WACANA PEMBERITAAN PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA MAJALAH TEMPO (ANALISIS WACANA KRITIS).
WACANA PEMBERITAAN PERSENJATAAN
TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA MAJALAH TEMPO
(ANALISIS WACANA KRITIS)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Sarjana Sastra
oleh
Dessy Priscilla
NIM 0902476
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Wacana Pemberitaan Persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo: Analisis Wacana Kritis” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2013 Yang membuat pernyataan,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
WACANA PEMBERITAAN PERSENJATAAN
TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA MAJALAH TEMPO (ANALISIS WACANA KRITIS)
oleh
Dessy Priscilla NIM 0902476
disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I,
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002
Pembimbing II,
Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui representasi ideologi yang digunakan oleh Majalah Tempo sebagai media nasional yang cakupan penyebaran dan pemberitaannya luas dalam memandang dan menyikapi masalah-masalah yang yang terjadi. Salah satu masalah itu adalah kasus perdagangan senjata militer di Indonesia. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimanakah struktur makro teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo; 2) bagaimanakah superstruktur teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa
Majalah Tempo; 3) bagaimanakah struktur mikro teks pemberitaan seputar
persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo; 4) bagaimanakah representasi ideologi Majalah Tempo pada pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis yang digunakan adalah model analisis Teun A. Van Dijk. Model analisis ini membagi teks ke dalam tiga bagian, yakni struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Data dalam penelitian ini berupa bahasa pada teks pemberitaan dalam majalah
Tempo edisi 29 Oktober-4 November 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan kesimpulan sebagai berikut. Pada tataran struktur makro berita-berita Majalah Tempo mengesankan bahwa pemerintah sudah melakukan sikap tegas dengan dibuatnya undang-undang industri pertahanan dalam menanggulangi para makelar senjata. Pada tataran suprastruktur berita-berita Majalah Tempo selalu menghadirkan komentar dan kritik dari berbagai pihak mengenai kondisi persenjataan yang harus mengalami modernisasi serta anggaran dana yang harus dipantau langsung oleh Tim yang sudah dibentuk pemerintah. Pada tataran struktur mikro berita-berita Majalah Tempo selalu menonjolkan isi berita yang menghadirkan citraan negatif mengenai persenjataan di Indonesia, dengan tujuan agar pemerintah segera mengambil tindakan atas kejadian tersebut. Diksi yang digunakan lebih berani dan banyak menggunakan metafora atau ungkapan. Majalah Tempo dalam pemberitaanya tidak berpihak kepada makelar senjata, tetapi lebih berpihak terhadap pemerintah dan rakyat Indonesia.
(5)
ABSTRACT
This study was conducted to determine the ideology of representation which used by Tempo magazine as national media that it’s coverage and is preaching widely to spread in looking at and addressing the problems those are happening. One of the problems is the case trading about military wapon in Indonesia. The problem in these study are 1) how is the structure of a text macro news surrounding the Indonesian military weapons on mass media Tempo magazine, 2) how is the text of the news surrounding superstructure Indonesian military weapons on media Tempo Magazine, 3) how is the text of the news surrounding microstructure weapon Indonesian Armed Forces on media Tempo magazine, 4) how is the ideological representation of Tempo magazine on the news of weapon at national Indonesian military.
This research uses the qualitative research model with critical discourse analysis approach. Critical discourse analysis approach used by the analysis model of Teun A. Van Dijk. This analysis model divides the text into three parts, those are the macro-structure, superstructure, and microstructure. Data collection techniques in this study is using the documentation. The data in the research is the language in the text of the news Tempo magazine on 29th October to 4th November 2012.
These results indicate of the following conclusions. At the macro- level structure of the news of Tempo magazine impressive to the government has done made a firm stance with the laws of the defense industry in tackling gun broker. At the level of the superstructure of the news Tempo magazine always brings comments and criticisms from various parties regarding the conditions that must be experienced about weapons modernization and budgetary to funds which should be directly monitored by a team that has been formed by the government. At the level of microstructure news Tempo magazine always highlights the news that the content has presented negative images about weapons in Indonesia, with the aim that the government take action over the incidentsom. Diction is used braver of uses more metaphors or expressions. Tempo magazine in its news not to favor the arms broker, but its more sympathetic to the government and people of Indonesia.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Batasan Masalah ... 7
3. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi ... 9
BAB II ANALISIS WACANA KRITIS DAN PEMBERITAAN A. Tinjauan Pustaka ... 10
B. Landasan Teoretis 1. Wacana ... 11
2. Karakteristik Analisis Wacana Kritis ... 16
3. Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk ... 16
(7)
5. Pers ... 25
6. Keberpihakan Pers ... 25
7. Media Massa ... 26
8. Pemberitaan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Metode Penelitian ... 30
C. Data dan Sumber Data ... 31
D. Definisi Operasional ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 71
G. Teknik Pengolahan Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
1. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 1 ... 75
2. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 2 ... 89
3. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 3 ... 127
4. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 4 ... 146
5. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 5 ... 167
6. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 6 ... 175
7. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 7 ... 192
8. Analisis Struktur Data dan Pembahasan Data 8 ... 210
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Struktur Wacana Pemberitaan pada Majalah Tempo... 227
2. Ideologi yang Terkandung dalam Media Massa Majalah Tempo ... 236
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 238
(8)
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Teks Model Teun A. van Dijk ... 17
Tabel 3.1 Data dalam Berita di Media Cetak Majalah Tempo ... 31
Tabel 3.2 Model Kartu Data ... 33
Tabel 3.3 Contoh Analisis Teks Berita dalam Majalah Tempo ... 34
Tabel 4.1 Data Penelitian... 74
Tabel 4.2 Analisis Pemberitaan Siasat Dagang Makelar Senjata ... 75
Tabel 4.3 Analisis Pemberitaan Repot Mencari Pengganti “SIMBAH” .. 89
Tabel 4.4 Analisis Pemberitaan Wujudkan Modernisasi Alutsista TNI ... 127
Tabel 4.5 Analisis Pemberitaan Macan Tutul di atas Kapal... 146
Tabel 4.6 Analisis Pemberitaan Ketika Tentara Shopping ... 167
Tabel 4.7 Analisis Pemberitaan Sjafrie Sjamsoeddin ... 175
Tabel 4.8 Analisis Pemberitaan Aturan Baru Industri Senjata Kita ... 192
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model analisis Teun A. van Dijk ... 16 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29 Gambar 3.2 Teknik Pengolahan Data... 72
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ... LAMPIRAN 2 ...
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berita merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi. Rivers (Effendy, 2004: 147) menempatkan media massa sebagai
fourt estate (kekuasaan keempat) dalam proses pemerintahan setelah lembaga
eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Selain itu, media juga berperan serta dalam proses perubahan sosial dan budaya. Tokoh-tokoh politik juga terkait dalam lembaga pers sebagai media dalam menyebarkan nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan. Sebagai media komunikasi politik, pers tidak saja berfungsi sebagai mediasi, tetapi juga ikut terlibat aktif dalam pengolakan politik (Arifin, 2010: 125).
Sobur (2009: 31) mengemukakan bahwa media massa sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, dan gambaran umum tentang banyak hal. Media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Media juga berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan yang direpresentasikan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Oleh karena itu, suatu peristiwa yang sama bisa dianggap berbeda oleh berbagai media. Berita dibuat tidak hanya untuk sekedar memberi informasi, tetapi untuk menggiring opini. Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana, Eriyanto (2009: 22). Serupa dengan Eriyanto, (Darma, 2009: 10) mengatakan teks di dalam media adalah hasil proses wacana media (media discourse). Di dalam proses tersebut, nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan media turut serta.
Adapun fokus penelitian ini adalah mengkaji sikap dan pandangan
Majalah Tempo dalam memberitakan persenjataan Tentara Nasional Indonesia
terkait dugaan makelar senjata yang masih marak berkeliaran dengan bebas di Indonesia. Isu perdagangan senjata yang dilakukan para makelar adalah masalah
(13)
yang kompleks karena isu ini tidak hanya menyangkut masalah hukum, tetapi juga menyangkut masalah politik dan sosial. Oleh karena itu, berita mengenai persenjataan sangat menarik untuk dikaji karena dalam pemberitaan ini terdapat praktik pertarungan antara pihak-pihak tertentu. Pisau analisis ini ditinjau dari struktur makro teks, superstruktur teks, struktur mikro, dan representasi ideologi dalam Majalah Tempo.
