PENGARUH MOTIVASI DAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN SISWA BERWIRAUSAHAA (Survei di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung).

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ………... 10

1.3. Pembatasan Masalah ... 12

1.4. Perumusan Masalah ………... 12

1.5. Tujuan Penelitian ……... 13

1.6. Kegunaan/Manfaat Penelitian ………. 1.7. Definisi Operasional ……….. 1.8. Sistematik Penelitian …………... 13 14 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Kewirausahaan, dan Pembelajaran Kewirausahaan ... 19

2.1.1 Motivasi Kewirausahaan dalam Kesiapan Siswa Berwirausaha ... 19

2.1.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Pembelajaran ... 28 2.1.3 Pengaruh Luar (Lingkungan teman dan keluarga) ...

2.1.4 Pembelajaran Kewirausahaan ……… 2.1.5 Kesiapan Siswa Berwirausaha ………... 2.1.6 Hasil Penelitian yang Relepan ………... 2.1.7 Pengajuan Hipoetsis ………..

35 41 46 50 51


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian ………... 52

3.2. Metode Penelitian ………... 54

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 3.3.1. Populasi ……….. 55 55 3.3.2. Sampel ………... 56

3.4. Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data ... 59

3.4.1. Instrumen Pengumpul Data ... 59

3.4.2. Kisi-kisi penelitian ... 60

3.4.3. Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 3.5. Uji validitas Instrumen ……… 3.5.1. Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Kewirausahaan (X1) …... 3.5.2. Hasi Uji Validitas Item Pembelajaran Kewirausahaan(X2) …… 3.5.3. Hasil Uji Validitas Item Kesiapan Siswa Berwirausaha (Y) ……. 3.6. Uji Reliabilitas Insrumen ………. 3.7. Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data ………. 3.7.1. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 3.7.2. Prosedur Pengolahan data ……… 3.7.3. Teknik Analisis Data ……… 3.7.4. Rancangan Uji Hipotesis ……….. 61 62 64 64 65 65 67 67 67 68 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 83

4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel ... 84

4.2.2 Uji Persyaratan Analisis ... 90 4.2.3 Uji multikoliner ...

4.2.4 Pengujian Hipotesis ………. 4.2.5 Interprestasi Hasil Penelitan ……… 4.3 Pembahasn Hasil Penelitian ………

4.3.1 Pengaruh Motivasi kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha ………

4.3.2 Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa

Berwirausaha ………. 92 92 108 109 109 110


(3)

4.3.3 Pengaruh Motivasi kewirausahaan & Pembelajaran Kewirausahaan

terhadap Kesiapan Siswa Berwirausaha ………….

4.4 Keterbatasan Penelitian ……….

111 112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan ... 5.1.1 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Motivasi

Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha………

5.1.2 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Pembelajaran

Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha………..

5.1.3 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan secara bersama-sama antara Motivasi Kewirausahaan, Pembelajaran Kewirausahaan

dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha………...

5.2 Rekomendasi ………..

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...

113

113

113

114 115 118 120


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Bahkan setiap repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun, sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Dari dalam negeri diketahui bahwa NEM SD sampai SLTA relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik.

Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Ia tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada


(5)

pembentukan jiwa entrepreneurship, artinya jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar, adalah kecakapan hidup (life skill). Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan, adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah ‘agent of change’ yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa

‘entrepreneur’ bagi peserta didiknya. Di samping itu, jiwa ‘entrepreneur’ juga sangat diperlukan bagi Siswa SMK, karena melalui jiwa ini, para siswa akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri.

Dalam memasuki abad ke-21, tantangan dan permasalahan kehidupan manusia terus-menerus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan ekonomi. Untuk menjawab tantangan dan permasalahan tersebut diperlukan manusia yang berkualitas, sebagai penentu ke arah yang lebih baik. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu bersaing dalam kehidupan yang semakin rumit dan kompleks serta memiliki keunggulan dalam menjawab segala tantangan dan tuntutan kehidupan.


(6)

Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan dalam UU No. 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU Sisdikanas, Bab II, Pasal 3 dirumuskan sebagai berikut,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan nasional, atau menjadikan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk bisa melaksanakan pembangunan nasional demi terwujudnya kesejahteraan nasional diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Sedangkan untuk menghasilkan SDM yang unggul dibutuhkan pendidikan yang baik, relevan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu pendidikan yang dikembangkan di Indoenesia ialah pendidikan vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan.

Pendidikan menengah kejuruan memegang peranan penting dalam mendorong perekonomian-perekonomian masyarakat melalaui penyediaan tenaga kerja terampil. Penguasaan keterampilan yang tinggi memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas masyarakat baik dalam bentuk produk barang maupun jasa serta pengembangan inovasi.

Penguasaan keterampilan menjadi sangat penting karena disamping untuk mendukung produktivitas masyarakat di pasar kerja juga untuk mendukung pengembangan produk dan operasionalisasi industri yang menggunakan teknologi tinggi, itulah sebabnya banyak industri terkemuka di berbagai negara menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan


(7)

pembelajaran sebagai bagian dari program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusianya. (Depdiknas, 2005-2009, 1:2005).

Dari naskah rencana strategis di atas jelas menekankan agar siswa SMK harus menguasai keterampilan. Keterampilan kejuruan (vokasi) ini dimanfaatkan untuk bekal para siswa terjun ke dunia kerja untuk mencari bekal kehidupan.

Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnyalah kualitas SDM ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi keimanan dan ketaqwaan (imtaq). Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan Indonesia.

Kewirausahaan adalah keberanian, keutamaan dan keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Bastian Bustami, et,al. 1997: 2). Demikian juga John Kao (1991:14) dalam Suherman (2008:6) kewirausahaan adalah sikap dan prilaku wirausaha.

Direktotat Menengah Kejuruan (Dikmenjur) yang kemudian berubah namanya menjadi Direktur Pembinaan SMK merupakan bagian dalam organisasi Departemen Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Jenderal Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) memiliki kewajiban untuk membina Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengimplementasikan kebijakan pemerintah, dengan visi dan misi, yaitu cerdas dan kompetitif.


(8)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik siap untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan memenuhi standar, sekarang ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Karena, dalam era globalisasi sekarang ini diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk selalu dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

Saat ini, pemerintah juga mencanangkan kebijakan yang boleh dikatakan spektakuler berkenaan dengan rasio perbandingan jumlah SMA dan SMK, dari 70 : 30, menjadi 30 : 70, pada tahun 2025. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan SMK juga mencanangkan program 1000 SMK Bertaraf Nasional dan 200 SMK Bertaraf Internasional.

Dalam pelaksanaanya, tentu saja diperlukan peningkatan guru, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam Undang-Undang N0. 14 tentang guru dan dosen, khususnya dalam Bab III disebutkan mengenai persyaratan guru, seperti : (a) guru wajib memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya berijazah S1 atau D IV; (b) memiliki kompetensi kepribadian , kompetnsi sosial dan kompetensi profesi (kejujuran), serta (c) memiliki sertifikasi pendidik.


(9)

Sementara itu, kenyataan di lapangan kualitas guru yang kurang kompeten serta penempatannya yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keilmuan. Sedangkan kualitas guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Sebab guru merupakan ujung tombak yang turut mewarnai proses pembelajaran. Di sisi lain, guru harus mampu memfasilitasi proses belajar siswa.

Guru merupakan profesi pendidik yang memiliki beberapa tugas utama, yaitu mendidik, membina, mengajar, melatih, membimbing, menilai, mengarahkan, dan membentuk watak serta kepribadian peserta didik, sehingga berubah menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan menjadi manusia yang cerdas serta bermartabat.

Kenyataan di lapangan, masih banyak guru SMK yang belum memenuhi persyaratan tersebut di atas. Menurut penelitian Balitbang Depdiknas (2001), guru yang layak mengajar baru 38%, dan sisanya 62% belum layak mengajar, atau mengajar bukan pada bidangnya (mismach).

