KONTRIBUSI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA BAGI PESERTA PELATIHAN PERSIAPAN PURNA BAKTI DI LEMBAGA LP2ES BANDUNG.

(1)

KONTRIBUSI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA BAGI PESERTA PELATIHAN PERSIAPAN PURNA BAKTI DI LEMBAGA LP2ES BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Disusun oleh :

Guruh Rahmat Gumilar

0900209

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==================================================================

KONTRIBUSI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA BAGI PESERTA PELATIHAN PERSIAPAN PURNA BAKTI DI LEMBAGA LP2ES BANDUNG

Disusun oleh : Guruh Rahmat Gumilar

0900209

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Guruh Rahmat Gumilar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GURUH RAHMAT GUMILAR

KONTRIBUSI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA BAGI PESERTA PELATIHAN PERSIAPAN PURNA BAKTI DI LEMBAGA LP2ES BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd NIP. 19490227 197703 1 002

Pembimbing II,

Drs. Ade Cahyana, M.Sc NIP. 19501108 197803 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

i ABSTRAK

Guruh Rahmat Gumilar. Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan Persiapan Purna Bakti Di Lembaga LP2ES Bandung.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang diselenggarakan di Lembaga Pelatihan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Learning

Center yang diikuti oleh para pegawai yang mempersiapkan masa persiapan purna

bakti atau masa pensiun sebagai wawasan dan keterampilan tambahan untuk berwirausaha pada saat memasuki masa pensiun. Alasan yang mendorong Peneliti melaksanaan penelitian ingin mengetahui bagaimana kontribusi pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti dilembaga LP2ES Bandung yang dikemukakan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana kontribusi/penerapan pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga LP2ES Bandung, (2) Bagaimana pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES, (3) Bagaimana motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Konsep pendidikan luar sekolah, Konsep pendidikan nonformal, Konsep pelatihan, Konsep kewirausahaan, Konsep masa purna bakti, Konsep dasar motivasi, Konsep motivasi maslow dan konsep motivasi berwirausaha.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey tepatnya berupa korelasi dan regresi. Objek penelitian adalah peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang berasal dari pegawai perusahaan untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan quesioner.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pelatihan memberikan pemahaman terhadap peserta pelatihan mengenai kewirausahaan yang menimbulkan semangat atau motivasi peserta untuk berwirausaha di masa pensiun. (2) Pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan LP2ES Bandung dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang diselenggarakan pada tanggal 16 september 2013 s.d 21 september 2013 yang diikuti oleh 26 peserta pelatihan dari pegawai PT. Bank Mandiri. (3) Peserta pelatihan kewirausahaan mempunyai rata-rata nilai (mean) motivasi berwirausaha awal yaitu 108,3 terjadi peningkatan nilai rata–rata nilai (mean) motivasi akhir berwirausaha menjadi 111,1 ini berarti pelatihan kewirausahaan berhasil meningkatkan motivasi berwirausaha peserta pelatihan.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Metode Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Nonformal ... 11

B. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 12

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 14

3. Jenis Pendidikan Luar Sekolah ... 15 C. Konsep Pelatihan


(6)

1. Pengertian Pelatihan ... 16

2. Tujuan Pelatihan ... 18

3. Prinsip – Prinsip Pelatihan ... 18

D. Kewirausahaan 1. Pengertian Kewirausahaan ... 21

2. Tujuan Kewirausahaan ... 22

3. Sektor – Sektor Wirausaha ... 23

4. Motivasi Berwirausaha ... 24

E. Masa Purna Bakti ... 28

F. Konsep Dasar Motivasi 1. Pengertian Motivasi ... 28

2. Jenis – Jenis Motivasi ... 29

3. Indikator Motivasi ... 30

4. Ciri – Ciri Motivasi Pada Seseorang ... 31

5. Motivasi Maslow ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 43

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 49

F. Proses Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ... 50

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

B. Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun ... 60

C. Identitas Responden ... 67

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 72


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83


(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bekerja merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga dengan berbagai pekerjaan. Hampir separuh dari usia digunakan dalam bekerja namun lambat laun kondisi fisik akan menurun. Aksesibilitas dalam pekerjaan pun akan berkurang pada akhirnya harus mengalami masa purna bakti atau masa pensiun. Masa pensiun masa yang akan dilalui semua pegawai yang bekerja di instansi atau perusahaan sesuai ketentuan yang ditentukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku. Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat atas peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian pegawai negeri sipil usia pensiun PNS 56 tahun dan pegawai swasta berdasarkan undang – undang republik indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja yaitu 56 tahun.

Masa purna bakti adalah dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran mental, kemunduran fisik, dan berkurangnya produktifitas kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang dikenal post power

syndrome. Untuk mengatasi krisis interpersonal atau post power syndrome perlu

adanya pendidikan yang menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan para pegawai yang akan memasuki masa pensiun. Setelah memasuki masa purna bhakti kadang para pegawai bingung bagaimana mendapatkan pendapatan tambahan selain gaji pensiun atau pesangon yang diterima, untuk menjawab masalah krisis interpersonal atau post power syndrome pada masa pensiun yaitu pendidikan dan pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pendidikan yang diselenggarakan diluar pendidikan formal yaitu Pendidikan luar sekolah menyelenggarakan program – program pendidikan


(9)

untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pendidikan luar sekolah menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu pendidikan non formal dan pendidikan informal.

Pendidikan non formal dan informal sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan formal berdasarkan pada undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 pasal 26 yaitu :

“Pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan dan pendidikan keahlian. Pendidikan non formal menyelenggarakan program - program: pelatihan dan kursus yang dapat menyelenggarakan pendidikan berupa keahlian berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lapangan pekerjaan”.

Penjelasan undang–undang diatas menjelaskan bahwa pendidikan non formal dan informal terdiri dari: pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan dan pendidikan keahlian. Program-program yang diselenggarakan pada pendidikan non formal mengenai pengetahuan dan keterampilan misalnya montir, mengemudi mobil, menjahit, keterampilan berwirausaha, bahasa Inggris dan keterampilan yang dibutuhkan pada saat sekarang.

Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bagian kelima, pendidikan dan pelatihan secara spesifik terdapat pada pasal 26 ayat 4 tentang satuan pendidikan luar sekolah dan ayat 5 mengenai kursus dan pelatihan adalah sebagai berikut :

“Pasal (26) Ayat 4 Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”.

