MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Al-Huda Kec. Cangkuang Kab. Bandung.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Al-Huda Kec. Cangkuang Kab. Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh Elis Solihah

1010066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(3)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================= MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE

BERCERITA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Al-Huda Kec. Cangkuang Kab. Bandung)

Oleh Elis Solihah

1010066

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Elis Solihah

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA

Elis Solihah NIM : 1010066

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita. Tujuan umum dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara melalui penerapan metode bercerita Tujuan Khusus, 1. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda, sebelum diterapkan metode bercerita. 2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. 3. Untuk mengetahui kemampuan berbicara setelah diterapkan metode bercerita, anak TK di kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Adapun pengertian metoda bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman kanak-kanak (Metoda pengembangan bahasa 6.6. Nurbiana Dhieni, 2008).

Untuk memperoleh data mengenai tingkat kemampuan berbicara melalui metode bercerita. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kelas. Data yang dikumpulkan beberapa instrument yaitu observasi dan wawancara. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian yaitu kelompok B TK AL-HUDA yang berjumlah 10 laki-laki dan 10 perempuan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui metode bercerita, anak mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi selama 2 siklus, 2 kali pertemuan. Setiap siklus melakukan analisis dan melakukan perbaikan terhadap siklus berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas pengembangan berbicara mengalami peningkatan yang signifikan. Rekomendasi dari guru dalam kegiatan pembelajaran berbahasa hendaknya menggunakan media yang menarik serta sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.


(5)

ABSTRACT

IMPROVING SPEAKING ABILITY BY METHOD OF TELLING

Elis Solihah NIM: 1010066

Issues raised in this study is how to improve speaking skills through storytelling. The general objective of this study is how to improve speaking skills through the application of storytelling Special Purpose, 1 To determine the condition of objective speech kindergarten children in kindergarten group B Al-Huda, before applied storytelling. 2.For know the implementation steps in improving the ability of storytelling speaking kindergarten children in kindergarten group B Al-Huda Cangkuang District of Bandung Regency. 3 To determine the ability to speak after the applied method of storytelling, kindergarten children in group B at the Al-Huda Kindergarten Cangkuang District of Bandung Regency. The understanding of the method of storytelling is how the delivery or presentation of the material in the form of a story orally from teacher to students kindergarten (6.6 Method of language development. Nurbiana Dhieni, 2008).

To obtain data on the level of the ability to speak through storytelling. This study used research methods class. Data collected several instruments is observation and interviews. While the subject of the research group B TK AL-HUDA numbering 10 men and 10 women. The results obtained from this study indicate that through storytelling, the child has a better improvement. It can be seen based on the observation for 2 cycles, 2 meetings. Each cycle analysis and make improvements to the next cycle. Based on this research, the quality speaks development has increased significantly. Recommendation of the teacher in the learning activities of speaking should use the media interest and in accordance with the needs and characteristics of the child.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Asumsi ... 8

E. Definisi Operasional... 8

F. Penjelasan Istilah ... 12

BAB II MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA ... 14

A. Perkembangan Bahasa Anak ... 14

B. Konsep Perkembangan Bahasa Anak ... 17

1. Pengertian Bahasa... 17

2. Fungsi Bahasa ... 19

3. Bentuk Bahasa ... 21

4. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak ... 23


(7)

a. Pengertian Kemampuan Berbicara Anak ... 25

b. Perkembangan Berbicara ... 27

c. Tujuan Berbicara ... 28

d. Tahap Perkembangan Berbicara Anak ... 30

e. Tugas Utama dalam Belajar Berbicara ... 31

f. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 34

D. Metode Bercerita ………... 34

a. Pengertian Metode Bercerita ... 34

b. Tujuan Bercerita ... 34

c. Metode Bercerita ... 35

d. Fungsi Bercerita ... 37

e. Manfaat Metode Bercerita ... 37

f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita ... 38

g. Langkah-langkah Bercerita ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Lokasi Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian... 42

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 43

1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

2. Instrumen Penelitian ... 44

3. Analisis Data ... 49

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Kondisi Awal Kemampuan Berbicara Sebelum Menerapkan Metode Bercerita di TK Al-Huda Cangkuang ... 53