Permasalahan berikutnya adalah terbatasnya lapangan pekerjaan. Tamatan SMK pada umumnya ingin mencari pekerjaan, bukan berwirausaha. Hal ini, jelas akan menjadi hambatan. Siswa SMK yang memiliki keterampilan untuk bekerja, tidak dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk bekerja, setiap tahunnya, jumlah pengangguran terus meningkat.

Jumlah penganggur terdidik dari tahun ke tahun terus bertambah. Menurut laporan International Labour Organization (ILO), selama dua tahun terakhir ini terjadi peningkatan pengangguran dunia rata-rata 20 juta. Total jumlah pengangguran saat ini 180 juta dan seperampatnya berada di Indonesia.


(10)

Direktur PT. Roll Internusa Mandiri (RIM) Juliati Simajuntak mengungkapkan hal itu pada pelantikan perawat dan peresmian Unit Pelatihan Perawat Profesional Indonesia di Fakultas Kedokteran UGM, baru-baru ini. Dia memaparkan, penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami pembekakan. Tahun 2001, jumlahnya mencapai 1,83 juta. Tahun berikutnya meningkat menjadi 2,19 juta. Pada tahun 2003 mencapai 2,4 juta dan data terakhir pada tahun 2004 menjadi 2,56 juta orang. Persoalan yang dihadapi Indonesia karena indeks kualitas SDM masih rendah. Berdasarkan data 2001, posisi Indonesia berdasarkan indeks tersebut berada pada posisi ke -38, di bawah Fiji, Cape Verde, Sri Lanka, Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global dapat bertambah lima juta orang akibat guncangan ekonomi global yang mencakup antara lain kekisruhan pasar kredit dan meningkatnya harga minyak dunia. Menurut siaran pers dari ILO yang diterima ANTARA News di Jakarta, Jumat, prediksi tersebut terungkap dalam hasil laporan tahunan Tren Penempatan Kerja Global (GET) ILO pada tahun 2008.

Pasca krisis ekonomi dunia tahun 1998, bangsa Indonesia mengalami imbasnya. Perekonomian terpuruk, yang menyebabkan banyak industri yang menampung banyak tenaga kerja mengalami gulung tikar. Hal itu menyebabkan para pekerja dirumahkan. Satu contoh, PT. Dozon di Tangerang yang menampung 16.000,- orang tenaga kerja terpaksa merumahkan karyawannya, karena produk mereka, sepatu, tidak diterima di Amerika Serikat. Kita bisa membayangkan,


(11)

16.000,- orang karyawan itu tidak sendirian. Di belakang mereka itu ada istri dan anak. Kalau dirata-ratakan setiap karyawan itu menanggung satu istri dan dua anak, berarti penduduk yang terkena dampaknya itu tiga kali lipat, atau 16.000,- X 3 = 48.000,- jiwa. Ingat, jumlah itu baru berasal dari satu pabrik sepatu saja, yang perlu diperhatikan, dari sekian juta penganggur, terdapat sekian persen termasuk penganggur putus asa. Angka sekitar 1,2 juta pengangguran di Indonesia yang putus asa dalam mencari kerja sehingga mereka tidak ingin mencoba mencari pekerjaan, seperti diungkap BPS pekan lalu, dianggap sebagai data yang masih premature, namun perlu mendapat perhatian pemerintah. Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Paulus Wirutomo, hal itu cukup mengejutkan karena menyangkut 11.98 persen dari jumlah pengangguran di Indonesia, namun menekankan perlu adanya data tambahan mengenai hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2007 itu.

Krisis yang dialami oleh Amerika Serikat juga berdampak pada penambahan jumlah penganggur disebabkan dirumahkannya karyawan pabrik, karena pabrik tidak dapat lagi memasarkan hasil produknya ke Amarika Serikat. Bedasarkan catatan yang diperoleh dari koran, di wilayah Bandung saja sekitar 1.500 pabrik tutup dan terpaksa merumahkan puluhan ribu karyawannya. Di wilayah Purwakarta saja, ada 20.000,- karyawan yang kemudian dirumahkan. Kita dapat membayangkan, dari 20.000,- karyawan itu memiliki keluarga yang harus dihidupi. Krisis di Amerika Serikat ini kemudian meningkatkan angka kemiskinan.


(12)

Melihat kenyataan tersebut, sudah selayaknya SMK sebagai salah satu lembaga yang intes melahirkan tenaga kerja, tidak hanya mencetak, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berwirausaha. Menurut Totok Triwibowo (2009) selaku tim Pembina Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewirausahaan PPPPTK BMTI Bandung, dalam wawancara dengan penulis, dengan dibentuknya, unit produksi (UP), pihak sekolah bukan sekedar mencari tambahan pendapatan, melainkan mengajarkan bagaimana caranya siswa memiliki pengalaman berwirausaha. Selama ini, pihak sekolah yang menerima order dari pihak luar, dan siswa yang mengerjakan order tersebut, berarti siswa tetap hanya berperan sebagai pembuat, tetapi tidak memahami bagaimana berintrepreneurhip, atau melakukan kegiatan wirausaha untuk mengatasi sempitnya lapangan kerja.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan ( Dir. PSMK), yang menjadi payung bagi SMK memandang perlu dilakukan upaya untuk mengubah orientasi SMK, yang tidak hanya menyiapkan calon tenaga kerja yang siap terjun ke dunia industri, tetapi juga menyiapkan siswa untuk mencari alternativ sebagai wirausaha apabila tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya atau kompetensinya.

Upaya itu dilakukan dengan diadakannya mata pelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk membina kewirausahaan di SMK ini, maka para guru SMK diadakan Diklat kewirausahaan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri Bandung (PPPPTK BMTI Bandung). Para guru inilah yang kelak memiliki kewajiban untuk membangkitkan motivasi siswa untuk mampu


(13)

berwirausaha, setidaknya memiliki kesiapan untuk berwirausaha. Namun, karena karakteristik wirausaha itu sendiri memiliki sesuatu yang khas, tentu saja tidak serta merta hal itu dapat menyebabkan timbulnya kesiapan siswa dalam berwirausaha. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesiapan siswa berwirausaha. Di antara faktor yang mempengaruhinya antara lain motivasi, lingkungan sosial, dan pendidikan kewirausahaan itu sendiri. Di lain pihak, mencari pekerjaan yang layak, terutama di sektor formal, bukanlah suatu pilihan yang mudah bagi orang muda, terutama bagi mereka dengan tingkat pendidikan rendah.

Halangan utama bagi orang muda dalam mencari pekerjaan yang layak terutama pendidikan keterampilan yang tidak mencukupi, tidak adanya pengalaman kerja dan kurangnya pekerjaan yang tersedia. Seperti telah digambarkan dalam bagian sebelumnya, jumlah kaum muda yang terlibat dalam sektor informal relatif tinggi, di sana terdapat lebih banyak kesempatan kerja, salah satunya adalah menjadi wirausahawan. Namun demikian, kalangan muda dihadapkan pada berbagai permasalahan ketika akan memulai usaha mereka sendiri. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh wiraswastawan muda antara lain yang berkaitan dengan sumber keuangan, dana, SDM, pengalaman, dan jaringan kerja. Terlebih lagi, untuk menjadi seorang wirausahawan tidak saja dibutuhkan latar belakang pendidikan dan keterampilan, hal-hal lain yang diperlukan adalah: semangat positif, pemikiran orisinil, motivasi diri, kemandirian serta kemampuan untuk membangun usaha yang produktif dan berguna bagi masyarakat. Pertanyaan yang dipermasalahkan adalah: Sejauh mana kontribusi


(14)

kesiapan berwirausaha siswa dibentuk atau dicapai melalui pemberian motivasi, dan pendidikan kewirausahaan!

1.2 Identifikasi Masalah

Kegiatan proses beajar mengajar banyak melibatkan komponen yang saling mempengaruhi, seperti: Motivasi, lingkungan social, Kondisi siswa, kondisi guru, tujuan pembelajaran kewirausahaan, evaluasi, fasilitas, sarana, dan prasarana belajar. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan pada prinsipnya guru tidak mengubah isi kurikulum, akan tetapi guru mempunyai wewenang untuk memodifikasi pada komponen kegiatan belajar mengajar.