“Ayat 5 Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pembekalan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha mandiri, atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Berdasarkan Pasal 26 ayat 4 tetang satuan PLS dan ayat 5 mengenai pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal yang memberikan pembekalan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan ke jenjang


(10)

yang lebih tinggi. Pelatihan mempunyai tujuan memberdayakan masyrakat dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan. Salah satu pelatihan yang melatih para pegawai yang akan memasuki masa pensiun yaitu pelatihan kewirausahan masa persiapan pensiun yang di selenggarakan di Lembaga LP2ES (lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah) learning center Gegerkalong Bandung menyelenggarakan pelatihan untuk para pegawai negeri atau pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun untuk diberikan keahlian berwirausaha untuk mengahadapi masa pensiun atau masa purna bakti.

Menurut Budi Permana (2010:1) mengungkapkan “Program pelatihan kewirausahaan masa persiapan purna bakti menyelengggarakan program yang disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika

berbisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha”. Alasan rasional dan

essensial yang membuat peneliti tertarik yaitu mengenai motivasi berwirausaha peserta apakah setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa pensiun peserta pelatihan yang berasal dari kalangan pegawai yang sudah bekerja lama di instansi pemerintah akan memasuki masa purna bhakti atau masa pensiun, apakah akan bertambah motivasi berwirausaha setelah mengikuti pelatihan masa persiapan pensiun dilembaga LP2ES (Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah). Secara umum pelatihan ini menggunakan pendekatan pembelajaran

Andragogi yaitu pendidikan orang dewasa. Fakta dilapangan bahwa peserta

pelatihan masa persiapan pensiun terkadang mengalami krisis interpersonal atau yang dikenal dengan post power syndrome yaitu: gejala kejiwaan atau emosional yang sifatnya kurang positif.

Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan LP2ES Learning Center (Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah) yang bertempat di Jl. Gegerkalong Girang Baru No.4 Bandung yang bertempat dilingkungan Pesantren Daruut Tauhid Gegerkalong Bandung. Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun


(11)

program ini disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika bisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha. Materi yang disampaikan diantarannya: bimbingan spiritual, menghadapi purnabhakti dengan bening hati, membangun jiwa entrepreneurship, maximizer potential talent, great

bussines with spirituality, succes story, manajemen hidup sehat dimasa lansia dan

kunjungan ke sentra usaha.

Menurut Budi Permana (2010:4) bahwa pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun “ program khusus ini dirancang bagi para karyawan atau pegawai dari instansi manapun yang sudah mendekati masa purna bakti agar dapat

mempersiapkan diri setelah memasuki masa purna bakti atau masa pensiun”.

Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun memberikan motivasi kepada peserta pelatihan untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian. Peneliti ingin mengetahui tingkat motivasi keinginan mengikuti pembelajaran pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun apakah menurun dan apakah meningkat setelah mengikuti pelatihan di LP2ES.

Gejala – gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan pada masa usia madya penyesuaian pekerjaan dan keluarga menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:364) “Orang usia madya yang telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa pensiun dari pekerjaan yang mendatangkan pendapatan, atau mengakhiri peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan cara mencari bidang kegiatan baru yang menarik kemudian mengikat diri dengan kegiatan baru tersebut, biasanya dapat menyesuaikan diri lebih baik terhadap hari tuanya dari

pada mereka yang tidak melakukan persiapan macam ini”. Berdasarkan penjelasan diatas dengan mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Daruut Tauhid peserta akan mendapatkan ilmu, keterampilan dan wawasan mengenai berwirausaha dengan melihat berbagai sektor usaha diantaranya: pertanian, peternakan, industri, dan perdagangan.


(12)

Kenyataan dilapangan masa purna bakti dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran mental, kemunduran fisik, dan berkurangnnya produktifitas kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang sering dikenal post power syndrome. Menurut Supardi (2002) dalam blognya

“Krisis interpersonal atau post power syndrome yaitu sekumpulan gejala yang

muncul ketika seseorang tidak lagi menduduki suatu posisi sosial, biasanya satu jabatan dalam institusi tertentu. Kondisi post-power syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja, masa jabatan berakhir, SK-nya tidak diperpanjang, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia

kalendernya telah mencapai usia dimana orang tersebut harus pensiun”.

pendekatan untuk mengatasi kondisi krisis interpersonal dalam penelitian ini, peneliti mengukur motivasi berwirausaha awal peserta pelatihan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha akhir peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Motivasi berwirausaha dalam pelatihan berkaitan dengan keinginan dan antusias peserta pelatihan untuk mengikuti pelatihan, karena pelatihan merupakan bagian dari satuan pendidikan luar sekolah yang memberikan keterampilan kepada peserta pelatihan dengan harapan peserta pelatihan mempunyai keterampilan dan keahlian setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di Lembaga tersebut. Motivasi berwirausaha yang meningkat atau menurun dalam mengikuti pelatihan akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar dan pemahaman akan wirausaha. Wirausaha merupakan pendapatan tambahan pada usia pensiun selain gaji pensiun bagi pegawai negeri dan gaji pesangon bagi pegawai swasta. B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Fokus masalah penelitian yaitu kenyataan dilapangan peserta mengikuti pelatihan dengan motivasi yang sungguh–sungguh mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun didasarkan pada hasil wawancara peneliti kepada peserta pelatihan. Karena peserta mengikuti pelatihan kewirausahaan merupakan rekomendasi dari perusahaan atau instansi pemerintah untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.


(13)

Peneliti berinisiatif mengukur motivasi berwirausaha awal dan motivasi berwirausaha akhir untuk mengetahui tingkat minat dan keinginan peserta untuk berwirausaha dengan cara melaksanakan observasi awal mengamati pelaksanaan pelatihan kewirausahaan bahwa peserta selama mengikuti pelatihan bersemangat mengikuti pelatihan dan bergembira mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun merupakan program yang disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika bisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun merupakan program yang memiliki tujuan agar peserta siap dari segi psikologis, mental, fisik, kesehatan dan yang lebih penting lagi ialah finansial, selain itu peserta juga dibekali pengetahuan tentang dunia usaha, study kelayakan dan perencanaan usaha. Output pelatihan menurut Faozan(2013 : 4) yaitu:

1. Peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalani masa pensiun dengan tetap sehat dan bugar produktif.

2. Peserta dapat mengetahui berbagai alternatif sektor usaha yang mungkin bisa dikembangkan dalam mengisi masa pensiun yang produktif.

3. Peserta dapat memahami bagaimana cara menemukan dan mengembangkan potensi diri.

4. Wawasan, pengetahuan, keterampilan dasar dalam pengelolaan aktivitas masa pensiun, terutama dalam bidang mental, kesehatan, wirausahan dan bisnis. 5. Peserta dapat memahami bagaimana memulai dan mengelola usaha yang


(14)

Lembaga pelatihan LP2ES Bandung yang bertempat di Komplek Pondok Pesantren Daarut Tauhiid yang asri dan nyaman sehingga dapat memberikan inspirasi sentuhan baru dan kesiapan lahir batin dalam menghadapi masa pensiun. Berikut ini hasil identifikasi beberapa permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian yaitu :

1. Kontribusi (penerapan) pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga LP2ES Bandung.

2. Motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Adapun rumusan masalah dari identifikasi masalah diatas yaitu: ”Bagaimana kontribusi pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta

pelatihan persiapan purna bakti di lembaga LP2ES Bandung?”.

