Representasi Budaya Populer di Belanda P

REPRESENTASI BUDAYA POPULER DI BELANDA PASCA-PERANG
DUNIA KE-II DALAM CERPEN SEJARAH ANAK BELANDA
‘DE SIXTIES’
Amalia P. Astari (1106012880)
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia.
amaliastari1@gmail.com
Abstrak
Makalah ini membahas mengenai representasi budaya populer dalam cerpen De Sixties karya
Ben Verscheuren. Tahun 60-an di Belanda terjadi banyak perubahan dalam bidang sosial,
ekonomi, hukum, dan politik. Perubahan terjadi di semua kalangan dan yang paling mencolok
adalah perubahan di kalangan remaja Belanda. Penelitian akan difokuskan terhadap sebagian
unsur intrinsik dari cerita yaitu; tokoh dan penokohan serta latar waktu, tempat dan sosial.
Unsur-unsur tersebut akan membantu analisis representasi budaya pop dalam cerita. Di dalam
cerpen De Sixties budaya populer yang muncul paling banyak mempengaruhi music, media
massa, mode, gaya hidup dan interaksi sosial. Hal-hal yang dianggap tabu menjadi lazim di
kalangan remaja pasca-Perang Dunia ke-II.

1.

PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang

Dunia anak yang penuh dengan khayalan dan imajinasi merupakan elemen pendukung
penting yang ada dalam karya sastra anak. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi para peneliti
untuk menjadikan sastra anak sebagai bahan penelitian. Di Belanda sendiri, perkembangan
sastra anak dimulai pada tahun 1778 ketika Van Alphen muncul dengan karyanya, Kleine
gedichten (1778). Dia merupakan penulis Belanda pertama yang menulis buku dengan
segmentasi anak-anak. Dalam karyanya, Van Alphen menyisipkan nilai-nilai moral yang
sifatnya edukatif dengan bahasa anak yang sederhana. Pengunaan bahasa yang sederhana
tidak terlepas dari kenyataan bahwa pengalaman yang dimiliki anak-anak masih terbatas.
Oleh karena itu, ekspresi terhadap kompleksitas ide-ide dalam cerita harus disederhanakan
baik dalam bahasa maupun bentuknya (Lukens, 2012:12).
Sarumpaet (2011:15), menggatakan bahwa sastra anak memiliki ciri unik yang belum
tentu bisa ditemukan di genre karya sastra lain. Ciri tersebut misalnya adalah penggunaan
gaya bahasa yang sederhana untuk mengungkapkan struktur dari sebuah cerita. Selain itu,
yang membedakan genre sastra anak berbeda dengan yang lain ialah keberadaan ilustrasi.
Dalam karya sastra anak, keberadaan ilustrasi sebagai penunjang narasi cerita amatlah
penting. Buku semacam ini disebut dengan buku bacaan bergambar atau 'picture books' yakni

salah satu bentuk penyajian bacaan anak-anak yang menggunakan gambar dan tulisan (teks)
sebagai alat untuk menyampaikan cerita dan kedua elemen ini sama pentingnya bagi pembaca
guna menikmati serta memahami isi cerita (Stephens, 1992:3). Bisa dikatakan bahwa dengan

melihat ilustrasi, anak-anak bisa lebih mudah menangkap informasi yang ingin disampaikan
dalam suatu cerita dibandingkan dengan hanya membaca tulisan (teks) saja.
Di samping elemen-elemen fisik yang membuat buku bacaan anak menjadi menarik,
ada faktor-faktor yang biasa mempengaruhi isi cerita dalam bacaan anak. Faktor-faktor
seperti; pedagogis, edukatif, psikologis, sosial dan budaya biasa disisipkan di dalamnya
(Sarumpaet 2011:11). Faktor edukatif di sini, bisa yang sifatnya mendidik seperti pendidikan
moral atau ilmu pengetahuan itu sendiri. Tak bisa dipungkiri bahwa dengan menyisipkan
unsur edukasi dalam buku anak bisa mempermudah proses pembelajaran bagi anak.
Di Belanda, muncul beberapa penerbit yang khusus menerbitkan bacaan yang bersifat
edukatif. Salah satunya adalah De Lubas Educatieve Uitgeverij, yang khusus menerbitkan
buku bacaan anak bertemakan edukasi. Penerbit yang sudah berdiri sejak tahun 1996 ini,
menerbitkan buku-buku bacaan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar untuk anak.
Segmentasi buku bacaan dibedakan tidak hanya melalui usia (peuters, onderbouw (1-2),
middenbouw (3-5), bovenbouw (6+)) namun juga memperhatikan hal-hal lainnya seperti buku
bacaan yang diperuntukkan bagi penderita disleksia dan gangguan membaca serta memahami
lainnya. Di tahun 1999, penerbit ini menerbitkan sebuah buku yang berisikan cerita-cerita