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

1. Variabel bebas (independent)

Yang dimaksud dengan variabel independent dalam penelitian ini adalah motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. Peubah bebas (independent variable), yaitu : Peubah yang mempengaruhi peubah lain. Seperti peubah terikat, peubah inipun dikenal dengan berbagai sebutan, seperti peubah pendahulu, peubah masukan, (input), Furqon (2004:12). Kutipan tersebut dapat dimaknai bahwa variabel bebas sebagai variabel stimulus atau input, dalam penelitian ini adalah motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. 2. Variabel Terikat (dependent).

Yang dimaksud dengan variabel dependent dalam penelitian ini adalah kesiapan siswa berwirausaha. Variabel terikat (dependent variable), yaitu :

peubah yang dipengaruhi oleh peubah lain. Dalam berbagai konteks penelitian, peubah ini dikenal dengan sebutan yang beragam, seperti peubah


(15)

keluaran (output), peubah kriteria, dan peubah respons. Penelitian dilakukan untuk mengkaji bagaimana atau sejumlah mana peubah ini dipengaruhi, ditentukan, atau dijelaskan oleh peubah lain. Furqon (2004:12)

Kutipan tersebut dapat dimaknai bahwa, sebagai output adalah kesiapan siswa berwirausaha..

Pokok permasalahan akan dirumuskan dalam paragraf 1.4 di mana akan menunjukkan adanya beberapa masalah yang perlu dikaji agar lingkup penelitian menjadi lebih jelas. Pengkajian itu didasarkan pada paradigma (pola pikir) yang dilukiskan pada gambar 1.1 di bawah ini!

Identifikasi penelitian tersebut didasarkan pada fenomena dunia pembelajaran kewirausahaan, bahwa kesiapan berwirausaha (Y) lahir dari pemberian motivasi atau semangat untuk melakukan wirausaha (X1), dan pengembangan pengalaman yang diperoleh dari ragam pendidikan di sekolah (X2). Namun demikian, dalam kenyataanya tidak semua siswa memiliki kesiapan berwirausaha, karena kurangnya motivasi untuk melakukan hal tersebut, atau mungkin karena berbagai faktor internal, seperti takut gagal, malu atau lainnya.

Y

r

yx1

r

yx1 x2

r

yx2

X

1

X

2


(16)

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada SMKN 11 Bandung, untuk mengungkapkan kesiapan siswa dalam berwirausaha seperti yang dipersyaratkan dalam pengertian wirausaha atau entrepreneurship itu sendiri, bahwa wirausaha adalah semangat, sikap, perilaku dalam kesiapannya menangani usaha atau bisnis, yang mengatur modal, tenaga, proses kerja untuk suatu keuntungan, baik dalam “barang maupun jasa”. Penelitian ini bersifat studi kasus di SMKN 11 Bandung, sehingga hasil yang diperoleh tidak berlaku untuk SMK-SMK yang lain.

1.4 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian berdasarkan identifikasi masalah adalah: Bagaimana pengaruh motivasi, pendidikan kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha di SMKN 11 Bandung?

Lebih jelasnya masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kesiapan siswa berwirausaha?. 1.4.2 Bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan

siswa berwirausaha?.

1.4.3 Bagaimana pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan secara bersama-sama terhadap kesiapan siswa berwirausaha?.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan tentang, “pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa Berwirausaha di sekolah Menengah kejuruan Negeri 11 Bandung”.


(17)

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan utuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai :

a. Pengaruh motivasi terhadap kesiapan siswa berwirausaha.

b. Pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha.

c. Pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha.

1.6 Kegunaan/Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi SMKN 11 Bandung penelitian ini berguna untuk pengembangan dan pengambilan keputusan dalam pembinaan kesiapan siswa berwirausaha terkait dengan motivasi dan pembelajaran kewirausahaan.

1.6.2 Bagi SPS UPI hasil penelitian ini dapat mengembangkan penelitian tindakan kelas terkait dengan motivasi dan pembelajaran kewirausahaan. 1.6.3 Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai penelitian korelatif

yang terkait dengan motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian sangat bermanfaat terutama dalam mendeskripsikan judul mengenai sasaran yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Penelitian ini didukung oleh Furqon (2004:16) yang menyatakan bahwa operasional adalah mengidentifikasi dan


(18)

merumuskan peubah yang terlibat pada setiap hipotesis. Setiap peubah kemudian harus dirumuskan secara operasional sehingga jelas aspek-aspeknya yang hendak diukur.

Dengan batasan masalah yang ditetapkan berdasarkan identifikasi penelitian di atas, variabel-variabel penelitian tersebut perlu dijabarkan dalam bentuk definisi-definisi operasional dalam kondisi pembelajaran yang dinamis.

Pertama, kesiapan siswa dalam berwirausaha sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam melaksanakan pendidikan, latar belakang sosial atau kondisi ekonomi keluarganya. Diperkirakan, bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat untuk mencapai kesuksesan, yang didukung oleh latar belakang sosial keluarganya yang sudah terbiasa mandiri sebagai wirausaha akan memiliki kcenderungan lebih siap dalam melaksanakan wirausaha.

Kedua, Pembelaajaran kewirausahaan akan berhasil apabila siswa sudah memahami karakteristik kewirausahaan. Pembelajaran ini akan menjadi semakin mendekati hasil, apabila siswa melaksanakan praktek kewirausahaan. bukan praktek kerja industri, sebagai pekerja industri, melainkan melakukan kegiatan praktek kewirausahaan.

Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kwirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan resiko, nilai-nilai pribadi; pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Faktor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, incubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah,


(19)

sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orag tua, dan jaringan kelompok.

Orang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan prilaku dengan bekal pengetahuan; pengalaman, dan keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengaharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok, berpengaruh dalam membentuk prilaku kewirausahaan.

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka definisi-definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Pengaruh, menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://pusatbahasa. Diknas.go.id/kbbi), adalah yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Motivasi didefinisikan sebagai proses untuk menggiatkan dan menguatkan motif sehingga mendorong individu untuk melakukan kegiatan. Dalam konteks penelitian ini motivasi yang dimaksud adalah upaya atau dorongan-dorongan yang dilakukan sekolah khususnya para siswa yang dapat membangkitkan tumbuhnya minat dan keinginan belajar berusaha pada diri anak-anaknya.

3. Pembelajaran kewirausahaan didefinisikan pembelajaran atau Materi mata diklat Kewirausahaan atau entrepreneurship yang diterima siswa di Sekolah Menengah Kejuruan.


(20)

4. Kesiapan Berwirausaha didefinisikan sebagai semanagat, sikap, perilaku dan kemampuan siswa dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menetapkan cara-cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 1.8 Sistematis Penelitian

Berdasarkan uraian dalam pharagrap 1.3 telah tersirat, bahwa sistematis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kuantitaif yang bersifat deskriptif-analitis sehingga berdasarkan statistik yang diperoleh dapat disimpulkan hasil-hasil yang terungkap melalui penelitian ini. Penjabaran lebih lanjut penerapan metode penelitian ini diuraikan dalam Bab III dari naskah tesis ini.

Pembahasan tesis di awali dengan mengemukakan latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematis penelitian. Dalam Bab I. Dilanjutkan dengan Bab II. Landasan teori itu akan digunakan sebagai dasar analisis dan interprestasi statistik yang diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian di lapangan. Kemudian dalam Bab III dikemukakan rancangan penelitian yang digukan sebagai acuan penelitian. Dalam bab ini dijelaskan secara rinci tujuan penelitian, asumsi-asumsi, hipotesis penelitian, pengembangan instrument penelitian dan rancangan pengolahan data.

Kegiatan dan pengolahan data disajikan dalam Bab IV. Dalam bab ini dijelaskan langkah-langkah persiapan yang bersifat administrasi dan teknis,


(21)

pelaksanaan penelitian yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan interprestasi hasil pengolahan data.

