PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UMBI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI PERKEBUNAN YANG MENGANDUNG LOGAM BERAT KADMIUM (Cd).
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UMBI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI PERKEBUNAN YANG MENGANDUNG
LOGAM BERAT KADMIUM (Cd)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Jurusan Pendidikan Biologi
INDRA SUKARNO PUTRA
NIM 0907194
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UMBI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI PERKEBUNAN YANG MENGANDUNG
LOGAM BERAT KADMIUM (Cd)
Oleh
Indra Sukarno Putra
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Indra Sukarno Putra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
INDRA SUKARNO PUTRA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UMBI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI PERKEBUNAN YANG MENGANDUNG
LOGAM BERAT KADMIUM (Cd)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dra. R. Kusdianti, M.Si NIP. 196402261989032004
\
Pembimbing II
Rini Solihat, S.Pd., M.Si NIP. 197902132001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002
(4)
Pertumbuhan dan Produksi Umbi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Perkebunan yang Mengandung Logam Berat Kadmium (Cd)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di perkebunan yang mengandung logam berat kadmium (Cd). Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang pada tanah yang mengandung logam berat Cd di perkebunan kentang Pangalengan, Kabupaten Bandung. Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah batang sementara parameter produksi umbi yang diamati yaitu jumlah umbi, diameter umbi, berat umbi, dan kelas umbi. Penelitian dilakukan dengan menentukan dua lokasi pengamatan yaitu lokasi atas dan bawah. Pengukuran parameter dilakukan saat umur tanam 4 minggu setelah tanam (MST) hingga panen dengan interval pengamatan dilakukan setiap dua minggu. Sampel pupuk, pestisida, tanah dan umbi dianalisis kandungan Cd nya dengan menggunakan
Atomic Absorption Spectrophotometery (AAS). Hasil menunjukkan bahwa
tanaman kentang yang ditanam di lokasi yang memiliki kandungan logam Cd lebih tinggi memiliki kecenderungan pertumbuhan dan produksi umbi yang lebih rendah dibandingkan tanaman kentang yang ditanam di lokasi yang kandungan logam Cd nya lebih rendah. Umbi kentang yang dihasilkan di lokasi penelitian memiliki kandungan Cd saat panen berada pada kisaran 0,077-0,023 ppm. Berdasarkan peraturan SNI Nomor 7387 : 2009 umbi kentang masih berada dibawah ambang batas yang diperbolehkan yaitu 0,2 ppm.
Kata kunci: Pertumbuhan, Produksi umbi, Solanum tuberosum, pupuk, pestisida, Cd
(5)
Growth and Productivity of Potato Plant (Solanum tuberosum L.) in the Plantation Containing Heavy Metals Cadmium (Cd)
ABSTRACT
Has done researched on the growth and productivity of potato plant (Solanum
tuberosum L.) in the plantation containing heavy metal cadmium (Cd). The
purpose of this study was to analyze the growth and productivity of potato plant on soils containing heavy metals Cd in Pangalengan potato plantations, Bandung regency. Growth parameters were observed in this study is plant height, number of leaf, and number of main stem while the observed productivity parameters which is the number of tubers, tuber diameter, tuber weight and tuber class. Research carried out by determining the location of the two sampling area, that is the top and bottom. Measurements of parameters is done when planting age 4 MST (Weeks After Planting) until harvest planted at intervals of the observation is made every two weeks. Samples of fertilizers, pesticides, soil and tubers were analyzed his Cd content using Atomic Absorption Spectrophotometery (AAS). The results showed that the potato plants is planted in a location that has a content of Cd metal higher has a tendency growth rate and the rate of productivity is lower than potato plants is planted in locations which deposits of the Cd metal content Cd his lower. Potato tubers were produced at the study site having content of Cd at harvest was in the range from 0.077-0.023 ppm. According to the rules on SNI No. 7387: 2009 of potato tubers were allowed under the threshold of 0.2 ppm.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN BOTANI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DAN LOGAM BERAT DALAM BAHAN AGROKIMIA ... 6
A. Kajian Botani Tanaman Kentang ... 6
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kentang ... 16
C. Logam Berat dalam Bahan Agrokimia ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
C. Prosedur Penelitian ... 23
D. Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Kondisi Lokasi Pengamatan ... 32
(7)
C. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