pendek mengenai sejarah Belanda. Buku yang berjudul Van tijd tot tijd nederlandse
geschiedenis in verhalen (Verschuren, Ben & Schmiermann, Sjef 1999), tidak hanya
memberikan edukasi mengenai sejarah Belanda namun juga menghadirkan cerita-cerita yang
sarat dengan unsur fiksi dengan bahasa sederhana serta ilustrasi yang bisa mempermudah
peraihan informasi untuk anak-anak.
Buku ini menjadi sangat menarik karena peristiwa sejarah yang diangkat mencakup
lima pembagian periode zaman di Belanda yakni; prehistorie, romeinse tijd, middeleeuwen,
nieuwe tijd, dan toekomst. Di masa Nieuwe tijd ada cerita pendek yang mengambil latar
waktu pasca Perang Dunia ke-II. Di dalamnya diceritakan mengenai budaya populer yang
muncul di Belanda setelah keadaan Belanda sudah kondusif di akhir masa PD II. Di tahun
1960, kesejahteraan masyarakat Belanda meningkat pesat. Pemerintah menjamin biaya hidup
serta pendidikan masyarakatnya. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan tidak
hanya pada cara hidup mereka tapi juga budaya yang tumbuh di sekitar mereka. Kemunculan
budaya populer tidak bisa dielakkan terutama bagi remaja di Belanda. Lewat sudut pandang
tokoh utama, penyampaian keadaan budaya pop pada masa itu menjadi sangat menarik. Hal
tersebut sekaligus menjadi alasan mengapa penulis memilih cerpen ini sebagai korpus data
penelitian.
1.2

Rumusan Masalah


1. Apa saja representasi budaya populer yang ada dalam cerpen De Sixties?
2. Bagaimana representasi sejarah tadi didukung oleh elemen-elemen sastra anak ditinjau dari
fungsi edukatif dalam penyampaian informasi sejarah?
1.3

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi representasi budaya populer dalam cerpen De Sixties
2. Menjabarkan bagaimana informasi sejarah disampaikan melalui tinjauan elemen-elemen
edukatif karya sastra anak.
2

1.4

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian diawali dengan
pembacaan Van tijd tot tijd nederlandse geschiedenis in verhalen secara intensif dan
mendalam. Mengingat dalam buku ini terdiri dari empat puluh cerita pendek, maka setelah

pembacaan secara intensif terhadap tiap-tiap cerita dilakukan, selanjutnya cerita-cerita
tersebut akan diseleksi. Dari cerita yang memiliki latar waktu pasca-Perang Dunia II,
akhirnya dipilih satu cerita yang di dalamnya memuat representasi budaya populer di
Belanda di akhir abad 19. Selanjutnya penulis akan melakukan penelitian terhadap segi
struktur dan isi. Unsur-unsur struktural yang dianalisis, dibatasi pada latar tempat, waktu dan
sosial juga penokohan. Analisis unsur-unsur struktural tadi dirasa perlu untuk mengetahui
elemen budaya populer yang digambarkan dalam cerita serta bagaimana tokoh-tokoh rekaan
yang berlakuan dalam latar sejarah tertentu digambarkan. Selain itu, analisis terhadap relasi
antara ilustrasi dan narasi akan dilakukan untuk mengidentifikasi elemen edukasi penceritaan
buku anak setelah sebelumnya penulis mengetahui unsur-unsur struktural di masing-masing
cerita.
1.5

Landasan Teori

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi budaya populer Belanda di
akhir abad 19 lewat tinjauan latar waktu, tempat, dan sosial serta meninjau fungsi edukatif
sastra anak dalam penyampaian informasi sejarah dalam cerpen De Sixties. Sebagai
landasan kerja penelitian berikut akan dipaparkan konsep-konsep teoretis yang akan
digunakan.

1.5.1 Teori Budaya Populer John Storey
Storey menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi
industri, dan istilah ini memiliki kesamaan pengertian dengan "budaya massa". John Storey,
dalam Cultural Theory and Popular Culture, menyatakan bahwa secara terminologi, kata
‘populer’ dapat berarti "banyak disukai orang," "jenis kerja rendahan," "karya yang
dilakukan untuk menyenangkan orang," budaya yang memang dibuat oleh orang untuk diriya
sendiri." Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya populer adalah budaya yang banyak disukai
orang dan bersifat dinamis dan periodik. Dengan kata lain, budaya populer ini tidaklah statis
tapi akan mengalami perkembangan sesuai dengan selera masyarakat pada periode tertentu.
Budaya ini bisa menjadi budaya yang disebut dengan counter culture yang memiliki
pengertian sebuah kebudayaan yang sangat terpisah dari asumsi umum masyarakat sehingga
banyak yang menganggap bahwa ini bukan merupakan sebuah kebudayaan, tetapi lebih
sebagai sebuah gangguan yang harus diwaspadai. Dengan kata lain budaya populer bisa
berubah menjadi budaya yang sifatnya destruktif.