(8)

2. Pelaksanaan Kegiatan Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Melalui Metode Bercerita ... 56

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita ... 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Rekomendasi ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 77


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian………... 45 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Berbicara ... 49 Tabel 3.3 Daftar Subjek Penelitian ... 51 Tabel 4.1 Kondisi Awal Hasil Evaluasi Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Sebelum Diberi Tindakan

Kelompok B TK Al-Huda ……… 54

Tabel 4.2 Kondisi Awal Hasil Evaluasi Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Kelompok B TK Al-Huda …...…... 55 Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Kelompok B TK Al-Huda Siklus 1……….. 60 Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Kelompok B TK Al-Huda Siklus 1……… 61 Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Kelompok B TK Al-Huda Siklus 2 ……… 67 Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Kelompok B TK Al-Huda Siklus 2……… 68 Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Antara


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan 1 Desain Penelitian ………...…. 40 Gambar 3.2 Bagan 2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas …...…………... 41 Gambar 4.1 Kegiatan Bercerita Menggunakan Media

Buku Cerita Gambar Seri ……….……….... 59 Gambar 4.2 Kegiatan Bercerita Menggunakan Media


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penilaian Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Sebelum Tindakan……….……….. 55 Grafik 4.2 Penilaian Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siklus 1 …... 62

Grafik 4.3 Penilaian Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siklus 2 …... 69 Grafik 4.4 Hasil Penelitian Pada Kegiatan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kegiatan berkomunikasi pada prinsipnya adalah menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk lambang atau bentuk tulisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa juga merupakan anugrah dari Allah SWT. Melalui bahasa manusia dapat mengenal dan memahami dirinya makhluk yang sempurna dan dapat bergaul dalam pergaulan lingkungannya. Pada kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari bahasa, seperti untuk bergaul. Manusia tidak hanya berfikir dengan otaknya tetapi juga dituntut untuk menyampaikan dan mengungkapkan pikirannnya dengan bahasa.

Bahasa juga merupakan alat utama yang diandalkan manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pergaulan serta komunikasi dengan sesamanya. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan, sangat tergantung kemampuan dan keterampilan berbahasa. Kemampuan berbahasa seorang anak akan berkembang secara alamiah tanpa diajari oleh siapapun. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan (Dardjowidjojo, 2003).

Pada usia 4-7 tahun, tingkat kemampuan anak untuk berbahasa sudah mencapai taraf yang optimal. (Azhim 2002: 74) mengatakan bahwa, pengajaran bahasa kedua pada usia ini akan meringankan beban anak untuk mengikuti kegiatan belajar selanjutnya.

Usia anak-anak yang sekolah di Taman Kanak-kanak antara 4-6 tahun, usia ini termasuk usia peka untuk peletakkan pondasi dasar anak dalam berbagai hal salah satunya kemampuan berbicara melalui penerapan


(13)

metode bercerita. Daya tangkap dan rasa keingintahuan yang tinggi akan membuat kemampuan berbicara berjalan dengan baik dan cepat.

Menurut (Agustin 2008: 2-3), mengungkapkan bahwa, 50% kapasitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika anak berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun. Itulah sebabnya periode ini dinamakan periode emas (golden age).

Sejalan dengan pernyataan di atas, pendidikan nasional memiliki kebijakan, antara lain pada pasal 1 ayat 14 UU RI Nomor 20 tahun 2003 yang dinyatakan:

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sesuatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahirsampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut.

Pada dasarnya anak usia taman kanak-kanak adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan mempunyai karakteristik unik. Salah satu karakteristik yang unik tersebut yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap sesuatu yang ada di sekililingnya.

Pada usia ini, anak akan selalu banyak bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Secara spontan, anak akan langsung bertanya ketika melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Rasa ingin tahu dan antusias anak terhadap sesuatu yang dilihatnya akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara.

Berbicara merupakan sesuatu aspek dari kemampuan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Pada usia ini perkembangan bahasa anak akan tumbuh dengan cepat, menyebabkan anak aktif berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya, anak tertarik pada kata-kata baru. Hal ini akan menambah perbendaharaan


(14)

kosakata anak, kemampuan mengungkapkan isi pikiran melalui bahasa lisan, mengulang kalimat yang lebih komplek, membaca nama sendiri, dan menceritakan pengalaman yang dialami secara sederhana kepada guru, teman sebaya, maupun orang lain merupakan kemampuan yang dapat dibanggakan.