D. Kesimpulan ... 58
E. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Takaran Pestisida yang Digunakan ... 38
4.2 Kandungan Cd Tanah ... 41
4.3 Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang Selama Musim Tanam ... 43
4.4 Faktor Abiotik Klimatik pada Lokasi Pengamatan ... 45
4.5 pH Tanah pada Lokasi Pengamatan ... 45
4.6 Kandungan MOT Tanah (%) di Lokasi Penelitian ... 49
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) ... 7
2.2 Akar Adventif pada Tanaman Kentang ... 8
2.3 Sistem Perbatangan Tanaman Kentang ... 9
2.4 Stolon pada Tanaman Kentang ... 9
2.5 Umbi Tanaman Kentang ... 10
2.6 Sayatan Membujur Umbi Kentang ... 11
2.7 Tunas yang Tumbuh dari Mata Umbi ... 12
2.8 Daun Majemuk Tanaman Kentang ... 13
2.9 Perbungaan Simosa pada Tanaman Kentang ... 13
2.10 Bagian-Bagian Bunga pada Tanaman Kentang ... 14
2.11 Bagian-Bagian Buah dan Biji pada Tanaman Kentang ... 15
2.12 Tahap Pengembangan Tunas... 16
2.13 Tahap Pertumbuhan Vegetatif ... 17
2.14 Tahap Inisiasi Umbi ... 18
2.15 Tahap Pertumbuhan Umbi ... 18
2.16 Tahap Pematangan Umbi ... 19
3.1 Titik Pengambilan Sampel ... 24
3.2 Lokasi Pengambilan Sampel ... 25
3.3 Atomic Absorption Spectrophotometery (AAS) ... 25
3.4 Abu Umbi Kentang ... 26
3.5 Pengukuran Tinggi Tanaman ... 28
3.6 Daun Tanaman Kentang yang Akan Dihitung ... 29
3.7 Pengukuran Diameter Umbi ... 29
3.8 Pengukuran Berat Umbi ... 30
3.9 Alur Penelitian ... 31
4.1 Kebun Kentang Lokasi Pengambilan Sampel ... 32
(10)
4.3 Berbagai Jenis Pestisida yang Digunakan pada Kebun Kentang ... 37
4.4 Penyemprotan Pestisida ... 38
4.5 Batang yang Tumbuh dari Stolon ... 48
4.6 Kondisi Tanaman Kentang Saat Panen ... 52
4.7 Kentang yang Busuk ... 53
4.8 Pembagian Jumlah Umbi Menurut Kelasnya ... 54
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Alat dan Bahan ... 64 2 Data Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang di Desa
Margaluyu, Pangalengan Kabupaten Bandung ... 66 3 Hasil Analisis Pengujian Logam Kadmium (Cd) pada Pupuk, Tanah
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Di Indonesia kentang termasuk salah satu tanaman sayuran yang menjadi bahan pangan pilihan masyarakat. Disamping harganya yang terjangkau, kentang pun memiliki kandungan nutrisi yang tinggi diantaranya karbohidrat, protein, mineral, dan elemen-elemen mikro.
Produksi kentang di Indonesia masih rendah yaitu rata-rata 9,4 ton per hektar (Flach, 1996). Rendahnya produksi kentang sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain teknik budidaya, mutu benih, kesuburan tanah, gangguan hama dan penyakit serta iklim dan cuaca yang mendukung. Mengingat kebutuhan kentang yang terus meningkat ditengah produksi kentang yang masih rendah, maka perlu adanya usaha peningkatan hasil tanaman kentang. Penggunaan pupuk merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kentang. Penggunaan pupuk sudah sangat membudaya di bidang pertanian. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kentang adalah penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat (Usodo, 1993). Namun penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah (Sastrawijaya, 2009).
Kebersihan dan higienitas kentang yang akan dikonsumsi menjadi hal penting yang harus diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Kentang maupun komoditas sayuran lainnya yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) atau merkuri (Hg) (Widaningrum et al., 2007). Menurut Cambouris et al. (2009) terdapat akumulasi Cd pada umbi kentang yang
(13)
2
ditanam di Quebec, Kanada. Kontaminasi logam-logam berat pada komoditas sayuran diakibatkan oleh pemupukan pada lahan pertanian yang melampaui dosis (Mahvi et al., 2010). Khatimah (2006) melaporkan bahwa kandungan logam berat Pb pada pupuk berkisar pada 8,5-22,81 ppm dan kandungan logam berat Cd berada pada kisaran 0,56-1,42 ppm. Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini et
al. (2003) menunjukkan bahwa beberapa jenis pupuk organik mengandung logam
berat dengan jumlah yang bervariasi.
Disisi lain ternyata tanaman kentang memiliki kelemahan yaitu mudah terserang penyakit diantaranya penyakit busuk daun dan layu daun (Suhaeni, 2007). Penyakit tersebut disebabkan oleh beberapa jenis cendawan, sehingga para petani menggunakan pestisida untuk mengatasi kendala tersebut. Untuk menanggulangi serangan hama, penggunaan pestisida cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Surtikanti (2011) mengungkapkan para petani umumnya mulai tergantung dengan penggunaan pestisida, karena dapat mengurangi rusaknya produksi panen yang akan berdampak pada peningkatan produksi panen hingga 12 kali lipat. Para petani telah menganggap bahwa pupuk dan pestisida sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya.
