PENERAPAN METODE BERMAIN KREATIF PADA OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN KREATIVITAS ANAK : Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN KREATIF PADA

OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN KREATIVITAS ANAK

(

Penelitian Tindakan Kelas pada anak kelompok B

TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Pendidikan Dasar

Oleh : Erlita Haryani

1009636

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Mubiar Agustin, M.Pd NIP. 197708282003121002

Pembimbing II

Prof. Dr. Adang Suherman, MA NIP. 19630618198831002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP. 196510011998022001


(3)

PENERAPAN METODE BERMAIN KREATIF PADA OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR

DAN KREATIVITAS ANAK

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung)

ERLITA HARYANI 1009636 ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan metode bermain kreatif pada kegiatan belajar mengajar dengan study outdoor dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar serta kreativitas anak usia dini. Metode dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Kelas Kolaboratif, dimana peneliti berperan sebagai observer dan pelaksana penelitian. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, yaitu terdiri dari kegiatan penelitian prasiklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan catatan lapangan, lembar wawancara, lembar pengamatan, dan kamera foto. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Siklus ke 1 yang dilaksanakan di SDN Kebon Gedang dengan perolehan skor motorik kasar mencapai 41, kreativitas mencapai 39 , kemudian siklus ke 2 yang dilaksanakan di Taman Pramuka Kota Bandung dengan skor motorik kasar mencapai 82, kreativitas mencapai 99 dan siklus ke 3 pada skor motorik kasar mencapai136 dan kreativitas mencapai 194 Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah metode yang tepat untuk digunakan pada pengembangan fisik-motorik dan kreativitas yaitu dengan menerapkan metode bermain kreatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Dengan demikian penerapan bermain kreatif dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Selain itu pemilihan setting pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan perkembangan yang ingin dicapai akan mempengaruhi aktivitas dan minat belajar anak.

Kata Kunci : metode bermain kreatif, pembelajaran dengan study outdoor, kemampuan motorik kasar, kreativitas anak usia dini


(4)

APPLICATION CREATIVE PLAYING METHOD IN OUTDOOR STUDY FOR IMPROVED SKILLS AND

CREATIVITY CHILDHOOD

(Classroom Action Research in Children Group B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung)

ERLITA HARYANI 1009636 ABSTRACT

This research focuses on learning to develop gross motor skills and creativity of early childhood. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the application of the method to the creative play activities with the study of outdoor learning in developing gross motor skills and creativity of early childhood. The method in this study uses Class Collaborative Research, where researchers act as an observer and executing research. The study consisted of 3 cycles, consisting of research activities prasiklus, Cycle 1, cycle 2 and cycle 3. Data collection techniques in this study carried out with field notes, questionnaires, observation sheet, and a photo camera. The results were analyzed and presented in the form of qualitative descriptive. Cycle to 1 held in SDN Kebon Gedang with the acquisition of gross motor score at 41, creativity reaches 39, then cycle 2 were held in Taman Pramuka Bandung with gross motor score reaches 82, the creativity and the cycle is 99 to 3 on gross motor scores mencapai136 and creativity reaches 194 the conclusion that can be drawn from this research is the appropriate method to be used in physical-motor development and creativity by implementing creative methods of play, so as to improve gross motor skills and creativity. Thus the application of creative play can be used as an alternative learning method to improve gross motor skills and creativity. Besides the selection of a customized implementation of learning settings in order to achieve development that will affect a child's learning activities and interests. Keywords: method of creative play, outdoor learning study, gross motor skills, early childhood creativity


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… v

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR BAGAN ……… xiii

DAFTAR GRAFIK ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 10

C. Batasan Masalah ……… 10

D. Tujuan Penelitian ……… 11

E. Manfaat Penelitian ……… 12

F. Definisi Operasional ……… 13

G. Penelitian yang relevan ……… 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 15

A. Metode bermain kreatif pada outdoor study ……… 16

1. Bermain kreatif bagi anak usia dini ……… 16 ………


(6)

B. Kemampuan motorik kasar anak usia dini ……… 29

C. Kreativitas anak usia dini ……… 32

D. Peran guru dalam pembelajaran metode bermain kreatif pada outdoor sdudy ……… 35

E. Hubungan Metode Bermain Kreatif dengan Kemampuan Motorik Kasar ……… 39

F. Hubungan Metode Bermain Kreatif dengan Kreativitas 50 G. Kerangka pemkikiran ……… 49

1. Pengaruh metode bermain kreatif pada outdoor study terhadap kemampuan motorik kasar anak ……… 52

2. Pengaruh metode bermain kreatif pada outdoor study terhadap kemampuan kreativitas anak ……… 52

BAB III METODE PENELITIAN ……… 54

A. Lokasi dan Subjek penelitian ……… 54

1. Lokasi Penelitian ……… 54

2. Subjek Penelitian ……… 54

B. Metode dan Desain Penelitian ……… 55

1. Metode Penelitian ……… 55

2. Desain Penelitian ……… 57

C. Instrumen Penelitian ……… 69

1. Lembar Observasi ……… 69

2. Lembar Wawancara ……… 76


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ……… 81

A. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 81

1. Kondisi Objektif TK Al-Hikmah Cipicung Bandung …… 81

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Setiap Siklus …… 85

a. Prasiklus ……… 85

b. Siklus 1 ……… 88

c. Siklus 2 ……… 100

d. Siklus 3 ……… 115

B. Pembahasan ……… 133

1. Profil kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak …. 133 2. Langkah pembelajaran dengan metode bermain kreatif pada outdoor study ……… 137

3. Metode bermain kreatif pada outdoor study dalam meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah ……… 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… 148

A. Kesimpulan ……… 148

B. Rekomendasi ……… 150

Daftar Pustaka ……… 153 Lampiran-lampiran

Dokumentasi Riwayat Hidup


(8)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Lembar Wawancara ……… 67

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen kemampuan motorik kasar …… 68 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen kreativitas ……… 69 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Sikap Siswa yang Berkaitan

dengan Kreativitas ……… 70

Tabel 3.5 Catatan Lapangan ……… 72

Tabel 4.1 Data Pendidik TK Al-Hikmah Kiaracondong Bandung… 78 Tabel 4,2 Data Murid TK Al-Hikmah Kiaracondong Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013 ……… 79

Tabel 4.3 Data Kemampuan Kreativitas dan Motorik Kasar

pada kegiatan Prasiklus ……… 82 Tabel 4.4 Data Motorik Kasar dan Kreativitas siklus 1 …….…… 88 Tabel 4.5 Presentase Kreativitas Siklus 1 ……… 89 Tabel 4.6 Presentase kemampuan Motorik Kasar siklus 1 …… 91 Tabel 4.7 Temuan Esensial siklus I tindakan 1 ……… 96 Tabel 4.8 Data Motorik Kasar dan Kreativitas siklus 2 ……… 104 Tabel 4.9 Presentase Kreativitas Siklus 2 ……… 105 Tabel 4.10 Presentase kemampuan Motorik Kasar siklus 2 …… 107 Tabel 4.11 Temuan Esensial siklus 2 tindakan 2 ……… 112 Tabel 4.12 Data Motorik Kasar dan Kreativitas siklus 3 ……… 120 Tabel 4.13 Presentase Kreativitas Siklus 3 ……… 121


(9)

Tabel 4.14 Presentase motorik kasar Siklus 3 ……… 122 Tabel 4.15 Temuan Esensial siklus 3 tindakan 3 ……… 128 Tabel 4.16 Perolehan rata-rata skor kemampuan motorik kasar

dan kreativitas ……… 129

Tabel 4.17 Prosentase skor kemampuan motorik kasar


(10)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Field Trip anak usia dini ……… 18 Gambar 2.1 bermain kreatif anak ……… 25 Gambar 2.3 perkembangan motorik kasar anak ……… 30 Gambar 3.1 Alur pelaksanaan tindakan

dalam penelitian tindakan kelas ……… 55 Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif

Pada anak kelompok B TK Al-Hikmah ……….…… 63


(11)

Daftar Bagan

Bagan 3.1 Siklus Model Lewin ……… 58


(12)

Daftar Grafik

Grafik 4.1 Perolehan skor pada kegiatan prasiklus ……… 83 Grafik 4.2 Kreativitas dan Motorik kasar anak siklus 1 ……… 96 Grafik 4.3 Data motorik kasar dan kreativitas anak siklus 2 …… 111 Grafik 4.4 Data motorik kasar dan kreativitas siklus 3 ……… 127 Grafik 4.5 Peningkatan skor kemampuan motorik kasar

dan kreativitas anak setiap siklus ……… 130 Grafik 4.6 Prosentase kemampuan motorik kasar dan kreativitas


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam tahap perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus dilewati oleh anak dengan rasa senang dan menyenangkan, sehingga anak dapat mengembangkan potensi dirinya untuk bekal kehidupannya kelak.