Anak yang memiliki kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam belajar, karena dengan berbicara anak akan mengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan pemikirannya secara lisan kepada orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan (Suhendar, 1992).

Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.

Pendapat tersebut diperkuatoleh (Elizabeth Hurlock, 1995), bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Demikian juga, menurut (Maliki, 2009), yang mengatakan bahwa kemampuan verbal dalam berbicara lisan merupakan kemampuan mengekspresikan bahan pembicaraan dalam bahasa kata-kata yang dimengerti banyak orang dan mudah dicerna.

Kemampuan berbicara dalam berbahasa dapat diperoleh mulai dari lingkungan kecil, keluarga, lingkungan sekitar dan sekolah. (Tarigan, 1988). Pendapat ini diperkuat oleh Siti Jubaedah (Hartini, 2005), yang menjelaskan bahwa kemampuan menyebutkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain, terutama orang tua. Setelah memasuki Taman Kanak-kanak (TK), teman sebaya sangat berperan membantu perkembangan bahasa anak. Melalui interaksi dalam kegiatan belajar dan bermain, anak secara tidak langsung belajar untuk mengembangkan kemampuan


(15)

berbicaranya. Hal ini akan terus berlangsung sesuai dengan kemampuan bicara anak seusianya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Cahyani, 2004: 65) bahwa anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran terhadap tingkahlaku, ekspresi dan pemerolehan perbendaharaan kata. Kemampuan berbicara anak dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku: menyapa, memperkenakan diri, bertanya, mendeskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka/tidak, meminta ijin, bantuan, mengemukakan alasan, memerintah atau menolak sesuatu. Namun ternyata, walaupun kemampuan berbicara secara lisan sering dianggap sebagai sebuah hal yang pasti dimiliki oleh anak (taken for granted), pada kenyataannya dibutuhkan sebuah stimulus yang terencana, agar kemampuan lisan anak berkembang dengan baik. Salah satu stimulus untuk merangsang kemampuan berbicara anak dapat diperoleh dengan cara membacakan cerita/mendongeng. Bercerita atau mendongeng memiliki banyak manfaat bagi anak, yaitu mengembangkan daya fikir, imajinasi, kemampuan berbicara, serta daya sosialisasi, karena melalui bercerita, anak dapat belajar mengakui kelebihan orang lain sehingga mereka menjadi lebih sportif.

Sesuai dengan tujuan pengembangan berbahasa anak TK menurut Soemantri (Hartini, 2005), yaitu agar anak mampu mengungkapkan bahasa sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa indonedia dengan baik.

Dengan demikian, kemampuan berbahasa merupakan salah satu lingkup pengembangan pada Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nomor 58 Tahun 2009. Dimana kemampuan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa indonesia.


(16)

Taman Kanak-kanak (TK) belum maksimal dan cenderung mendapat hambatan. Tidak semua anak mampu menguasai kemampuan berbicara. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara lisan ini dikarenakan beberapa alasan, salah satunya kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkemabangan anak. Rendahnya kemampuan berbicara anak terlihat dari kemampuan anak yang sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit mengemukakan pendapat sederhana, sulit memberi informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk bertanya, sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana, dan kemampuan kosakata anakpun masih terbatas.

Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan, khususnya di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Dalam beberapa aktivitas kelas, kemampuan berbicara anak masih belum optimal terlihat dari hal ini terlihat dari anak yang belum bisa menjawab pertanyaan (Apa, Mengapa, Dimana, Berapa, Bagaimana, dsb). Menjawab pertanyaan sederhana, mendengar dan menceritakan kembali cerita secara urut, menyebutkan nama benda yang diperlihatkan, membaca buku cerita bergambar dan menceritakannya.

Berdasarkan refleksi awal, melalui observasi dan diskusi dengan guru kelompok B sebagai solusi tindakan uuntuk memecahkan masalah belum optimalnya kemampuan berbicara di TK adalah dengan metode bercerita. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak taman kanak-kanak melalui metode bercerita. (Penelitian Tindakan Kelas di kelompok B TK Al-Huda).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara anak taman kanak-kanak melalui metode bercerita secara khusus dapat dipaparkan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini.