3

1.5.2

Unsur-Unsur Intrinsik dalam Cerita Pendek


Buku bacaan bergambar adalah salah satu bacaan anak yaitu teks tertulis baik subjek,
tokoh, latar, gaya penulisan, maupun kosa katanya disajikan dalam sudut pandang yang
sesuai dengan perspektif anak-anak (Marshall, 1982:28). Dari pernyataan di atas dapat
dikatakan bahwa struktur yang membangun sebuah cerita dengan genre sastra anak memiliki
perbedaan dengan genre lain, yakni semua struktur dibangun dari perspektif anak-anak. Yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji struktur yang memiliki hubungan
dengan ilustrasi di setiap cerita. Karena itu cerita pendek ini akan dilihat dengan
menggunakan pendekatan strukturalisme untuk melihat, (1) latar (2) penokohan. Menurut
Abrams, yang dikutip dari Nurgiyantoro (1995:216), latar atau setting yang disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Bertolak dari pengertian
tersebut, berarti latar dibagi menjadi latar tempat, waktu dan sosial. Selain itu menginggat di
dalam cerita pendek ini pengarang menciptakan tokoh yang sesuai dengan latar tempat dan
waktunya maka menganalisis penokohan menjadi penting untuk mengetahui bagaimana
tokoh tersebut berwatak dalam sebuah latar tertentu.
1.6

Data Penelitian


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen berjudul De Sixties dari
buku Van tijd tot tijd nederlandse geschiedenis in verhalen (1999) yang ditulis oleh Ben
Verschuren dan Sjef Schmiermann. Buku ini terdiri dari 263 halaman dan berisi 40 cerita
pendek yang ditujukan untuk pembelajaran sejarah anak Belanda.
1.7

Sistematika Penyajian

Makalah ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, analisis, dan kesimpulan.
Bagian pertama akan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kerangka
teori, metode penelitian, sumber data, dan sistematika penulisan. Pada bagian pertama akan
dijelaskan konteks dan gambaran sumber data yang akan dibahas dalam makalah. Di bagian
kedua akan dilakukan analisis terhadap keseluruhan teks cerita bertolak dari landasan teori
yang ada di bagian pertama. Analisis difokuskan pada aspek elemen budaya Populer, yang
dilihat dari unsur strukturalisme dalam cerita. Mengingat buku ini merupakan buku edukasi
sejarah, elemen sastra anak yang sifatnya edukatif juga akan dianalisis. Terakhir, pada bagian
tiga akan dibahas kesimpulan dari pembahasan yang sudah dilakukan.

4


2. ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERPEN DE SIXTIES
2.1 Sinopsis Cerita
Cerpen De Sixties ini bercerita tentang seorang anak remaja laki-laki bernama Dennis
yang merasa bosan dengan aktivitasnya di akhir pekan. Setiap akhir pekan, yang ia lakukan
hanyalah menonton televisi, bermain video game, serta membaca buku. Dia akhirnya
memutuskan untuk membantu Ibu dan Ayahnya menyortir buku-buku lama koleksi Ayah
Dennis. Tanpa sengaja, Dennis menemukan album kumpulan foto lama milik orang tuanya.
Foto yang diambil di tahun 1961 itu rupanya menarik rasa ingin tahu Dennis akan keadaan
remaja di masa pasca-Perang Dunia ke-II di Belanda. Akhirnya, ayah Dennis menceritakan di
setiap foto tentang apa yang dialaminya saat ia masih muda dulu. Foto pertama menceritakan
tentang Ayah Dennis yang waktu itu masih berusia 16 tahun. Ayah Dennis suka
mendengarkan lagu dari grup musik kesayangannya The Blue Diamonds. Biasanya Ayah
Dennis menyetel lagu dari band itu dengan volume yang amat keras sehingga membuat Kakek
Dennis menjadi marah. Adu pendapat sering terjadi antara Ayah dan Kakek Dennis. Di foto
kedua menceritakan kondisi saat Ayah dan Ibu denis pertama kali bertemu di pesta dansa
ulang tahun teman mereka. Diceritakan bahwa di masa ini remaja Belanda mulai menggemari
band asal Amerika The Beatles serta penyanyi pop Elvis Presley. Di foto berikutnya Dennis
menemukan foto yang gambarnya sudah dicetak warna karena diambil pada tahun 1965. Di
tahun ini dia melihat bahwa banyak perubahan yang terjadi dibandingkan foto di tahun-tahun
sebelumnya. Contohnya adalah penampilan ayah Dennis yang banyak berubah terutama