Mengembangkan potensi anak sebagai bekal kehidupannya bukanlah hal yang mudah dilalukan oleh orang tua maupun pengasuh. Karakteristik anak usia dini yang belum memahami makna pentingnya memiliki sikap positif dan akhlak yang baik adalah salah satu tantangan yang harus dilewati oleh para pendidik maupun orang tua anak. Dalam mendidik anak, seringkali orang tua merasa berat dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya. Oleh sebab itu, dewasa ini berkembang pendidikan bagi anak usia dini dengan tujuan untuk membantu anak dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.


(14)

Pengembangan program pendidikan anak usia dini (PAUD) saat ini merupakan bagian dari sistem pendidikan di Indonesia. PAUD dewasa ini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir, atau rentang usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulasi (rangsangan) pendidikan. Tujuan dari pembinaan pendidikan ini adalah untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam proses pendidikan yang lebih tinggi.

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang menitikberatkan pada kegiatan belajar yang menyenangkan merupakan proses tahapan belajar yang menuntut anak untuk dapat berkembang secara maksimal. Akan tetapi kesalahan persepsi pada pembelajaran anak usia dini sekarang ini, terutama pada tujuan akhir pembelajaran membuat peran PAUD formal maupun nonformal bukanlah lagi sebagai lembaga yang mengizinkan anak untuk bermain dalam mengembangkan potensi dirinya. Keberhasilan anak dalam menguasai aspek membaca, menulis, dan berhitung seringkali menjadi orientasi hasil akhir pembelajaran di PAUD.

Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan Pendidikan usia dini pada jalur formal yang bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi nilai moral dan agama, social, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar.


(15)

Dengan adanya undang-undang tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mendorong anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Anak bukanlah manusia mini yang tidak dapat berinteraksi, anak adalah sosok yang unik dan berpotensi. Orang dewasa sebagai pendidik anak idealnya memiliki pemahaman tentang dunia anak, sehingga ketika dihadapkan pada kebutuhan anak, pendidik dapat merancang kegiatan yang selalu dinanti-nantikan oleh anak. kegiatan yang ditunggu oleh anak setiap hari itu selalu dikatakan dengan kegiatan bermain, karena bagi anak bermain adalah dunia mereka.

Berdasarkan hasil observasi dan studi lapangan yang telah dilaksanakan di Tk Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung dengan subjek penelitian anak kelompok B, maka didapatkan beberapa permasalahan yang menjadi fokus dalam merancang perbaikan pembelajaran, diantaranya:

1. Pengembangan aspek motorik kasar dilakukan di dalam kelas yaitu lantai 2 mesjid Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.

2. Pembelajaran kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung dilaksanakan belum optimal.

3. Proses pembelajaran kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung belum dilaksanakan dengan opimal dengan kondisi dan situasi ruangan kelas TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.

Pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak pada TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung dilaksanakan hanya berorientasi pada


(16)

kemampuan anak dalam menggerakkan tubuhnya sebagai apek penilaian perkembangan fisik-motorik anak. pembelajaran kreativitas anak dibatasi pada keterampilan motorik halus anak. Keterampilan motorik halus anak tersebut terbatas dengan menggambar, melipat, dan mewarnai.

Pembelajaran motorik kasar dan kreativitas pada anak TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan observasi kurikulum masih mengalami hambatan berupa kesulitan anak dalam bergerak secara bebas. Selain faktor sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran, faktor metode pembelajaran yang digunakan guru belum dapat merangsang aktivitas dan semangat belajar anak.

Bermain adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari anak usia dini, bagi anak bermain adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman yang berharga. Bermain bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang penting dan tidak bisa dilewatkan, dengan kata lain bermain adalah dunia sebenarnya bagi anak. Papalia (1995), dalam bukunya Human Development (Imas Kurniasih:2009) menyatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain, dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.

Pendapat Papalia menegaskan bahwa perkembangan anak diperoleh dengan maksimal melalui kegiatan bermain. Namun, bermain dalam pendidikan anak usia dini bukanlah bermain yang tanpa makna dan tujuan. Bermain dalam


(17)

pendidikan anak usia dini haruslah memberikan manfaat bagi perkembangan anak secara optimal.

Hughes (1999) dalam bukunya Children, Play, and Development (Imas Kurniasih:2009) mendefinisikan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain yang memiliki 5 unsur sebagai berikut:

1. Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena melakukannya,

2. Dipilih secara bebas, permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri, dan tidak ada paksaan,

3. Menyenangkan dan dinikmati, 4. Ada unsur khayalan di dalamnya, 5. Dilakukan secara aktif dan sadar.

Bermain bagi anak adalah kegiatan secara bebas dipilih oleh mereka sehingga menimbulkan perasaan senang dan menyenangkan. Ketika bermain anak mendapatkan pengalaman yang baru sebagai proses perkembangan dalam dirinya. Bermain jika ditinjau dari aktivitasnya, dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama.

Bermain kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan mengembangkan kreativitas anak haruslah didukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bebas bergerak. Pendidikan anak usia dini sebagai lembaga yang berperan dalam mengembangkan potensi anak mulai


(18)

dari awal memiliki keluwesan dalam menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini.

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Anak dapat berekperimen dengan penemuan-penemuan barunya baik ketika bermain dengan menggunakan alat atau tidak. Apabila setelah bermain anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan terus mengulangi kegiatan tersebut.

Dalam bermain, anak memerlukan kemampuan gerak tubuhnya sebagai bekal anak dalam melakukan sesuatu. Melalui bermain, aspek pertumbuhan anak yang menyangkut gerak motorik kasar maupun halus dapat diarahkan sejak dini.

Secara umum anak usia dini belum dapat mengkoordinasikan motorik kasar nya secara maksimal. Kemampuan motorik kasar anak usia dini belum tercapai sempurna seperti anak usia sekolah dasar. Kemampuan motorik kasar ini perlu dikembangkan sesuai dengan tahapan dan karakteristik anak usia dini.

Kemampuan motorik kasar anak usia dini menghadirkan kreativitas melalui kegiatan bermain kreatif. Kreativitas anak berkembang secara spontan ketika kemampuan motorik digunakan ketika bermain. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak


(19)

imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak.

Dalam praktiknya, orang tua bahkan pembimbing pada lembaga pendidikan usia dini terkadang mengabaikan perkembangan motorik anak yang merupakan bagian terpenting dari perkembangan fisik dan gerak anak usia dini. Kemampuan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik halus, perkembangan motorik kasar adalah gerakan dengan melibatkan otot-otot besar yang meliputi gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulative, sedangkan motorik halus adalah kemampuan anak untuk menggerakkan otot-otot halus seperti menulis, menggambar, dan lain-lain (Syamsudin:2005).

Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan tersendiri yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena sebagai penyemangat ketika melakukan suatu kegiatan. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.

Pendidikan anak usia dini dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini (Anwar dan Ahmad, 2004:2). Pengembangan pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong perkembangan motorik dan memacu kreativitas anak idealnya dapat dilakukan di tempat yang memberikan kebebasan bagi anak untuk bergerak dan bermain kreatif. Pembelajaran diluar kelas (outdoor study) ke tempat


(20)

yang luas dan memiliki sarana untuk perkembangan motorik kasar dan kreativitas anak kemudian dilaksanakan dengan metode bermain, merupakan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran pendidikan anak usia dini.

