaya Populer

Beberapa ahli memiliki berbagai macam pendapat mengenai apa yang disebut dengan budaya populer dalam mengartikannya. Mereka menguraikannya dari sudut pandangan yang berbeda dengan merujuk kepada teori-teori yang ada.

Dalam memahaminya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa untuk membahas pengertian “budaya populer” sebaiknya memisahkan kedua katanya tersebut. Lalu, memahami penggabungan kedua kata tersebut sebagai istilah.

Ada yang menjelaskan bahwa untuk membahas pengertian “budaya

populer” dapat dipahami dengan pemisahan dulu tentang kata “budaya”, dan

selanjutnya tentang “pop” (populer). Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya


(19)

Jika merujuk katanya, “populer” menurut Laelasari dan Nurlailah (2006: 203) berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum); disukai dan dikagumi orang banyak.

Istilah budaya populer telah digunakan dalam beberapa cara. Sebagai contoh, budaya populer bisa mengacu pada “yang tersisa” di luar apa yang telah ditentukan sebagai kanon budaya tinggi, atau pada budaya yang diproduksi secara massal dalam Industri kebudayaan (Barker, 2005: 62—63).

Budaya populer adalah budaya yang diproduksi secara komersial dan tampaknya tidak ada alasan untuk mengatakan hal ini akan berubah untuk masa-masa yang akan datang. Budaya populer dipandang sebagai makna-makna dan praktik-praktik hasil produksi khalayak populer pada momen konsumsi, dan kajian atas budaya populer menjadi terpusat pada bagaimana ia digunakan (Barker, 2005: 63).

Redmond, WA (2005) dalam artikel memaparkan bahwa budaya populer menyangkut nilai-nilai yang datang dari periklanan, industri hiburan, media, dan ikon sebuah gaya dan yang diarahkan kepada masyarakat pada umumya dalam lembaga sosial.

Popular Culture, values that come from advertising, the entertainment industry, the media, and icons of style and are targeted to the ordinary people in society. These values are distinguished from those espoused by more traditional political, educational, or religious institutions (Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved).

Penulis memandang bahwa budaya populer merupakan pergerakan budaya dari waktu ke waktu dalam masyarakat industri (kapitalis) yang ditandai oleh


(20)

13

pemakaian komoditas secara populer, yang datang dari periklanan, industri hiburan, media, dan ikon sebuah gaya dan yang diarahkan kepada masyarakat.

Pengertian penulis tentang beberapa definisi budaya populer di sini, yang telah dipaparkan seperti dalam kutipan, lebih cenderung mengacu kepada pengertian yang menjelaskan bahwa “budaya pop itu memang budaya yang

menyenangkan atau banyak disukai orang” yang menyangkut nilai-nilai yang datang dari periklanan, industri hiburan, media, dan ikon sebuah gaya dan yang diarahkan kepada masyarakat pada umumya.


(21)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal ini, cara kerja yang dilakukan adalah mendeskripsikan fakta cerita yang ada dalam karya sastra tersebut. Setelah ditemukan fakta cerita, kemudian dianalisis secara deskriptif tentang bagaimana budaya populer terepresentasi dalam karya sastra anak melalui struktur pembangun karya sastra tersebut.

Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, uraian), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

Metode deskriptif analisis juga dapat digabungkan dengan metode gabungan yang lain, misalnya deskriptif komparatif, metode gabungan dengan cara menguraikan dan membandingkan, metode deskriptif induktif, metode dengan cara menguraikan yang diikuti dengan pemahaman dari dalam keluar, dan metode formal, mula-mula data dideskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan (Ratna, 2007: 53).


(22)

35

Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian yang mengarahkan pembaca dengan pendekatan sosiologi sastra (karya) untuk memahami bagaimana budaya populer terepresentasi dalam novel B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla.

3.2 Sumber Data

Naskah karya-karya penulis anak yang berada di bawah bimbingan serta publikasi pihak Penerbit Dar! Mizan merupakan data yang diamati oleh peneliti dalam penelitian ini. Naskah cerita anak yang ditulis anak-anak ini kemudian dikategorikan oleh penerbitnya ke dalam kumpulan cerita/seri bernama Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Selanjutnya, naskah data ini terbagi ke dalam bentuk penulisan/karya sastra. Pertama, karya sastra yang berbentuk kumpulan cerpen (kumcer). Kedua, karya sastra yang berbentuk novel.