Saat ini, sistem persenjataan negara lain khususnya di kawasan Asia Tenggara sudah melakukan pembaharuan peralatan, begitupun dengan Indonesia yang juga ikut memperbaharui sistem senjatanya. PT Pindad dengan kualitas yang sudah diakui di negara-negara besar telah mengeluarkan kendaraan lapis baja tank jenis light yang secara efektif disertai dengan peralatan senjata antitank atau antirudal. Karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat cukup signifikan, pemerintah melalui TNI berniat membelanjakan salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) jenis Leopards dan helikopter yang multifungsi.
Dispenau sebagai ujung tombak dalam membangun citra positif TNI Angkatan Udara menyadari pentingnya peran informasi tersebut. Pemberitaan dan pembentukan opini publik ditujukan untuk menciptakan citra dan persepsi positif masyarakat tentang TNI Angkatan Udara. Hal ini terjadi karena sifat dari arus informasi yang cepat dan menjangkau seluruh wilayah tanpa mengenal batas. Dalam upaya meningkatkan citra positif Angkatan Udara, Dispenau telah berupaya melakukan publikasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Dispenau tidak hanya membuat pembebasan berita, tetapi juga mengundang wartawan untuk langsung meliput objek-objek Angkatan Udara yang akan dipublikasikan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas informasi.
Dalam era informasi, arus informasi dengan segala kemajuannya terus bergerak menuju ruang publik tanpa ada sekat dan pembatas. Media cetak dan elektronik sebagai bagian dari sarana informasi memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Terkait hal tersebut, informasi yang menyangkut institusi TNI Angkatan Darat akan berpengaruh terhadap citra
(14)
3
TNI Angkatan Darat di tengah masyarakat. Dinas Penerangan Angkatan Darat memiliki tugas pokok menyelenggarakan pembinaan penerangan yang meliputi Penerangan Satuan, Penerangan Umum, Penerangan Khusus, dan Penerangan Strategis dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan Darat. Dihadapkan dengan tugas-tugas tersebut, warga Penerangan Angkatan Darat dituntut untuk mencermati setiap perkembangan berita yang menyangkut TNI Angkatan Darat.
TNI harus menjaga kesatuannya agar citranya di mata rakyat tetap baik. Jangan sampai berkembang isu-isu di masyarakat yang justru menyudutkan TNI. Memori rakyat terhadap TNI pada masa lampau tidak akan mudah terhapuskan. Pada masa lampau, TNI kerap dituding terlibat dalam pelanggaran HAM. Namun, sejak era reformasi TNI sudah banyak berubah dan lebih terbuka. Citra inilah yang harus diteruskan. Dengan tanggung jawab besarnya sebagai penjaga kedaulatan negara, citra TNI di mata masyarakat harus tetap terjaga. Karena itu, para pemimpin pasukan atau komandan harus terus bekerja keras untuk memberikan arahan kepada bawahannya agar bertindak sesuai dengan aturan, baik itu aturan hukum maupun norma-norma yang berlaku di masyarakat. Jika semua aturan dijalani secara baik, niscaya opini masyarakat terhadap TNI tidak negatif lagi. Peran TNI adalah menjaganya agar keamanan dan ketenteraman masyarakat tidak terusik.
Di tengah berbagai godaan untuk kembali mengembalikan kekuatan sosok militer seperti pada masa lalu, kemampuan TNI menjauhkan diri dari pergumulan politik sipil justru menuai apresiasi. Aksi terorisme dan rentetan kekerasan antarkelompok yang saat ini mengemuka seakan menyadarkan publik akan rentannya stabilitas dan harmoni di negeri ini. Semua perbedaan identitas dan pertentangan ideologi yang pada masa sebelum reformasi dapat “dikunci” kini menjadi bara dalam sekam yang mudah tersulut. Semua hal sepele dapat menjadi pemicu bentrokan, bahkan kerusuhan. Dalam situasi ketika rasa aman berbangsa mengalami kegalauan, publik kembali melihat sosok TNI. Dalam penanganan aksi terorisme, misalnya, gagasan melibatkan militer dalam pemberantasan pelaku teror semakin sering disuarakan. Sebagian masyarakat berharap, dengan
(15)
dilibatkannya militer, aksi terorisme dapat segera diatasi. Dalam jajak pendapat sebelumnya, publik masih menempatkan sosok kepemimpinan militer sebagai yang paling kompeten dalam menangani sebuah situasi sosial yang bergolak, sebagaimana beberapa tahun lalu pernah terjadi dalam pilkada gubernur di Sulawesi Selatan. Demikian pula dalam fungsi-fungsi yang bersifat darurat, seperti dalam bencana alam, musibah besar, ataupun ancaman keamanan yang kuat, aparat militer masih dijadikan rujukan akhir.
Dalam jajak pendapat kali ini, gambaran kekuatan sosok TNI sebagai bayangkara negara kembali muncul. Di tengah berbagai kemelut elite politik dan hukum, ketimpangan kondisi ekonomi, dan ancaman teror, citra TNI dinyatakan baik oleh 69,0 persen responden dan hanya 23,4 persen yang menyatakan buruk. Dalam proporsi yang sedikit lebih tinggi, sepak terjang TNI saat ini dinilai baik atau lebih baik ketimbang pada masa sebelum reformasi. Penilaian ini merupakan yang tertinggi bagi pencitraan TNI selama jajak pendapat Kompas dalam kurun waktu 12 tahun. Bandingkan dengan hasil jajak pendapat tahun 1999 saat kurang dari 30 persen responden menyatakan citra TNI baik atau pada tahun 2001 ketika 58 persen responden menyatakan citra TNI baik.
Meningkatnya citra TNI di mata masyarakat seiring dengan kecenderungan kepuasan masyarakat akan kiprah militer. Ada kecenderungan penilaian sejak dicabutnya dwifungsi ABRI bahwa kinerja lembaga militer atau
TNI secara umum menjadi ”lebih baik”. Sebanyak 50,3 persen responden menilai
TNI telah bersikap profesional. Meski demikian, terpancar juga keraguan responden dalam menyikapi kinerja TNI dalam menjaga wilayah negara dari tekanan negara asing dan peran dalam mengatasi wilayah konflik yang cenderung dinilai belum memuaskan. Sebanyak 78,8 persen responden menilai bahwa dalam tubuh TNI pun tidak bebas dari KKN. Di balik menepinya TNI dari ranah sosial politik sipil, ditengarai hampir separuh responden, TNI kini juga lebih berpihak kepada penguasa ketimbang masyarakat sipil. Demikian juga perlakuan yang diberikan negara kepada anggota militer yang terlibat kasus dirasakan sebagian
(16)
5
besar responden masih lebih ”diistimewakan” dan belum sama adil dengan
masyarakat biasa.
Dalam sistem demoktratis, pengaruh media massa sangat dominan dan sering disebut bahwa media sangat berkuasa karena dapat membentuk agenda publik yang bisa memengaruhi kebijakan pemerintah. Media kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang suatu permasalahan yang kontroversial. Di tengah berbagai godaan untuk kembali mengembalikan kekuatan sosok militer seperti pada masa lalu, kemampuan TNI menjauhkan diri dari pergumulan politik sipil justru menuai apresiasi.
Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan, TNI banyak mendapat sorotan dari media massa yang salah satunya adalah Majalah Tempo. Majalah mingguan ini memaparkan isu perdagangan alutsista di Indonesia. Penilaian yang dipaparkan oleh Majalah Tempo dimulai dari pencitraan yang baik hingga yang buruk.
Majalah Tempo adalah sebuah surat kabar mingguan yang terbit di Jakarta,
pada umumnya meliputi berita dan politik. Tempo merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Tempo diterbitkan oleh PT Tembo Inti Media Tbk. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada tanggal 6 Maret 1971 dengan Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin Redaksi. Terbitnya Tempo tidak lepas dari peran Harjono Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Bur Rasuanto yang kemudian dianggap sebagai pendiri.
Dalam konteks analisis teks berita, Teun A. van Djik mengembangkan model analisis wacana kritis. Berbagai masalah yang kompleks dan rumit dijelaskan dalam model van Djik. Oleh karena itu, van Djik tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga melihat struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu (Eriyanto, 2005: 224).
Wacana van Dijk digambarkan dengan tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis dalam model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi teks
(17)
yang dianalisis adalah struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan tema tertentu. Dalam dimensi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat atas suatu masalah.
B. Identifikasi Masalah
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya identifikasi masalah agar dapat diketahui secara jelas aspek-aspek yang perlu diteliti. Adapun identifikasi masalah tersebut sebagai berikut. Ideologi media massa sangat memengaruhi berita media tersebut dalam mengangkat suatu peristiwa.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah dan memiliki batasan yang jelas, peneliti membatasi ruang lingkup masalah tersebut. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1) Wacana yang akan dikaji dalam penelitian ini sebatas teks berita.