Permainan dan aktivitas di luar memberikan rangsangan yang berbeda pada anak. Aktivitas pembelajaran di luar sekolah dapat membantu anak melatih kemampuan koordinasi motorik kasar. Motorik kasar membantu anak-anak untuk melatih koordinasi antara kaki dengan tubuh, mata dengan telinga, dan lain sebagainya. Kemampuan koordinasi motorik kasar membuat anak-anak jadi lebih lincah dalam aktivitas fisik. Misalnya bermain bola, memanjat pohon, atau permainan rakyat seperti petak umpet, petak jongkok, atau gobak sodor. Perkembangan saraf motorik kasar yang baik akan membantu anak-anak untuk lebih aktif, daya tahan tubuh lebih kuat, serta memiliki tubuh yang lentur.

Dalam mengembangkan kemampuan motorik anak konsep bermain saja tidak akan mendukung perkembangan motorik anak secara optimal. Bermain yang mengasah seluruh aspek dalam diri anak dapat melatih kemampuan anak untuk berfikir kreatif. Bermain kreatif adalah salah satu aktivitas bermain yang dipandang dapat mendorong tingkat kematangan aspek motorik maupun aspek lainnya bagi anak prasekolah.

Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh karena itu, pendidikan di TK


(21)

yang menekankan bermain sambil belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa kemampuan motorik kasar anak perlu dikembangkan secara optimal sehingga anak dapat mengeksplorasi kreativitasnya. Mengingat pentingnya perkembangan motorik kasar dan kreativitas anak sejak dini, maka guru pendidikan anak usia dini seharusnya dapat merancang kegiatan yang mengasah kemampuan anak secara bersamaan dengan kegiatan yang melibatkan anak secara aktif dan kreatif.

Berdasarkan pandangan pentingnya pengembangan kemampuan anak usia dini di atas maka penulis akan melakukan kajian tentang pembelajaran dengan metode bermain kreatif pada anak taman kanak-kanak melalui kegiatan bermain kreatif dalam upaya untuk meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini.

Oleh karena itu penulis menuangkan dalam bentuk tulisan ilmiah berupa tesis dengan judul: “Penerapan Metode Bermain Kreatif Pada Outdoor Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Dan Kreativitas Anak” (Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif Pada Anak TK B di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah profil pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung?


(22)

2. Bagaimana langkah-langkahpembelajaran dengan metode bermain kreatif pada outdoor study dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung?

3. Apakah penerapanmetode bermain kreatif pada outdoor study dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung?

C. Batasan Masalah

Belajar melalui bermain pada anak usia dini adalah kegiatan yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Maka dalam penelitian ini, pembelajaran akan difokuskan melalui kegiatan bermain kreatif dengan menerapkan metode bermain kreatifuntuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode bermain kreatif dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung serta untuk mengetahui efektifitas pembelajaran metode bermain kreatif pada outdoor study dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak.


(23)

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kemampuan motorik dan kreativitas anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung sebelum menerapkan metode bermain kreatif pada outdoor study.

b. Untuk mengetahui profil kemampuan motorik kasar anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung setelah diterapkan metode bermain kreatif pada outdoor study.

c. Untuk mengetahui profil kemampuan kreativitas anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung setelah diterapkan metode bermain kreatif pada outdoor study.

d. Untuk mengetahui pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak dalammetode bermain kreatif pada outdoor study.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis, berikut 2 manfaat dari penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teori dan metodologi serta memberikan informasi khususnya dalam bidang pengkajian dalam mengembangkan motorik serta kreativitas melalui pembelajaran dengan metode bermain kreatif pada outdoor study bagi anak usia dini.

b. Dapat dijadikan rancangan dan strategi pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas pada anak usia dini.


(24)

c. Dapat dijadikan alternative pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas pada pendidikan anak usia dini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Memberikan inovasi metode pembelajaran guna meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak.

b. Bagi Guru

Guru memperoleh suatu metode pembelajaran yang lebih variatif terhadap pengembangan kemampuan dasar motorik kasar dan kreativitas anak dengan kegiatan bermain kreatif melalui metode bermain kreatif pada outdoor study. Selain itu guru dapat mengembangkan kegiatan bermain kreatif melalui metode bermain kreatif pada outdoor studydalam mengembangkan kemampuan dasar motorik kasar dan kreativitas anak maupun diluar kemampuan dasar motorik kasar dan kreativitas anak.

F. Definisi Operasional

1. Metode bermain kreatif pada outdoor study adalah metode pembelajaran dengan melibatkan anak untuk mengunjungi langsung tempat yang menjadi objek yang mengandung nilai pembelajaran dan sesuai dengan kurikulum yang telah dirancang dan membiarkan anak melakukan kegiatan yang disukainya dengan melalui bermain yang bermakna.

2. Kemampuan motorik kasar adalah aktivitas yang menggunakan otot-otot besar meliputi gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan gerak manipulative Kemampuan Motorik kasar yang ingin dikembangkan dari


(25)

penelitian ini adalah anak dapat menguasai 5 komponen gerak dasar yaitu lari, lompat, lempar, menangkap, dan menendang (Suherman, 2008-4). 3. Kreativitas adalah proses berpikir dan bertindak untuk menciptakan atau

menyusun gagasan baru, baik yang benar-benar baru (belum ada sebelumnya) ataupun yang merupakan kombinasi dari unsur/elemen yang sudah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru, dapat berupa ide pemikiran maupun produk, yang bersifat unik, orisinil, berbeda dari sebelumnya sehingga dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah ataupun dirasakan, dilihat, dinikmati dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan atau orang lain.Kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ditemukan sebelumnya. Kreativitas dalam penelitian ini yaitu seorang anak yang memiliki cara berfikir yang orisinal, bersikap dan berkarya yang lain daripada anak yang lainnya.

G. Penelitian Yang Relevan

Pembelajaran aspek kemampuan motorik halus maupun kasar dan kreativitas anak pada pendidikan anak usia dini merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengembangan motorik halus maupun kasar melalui penerapan metode yang inovatif dan variatif memberikan beberapa kesimpulan yang mendukung penelitian ini. Berdasarkan hasil beberapa peneliti, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahrah (2009) dengan judul “penerapan belajar melalui metode bermain dalam meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak usia dini


(26)

dapat disimpulkan bahwa metode bermain dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak usia dini.

Selain itu hasil penelitian Resti Utami (2012) tentang pengaruh pemainan tradisional ucing bal terhadap keterampilan gerak manipulative anak usia dini yang dilaksanakan di TK Al-Fitras Suruur Kecamatan Cidadap Kelompok B, menarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan gerak manipulative anak sebelum dan sesudah tindakan. Peningkatan itu terihat dari perolehan skor postest yang mencapai 5,75 meningkat pada hasil postests mencapai 10,83 dengan peningkatan sebesar 5,083.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak melalui bermain kreatif pada

outdoor study, maka pendapat dan penelitian di atas kiranya dapat

dijadikanketerangan yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa penerapan metode yang tepat dalam pembelajaran memberikan kontribusi yang sangat besar terhadaptercapainya kemampuan-kemampuan belajar anak Taman Kanak-kanak yangdiharapkan oleh guru maupun orang tua dari anak usia dini.

Dalam hal ini metode bermain kreatif pada outdoor study dapat digunakan sebagai metode atau suatu rancangan pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode bermain kreatif pada outdoor study dalam meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini di Taman kanak-kanak (TK) Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung. TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung melaksanakan kegiatan belajarnya di lingkungan mesjid Hikmah Kec Kiaracondong Bandung. Lokasi TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung yang terletak tidak jauh dari jalan raya secara praktis dapat dikenal oleh masyarakat sekitar, namun mengingat berdirinya TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung yang masih baru, maka jumlah anak di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung belum banyak.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung yang berjumlah 10 orang siswa dengan siswa perempuan sebanyak 6, dan siswa laki-laki sebanyak 4. anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung rata–rata berumur 5-6 tahun, masing-masing anak memiliki sifat dan karakter yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan yang menjadi bahan penelitian adalah kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak dengan menerapkan metode pembelajaran bermian


(28)

kreatif. Anak yang bersekolah di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung sebagian besar berasal dari lingkungan sekitar sekolah.