Dalam penelitian ini yang dijadikan—dipilih dan ditetapkan—sebagai sumber data adalah novel anak B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla.

Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Dar! Mizan dengan cetakan pertamanya pada Oktober 2011 yang termasuk dalam seri khusus novel Kecil-Kecil Punya Karya. Novel ini berjumlah 140 halaman.

3.3 Teknik Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik dokumentasi atau studi pustaka sebagai cara yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan serta memperoleh data penelitiannya.


(23)

Langkah pertama yang dilakukan oleh penulis, yaitu melakukan observasi di kantor redaksi Penerbit Dar! Mizan (PT Mizan Pustaka) yang beralamat Jln. Cinambo No. 135 Cisaranten Wetan, Ujungberung, Bandung. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data naskah yang berupa kumpulan karya sastra anak, yang telah dipublikasikan oleh penerbit selama ini.

Langkah kedua dalam teknik ini, penulis membaca beberapa data naskah yang telah diperoleh dari kumpulan karya sastra anak yang bernama Kecil-Kecil Punya Karya. Kemudian, langkah ini berlanjut pada pemilihan data naskah oleh penulis untuk dijadikan objek data penelitian. Pemilihan data naskah yang dilakukan merujuk pada kandungan naskah cerita tersebut yang memiliki kecenderungan terhadap masalah-masalah yang ingin diketengahkan dalam penelitian ini, seperti representasi budaya populer.

Langkah ketiga, yaitu mencari sumber-sumber rujukan untuk mendukung penelitian terhadap data yang sudah ditetapkan tersebut. Atau, langkah ini biasa disebut studi pustaka.

Adapun cara kerja teknik ini adalah sebagai berikut.

1) Dokumentasi; untuk mendapatkan naskah karya sastra anak dari Penerbit

Dar! Mizan (PT Mizan Pustaka). Membaca dan memilih karya sastra anak yang telah dipublikasikan dalam kumpulan ceritanya yang bernama Kecil-Kecil Punya Karya. Lalu, menetapkan salah satunya sebagai data yang digunakan dalam penelitian ini.

2) Studi Pustaka; mencari sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam penelitian.


(24)

37

3.3.2 Teknik Pengolahan Data

Dalam teknik pengolahan data, novel anak yang dipilih berusaha dianalisis untuk menguraikan struktur dan gambaran yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode analisis deskriptif secara struktural dengan mengarahkannya pada sosiologi karya. Sesuai dengan metode tersebut, pembahasan akan dilakukan dengan melihat dua aspek, yaitu struktur karya sastra dan representasi budaya populer dalam novel B-Jells Cheers karya Thalia Salsabilla.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, terutama sosiologi karya. Sapardi Damono (1978:2) mengemukakan beberapa pendapat mengenai aneka ragam pendekatan terhadap karya sastra seperti dikemukakan Wolf. Dari Wellek dan Werren ia menemukan setidaknya tiga jenis pendekatan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra; sosiologi karya satra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri; dan sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (Faruk, 2005: 4).

Dari Ian Watt Sapardi juga menemukan tiga macam pendekatan yang berbeda. Pertama, konteks sosial pengarang. Hal ini berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini termasuk pula faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Yang terutama harus diteliti dalam dalam pendekatan ini adalah: (a) bagaimana


(25)

pengarang mendapatkan mata pencahariannya, (b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Yang terutama mendapat perhatian adalah: (a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra ditulis, (b) sejauh mana sifat pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya, (c) sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh masyarakat. Ketiga, fungsi sosial masyarakat. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang menjadi perhatian: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan (a) dengan (b) di atas (dalam Faruk, 2005: 4–5).

Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Oleh karena itu, karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu (Faruk, 2005: 17).

Hal yang pertama dilakukan penulis, yaitu menguraikan bagaimana struktur novel B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla tersebut.