(17)

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK di kelompok B TK Al-Huda, sebelum diterapkan metode bercerita? 2. Bagaimana langkah-langkah penerapan meningkatkan kemampuan

berbicara melalui metode bercerita pada anak TK di kelompok B di TK Al-Huda?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara pada anak, setelah diberikan penerapan metode bercerita?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara melalui penerapan metode bercerita.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda, sebelum diterapkan metode bercerita.

2) Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

3) Untuk mengetahui kemampuan berbicara setelah diterapkan metode bercerita, anak TK di kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak seperti guru, anak/siswa, lembaga pendidikan/TK, orang tua, dan bagi peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:


(18)

a. Bagi Guru

1) Guru lebih mudah mengerjakan kemampuan berbicara pada anak karena menggunakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.

2) Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak, agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas berbicara.

3) Dapat meningkatkan kompetensi guru-guru sehingga pembelajaran lebih berkualitas.

4) Memberikan wawasan yang luas tentang bermacam-macam peran yang dilakukan di masyarakat serta informasi kehidupan sosial anak.

5) Menuturkan bermacam-macam pekerjaan yang ada di masyarakat, kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.

6) Termotivasi untuk memberikan cerita melalui gambar, peran, sandiwara boneka, dan media rotatun.

7) Dapat merencanakan jadwal bercerita pada anak. b. Bagi Anak/Siswa

1) Bisa memiliki nilai yang banyak bagi proses belajar dan perkembangan anak.

2) Dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam bercerita. 3) Dapat mengundang dan merangsang proses kognisi, khususnya

aktivitas berimajinasi.

4) Dilihat dari segi dunia anak yang kaya dengan kehidupan fantasi, bercerita merupakan suatu konsumsi yang sangat relevan bagi anak.

c. Bagi Lembaga Pendidikan/TK

Hasil penelitian diharapkan menjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, khususnya bagi TK Al-Huda, dalam rangka meningkatkan kualitas belajar, teritama


(19)

berbicara anak taman kanak-kanak. d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi kemampuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.

D. Asumsi

1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran agar lebih bermakna, dalam menyampaikan harus menyenangkan dan menggunakan media yang disukai anak.

2. Salah satu alat pembelajaran yang digunakan yaitu menggunakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna, dekat dengan lingkungan bermain anak, dan merupakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang digunakan ditaman kanak-kanak, maka alat permainan yang digunakan yaitu media buku cerita gambar seri.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini maka diperlukan definisi yang lebih operasional terhadap permasalahan yang menjadi fokus telaah dalam penelitian, antara lain:

1. Kemampuan Berbicara

a. Kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk mengubah wujud fikiran atau perasaan menjadi wujud bunyi bahasa yang bermakna. b. Kemampuan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi secara

lisan sebagai media bagi setiap individu untuk menuangkan ide, gagasan, dan pikiran kepada orang lain untuk berbagai kepentingan (Suherdar, 1992).

c. Indikator kemampuan berbicara dalam kurikulum TK sesuai Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2010, adalah:


(20)

Bagaimana, dsb. Berikut adalah:

a. Menjawab pertanyaan sederhana.

b. Mendengar dan menceritakan kembali cerita secara urut. c. Menyebutkan nama benda yang diperlihatkan.

d. Membaca buku cerita bergambar dan menceritakannya kembal. 2. Metode Bercerita

a. Pengertian Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hannya suatu dongeng untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik (Dhieni, 2008).

Adapun pengertian metoda bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman kanak-kanak (Dhieni, 2008).

b. Tujuan Bercerita

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengar dan diceritakannya.

Alasan peneliti menggunakan metoda bercerita dikarenakan metoda bercerita anak-anak lebih cepat menerima dan menanggapi pesan-pesan termasuk pesan yang peneliti ceritakan di bab I.

Dengan metoda bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat termasuk di TK, seorang pembawa cerita yang baik akan menjadikan cerita sebagai situasi yang menarik dan hidup.