Orang tua dari siswa yang bersekolah di anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung memiliki pekerjaan yang beraneka ragam dan tersebar di daerah luar lingkungan sekolah. Sebagian besar pekerjaan orang tua siswa yang bersekolah di anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung adalah bekerja sebagai wirawasta, pegawai swasta dan buruh pabrik, tidak sedikit juga yang berprofesi sebagai PNS dan lain-lain.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom

Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas, penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Igak Wardhani, 2008:5).

Penelitian kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dalam mengembangkan motorik kasar dan kreativitas anak. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan kelas diatas, maka perlu penelitian ini dilakukan


(29)

dengan menggunakan PTK. Selain daripada pengertian diatas, peneliti melakukan penelitian adalah berdasarkan karakteristik PTK (Igak Wardhani, 2008:15), yaitu:

1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru

akan kinerjanya).

2. Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak

longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian). 3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.

4. Tujuannya: memperbaiki pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan PTK mempunyai manfaat yang cukup besar dan berpengaruh terhadap pembelajaran, baik manfaat yang dirasakan oleh guru, siswa dalam pembelajaran, maupun sekolah.

a. Manfaat PTK bagi guru

Bagi guru atau pendidik, PTK memberikan manfaat yang sangat besar baik dalam kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas, yaitu:

1) PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran yang akan direfleksi pada kegiatan siklus berikutnya.

2) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

3) PTK melatih tingkat percaya diri seorang guru dengan karakter penelitian ini, guru dituntut untuk mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan, kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya.


(30)

b. Manfaat PTK bagi anak

PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar anak , Raka Joni, dkk (Igak Wardhani, 2008:25), dengan adanya PTK, kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar anakakan meningkat. Apabila PTK yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perbaikan dapat diwujudkan seperti penanggulangan berbagai masalah belajar anak, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah menyusun rencana dan rancangan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahap, yakni (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) oberservasi (observation) dan (4) refleksi (reflection) dalam setiap siklusnya dengan berpatokan pada refleksi awal. Adapun gambaran singkat mengenai pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan pada bagan alur penelitian tindakan kelas sebagai berikut :


(31)

Rencana I

Tindakan dan Observasi Refleksi

Rencana II

Tindakan dan Observasi Refleksi

Rencana III

Tindakan dan Observasi Refleksi

Rencana Selanjutnya Gambar. 3.1

Alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan Kelas Kasbolah1998 : 7

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu classroom action

research kolaboratif, dimaksudkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung. Penelitian tindakan kelas kolaboratif adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efesiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.


(32)

Langkah pertama merencanakan penelitian tindakan kelas kolaboratif adalah mengidentifikasi dan menetapkan masalah. Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas maupun yang bersifat instruksional. Kemudian menganalisis dan merumuskan masalah yaitu dengan melakukan evaluasi, mengevaluasi hasil analisis dan bagaimana tindak lanjutnya. Yang terakhir adalah merencanakan perbaikan, setelah guru mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dan merumuskan masalah tersebut langkah selanjutnya adalah guru mencari cara untuk mengatasi atau memperbaiki permasalahan tersebut.

Sesuai dengan rumusan di atas penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaboratif yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak memalui penerapan metode bermain kreatif pada outdoor study.

Menurut cohen dan Monion dalam Nurul Zuriah:1980 (Muhadi:2011) Penelitian Tindakan Kelas mempunyai 5 kategori fungsi yaitu

a. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang melakukan penelitian dengan diagnosis tertentu

b. Sebagai pelatihan dalam jabatan sehinggadapat membekali guruyang bersangkutan dengan keterampilan, metode, dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analissinyadan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan dalam dirinya

c. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif pada pengajaran


(33)

d. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antar guru di lapangan dan peneliti akademis

e. Sebagai alat untuk menyediakanalternatif atau pilihan yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif di dalam kelas

2. Penelitian tindakan kelas penting untuk guru dengan alasan :

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya.

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru

c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

d. Sebagai bahan refleksi dan perbaikan pembelajaran untuk keperluan akademisi maupun secara perorangan dalam rangka peningkatan efektivitas pembelajaran yang lebih bermakna.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa siklus secara continue dan selalu berulang sampai menemukan solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun metode utama penelitian tindakan kelas adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.

Langkah-langkah penelitian Stephen Kemmis (Uno:1990)yang mengembangkan bagan spiral penelitian tindakan kelas yang juga memasukkan modelnya Lewin, yang meliputi: pengamatan, perencanaan, tindakan pertama, monitoring, refleksi, berpikir ulang, evaluasi (Uno:2011).


(34)

Dst. Bagan 3.1

Siklus Model Lewin Yang ditafsirkan oleh Stephen Kemmis Hamzah B. Uno:2011

Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagan yang melukiskan kegiatan ini pada siklus dasar kegiatan yang terdiri dari mengidentifikasi gagasan umum, melakukan reconnaissance, menyusun rencana umum, mengembangkan langkah tindakan yang pertama, mengimplementasikan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan memperbaiki rancangan umum.

Apabila peneliti menilai adanya kesalahan atau kekurangan dapat memperbaiki atau memodifikasi dengan mengembangkannya dalam spiral ke perencanaan langkah tindakan kedua. Apabila dalam implementasinya kemudian dievaluasi masih terdapat kesalahan atau kekurangan, masih bisa diperbaiki atau

Reconnaissance

Evaluasi Implementasi

Rencana Perbaikan Langkah 1 Langkah 2

dst

Implementasi langkah 2

Evaluasi Rencana Umum

Langkah 1 Langkah 2


(35)

dimodifikasi, yakni kemudian secara spiral dilanjutkan dengan perencanaan tindakan ketiga, dan seterusnya.

Siklus dalam spiral ini baru berhenti apabila tindakan substansif yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi baik, yaitu penyaji yang mungkin peneliti sendiri atau mitra guru sudah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam penelitian tersebut. Bagi peneliti pengamat atau observer, siklus dihentikan apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh, atau kondisi kelas sudah stabil.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu adanya kolaborasi antara peneliti dan guru lain dalam mengumpulkan data awal, lalu secara bersama-sama mencermati masalah-masalah yang muncul kemudian secara bersama-sama pula menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan dan meningkatkan proses belajar khususnya dalam penelitian ini yaitu untuk mengembangkan penguasaan konsep sains dan perilaku anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung. Adapun prosedur penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung adalah sebagai berikut:

1. Siklus I 1) Perencanaan I

Pada tahap perencanaan dilakukan pengamatan awal refleksif terhadap aspek kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.


(36)

Dari sini peneliti mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Berdasarkan gambaran umum tentang masalah yang ada, dalam proses perencanaan ini peneliti bersama guru kelas merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

2) Tindakan I

Pada tahap pelaksanaan tindakan I ini peneliti dan guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung maupun melalui telaah dokumen, serta dapat melalui wawancara dengan guru atau orang tua. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat untuk mengatasi masalah pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak.

3) Refleksi I

Berdasarkan hasil observasi peneliti bersama guru mengkaji dan menganalisis apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan cara mengidentifikasi kemajuan-kemajuan serta kekurangan-kekurangan atau hambatan yang dihadapi.

Hasil refleksi akan memberikan gambaran sehingga membuat peneliti dan guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapai dalam tindakan perbaikan. Setelah mendapatkan kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu peneliti dan guru hasil refleksi dapat dijadikan masukan bagi peneliti dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya.

2. Siklus 2 1) Perencanaan 2


(37)

Perencanaan tindakan pada siklus II ini merupakan hasil dari refleksi yang dilakukan pada akhir siklus I, dan dirancang untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran siklus 1.