2) Teks berita yang dikaji adalah berita yang memuat pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada edisi Oktober 2012 s.d. November 2012.
3) Pendekatan yang digunakan adalah model Teun A van Dijk. Pendekatan ini melihat wacana dalam penelitian teks berita dari struktur makro teks, superstruktur teks, dan struktur mikro teks, serta ideologi yang terkandung dalam teks berita tersebut.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah struktur makro teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo?
(18)
7
2) Bagaimanakah superstruktur teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo?
3) Bagaimanakah struktur mikro teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo?
4) Bagaimanakah representasi ideologi Majalah Tempo pada pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:
1) struktur makro teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo;
2) superstruktur teks teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo;
3) struktur mikro teks teks pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo;
4) representasi ideologi Majalah Tempo pada pemberitaan seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) memberikan tambahan wawasan dalam mengkaji berita-berita di media masa, khususnya Majalah Tempo;
(19)
2) memperkaya khazanah perkembangan ilmu bahasa, khususnya untuk mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan analisis wacana kritis;
3) menjadi referensi bagi peneliti lain yang tertarik pada penelitian bertemakan analisis wacana kritis.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat agar berpikir kritis dalam mencermati pemberitaan dalam suatu media massa sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pembentukan opini yang dilakukan media massa.
G. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada bab I dijelaskan latar belakang masalah penelitian, penentuan masalah, tujuan, serta manfaat dari penelitian ini. Pada bab II dipaparkan tinjauan pustaka yang berupa ulasan terhadap hasil penelitian sebelumnya dan landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bab III dijelaskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sumber data yang diambil untuk penelitian ini, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan instrumen penelitian. Pada bab IV dideskripsikan serta dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini. Akhirnya, pada bab V disampaikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dideskripsikan dan saran agar penelitian selanjutnya lebih baik lagi.
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dalam bentuk diagram model
case study oleh Milles dan Huberman (Yin, 2009). Case study kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan bukti empiris dari satu atau lebih permasalahan. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai model penelitian tersebut, desain penelitian dibuat dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Wacana Pemberitaan Persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada
Majalah Tempo (Analisis Wacana Kritis)
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
Teknik analisis data
1) menemukan elemen-eleman wacana dalam teks berita persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo;
2) menganalisis dan mendesripsikan elemen-elemen wacana dalam teks berita persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo;
3) melakukan pembahasan elemen wacana dan membongkar ideologi dalam teks berita persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo; 4) menarik kesimpulan dari pembahasan mengenai teks berita persenjataan
Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo.
Hasil
1) struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro dalam teks berita persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo;
2) ideologi disajikan dalam teks berita Persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada
Majalah Tempo;
Simpulan
(21)
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis sebagaimana penjelasan Sugiono (2012: 9) berikut:
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Menurut Mahsun (2007: 257), penelitian kualitatif berfokus pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada angka.
Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2012: 9). Selain itu, menurut Syamsudin dan Damaianti (2007: 74) penelitian kualitatif menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan suatu fenomena. Fenomena dalam penelitian ini adalah pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada surat kabar Majalah Tempo.
Pendekatan analisis wacana kritis yang dipakai adalah model analisis Teun A. Van Dijk. Model analisis ini merupakan model penelitian analisis wacana kritis yang banyak digunakan karena dalam teorinya van Dijk menggabungkan tiga unsur penelitian, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro serta ideologi yang terkandung dalam teks berita tersebut. Dari tiap-tiap struktur wacana tersebut terbagi bagian-bagian wacana yang diamati.
Penelitian kualitatif berfokus pada penunjukan makna, deskriptif, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskan dalam bentuk kata-kata daripada angka. Fenomena dalam penelitian ini adalah bentuk rekontruksi bahasa pada berita mengenai persenjataan Tentara Nasional Indonesia terkait dugaan makelar senjata yang beredar di Indonesia. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu data bahasa yang digunakan Majalah Tempo dalam mengangkat fenomena tersebut. Penelitian ini berupaya mengungkap maksud yang tersembunyi dari suatu teks dalam berita dengan menggunakan teori Teun A. van Dijk. Dalam teori van Dijk tidak bisa
(22)
30
dihindari unsur subjektivitas sehingga dalam menafsirkan teks, latar belakang, pengalaman, bahkan keberpihakan peneliti memengaruhi hasil interprestasi.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diambil dari media massa Majalah Tempo periode Oktober 2012 sampai dengan November 2012. Berita yang diambil adalah wacana mengenai pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada media massa Majalah Tempo. Data penelitian ini berupa bahasa pada teks berita pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia. Melalui bahasa pada teks berita tersebut dapat diketahui elemen-elemen wacana dan karakteristik ideologi pada surat kabar Majalah Tempo. Data dipilih secara purposive dari bebearapa berita yang peneliti anggap paling menonjol untuk diteliti. Berikut ini merupakan data-data yang diambil dalam Majalah Tempo 2012:
Tabel 3.1 Data dalam Media Cetak Majalah Tempo
EDISI JUDUL BERITA
29 Oktober-4 November 2012
1. Siasat Dagang Makelar Senjata 2. Repot Mencari Pengganti
„SIMBAH‟
3. Semut kehilangan Gula 4. Macan Tutul di Atas Kapal 5. Ketika Tentara Shopping 6. Sjafrie Sjamsoeddin: Tidak ada
Maling Baru
7. Aturan Baru Industri Senjata Kita
8. Wujudkan Modernisasi
Alutsista TNI Demi Ketahanan Negara
D. Definisi Operasional
Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian. Hal ini penting untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini.
(23)
1) Analisis wacana kritis adalah pendekatan teori untuk melihat dan membongkar ideologi dalam pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo.
2) Majalah Tempo adalah surat kabar mingguan nasional yang terbit edisi
Oktober s.d. November 2012 di Jakarta dan telah meluas jangkauan penyebarannya.
3) Ideologi secara positif adalah suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela kepentingan mereka. Adapun ideologi secara negatif adalah suatu kesadaran palsu atau penipuan dengan cara memutar balikan pemahaman seseorang mengenai realitas sosial (Larrain dalam Sobur, 2009: 61). Adapun ideologi dalam penelitian ini adalah sikap
Majalah Tempo dalam menanggapi isu perdagangan senjata Tentara Nasional
Indonesia.
4) Berita dalam penelitian ini adalah pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia yang diangkat dan direkonstruksi oleh media massa.
5) Wacana merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, yang dibentuk oleh unsur-unsur segmental dalam sebuah wacana yang paling besar (Darma, 2009: 3). Wacana dalam penelitian ini adalah teks berita yang mengangkat isu seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
6) Kajian dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan analisis wacana kritis model Teun A van Dijk yang digunakan untuk membedah berita seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
E. Instrumen Penelitian
Untuk menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan kartu data yang diadaptasi dari kerangka Teun A. Van Dijk. Kartu data adalah alat analisis yang berfungsi untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Kartu data merupakan lembaran analisis yang terdiri atas beberapa kolom. Berikut ini adalah rancangan kartu data tersebut:
(24)
32
KARTU DATA
Judul :
Media Cetak :
Edisi :
Tabel 3.2 Model Kartu Data
No Elemen Wacana Uraian
1. Struktur Makro (Tematik) a) Tema
b) Subtema c) Fakta
2. Superstruktur (Skematik) a) Ringkasan
(Summary) 1) Judul
2) Teras Berita (Lead)
b) Cerita (Story) 1) Situasi 2) Komentar
3. Struktur Mikro (Semantik)
a) Latar b) Detail c) Maksud d) Pra-anggapan e) Nominalisasi (Sintaksis)
(25)
c) Kata Ganti d) Pengingkaran
(Stilistika) Leksikon
(Retoris) 1) Grafis 2) Metafora
Dalam pandangan Teun A. Van Dijk, segala bentuk teks dapat dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, dan mendorong satu sama lainnya.
Contoh Analisis
Judul : Repot Mencari Pengganti „SIMBAH”
Harian Umum : Majalah Tempo
Edisi : 29 Oktober-4 November 2012
Tabel 3.3 Contoh Analisis Teks Berita dalam Majalah Tempo
No Elemen Wacana Uraian
1. Struktur Makro (Tematik)
a) Tema
b) Subtema 1) Subtema 1
2) Subtema 2 3) Subtema 3
- Aturan baru pembelian senjata di Indonesia yang sesuai dalam Undang-Undang Industri Pertahanan.