dalam hal berpakaian. Banyak yang berubah di tahun ini, misalnya dalam bidang musik, mode
busana, politik, hingga cara bergaul di kalangan remaja. Memang kondisi pergaulan remaja
pascaperang sangat bebas. Hal-hal yang semula tabu seperti; berpacaran, berciuman, serta
melakukan hubungan seksual sudah menjadi lazim.
Di foto terakhir, menceritakan tentang pergolakan yang terjadi pada tahun 1967 di
Amsterdam. Terlihat gambar Ayah dan Ibu Dennis yang ikut bergabung bersama remaja lain
untuk menentang aksi serangan Amerika ke Vietnam. Di sini digambarkan bagaimana orang
tua banyak yang tidak setuju terhadap aksi demostrasi kaum muda karena mereka
menganggap Amerika telah banyak membantu Belanda (Marshall Plan1). Selain itu, ayah
Dennis juga menceritakan tentang de flower-powertijd (flower power), yang merupakan
bentuk pergerakan anak muda di tahun 60-an. Pergerakan ini menentang adanya kekerasan
yang terjadi di seluruh dunia khususnya di Vietnam. Di akhir cerita, digambarkan bagaimana
keadaan sosial para remaja di Belanda di tahun 1969. Pada saat ini juga diceritakan bahwa
kedua orang tua Dennis ikut ambil peran dalam pergerakan demonstrasi menentang
pemerintah Amerika. Sempat terjadi kejar-kejaran antara petugas pengaman masa dengan
Ayah dan Ibu Dennis namun akhirnya mereka bisa melarikan diri. Di akhir cerita
digambarkan bahwa Ayah dan Ibu Dennis duduk di dalam asrama pelajar sambil menghisap
rokok ganja. Di atas kepala Ibu Dennis melingkar tiara yang terbuat dari bunga yang
1


Marshall Plan/Rencana Marshall adalah program ekonomi skala besar pada tahun 1947 1951 oleh Amerika Serikat yang bertujuan membangun kembali kekuatan ekonomi
negara - negara di Eropa dan juga negara Asia yang terkena imbas dari Perang Dunia II.

5

menandakan keikutsertaannya dalam gerakan flower power. Mereka bercengkrama berdua
sambil melihat matahari terbenam di luar kamar.
2.2 Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama pada cerpen ini adalah Dennis dan Ayah Dennis. Hal ini dikarenakan,
cerpen ini menggunakan teknik penceritaan raam verteller. Sehingga dalam satu cerita ada
dua kisahan yang berlangsung secara bergantian dengan latar waktu yang berbeda. Penjelasan
mengenai teknik raam verteller bisa dijabarkan dengan ilustrasi di bawah ini.
Belanda masa sekarang
Tokoh Utama: Dennis
Belanda di
tahun 19611969
Tokoh Utama:
Ilustrasi Teknik Raam Vertelling
Menurut Nurgiyantoro (1969), . Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di
dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan suatu cerita tersebut. Dalam cerita,
Dennis dan Ayahnya mendapatkan porsi penceritaan yang hampir sama banyaknya sehingga
memungkinkan bahwa mereka berdua menjadi tokoh utama. Dennis dan Ayahnya termasuk
tokoh utama yang bersifat protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mampu membuat
pembaca berpihak kepadanya. Dalam cerpen ini Dennis digambarkan sebagai tokoh yang
netral dan baik bahkan tidak menimbulkan konflik sama sekali. Di sisi lain, Ayah Dennis
memunculkan beberapa konflik dalam cerita namun penokohannya masih protagonis karena
pembaca masih bisa berpihak kepadanya. Ibu Dennis, dalam cerita, merupakan tokoh
bawahan atau tokoh pembantu karena keberadaannya mendukung tokoh utama. Selain itu ada
dua tokoh pembantu lainnya yaitu; Kakek Dennis, dan Kepala Sekolah. Adapun watak dari
masing-masing tokohnya akan penulis jelaskan masing-masing di bawah ini.
1) Dennis
Karakter tokoh Dennis dilukiskan sebagai anak laki-laki seperti kebanyakan yang
gemar menonton televisi serta bermain video game. Dia mempunyai rasa ingintahu yang
besar. Hal ini bisa dibuktikan dari pertanyaan yang dilontarkan olehnya kepada Ayah dan Ibu,
yaitu:
'Wat is dit?Waar is het?Vertel mij pa!’
‘Apa ini? Di mana itu? Ceritakan padaku, Pak!’

'Zouden mama en papa elkaar op dat feestje voor het eerst ontmoet hebben?'
Apakah mama dan papa pertama kali bertemu di pesta ini?

'Wat is flower-powertijd, papa?'
Apa itu flower-powertijd papa?