Kentang merupakan tanaman yang menyimpan cadangan makanannya di dalam umbi yang berada di bawah tanah. Besar kemungkinan jika residu bahan agrokimia akan terdapat di dalam umbi kentang. Gafar et al. (2011) menyebutkan bahwa residu pestisida Malathion dan Sevin pada kentang menyebabkan penyusutan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah, dan berat kering pucuk. Dengan berkurangnya biomassa tanaman maka kualitas umbi kentang pun akan berkurang pula.
Selain mencemari tanah dengan residu bahan aktifnya, ternyata pestisida dapat mencemari tanah dengan kandungan logam beratnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aikpokpodion et al. (2010), fungisida yang digunakan pada tanaman Kakao di perkebunan Cross River State Nigeria, mencemari tanah dengan kontaminasi logam berat yaitu Cu, Zn, Pb, Cd, dan Fe. Kontaminasi logam Cd pada tanah perkebunan Kakao berada pada kisaran 0,76-1,03 ppm.
(14)
3
Cd merupakan salah satu unsur logam berat yang sangat toksik dan berbahaya bagi kesehatan manusia (Setyorini et al., 2003). Cd lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal (Widaningrum et al., 2007). Logam Cd yang masuk ke dalam jaringan tanaman melalui akar selanjutnya akan masuk ke siklus rantai makanan. Logam akan terakumulasi pada jaringan tubuh dan dapat menimbulkan keracunan pada manusia, hewan, dan tanaman itu sendiri jika konsentrasinya telah melewati ambang batas toleransi (Khatimah, 2006). Dampak pada kesehatan akibat pemaparan Cd di dalam tubuh yaitu kerusakan pada beberapa organ penting seperti ginjal, hati, dan testes (Surtikanti, 2011). Organ tanaman juga akan mengalami kerusakan seperti pengurangan biomassa tanaman, pengurangan ketebalan daun, dan pengurangan luas daun (Djebali et al., 2009).
Penggunaan bahan agrokimia yang tidak terkendali pada lahan pertanian berdampak negatif antara lain akumulasi zat-zat kimia berbahaya seperti logam berat di dalam tanah maupun di dalam organ tanaman serta gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang pada perkebunan yang mengandung logam berat di wilayah Pangalengan Kabupaten Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini, yaitu:
“Bagaimana pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang di
perkebunan yang mengandung logam berat Cd?”
Dari rumusan masalah tersebut dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah batang tanaman kentang pada kebun yang mengandung logam berat Cd?2.
Bagaimana jumlah umbi, diameter umbi, berat umbi, dan kelas umbi kentang pada kebun yang mengandung logam berat Cd?(15)
4
3. Berapa banyak residu logam berat Cd yang terakumulasi di dalam tanah dan umbi kentang yang ditanam di perkebunan kentang yang terkontaminasi logam berat Cd?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, ruang lingkup dibatasi pada:
1. Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah batang.
2. Parameter produksi umbi tanaman kentang yang diamati yaitu jumlah umbi, diameter umbi, berat umbi, dan kelas umbi.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang pada tanah yang mengandung logam berat Cd di perkebunan kentang Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan residu logam berat Cd pada umbi kentang di perkebunan yang terkontaminasi logam berat.
2. Mendeskripsikan residu logam berat Cd pada tanah di perkebunan yang terkontaminasi logam berat.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai dampak dari penggunaan bahan agrokimia dengan dosis yang tinggi di bidang pertanian yang mengakibatkan penghambatan pertumbuhan serta produksi umbi tanaman pangan khususnya kentang.
(16)
5
2. Manfaat praktis a. Bagi penulis
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi penulis sebagai calon peneliti.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan khususnya bagi petani dalam pengaplikasian bahan agrokimia pada budidaya kentang.
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau menginterpretasikan data-data yang diperoleh. Data-data-data yang diperoleh dapat berupa gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan Mei 2013. Pengambilan sampel penelitian dilakukan di salah satu kebun kentang milik warga Desa Margaluyu Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Lokasi tersebut berada pada ketingian 1.499 m dpl. Pengukuran parameter pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah batang dilakukan di lapangan, sedangkan pengukuran parameter produksi umbi yang meliputi jumlah umbi, diameter umbi, dan berat umbi di lakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Pengukuran parameter kelas umbi dilakukan pada saat panen. Pengukuran kadar kadmium (Cd) pada umbi dan tanah dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pelayanan Jurusan Kimia Universitas Padjadjaran.
C. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan penelitian
a. Survey lokasi pengambilan sampel
Survey lokasi dilakukan untuk mengetahui kondisi rona lingkungan lapangan meliputi faktor klimatik dan edafik. Dilakukan pula wawancara dengan petani di kebun kentang mengenai cara pengolahan lahan, penanaman kentang, panen kentang hingga kendala yang dihadapi petani dalam mengelola kebun
(18)
24
kentang. Setelah melakukan wawancara, dilakukan pengambilan sampel pupuk yang digunakan petani pada lahan kebun untuk dianalisis kadar logam berat Cd. b. Penentuan titik pengambilan sampel
Terdapat dua lokasi yang dianggap memiliki ketinggian yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya pencucian bahan agrokimia dalam tanah pada lokasi yang lebih rendah. Pada masing-masing lokasi diambil tiga titik sebagai pengulangan. Berdasarkan survei yang dilakukan, dapat digambarkan titik pengambilan sampel tanaman dan tanah pada lokasi dengan ketinggian yang berbeda (Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Titik Pengambilan Sampel
Keterangan : = Bedengan A = Lokasi yang lebih tinggi = Titik pengambilan sampel B = Lokasi yang lebih rendah
Lokasi A merupakan lokasi yang lebih tinggi dibandingkan lokasi B (Gambar 3.2). Lokasi perkebunan dikelilingi oleh rumah warga dan kebun yang ditanami komoditas sayur lain. Tanaman sayuran yang ditanam di sekitar lokasi perkebunan kentang adalah tanaman kangkung.
A B
U
17 m
(19)
25
Gambar 3.2 Lokasi Pengambilan Sampel (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Keterangan: A = Lokasi yang lebih tinggi B = Lokasi yang lebih rendah c. Pengukuran kadar Cd pada pupuk
Sebelum melakukan pengukuran terhadap parameter pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kadar Cd pada pupuk menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometery (AAS) (Gambar 3.3). Sampel pupuk dikeringkan dalam oven bersuhu 70 oC sampai berat pupuk menjadi konstan. Sampel pupuk hasil pengeringan diabukan dalam furnace bersuhu 600 oC selama 8 jam. Abu pupuk diberi HNO3 pekat 65% sebanyak 10
ml, kemudian dipanaskan dan ditambah akuades sebanyak 25 ml. Larutan tersebut diukur kadar Cd nya dengan AAS.
Gambar 3.3 Atomic Absorption Spectrophotometery (AAS) (Sumber : Aditya, 2012)
A
(20)
26
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengukuran faktor klimatik dan edafik
Pengukuran faktor abiotik meliputi faktor klimatik dan edafik dilakukan untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup tanaman kentang. Faktor klimatik yang diukur antara lain suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Faktor edafik yang diukur adalah pH tanah dan kandungan materi organik terlarut (MOT) tanah. Pengukuran faktor abiotik dilakukan pada setiap titik pengambilan sampel dengan menggunakan alat pengukur digital dari Laboratorium Ekologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
b. Pengambilan sampel
Pada setiap titik pengamatan diambil sampel tanaman dan sampel tanah. Sampel tanaman diambil seluruhnya dengan cara menggali tanah menggunakan tangan agar umbi di dalam tanah tidak rusak. Sampel tanah diambil dari bagian permukaan hingga kedalaman 10 cm dari permukaan tanah.
c. Pengukuran kadar Cd pada umbi kentang
Pengujian residu logam berat pada umbi dilakukan pada periode pertengahan dan akhir tanam (panen). Sampel umbi kentang yang telah didapatkan di lapangan, selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk pengujian kadar logam berat Cd. Pengukuran Cd pada umbi, langkah-langkahnya sama seperti pada pengukuran Cd pada pupuk. Abu umbi (Gambar 3.4) yang telah diabukan dalam furnace, diukur kadar Cd nya menggunakan AAS.
Gambar 3.4 Abu Umbi Kentang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Umbi yang sudah Menjadi Abu
(21)
27
d. Pengukuran kadar Cd pada tanah
Pengujian residu logam berat pada tanah dilakukan pada periode awal, pertengahan, menjelang akhir tanam dan akhir tanam (panen). Sampel tanah yang telah dikeringkan sampai berat keringnya konstan dihaluskan dengan menggunakan mortar kemudian disaring hingga mencapai diameter kurang dari 0,1 mm. Langkah selanjutnya sama seperti pengukuran Cd pada pupuk dan umbi kentang yaitu preparasi sampel dan pengujian menggunakan AAS.
e. Pengukuran materi organik tanah terlarut
Pengujian materi organik terlarut dilakukan dengan metode Walkey Black
Method (Adisendjaja et al., 2000). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai
berikut :
1. Sebanyak 0,5 gram sampel tanah (partikel 0,2 mm) diambil, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml. Jika tanah yang diuji kaya materi organik, sampel yang digunakan hanya 0,05 gram dan jika miskin materi organik diambil 2,0 gram
2. 10 ml K2Cr2O7 1 N ditambahkan ke dalam sampel tanah, kemudian diaduk
3. 20 ml asam sulfat pekat ditambahkan ke dalam campuran sampel. Campurkan dengan cara memutar-mutar Erlenmeyer secara hati-hati (hindarkan percikan tanah ke dinding Erlenmeyer sehingga tidak terkena reagent) selama satu menit
4. Campuran tadi dibiarkan selama 20-30 menit agar berlangsung reaksi (pemecahan) kemudian diencerkan dengan menggunakan air suling sampai volumenya 200 ml
5. Ditambahkan 10 ml asam phospat 85%, 0,2 gram NaF dan 30 tetes indikator diphenilamin
6. Campuran sampel tanah dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat dan ini menunjukkan titik akhir titrasi. Jika larutan ferro yang digunakan lebih dari 8 ml, ulangi pengerjaan dengan sampel tanah yang lebih sedikit.