- Persenjataan di Indonesia sudah memasuki usia yang sangat tua sehingga harus segera mengalami pembaharuan agar ketahanan negara tetap terjaga.
- Anggaran yang disediakan untuk pembelian senjata hanya digunakan sebagian.
(26)
Undang-34
4) Subtema 4
5) Subtema 5 6) Subtema 6 7) Subtema 7
c) Fakta
Undang Industri Pertahanan yang secara langsung menutup peluang para makelar senjata.
- Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih.
- Adanya aturan baru yang dibuat pemerintah memberikan efek ekonomi yang tak sedikit.
- Dalam pemerintahan Yudhoyono, urusan industri berpacu dengan waktu.
- Harapan Presiden dengan adanya anggaran yang meningkat dapat dikekola dengan baik dan pengadaan yang terencana.
Paragraf 1, kalimat 1 dan 2:
- Jenderal Pramono Edhie Wibowo punya pesan khusus bagi prajurit yang berlatih menggunakan meriam tempur antipesawat udara S-60. Diproduksi Unisoviet pada 1950, meriam itu masih dipakai Artileri Pertahanan Udara hingga kini.
Paragraf 2, kalimat 2 dan 3:
- Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya, meriam M101A1105 milimeter buatan 1950-15 tahun sebelum Pramono lahir.
Paragraf 4, kalimat 3 dan 4:
- Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 7, kalimat 4, 5, dan 6:
- Data Sekolah Staf Komando TNI pada 2005, menunjukkan skuadron tempur Angkatan Udara hanya memiliki tingkat kesiapan rata-rata 30 persen. Hampir 30 persen tank dan 48,2 persen meriam milik Angkatan Darat rusak. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 8, kalimat 1:
- Kondisi ini kian parah karena nyaris tak ada peremajaan senjata.
Paragraf 9, kalimat 2:
- Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012.
(27)
Paragraf 11, kalimat 4:
- Mengetahui harganya lebih murah, adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu akhirnya mengutus perwiranya langsung terbang ke pabriknya di Amerika Serikat.
Paragraf 12, kalimat 1:
- Pramono mengatakan kecewa berat terhadap praktek agen peralatan militer itu.
Paragraf 13, kalimat 1:
- Menutup peluang makelar itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Undang-Undang Industri Pertahanan, yang selesai 2 Oktober lalu.
Paragraf 15, kalimat 1:
- Komite itu, diketuai Presiden, dengan anggota Menteri Pertahanan, Menteri BUMN, serta sejumlah menteri lain.
Paragraf 16, kalimat 3:
- Misalnya, menurut Sjafrie, kerja sama produksi Indonesia dengan Korea Selatan dalam memproduksi jet tempur kelas 4,5 sekelas F-18
yang dinamai Korea Fighter
Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment C100 dan C200.
Paragraf 20, kalimat 1:
- Dibahas sejak 12 Januari 2012, rancangan undang-undang inisiatif DPR itu akhirnya diketuk Dewan untuk disahkan sebagai undang-undang pada 2 Oktober, tiga hari menjelang ulang tahun TNI.
Paragraf 22, kalimat 1:
- Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu.
Paragraf 24, kalimat 2:
- Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan.
Paragraf 25, kalimat 1:
- Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
Paragraf 26, kalimat 3:
(28)
36
menyepakati pembelian tank Leopard dari Jerman senilai Rp 2,8 triliun.
Paragraf 28, kalimat 1:
- Ketika berpidato pada ulang tahun TNI, Presiden berharap anggaran yang meningkat bisa dikelola dengan baik dan dengan pengadaan yang terencana.
2. Superstruktur (Skematik)
a) Ringkasan (Summary) 1) Judul
2) Teras Berita (Lead)
b) Cerita (Story) 1) Situasi
- Repot Mencari Pengganti „SIMBAH‟
- Pemerintah memodernkan peralatan militer secara bertahap. Belanja senjata terus meningkat. Sayangnya, makelar masih banyak berperan dalam pembeliannya.
Paragraf 2, kalimat 2 dan 3:
- Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya, meriam M101A1105 milimeter buatan 1950-15 tahun sebelum Pramono lahir.
Paragraf 3, kalimat 1:
- Meski uzur, senjata-senjata itu tetap dipakai prajurit.
Paragraf 4:
- Kisah senjata sepuh tidak hanya dimiliki Angkatan Darat. Di Angkatan Udara, banyak pesawat berumur yang tetap dipakai. Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 7, kalimat 1 dan 2:
-Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan. Mayoritas berusia 25-40 tahun tahun dan tak sedikit yang ngadat ketika digunakan.
Paragraf 8, kalimat 2:
- Bahkan menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga akhir 2010, nyaris
(29)
2)Komentar
Paragraf 9, kalimat 1 dan 2:
- Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab. Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012.
Paragraf 13, kalimat 1:
- Menutup peluang makelar itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Undang-Undang Industri Pertahanan, yang selesai 2 Oktober lalu.
Paragraf 17, kalimat 2:
- Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih.
Paragraf 18, kalimat 1:
- Menurut Said, dengan aturan ini, bisnis industri senjata mendulang efek ekonomi yang tak sedikit.
Paragraf 22, kalimat 1 dan 2:
- Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu. Sejak 2010, begitu Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan diterbitkan, kome itu langsung bertugas menyiapkan cetak biru industri pertahanan.
Paragraf 24, kalimat 2:
- Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan.
Paragraf 25, kalimat 1:
- Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
Paragraf 28, kalimat 1:
- Ketika berpidato pada ulang tahun TNI, Presiden berharap anggaran yang meningkat bisa dikelola dengan baik dan dengan pengadaan yang terencana.
Paragraf 1, kalimat 3:
- “Tolong simbahmu ini dirawat supaya bisa tetap
(30)
38
itu awal bulan ini.
Paragraf 6, kalimat 2:
- Beruntung, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, pilotnya menggunakan kursi pelontar sebelum jatuh.
Paragraf 8, kalimat 2:
- Bahkan menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga ahir 2010, nyaris tak ada pengadaan senjata baru.
Paragraf 9, kalimat 5:
- Baru pada 2030, menurut Asisten Bidang Kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan Said Didu, anggaran pembelian peralatan militer akan menembus Rp 100 triliun per tahun.
Paragraf 11, kalimat 5:
- Pramono terkejut karena harga dari pabrik itu
hanyaRp 9 juta per unit. “Kurang dari sepertiga harga yang ditawarkan rekanan itu,” ujarnya.
Paragraf 12:
- Pramono mengatakan kecewa berat terhadap praktek agen peralatan militer itu. Ia
menyebutkan rekanan kadang-kadang
diperlukan. Tapi ia meminta mereka tidak mengambil keuntungan yang berlipat-lipat.
“sama-sama bela negara, harusnya jangan
gitu-gitu amat,” katanya.
Paragraf 14, kalimat 2:
- Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie
Sjamsoeddin, tiap angkatan wajib
menyampaikan kebutuhannya lebih dulu kepada Kementerian Pertahanan.
Paragraf 15, kalimat 4:
- “Lalu juga apakah ada imbal dagang atau
partisipasi kandungan lokal dalam produk itu,” kata Sjafrie, yang juga menjabat Sekretaris Komite.
Paragraf 16, kalimat 3 dan 4:
- Misalnya, menurut Sjafrie, kerja sama produksi Indonesia dengan Korea Selatan dalam memproduksi jet tempur kelas 4,5 sekelas F-18
yang dinamai Korea Fighter
Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment C100
(31)
onderdil dan sayap,” kata Sjafrie.
Paragraf 17, kalimat 4:
- “Karena pembayaran melalui pemerintah, sangat
kuat landasannya untuk menghilangkan peran
agen, sekaligus mengamankan devisa,” kata
Said Didu.
Paragraf 18:
- Menurut Said, dengan aturan ini, bisnis industri senjata mendulang efek ekonomi yang tak sedikit. Dalam kalkulasi dia, dengan anggaran Rp 100 triliun, pemerintah bisa memperoleh pendapatan setidaknya 30 persen dari pajak pembelian bahan saat memproduksi, plus pajak penjualan.“Jika dikalkulasi, minimal bisa
mencapai Rp 30 triliun,” ujar Said.
Paragraf 19, kalimat 4:
- “Akibatnya gonta-ganti standar dan tidak
efisien,” kata salah satu perwira TNI.
Paragraf 20, kalimat 2:
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan kado bagi TNI untuk menata diri, sekaligus membangkitkan industri pertahanan yang mati suri sejak krisis moneter 1998.