Hal kedua yang dilakukan penulis, setelah semua unsur pembangun karya sastra dianalisis (fakta cerita dan sarana ceritanya), yaitu menguraikan bagaimana representasi budaya populer terlihat dalam setiap unsur-unsur pembangun karya sastra atau dalam fakta dan sarana cerita tersebut lalu hubungannya dengan lingkungan sosial-masyarakat (anak-anak) yang terjadi saat ini. Hal tersebut, penulis gambarkan dalam bagan berikut ini.


(26)

39

Bagan 3.1

Analisis Novel B-Jell Cheers

Bagan di atas menggambarkan bagaimana langkah dan analisis nantinya dilakukan oleh penulis. Penulis melakukan analisis terhadap pembangun karya sastra (unsur intrinsik novel), mengkaji dan menemukan apakah representasi budaya populer terlihat dalam novel pada fakta cerita dan sarana ceritanya novel tersebut, lalu mengaitkannya/menyimpulkan tentang representasi budaya populer itu dengan lingkungan sosial anak-anak (kenyataan) saat ini. Wujud atau bentuk dari budaya populer pada bagan di atas—yang ditulis oleh penulis, tidak berbeda jauh—mengacu pada yang disebutkan oleh McQuail (1996: 38), bahwa wujud budaya pop bisa beraneka ragam: bahasa, busana, musik, tata cara, dsb. Sedangkan, kajian terhadap novel tersebut mengacu pada pokok-pokok kajian pada tabel berikut.

Struktur Novel •tokoh

•alur/plot •latar/setting •penceritaan/sudut

pandang •gaya bahasa •tema

Budaya Pop fastfood (makanan) •bahasa pop (tindak

tutur/bahasa) •tren teknologi

(pakaian/alat)

Representasi •budaya populer di

tengah lingkungan sosial anak masa kini.


(27)

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Data

No Pokok-Pokok Analisis

Penjelasan Kajian Budaya

Populer

1 Tokoh

(Penokohan)

 Menjelaskan siapa tokoh utama dan tambahan  Menganalisis penokohan dengan memperhatikan penamaan, pemerian, pernyataan/tindakan tokoh lain, percakapan dialog, dan monolog, tingkah laku tokoh.

Apakah dalam fakta cerita dan sarana cerita novel terdapat representasi mengenai budaya populer seperti:

 Gaya hidup (tontonan, perilaku, tren tertentu)  Produk budaya

populer

2 Alur

dan Pengaluran

 Analisis unsur-unsur plot, yaitu: peristiwa, konflik, dan klimaks dalam novel anak tersebut.

 Analisis pengaluran plot novel anak tersebut.

3 Latar (setting) Analisis jenis latar tempat, latar waktu, latar sosial 4 Penceritaan Analisis jenis sudut pandang

(persona pertama/persona ketiga)

5 Gaya Bahasa analisis gaya bahasa (style) dan bentuk penuturan dalam narasi juga dialog novel tersebut.

6 Tema apa tema/gagasan dasar


(28)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Akhirnya penulis sampai pada bab simpulan setelah menyelesaikan uraian demi uraian yang membuat penulis semakin sadar akan arti sebuah penelitian. Pada simpulan ini akan dijawab semua pertanyaan masalah yang sebelumnya telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu bagaimana struktur novel anak B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla dan bagaimana representasi budaya populer dalam novel anak B-Jell Cheers tersebut?

Pertama, mengenai struktur novel anak B-Jell Cheers. Pada aspek struktur novel ini, penulis melihat bahwa struktur karya Salsabilla tidak jauh berbeda dengan struktur novel pada umumnya. Novel B-Jell Cheers beralur sederhana dengan kategori alur maju. Rainbow School merupakan gambaran sekolah yang megah dan berada pada situasi lingkungan sosial perkotaan adalah merupakan latar tempat yang ada pada novel karya Salsabilla ini . Pada novel B-Jell Cheers

ini terdapat 15 tokoh, yaitu Niela sebagai tokoh utama sekaligus pencerita ditambah oleh 14 tokoh tambahan dalam cerita karya Salsabilla ini. Penggunaan bahasa sehari-hari dan serapan-serapan bahasa asing merupakan gaya bahasa pada novel B-Jell Cheers ini. Kemudian sudut pandang yang terdapat pada novel ini merupakan sudut pandang orang pertama dengan “aku” (Niela) sebagai tokoh utama. Niela sebagai tokoh utama “aku” mengisahkan cerita atau pengalamannya di sekolah Rainbow School. Karya Thalia Salsabilla ini bertema persahabatan.