7. Prosentase materi organik yang ada dihitung dengan menggunakan rumus : Prosentase materi organik = ,34
(22)
28
Keterangan :
S = ml larutan ferro ammonium sulphat yang digunakan dalam titrasi blanko T = ml larutan ferro ammonium sulphat yang digunakan dalam titrasi sampel Nilai 1,34 di atas berasal dari perhitungan :
(1.ON) x (12/4000) x (1,72/0,77) x (100/0,5)
f. Pengukuran parameter pertumbuhan dan produksi umbi
Pengukuran parameter pertumbuhan dan produksi umbi dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) hingga panen dengan interval pengamatan dilakukan setiap dua minggu.
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi tanaman dengan menggunakan penggaris kemudian dicatat hasilnya (Gambar 3.5).
Gambar 3.5 Pengukuran Tinggi Tanaman (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung langsung secara manual. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah membentuk daun majemuk. Tiap helai daun dihitung kecuali daun yang masih kuncup (Gambar 3.6).
Tanaman yang Sedang di Ukur
(23)
29
Gambar 3.6 Daun Tanaman Kentang yang Akan Dihitung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3. Jumlah batang utama
Jumlah batang utama yang berada di permukaan tanah dihitung langsung secara manual.
4. Jumlah umbi
Umbi dilepaskan dari stolon kemudian banyaknya umbi dihitung langsung secara manual.
5. Diameter umbi
Diameter umbi diukur dengan menggunakan jangka sorong (Gambar 3.7).
Gambar 3.7 Pengukuran Diameter Umbi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Jangka Sorong Umbi
(24)
30
6. Berat umbi
Umbi kentang terlebih dahulu dibersihkan dari tanah yang terangkat bersamaan umbi lalu umbi ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (Gambar 3.8)
.
Gambar 3.8 Pengukuran Berat Umbi (Sumber : Dokumentasi Pribadi) 7. Kelas umbi
Setelah didapatkan berat umbi, kemudian umbi dimasukkan kedalam kelas-kelasnya. Penentuan kelas-kelas umbi tersebut ditentukan berdasarkan kategori berat umbi dari Bukit (2008) yaitu :
Kelas A = 70-200 g/umbi Kelas B = 40-69 g/umbi Kelas C = 20-39 g/umbi Kelas D = <20 g/umbi
D. Analisis Data
Data parameter pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang dianalisis secara deskriptif dengan menginterpretasikan data yang telah diperoleh karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data kandungan logam Cd pada umbi kentang dibandingkan dengan data Badan Standarisasi Nasional SNI 7387: 2009 mengenai batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan.
Umbi
Timbangan Analitik
(25)
31
Gambar 3.9 Alur Penelitian Studi litelatur
Penyusunan Proposal
Tahap Pra Penelitian
Pengamatan lingkungan melalui survey di lokasi penelitian
Pengujian logam berat Cd pada sampel pupuk
Tahap Penelitian
Penentuan titik pengambilan sampel dengan metode purposive random sampling
Pengukuran faktor abiotik klimatik
Pengukuran faktor abiotik edafik
Pengukuran parameter - Tinggi tanaman - Jumlah daun - Jumlah batang - Jumlah umbi - Diameter umbi - Berat umbi - Kelas umbi
Pengujian kandungan logam Cd pada tanah dan umbi di laboratorium
Penyusunan Skripsi Analisis data
(26)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang yang ditanam pada lahan perkebunan yang mengandung logam berat dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Nilai parameter pertumbuhan tanaman kentang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah batang menunjukkan peningkatan hingga umur tanam 8 MST. Tetapi memasuki umur tanam 10 MST hingga panen parameter pertumbuhan tidak memperlihatkan peningkatan.
2. Nilai parameter produksi umbi tanaman kentang meliputi diameter umbi dan berat umbi menunjukkan peningkatan kecuali jumlah umbi yang mengalami penurunan jumlah saat panen. Secara umum baik di lokasi atas maupun di lokasi bawah menghasilkan umbi kelas A yang lebih banyak dibandingkan kelas umbi yang lain.
3. Kandungan logam Cd pada tanah adalah 0,18-4,22 ppm. Perubahan Cd dalam tanah dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan curah hujan. Kandungan Cd pada umbi kentang saat panen adalah 0,077-0,023 ppm. Kandungan Cd pada umbi kentang masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia Nomor 7387 : 2009 yaitu sebesar 0,2 ppm.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diusulkan berasarkan penelitian ini antara lain: 1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan membandingkan parameter
pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang yang ditanam pada tempat yang bebas dari kontaminasi logam berat dan kentang yang ditanam pada tempat yang tercemar logam berat.