2) Tindakan 2

Tindakan 2 merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah diperbaiki untuk mengatasi masalah pada siklus I yang belum tuntas. Pada siklus II ini juga dilakukan observasi menyangkut aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, sama seperti pada siklus I. Kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah disusun.

3) Refleksi 2

Dalam melakukan refleksi 2, guru mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dengan cara mengidentifikasi sejauh mana kemajuan-kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan apa yang masih dihadapi. Hasil dari refleksi II dapat disimpulkan apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas kolaboratif atau masih perlu diadakan perbaikan kembali. Apabila pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 2 tujuan penelitian tindakan kelas sudah tercapai, maka siklus berikutnya tidak perlu dilanjutkan. Tetapi apabila pada siklus 2 tujuan belum tercapai, maka siklus selanjutnya perlu dilanjutkan. Hasil refleksi 2 dapat dijadikan masukan atau acuan untuk melakukan perencanaan dalam tindakan perbaikan berikutnya. Demikian seterusnya sampai tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai.

3. Siklus 3 1) Perencanaan 3


(38)

Perencanaan tindakan pada siklus 3 ini merupakan hasil dari refleksi yang dilakukan pada akhir siklus 2.

2) Tindakan 3

Tindakan 3 merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah diperbaiki untuk mengatasi masalah pada siklus 2 yang belum tuntas.Pada siklus 3 juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, sama seperti pada siklus 2.

3) Refleksi 3

Dalam melakukan refleksi 3, guru mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus 3 dengan cara mengidentifikasi sejauh mana kemajuan-kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan-kekurangan atau hambatanapa yang masih dihadapi. Hasil dari refleksi 3 dapat disimpulkan apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas atau masih perlu diadakan perbaikan kembali.

Pelaksanan penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi permasalahan di lapangan

2. Menyiapkan teori Penerapan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung dalam mempersiapkan materi dan instrument pembelajaran pada siklus dalam penelitian ini.

3. Melakukan observasi terhadap belajar dengan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak


(39)

kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi awal tentang belajar kreatif tersebut.

4. Bersama guru menyepakati penerapan dengan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung dalam eksperimen pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh yang bersangkutan. Peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

5. Memberikan training pada guru tentang pelaksanaan belajar dengan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung 6. Menerapkan dengan metode bermain kreatif pada outdoor studykepada anak

kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung

7. Melakukan analisis data observasi motorik kasar dan kreativitas anak kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung

8. Melakukan data observasi dan wawancara dengan anak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur suatu pengaruh atau efektivitas dari sebuah perlakuan yang diberikan, alat digunakan dalam pengukuran ini disebut dengan instrumen penelitian. Hal tersebut sesuai dengan Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan menurut Arikunto (2002:136) bahwa:

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti


(40)

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah.”

Gambaran siklus yang akan dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat pada alur penelitian tindakan kelas di bawah ini:

Gambar 3.2

Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif Observasi awal

di TK Al-Hikmah SIKLUS I Mengidentifikasi masalah Menganalisis dan merumuskan masalah Merencanakan perbaikan awal Pelaksanaan Tindakan I Observasi dan pencatatan data Refleksi Selesai SIKLUS II

Perencanaan Pelaksanaan

Tindakan II Observasi dan pencatatan data Refleksi Selesai SIKLUS III

Perencanaan Pelaksanaan

Tindakan III Observasi dan pencatatan data Refleksi


(41)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam seriap tindakan disusun sebagai alat dalam mengumpulkan data penelitian . Pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan instrumen yang terdiri: Lembar observasi, Lembar wawancara, Catatan lapangan. Instrumen penelitian ini selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan perbaikan untuk tindakan selanjutnya.

1. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini digunakan dalam memperoleh data selama penelitian untuk menganaisispengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas. Lembar observasi mengenai persiapan pembelajaran, yaitu lembar observasi dan pengajaran guru diadopsi dari pedoman observasi dan evaluasi gerak dasar (Adang Suherman:2008).

Dalam pedoman observasi dan evaluasi gerak dasar tersebur dijelaskan tujuan dari observasi dan evaluasi gerak dasar tersebut adalah untuk :

a. Mengembangkan teknik observasi kualitatif gerak dasar siswa sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan gerak dasar siswa yang berpartisipasi dalam program gerak dasar

b. Mengembangkan teknik identifikasi kesulitan belajar siswa dalam gerak dasar hingga didapatkan rekomendasi untuk mengatasinya

c. Menumbuhkan kesadaran para pendidik tentang runtun dan perkembangan gerak dasar anak.

Berikut lembar observasi gerak dasar yang dijadikan instrument penilaian pada penelitian dengan mengembangkan aspek kemampuan motorik kasar anak:


(42)

Tabel 3.1

Lembar Observasi Komponen Gerak Dasar Lari Komponen

Gerakan

Aspek Option

Ya Tidak Tungkai (dari

samping)

Panjang dan kecepatan langkah maksimal,fase melayang terlihat jelas, kaki tumpu merentang secara penuh, betis kaki ayun bergerak sejajar dengan tanah.

Lengan Lenga mengayun secara vertical berlawanan dengan tungkai, kedua lengan membentuk sudut 90˚

Tungkai (dari belakang)

Gerakan memutar pada saat recovery tungkai dan kaki sangat kecil

Skor

Berikut lembar observasi komponen gerak dasar lompat pada pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini.

Tabel 3.2

Lembar Observasi Komponen Gerak Dasar Lompat Komponen

Gerakan

Aspek Option

Ya Tidak

Lengan Mengayun tinggi ke belakang untuk

memaksimalkan lompatan, selama take of (tinggal landas) ayunan ke depan dan ke atas dengan menggunakan kekuatan,lengan dipertahankan tinggi selama gerakan melompat Togok Togok condong ke depan kira-kira 45 ˚,

melompat ke depan bukan ke atas

Tungkai dan paha Take off dilakukan dengan pelurusan sendi paha, lutut, dan angkel secara penuh, sebelum mendarat, paha paralel dengan tanah sementara kaki bagian bawah menggantung secara vertical, berat badan saat mendarat berada di depan Skor

Berikut lembar observasi komponen gerak dasar lempar pada pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini.

Tabel 3.3


(43)

Komponen Gerakan

Aspek Option

Ya Tidak Lengan Lengan lempar diayunkan ke belakang dalam

proses persiapan, sikut tangan yang satu lagi diangkat untuk mengimbangi gerakan lempar, sikut lempar bergerak merentang ke depan secara horizontal, lengan abgian atas berputar membentuk gerakan lecutan diakhiri dengan ibu jari menghadap ke bawah

Togok Togok bergerak menyamping sejajar dengan arah lempar pada saat gerakan persiapan, bahu lengan lempar turun lebih rendah pada saat proses persiapan, putaran tubuh diawali dari panggul, paha, tungkai, dan bahu pada saat gerakan melempar

Tungkai dan kaki Berat badan berada pada kaki belakang pada saat gerakan persiapan, segera setelah berat badan pindah ke kaki depan dilanjutkan dengan gerakan langkah oleh kaki belakang

Skor

Berikut lembar observasi komponen gerak dasar menangkap pada pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini.

Tabel 3.4

Lembar Observasi Komponen Gerak Dasar Menangkap

Komponen Gerakan

Aspek Option

Ya Tidak Kepala Kepala menghadap ke depan dengan mata focus

pada gerakan bola yang akan ditangkap

Lengan Kedua lengan bagian atas rileks disamping badan sementara itu lengan bagian bawah menjulur di depan badan, kedua lengan mengeper untuk menyerap berat bola, gerakan kedua lengan sesuai dengan gerakan bola

Tangan Kedua ibu jari sejajar bersebelahan satu sama lainnya, kedua tangan menangkap bola dengan tepat secara bersamaan, semua jari tangan bergerak menangkap bola secara efektif

Skor

Berikut lembar observasi komponen gerak dasar menendang pada pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini.