6

Pertanyaan yang dilontarkan Dennis tersebut, selain menunjukkan watak Dennis yang
memiliki rasa ingin tahu yang besar, juga menjadi cara bagaimana penulis melanjutkan dari
satu kisahan ke kisahan yang lainnya. Dari awal hingga akhir cerita, tokoh Dennis tidak
mengalami perubahan psikologis. Dia tetap menjadi anak baik dan memiliki rasa ingin tahu
yang sangat tinggi.
2) Ayah Dennis
Tokoh ayah pada cerpen ini digambarkan dalam dua latar waktu yang berbeda yaitu;
masa dulu dan sekarang. Di masa sekarang, ayah Dennis adalah seorang yang bijaksana.
Itu terlihat dari bagaimana dia sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Dennis.
Sedangkan di masa dulu, ayah Dennis adalah seorang remaja yang supel dan memiliki sifat
yang terbuka. Ayah Dennis juga digambarkan sebagai remaja yang nakal dan suka
menyalahi aturan. Dibuktikan dari percakapan antara Ayah Dennis dengan Kepala Sekolah
semasa di SMA-nya dulu:
Kepala Sekolah:

'Als ik je morgen nog steeds met die vieze lange haren opschool zie,
word je geschorsst'

Kalo besok saya masih melihatmu datang ke sekolah dengan rambut panjangmu yang menjijikan itu (vieze=
kotor/ menjijikan), kamu akan diskors.

Dennis:

'Mijn haren zijn niet vies. Ik heb ze vanmorgen nog gewassen.'
Rambutku tidak kotor. Aku baru keramas tadi pagi.

Lewat kutipan di atas, terlihat bagaimana Dennis tak mengacuhkan peringatan dari Kepala
Sekolah yang memarahinya karena dia memiliki rambut panjang. Tidak hanya itu, Dennis
juga memiliki sikap keras kepala. Demi mempertahankan rambut panjangnya, dia mau
menentang ayah dan Kepala Sekolahnya.
‘Ik moet mijn haren laten knippen. Maar ik doe het niet. Hij heeft vast met mijn vader
gepraat. Die roept al weken dat ik met deze haren niet meer thuis hoef te komen. Maar ze
kunnen allemal de boom in. Ik hoef niet meer naar deze school en ik hoef ook niet meer
naar huis. Ik ga weg’
‘Aku harus memangkas rambutku. Tapi aku tidak akan melakukannya. Dia (Kepala Sekolah) bahkan sudah
berbicara dengan ayahku. Dia sudah memperingatiku untuk tidak boleh pulang ke rumah dengan rambut
seperti ini. Tapi persetan dengan mereka, Aku tidak perlu lagi datang ke sekolah ini dan aku tidak perlu lagi
pulang ke rumah. Aku pergi.

3) Ibu Dennis
Ibu Dennis merupakan tokoh yang mendukung tokoh utama. Sama halnya seperti
Ayah Dennis, Ibu juga diceritakan di dua latar waktu yang berbeda, yaitu: masa dulu dan
sekarang. Sama seperti Ayah, Ibu Dennis juga memiliki watak yang sabar karena ikut
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari denis secara terperinci. Sedangkan gambaran tokoh
ibu yang remaja memiliki watak yang serupa dengan Ayah Dennis sewaktu muda. Ibu juga
merupakan remaja yang bebas dan suka membohongi orang tuanya untuk bisa pergi
bersama dengan Ayah Dennis. Hal tersebut dibuktikan dari ucapan ini:
‘Ach, je zegt tocht gewoon dat je mij moet helpen met mijn huiswerk.”
“Ah, bilang saja kamu mau membantuku mengerjakan PR.”

7

Ibu Dennis semasa muda juga merupakan seorang yang sabar dan bisa meredakan amarah
dari Ayah Dennis. Terlihat dari ucapannya berikut ini:
‘Rustig nou,’ zegt het meisje. Ze legt een arm om de schouders van de jongen. ‘Laten we
wat gaan drinken in de stad. Dan kunnen we er nog eens rustig over praten.’
‘Sabarlah,’ kata gadis itu. Dia meletakkan tangannya di bahu si lelaki. ‘Mari kita mencari minum di kota.
Dengan begitu kita bisa dengan tenang membicarakan hal ini.’

4) Kakek Dennis
Kakek Dennis merupakan ayah yang tegas. Dia menentang segala perilaku anaknya
yang dianggap kurang baik. Ada kalanya ia menentang segala kesukaan anak remaja di
masa tahun 60-an. Contohnya, dia melarang Ayah Dennis untuk mendengarkan musik
populer pada masa itu karena dianggap suara gitar elektrik yang mengiringi musik tersebut
mengganggu. Dia juga tidak suka jika band asal Belanda di masa itu bernyanyi dengan
menggunakan bahasa Inggris. Dalam cerpen ini, Kakek Dennis bersifat antagonis.
‘Ik vind het maar gejank met al die elektrische gitaren. En waarom moeten ze in het Engels
zingen als ze in Nederland wonen?’
‘Menurutku, suara gitar elektrik itu sangat bising. Dan kenapa mereka harus bernyanyi dalam bahasa Inggris
kalau mereka tinggal di Belanda?’