(21)

Keterlibatan anak terhadap cerita akan memberikan suasana yang segar menarik dan menjadikan pengalaman yang unik bagi anak.

Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia TK karena melalui bercerita kita dapat dapat meningkatkan nilai keagamaan, Meningkatkan nilai-nilai budaya, meningkatkan nilai sosial, memahami etos kerja etos waktu dan etos alam, membantu mengembangkan pantasi anak, membantu mengembangkan demensi kognitif anak dan membantu mengembangkan demensi bahasa anak.

c. Fungsi Bercerita

Fungsi bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membntu kemampuan bercerita, dengan menambah pembendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya.

Bercerita dapat dijadikan metoda untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya.Kita mungkin masih ingat pada masa kecil dulu tidak segan-segannya orang tua selalu mengantarkan tidur anak-anaknya dengan cerita atau dongeng.Tidaklah mudah untuk dapat menggunakan metoda bercerita ini. Dalam bercerita seorang guru harus menerapkan beberapa hal, agar apa yang dipesankan dalam cerita itu dapat sampai kepada anak didik. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk memilih cerita dengan fokus moral, diantaranya.Pilih cerita yang mengandung nilai baik dan buruk yang jelas.

d. Manfaat Metode Bercerita


(22)

daya tangkap anak TK, melatih daya konsentrasi anak TK, mengembangkan daya imajinasi anak TK.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita

Adapun kelebihan metode bercerita antara lain: Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak, waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, pengaturan kelas menjadi lebih sederhana, guru dapat menguasai kelas dengan lebih mudah, dan Secara relatif tidak banyak mengeluarkan biaya.

Di samping kelebihan tentunya ada juga kekurangannya, antara lain:

a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru.

b. Kurang merangsang perkembangan kretifitas dan kemampuan anak untuk mengutarakan pendapatnya.

c. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah, sehingga sukar memahami tujuan pokok cerita.

d. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.

f. Langkah-langkah Bercerita

Kegiatan bercerita dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas dengan waktu kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit.

Langkah – langkah pelaksanaan bercerita tanpa alat. a. Anak mengatur tempat duduknya.

b. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita. c. Anak diberi kesempatan menyebutkan judul cerita. d. Anak mendengarkan guru bercerita.

e. Anak mengadakan evaluasi tentang isi cerita dengan percakapan.

f. Anak mendengarkan guru menyimpulkan isi cerita.


(23)

diceritakan oleh guru (Dhieni, 2008).

Dalam bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga menarik perhatian siswa. Adapun teknik-teknik bercerita yang dapat dilakukan diantaranya : a) membaca langsung dari buku cerita atau dongeng,b) menggunakan ilustrasi dari buku,c) menggunakan papan flaneld, d) menggunakan media boneka, e) menggunakan media audio visual.

F. Penjelasan Istilah

1. Kemampuan Berbicara

Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung.

Ada dua tipe perkembangan berbicara anak:

1. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (menolong) perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam kemampuan berpikirnya.

2. Socialized Speech, terjadi ketika anak interaksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak.

Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak,apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo” sebagai berikut:


(24)

1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya.

2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.

Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.

2. Metode Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan dengan cara penyampaian yang menarik.

Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seseorang anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita masa tersebut terjadi pada 4-6 tahun, sebagai berikut (Depdiknas, 2000: 5): 1. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi.

2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya, dan kata sambung.

3. Menunjukan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan kalimat sederhana.


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Al Huda yang beralamat di jalan Cirengit Rt. 04 Rw. 01, Tanjungsari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah anak Kelas B tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Bagan 1 Desain Penelitian (John Eliot dalam Muslihuddin)

Gambar 3.1

Siswa :

Kemampuan berbicara anak dilingkungan sekolah masih kurang

Guru :

Kurang menggunakan metode pembelajaran secara variatif

Menggunakan metode bercerita dengan

menggunakan boneka tangan

Kemampuan berbicara anak meningkat

Tindakan

Siklus II :

Bercerita menggunakan boneka tangan

Siklus I :

Bercerita menggunakan buku gambar cerita

Kondisi Akhir Kondisi


(26)