(44)

Tabel 3.5

Lembar Observasi Komponen Gerak Dasar Menendang

Komponen Gerakan

Aspek Option

Ya Tidak Lengan dan Togok Kedua lengan mengayun secara berlawanan

pada proses gerak menendang, togok membengkok pada bagian pinggang pada proses gerak lanjut

Tungkai Gerakan kaki tendang dimulai pada pangkal paha, kaki tumpu ditekuk sedikit pada saat kaki tendang kontak bola, kaki tendang mengayun maksimal, gerak lanjut kaki tendang tinggi, tumit kaki tumpu terangkat

Skor

Berdasarkan observasi gerak dasar dengan pengembangan kemampuan motorik kasar anak, maka instrument obserasi secara keseluruhan sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen kemampuan motorik kasar

No Variabel Sub varibel Indkator Teknik Penilaian

1

Kemampuan Kinestetik/Gerak

Dasar

l. Lari

1. Tungkai dari samping

Observasi 2. Lengan

3. Tungkai dari belakang

2. Lompat

1. Lengan 2. Togok 3. Tungkai dan paha

3. Lempar 1. Lengan

2. Togok 3. Tungkai dan kaki

4. Menangkap 1. Kepala

Observasi 2. Lengan


(45)

Dalam pengembangan kemampuan kreativitas anak usia dini, beberapa aspek yang menjadi penilaian disesuaikan dengan metode dalam penelitian ini. Selain itu, dalam mengembangkan kemampuan kreativitas dapat disesuaikan dengan instrument kemampuan motorik kasar.

Berikut instrumen peneilaian kemampuan kreativitas anak pada penelitian ini:

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen kreativitas

Pernyataan ya tdk

Anak berani untuk mengambil resiko berperilaku berbeda

Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam berkomunikasi dengan teman

Anak berpendirian tegas/tetap ketika beraktivitas Anak melakukan hal-hal dengan caranya sendiri Anak mengeskpresikan imajinasi secara verbal Anak tertarik terhadap berbagai hal

Anak menjadi terarah sendiri dan /termotivasi sendiri Anak mempunyai dorongan rasa ingin tahu yang besar

Anak menyukai berbagai hal disekitar untuk menggunakan imajinasinya Anak memiliki daya imanjinasi yang kuat ketika melakukan kegiatan bermain

Anak menjadi inovatif

Anak bereksplorasi, bereksperimen dengan objek Anak bersifat fleksibel

Anak sering mengajukan pertanyaan yang baik

Anak Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

Senang mencoba hal-hal baru

3. Tangan 5. .Menendang 1. Lengan dan togok


(46)

Mempunyai rasa keindahan yang tinggi Melibatkan semua indra dalam beraktivitas Menghargai kreasi orang lain

Jumlah

Lembar observasi merupakan catatan yang dijadikan rekaman dan bukti dari data atau informasi mengenai proses kegiatan pembelajaran pada setiap tindakan penelitian yang dilakukan. Melalui lembar observasi pada setiap tindakan, dapat diperoleh dapat diperoleh data mengenai tingkah laku siswa pada waktu belajar dan tingkah laku guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Igak Wardhani (2007:2.27) menyebutkan bahwa “Observasi dilakukan terhadap

proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa.

Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom (Arikunto, 2002:138). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka kisi-kisi ini dibuat untuk mengungkapkan tentang efektivitas pembelajaran dengan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak usia dini. Selain instrument penelitian berupa indikator dalam pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak, dalam penelitian ini aspek yang dinilai adalah sikap anak yang berkaitan dengan kreativitas dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain kreatif pada outdoor study. Berikut Kisi-Kisi Skala Sikap Siswa yang Berkaitan dengan Kreativitas.


(47)

Kisi-Kisi Skala Sikap Siswa yang Berkaitan dengan Kreativitas

Sikap Indikator Option

Ya Tidak - Rasa ingin tahu

- Imajinatif

- Merasa tertantang oleh kegiatan di tempat baru

- Berani mengambil risiko

- Menghargai

 Mengajukan banyak pertanyaan ketika menemukan hal baru di luar sekolah

 Melakukan

eksperimen/percobaan dalam berbagai kegiatan..

 Mengikuti pembelajaran dengan kesadaran sendiri

 Memberikan pengalaman baru kepada teman dalam melakukan sesuatu.

 Menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap teman  Memiliki keluwesan dalam

bersikap di tempat baru

 Merasa tertantang oleh situasi berbeda yang tidak ditemui di sekolah.

Menyelesaikan tugas individual tanpa bantuan orang lain.

 Terus berusaha sehingga tugasnya berhasil dengan baik dan tepat waktu.

Berani mempertahankan gagasan penyelesaian soal bila mendapat kritikan dari orang lain.

 Berani mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain.

 Optimis akan kebenaran jawaban soal yang dibuatnya

 Berani menerima tugas yang sulit.

 Mempertimbangkan setiap masukan dari orang lain untuk


(48)

tugas.

 Melakukan kesempatan yang

diberikan guru untuk

pengembangan kemampuan bakatnya.

.

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara adalah panduan kegiatan yang berisi langkah kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kesulitan yang dihadapi siswa. Igak Wardhani (2007:2.30) menyebutkan bahwa wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran.

Pertanyaan dalam lembar wawancara dapat berupa pertanyaan yang mencari kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan, hal-hal apa saja yang disukai maupun tidak disukai oleh siswa selama pembelajaran, berikut ini adalah format wawancara:


(49)

Tabel 3.9 Lembar wawancara

Catatan lapangan dapat berupa temuan-temuan yang terjadi selama proses belajar belajar berlangsung, yang menjadi subjek catatan ini adalah hal-hal yang dianggap penting dalam penelitian ini. Igak Wardhani (2007:2.29) menyebutkan

bahwa “catatan lapangan ini

LEMBAR WAWANCARA Nama :

Hari/Tanggal :

Waktu :

No Kriteria Temuan

1. Perkembangan

2. Pembelajaran dengan

menggunakan Metode

bermain kreatif pada outdoor study?

a. Apakah anak senang dengan pembelajaran tadi?

b. Hal apa saja yang anak senangi dalam pembelajaran tadi ?

c. Hal apa saja yang tidak anak senangi dalam pembelajaran tadi?

d. Apakah anak suka dengan

pembelajaran yang

menggunakan alat-alat olahraga seperti tadi?

e. Apakah anak suka dengan kegiatan bermain tadi ?


(50)

hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Berikut format catatan lapangan dalam lembar observasi;

Tabel 3.10 Catatan Lapangan

3. Dokumentasi

Kegiatan penelitian tindakan kelas didokumentasikan sehingga dapat dijadikan data tambahan untuk mendukung dalam pelaporan hasil penelitian.

CATATAN LAPANGAN Hari/Tanggal :

Waktu :

No Kriteria Temuan

1. Aktivitas anak, guru dalam proses pembelajaran

2. Pemahaman anakmengenai materi pembelajaran

3. Perkembangan anak

4. Konsep pembelajaran dipahami oleh anak (mudah, sukar) baik proses maupun

hasil

5. Interaksi antara siswa dengan anak, anak dengan guru

6. Keberanian siswa mengkomunikasi-kan baik secara lisan maupuan tulisan 7. Relevansi materi pembelajaran sarana

sekitar

8. Penggunaan alokasi waktu yang tepat.

Bandung………… ….


(51)

Kegiatan evaluasi di sini dengan menggunakan tes. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan langkah penting setelah pengumpulan data karena kemungkinan peneliti memberikan makna terhadap data yang dikumpulkannya. Analisis data merupakan tahap penting karena peneliti dihadapkan pada data yang beraneka ragam.

Dalam penelitian tindakan kelas, proses analisis data dilakukan sejalan dengan kegiatan tindakan yang dilakukan, sehingga analisis data berlangsung dari awal sampai akhir pelaksanaan kegiatan tindakan.