Paragraf 21:
- Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanuddin, undang-undang itu merupakan cetak biru industri pertahanan
nasional. “Kami optimis, dalam dua tahun begitu
regulasi ini disahkan, Indonesia sudah mampu
mempercepat pengembangan teknologi
pertahanan,” kata Ketua Komisi Pertahanan Mahfudz Siddiq.
Paragraf 25, kalimat 2 dan 3:
- Target modernisasi ini, menurut Sjafrie, diprioritaskan pada peralatan bergerak, seperti kendaraan tempur, pesawat tempur, serta kapal
selam dan persenjataannya. “Targetnya, pada
semester pertama 2014 sudah ada kekuatan
pertahanan minimum,” kata Sjafrie.
Paragraf 27, kalimat 3:
- “Untuk tahap pertama, yang ditargetkan
rampung pada 2015, seluruhnya akan diproduksi
di Korea,” kata Kepala Dinas Penerangan
Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati.
(32)
40
- Ketika berpidato pada ulang tahun TNI, Presiden berharap anggaran yang meningkat bisa dikelola dengan baik dan dengan pengadaan
yang terencana. “Yang penting tidak
menyimpang. Dengan demikian, alutsista akan menjadi berkah dan bukan masalah.”
3. Struktur Mikro (Semantik)
a) Latar Paragraf 1, kalimat 2:
- Diproduksi Unisoviet pada 1950, meriam itu masih dipakai Artileri Pertahanan Udara hingga kini.
Paragraf 2, kalimat 4 dan 5:
- Ada pula meriam M-48 76 milimeter buatan 1958. Dua senjata itu dia gunakan ketika berlatih pada saat belajar di Akademi Militer hingga lulus tahun 1980.
Paragraf 3, kalimat 2:
- “Simbah-simbah” itu dirawat dengan baik, dan tak jarang dipamerkan pada ulang tahun Tentara Nasional Indonesia.
Paragraf 4, kalimat 3 dan 4:
- Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 5, kalimat 1:
- Jet penyerang sejenis F-15 itu buatan British Aerospace Systems di London dan didatangkan Angkatan Udara dari Inggris pada 1994.
Paragraf 7, kalimat 4, 5, dan 6:
- Data Sekolah Staf Komando TNI pada 2005, menunjukkan skuadron tempur Angkatan Udara hanya memiliki tingkat kesiapan rata-rata 30 persen. Hampir 30 persen tank dan 48,2 persen meriam milik Angkatan Darat rusak. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 10, kalimat 3:
- Jenderal Pramono Edhie Wibowo mengisahkan pengalaman ketika Angkatan Darat hendak membeli 5.000 teropong Trijicon dari Amerika Serikat guna melengkapi senapan serbu SS1 buatan Pindad.
(33)
b) Detail
- Dibahas sejak 12 Januari 2012, rancangan undang-undang inisiatif DPR itu akhirnya diketuk Dewan untuk disahkan sebagai undang-undang pada 2 Oktober, tiga hari menjelang ulang tahun TNI.
Paragraf 22, kalimat 1 dan 2:
- Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu. Sejak 2010, begitu Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan diterbitkan, kome itu langsung bertugas menyiapkan cetak biru industri pertahanan.
Paragraf 23, kalimat 1:
- Tiga motor BUMN industri strategis bidang persenjataan, yakni PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PAL Indonesia, yang sebelumnya mati suri pascakrisis 1998, mulai berbenah.
Paragraf 25, kalimat 1:
- Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
Paragraf 26:
- Tawaran hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat disambut. Begitu pula pembelian pesawat EMB 314 Super Tucano dari Brazil. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan sudah menyepakati pembelian tank Leopard dari Jerman senilai Rp 2,8 triliun. Sebagian tank berat itu akan datang pada November ini. Juga telah disepakati pembelian kapal perusak kawal peluru kendali dari Belanda.
Paragraf 27, kalimat 1:
- TNI Angkatan Laut juga berharap banyak dari kontrak transfer teknologi kapal selam dengan galangan Daewoo di Korea Selatan.
Paragraf 1, kalimat 1 dan 2:
- Jenderal Pramono Edhie Wibowo punya pesan khusus bagi prajurit yang berlatih menggunakan meriam tempur antipesawat udara S-60. Diproduksi Unisoviet pada 1950, meriam itu masih dipakai Artileri Pertahanan Udara hingga
(34)
42
kini.
Paragraf 2:
- Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya, meriam M101A1105 milimeter buatan 1950-15 tahun sebelum Pramono lahir. Ada pula meriam M-48 76 milimeter buatan 1958. Dua senjata itu dia gunakan ketika berlatih pada saat belajar di Akademi Militer hingga lulus tahun 1980.
Paragraf 3, kalimat 2 dan 3:
- “Simbah-simbah” itu dirawat dengan baik, dan tak jarang dipamerkan pada ulang tahun Tentara Nasional Indonesia. Peluncur roket RL 130 milimeter produksi 1950 yang sempat ngadat bertahun-tahun bahkan bisa menyemburkan amunisi lagi.
Paragraf 4:
- Kisah senjata sepuh tidak hanya dimiliki Angkatan Darat. Di Angkatan Udara, banyak pesawat berumur yang tetap dipakai Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 7, kalimat 4, 5, dan 6:
- Data Sekolah Staf Komando TNI pada 2005, menunjukkan skuadron tempur Angkatan Udara hanya memiliki tingkat kesiapan rata-rata 30 persen. Hampir 30 persen tank dan 48,2 persen meriam milik Angkatan Darat rusak. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 9, kalimat 5:
- Baru pada 2030, menurut Asisten Bidang Kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan Said Didu, anggaran pembelian peralatan militer akan menembus Rp 100 triliun per tahun.
Paragraf 11:
- Rekanan mengajukan harga Trijicon Rp 30 juta per unit. Merasa harga itu tak masuk akal, Pramono mengeceknya di Internet. Ia menemukan harga padar teropong hanua US$ 1.900 atau sekitar Rp 19 juta. Mengetahui harganya lebih murah, adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu akhirnya mengutus
(35)
Amerika Serikat. Pramono terkejut karena harga dari pabrik itu hanya Rp 9 juta per unit.
Paragraf 13:
- Menutup peluang makelar itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Undang-Undang Industri Pertahanan, yang selesai 2 Oktober lalu. Mulai tahun depan, baik TNI maupun Kepolisian RI dan kementerian terkait wajib menggunakan peralatan produksi dalam negeri. Terutama untuk produk militer teknologi menengah, seperti kapal patroli produksi PT PAL atau pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Paragraf 15, kalimat 1, 2 dan 3:
- Komite itu diketuai oleh Presiden, dengan anggota Menteri Pertahanan, Menteri BUMN, serta sejumlah menteri lain. Ada juga Panglima TNI dan Kepala Polri. Komite akan meneliti rencana pembelian peralatan, diantaranya apakah bisa diproduksi dalam negeri atau tidak.
Paragraf 16:
- Partisipasi kandungan lokal yang dimaksudkan adalah keterlibatan industri pertahanan nasional dalam memproduksi produksi yang dibeli. Keterlibatan industri ini minimal 30 persen. Misalnya, menurut Sjafrie, kerja sama produksi Indonesia dengan Korea Selatan dalam memproduksi jet tempur kelas 4,5 sekelas F-18
yang dinamai Korea Fighter
Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment C100 dan C200.
Paragraf 17, kalimat 2 dan 3:
- Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih. Pendek kata, dengan pembelian harus melalui pemerintah, calo pengadaan yang mau masuk sudah lebih dulu diblok.
Paragraf 21:
- Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanuddin, undang-undang itu merupakan cetak biru industri pertahanan
nasional. “Kami optimis, dalam dua tahun begitu regulasi ini disahkan, Indonesia sudah mampu
mempercepat pengembangan teknologi
(36)
44
c) Maksud
Mahfudz Siddiq.
Paragraf 22, kalimat 1 dan 2:
- Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu. Sejak 2010, begitu Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan diterbitkan, kome itu langsung bertugas menyiapkan cetak biru industri pertahanan.
Paragraf 23:
- Tiga motor BUMN industri strategis bidang persenjataan, yakni PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PAL Indonesia, yang sebelumnya mati suri pascakrisis 1998, mulai berbenah. Mereka menjadi leader tiga matra: udara, darat, dan laut. Beberapa BUMN juga ditarik untuk mendukung produksi alutsista, seperti BUMN golongan tier satu, dua, dan tiga.
Paragraf 26:
- Tawaran hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat disambut. Begitu pula pembelian pesawat EMB 314 Super Tucano dari Brazil. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan sudah menyepakati pembelian tank Leopard dari Jerman senilai Rp 2,8 triliun. Sebagian tank berat itu akan datang pada November ini. Juga telah disepakati pembelian kapal perusak kawal peluru kendali dari Belanda.