(29)

Kedua, mengenai representasi budaya populer dalam novel anak B-Jell Cheers karya Thalia Salsabilla ini penulis mengkaji dan mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk budaya pop atau budaya populer tersebut bisa terlihat pada kedua aspek pembangun karya sastra. Bentuk-bentuk budaya pop tersebut baik tersirat maupun tersurat terlihat pada aspek fakta cerita dan sarana ceritanya. Budaya populer (budaya pop) yang dianalisis di sini sesuai dengan pengertian yang dijabarkan penulis pada kajian teori, yaitu suatu budaya yang lebih disukai orang banyak. Suatu budaya menyangkut segala produk-produknya hasil kebudayaan manusianya. Bentuk-bentuk budaya pop itu ternyata bisa kita kenali melalui produk teknologinya, bahasa (tindak tutur), gaya/perilaku tokoh, dsb. Melalui pendekatan sosiologi sastra yang mengarah pada karya Thalia Salsabilla (sosiologi karya) yang digunakan dalam kajian ini, dapat penulis lihat bagaimana representasi bentuk-bentuk budaya pop dalam karya sastra anak. Khususnya pada novel anak yang berjudul B-JellCheers ini, penulis menyoroti ataupun mengamati bahwa fenomena dan bentuk budaya pop tersebut terepresentasi melalui hal-hal sebagai berikut.

1. iPod. Alat ini bisa merupakan bentuk budaya populer yang terepresentasi di sini karena berkat tingkat popularitasnya saat ini. Peranti digital sebagai pemutar musik ini telah banyak digunakan ataupun digemari oleh semua kalangan, yang tidak hanya orang dewasa sebagai target pasar sebenarnya. Akan tetapi telah disukai, diinginkan, dan digunakan pula oleh anak-anak. Prosentase tingkatan minat anak-anak terhadap hadiah yang diinginkannya dalam penelitian yang dilakukan Nielsen bisa menjadi tolok ukur bagaimana


(30)

113

popularitas alat yang disebut iPod ini merepresentasikan budaya pop di kalangan anak-anak. Sedangkan, gambaran yang penulis amati dalam karya sastra ini tampak tersirat pada penggalan aktivitas salah satu tokohnya, yaitu Ficha;

2. makanan cepat saji, atau yang dengan istilah asing kita kenal dengan fastfood

juga junkfood dapat dikategorikan oleh penulis sebagai salah satu representasi bentuk budaya pop yang lain. Di dalam novel anak B-Jells Cheers ini, ada gambaran perilaku sisi konsumtif anak-anak terhadap beberapa makanan yang disukainya ternyata memang seolah tampak pula pada kenyataan masa kini. Bentuk makanan fastfood atau junkfood seperti burger, ketang goreng (french fries), piza, atau pun spageti merupakan makanan yang kini digemari oleh anak-anak di lingkungan perkotaan saat ini;

3. bahasa asing (Bahasa Inggris). Pada aspek fakta cerita dalam novel B-Jell Cheers, bentuk budaya pop ini telah terepresentasi pada penokohan. Representasi budaya populer dalam unsur tokoh (penokohan) novel ini bisa terlihat dari penamaan tokoh atau karakter dalam ceritanya. Penamaan yang disandang para tokoh dalam novel. Hampir semua pemerian nama tokoh-tokoh cerita begitu rumit dalam penyebutannya (pengejaan nama) dan terasa asing di telinga kita sebagai orang Indonesia yang juga memiliki budaya-budaya penamaannya sendiri. Penulis melihat bahwa nama-nama di atas justru kini merupakan nama asing yang mudah dikenali atau bahkan lebih disukai dan dipakai masyarakat kita saat ini, khususnya lebih sering dipakai oleh pengarang muda masa kini untuk menamai karakter tokoh novel yang