Sehubungan dengan konsep tersebut, data dalam penelitian ini pun dianalisis dengan mengikuti pola analisis penelitian yaitu observasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi terhadap tindakan. Demikian selanjutnya tahap demi tahap alur pola tersebut sampai pada tahap akhir seluruh kegiatan. Sementara untuk memberikan makna terhadap data yang telah terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan proses kegiatan dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual sesuai dengan permasalahan penelitian.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, untuk pengujian hipotesis peneliti akan menganalisa data dari setiap kegiatan yang


(52)

dilakukan dengan cara kualitatif. Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif terdiri atas prestasi belajar siswa diolah dengan mencari rata-rata. Sedangkan data kualitatif terdiri atas hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan yang diolah melalui persentase dan rata-rata (mean)

a. Rata-rata (mean)

X =

n

X X

X12 ... n

, atau X =

n

i n

Xi

1

Keterangan : X = rata-rata

XI = data ke I,

n = banyaknya data

b. Menghitung prosentase kriteria kemampuan motorik kasar dan kreativitas

% 100

x n

f

Keterangan :

f = jumlah anak yang memperoleh skor dengan kategori baik, cukup dan kurang


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan secara rinci dan pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian eksperimen di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung terhadap anak kelompok B adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan metode yang tepat dalam pembelajaran dapat memberikan dampak yang positif bagi anak maupun guru. Pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak dengan menerapkan metode bermain kreatif pada outdoor study lebih memberikan semangat dan keluasan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativititasnya. Metode metode bermain kreatif pada outdoor study adalah salah satu penerapan metode dalam kegiatan belajar yang dapat memberikan pengalaman yang bari kepada anak. Melalui penerapan metode bermain kreatif pada outdoor study dengan mengutamakan kesempatan bagi anak untuk dapat secara kreatif bermain dan mengekspresikan keinginannya dengan segala sesuatu yang menjadi objek bermainnya. Bermain kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan mengembangkan kreativitas anak haruslah didukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bebas bergerak. Permainan kreatif adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang digunakan sebagai pijakan bagi model kurikulum permainan kreatif yang menekankan


(54)

pentingnya perkembangan kreativitas dan peranan permainan untuk membantu perkembangan anak melalui kegiatan yang terintegrasi dengan lingkungan, dan permainan.

2. Guru berperan penting dalam memotivasi proses kreatif anak, antara lain dengan cara menanggapi dengan baik setiap pertanyaan anak, memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri, memperhatikan dan memberikan ganjaran terhadap gagasan anak, tidak kaget dengan gagasan anak yang unik dan aneh, memberikan suasana yang aman dan bebas hukum, memberikan pengarahan seperlunya, tidak terburur-buru memberikan penilaian dan memfasilitasi curah pendapat agar tiap anak dapat menyampaikan gagasannya.Pengembangan fisik motorik di TK melalui permainan kreatif dapat dilakukan melalui tiga jenis kegiatan, yaitu latihan, bermain simbolik, dan perlombaan. Latihan biasanya digunakan untuk melatih suatu gerakan motorik kasar maupun halus yang baru sampai anak-anak menguasainya.

3. Penerapan metode bermain kreatif pada outdoor study yang memberikan kesenangan dalam belajar mengajar dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan perolehan skor motorik kasar siklus 1 sebesar 41, siklus 2 sebesar82, dan siklus 3 sebesar 136. Sedangkan skor kreativitas pada siklus 1 yaitu 39, siklus 2 99, dan siklus 3 194 . Prosentase kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak yang yang diperoleh siswa pada setiap siklus menunjukkan perubahan dalam perkembangan anak secara positif dan cukup memuaskan.


(55)

Bukan hanya dari aspek kemampuan motorik kasar dan kreativitas saja, tetapi aspek perkembangan anak usia dini juga mengalami peningkatan. Aspek sikap dapat terlihat dari kemampuan perubahan anak dalam bergaul dengan teman maupun ketika berkomunikasi dengan guru. Selain itu, anak dapat menghargai pendapat orang lain ketika mengungkapkan pendapat dan bermain di luar kelas.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, dalam rangka perbaikan tindakan pembelajaran serta meningkatkan berbagai aspek pembelajaran baik dalam proses maupun hasil penilaian perkembangan anak usia dini maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini yang menjadi tujuan dilaksanakannya pendidikan anak usia dini, maka pengembangan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak dilaksanakan dengan metode yang bervariasi dan memperhatikan kebutuhan anak. Selain itu dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas hendaknya guru: a. Menyesuaikan dengan tujuan dan materi yang akan diberikan kepada anak. b. Merancang terlebih dahulu kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pembelajaran yang dilaksanakan akan terasa bermakna dengan aktivitas belajar siswa yang meningkat mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.

c. Memperbanyak kegiatan menyanyi dan melakukan pemanasan berupa menggerak-gerakkan anggota tubuh secara sederhana di dalam kelas pada


(56)

awal pembelajaran, merupakan langkah yang cukup baik untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas anak dalam belajar. Kegiatan ini juga dapat membiasakan anak belajar sambil bermain, dan melalui bermain anak dapat menemukan hal-hal baru, karena akan menghilangkan rasa jenuh dalam belajar. Selain itu semangat anak akan meningkat, sehingga anak tidak akan merasa malu dan ragu ketika menghadapi kegiatan di luar kelas. Dengan demikian, agar kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak serta aspek perkembangan anak usia dini lainnya meningkat sebaiknya dipersiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pencapaian indikator perkembangan anak usia dini.

2. Bagi Sekolah, karena metode bermain kreatif pada outdoor study yang dikembangkan melalui bermain kreatif masih jarang diterapkan pada pembelajaran pada TK maupun lembaga PAUD lainnya maka hendaknya sekolah dapat mensosialisasikan kepada guru agar dapat menerapkan pembelajaran yang menarik bagi anak .

3. Bagi peneliti lain, agar tujuan penilaian perkembangan anak pada aspek kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak meningkat, hendaknya sebelum melakukan proses belajar mengajar guru terlebih dahulu mempersiapkan metode dan rencana kegiatan belajar yang sesuai dengan karakteristik anak, perkembangan usia , kebutuhan perkembangan anak, serta kegiatan belajar disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan konsep belajar anak usia dini, bahwa anak dapat menemukan pengetahuan dan


(57)

pemahaman tentang suatu hal melalui belajar dan bermain, maka hendaknya kegiatan belajar pada anak usia dini adalah dengan mengembangkan suatu kegitan belajar bermakna melalui pemilihan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasinya secara bebas. Selain itu pemilihan seting pembelajaran yang mencakup tempat, alat, dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan aspek perkembangan anak usia dini agar menjadi pertimbangan yang matang dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


(58)

Daftar Pustaka

Agustin Mubiar. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran, Refika Aditama: Bandung

Anwar. dan Ahmad A. (2004). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:Alfabeta

Arikunto,S (2006).Prosedur Penelitian suatu pendekatanPraktik, Jakarta, Rineka Cipta

________, Suharsini dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

B. uno. Hamzah. (2011). Menjadi Peneliti Yang Professional. Jakarta: Bumi Aksara

Chatib. M dkk. (2012). Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan berkeadilan . Bandung: Kaifa Learning

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional 2003). Bandung : Fokus Media

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran bidang Fisik/Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.

De Porter, et al. (2001). Quantum Teaching (Terjemahan dari Quantum Teaching Orchestrating Student Success) Bandung: Kaifa

Fuchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hurlock, E. B.(1999). Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta

Kasbolah, K . (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud

Kemendiknas.(2010). Kurikulum Taman Kanak-Kanak Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Kemendiknas, Direktorat Pembinaan TK SD


(59)

Kurniasih, Imas. (2010). Permainan Interaktif untuk meningkatkan kecerdasan anak, Jakarta: Gramedia

Martiningsih.(2007).Jenis-jenis Metode Pembelajaran, www.martiningsih-online.com, di akses pada Juni 2012

Moeslichatoen. (2004).Metode Pengajaran di Taman kanak-kanak :Jakarta Rineka Cipta

Muhadi, (2011). Penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Shira Media

Munandar, S.C. Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua). Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U.,(1995). Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Muslihuddin dan Mubiar. (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal, Rizqi Press Bandung

Nurani Sujiono Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks Jakarta

Nurani sujiono Yuliani dan Sujiono Bambang. (2010) Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta:PT. Indeks

Nursisto. (1999).Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta : Mitra Gama Media

Olds Feldman Papalia. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humaika

Rachmawati Yeni dan Kurniati Euis. (2010) Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta:Kencana.