5) Kepala Sekolah
Tokoh Kepala Sekolah hanya muncul sedikit dalam cerpen ini namun perannya yang
bisa mendukung tokoh utama menjadikannya bisa dianggap sebagai tokoh pembantu.
Tokoh ini juga merupakan tokoh antagonis. Dia memanggil Ayah Dennis ke ruangannya
karena kesal melihat penampilan rambut panjang milik Ayah Dennis. Watak Kepala
Sekolah ini tegas. Dibuktikan dari ucapannya kepada Ayah Dennis:
‘Ik wil er niets over horen. Morgen kom je netjes geknippt op school, zo niet dan weet je
wat je te wachten staat’
‘Saya tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kamu. Besok pagi rambutmu sudah harus dicukur rapi, jika
tidak, kamu tahu hukuman apa yang menunggumu.’

2.3 Latar Sosial, Tempat dan Waktu
Latar sosial banyak digambarkan dalam cerpen ini. Ada dua latar sosial yang
digambarkan, yaitu: latar sosial remaja di abad ke-21 dan latar sosial remaja pasca-Perang
Dunia ke-II. Di awal cerita, diberikan gambaran tentang tokoh Dennis, seorang remaja
yang bosan dengan aktivitasnya meskipun fasilitas teknologi sudah ada di sekitarnya.
Misalnya, komputer, televisi, dan video game. Di sisi lain, kehidupan sosial remaja di
tahun 60-an sangatlah berbeda dengan masa sekarang. Mereka baru saja mengenal televisi.
Lewat televisi itulah para remaja mulai mengetahui aliran-aliran musik populer yang ada di
masa itu. Tahun 60-an ini juga merupakan jembatan perubahan di segala bidang di Belanda
seperti; politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Perubahan itu juga terjadi di kalangan remaja
Belanda yang mulai mengadaptasi budaya populer yang kebanyakan datang dari Eropa.
Selain itu, mereka juga sudah menganggap hal-hal yang dulu dianggap tabu dalam hal
8

pergaulan menjadi sesuatu yang sudah lazim. Selain itu pergerakan pemuda flower power
merupakan latar sosial yang digambarkan di dalam cerita.
Latar tempat dan waktu yang bermain dalam cerpen ini adalah dua latar yang berbeda.
Hal ini dikarenakan teknik penceritaan yang digunakan penulis adalah raam vertelling
sehingga kedua latar waktu yang berbeda bisa bergantian muncul dalam cerita ini dan
saling melengkapi. Pada cerpen ini tidak disebutkan nama kota atau daerah lokasi tertentu
namun kedua latar waktu bermain di latar tempat Belanda. Latar fisik yang pertama kali
digambarkan dalam cerita ini digambarkan sebagai pembuka cerita ini adalah di ruang
keluarga rumah Dennis di latar waktu hari Minggu.
'Het is een regenachtige zondag. Dennis gaat bij zijn ouders aan tafel zitten.'
Hari minggu hujan turun. Dennis duduk di kursi bersama orang tuanya.

Cerita selanjutnya akan bergantian antara latar tempat dan waktu sekarang dengan masa
lalu. Maka, perincian pergantian latar tempat dan waktu dijabarkan sebagai berikut:

9

AWAL CERITA
waktu: masa sekarang, hari Minggu
tempat: ruang tamu Dennis
waktu: tahun 1961
tempat: kamar tidur Ayah Dennis

waktu: masa sekarang, hari Minggu
tempat: ruang tamu Dennis
waktu: tahun 1963
tempat: aula tempat perayaan ulangtahun teman
Ayah Dennis.
waktu: masa sekarang, hari Minggu
tempat: ruang tamu Dennis

waktu: tahun 1965
tempat: ruang kepala sekolah Ayah Dennis

waktu: masa sekarang, hari Minggu
tempat: ruang tamu Dennis

waktu: 1967
tempat: pusat kota Amsterdam

waktu: 1967
tempat: jalan sepi di pinggir trotoar

waktu: masa sekarang, hari Minggu
tempat: ruang tamu Dennis
AKHIR CERITA
waktu: 1969 tempat: asrama mahasiswa
tempat: ruang tamu Dennis