Adapun langkah-langkah dalam penelitian mengacu kepada model spiral sebagai berikut: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi; (5) Perencanaan Tindakan (Muslihuddin, 2010: 69). Langkah-langkah tersebut dapat di amati pada gambar di bawah ini:

Bagan 2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Muslihuddin (2010: 69)

Gambar 3.2 Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi SIKLUS

1

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi SIKLUS


(27)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan MC Taggart. Adapun jenisnya yaitu PTK partisipan karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan (Muslihuddin, 2009: 73), bahwa sejak perencanaan penelitian terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa dan serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di TK Al-Huda yaitu masih belum optimalnya kemampuan berbicara. Hal ini ditandai dengan belum mampunya anak dalam membedakan bahasa yang kasar dan sopan. Melihat kondisi TK tersebut peneliti berinisiatif untuk merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicaradi TK Al-Huda secara berkesinambungan sehingga diharapkan akan mampu mengembangkan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan kemampuan berbicara anak pun dapat tercapai dengan optimal.

Setelah mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Peneliti menyiapkan bahan-bahan penelitian sebelum melakukan penelitian di lapangan seperti menyiapkan surat ijin penelitian, mempersiapkan lembar observasi, menetapkan indikator dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH), media bercerita dan membuat rancangan tindakan dengan menentukan perlakuan yang akan diberikan pada anak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik setiap anak.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan implementasi isi dari rancangan pembelajaran yang sudah peneliti buat, dimana peneliti akan melihat


(28)

sejauhmana penguasaan guru serta respon anak terhadap tindakan yang diberikan. Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan Metode bercerita dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara.

c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan anak. Peneliti mengamati segala proses dalam aktivitas meningkatkan kemampuan berbicara dengan metode bercerita. Pengamatan dilakukan kontinyu dari siklus I sampai siklus yang diharapkan dapat tercapainya tujuan.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan memproses data, yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintetis. Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan refleksi dari siklus I dan II dan selanjutnya sampai ketercapaian perbaikan pembelajaran berhasil.dengan adanya refleksi peneliti dapat mengetahui ketercapaian dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Apabila kemampuan berbicara anak belum tercapai maka diulangi kembali dengan melakukan tahapan selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Pengumpulan data kualitatif dilakukan pada natural setting (kondisi yang alami) sumber data primer. dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu observasi dan wawancara.


(29)

a. Observasi

Observasi menurut (Muslihuddin, 2010: 60) kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauhmana efek tindakan telah mencapai sasaran.Observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak, respon anak terhadap pemanfaatan metode yang dilakukan oleh guru.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian yang pada pelaksanaan dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka.

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru untuk mengetahui kondisi guru, situasi sekolah, latar belakang siswa, bagaimana kemampuan berbicara, program yang digunakan dalammerangsang kemampuan berbicara, kendala yang dihadapi guru danupaya dalam meningkatkan kemampuan berbicara.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut (Arikunto, 2006: 160) merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lehih mudah dan hasilnnya lehih baik, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Instrumen yang digunakan dalam pedoman penelitian ini adalah pedoman observasi yang berbentuk rating scale, pedoman wawancara. Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini (Margono, 2002: 157):

a. Menganalisis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rinci dan jelas sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator, dalam hal ini


(30)

indikator kemampuan berbicara, peneliti menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seperti dalam Coopley.

b. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale dan pedoman wawancara penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara.

c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel.Indikator, butir item.teknik pengumpulan data dan sumber data. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Sub

Variabel Indikator Item/Pernyataan

Cara Pengumpula n Data Sumb er Data

1

Kemam-puan berbicara  Menja-wab perta-nyaan yang lebih kom-pleks 1. Menja-wab perta-nyaan seder-hana.  Menjawab pertanyaan tentang benda-benda di langit seperti matahari, bulan dan bintang.  Menjawab pertanyaan guru tentang kegunaan


(31)

2. Mende-ngar dan menceri -takan kembali cerita secara urut 3.Menyebut kan nama benda yang diperlihat kan. 4.Membaca buku cerita bergam-bar dan mencerita kanya matahari bulan dan bintang.  Mendengar-kan atau memperhati-kan cerita yang disampaikan guru.  Dapat menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar secara urut.  Menyebutkan nama-nama gambar alam semesta.  Anak membaca buku cerita melalui gambar.  Anak menghubung-kan gambar dengan simbol yang melambang-kannya. 2 Bercerita 