Paragraf 27:
- TNI Angkatan Laut juga berharap banyak dari kontrak transfer teknologi kapal selam dengan galangan Daewoo di Korea Selatan. Setidaknya ada tiga kapal selam yang bisa diproduksi.
“Untuk tahap pertama, yang ditargetkan
rampung pada 2015, seluruhnya akan diproduksi
di Korea,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati.
Paragraf 2, kalimat 1 dan 2:
- Masih banyak “simbah” lain yang dimiliki
Angkatan Darat. Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal.
Paragraf 3, kalimat 1:
(37)
d) Praanggapan
e) Nominalisasi
Paragraf 4, kalimat 1, 2, dan 3:
- Kisah senjata sepuh tidak hanya dimiliki Angkatan Darat. Di Angkatan Udara, banyak pesawat berumur yang tetap dipakai Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang.
Paragraf 6, kalimat 1:
- TNI Angkatan Udara menduga ada masalah pada mesin Hawk saat terbang meski sudah dicek dan menjalani perawatan rutin.
Paragraf 7, kalimat 1 dan 2:
-Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan. Mayoritas berusia 25-40 tahun tahun dan tak sedikit yang ngadat ketika digunakan.
Paragraf 9, kalimat 1:
- Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab.
Paragraf 14, kalimat 1:
- Alat tempur berteknologi tinggi yang kudu dibeli dari luar negeri juga tak serta-merta langsung bisa dibeli.
Paragraf 18, kalimat 1:
- Menurut Said, dengan aturan ini, bisnis industri senjata mendulang efek ekonomi yang tak sedikit.
Paragraf 6, kalimat 1:
- TNI Angkatan Udara menduga ada masalah pada mesin Hawk saat terbang meski sudah dicek dan menjalani perawatan rutin.
Paragraf 7, kalimat 1:
- Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan.
Paragraf 9, kalimat 1:
- Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab.
Paragraf 21, kalimat 1:
-Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanuddin, undang-undang itu merupakan cetak biru industri pertahanan nasional.
Paragraf 8, kalimat 1:
(38)
46
(Sintaksis)
a) Bentuk kalimat
b) Koherensi
peremajaan senjata.
Paragraf 10, kalimat 1:
- Mafia pengadaan juga menggerus dana pembelian alat tempur ke luar negeri.
Paragraf 14, kalimat 1:
- Lalau Kementerian wajib meneruskan permohonan itu ke Komite Kebijakan Industri Pertahanan.
Paragraf 17, kalimat 2:
- Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih.
Paragraf 21 kalimat 2:
- “Kami optimis, dalam dua tahun begitu regulasi
ini disahkan, Indonesia sudah mampu
mempercepat pengembangan teknologi
pertahanan,” kata Ketua Komisi Pertahanan Mahfudz Siddiq.
Paragraf 24, kalimat 2 dan 3:
- Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan. Seiring dengan itu, TNI juga menggenjot pembelian.
Dalam teks berita di atas, secara keseluruhan berjumlah 100 kalimat. Terdiri atas 62 kalimat aktif dan 38 kalimat pasif.
Kalimat aktif
-Rekanan mengajukan harga Trijicon Rp 30 juta per unit. (paragraf 11, kalimat 1)
Kalimat pasif
-Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab (paragraf 9, kalimat 1).
Paragraf 2, kalimat 2 dan 4:
-Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Ada pula meriam M-48 76 milimeter buatan 1958.
Paragraf 3, kalimat 1 dan 3:
- Meski uzur, senjata-senjata itu tetap dipakai prajurit. Peluncur roket RL 130 milimeter produksi 1950 yang sempat ngadat bertahun-tahun bahkan bisa menyemburkan amunisi lagi.
(39)
c) Kata Ganti
- Akibatnya, tak semua senjata TNI saat ini siap tempur. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 8, kalimat 2 dan 3:
- Bahkan menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga ahir 2010, nyaris tak ada pengadaan senjata baru. Karena itu, menurut Mahfudz, peremajaan dan modernisasi persenjataan TNI mendesak dilakukan.
Paragraf 17, kalimat 1 dan 4:
-Namun yang terpenting bukan hanya itu.
“Karena pembayaran melalui pemerintah, sangat
kuat landasannya untuk menghilangkan peran
agen, sekaligus mengamankan devisa,” kata
Said Didu.
Paragraf 19, kalimat 4:
- “Akibatnya gonta-ganti standar dan tidak
efisien,” kata salah satu perwira TNI.
Paragraf 2, kalimat 5:
- Dua senjata itu dia gunakan ketika berlatih pada saat belajar di Akademi Militer hingga lulus tahun 1980.
Paragraf 11, kalimat 3 dan 6:
- Ia menemukan harga padar teropong hanua US$
1.900 atau sekitar Rp 19 juta. “Kurang dari sepertiga harga yang ditawarkan rekanan itu,”
ujarnya.
Paragraf 12:
- Pramono mengatakan kecewa berat terhadap
praktek agen peralatan militer itu. Ia
menyebutkan rekanan kadang-kadang
diperlukan. Tapi ia meminta mereka tidak mengambil keuntungan yang berlipat-lipat.
“sama-sama bela negara, harusnya jangan
gitu-gitu amat,” katanya.
Paragraf 16, kalimat 3 dan 4:
- Mereka menyumbangkan onderdil dan sayap,”
kata Sjafrie.
Paragraf 18, kalimat 2:
- Dalam kalkulasi dia, dengan anggaran Rp 100 triliun, pemerintah bisa memperoleh pendapatan setidaknya 30 persen dari pajak pembelian bahan saat memproduksi, plus pajak penjualan.
(40)
48
d) Pengingkaran
(Stilistika) Leksikon
- “Kami optimis, dalam dua tahun begitu regulasi
ini disahkan, Indonesia sudah mampu
mempercepat pengembangan teknologi
pertahanan,” kata Ketua Komisi Pertahanan
Mahfudz Siddiq.
Paragraf 23, kalimat 2:
- Mereka menjadi leader tiga matra: udara, darat,
dan laut. Beberapa BUMN juga ditarik untuk mendukung produksi alutsista, seperti BUMN golongan tier satu, dua, dan tiga.
Paragraf 7, kalimat 1 dan 6:
- Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 9, kalimat 3 dan 4:
- Tapi, anggaran itu tak sepenuhnya dipakai
untuk pembelianalat utama sistem persenjataan (alutsista). Hanya sekitar Rp 28 triliun alokasi untuk pos ini.
Paragraf 17, kalimat 1 dan 4:
- Namun yang terpenting bukan hanya itu. Paragraf 24, kalimat 2:
- Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan.
Paragraf 25, kalimat 1:
- Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
-Artileri (paragraf 1), uzur (paragraf 2), ngadat (paragraf 2), sepuh (paragraf 2), mengenaskan (paragraf 7), skuadron (paragraf 7), nyaris (paragraf 8), peremajaan senjata (paragraf 8), cekak (paragraf 9), menggerus (paragraf 10), trijicon (paragraf 11), kudu (paragraf 14), serta-merta (paragraf 14), pendek kata (paragraf 17), bersih (paragraf 17), plus (paragraf 18),
(41)
(Retoris) 1) Grafis
2) Metafora
19), rekanan (paragraf 19), kado (paragraf 20), mati suri (paragraf 20), cetak biru (paragraf 21), regulasi (paragraf 21), berpacu (paragraf 22), beleid (paragraf 22), master plan (paragraf 22), pascakrisis (paragraf 23), berbenah (paragraf 23), ditarik (paragraf 23), tier (paragraf 23),
leader (paragraf 23), disuntikkan (paragraf 24),
menggenjot (paragraf 24), dilansir (paragraf 24), hibah (paragraf 26).
-Huruf “D” pada pembuka berita ditulis dengan dropcap: DEWAN
-Foto Jaleswari Pramodhawardani terpadang di halaman kedua teks berita.
-Repot Mencari Pengganti “SIMBAH”
-Makelar senjata membuat harga berlipat-lipat.
-Kado untuk menata diri.
-Tiga motor BUMN.