Tesis ini ditutup dengan bab V yang menyajikan kesimpulan dan hasil penelitian, dan diakhiri dengan rekomendasi


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang masalah yang kemudian dirumuskan masalahnya berdasarkan penelitian ini, maka inti kajiannya adalah masalah motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan pada sekolah menengah kejuruan. Perspektif atau sudut pandang digunakan untuk mengkaji masalah motivasi, pembelajaran kewirausahaan dan kesiapan siswa berwirausaha. Penelitian ini meliputi tiga variabel, yaitu motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan serta kesiapan siswa berwirausaha di sekolah menengah kejuruan. Variabel tersebut masing-masing dipecah menjadi variabel bebas (independent variable) yang meliputi motivasi dan pembelajaran kewirausahaan dan variabel terikat (dependent variable) yaitu kesiapan siswa berwirausaha.

Untuk kepentingan penyederhanaan analisis data, maka masing-masing variabel diberikan simbol sebagai berikut; variabel motivasi dengan simbol X1, variable pembelajaran kewirausahaan dengan symbol X2 dan variabel kesiapan siswa berwirausaha dengan simbol Y.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu studi yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, menganalisis data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan statistik. Sesuai dengan pendapatnya Ibnu Hadjar (1996:3) bahwa „untuk menetapkan kesamaan dan keeratan hubungan memerlukan data kuantitaf.” Metode penelitian


(23)

adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode yang menghubungkan antara satu variable dengan veriable lainnya dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variable tersebut.

Penggunaan metode korelasional pada penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya adalah kemampuannya untuk menyelidiki pengaruh antara beberapa variable secara simultan dan mampu memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) pengaruh variable-variable yang diteliti. Sehingga dengan demikian dapat diketahui (kekuatan) pengaruh antara variable-varible yang diteliti. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu peneliti ingin berusaha mendapatkan keterangan seberapa besar pengaruh motivasi dan pembelajran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha pada siswa SMK 11 Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, menganalisis data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan statistik. Teknik dengan menggunakan instrumen pengumpul data berupa angket.

Dengan ini penelitian meliputi (tiga) variabel yaitu : 1) Motivasi

2) Pembelajaran Kewirausahaan. 3) Kesiapan Siswa Berwiraswasta. 3.2 Metode Penelitian

Metode di sini menjelaskan tentang metode apa yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian dapat berbentuk : metode penelitian survey, ex post facto, experimen, naturalistic, policy research (penelitian policy, action research


(24)

(penelitian tindakan), evaluasi, dan sejarah. Berikut ini diterangkan secara singkat tentang beberapa metode penelitian.

Metode merupakan suatu cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar dan valid, Sugiono (Riduwan, 2004 :50) mengemukakan bahwa :

Penelitian ex post facto, adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti penelitian peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Selanjutnya Kerlinger (Riduwan, 2008:49) mengemukakan bahwa:

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Dengan pernyataan tersebut di atas, penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian melalui pendekatan survey. Sedangkan menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini adalah termasuk penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2005: 11).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Sugiyono (Riduwan, 2008:54) memberikan pengertian bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan Nawawi (Riduwan 2008:54) menyatakan bahwa “ Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin,


(25)

hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan subjek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.” Riduwan (2008:55) menyatakan bahwa “ Populasi adalah Keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah generalisasi dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 11 Bandung, Program kewirausahaan tahun ajaran 2008 dan 2009 yakni sebesar 135 orang, namun yang layak dijadikan responden hanya 125 orang dengan pertimbangan: (1) Siswa tersebut telah melaksanakan praktek kewirausahaan , (2) telah mengikuti pendidikan sejak dari semester satu di SMKN 11 Bandung, sehingga memiliki kelengkapan hasil belajar berupa nilai, (3) responden bukan siswa pindahan dari sekolah lain.

3.3.2 Sampel

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan tertentu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sugiyono (Riduwan, 2008:56) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel merupakan wakil populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data.


(26)

Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan dua hal yaitu: (1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi. (2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan probability sampling yang merupakan teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Salah satu yang tergolong teknik probability sampling ialah teknik sampling acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Dilakukan sampling ini disebabkan anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Karena dengan teknik ini memungkinkan semua individu anggota populasi memperoleh kesempatan yang sama dan independen untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Yang dimaksud dengan independen adalah bahwa pemilihan satu individu tidak mengurangi atau menutup kesempatan individu lain untuk terpilih menjadi anggota sampel. Menurut McMillan dan Schumacher, (Ibnu Hajar, 1996:137), “teknik ini merupakan cara terbaik untuk mendapatkan sampel yang tidak bias, yakni tidak over estimasi terhadap variable populasi”.

Adapun jumlah siswa SMKN 11 Bandung Program kewirausahaan yang menjadi populasi adalah sebagai berikut :


(27)

TABEL 3.1

REKAPITULASI JUMLAH RESPONDEN SISWA SMKN 11 BANDUNG

Mata Pelajaran Prog. Studi Angkatan Smt Kelompok/

Kelas Jumlah Siswa

Kewirausahaan 2008/2009 5/6 Regular

135

Dari jumlah populasi sebesar 125 siswa , maka jumlah siswa yang dijadikan sampel dilakukan menggunakan formula sebagai berikut :

Keterangan

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (5%)

Berdasarkan rumus di atas maka sampel untuk responden adalah sebagai berikut:

Dari jumlah sampel 95 responden, kemudian dicari pengambilan sampel berstrata dengan rumus :

=

(Riduwan, 2008 :66)

n =

Keterangan:

n i = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhan Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N N.d2+1

125 125(.0.052) +1 N

Nd2 + 1

Taro Yamane dan Rahmat (Riduwan, 2008:65)

125 (125).(0.0025)+1

125 1.313

= = = =95 responden


(28)

Sehingga sampel yang mewakili masing-masing kelas setiap angkatan adalah : Siswa-Siswi reguler- angkatan 2008/2009 (SM .5)

Dengan menggunakan teknik dan perhitungan yang sama, maka sampel yang mewakili strata populasi adalah sebagai berikut :

TABEL 3.2

JUMLAH SAMPEL PENELITIAN

3.4 Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data 3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi (data) mengenai dan memperoleh data tentang variabel-variabel dalam penelitian serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan meliputi :

1) Data variabel bebas motivasi (X1), dan pembelajaran kewirausahaan (X2). 2) Data variabel terikat kesiapan siswa berwirausaha (Y).

Untuk memperoleh data yang syah guna menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan alat pengumpul data yang terdiri dari :

 Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) adalah Daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Riduwan (2004: 99).

Mata Pelajaran

Prog.

Studi Angkatan Smt Kelas Populasi Sampel


(29)

Keterangan tentang fakta, pada umumnya digunakan angket untuk meminta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku responden. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah :

 Variabel Motivasi : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup, diadopsi dari model skala Likert.

 Variabel Pembelajaran kewirausahaan : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup, diadopsi dari madel skala Likert.

 Variabel kesiapan siswa berwirausaha : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup, diadopsi dari model skala Likert.

Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

TABEL 3.3 POLA PENSKORAN

No Opsi Skor Pernyataan

Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat setuju/sangat puas/sangat benar 5 1

2 Setuju/puas/penting 4 2

3 Netral/cukup puas/cukup penting 3 3

4 Tidak setuju/kurang puas/kurang penting 2 4

5 Sangat tidak setuju/tidak puas/tidak penting 1 5

Sumber : Riduwan (2004: 86)

3.4.2 Kisi–Kisi Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang dijelaskan dalam bab 1, terdapat dua kategori variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel


(30)

bebasnya (independen) terdiri dari motivasi sebagai variabel independen (X1), pembelajaran kewirausahaan sebagai variabel bebas (X2), sedangkan variabel terikat atau dependen (Y) adalah kesiapan siswa berwirausaha. Variabel-variabel tersebut terdiri dari pernyataan negatif dan positif, di mana skor positif terdiri dari 50 pertanyaaan dan skor negatif terdiri dari 10 pertanyaaan. Ketiga variabel tersebut kemudian dikembangkan kedalam kisi-kisi penelitian yang terdiri dari variabel/subvariabel dan indikator. Dari indikator ini dirinci kedalam bentuk deskripsi. Berdasarkan deskripsi tersebut selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pertanyaan pada halaman berikut.