10

3. BUDAYA POPULER DALAM CERPEN DE SIXTIES
Dalam cerpen ini, budaya populer muncul tidak hanya sebagai sebuah budaya yang
berkembang di masyarakat tapi juga menjadi latar belakang munculnya konflik dalam cerita.
Adapun konflik tersebut terjadi antara dua pihak yaitu, kaum remaja dan kaum orang dewasa.
Dalam penokohan, kaum remaja diwakili oleh tokoh Ayah dan Ibu Dennis sedangkan kaum
dewasa diwakili oleh Kakek Dennis, dan Kepala Sekolah. Pengertian budaya populer sendiri
menurut John Storey memiliki banyak sifat pendefinisian. Secara terminologi, budaya populer
berarti budaya yang banyak disukai. Di dalam cerpen ini, budaya populer di Belanda menjadi
berkembang karena ada peran dari anak muda. Konsep anak muda sendiri menurut Dr. Alfian
(1986) adalah golongan masyarakat yang berada di dalam kelompok umur tertentu yang
membedakannya dari kelompok-kelompok umur yang lain seperti anak-anak atau golongan
tua.2 Sedangkan Theodore Roszak dalam bukunya, Reflections on the Technocratic Society
and Its Youthful Opposition (1969), menyebutkan bahwa anak muda adalah seorang yang
sudah melewati masa anak-anak dan sedang dalam tahap perkembangan menjadi seorang
dewasa. Pada tahap perkembangan ini seorang anak muda merasa bahwa dia sudah mandiri
dan dapat mengambil keputusan sendiri.
Lebih jauh lagi Roszak mengatakan bahwa budaya populer bisa berkembang menjadi
counter culture yang memiliki pengertian sebuah kebudayaan yang sangat terpisah dari
asumsi umum masyarakat sehingga banyak yang menganggap bahwa ini bukan merupakan
sebuah kebudayaan, tetapi lebih sebagai sebuah gangguan yang harus diwaspadai. Unsurunsur budaya populer yang ada dalam cerpen ini akan dianalisis menurut teori kebudayaan
milik Storey kemudian akan dijabarkan apakah kemunculan budaya pop tersebut
menimbulkan konflik di antara orang tua dan muda. Dalam cerpen ini ditemukan budaya
populer dalam bidang musik, media massa, gaya hidup, mode dan penampilan. Perincian
budaya yang muncul dalam cerpen akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

2

Alfian, 1986, Trasformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, hlm 85.

11

Tabel Budaya Populer dalam Cerpen
Bentuk Budaya
Pop
Musik dan Media
(1961)

Situasi

Kutipan

Konflik

Tokoh Ayah Dennis
mendengarkan lagu
modern di Radio
Luxemburg

“Hij heeft
afgestemd op Radio
Luxemburg de enige
zender die moderne
muziek uitzendt”

Kakek Dennis
merasa terganggu
karena dia
menganggap musik
itu bising dan
merasa bahwa band
Belanda itu tidak
seharusnya
bernyanyi dalam
bahasa Inggris.

Musik (1961)

Ayah Dennis
mendengarkan lagu
dari band asal
belanda The Blue
Diamonds

“Dit zijn The Blue
Diamonds, twee
Indische jongens uit
Nederland. Ze staan
deze week nummer
eeen in de top tien.”

The Blue Diamonds
menjadi sebuah ikon
budaya pop di
Belanda. Bisa
dikatakan band ini
merupakan The
Beatles dari
Belanda. Remaja
menyukai musik ini
namun orang
dewasa merasa
musik mereka
terlalu berisik.

Musik (1961)

Elvis Presley, Cliff
Richard, The
Beatles

Ibu Dennis muda:
“Heb jij gisteren de
Beatles op de
televisie gezien?

Gaya Hidup (1963)

Situasi di pesta
dansa ulang tahun
teman Ayah Dennis

Tiga musisi tersebut
merupakan ikon
musik populer di
tahun 60-an.
Pengaruh musik
Ayah Dennis muda: mereka muncul
“Bovendien had ik
lewat televisi. Pada
van mijn ouders niet cerpen ini terjadi
mogen kijken Die
konflik antara kaum
zijn zo vreselijk
remaja dan orang
ouderwets
tua. Kakek Dennis
.”
tidak mengizinkan
(Lagipula aku tidak Ayah Dennis untuk
diperbolehkan
menonton TV. Ayah
menonton oleh
Dennis sebagai
orang tuaku.
representasi kaum
Mereka itu benarremaja menganggap
benar keterlaluan
perbuatan orang tua
kuno.)
yang seperti itu
sangatlah kuno.
‘Alleen moet ik dan Remaja
mulai
smoes
verzinnen mengelabui orang
voor mijn ouders’
tua mereka agar
mereka dapat pergi
‘Ach, je zegt toch ke pesta dansa atau

12

gewoon dat je mij tempat berkumpul
moet helpen met remaja yang lain
mijn huiswerk.’
(uitgaan).
Mode dan
Penampilan (1963)

Penampilan dari
Ayah Dennis

“Zijn haren komen
tot op zijn
schouders, hij heeft
een slordig jasje aan
en draag een raar
brilletje. “

Interaksi sosial
remaja (1963)

Pergaulan bebas

Pemberontakan

Demonstrasi

Perdamaian

Flower-powertijd

Gaya Hidup

Seks bebas

“Thuis mocht ik je
niet eens een
zoentje geven. We
mochten alleen
braaf naast elkaar
op de bank zitten.
Daarom gingen we
zo graag naar
dansfeestjes. We
kunnen hier alles
doen.”
“In de stoet lopen
duizenden mensen
mee. Het zijn vooral
jongeren. Ze
schreeuwen leuzen
tegen president van
Amerika.”
“We vonden toen
dat het de verkeerde
kant op ging met de
wereld. Het zou
allemaal beter
worden als iedereen
gewoon lief voor
elkaar was.”
“Samen wiegen ze
heen en weer kussen
op de grond.”
“Daar zat geen
gewone tabak in
maar hasjiesj. Daar
kreeg je een lekker
gevoel van. Een
beetje high.”