Contoh Analisis Data Struktur Makro (Tematik) 1) Tema
Tema dalam pemberitaan ini adalah aturan baru pembelian senjata di Indonesia yang sesuai dalam Undang-Undang Industri Pertahanan. Tema ini merupakan informasi terhadap ruang lingkup kegiatan perdagangan senjata yang dipantau secara khusus oleh pemerintah, sehingga makelar tidak bebas lagi dalam menjualkan senjata dengan harga yang sangat mahal. Bagaimana mungkin Indonesia mencapai pada tahap pembaharuan yang maksimal apabila harga yang ditawarkan makelar menjulang tinggi. Dengan adanya aturan baru dalam undang-undang industri pertahanan, aksi para makelar senjata dapat dikurangi. Artinya, tema ini menekankan Undang-undang Industri pertahanan sangat berpengaruh dalam meminimalisir arus kerja makelar senjata.
(42)
50
2) Subtema
Pada pemberitaan ini terdapat tujuh subtema. Adapun subtema dalam pemberitaan ini adalah sebagai berikut: Pertama, Persenjataan di Indonesia sudah memasuki usia yang sangat tua sehingga harus segera mengalami pembaharuan agar ketahanan negara tetap terjaga. Subtema ini dijelaskan sepanjang enam paragraf pertama. Kedua, Anggaran yang disediakan untuk pembelian senjata hanya digunakan sebagian. Subtema ini dijelaskan sepanjang tiga paragraf. Ketiga, Pemerintah dan DPR telah membuat Undang-Undang Industri Pertahanan yang secara langsung menutup peluang para makelar senjata. Subtema ini dijelaskan sepanjang tiga paragraf. Keempat, Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih. Subtema ini dijelaskan sepanjang lima paragraf. Kelima, Adanya aturan baru yang dibuat pemerintah memberikan efek ekonomi yang tak sedikit. Subtema ini dijelaskan sepanjang dua paragraf. Keenam, Dalam pemerintahan Yudhoyono, urusan industri berpacu dengan waktu. Subtema ini dijelaskan sepanjang empat paragraf. Ketujuh, Harapan Presiden dengan adanya anggaran yang meningkat dapat dikekola dengan baik dan pengadaan yang terencana. Subtema ini dijelaskan sepanjang empat paragraf terakhir.
3) Fakta
Elemen fakta yang dihadirkan Majalah Tempo dalam pemberitaan ini merupakan suatu informasi yang mencakup keadaan persenjataan di Indonesia yang harus segera mengalami pembaharuan. Undang-undang Industri Pertahanan sudah disahkan oleh pemerintah pada 2 Oktober 2012 lalu menjakikan pedoman pelaksanaan aturan baru. Fakta tersebut jelas menunjukan bahwa adanya peraturan yang membatasi ruang lingkup makelar senjata dalam aksinya.
Paragraf 1, kalimat 1 dan 2:
Jenderal Pramono Edhie Wibowo punya pesan khusus bagi prajurit yang berlatih menggunakan meriam tempur antipesawat udara S-60. Diproduksi Unisoviet pada 1950, meriam itu masih dipakai Artileri Pertahanan Udara hingga kini.
(43)
Paragraf 2, kalimat 2 dan 3:
Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya, meriam M101A1105 milimeter buatan 1950-15 tahun sebelum Pramono lahir.
Paragraf 4, kalimat 3 dan 4:
Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 7, kalimat 4, 5, dan 6:
Data Sekolah Staf Komando TNI pada 2005, menunjukkan skuadron tempur Angkatan Udara hanya memiliki tingkat kesiapan rata-rata 30 persen. Hampir 30 persen tank dan 48,2 persen meriam milik Angkatan Darat rusak. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.
Paragraf 8, kalimat 1:
Kondisi ini kian parah karena nyaris tak ada peremajaan senjata.
Paragraf 9, kalimat 2:
Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012.
Paragraf 10, kalimat 2:
Makelar senjata membuat harga berlipat-lipat.
Paragraf 11, kalimat 4:
Mengetahui harganya lebih murah, adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu akhirnya mengutus perwiranya langsung terbang ke pabriknya di Amerika Serikat.
Paragraf 12, kalimat 1:
Pramono mengatakan kecewa berat terhadap praktek agen peralatan militer itu.
Paragraf 13, kalimat 1:
Menutup peluang makelar itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Undang-Undang Industri Pertahanan, yang selesai 2 Oktober lalu.
Paragraf 15, kalimat 1:
Komite itu, diketuai Presiden, dengan anggota Menteri Pertahanan, Menteri BUMN, serta sejumlah menteri lain.
(44)
52
Paragraf 16, kalimat 3:
Misalnya, menurut Sjafrie, kerja sama produksi Indonesia dengan Korea Selatan dalam memproduksi jet tempur kelas 4,5 sekelas F-18 yang dinamai Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment C100 dan C200.
Paragraf 20, kalimat 1:
Dibahas sejak 12 Januari 2012, rancangan undang-undang inisiatif DPR itu akhirnya diketuk Dewan untuk disahkan sebagai undang-undang pada 2 Oktober, tiga hari menjelang ulang tahun TNI.
Paragraf 22, kalimat 1:
Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu.
Paragraf 24, kalimat 2:
Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan.
Paragraf 25, kalimat 1:
Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
Paragraf 26, kalimat 3:
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan sudah menyepakati pembelian tank Leopard dari Jerman senilai Rp 2,8 triliun.
Paragraf 28, kalimat 1:
Ketika berpidato pada ulang tahun TNI, Presiden berharap anggaran yang meningkat bisa dikelola dengan baik dan dengan pengadaan yang terencana.
Fakta tersebut memberikan penjelasan bahwa persenjataan yang digunakan Tentara Nasional Indonesia sudah berusia sangat tua, bahkan harus segera diperbaharui. Kenyataan yang terjadi, senjata yang seharusnya mengalami pembaharuan masih tetap saja dipakai untuk Pertahanan Negara hingga saai ini. Dalam teks berita ini, wartawan lebih mengutamakan banyaknya komentar pendukung keadaan sistem persenjataan di Indonesia. Ini sebagai salah satu wujud
(45)
kepedulian atas sikap pemerintah dan para menteri dalam mengungkapkan keadaan persenjataan yang sebenarnya terjadi. Makelar senjata yang masih berkeliaran harus segera ditindaklanjuti dengan tegas. Pembongkaran kasus persenjataan dan tindakan para makelar harus segera dibenahi agar tidak dianggap sebagai pandangan yang buruk di mata masyarakat.
Superstruktur (Skematik) 1) Ringkasan (Summary) a) Judul
Elemen judul dalam pemberitaan ini adalah “Repot Mencari Pengganti
SIMBAH” jelas sekali bahwa judul ini menggambarkan isi keseluruhan dalam
pemberitaan ini. Judul ini dengan tegas menunjukan bahwa Indonesia membutuhkan pembaharuan dalam bidang persenjataan militer dan dengan adanya undang-undang industri pertahanan menjadi titik awal memperkecil jalan kerja para makelar senjata dalam aksinya.
b) Teras Berita (Lead)
Dalam teks berita ini dilengkapi dengan elemen teras berita Pemerintah
memodernkan peralatan militer secara bertahap. Belanja senjata terus meningkat. Sayangnya, makelar masih banyak berperan dalam pembeliannya.
Dalam elemen ini semakin menunjukan bahwa usaha pemerintah dalam memperbaharui persenjataan dengan perlahan setiap tahunnya, namun para makelar dengan santai mengambil untung yang besar dalam setiap perdagangannya.
2) Cerita (Story) a) Situasi
Berdasarkan analisis yang dilakukan pemberitaan Majalah Tempo si setiap pemberitaannya mencantumkan elemen situasi. Elemen situasi ini digunakan untuk menjelaskan situasi yang terjadi mengenai cara pemerintah dalam mempersempit jalan bagi para makelar senjata yang mengambil keuntungan besar.
(46)
54
Paragraf 2, kalimat 2 dan 3:
Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya, meriam M101A1105 milimeter buatan 1950-15 tahun sebelum Pramono lahir.
Paragraf 3, kalimat 1:
Meski uzur, senjata-senjata itu tetap dipakai prajurit.
Paragraf 4:
Kisah senjata sepuh tidak hanya dimiliki Angkatan Darat. Di Angkatan Udara, banyak pesawat berumur yang tetap dipakai. Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.
Paragraf 7, kalimat 1 dan 2:
Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan. Mayoritas berusia 25-40 tahun tahun dan tak sedikit yang ngadat ketika digunakan.
Paragraf 8, kalimat 2:
Bahkan menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga akhir 2010, nyaris tak ada pengadaan senjata baru.
Paragraf 9, kalimat 1 dan 2:
Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab. Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012.
Paragraf 13, kalimat 1:
Menutup peluang makelar itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Undang-Undang Industri Pertahanan, yang selesai 2 Oktober lalu.
Paragraf 17, kalimat 2:
Kewenangan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan semakin mengontrol mekanisme pengadaan persenjataan agar jauh lebih bersih.