Berdasarkan pada pertanyaan rumusan masalah diatas, maka peneliti menyusun pertanyaan penelitian sebagai fokus bahasan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi (penerapan) pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga LP2ES Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES ?

3. Bagaimana motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun ?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran bagaimana kontribusi (penerapan) pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga LP2ES Bandung.

2. Memperoleh gambaran pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung.

3. Memperoleh gambaran mengenai motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. D. Metode Penelitian

Metoda merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu mengungkapkan pengaruh antar variabel dan dinyatakan dengan angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori–teori yang telah ada dan menggunakan teknik analis data sesuai dengan variabel dalam penelitian. Alasan pemilihan metode didasarkan kepada pertimbangan tujuan penelitian itu sendiri, yakni mengetahui kotribusi pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun terhadap motivasi berwirausaha peserta di Lembaga pelatihan LP2ES (lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah) Daruut Tauhiid Gegerkalong Bandung. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu kotribusi pelatihan kewirausahaan dan variabel independen yaitu motivasi berwirausaha peserta.

Lokasi penelitian di Lembaga Pelatihan LP2ES (lembaga Pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah) Geger kalong Bandung dengan responden 26 orang peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,


(16)

wawancara tidak terstruktur, observasi berperan serta, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan masukan kepada semua pihak tentang pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun untuk mempersiapkan masa persiapan pensiun untuk para pegawai negeri ataupun swasta yang akan memasuki masa pensiun atau masa purna bakti. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun menumbuhkan semangat berwirausaha yang nantinya dapat menghasilkan pendapatan dengan berwirausaha. Berikut ini manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa menguji, menambah dan mengembangkan knowledge (pengetahuan) mengenai perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil pelatihan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta pelatihan.

2. Manfaat Praktis (Operasional) a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian di harapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti, umummnya dibidang pendidikan luar sekolah khususnya mengenai wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil pelatihan yang berhubungan dengan motivasi belajar peserta.

b.Bagi Pihak Penyelenggara

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan masukan saran dalam menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun


(17)

selanjutnya dengan sasaran peserta yang berbeda untuk perbaikan pelaksanaan pelatihan selanjutnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian – penelitian yang dilakukan bagi para peneliti selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan, maka peneliti mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat Penelitian dan struktur organisasi skripsi secara garis besar.

BAB II Kajian Pustaka. Merupakan landasan teori yang digunakan dalam analisis temuan dilapangan.

BAB III Metode Penelitian. Pada Bab ini akan diuraikan mengenai subjek penelitian, pemilihan sampel, definisi operasional dari variabel yang terlibat, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, pendekatan yang digunakan, serta prosedur dan tahap – tahap penelitian mulai dari persiapan sampai penyusunan laporan akhir.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini membahas mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu mengungkapkan kontribusi variabel pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha dinyatakan dalam angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori – teori yang telah ada dan menggunakan teknik analisi data yang sesuai dengan variabel dalam penelitian. Variabel yang diteliti yaitu kontribusi pelatihan kewirausahaan sebagai variabel independen/ bebas (x) dan motivasi berwirausaha sebagai variabel dependen/ terikat (y).

Metode pengumpulan data menggunakan metode survey. Menurut Sugiyono (2009:13) “Bahwa metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen)”. Penggunaan metode survey akan memudahkan peneliti untuk memperoleh data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian. Adapun langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan survey menurut Singarimbun (2011:12-13) adalah : 1) Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei; 2) Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan; 3) pengambilan sampel; 4) Pembuatan kuesioner; 5) Pekerjaan lapangan; 6) Pengolahan data; 7) Analisa dan pelaporan.

Penggunaan metode survey untuk mempermudah peneliti melaksanakan penelitian, pada metode penelitian menjelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan dilaksanakan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan metode penelitian untuk mencari informasi


(19)

data penelitian dari pertanyaan dapat terungkap secara faktual dan terperinci yang menggambarkan fenomena yang ada.

Adapun penelitian yang peneliti lakukan mengenai kontribusi pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di lembaga LP2ES Bandung. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka peneliti menggunakan metode peneltian yaitu pendekatan kuantitatif dengan alasan metode ini dianggap tepat, karena hal sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2009:14) “Bahwa penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positvisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, random, pengumpulan data mengggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif. Teknik ini digunakan peneliti karena pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran quesioner dan cara pengolahannya dengan perhitungan presentase.

Penggunaan pendekatan penelitian didasarkan pada quesioner yang dipakai yaitu: data kuesioner pertanyaan yang mempunyai opsi yaitu: sangat setuju, setuju, ragu – ragu, kurang setuju dan tidak setuju. Secara pelaksanaan penelitian ini menggunakan analisis korelasional yaitu teknik untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pengertian Populasi menurut Sugiyono (2009:117) mengungkapkan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda – benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu”. Dengan


(20)

demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Peserta Diklat di LP2ES Bandung yang berjumlah 26 orang. Karakteristik peserta pelatihan merupakan para pegawai Bank Mandiri yang akan memasuki masa purna bakti atau masa pensiun mayoritas peserta berumur 40 – 46 tahun. Peserta laki – laki berjumlah 16 orang dan peserta perempuan berjumlah 10 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2009:118) adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik sampling random sederhana digunakan jika populasi bersifat homogen. Secara sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilaksanakan secara acak tanpa melihat strata atau tingkatan yang terdapat dalam populasi. Teknik sampling random sederhana digunakan apabila populasi bersifat homogen, sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilaksanakan secara acak tanpa melihat tingkatan yang ada pada populasi. Berdasarkan kenyataan dilapangan bahwa peserta pelatihan berjumlah 26 orang yang terdiri dari laki–laki berjumlah 16 orang dan peserta perempuan berjumlah 10 orang atas rekomendasi dari Pembimbing II dan di setujui Pembimbing I maka diambil 26 orang seluruh populasi untuk di jadikan sampel.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi Menurut Sugiyono (2009:203) pengertian observasi adalah “Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek–obyek alam yang lain”. Sugiyono


(21)

mengutip pendapat Sutrisno Hadi (1986) (2009:203) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses–proses pengamatan dan ingatan”.