TABEL 3.4

KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL MOTIVASI, DAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN

Variabel/Sub

Variabel Indikator Deskripsi No

Motivasi (X1)

1.Kebutuhan berprestasi 2.Kebutuhan akan afiliasi 3.Kebutuhan akan kekuasaan 4.Dukungan keluarga dan teman

6 4 5 5 4,5,6,8,11,16 7, 13,14,15 17,18,19,20,21 22,24,25,27,29

Jumlah 20

Pembelajaran kewirausahaan

(X2)

1.Pembelajaran kewirausahaan

2.Perolehan kemampuan pengetahuan wirausaha

3.Perolehan kemampuan sikap wirausaha 4.Perolehan kemampuan keterampilan

wirausaha 5 5 5 5 1,3,4,26,27 5,7,8,11,19 13,14,15,16,25 17,18,22,23,24


(31)

Kesiapan siswa berwirausaha

(Y)

1.Sikap mental wirausaha 2.Kemampuan pemasaran 3.Kemampuan manajerial

4.Kemampuan komunikasi dan bergaul dengan orang lain

5.Menangung resiko

4 4 5

4 3

1,3,4,5 11,13,29,30 17,18,19,22,23

7,8,25,26 24,27,28

Jumlah 20

3.4.3 Pengembangan Alat Pengumpul Data

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, maka dilakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang mungkin terjadi, sehingga dengan uji coba instrumen pengumpul data ini, derajat validitas maupun reliabilitasnya dapat diketahui. Untuk uji coba kuesioner, penulis melakukannya terhadap 28 orang siswa secara acak di luar anggota populasi penelitian.

Langkah-langkah uji coba angket dilaksanakan sebagai berikut :

1 Setelah Item pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat apakah indikator telah terwadahi dalam butir-butir pertanyaan.

2. Item atau butir instrumen dikonsultasikan dengan ahlinya (pembimbing), apakah sudah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel yang akan diukur.

3. uji coba dilaksanakan terhadap kelompok siswa yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti.

4. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.


(32)

3.5 Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005: 137) bahwa instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Arikunto (Riduwan, 2008:109) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari alat ukur korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Oleh karena itu sebelum instrumen tersebut digunakan hingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen, hasilnya dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

=

−( ) ( �)

{ 2−( )2}{ 2−( )2

Dimana :

= Koefisien Korelasi n = Jumlah responden. ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

rhrhitung


(33)

TABEL 3.5

INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,40 – 0,599 Cukup tinggi

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat rendah (tidak valid) Riduwan (2008:110)

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 125 orang,

Maka perlu diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi pearson product moment adalah sebagai berikut :

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung dan n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan 0,5%. (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan :

jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya thitung < ttabel berarti tidak valid.

2

1 2

r

n

r

t

 


(34)

3.5.1 Hasil Uji Validitas Intrumen Motivasi (X1)

Variabel ini terdiri dari 29 butir/item pernyataan positif maupun negatif. Intrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang siswa, dengan hasil seperti pada lampiran 3 halaman 131.

Analalisis data menunjukkan hasil bahwa 25 butir/item pernyataan dinyatakan valid dan 4 butir/item dinyatakan tidak valid.

3.5.2 Hasil Uji Validitas Item Pembelajaran Kewirausahaan (X2)

Variabel ini terdiri dari 27 butir/item pernyataan positif maupun negatif. Intrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang siswa, dengan hasil seperti pada lempiran 3 halaman 132.

Analalisis data menunjukkan hasil bahwa 20 butir/item pernyataan dinyatakan valid dan 7 butir dinyakan tidak valid.

3.5.3 Hasil Uji Validitas Item Sikap/Kesiapan Siswa Berwirausaha (Y) Variabel ini terdiri dari 30 butir/item pernyataan positif maupun negatif. Intrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang siswa, dengan hasil seperti pada lampiran 3 halaman 134.

Analalisis data menunjukkan hasil bahwa 23 butir/item pernyataan dinyatakan valid dan 7 butir/item dinyatakan tidak valid.

3.6 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dengan demikian dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa


(35)

yang diukurnya, sehingga kapanpun alat itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Terdapat beberapa teknik atau cara menghitung reliabilitas instrumen. Namun penulis menggunakan koefisien reliabilitas Alpha (Riduwan, 2008: 125) yang menyebutkan bahwa metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

11=

−1 1−

Keterangan :

11 : Nilai reliabilitas

: jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians total

K : Jumlah item

Data pengujian selanjutnya dihitung dengan bantuan MsExcel (Lihat lampiran 3 halaman 135). Untuk patokan penentuan reliabilitas digunakan kriteria dari Guilford (Subino, 1987 : 160) sebagai berikut :

 0,19 : tidak reliabel 0,20 – 0,39 : reliabilitas rendah 0,40 – 0,69 : reliabilitas sedang


(36)

0,70 – 0,89 : reliabilitas tinggi

0,90 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi (1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

TABEL 3.6

HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL X1, DAN X2 Variabel Nilai Alpha Keputusan

Motivasi 0,976 Reabilitas sangat tinggi

Pembelajaran Kewirausahaan 0,986 Reabilitas sangat tinggi Kesiapan Siswa Berwirausaha 0,863 Reabilitas tinggi

3.7 Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data 3.7.1 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk penelitian pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : (1) Penggandaan instrumen, (2) mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian. (3) Penyebaran kuesioner.

3.7.2 Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna data yang dikumpulkan


(37)

sehingga hasil penelitian segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah :

1. Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Hasan (2002: 89) menyatakan bahwa kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan penyisipan (interpolasi).

2. Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam tabel rekapitulasi data (tabulasi).

3. Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik kesimpulan.

3.7.3 Teknik Analisis Data

Analisis data dapat diartikan membandingkan dua nilai variabel untuk mengetahui selisih atau rasio kemudian diambil kesimpulannya.

Tujuan analisis data menurut Hasan ( 2002: 98) adalah :

1) Data dapat diberi arti yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. 2) Memperlihatkan pengaruh antara fenomena yang terdapat dalam penelitian. 3) Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan

dalam penelitian.

4) Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.


(38)

Penelitian yang berupaya menjawab hipotesis yang diajukan termasuk kategori penelitian kuantitaif. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi tersebut mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk presentase. Peluang kesalahan dan kepercayaan disebut taraf signifikansi. Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu (Sugiyono, 2005: 171). Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametris dan non parametris, penggunaannya tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui data sampel dan datanya adalah data interval dan rasio, sedangkan nonparametris datanya adalah data nominal dan ordinal.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap deskripsi data, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskripsi Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan menyusunnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari modus, median, rata-rata (mean), dan simpangan baku . Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan program komputer MsExcel dan kalkulator jenis casio FX-4500 TL.


(39)

2. Tahap Uji Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi, maka data terlebih dahulu diuji untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas. Oleh karena data penelitian ini masih berupa data ordinal sedangkan statistik parametris mempersyaratkan berupa data interval, maka dilakukan transformasi data ordinal ke dalam bentuk data interval. Dalam melakukan uji normalitas dalam penelitian ini Chi kuadrat, dan untuk uji homogenitas menggunakan uji Bartleth.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan Jenis statistik apa yang dipakai dalam analisis lebih lanjut.

Data yang perlu di uji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini ada dua kelompok variabel yaitu : Variabel motivasi ( X1), pembelajaran kewirausahaan (X2) dan kesiapan siswa berwirausaha ( Y ). Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian normalitas menurut Riduwan (2004:179-182) tahapanya sebagai berikut:

1) Perhitungan statistik dasar variabel (a) Mencari skor terbesar dan terkecil (b) Mencari nilai rentang ( R ):

R = Skor terbesar - Skor terkecil (c) Mencari banyaknya kelas ( BK ):


(40)

BK = 1 + 3,3 Log n

(d) Mencari nilai panjang kelas ( i ):

2) Mencari distribusi frekuensi variabel 3) Mencari rata-rata (mean):

4) Mencari simpangan baku (standard deviasi):

5) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan, melalui tahapan:

(a) Mencari batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas bagian paling bawah ditambah 0,5. (b) Mencari nilai Z skor batas kelas interval dengan rumus:

(c) Mencari luas 0 – z dari tabel kurva normal dengan menggunakan angka-angka batas kelas.