(27)
59
2. Diperlukan penelitian lanjutan terhadap kandungan logam Cd pada organ tumbuhan lainnya seperti akar, batang, dan daun.
3. Diperlukan penelitian lanjutan terhadap varietas-varietas kentang lainnya untuk melihat tingkat kecenderungan dalam penyerapan logam.
(28)
DAFTAR PUSTAKA
Andayasari, F. (2009). Status Kecemaran Tanah Oleh Kadmium paa Lahan
Budidaya Sawi Putih (Brassica chinensis L.) di Sentra Produksi Hortikultura Lembang Jawa Barat. Skripsi Sarjana pada Departemen
Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan FP IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Alloway, B. J. (1990). Heavy Metal in Soils. New York: Jhon Willey and Sons Inc.
Asandhi, A. A. dan Gunadi. (1989). Kentang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Adisendjaja, Y. H., Saefudin., Sumarno, U. dan Koesbandiah, H. (2000). Pedoman Prakttikum Ekologi Hewan. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Aditya, C. (2012). AAS (Atomic Absorption Spectrophotometery). [Online]. Tersedia http://om-adit-kesling.blogspot.com/2012/06/aas-atomic-absorption-spectrophotometry.html [28 April 2013].
Aikpokpodion, P. E., Lajide, L. dan Aiyesami, A. F. (2010). “Heavy Metals Contamination in Fungicide Treated Cocoa Plantations in Cross River State, Nigeria”. American-Eurasian Journal Agric & Environ. Sci., 8
(3): 268-274, 2010.
Badan Standarisasi Nasional (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bukit, A. (2008). Pengaruh Berat Umbi Bibit dan Dosis Pupuk KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi pada Program Studi Agronomi FP USU Medan : Tidak Diterbitkan.
Cambouris, A., Hu, Z., Parent, L., Belanger, G., Ziadi, N. dan Fan, J. (2009). “Cadmium Accumulation in Potato Tubers Produced in Quebec”.
Canadian Journal of Soil Science. 89: 435-443.
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
(29)
61
Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.
Djebali, W., Hediji, H., Abbes, Z., Barhoumi, Z., Yaakoubi, H., Zoghlami, L. dan
Chaibi, W. (2009). “Aspects on Growth and Anatomy of Internodes and
Leaves of Cadmium-Treated Solanum lycopersicum L. Plants”. Journal of Biological Research-Thessaloniki. 13: 75 – 84, 2010.
Flach, M. (1996). Plant Resources of South-East Asia, Plants Yielding non-seed
carbohydrates. Bogor: Prosea Foundation.
Gafar, M., Dagash, Y., Elhag, A. dan Hassan. (2011). “Residual Effect of Malathion (Organophosphate) and Sevin (Carbamate) Application on Potato (Solanum tuberosum)”. American Journal of Experimental Agriculture. 1(4): 226-230, 2011.
Grant, C. A. (2011). Influence of Phosphate Fertilizer on Cadmium in Agricultural Soils and Crops. Agriculture and Agri-Food Canada,
Brandon Research Centre. Pedologist (2011) 143-155.
Gustianty, L. R. (2008). Kajian Tentang Pertumbuhan dan Produksi Kentang
(Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan dan Pengaturan Penanaman Lapangan. Tesis pada
Sekolah Pasca Sarjana USU Medan: Tidak diterbitkan.
Handayani, T. dan Kusmana. (2008). “Pengujian Klon-Klon Kentang Dataran Tinggi”. Journal Agrivigor 7(2): 189-195.
Haris. (2010). “Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada Berbagai Dosis Pemupukan”. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No.1.
Harwati, T. (2008). Pengaruh Suhu dan Panjang Penyerapan Terhadap Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (11-18).
Huaman, Z. (1986). “Systematic Botany and Morphology of the Potato”.
Technical Information Bulletin. Lima, Peru: International Potato Center.
Imanudin. (2001). Penyerapan Logam Timbel (Pb) pada Tanaman Singkong
(Manihot esculenta. Crantz) di Tepi Jalan Tol Jakarta-Bogor. Skripsi
(30)
62
Kasno, A. (2009). Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Jakarta: Bank Pengetahuan Padi Indonesia Balai Penelitian Tanah.
Khatimah, H. (2006). Perubahan Konsentrasi Timbal Dan Kadmium Akibat
Perlakuan Pupuk Organik Dalam Sistem Budi Daya Sayuran Organik.
Skripsi Sarjana pada Departemen Kimia FMIPA IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Mahvi, A., Mehdi, A., Yunesian, M., Homaee, M ., Nouri, J., Mesdaghinia, A. dan Atafar, Z. (2010). “Effect of fertilizer application on soil heavy metal concentration”. Environt Monit Assess. 160: 83-89.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pahlevi, F. (2006). Pendugaan Produktivitas Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) Berdasarkan Suhu Udara dan Radiasi Surya. Skripsi pada
Program Studi Agrometeorologi IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo, M., Rosita dan Darwati. (1998). “Status Logam Berat Kadmium (Cd) dan Hasil Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) pada
Pemupukan Fosfat”. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 7 Nomor
I 1998.