Pelaksanaan observasi dilakukan karena untuk mengetahui kondisi awal tempat penelitian, untuk mengetahui program pelatihan yang dilaksanakan, dari mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan. Pelaksanaan observasi yang peneliti lakukan diantaranya: melihat kondisi awal tempat penelitian, mencari hal yang menarik untuk diteliti untuk dijadikan judul penelitian yang akan diteliti, melaksanakan observasi lanjutan, menyebarkan instrument penelitian berupa kuesioner dan menyusun skripsi.

Teknik observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila respon yang diamati tidak terlalu besar. Penggunaan metode observasi bertujuan untuk memperoleh informasi tetang pelaksanaan pelatihan, yang sukar memperoleh informasi dengan menggunakan metode lain. Menurut Sugiyono (2009:203) menurutnya “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala – gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar, dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation”. Penjelasan diatas menjelaskan bahwa observasi cara untuk memperoleh data yang tidak dilakukan pengukuran, data yang ingin diketahui adalah data yang berupa keterangan pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. Berikut hal–hal yang harus diperhatikan dalam observasi :

a) Peneliti harus mengetahui tempat observasi dapat dilakukan.

b) Menentukan orang yang akan menjadi nara sumber dalam wawancara dalam kegiatan observasi.


(22)

d) Mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data lebih dahulu harus diketahui cara untuk memperoleh izin pengumpulan data.

e) Mengetahui tentang cara – cara mencatat hasil observasi, suatu cara yang mudah ialah menggunakan kamera, tape rekorder atau alat mekanis lainnya.

Pelaksanaan observasi pada penelitian ini sebagai berikut : a) Menentukan tempat yang akan dilaksanakan observasi.

b) Membuat instrument observasi berupa pedoman wawancara dan dokumentasi observasi.

c) Mengajukan pembuatan surat observasi dari jurusan ke tempat penelitian.

d) Melaksanakan observasi dengan membawa surat dan instrument observasi.

e) Menyusun laporan observasi yang dibuat dalam bentuk laporan.

Penelitian ini menggunakan observasi untuk mengetahui bagaimana profil tempat penelitian, Bagaimana pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah (LP2ES) Gegerkalong Bandung, Apakah peserta mempunyai motivasi berwirausaha yang tinggi atau rendah untuk mengikuti pelatihan ini, Bagaimana motivasi berwirausaha peserta diawal dan diakhir mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara langsung selama pelatihan berlangsung.

2. Kuesioner

Kuesioner menurut Sugiyono (2009 : 199) mengungkapkan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila


(23)

penelti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung.

Menurut Sugiyono (2009 : 200) yang mengutip pendapat Uma Sekaran

(1992) mengemukakan bahwa “ Beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai

teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik. Berikut ini penjelasan mengenai prinsip kuesioner :

a. Isi pertanyaan

Isi pertanyaan adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan, kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

b. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuisioner (angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dan “frame of reference” dari responden.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabanya berbentuk uraian tentang sesuatun hal. Contoh bagaimanakah tanggapan terhadap iklan iklan di TV saat ini, sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden


(24)

untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data

nominal, ordinal, interval, dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup.

d. pertanyaan tidak mendua

Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (doble barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan relevansi.

e. Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaliknya juga tidak menanyakan hal – hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.

f. Pertanyaan tidak menggiring

Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja.

g. Panjang pertanyaan

Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.

h. Urutan pertanyaan

Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikhologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab.


(25)

i. Prinsip Pengukuran

Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti. Oleh karena itu inustrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.

j. Penampilan fisik angket

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi responden atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat diketas buram, akan mendapatkan responden yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna kan menjadi mahal.

Angket pada umumnya terbagi menjadi dua yaitu angket tertutup dan angket terbuka berikut ini penjelasannya :

1). Angket tertutup

Angket tertutup terdiri dari pertanyaan dengan sejumlah jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. Responden mengecek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. Keutungan dari angket ini adalah sebagai berikut :

a). Hasil dari angket mudah diolah, diberi kode dan skor.bahkan diolah dengan menggunakan pengolahan data komputer.

b). Responden tidak perlu menulis tau mengekspresikan buah pemikirannya dalam bentuk tulisan.

c). Mengisi angket relatif tidak banyak memerlukan waktu dibandingkan dengan angket tertentu.

d). Harapan lebih besar bahwa angket tertutup diisi dan dikembalikan oleh responden.


(26)

Kekurangan dari angket tertutup adalah sebagai berikut :

a). Kesulitan dalam hal Responden tidak diberi kesempatan memberi jawaban diluar angket sehingga terkadang tidak sesuai hatinya.

b). Adanya kemungkinan responden mengisi asal – asalan dalam mengisi angket tersebut.

2). Angket Terbuka

Angket terbuka memberikan kesempatan jawaban penuh menurut apa yang dirasakan responden. Peneliti hanya memberikan sejumlah pertanyaan mengenai masalah penelitian dan menerima responden menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan lebar bila diinginkan.

Kelebihan penggunaan angket terbuka adalah sebagai berikut : a). Angket terbuka bermanfaat bila peneliti kurang mengenal sampel. b). Item membuka kesempatan untuk memberika jawaban secara bebas

dengan memungkinkan terungkapnya fakta yang sebelumnnya tak terduga oleh peneliti, sehingga memperluas pemikiran dan wawasannya mengenai penelitiannya.

Kekurangan dari angket terbuka adalah:

(1). Kesulitan dalam pengolahannya karena jawabannya sukar diberi kode atau diklasifikasikan. Kategori yang salah tentu akan memberikan kesimpulan keliru.

(2). Angket terbuka memerlukan waktu yang banyak dalam pengisinya. (3). Nilai jawaban angket terbuka mungkin tidak sama karena

responden memberikan jawaban sesuai dengan pemikiran mereka, sebagai manusia responden punya jawaban yang berbeda – beda.


(27)

3. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mendukung dan memberikan ketegasan hasil observasi dan wawancara, pelaksanaan program pelatihan, serta data – data lainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi diperoleh melalui lembaga pelatihan, dokumentasi ini sebagai alat dalam mengumpulkan data. Studi dokumenter penulis laksanakan terhadap berbagai kearsipan yang ada dipengelola dan kegiatan pelatihan.

D. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Penyusunan Alat pengumpulan data ini dibahas mengenai hal hal yang berhubungan dengan penyusunan pengumpulan data. Penyusunan alat pengumpulan data di bahas mengenai intrument yang akan dipakai dan langkah langkahnya :

1. Penyusunan Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Penyusunan kisi – kisi intrumen penelitian dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan variabel penelitian yang dilakukan dijabarkan. Penyusunan kisi – kisi instrument penelitian yang merupakan acuan pembuatan alat pengumpulan data berupa angket dan studi dokumentasi pada saat melaksanakan penelitian di Lembaga LP2ES Bandung. Penyusunan kisi – kisi penelitian disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui motivasi berwirausaha peserta pelatihan pada saat sebelum mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. kemudian diuraikan berdasarkan indikatornya, sehingga memudahkan dalam pembuatan angket(kisi – kisi terlampir).