(d) Menentukan luas tiap kelas interval (e) Menentukan frekuensi fe

6) Mencari nilai chi kuadrat dengan rumus :

7) Membandingkan X2 hitung dengan X2tabel untuk alpa α = 0,05 dan derajat kebebasan ( dk ) = k – 1.

BK R i

n fx x  l

) 1 .(

) (

. 2 2

    n n fx fx n

s i i

= � −

�฀2 = ( − �฀) 2


(41)

Kriteria pengujian: Jika X2 hitung ≥ X2tabel, artinya distribusi data tidak normal dan Jika X2hitung ≤ X2tabel, artinya distribusi data normal. 4. Uji Homogenitas

Untuk melakukan pengujian homogenitas menggunakan uji Bartlet yaitu dengan menggunakan rumus:

�2

hitung= (lon10) x [B-Σ(dk) Log S)

Selanjutnya membandingkan �2 hitung dengan �2tabel untuk alpa α= 0,05 dan derajat kebebasan ( dk ) = k – 1=3-1=2

Kriteria pengujian:

Jika �2hitung ≥ �2 tabel, maka distribusi data tidak homogen Jika �2hitung ≤ �2 tabel, maka distribusi data homogen 5. Uji Multikolinearitas

Dalam penggunaan teknik analisis regresi, selain diisyaratkan harus normal, linier dan homogen juga harus tidak terjadi multikolinearitas. Multikoinearitas akan terjadi jika diantara ubahan-ubahan bebas yang akan diregresikan mempunyai koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,8 (Hasan, 2003:292). Dengan kata lain uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh antar variabel bebas, apakah variabel bebasnya saling independent atau tidak independent. Di mana rumus yang digunakan untuk mencari korelasi antar variabel bebas adalah Pearson Product Moment sebagai berikut:

�2�1�2 =

. 1 2−( 1)( 2)

. 12−( 1)2 22−( 2)2


(42)

di mana, jika harga rx1x2 ≥ 0,8 artinya x1 dan x2 tidak independent dan jika harga rx1x2 < 0,8 artinya x1 dan x2 saling independent.

6. Tahap Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi, di mana untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi

∝ = 0,05

3.7.4 Rancangan Uji Hipotesis

Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengaruh antar variabel secara diagramatik (diagram pengaruh) yang bentuknya ditentukan oleh proporsi teoritik yang berasal dari kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis penelitian.

Model di atas menunjukkan pengaruh antara variabel independen yaitu X1 (Motivasi) dengan Y (Kesiapan siswa berwirausaha); X2 (pembelajaran

Gambar 3.2. Diagram pengaruh antar Variabel

r yx2 r yx1

Y X1

X2


(43)

kewirausahaan) dengan Y; serta pengaruh motivasi (X1), pembelajaran kewirausahaan (X2), secara simultan dengan kesiapan siswa berwirausaha (Y).

1. Sesuai dengan hipotesis dan desain penelitian yang telah dikemukakan, maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut

2. Untuk mengetahui pengaruh antara X1 dengan Y; X2 dengan Y digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment berikut:

=

−( ) ( )

{ 2( )2}{ 2( )2

Dimana :

= Koefisien Korelasi n = Jumlah responden. ∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

Analisis Korelasi Antara Variabel motivasi (X1 ) dengan pembelajaran kewirausahaan ( X2).

� �

=

�.( � � )−( � ).( � ) �. � − ( � ) . �. � −( � )

(Riduwan, 2008:143)

Nilai korelasi PPM dilambangkan (r), apabila nilai r telah diperoleh dari hasil perhitungan, selanjutnya ditafsirkan dengan tabel interpretasi.

3. Untuk menyatakan besar kecilnya pengaruh variabel motivasi (X1), pembelajaran kewirausahaan (X2) terhadap kesiapan siswa berwirausaha (Y) dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

KD = r2 x 100% (Riduwan, 2008: 136)

(Riduwan, 2004:136)


(44)

Dimana :

KP = Nilai koefisien determinan, r = Nilai koefisien korelasi

4. Untuk uji signifikansi variabel motivasi (X1), pembelajaran kewirausahaan (X2) terhadap kesiapan siswa berwirausaha (Y) digunakan rumus seperti berikut di bawah, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan MsExcel.

Dimana :

t = Nilai thitung n = Jumlah responden r = Koefisien korelasi hasil rhitung

Kaidah pengujian signifikasi :

Jika: thitung > ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan apabila thitung < ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan.

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan motivasi (X1), pembelajaran kewirausahaan (X2) terhadap kesiapan siswa berwirausaha (Y) menggunakan koefisien korelasi ganda, perhitungan dilakukan dengan bantuan program MS Exel.

5. Untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel digunakan metode regresi :

a. Regresi Linear Sederhana

(Riduwan, 2008: 137)

2

1 2

r

n

r

t

 


(45)

Uji regresi ini ini bertujuan untuk mencari pola pengaruh fungsional antara variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus :

bX a

Y 

(

Riduwan, 2008:145)

Dimana :

= Subyek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas

a = Nilai konstanta harga X jika X=0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variable kesiapan siswa berwirausaha (Y).

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan berikut :

n X b Y

a   

2 2 ) ( X X n Y X XY n b       

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) dan linearitas menurut Riduwan (2008:146-151)

Menguji Signifikansi.

1) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg(a))

(Riduwan, 2008: 145)

(Riduwan, 2008: 145)

n Y

JK g a

2 ) ( Re ) ( 


(46)

2) Mencari jumlah kuadrat regresi 3) Mencari jumlah kuadrat residu (JKRes)

4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(a))

5) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(b/a))

6) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes)

7) Menguji signifikansi menggunakan rumus :

Kaidah pengujian signifikansi : ( lihat lampiran 7)

Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0, danterima Ha artinya signifikan. Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0 , tolak Ha artinya tidak signifikan. Dengan taraf signifikan (α ) = 0,05. Mencari Ftabel menggunakan rumus: Ftabel = F {(1- α) (dk Reg [b/a]), (dk Res)}

Menguji signifikansi liniearitas

1) Mencari jumlah kuadrat eror (JKRreg(a))

2) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKrc)

3) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKrc) 4)          n Y X XY b JK gb a

) )( ( . ) / ( Re ) ( Re ) / ( Re 2

Res Y JK g b a JK g a

JK   

) ( Re )

(

Reg a JK g a

RJK  ) / ( Re ) / (

Reg b a JK g b a

RJK  2 Re Re   n JK RJK s s s a b g hitung RJK RJK F Re ) / ( Re 

      k E n Y Y JK 2

2 ( )

E s

TC JK JK

JKRe

2   k JK RJK TC TC


(47)

5) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna eror (RJKE)

6) Mencari nilai Fhitung Kaidah pengujian linearitas :

Fhitung ≥ Ftabel, maka terima H0, dan tolak Ha artinya data berpola tidak linear.