Roestiyah.(2001).Metode Diskusi Dalam Pembelajaran, www. Belajar mengajar online.co.id di akses pada Juni 2012


(60)

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Santoso, Sugeng. (2006). Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur. hlm. 95.

Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitaif R&D, Bandung, Alfabeta

Suhardjono. (2005:85). Kekurangan metode fieldtrip.(online). Dalam http//mariaulfah

Sujiono Bambang Dkk. (2010).Metode Pengembangan Fisik, universitas Terbuka

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis data Penelitian, Bandung, PT Refika Aditama

Sokolova, V Irina, at.al. (2008). Kepribadian Anak Mengupas Tumbuh Kembang Kepribadian Anak Dalam Masa Perkembangannya. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Suherman, A. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung. FPOK UPI

Vera, Adelia.(2012). Metode mengajar anak di luar kelas (outdoor study). Yogjakarta: Diva Press

Wardani, Dani. Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. [online]. Tersedia http://episentrum.com/artikel/pengaruh-permainan-pada-perkembangan-anak/.

Wardhani, I. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/

http://re-searchengines.com/hendri11108.html


(61)

http://www.lintasbogor.com/2012/06/sekolah-bogor-raya-peduli-dengan-korban.html


(1)

144

awal pembelajaran, merupakan langkah yang cukup baik untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas anak dalam belajar. Kegiatan ini juga dapat membiasakan anak belajar sambil bermain, dan melalui bermain anak dapat menemukan hal-hal baru, karena akan menghilangkan rasa jenuh dalam belajar. Selain itu semangat anak akan meningkat, sehingga anak tidak akan merasa malu dan ragu ketika menghadapi kegiatan di luar kelas. Dengan demikian, agar kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak serta aspek perkembangan anak usia dini lainnya meningkat sebaiknya dipersiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pencapaian indikator perkembangan anak usia dini.

2. Bagi Sekolah, karena metode bermain kreatif pada outdoor study yang dikembangkan melalui bermain kreatif masih jarang diterapkan pada pembelajaran pada TK maupun lembaga PAUD lainnya maka hendaknya sekolah dapat mensosialisasikan kepada guru agar dapat menerapkan pembelajaran yang menarik bagi anak .

3. Bagi peneliti lain, agar tujuan penilaian perkembangan anak pada aspek kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak meningkat, hendaknya sebelum melakukan proses belajar mengajar guru terlebih dahulu mempersiapkan metode dan rencana kegiatan belajar yang sesuai dengan karakteristik anak, perkembangan usia , kebutuhan perkembangan anak, serta kegiatan belajar disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan konsep belajar anak usia dini, bahwa anak dapat menemukan pengetahuan dan


(2)

145

pemahaman tentang suatu hal melalui belajar dan bermain, maka hendaknya kegiatan belajar pada anak usia dini adalah dengan mengembangkan suatu kegitan belajar bermakna melalui pemilihan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasinya secara bebas. Selain itu pemilihan seting pembelajaran yang mencakup tempat, alat, dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan aspek perkembangan anak usia dini agar menjadi pertimbangan yang matang dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


(3)

Daftar Pustaka

Agustin Mubiar. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran, Refika Aditama: Bandung

Anwar. dan Ahmad A. (2004). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:Alfabeta Arikunto,S (2006).Prosedur Penelitian suatu pendekatanPraktik, Jakarta, Rineka

Cipta

________, Suharsini dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

B. uno. Hamzah. (2011). Menjadi Peneliti Yang Professional. Jakarta: Bumi Aksara

Chatib. M dkk. (2012). Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan berkeadilan . Bandung: Kaifa Learning

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional 2003). Bandung : Fokus Media

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran bidang Fisik/Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.

De Porter, et al. (2001). Quantum Teaching (Terjemahan dari Quantum Teaching Orchestrating Student Success) Bandung: Kaifa

Fuchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hurlock, E. B.(1999). Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta

Kasbolah, K . (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud

Kemendiknas.(2010). Kurikulum Taman Kanak-Kanak Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Kemendiknas, Direktorat Pembinaan TK SD


(4)

Kurniasih, Imas. (2010). Permainan Interaktif untuk meningkatkan kecerdasan anak, Jakarta: Gramedia

Martiningsih.(2007).Jenis-jenis Metode Pembelajaran, www.martiningsih-online.com, di akses pada Juni 2012

Moeslichatoen. (2004).Metode Pengajaran di Taman kanak-kanak :Jakarta Rineka Cipta

Muhadi, (2011). Penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Shira Media

Munandar, S.C. Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua). Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U.,(1995). Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta Muslihuddin dan Mubiar. (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi

Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal, Rizqi Press Bandung

Nurani Sujiono Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks Jakarta

Nurani sujiono Yuliani dan Sujiono Bambang. (2010) Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta:PT. Indeks

Nursisto. (1999).Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta : Mitra Gama Media Olds Feldman Papalia. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humaika Rachmawati Yeni dan Kurniati Euis. (2010) Strategi Pengembangan Kreativitas

Pada Anak. Jakarta:Kencana.

Roestiyah.(2001).Metode Diskusi Dalam Pembelajaran, www. Belajar mengajar online.co.id di akses pada Juni 2012


(5)

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Santoso, Sugeng. (2006). Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur. hlm. 95.

Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitaif R&D, Bandung, Alfabeta

Suhardjono. (2005:85). Kekurangan metode fieldtrip.(online). Dalam http//mariaulfah

Sujiono Bambang Dkk. (2010).Metode Pengembangan Fisik, universitas Terbuka Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis data Penelitian, Bandung, PT

Refika Aditama

Sokolova, V Irina, at.al. (2008). Kepribadian Anak Mengupas Tumbuh Kembang Kepribadian Anak Dalam Masa Perkembangannya. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Suherman, A. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung. FPOK UPI

Vera, Adelia.(2012). Metode mengajar anak di luar kelas (outdoor study). Yogjakarta: Diva Press

Wardani, Dani. Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. [online]. Tersedia http://episentrum.com/artikel/pengaruh-permainan-pada-perkembangan-anak/.

Wardhani, I. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/

http://re-searchengines.com/hendri11108.html


(6)

http://www.lintasbogor.com/2012/06/sekolah-bogor-raya-peduli-dengan-korban.html


Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF PADA ANAK KELOMPOK B Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Kreatif Pada Anak Kelompok B TK Az Zahra Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 2 18

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF PADA ANAK KELOMPOK B Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Kreatif Pada Anak Kelompok B TK Az Zahra Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 3 8

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA UNTUK ANAK TK KELOMPOK B TK Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Melalui Bermain Sepak Bola Untuk Anak TK Kelompok B TK Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun 2013/2

0 2 15

UPAYA MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN OUTDOOR PADA KELOMPOK A Upaya Mengembangkan Fisik Motorik Kasar Anak melalui Bermain Outdoor Pada Kelompok A TK Pertiwi Iii Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tahun Ajaran 2013/2014

0 1 17

UPAYA MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN OUTDOOR PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Mengembangkan Fisik Motorik Kasar Anak melalui Bermain Outdoor Pada Kelompok A TK Pertiwi Iii Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tahun Ajaran 2013/

0 1 11

MENINGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE KARYAWISATA : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TK Al Jamhari Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

1 11 34

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Al-Huda Kec. Cangkuang Kab. Bandung.

0 1 40

PENERAPAN METODE BERMAIN LASY UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TKA Al-Ukhuwwah Bandung.

2 10 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI GERAK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA GONDANG.

0 4 166

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN BOLA PADA ANAK KELOMPOK B TK KUNTUM KEDURUS SURABAYA SKRIPSI

0 1 12