(28)

2. Penyusunan Angket

Penyusunan angket pada penelitian, setiap pertanyaan dalam angket ini merupakan penjabaran dan indikator – indikator yang akan dijadikan pertanyaan. Penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kisi – kisi instrument dapat dijadikan menjadi pedoman pembuatan angket. b. Membuat daftar pertanyaan berdasarkan kisi – kisi instrument, disusun secara

singkat, padat dan jelas untuk memudahkan peserta diklat mengisi angket. c. Membuat alternatif jawaban yang terdiri dari lima pilihan.

d. Membuat petunjuk pengisian angket untuk menghindari kesalahan dalam pengisian angket.

e. Membuat surat pengantar angket agar responden mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan pengisian angket oleh peserta diklat.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala pengukuran interval yaitu model skala Likert. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disajikan dengan aleternatif pilihan jawaban yang disediakan dengan cara memberikan jawaban (X) cakra atau

checklist (√) pada jawaban yang dipilih responden.

Menurut Sugiyono (2007:134) menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban skala Likert mempunyai gradasi sangat postif sampai dengan sangat negatif seperti tabel 3.2 bobot nilai setiap responden dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.


(29)

Tabel 3.1

Klasifikasi Jawaban Skala Likert Pernyataan

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu – Ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian Instrumen Penelitian dilaksanakan dengan cara membahas mengenai hal – hal yang berhubungan dengan penyusunan data, membahas mengenai instrumen yang akan dipakai dan langkah langkah penyusunannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap kontribusi antara variabel (X) Pelatihan Kewirausahaan terhadap variabel (Y) Motivasi berwirausaha dengan menggunakan instrument dengan model skala likert. Penggunaan kuesioner dalam penelitian dengan tujuan supaya pernyataan - pernyataan yang diajukan dapat merekam, menggali informasi, dan mengungkap keterangan yang relevan.

a. Analisis Validitas Instrumen Penelitian 1) Validitas Konstruksi (construct validity)

Validitas konstruksi (construst validity) menurut Sugiyono (2009:177) mengungkapkan “ Pengujian validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tetang aspek aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tetang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: intrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin


(30)

dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti”. Penjelasan diatas menjelaskan bahwa pengujian validitas konstrak dapat menggunakan pendapat para ahli berupa teori - teori yang digunakan sebagai landasan aspek – aspek yang akan diukur selanjutnya dikonsulatsikan dengan pembibing penelitian.

Variabel yang akan diteliti adalah kontribusi pelatihan kewirausahaan (X) yaitu pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, materi kewirausahaan yang diberikan,dan materi masa persiapan pensiun yang diberikan kepada peserta didik yang memberikan kontribusi atau pemasukan terhadap motivasi berwirausaha peserta pelatihan (Y) yang mempersiapkan diri untuk mengahadapi masa persiapan pensiun, motivasi berwirausaha terdiri dari: motivasi intrinsik yaitu motivasi kemandirian berwirausaha, motivasi belajar berwirausaha, motivasi mempersiapkan masa pensiun, motivasi bahagia dimasa tua. Dan motivasi ekstrinsik yaitu : motivasi mendapatkan penghasilan tambahan, kebutuhan dan pengeluaran keluarga meningkat, motivasi melaksanakan tugas rekomendasi dari perusahaan/ instansi untuk mengikuti pelatihan.

2) Validitas isi

Materi yang disampaikan pada Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Purnabhakti / Masa Pensiun adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Materi Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun

No Mata latihan JP

1 Pembekalan spiritual, akhlaq dan kesehatan

(12)


(31)

hati

1.2 switch mental: konsultasi psikologi 2 1.3 kiat mengatasi persoalan hidup 2 1.4 membina keluarga harmonis 2 1.5 manajemen hidup sehat di masa lansia 2 1.6 jenis dan manfaat tanaman obat bagi kesehatan

2

2 Motivasi, Wawasan kewirausahaan dan Pengelolaan usaha

(10)

2.1 membangun jiwa entrepreneurship 2 2.2 kiat memulai bisnis dan analisa kelayakan usaha

2

2.3 studi kelayakan usaha 2

2.4 kebebasan finansial 2

2.5 mengelola keuangan keluarga 2

JUMLAH 22

Sumber observasi: 04 juli 2013 Keterangan :


(32)

3) Analisis Reliabilitas Instrumen

Analisis reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2009:364) mengutip pendapat dari Stainback (1988) menyatakan bahwa “reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings. From a positivistic persepective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by different researchers

(e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split half)”. Maksudnya yaitu reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau sekelompok orang data bila dipecah menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda.

Menurut Suharsimi Arikunto (2011 : 86) mengungkapkan bahwa “reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau seandainya hasilnya berubah – ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2011 : 87) mengungkapkan bahwa “Dalam menghitung besarnya reliabilitas berhubung dengan penambahan banyaknya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh Spearman dan Brown sehingga terkenal dengan rumus Spearman – Brown.

Menurut Sugiono (2001 : 104) Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara intergral consistancy dengan teknik belajar dua (split half) yang dianalisis dengan spearmen brown, yaitu :


(33)

Keterangan :

ri = realiabilitas seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama belahan pertama dan kedua

Pelaksanaan pengujian reliabilitas menurut Sugiono (2001:109) dilaksanakan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a). Butir – butir instrumen dibelah menjadi dua yaitu kelompok instrumen ganjil dan genap.

b). Skor tiap kelompok disusun sendiri dan kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.

Uji reliabilitas ditentukan berkaitan dengan kriteria sebgai berikut : a) Jika koefisien internal seluruh item (ri) ≥ r tabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliable. b) jika koefisien internal seluruh item (ri) ≤ r table dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliable. E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan terdiri dari: mempersiapkan, memperbanyak angket yang sudah disediakan dan mempersiapkan surat izin penyebaran angket dan menentukan hari untuk pengumpulan data.

2. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan adalah menyebarkan angket dan pengambilan angket. Tahapan ini dilakukan ketika responden telah mengikuti diklat di Lembaga Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung.


(34)

3. Tahap akhir

Tahap akhir ini angket sudah diisi oleh responden. Kemudian diambil kembali dari setiap responden secara langsung.