Fhitung ≤ Ftabel, maka tolak H0 , terima Ha artinya data berpola linear. Dengan taraf signifikan (α) = 0,05.Mencari Ftabel menggunakan rumus: Ftabel = F (1- α) (dk TC), (dk E)

Selanjutnya pada umumnya semua besaran yang diperoleh, disusun dalam sebuah daftar yang disebut analisis varians (ANAVA) sebagaimana terlihat pada tabel 3.7 berikut:

TABEL 3.7

RINGKASAN ANALISIS VARIANS UJI SIGINFIKANSI DAN LINEARITAS X DENGAN Y Sumber

Variasi df JK RJK Fhitung Ftabel

Total n åY2 åY2 -

Koefisien

regresi (a) I (åY)

2

/n åY2/n -

Regresi (b/a) I Jkreg = JK

(b/a) S

2 reg = JK (b/a) S2REG/ S2

res

Sisa N - 2 Jres = å(Y-Y)2 S

2 res =

å(Y-Y)2/n-2

Tuna cocok (TC) k-2 JK (TC) S

2TC =

JK(TC)/k-2 S

2TC/ S2E

Galat n - k JK (E) S2E = JK(E)/n-k

k n

JK

RJK E

E  

E TC hitung RJK RJK F


(48)

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan MsExcel.

b. Regresi Linear Ganda

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan X1 dan X2 terhadap Y menggunakan koefisien korelasi ganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1 2

=

2

1 + 2 2 −2 . 1 . 2 . 1 2

1 − 2

1 2

(Riduwan, 2008:139)

Untuk menyatakan besar kecilnya pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

(Riduwan, 2008:136) Dimana: KP = Nilai koefisien determinan, r = Nilai koefisien korelasi Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi korelasi ganda X1 dan X2 terhadap Y dihitung uji F sebagai berikut:

F

hitung

=

R 2 k (1−R 2) n−k−1

(Riduwan, 2008:139)

Dimana: R2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditentukan k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

F = Fhitung yang selanjutnya akan dibandingkan dengan Ftabel Atau dapat juga dicari dengan rumus:


(49)

F

hitung

=

R2(n−m−1)

m .(1−R2)

(Riduwan, 2008:154)

Dimana: n = Jumlah responden m = Jumlah variabel bebas Kaidah pengujian signifikasi :

Jika: Fhitung≥ Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan dan apabila Fhitung≤ Ftabel maka terima Ho artinya tidak signifikan.

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05, mencari nilai Ftabel dengan rumus: Ftabel = F1−∝ dk pembilng =m ,dk penyebut = n−m−1 (Riduwan, 2004:139)

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas motivasi (X1), pembelajaran kewirausahaan (X2) terhadap kesiapan siswa berwirausaha (Y). Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program Ms. Excel. Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus :

= a + b1X1 + b2X2 (Riduwan, 2008:152)

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan berikut :

b1 =

( x22). ( x1y)−( x1x2). ( x2y) ( x12) . ( x

22)−( x1x2)2 b2 = ( x1

2). ( x

2y)−( x1x2). ( x2y) ( x12) . ( x22)−( x1x2)2

a =

y

n

b

1

x1

n

b

2

x2


(50)

Hipotesis Statistik.

Hipotesis penelitian yang akan diuji rumusannya sebagai berikut : Hipotesis I : Ha : rxІy ≠ 0; Ho : rxІy = 0. Hipotesis II : Ha : rxЇy ≠ 0; Ho : rxЇy = 0. Hipotesis III : Ha : rxІ xЇy ≠ 0; Ho : rxІ xЇy = 0. Ket. :

Ho : Hipotesis nol. Ha : Hipotesis alternatif.

rxІy : Koefisien korelasi antara (X1) dengan (Y). rxЇy : Koefisien korelasi antara (X2) dengan (Y).

rxІ xЇy : Koefisien korelasi antara koefisien motivasi kewirausahaan (X1) dan pembelajaran kewirausahaan (X2) dengan kesiapan siswa berwirausaha (Y).


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

5.1.1 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Motivasi dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif motivasi, akan diiringi dengan meningkatnya kesiapan siswa berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif motivasi, akan diiringi dengan menurunnya kesiapan siswa berwirausaha. Pengaruh kedua variabel ini ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana � = 26,663 + 0,682 X1 yang telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan pengaruh antara variabel X1 dan Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy

1 sebesar 0,631 dan koefisien determinasi KD = r 2

x 100 % = 0,3982, sehingga pengaruh variabel X1 terhadap Y sebesar 39,82 %. Hal ini berarti 39,82 % variasi nilai kesiapan siswa berwirausaha ditentukan oleh motivasi. Oleh karena itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dengan kesiapan siswa berwirausaha “ dapat diterima.

5.1.2 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Pembelajaran Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif pembelajaran kewirausahaa, akan diiringi dengan meningkatnya kesiapan siswa berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif pembelajaran kewirausahaan, akan diiringi dengan menurunnya kesiapan siswa berwirausaha. Pengaruh kedua


(52)

variabel ini ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana � = 16,680 + 0,794 X2 yang telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan pengaruh antara variabel X2 dan Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi rx2y sebesar 0,675 dan koefisien determinasi KD = r2 x 100 % = 0,4553, sehingga pengaruh variabel X2 terhadap Y sebesar 45,53 %. Hal ini berarti 45,53 % variasi nilai kesiapan siswa berwirausaha ditentukan oleh pembelajaran kewirausahaan. Oleh karena itu

hipótesis yang menyatakan “Terdapat pengaruh yang signifikan antara

pembelajaran kewirausahaan dengan kesiapan siswa berwirausaha“ dapat diterima.

5.1.3 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan secara Bersama-sama antara Motivasi, Pembelajaran Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif baik motivasi, maupun pembelajaran kewirausahaan, maka semakin tinggi pula kesiapan siswa berwirausaha. Sebaliknya semakin negatif motivasi, maupun pembelajaran kewirausahaa, maka semakin rendah pula kesiapan siswa berwirausaha.

Pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan oleh persamaan regresi � = -13,13 + 0,446 X1 + 0,684 X2. Berdasarkan uji linearitas dan signifikansi persamaan tersebut telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan pengaruh ditunjukkan oleh koefisien korelasi multiple sebesar Rx1x2xy sebesar 0,719 sehingga koefisien determinannya 0,5170. Hal ini menunjukkan 51,70 % variasi yang terjadi pada kesiapan siswa berwirausaha ditentukan secara bersama-sama oleh motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. Walaupun diakui bahwa


(53)

ada pengaruh yang positif dari kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (kesiapan siswa berwirausaha), namun kesiapan siswa berwirausaha tidak semata-mata dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut, tetapi masih ada lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhinya namun tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu direkomendasikan beberapa hal yang dianggap relevan degan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Sehubungan dengan tingginya tingkat motivasi, pembelajaran kewirausahaan dan kesiapan siswa berwirausaha siswa SMKN 11 Bandung, direkomendasikan agar para siswa dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi dengan terus memupuk diri agar lebih termotivasi. Pemupukan diri dapat dilakukan dengan banyak mencari informasi tentang kewirausahaan baik melalui buku maupun seminar-seminar dan juga banyak bergaul dengan orang-orang yang telah sukses berwirausaha.

2. Sehubungan dengan tingginya tingkat pembelajaran kewirausahan di SMKN 11 Bandung direkomendasikan agar para guru khususnya guru mata diklat kewirausahaan dan pengelola SMKN11 Bandung dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi dengan terus menciptakan kondisi belajar-mengajar disekolah tentang pembelajaran/pendidkan kewirausahaan lebih efektif dan efisien. Penciptaan pendidikan kewirausahaan yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas kemampuan guru, peningkatan kwalitas


(54)

mengajar guru, dan lebih banyak melakukan praktek langsung turun kelapangan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, pengelola sekolah dapat mengupayakan suatu wahana bagi penumbuhan jiwa kewirausahaan seluruh siswa. Wahana yang diupayakan harus bersifat aplikasi sebagai sarana langsung berwirausaha yaitu dengan dibentuknya sejenis usaha kecil dan menengah, dengan jenis usaha yang sesuai dengan kondisi daerah Bandung sebagai kota pendidikan, seperti; warung internet (warnet), perpustakaan, dan pengolahannya, dan lain-lain.

3. Sehubungan dengan adanya pengaruh yang signifikan baik secara terpisah maupun secara simultan motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha SMKN 11 Bandung direkomendasikan agar para pengelola SMK dapat memelihara dan meningkatkan lagi ketiga aspek tersebut. Peningkatan aspek tersebut di atas dapat dilakukan dengan secara berkala mendatangkan wirausaha yang telah berhasil dalam membina usahanya untuk memberikan ceramah tentang kiat pengalamannya dalam berwirausaha. Dengan demikian siswa akan mendapat pengarahan sehingga lebih memiliki kesiapan untuk berwirausaha.