Paragraf 18, kalimat 1:
Menurut Said, dengan aturan ini, bisnis industri senjata mendulang efek ekonomi yang tak sedikit.
Paragraf 22, kalimat 1 dan 2:
Dalam urusan industri pertahanan, pemerintah Yudhoyono memang berpacu dengan waktu. Sejak 2010, begitu Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan diterbitkan,
(47)
Paragraf 24, kalimat 2:
Selain disuntikkan modal lewat skema penanaman modal nasional, TNI didorong membeli senjata dari industri domestik sesuai dengan kemampuan.
Paragraf 25, kalimat 1:
Dimulai pada 2010, hingga 2014, selain dilakukan regulasi industri dan penentuan program, diarahkan agar TNI melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan militer agar mencapai kekuatan pertahanan minimum.
Paragraf 28, kalimat 1:
Ketika berpidato pada ulang tahun TNI, Presiden berharap anggaran yang meningkat bisa dikelola dengan baik dan dengan pengadaan yang terencana.
b) Komentar
Untuk menampilkan urutan cerita dalam teks berita tersebut, penulis menampilkan tujuh belas elemen komentar. Komentar dalam berita ini berisi mengenai kondisi persenjataan di Indonesia yang harus segera diperbaharui, anggaran belanja alautsista TNI yang setiap tahunnya mengalami kenaikan dan cara memberantas makelar senjata yang semakin marak di Indonesia. Komentar itu diucapkan langsung oleh Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono), Kepala Staf Angkatan Darat (Jenderal Pramono Edhie Wibowo), Kepala Staf Angkatan Udara (Marsekal Imam Sufaat), Wakil Menteri Pertahanan Indonesia (Sjafrie Sjamsoeddin), Wakil Ketua Komisi Pertahanan (Tubagus Hasanuddin), Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Laksamana Pertama Untung Suropati), Ketua Komisi Pertahanan (Mahfudz Siddiq), dan salah satu perwira TNI.
Paragraf 1, kalimat 3:
“Tolong simbahmu ini dirawat supaya bisa tetap beroperasi,” kata Kepala
Staf Angkatan Darat itu awal bulan ini.
Paragraf 6, kalimat 2:
Beruntung, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, pilotnya menggunakan kursi pelontar sebelum jatuh.
(1)
Dessy Pricilla, 2013
Wancana Pemberitaan Persenjataan Tentara Nasional Ondonesia Pda Majalah Tempo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Peneliti mengumpulkan teks-teks berita seputar persenjataan Tentara Nasional Indonesia pada Majalah Tempo.
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen (Hasan, 2002: 87). Adapun menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 158) teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan.
Teknik dokumentasi selain bertujuan untuk memperoleh data sejarah, juga untuk mengkonfirmasikan dengan data yang diperoleh dengan wawancara. Tipe dokumentasi meliputi biografi atau autobiografi, memori, surat kabar, dokumen pemerintah dan catatan pribadi (Arifin, 2010: 24).
G. Teknik Pengolahan Data
Dalam mengolah data-data yang menjadi objek penelitian, peneliti melakukan beberaa tahapan. Adapun rincian pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) mengklasifikasikan elemen wacana pada berita seputar isi persenjataan Tentara Nasional Indonesia ke dalam struktur makro, mikrostruktur, dan struktur mikro;
2) menganalisis dan mendeskripsikan semua elemen-elemen wacana yang terdapat pada struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro teks, serta membongkar ideologi dalam teks pemberitaan persenjataan Tentara Nasional Indonesia;
3) menyimpulkan hasil penelitian.
Teks berita isu seputaran persenjataan Tentara nasional Indonesia. Analisis menggunakan
teori Teun A Van Dijk
(2)
72
(3)
237 Dessy Pricilla, 2013
Wancana Pemberitaan Persenjataan Tentara Nasional Ondonesia Pda Majalah Tempo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, peneliti menarik kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut didasarkan dari beberapa elemen yang ditemukan peneliti pada tingkat struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro dalam berita Majalah Tempo. Simpulan tersebut adalah sebagai berikut.
Pada tataran struktur makro, berita-berita dalam Majalah Tempo mengesankan bahwa dengan dibuatnya Undang-undang Industri Pertahanan, Indonesia mampu mempersempit ruang gerak para makelar senjata yang marak di Indonesia. Pada tataran superstruktur, berita-berita Majalah Tempo selalu menghadirkan kritik dan saran mengenai kondisi persenjataan yang perlu mengalami pembaharuan dan anggaran dana yang harus dipantau oleh Tim yang sudah dibentuk pemerintah.
Pada tataran struktur mikro, berita-berita Majalah Tempo selalu menonjolkan isi berita yang menghadirkan pandangan negatif makelar senjata dalam aksinya memperjualbelikan persenjataan dengan harga yang sangat mahal. Bentuk kalimat yang digunakan banyak menggunakan kalimat aktif dan menyimpan inti berita di awal teks. Terdapat banyak kata ganti kita sebagai wujud pernyataan antara wartawan dan pembaca. Diksi yang digunakan lebih berani dan banyak menggunakan metafora atau ungkapan.
Setiap media massa memiliki ideologi yang berbeda. Ideologi tersebut tergambar dari sejumlah elemen, yakni struktur mikro, superstruktur, dan struktur makro. Berdasarkan hasil analisis dari ketiga elemen yang sudah diteliti, Majalah Tempo dalam pemberitaannya tidak berpihak kepada makelar senjata yang marak beroperasi di Indonesia. Namun, pemberitaan Majalah Tempo lebih memihak kepada pemerintah yang dengan sigap telah membuat Undang-Undang Industri Pertahanan.
(4)
238
B. Saran
Beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Peneliti selanjutnya yang tertarik dalam melakukan penelitian analisis wacana kritis sebaiknya tidak hanya meneliti keberpihakan suatu media pada struktur teks semata, tetapi juga dalam konteks sosial agar penelitiannya lebih komprehensif.
2) Pihak media massa dan wartawan harus bersifat netral dalam membuat teks berita serta memberikan ruang yang sama antara satu dan yang lain. Selain itu, media sebaiknya menggunakan pilihan kata yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh elemen masyarakat sebagai pencari informasi.
3) Bantuan dari para ahli bahasa sangat diharapkan untuk memberikan masukan dan kritik terhadap penggunaan bahasa dalam media massa agar etika berbahasa tetap terjaga, terutama saat memberikan kritik dan opini.
4) Masyarakat luas diharapkan lebih cermat dalam menyikapi suatu pemberitaan sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pembentukan opini yang dilakukan suatu media karena tidak semua media massa berpihak pada kepentingan publik.
(5)
Dessy Pricilla, 2013
Wancana Pemberitaan Persenjataan Tentara Nasional Ondonesia Pda Majalah Tempo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Arifin, Anwar. 2010. Pers dan Dinamika Politik, Analisis Media Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Yasif Watampone.
Cangara, Hafield. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Depari, Eduard, dkk. 1978. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan, Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Djajasudarma. 2006. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Bandung: Reflika Aditama.
Ekodhanto, Frans. 2009. “Analisis Wacana Kritis Ideologi Politik Media padaTeks Tajuk Rencana Kompas dan Pikiran Rakyat”. Skripsi Sarjana FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Kritis, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Latifah, Nurul Titin. 2010. “Pemberitaan Rekayasa Dua Lembaga Hukum (Analisis Wacana Kritis KPK VS POLRI pada Harian Umum Kompas dan Republika)”. Skripsi Sarjana FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Mahsun, M.S. (2007). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ridwan, Dede. 2008. “Analisis Wacana Kritis Ideologi Politik Pada Teks Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas”. Skripsi Sarjana FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
(6)
240
Rizal. 2006. “Analisis Wacana Kritis terhadap Pemberitaan Lumpur Lapindo (Studi Kasus pada Harian Umum Media Indonesia dan Pikiran Rakyat)”. Skripsi Sarjana FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Solihin. 2011. “Wacana Pemberitaan Muhammad Nazaruddin pada Media
Indonesia dan Jurnal Indonesia (Analisis Wacana Kritis)”. Skripsi Sarjana FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Subagyo. 2008. “Analisis Wacana Kritis Wacana Tajuk (Editorial) Kasus dan Status Hukum Soeharto Surat Kabar Kompas atau Tempo”. Skripsi. Bandung: Univeresitas Pendidikan Indonesia.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutbbs, Michel. 1893. Discouse Analysis. Chicago: The University At Chicago Press.
Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia S. 2007. Metode Penelitian pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yin, R, K. (2009). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.