F. Proses Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data penelitian secara garis besar dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan verifikasi data, yaitu chek jawaban responden

2. Pemberian skor yaitu memberikan skor pada setiap jawaban responden untuk setiap item.

3. Tabulasi data yaitu mentabulasi data sesuai variabel penelitian.

4. Menghitung ukuran statistik terhadap hasil pengukuran variabel penelitian seperti: proporsi atau presentasi, rata – rata, simpangan baku dan varians. 5. Analisis data yaitu: menganalisis data yang sudah dikelompokan

berdasarkan variabel penelitian sesuai masalah yang dibahas dengan hipotesis yang diajukan sehingga bisa mengarah pada pengambilan keputusan.

6. Penyajian data yaitu : mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis dalam bentuk uraian dan penyajian tabel – tabel, sehingga permasalahan yang dibahas dan digambarkan secara jelas.

7. Pengujian hipotesis yaitu pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dan diuji menurut perhitungan statistik yang sesuai.

8. Penafsiran hasil analisis dan pengujian hipotesis penelitian yaitu : menafsirkan data yang telah diolah, dianalisis dan disajikan.kemudian dikaitkan dengan hipotesis statistik.


(35)

9. Penyimpulan dan pembahasan yaitu menyimpulkan hasil penelitian kemudian dihubungkan dengan pendapat – pendapat dan teori – teori serta pengalaman empirik.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pada teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan cara kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk mencari rata rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi). Pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan program excel 2010 dan SPSS 20.

Adapun langkah – langkah pengelolaan data sebagai berikut : 1. Uji Normalitas dan Homogenitas Data

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data adalah pengujian data yang dilakukan untuk melakukan pengecekan apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Pengujian perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi atau anggapan bahwa data yang akan dianalisis berasal dari populasi yang sebarannya normal. Pengujian perlu dilaksanakan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran. Formula atau rumus yang digunakan untuk melaksanakan suatu uji (t-test misalnya) dibuat dengan berasumsi bahwa data akan dianalisis berasal dari populasi yang sebarannya normal. Apabila sudah diketahui bahwa data berbentuk kurva normal, maka analisis

chi square.

Berikut ini adalah prosedur pengujian normalitas data : 1). Perumusan formula hipotesis


(36)

3). Menentukan kriteria pengujian hipotesis 4). Menentukan kriteria pengujian hipotesis 5). Membuat kesimpulan

b. Uji homogenitas data

Uji homogenitas data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Pada analisis sinergi, Syarat - syarat analisis yang dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terkaitnya memiliki variansi yang sama.

2. Cara mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terkait (Y), digunakan beberapa analisis sebagai berikut :

a. Analisis Deskriptif

Analisis data deskriptif adalah analisis yang menggambarkan atau menjelaskan data tanpa menarik kesimpulan apapun. Secara umum, pelaksanaan kegiatan dalam analisis deskriptif dibagi menjadi analisis deskriptif dibagi dalam dasar berikut :

1). Penyajian data, data dapat ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

2). Meringkas data dan penjelasan data, data kuantitatif bisa diringkas dan disajikan dalam tiga hal yaitu :

a). Letak data b). Variasi data c). Bentuk data


(37)

b. Analisis regresi linier sederhana

Analisis regresi linier sederhana yaitu hubungan linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Berikut ini gambar 3.1 mengenai kontribusi antara kedua variabel penelitian :

Gambar 3.1

Kontribusi Antara Kedua Variabel Penelitian Keterangan :

1). Variabel Bebas (Independen) = Motivasi intrinsik

= Motivasi Ekstrinsik

Variabel Terikat (Dependen)

= Kontribusi Pelatihan kewirausahaan

Berdasarkan gambar diatas maka penggunaan rumus regresi sederhana sebagai berikut :

́ Variabel �

Variabel �


(38)

Keterangan :

́ = (baca Y topi), subjek variabel terikat (dependen) yang diproyeksikan

X = Variabel bebas (independen) yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan.

A = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan variabel Y)

Menurut Sugiyono (2001 : 171) Cara untuk memperoleh nilai a dan b maka dipergunakan rumus :

a = ( ( ) ( ( ( b = ( (

( a. Anova Data Regresi

Anova data regresi menunjukan besarnya angka probabilitas atau signifikansi untuk perhitungan anova yang digunakan uji kelayakan model regresi dengan ketentuan angka probabilitas yang baik untuk kelayakan model regresi berdasarkan ketetuan angka probabilitas yang baik digunakan sebagai model regresi adalah lebih kecil dari 0.05. b. Analisis Korelasi

Penggunaan analisis korelasi untuk mengetahui derajat keratan hubungan antara variabel penelitian. Mengenai rumus yang digunakan sebagai berikut :

{( ( } √{ ( }{ ( }


(39)

keterangan :

= Koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = Skor setiap item

Y = Skor seluruh item

Cara untuk menguji signifikasi koefisien korelasi sederhana digunakan rumus :

t = √ √ Keterangan :

r = koefisien korelasi n = jumlah responden t = harga terhitung c. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi yaitu kuadrat nilai koefisien korelasi, dinyatakan dengan persen, sehingga dikalikan 100%. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kontribusi pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha peserta.

KD = X 100% Keterangan :

KD = Koefisien determinasi R = nilai koefisien korelasi


(40)

Menurut Sugiyono (2009 : 18) pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Determinasi Proposi/internal

koefisien

Keterangan

0% - 19,99 % Sangat rendah

20 % - 39,99 % Rendah

40% - 59,99 % Sedang

60% - 79,99% Kuat

80% - 100% Sangat kuat


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada Bab terakhir, penulis menyimpulkan pembahasan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan dengan beberapa saran yang menjadi masukan untuk penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun untuk mempersiapkan masa pensiun yang akan dialami oleh para pegawai instansi atau perusahaan. Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan para pegawai negeri atau swasta yang direkomendasikan oleh instansi untuk mengikuti pelatihan kewirausahan untuk mempersiapkan masa pensiun. Setelah dilakukan observasi, pengamatan pelaksanaan pelatihan dan pengukuran dengan menggunakan instrument kuesioner dibagikan pada saat awal dan akhir pelatihan diperoleh peningkatan 71 jumlah hasil kuesioner yang dilihat dari kuesioner yang dibagikan pada awal dan akhir pelatihan. Berikut ini merupakan kesimpulan tetang jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah diajukkan yaitu:

1. Gambaran bagaimana kontribusi (penerapan) pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha peserta pelatihan persiapan purna bakti di LP2ES Bandung.