(31)

ditulisnya. Pemerian nama karakter dalam karya sastra begitu sangat penting karena bisa saja hal itu menjadi rujukan di mata pembaca sebelumnya untuk mengenali karakter-karakter karya sastra paling awal (khususnya novel) di samping penokohan tertulis lain yang bersifat fisik atau batin. Ini bisa pula dikatakan merupakan sifat dari bentuk sastra populer yang penulis sendiri tidak membedakan hal itu dari budaya populer, karena nyatanya karya sastra sendiri adalah salah satu produk dari budaya (kebudayaan). Selanjutnya, penggunaan bentuk Bahasa Inggris (asing) ini memang ketimbang dinilai lebih “dipopulerkan” orang banyak daripada bahasa bangsa sendiri. Hal itu ditandai oleh bagaimana representasi bahasa Indonesia, sebagai bahasa bangsa kita, nyatanya harus lebih kuat bersaing di tengah penggunaan masyarakat (anak-anak) terhadap bahasa asing (Bahasa Inggris) ini.

5.2Saran

Dari hasil penelitian penulis mengenai bagaimana kini bentuk-bentuk budaya populer telah terepresentasikan dalam karya sastra anak—yang didapat dari apa yang telah diuraikan sebelumnya baik pada fakta atau sarana ceritanya— ternyata bisa menjadi gambaran dan membaca bagaimana situasi lingkungan-sosial anak-anak masa kini. Oleh karena itu, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. pemerhati cerita anak diharapkan bisa memanfaatkan kajian ini sebagai bahan untuk memahami budaya populer dan representasinya pada karya sastra;


(32)

115

2. kemungkinan penelitian ini pun bisa dimanfaatkan sebagai sumber data atau rujukan tertulis bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam disiplin ilmu lain, seperti komunikasi, kajian (ilmu) budaya, bahasa, dan khususnya sastra (populer);

3. gambaran representasi budaya pop pada hasil penelitian ini bisa dijadikan tolok ukur bagi lembaga atau pun yayasan yang sedang mengamati tumbuh-kembang anak-anak masa kini dan pengaruh budaya populer di lingkungan anak-anak. Misalnya oleh, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap sikap konsumsi anak-anak dalam arus globalisasi, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam menyikapi pengaruh budaya pop dalam tontonan yang terlihat pada lingkungan sosial anak-anak, atau pun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam mengatasi anak-anak dengan perkembangan budayanya;

4. pembaca umum (khususnya kalangan pendidik dan orang tua) bisa memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber tertulis untuk menambah pengetahuan tentang perilaku sosial anak-anak yang sedang terjadi saat ini; 5. kalangan pendidik ataupun orang tua bisa memanfaatkan penelitian ini sebagai

acuan menentukan, membimbing, dan mengarahkan anak-anak dalam membaca karya sastra;

6. penerbit/redaksi cerita anak bisa menjadikan penelitian ini sebagai dokumentasi atau rujukan sebelum memilah dan memilih naskah-naskah fiksi anak yang akan terbit.


(33)

Afifah, Riana. 2012. “Bahasa Inggris Akan Dihapus dari Kurikulum SD”.

Kompas[Online].Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/11/1140 4612/Bahasa.Inggris.Akan.Dihapus.dari.Kurikulum.SD [15 Desember 2012] Aisyah, N. Lilis. 2003. “Representasi Ideologi Gender dalam Cerpen-Cerpen Karya Wanita pada Cerpen Pilihan KOMPAS 1992-1996: Pemilihan Bahan dan Perancangan Model Apresiasi Cerpen sebagai Wahana Penyadaran terhadap Masalah Gender di Lingkungan Unit Dharma Wanita.” Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ary. 2012. “Makanan Italia Kalahkan Masakan Jepang”. [Online]. Tersedia:http://travel.ghiboo.com/makanan-italia-kalahkan-masakan-jepang. [12 Juni 2012]

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Damanik, Caroline. 2012. “Bahasa Indonesia, Riwayatmu di Mata Anak”.

Kompas[Online].Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/29/1139 1549/Bahasa.Indonesia.Riwayatmu.di.Mata.Anak. [4 Januari 2013]

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Effendy, Heru. 2008. Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga.

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fauzi, A. 2010. “Manajemen Microsoft Berguncang”. Harian Seputar Indonesia

[Online]. Tersedia: http//harianseputarindonesia.com. [10 Juni 2012] Fiske, John. 2011. Memahami Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra Guntur Tarigan, Henry. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak: dalam kajian strukturalisme, sosiologi, semiotika, hingga penulisan kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(34)

Librianty, A. 2011. “Hari ini iPod Ultah ke-10”. Okezone [Online]. Tersedia:http://techno.okezone.com/read/2011/10/23/57/519213/hari-ini-ipod-ultah-ke-10. [10 Juni 2012]

McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nielsenwire. 2010. “Kids in the U.S. Eyeing Big-Ticket Tech Holiday Season”.