Obat-obatan
terlarang

Konfilik
yang
terjadi adalah antara
remaja
dengan
orang dewasa yang
menganggap
penampilan remaja
tidak
rapi
dan
menganggu.
Konflik yang terjadi
adalah orang dewasa
tidak mengizinkan
remaja
untuk
berpacaran
di
rumah.
Remaja
sengaja datanag ke
pesta dansa untuk
bebas
bergaul
dengan
remaja
lainnya.
Konflik yang terjadi
adalah antara remaja
dengan
pihak
otoritas
dan
masyarakat
umun
Belanda. (counter
culture)
Konflik
antara
remaja dengan pihak
otorutas
dan
masyarakat umum
Belanda. (counter
culture)
Perilaku remaja ini
mengakibatkan
konflik
dengan
orang dewasa yang
menganggap remaja
menjadi liar dan
tidak bisa diatur.

13

4. KESIMPULAN
Keadaan remaja Belanda di masa pasca-Perang Dunia ke-II mengalami perubahan di
beberapa bidang. Salah satu alasan utamanya adalah kemunculan televisi di pertengahan
tahun 60-an yang menyebabkan banyak akses siaran musik dari Amerika masuk ke Belanda.
Selain itu, penampilan dari ikon-ikon musik populer juga sering diimitasi oleh para remaja di
Belanda. Hal ini menyebabkan perubahan yang dialami oleh para remaja dalam bidang mode
dan penampilan. Remaja pria misalnya, memiliki rambut panjang dan menggenakan baju
selayaknya musisi band di tahun tersebut. Perubahan budaya juga terjadi dalam gaya hidup
dan interaksi sosial remaja. Dalam ranah yang lebih besar lagi, budaya populer menyebabkan
pemberontakan para remaja terhadap otoritas pemerintah.
Dalam cerpen ini digambarkan bahwa budaya populer kerap menimbulkan konflik antara
kaum muda dan orang tua. Perubahan cara berpakaian dan berpenampilan anak muda dirasa
kurang sopan dan tidak baik. Bahkan dalam cerpen ini ada konflik yang terjadi dari tokoh
utama dengan orang tuanya karena selera musiknya dianggap terlalu berisik dan menganggu.
Dalam beberapa gejala munculnya budaya, konflik yang muncul ada yang mencapai ranah
counter culture, yaitu budaya yang menyebabkan pihak yang menjalankannya dianggap
sebagai gangguan bagi masyarakat tertentu. Dalam hal ini adalah pergerakan anak muda
untuk menentang penyerangan Amerika kepada Vietnam. Remaja diperlakukan sebagai
pemberontak yang melawan pemerintah Belanda. Masyarakat lainnya, terutama orang tua
beranggapan bahwa Belanda berhutang budi kepada Amerika karena sudah banyak dibantu
dengan bantuan dari Marshall Plan. Mereka menilai remaja tidak sepatutnya menentang
pihak yang sudah membantunya.
Selain itu, muncul pergerakan de flower-powertijd yang berkembang di Amerika dan
Negara Eropa lainnya, termasuk juga di Belanda. Pergerakan ini tidak hanya mengusung
perdamaian sebagai hal yang paling utama namun juga kebebasan. Gelaja perubahan budaya
yang muncul dalam cerpen ini adalah penggunaan obat-obatan terlarang serta seks bebas yang
dilakukan remaja pada masa itu. Perubahan budaya ini juga termasuk counter culture karena
keberadaannya ditentang oleh masyarakat umum dan dianggap sebagai sesuatu yang
menyalahi norma serta batas tabu di masyarakat.

14

Daftar Pustaka
Alfian, 1986, Trasformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, hlm 85
Lukens, Rebecca. 2012. A Criticaal Handbook of Children´s Literature 9th
Edition. Boston: Pearson Education Inc.
Nurgiyanto, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Toha-Sarumpaet, Riris. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Roszak, Theodore, 1969, The Making of A Counter Culture: Reflections on the Technocratic
Society and Its Youthful Opposition, New York: Doubleday & Company, Inc., hlm, xii.
Sarumpaet, K. Riris, Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi; Jakarta:
Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional; 2010
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Imu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.

15

16