Kontribusi atau penerapan pelatihan kewirausahaan pada pelaksanaannya pelatihan kewirausahaan memberikan pengetahuan, keterampilan dan wawasan kepada para peserta pelatihan mengenai kemampuan berwirausaha peserta pelatihan. Materi yang disampaikan kepada para peserta memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai wirausaha dan pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan. berikut ini materi – materi yang mengenai wirausaha yaitu : membangun jiwa enterpreneurship, kisah sukses wirausaha pensiun, pengantar cashflow


(42)

quadrant game, kecerdasan finansial dan bebas finansial, produktifitas

asset dan keuangan keluarga, inspirasi usaha kecil menengah, praktek membuat mie dan roti, entrepreneur practicing, group discussion praktek lapangan wirausaha, dan penjelasan tallent result (minat wirausaha). Pemahaman peserta mengenai kewirausahaan dari materi yang disampaikan menumbuhkan semangat dan motivasi peserta untuk berwirausaha pada masa pensiun atau purna bakti. Sedangkan materi pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan diantaranya : mengahadapi purnabhakti dengan bening hati, switch mental dan konsultasi, manajemen hidup sehat dimasa lansia, self correction, kultum manajemen qolbu, kajian alhikam, mandiri purna bakti dan keluarga harmonis. Materi pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan memberikan pemahaman peserta akan pentingnya spiritual, akhlak dan kesehatan dan menjadi bekal untuk menjalani masa pensiun atau masa purna bakti. Berdasarkan hasil studi korelasional terdapat 76 % pengaruh faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang dapat diterangkan dalam model ini sedangkan sebanyak 24 % berasal dari pengaruh faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model ini. Dengan demikian, pelatihan kewirausahaan memberikan kontribusi pelatihan yang mampu meningkatkan motivasi peserta untuk berwirausaha.

2. Gambaran pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung.

Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung berjalan dengan baik dari mulai persiapan yaitu: pembuatan kurikulum pelatihan, pembuatan jadwal pelatihan, pengadaan barang fasilitas peserta dan penentuan pemateri berjalan baik. Pada saat pelaksanaan pelatihan peserta mengikuti pelatihan kewirausahaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan(terlampir), peserta antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun setelah melaksanakan wawancara kepada dua peserta


(43)

pelatihan yang mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persipan pensiun. Peserta pelatihan antusias mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun dari awal pelaksanaaan pelatihan kewirausahaan sampai dengan akhir yang dilihat dari hasil kuesioner dan pengamatan peneliti. 3. Gambaran mengenai motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah

mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Gambaran motivasi berwirausaha peserta adanya peningkatan motivasi berwirausaha peserta yang mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun dengan menggunakan kuesioner mengenai motivasi berwirausaha yang diberikan pada saat awal dan akhir pelatihan. Diperoleh rata rata nilai (mean) hasil motivasi berwirausaha awal peserta pelatihan yaitu : 108,3462 terjadi peningkatan pada motivasi berwirausaha akhir yaitu: 111,0769 dengan kata lain penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun sukses membangkitkan motivasi berwirausaha peserta pelatihan di lembaga pelatihan LP2ES Bandung.

Kontribusi pelatihan kewirausahaan dipandang dari segi motivasi diawal pelaksanaan maupun akhir pelaksanaan diketahui dari hasil kuesioner baik motivasi awal ataupun motivasi akhir diketahui memberikan pengaruh yang signifikan pada pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di lembaga LP2ES Bandung. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, peneliti mengajukan beberapa saran sebagain berikut:

1. Saran bagi LP2ES Bandung

a. Penggunaan metode pembelajaran dapat digunakan beberapa metode dalam satu penjelasan materi pelatihan agar pada saat penerimaan materi lebih menyenangkan.


(44)

b. Penyampaian ice breaking dan energizer game dapat disampaikan pada saat awal, pertengahan dan akhir materi pelatihan mengedepankan makna dari game yang disampaikan.

c. Lembaga pelatihan dapat mengadakan seminar wirausaha bagi para lulusan pelatihan kewirausahaan masa pesersiapan pensiun.

d. Tempat duduk pelatihan bisa di bentuk beberapa bentuk posisi supaya tidak jenuh dengan tujuan peserta berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan dan tidak melakukan kegiatan diluar proses pembelajaran. 2. Saran Bagi Peneliti Lain

Dalam Model yang dikembangkan pada penelitian ini ,motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat menerangkan 76 % variasi dari variabel proxy mutu pelatihan kewirausahaan. Hal ini berarti bahwa terdapat sebanyak 24 % variasi yang berasal dari pengaruh faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model ini. Kepada peneliti lain yang berminat untuk meneliti faktor – faktor apakah yang tidak dapat diterangkan dalam model yang dikembangkan dalam studi ini dipersilahkan untuk menelitinya lebih lanjut. \Kajian lebih lanjut mengenai outcome pelatihan yaitu setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun apakah peserta mampu dan siap untuk berwirausaha setelah pensiun nanti dapat menjadi kajian menarik untuk diteliti.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Buku literatur

Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kamil, Mustofa. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta. Kamil, Mustofa. (2009). Pendidikan Non Formal. Bandung : Alfabeta.

Kasmir,.(2006). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

LP2ES,. (2013). Laporan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persipan Purnabhakti. Bandung: LP2ES.

Permana, Budi. (2010). Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun. Bandung: LP2ES Learning Center.

Saleh, Wantjik.(1979). Peraturan Baru Kepegawaian. Jakarta: Yudhistira.

Sardiman,. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Utara: Rajawali Pers.

Sardin,. (2011). Hand Out Perkuliahan Pengantar Statistika. Bandung: UPI. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2001). Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP2ES.

Sudjana, Djuju. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Bandung : Falah Production. Sudjana, Djuju. (2007). Sistem & Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah


(46)

Sugiyono,. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah B. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

UPI,. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: UPI.

Sumber internet

Gajimu,. (2013). Tips Karir Kiat Pekerja UU Tenaga Pekerja / UU Tenaga Kerja

Tidak Menentukan Batas Usia Pensiun. [online]. Tersedia: http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/uu-tenaga-kerja-tidak-menentukan-batas-usia-pensiun.html [2 Agustus 2013].

Psychologymania,. (2012). Pengertian Pensiun. [online]. Tersedia : http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-pensiun.html [7 Agustus 2013].

Peraturan Perundangan- Undangan :

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada Bab terakhir, penulis menyimpulkan pembahasan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan dengan beberapa saran yang menjadi masukan untuk penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun untuk mempersiapkan masa pensiun yang akan dialami oleh para pegawai instansi atau perusahaan. Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan para pegawai negeri atau swasta yang direkomendasikan oleh instansi untuk mengikuti pelatihan kewirausahan untuk mempersiapkan masa pensiun. Setelah dilakukan observasi, pengamatan pelaksanaan pelatihan dan pengukuran dengan menggunakan instrument kuesioner dibagikan pada saat awal dan akhir pelatihan diperoleh peningkatan 71 jumlah hasil kuesioner yang dilihat dari kuesioner yang dibagikan pada awal dan akhir pelatihan. Berikut ini merupakan kesimpulan tetang jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah diajukkan yaitu:

1. Gambaran bagaimana kontribusi (penerapan) pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha peserta pelatihan persiapan purna bakti di LP2ES Bandung.