Rubatzky, V dan Yamaguchi, M. (1995). Sayuran Dunia 1 Prinsip, Produksi dan
Gizi Edisi Kedua. Bandung: ITB.
Sastrawijaya, A. T. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta, cet Ketiga.
Setiadi. (2009). Budidaya Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiyanto, A. P., Subagyo, K. dan Las, I. (2006). Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Indonesian agricultural research and
development journal, 2006 Vol. 25, No. 3.
Setyorini, D., Soeparto dan Sulaeman. (2003). Kadar Logam Berat pada Pupuk. di dalam: Pertanian Produktif Ramah Lingkungan Mendukung
(31)
63
Ketahanan dan Keamanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pertanian dan Produk Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. hlm 219-229.
Suhaeni, N. (2007). Petunjuk Praktis Menanam Kentang. Bandung: Nuansa.
Suriatna, S. (1998). Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Mediyatama Perkasa.
Surtikanti, H. (2011). Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung: Rizqi Press, cet. Pertama.
Tantowijoyo dan Warsito (2006). All About Potatoes. Thailand: International Potato Center (CIP-ESEAP Region) & FAO Regional Vegetable IPM Program in South and Southeast Asia.
Ummah, K. (2010). Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) Di Hikmah
Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Skripsi Sarjana pada FP IPB
Bogor: tidak dterbitkan.
Usodo, W. (1993). Pengaruh Dosis Pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi Sarjana pada FP UIN
Bandung: tidak diterbitkan.
Widaningrum., Miskiyah dan Suismono. (2007). “Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya”. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3 2007.
Yulipriyanto, H. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta: Graha Ilmu, cet. Pertama.
(1)
58 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang yang ditanam pada lahan perkebunan yang mengandung logam berat dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Nilai parameter pertumbuhan tanaman kentang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah batang menunjukkan peningkatan hingga umur tanam 8 MST. Tetapi memasuki umur tanam 10 MST hingga panen parameter pertumbuhan tidak memperlihatkan peningkatan.
2. Nilai parameter produksi umbi tanaman kentang meliputi diameter umbi dan berat umbi menunjukkan peningkatan kecuali jumlah umbi yang mengalami penurunan jumlah saat panen. Secara umum baik di lokasi atas maupun di lokasi bawah menghasilkan umbi kelas A yang lebih banyak dibandingkan kelas umbi yang lain.
3. Kandungan logam Cd pada tanah adalah 0,18-4,22 ppm. Perubahan Cd dalam tanah dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan curah hujan. Kandungan Cd pada umbi kentang saat panen adalah 0,077-0,023 ppm. Kandungan Cd pada umbi kentang masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia Nomor 7387 : 2009 yaitu sebesar 0,2 ppm.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diusulkan berasarkan penelitian ini antara lain: 1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan membandingkan parameter
pertumbuhan dan produksi umbi tanaman kentang yang ditanam pada tempat yang bebas dari kontaminasi logam berat dan kentang yang ditanam pada tempat yang tercemar logam berat.
(2)
59
2. Diperlukan penelitian lanjutan terhadap kandungan logam Cd pada organ tumbuhan lainnya seperti akar, batang, dan daun.
3. Diperlukan penelitian lanjutan terhadap varietas-varietas kentang lainnya untuk melihat tingkat kecenderungan dalam penyerapan logam.
(3)
60
DAFTAR PUSTAKA
Andayasari, F. (2009). Status Kecemaran Tanah Oleh Kadmium paa Lahan Budidaya Sawi Putih (Brassica chinensis L.) di Sentra Produksi Hortikultura Lembang Jawa Barat. Skripsi Sarjana pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan FP IPB Bogor: Tidak diterbitkan. Alloway, B. J. (1990). Heavy Metal in Soils. New York: Jhon Willey and Sons Inc. Asandhi, A. A. dan Gunadi. (1989). Kentang. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Adisendjaja, Y. H., Saefudin., Sumarno, U. dan Koesbandiah, H. (2000). Pedoman Prakttikum Ekologi Hewan. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Aditya, C. (2012). AAS (Atomic Absorption Spectrophotometery). [Online]. Tersedia http://om-adit-kesling.blogspot.com/2012/06/aas-atomic-absorption-spectrophotometry.html [28 April 2013].
Aikpokpodion, P. E., Lajide, L. dan Aiyesami, A. F. (2010). “Heavy Metals Contamination in Fungicide Treated Cocoa Plantations in Cross River State, Nigeria”. American-Eurasian Journal Agric & Environ. Sci., 8 (3): 268-274, 2010.
Badan Standarisasi Nasional (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bukit, A. (2008). Pengaruh Berat Umbi Bibit dan Dosis Pupuk KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi pada Program Studi Agronomi FP USU Medan : Tidak Diterbitkan. Cambouris, A., Hu, Z., Parent, L., Belanger, G., Ziadi, N. dan Fan, J. (2009).