Nielsen[Online].Tersedia:http://blog.nielsen.com/nielsenwire/consumer/kids -in-the-u-s-eyeing-big-ticket-tech-this-holiday-season/.[17 Desember 2012]. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Piliang, Yasraf A. 2008. Sastra dan E(ste)tika Massa. Pikiran Rakyat (14 Juni 2008).

Prianggoro, Hasto. (2011). “Junk Food Serba Cepat Tapi Tak Lengkap”. Tabloid Nova[Online].Tersedia:http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umu m/Junk-Food-Serba-Cepat-tapi-Tak-Lengkap. [17 Desember 2012]

Prihadi, Susetyo D. 2012. “Napak Tilas Gadget Apple”. Detik.com [Online]. Tersedia:http://inet.detik.com/read/2012/06/18/152629/1944124/317/5/napa k-tilas-gadget-apple#bigpic. [11 Januari 2013]

Rachmawaty, Meitry. 2009. “Representasi Lesbianisme Dalam Novel Gerhana Kembar Karya Clara NG”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (skripsi tidak diterbitkan).

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005. "Popular Culture." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD].

Riza, Budi. 2012. “Apple Buat iPad 7 Inci Untuk Anak-Anak”. Tempo.co [Online].Tersedia:http://www2.tempo.co/read/news/2012/08/10/072422707/ Apple-Buat-iPad-7-Inci-Untuk-Anak-anak. [10 Juni 2012]


(35)

bacaannya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sipahatur, T. 2010. “Haruskah Anak Belajar Bahasa Asing Sedini Mungkin?”Kompas[Online].Tersedia:http://nasional.kompas.com/read/2010 /06/02/1138425/Haruskah.Anak.Belajar.Bahasa.Asing.Sedini.Mungkin. [10 Juni 2012]

Solicha, Z. 2012. “Perilaku Konsumerisme Mengancam Masa Depan Bangsa.”

Antara News Jawa Timur [Online]. Tersedia: http//antara.com [10 Juni 2012]

Sopian, Sopan. 2011. “Penceritaan Cerita Pendek Anak dalam HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (skripsi tidak diterbitkan).

Strinati, Dominic. 2003. Pupular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Sugiharti, Rahma. 2010. Membaca Gaya Hidup dan Kapitalisme: Kajian Tentang Reading for Pleasure dari Perspektif Cultural Studies. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Supardan, Dadang. 2007 Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Redaksi KBBI PB. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (edisi keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Trimansyah, Bambang. 1999. Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa. Wellek, R. dan Warren, A. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Wikipedia.id. 2012. “Apple Inc.: Apple di Indonesia”. Wikipedia Indonesia

[Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Apple_Inc. [11 Januari 2013]


(1)

113

popularitas alat yang disebut iPod ini merepresentasikan budaya pop di kalangan anak-anak. Sedangkan, gambaran yang penulis amati dalam karya sastra ini tampak tersirat pada penggalan aktivitas salah satu tokohnya, yaitu Ficha;

2. makanan cepat saji, atau yang dengan istilah asing kita kenal dengan fast food juga junk food dapat dikategorikan oleh penulis sebagai salah satu representasi bentuk budaya pop yang lain. Di dalam novel anak B-Jells Cheers ini, ada gambaran perilaku sisi konsumtif anak-anak terhadap beberapa makanan yang disukainya ternyata memang seolah tampak pula pada kenyataan masa kini. Bentuk makanan fast food atau junk food seperti burger, ketang goreng (french fries), piza, atau pun spageti merupakan makanan yang kini digemari oleh anak-anak di lingkungan perkotaan saat ini;