Kontribusi atau penerapan pelatihan kewirausahaan pada pelaksanaannya pelatihan kewirausahaan memberikan pengetahuan, keterampilan dan wawasan kepada para peserta pelatihan mengenai kemampuan berwirausaha peserta pelatihan. Materi yang disampaikan kepada para peserta memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai wirausaha dan pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan. berikut ini materi – materi yang mengenai wirausaha yaitu : membangun jiwa enterpreneurship, kisah sukses wirausaha pensiun, pengantar cashflow


(2)

quadrant game, kecerdasan finansial dan bebas finansial, produktifitas asset dan keuangan keluarga, inspirasi usaha kecil menengah, praktek membuat mie dan roti, entrepreneur practicing, group discussion praktek lapangan wirausaha, dan penjelasan tallent result (minat wirausaha). Pemahaman peserta mengenai kewirausahaan dari materi yang disampaikan menumbuhkan semangat dan motivasi peserta untuk berwirausaha pada masa pensiun atau purna bakti. Sedangkan materi pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan diantaranya : mengahadapi purnabhakti dengan bening hati, switch mental dan konsultasi, manajemen hidup sehat dimasa lansia, self correction, kultum manajemen qolbu, kajian alhikam, mandiri purna bakti dan keluarga harmonis. Materi pembekalan spiritual, akhlak dan kesehatan memberikan pemahaman peserta akan pentingnya spiritual, akhlak dan kesehatan dan menjadi bekal untuk menjalani masa pensiun atau masa purna bakti. Berdasarkan hasil studi korelasional terdapat 76 % pengaruh faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang dapat diterangkan dalam model ini sedangkan sebanyak 24 % berasal dari pengaruh faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model ini. Dengan demikian, pelatihan kewirausahaan memberikan kontribusi pelatihan yang mampu meningkatkan motivasi peserta untuk berwirausaha.

2. Gambaran pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung.

Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung berjalan dengan baik dari mulai persiapan yaitu: pembuatan kurikulum pelatihan, pembuatan jadwal pelatihan, pengadaan barang fasilitas peserta dan penentuan pemateri berjalan baik. Pada saat pelaksanaan pelatihan peserta mengikuti pelatihan kewirausahaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan(terlampir), peserta antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun setelah melaksanakan wawancara kepada dua peserta


(3)

pelatihan yang mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persipan pensiun. Peserta pelatihan antusias mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun dari awal pelaksanaaan pelatihan kewirausahaan sampai dengan akhir yang dilihat dari hasil kuesioner dan pengamatan peneliti.

3. Gambaran mengenai motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.

Gambaran motivasi berwirausaha peserta adanya peningkatan motivasi berwirausaha peserta yang mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun dengan menggunakan kuesioner mengenai motivasi berwirausaha yang diberikan pada saat awal dan akhir pelatihan. Diperoleh rata rata nilai (mean) hasil motivasi berwirausaha awal peserta pelatihan yaitu : 108,3462 terjadi peningkatan pada motivasi berwirausaha akhir yaitu: 111,0769 dengan kata lain penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun sukses membangkitkan motivasi berwirausaha peserta pelatihan di lembaga pelatihan LP2ES Bandung.

Kontribusi pelatihan kewirausahaan dipandang dari segi motivasi diawal pelaksanaan maupun akhir pelaksanaan diketahui dari hasil kuesioner baik motivasi awal ataupun motivasi akhir diketahui memberikan pengaruh yang signifikan pada pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di lembaga LP2ES Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, peneliti mengajukan beberapa saran sebagain berikut:

1. Saran bagi LP2ES Bandung

a. Penggunaan metode pembelajaran dapat digunakan beberapa metode dalam satu penjelasan materi pelatihan agar pada saat penerimaan materi lebih menyenangkan.


(4)

b. Penyampaian ice breaking dan energizer game dapat disampaikan pada saat awal, pertengahan dan akhir materi pelatihan mengedepankan makna dari game yang disampaikan.

c. Lembaga pelatihan dapat mengadakan seminar wirausaha bagi para lulusan pelatihan kewirausahaan masa pesersiapan pensiun.

d. Tempat duduk pelatihan bisa di bentuk beberapa bentuk posisi supaya tidak jenuh dengan tujuan peserta berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan dan tidak melakukan kegiatan diluar proses pembelajaran.

2. Saran Bagi Peneliti Lain

Dalam Model yang dikembangkan pada penelitian ini ,motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat menerangkan 76 % variasi dari variabel proxy mutu pelatihan kewirausahaan. Hal ini berarti bahwa terdapat sebanyak 24 % variasi yang berasal dari pengaruh faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model ini. Kepada peneliti lain yang berminat untuk meneliti faktor – faktor apakah yang tidak dapat diterangkan dalam model yang dikembangkan dalam studi ini dipersilahkan untuk menelitinya lebih lanjut. \Kajian lebih lanjut mengenai outcome pelatihan yaitu setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun apakah peserta mampu dan siap untuk berwirausaha setelah pensiun nanti dapat menjadi kajian menarik untuk diteliti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku literatur

Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kamil, Mustofa. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.

Kamil, Mustofa. (2009). Pendidikan Non Formal. Bandung : Alfabeta.

Kasmir,.(2006). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

LP2ES,. (2013). Laporan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persipan Purnabhakti. Bandung: LP2ES.

Permana, Budi. (2010). Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun. Bandung: LP2ES Learning Center.

Saleh, Wantjik.(1979). Peraturan Baru Kepegawaian. Jakarta: Yudhistira.

Sardiman,. (2004). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Utara: Rajawali Pers.

Sardin,. (2011). Hand Out Perkuliahan Pengantar Statistika. Bandung: UPI.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2001). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP2ES.

Sudjana, Djuju. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Bandung : Falah Production.

Sudjana, Djuju. (2007). Sistem & Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Poduction.


(6)

Sugiyono,. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah B. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

UPI,. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI.

Sumber internet

Gajimu,. (2013). Tips Karir Kiat Pekerja UU Tenaga Pekerja / UU Tenaga Kerja

Tidak Menentukan Batas Usia Pensiun. [online]. Tersedia:

http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/uu-tenaga-kerja-tidak-menentukan-batas-usia-pensiun.html [2 Agustus 2013].

Psychologymania,. (2012). Pengertian Pensiun. [online]. Tersedia : http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-pensiun.html [7 Agustus 2013].

Peraturan Perundangan- Undangan :

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.