4. Sehubungan dengan belum terungkapnya 14,6% sumbangan bagi kesiapan siswa berwirausaha SMKN 11 Bandung kepada para peneliti untuk meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang mendukung kesiapan siswa berwirausaha yang tidak termasuk dalam penelitian ini.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

5.1.1 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Motivasi dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif motivasi, akan diiringi dengan meningkatnya kesiapan siswa berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif motivasi, akan diiringi dengan menurunnya kesiapan siswa berwirausaha. Pengaruh kedua variabel ini ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana � = 26,663 + 0,682 X1 yang telah teruji linear dan signifikan.

Kekuatan pengaruh antara variabel X1 dan Y ditunjukkan oleh koefisien

korelasi rxy

1 sebesar 0,631 dan koefisien determinasi KD = r

2

x 100 % = 0,3982, sehingga pengaruh variabel X1 terhadap Y sebesar 39,82 %. Hal ini berarti 39,82

% variasi nilai kesiapan siswa berwirausaha ditentukan oleh motivasi. Oleh karena itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dengan kesiapan siswa berwirausaha “ dapat diterima.

5.1.2 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan antara Pembelajaran Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif pembelajaran kewirausahaa, akan diiringi dengan meningkatnya kesiapan siswa berwirausaha. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif pembelajaran kewirausahaan, akan diiringi dengan menurunnya kesiapan siswa berwirausaha. Pengaruh kedua


(2)

variabel ini ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana � = 16,680 + 0,794 X2

yang telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan pengaruh antara variabel X2 dan

Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi rx2y sebesar 0,675 dan koefisien

determinasi KD = r2 x 100 % = 0,4553, sehingga pengaruh variabel X2 terhadap

Y sebesar 45,53 %. Hal ini berarti 45,53 % variasi nilai kesiapan siswa berwirausaha ditentukan oleh pembelajaran kewirausahaan. Oleh karena itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran kewirausahaan dengan kesiapan siswa berwirausaha“ dapat diterima.

5.1.3 Terdapat Pengaruh Positif yang Signifikan secara Bersama-sama

antara Motivasi, Pembelajaran Kewirausahaan dengan Kesiapan Siswa Berwirausaha.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif baik motivasi, maupun pembelajaran kewirausahaan, maka semakin tinggi pula kesiapan siswa berwirausaha. Sebaliknya semakin negatif motivasi, maupun pembelajaran kewirausahaa, maka semakin rendah pula kesiapan siswa berwirausaha.

Pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan oleh persamaan regresi � = -13,13 + 0,446 X1 + 0,684 X2. Berdasarkan uji linearitas dan

signifikansi persamaan tersebut telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan pengaruh ditunjukkan oleh koefisien korelasi multiple sebesar Rx1x2xy sebesar 0,719 sehingga koefisien determinannya 0,5170. Hal ini menunjukkan 51,70 % variasi yang terjadi pada kesiapan siswa berwirausaha ditentukan secara bersama-sama oleh motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. Walaupun diakui bahwa


(3)

ada pengaruh yang positif dari kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (kesiapan siswa berwirausaha), namun kesiapan siswa berwirausaha tidak semata-mata dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut, tetapi masih ada lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhinya namun tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu direkomendasikan beberapa hal yang dianggap relevan degan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Sehubungan dengan tingginya tingkat motivasi, pembelajaran kewirausahaan dan kesiapan siswa berwirausaha siswa SMKN 11 Bandung, direkomendasikan agar para siswa dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi dengan terus memupuk diri agar lebih termotivasi. Pemupukan diri dapat dilakukan dengan banyak mencari informasi tentang kewirausahaan baik melalui buku maupun seminar-seminar dan juga banyak bergaul dengan orang-orang yang telah sukses berwirausaha.

2. Sehubungan dengan tingginya tingkat pembelajaran kewirausahan di SMKN 11 Bandung direkomendasikan agar para guru khususnya guru mata diklat kewirausahaan dan pengelola SMKN11 Bandung dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi dengan terus menciptakan kondisi belajar-mengajar disekolah tentang pembelajaran/pendidkan kewirausahaan lebih efektif dan efisien. Penciptaan pendidikan kewirausahaan yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas kemampuan guru, peningkatan kwalitas


(4)

mengajar guru, dan lebih banyak melakukan praktek langsung turun kelapangan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, pengelola sekolah dapat mengupayakan suatu wahana bagi penumbuhan jiwa kewirausahaan seluruh siswa. Wahana yang diupayakan harus bersifat aplikasi sebagai sarana langsung berwirausaha yaitu dengan dibentuknya sejenis usaha kecil dan menengah, dengan jenis usaha yang sesuai dengan kondisi daerah Bandung sebagai kota pendidikan, seperti; warung internet (warnet), perpustakaan, dan pengolahannya, dan lain-lain.

3. Sehubungan dengan adanya pengaruh yang signifikan baik secara terpisah maupun secara simultan motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa berwirausaha SMKN 11 Bandung direkomendasikan agar para pengelola SMK dapat memelihara dan meningkatkan lagi ketiga aspek tersebut. Peningkatan aspek tersebut di atas dapat dilakukan dengan secara berkala mendatangkan wirausaha yang telah berhasil dalam membina usahanya untuk memberikan ceramah tentang kiat pengalamannya dalam berwirausaha. Dengan demikian siswa akan mendapat pengarahan sehingga lebih memiliki kesiapan untuk berwirausaha.

4. Sehubungan dengan belum terungkapnya 14,6% sumbangan bagi kesiapan siswa berwirausaha SMKN 11 Bandung kepada para peneliti untuk meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang mendukung kesiapan siswa berwirausaha yang tidak termasuk dalam penelitian ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, E.A. (1979) Pengaruh Motif Berprestasi dan Kapasitas Kecerdasan terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademik pada SMAN di Sulawesi Selatan. Bandung: Program Pascasarjana IKIP, tidak diterbitkan. Arif, Z. (1982). Motif Berprestasi dan Tingkat Status Sosial Ekonomi sebagai

Faktor Determinatif terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Kejar Paket A. Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. (2003) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Bastian, B. Et al. (2007). Mari Membangun Usaha Mandiri. Yogyakarta: Graha Ilmu, Candi Gebang Pemai Blok R/6.

Bukit M. (2002). Sejarah dan Peran PPPGT Bandung dalam Pengembangan Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Calhoum, C.C and Finch. A.V. (1982) Vocational Education Concepts and Operation. California, Belmount: Wadsworth, Publishing Company.

Dharma A. (1988). Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud.

Depdiknas. (2003). UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika. Edward A.E. (1957). Technique of Attitude Scale Construction. New York:

Appleton-Century.

Furqon. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta, CV. Hasibuan, Malayu. (1995) Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci

Keberhasilan. Jakarta: Toko Gunung agung.

Ibnu Hajar. (1996). Analisis Keuntungan Mengikuti Pelatihan Kejuruan Sebelum Bekerja dan Implikasi pada Kurikulum Sekolah Menengah. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Mei 2000 tahun ke-6 No. 023 ISSN 0215-2673 Jakarta.


(6)

M. Ngalim Purwanto (1985) Psikologi Pendidikan : Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Karya.

Nana Syaodih Soekmadinata. (1997) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, A. (1969) Teaching Adult. Philipidea: Open University Pers.

Rusyan, Tabrani. 1990. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan Karya Sarjana Mandiri.

Riduwan, (2008) Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. (1994) Pengantar Penelitian Ilmiah” Dasar, Altoda, Teknik. Bandung: Tarsito.

Suherman E (2008). Desain Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta. Suriasumantri, J.S. (1999) Filsafat Ilmu Sebuah pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Suryana, (2004) Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi Revisi.

.Sudarwan Danim, (1997) Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, Jakarta: sinar Grafika.

Syahrial Yusup, (1998) Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Jakarta: LP3I.

Pendidikan Nasioal (2004) (on line). Tersedia : http://pusatbahasa. Diknas.go.id/kbbi (20 Juli 2009)