3. bahasa asing (Bahasa Inggris). Pada aspek fakta cerita dalam novel B-Jell Cheers, bentuk budaya pop ini telah terepresentasi pada penokohan. Representasi budaya populer dalam unsur tokoh (penokohan) novel ini bisa terlihat dari penamaan tokoh atau karakter dalam ceritanya. Penamaan yang disandang para tokoh dalam novel. Hampir semua pemerian nama tokoh-tokoh cerita begitu rumit dalam penyebutannya (pengejaan nama) dan terasa asing di telinga kita sebagai orang Indonesia yang juga memiliki budaya-budaya penamaannya sendiri. Penulis melihat bahwa nama-nama di atas justru kini merupakan nama asing yang mudah dikenali atau bahkan lebih disukai dan dipakai masyarakat kita saat ini, khususnya lebih sering dipakai oleh pengarang muda masa kini untuk menamai karakter tokoh novel yang


(2)

114

ditulisnya. Pemerian nama karakter dalam karya sastra begitu sangat penting karena bisa saja hal itu menjadi rujukan di mata pembaca sebelumnya untuk mengenali karakter-karakter karya sastra paling awal (khususnya novel) di samping penokohan tertulis lain yang bersifat fisik atau batin. Ini bisa pula dikatakan merupakan sifat dari bentuk sastra populer yang penulis sendiri tidak membedakan hal itu dari budaya populer, karena nyatanya karya sastra sendiri adalah salah satu produk dari budaya (kebudayaan). Selanjutnya, penggunaan bentuk Bahasa Inggris (asing) ini memang ketimbang dinilai lebih “dipopulerkan” orang banyak daripada bahasa bangsa sendiri. Hal itu ditandai oleh bagaimana representasi bahasa Indonesia, sebagai bahasa bangsa kita, nyatanya harus lebih kuat bersaing di tengah penggunaan masyarakat (anak-anak) terhadap bahasa asing (Bahasa Inggris) ini.

5.2Saran

Dari hasil penelitian penulis mengenai bagaimana kini bentuk-bentuk budaya populer telah terepresentasikan dalam karya sastra anak—yang didapat dari apa yang telah diuraikan sebelumnya baik pada fakta atau sarana ceritanya— ternyata bisa menjadi gambaran dan membaca bagaimana situasi lingkungan-sosial anak-anak masa kini. Oleh karena itu, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. pemerhati cerita anak diharapkan bisa memanfaatkan kajian ini sebagai bahan untuk memahami budaya populer dan representasinya pada karya sastra;


(3)

115

2. kemungkinan penelitian ini pun bisa dimanfaatkan sebagai sumber data atau rujukan tertulis bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam disiplin ilmu lain, seperti komunikasi, kajian (ilmu) budaya, bahasa, dan khususnya sastra (populer);

3. gambaran representasi budaya pop pada hasil penelitian ini bisa dijadikan tolok ukur bagi lembaga atau pun yayasan yang sedang mengamati tumbuh-kembang anak-anak masa kini dan pengaruh budaya populer di lingkungan anak-anak. Misalnya oleh, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap sikap konsumsi anak-anak dalam arus globalisasi, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam menyikapi pengaruh budaya pop dalam tontonan yang terlihat pada lingkungan sosial anak-anak, atau pun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam mengatasi anak-anak dengan perkembangan budayanya;

4. pembaca umum (khususnya kalangan pendidik dan orang tua) bisa memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber tertulis untuk menambah pengetahuan tentang perilaku sosial anak-anak yang sedang terjadi saat ini; 5. kalangan pendidik ataupun orang tua bisa memanfaatkan penelitian ini sebagai

acuan menentukan, membimbing, dan mengarahkan anak-anak dalam membaca karya sastra;

6. penerbit/redaksi cerita anak bisa menjadikan penelitian ini sebagai dokumentasi atau rujukan sebelum memilah dan memilih naskah-naskah fiksi anak yang akan terbit.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Riana. 2012. “Bahasa Inggris Akan Dihapus dari Kurikulum SD”. Kompas[Online].Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/11/1140 4612/Bahasa.Inggris.Akan.Dihapus.dari.Kurikulum.SD [15 Desember 2012] Aisyah, N. Lilis. 2003. “Representasi Ideologi Gender dalam Cerpen-Cerpen Karya Wanita pada Cerpen Pilihan KOMPAS 1992-1996: Pemilihan Bahan dan Perancangan Model Apresiasi Cerpen sebagai Wahana Penyadaran terhadap Masalah Gender di Lingkungan Unit Dharma Wanita.” Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ary. 2012. “Makanan Italia Kalahkan Masakan Jepang”. [Online]. Tersedia:http://travel.ghiboo.com/makanan-italia-kalahkan-masakan-jepang. [12 Juni 2012]

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Damanik, Caroline. 2012. “Bahasa Indonesia, Riwayatmu di Mata Anak”. Kompas[Online].Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/29/1139 1549/Bahasa.Indonesia.Riwayatmu.di.Mata.Anak. [4 Januari 2013]

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Effendy, Heru. 2008. Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga.