“Cadmium Accumulation in Potato Tubers Produced in Quebec”. Canadian Journal of Soil Science. 89: 435-443.
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
(4)
61
Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.
Djebali, W., Hediji, H., Abbes, Z., Barhoumi, Z., Yaakoubi, H., Zoghlami, L. dan
Chaibi, W. (2009). “Aspects on Growth and Anatomy of Internodes and
Leaves of Cadmium-Treated Solanum lycopersicum L. Plants”. Journal
of Biological Research-Thessaloniki. 13: 75 – 84, 2010.
Flach, M. (1996). Plant Resources of South-East Asia, Plants Yielding non-seed carbohydrates. Bogor: Prosea Foundation.
Gafar, M., Dagash, Y., Elhag, A. dan Hassan. (2011). “Residual Effect of Malathion (Organophosphate) and Sevin (Carbamate) Application on Potato (Solanum tuberosum)”. American Journal of Experimental Agriculture. 1(4): 226-230, 2011.
Grant, C. A. (2011). Influence of Phosphate Fertilizer on Cadmium in Agricultural Soils and Crops. Agriculture and Agri-Food Canada, Brandon Research Centre. Pedologist (2011) 143-155.
Gustianty, L. R. (2008). Kajian Tentang Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan dan Pengaturan Penanaman Lapangan. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana USU Medan: Tidak diterbitkan.
Handayani, T. dan Kusmana. (2008). “Pengujian Klon-Klon Kentang Dataran Tinggi”. Journal Agrivigor 7(2): 189-195.
Haris. (2010). “Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada Berbagai Dosis Pemupukan”. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No.1.
Harwati, T. (2008). Pengaruh Suhu dan Panjang Penyerapan Terhadap Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (11-18).
Huaman, Z. (1986). “Systematic Botany and Morphology of the Potato”. Technical Information Bulletin. Lima, Peru: International Potato Center. Imanudin. (2001). Penyerapan Logam Timbel (Pb) pada Tanaman Singkong
(Manihot esculenta. Crantz) di Tepi Jalan Tol Jakarta-Bogor. Skripsi Sarjana pada Jurusan Biologi FMIPA IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
(5)
Kasno, A. (2009). Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Jakarta: Bank Pengetahuan Padi Indonesia Balai Penelitian Tanah.
Khatimah, H. (2006). Perubahan Konsentrasi Timbal Dan Kadmium Akibat Perlakuan Pupuk Organik Dalam Sistem Budi Daya Sayuran Organik. Skripsi Sarjana pada Departemen Kimia FMIPA IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Mahvi, A., Mehdi, A., Yunesian, M., Homaee, M ., Nouri, J., Mesdaghinia, A. dan Atafar, Z. (2010). “Effect of fertilizer application on soil heavy metal concentration”. Environt Monit Assess. 160: 83-89.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pahlevi, F. (2006). Pendugaan Produktivitas Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Berdasarkan Suhu Udara dan Radiasi Surya. Skripsi pada Program Studi Agrometeorologi IPB Bogor: Tidak diterbitkan.
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo, M., Rosita dan Darwati. (1998). “Status Logam Berat Kadmium (Cd) dan Hasil Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) pada
Pemupukan Fosfat”. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 7 Nomor
I 1998.
Rubatzky, V dan Yamaguchi, M. (1995). Sayuran Dunia 1 Prinsip, Produksi dan Gizi Edisi Kedua. Bandung: ITB.
Sastrawijaya, A. T. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta, cet Ketiga.
Setiadi. (2009). Budidaya Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiyanto, A. P., Subagyo, K. dan Las, I. (2006). Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Indonesian agricultural research and development journal, 2006 Vol. 25, No. 3.
Setyorini, D., Soeparto dan Sulaeman. (2003). Kadar Logam Berat pada Pupuk. di dalam: Pertanian Produktif Ramah Lingkungan Mendukung
(6)
63
Ketahanan dan Keamanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pertanian dan Produk Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. hlm 219-229.
Suhaeni, N. (2007). Petunjuk Praktis Menanam Kentang. Bandung: Nuansa. Suriatna, S. (1998). Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Mediyatama Perkasa.
Surtikanti, H. (2011). Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung: Rizqi Press, cet. Pertama.
Tantowijoyo dan Warsito (2006). All About Potatoes. Thailand: International Potato Center (CIP-ESEAP Region) & FAO Regional Vegetable IPM Program in South and Southeast Asia.
Ummah, K. (2010). Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) Di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Skripsi Sarjana pada FP IPB Bogor: tidak dterbitkan.
Usodo, W. (1993). Pengaruh Dosis Pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi Sarjana pada FP UIN Bandung: tidak diterbitkan.
Widaningrum., Miskiyah dan Suismono. (2007). “Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya”. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3 2007.
Yulipriyanto, H. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta: Graha Ilmu, cet. Pertama.