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fauzi, A. 2010. “Manajemen Microsoft Berguncang”. Harian Seputar Indonesia [Online]. Tersedia: http//harianseputarindonesia.com. [10 Juni 2012]

Fiske, John. 2011. Memahami Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra Guntur Tarigan, Henry. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak: dalam kajian strukturalisme, sosiologi, semiotika, hingga penulisan kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(5)

Librianty, A. 2011. “Hari ini iPod Ultah ke-10”. Okezone [Online]. Tersedia:http://techno.okezone.com/read/2011/10/23/57/519213/hari-ini-ipod-ultah-ke-10. [10 Juni 2012]

McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nielsenwire. 2010. “Kids in the U.S. Eyeing Big-Ticket Tech Holiday Season”. Nielsen[Online].Tersedia:http://blog.nielsen.com/nielsenwire/consumer/kids -in-the-u-s-eyeing-big-ticket-tech-this-holiday-season/.[17 Desember 2012]. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Piliang, Yasraf A. 2008. Sastra dan E(ste)tika Massa. Pikiran Rakyat (14 Juni 2008).

Prianggoro, Hasto. (2011). “Junk Food Serba Cepat Tapi Tak Lengkap”. Tabloid Nova[Online].Tersedia:http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umu m/Junk-Food-Serba-Cepat-tapi-Tak-Lengkap. [17 Desember 2012]

Prihadi, Susetyo D. 2012. “Napak Tilas Gadget Apple”. Detik.com [Online]. Tersedia:http://inet.detik.com/read/2012/06/18/152629/1944124/317/5/napa k-tilas-gadget-apple#bigpic. [11 Januari 2013]

Rachmawaty, Meitry. 2009. “Representasi Lesbianisme Dalam Novel Gerhana Kembar Karya Clara NG”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (skripsi tidak diterbitkan).

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005. "Popular Culture." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD].

Riza, Budi. 2012. “Apple Buat iPad 7 Inci Untuk Anak-Anak”. Tempo.co [Online].Tersedia:http://www2.tempo.co/read/news/2012/08/10/072422707/ Apple-Buat-iPad-7-Inci-Untuk-Anak-anak. [10 Juni 2012]


(6)

Sarumpaet, Riris K. 1976. Bacaan Anak-Anak: penyelidikan pendahuluan ke dalam hakekat, sifat dan corak bacaan anak-anak serta minat anak pada bacaannya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sipahatur, T. 2010. “Haruskah Anak Belajar Bahasa Asing Sedini Mungkin?”Kompas[Online].Tersedia:http://nasional.kompas.com/read/2010 /06/02/1138425/Haruskah.Anak.Belajar.Bahasa.Asing.Sedini.Mungkin. [10 Juni 2012]

Solicha, Z. 2012. “Perilaku Konsumerisme Mengancam Masa Depan Bangsa.” Antara News Jawa Timur [Online]. Tersedia: http//antara.com [10 Juni 2012]

Sopian, Sopan. 2011. “Penceritaan Cerita Pendek Anak dalam HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (skripsi tidak diterbitkan).

Strinati, Dominic. 2003. Pupular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Sugiharti, Rahma. 2010. Membaca Gaya Hidup dan Kapitalisme: Kajian Tentang Reading for Pleasure dari Perspektif Cultural Studies. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Supardan, Dadang. 2007 Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Redaksi KBBI PB. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (edisi keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Trimansyah, Bambang. 1999. Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa. Wellek, R. dan Warren, A. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Wikipedia.id. 2012. “Apple Inc.: Apple di Indonesia”. Wikipedia Indonesia

[Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Apple_Inc. [11 Januari 2013]