Persia-pan bercerita Rencana pembelaja-ran  Guru membuat rencana pembelajaran  Tema sesuai

dengan materi bercerita


(32)

 Kemam-puan bercerita  Pelaksa-naan Evaluasi dan penutup  Mempersiap-kan buku cerita atau majalah  Hangat dan

penuh antusias menghargai anak  Menarik perhatian anak  Mengatur posisi tempat duduk anak  Menguasai materi cerita  Cerita yang

sesuai dengan usia anak  Intonasi suara

guru jelas  Ekspresi guru

sesuai dengnan situasi cerita  Mengoptimalk an media dengan tepat  Konsentrasi dalam berceriata  Letak memunculkan humor  Dapat menjawab pertanyaan


(33)

bercerita anak

 Memberikan pertanyanan-pertanyaan kepada anak seputar isi dari isi cerita tersebut 

Mengembali-kan kondisi pembelajaran selanjutnya

1. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen peneliti yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada

indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(34)

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Berbicara No Indikator Item Pernyataan Nilai

B C K

1. Menjawab pertanyaan -Anak dapat menjawab

pertanyaan tentang gejala alam semesta (gejala alam seperti: siang, malam, hujan, panas).

-Anak dapat menjawab pertanyaan gejala alam yang merugikan seperti: banjir, longsor, kegunaan matahari, bintang, bulan, dan sebagainya. 2. Mendengar dan

menceritakan kembali cerita secara urut

-Anak dapat menceritakan kembali cerita yang telah di dengar secara urut.

-Anak dapat menyebutkan nama ( gambar gejala alam, benda-benda yang ada di langit). 3. Menyebutkan nama

benda yang diperlihatkan

-Anak dapat menghubungkan gambar dengan simbol. 4 Membaca buku cerita

bergambar dan menceritakannya

-Anak dapat membaca buku cerita melalui gambar.

Keterangan :

B: Baik (anak mampu melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru).

C: Cukup (anak mampu melakukan kegiatan pembelajaran, namun masih memerlukan sedikit bantuan guru.

K: Kurang (anak mampu melakukan kegiatan pembelajaran dan masih memerlukan stimulasi).

3. Analisis Data

Analisis data merupakan (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dengan melakukan beberapa tahapan


(35)

diantaranaya reduksi data, display data, dan kesimpulan (Sugiyono, 2008: 337).

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dicatat dan diteliti secara rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Peneliti akan menetapkan tujuan yang akan dicapai setiap akan mereduksi data.

2. Mendeskripsikan Data

Data yang sudah direduksi kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Mendeskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini data yang telah direfuksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh setiap aspek peningkatan kemampuan berbicara anak yang diteliti. 3. Membuat Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan data, peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan deskripsi data. Jika data itu sudah tersaji dengan jelas tetapi belum ditarik sebuah kesimpulan, maka data itu tidak berarti. Data yang telah terkumpul diinterpretasikan berdasarkan teori yang disesuaikan dengan hasil temuan. Hasil interpretasi disajikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya dan selanjutkan diimplementasikan pada proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, teknik validitas data menggunakan teknik dari hopkins (Wiraatmadja, 2008: 168-171) yaitu:

1. Melakukan member check, yakni memeriksa kembali kebenaran dan kesahihan keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain). Kegiatan ini dilakukan guna menguji konsistensi informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan narasi.


(36)

2. Triangulasi, yaitu kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada sumber lain, dalam hal ini guru pendamping dan pendapat ahli pada saat bimbingan berupa temuan-temuan penelitian dan penyusuran laporan.

3. Audit trail, yaitu memeriksa catatan yang ditulis oleh peneliti atau memeriksa kebenaran hasil dengan mendiskusikan dengan temuan sejawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas.

4. Expert opinion, mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pakar, dalam hal ini pembimbing untuk memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang terjadi di lapangan. E. Lokasi dan subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Al Huda yang ber- alamat di jl. Cirengit No 145 Desa tanjungsari kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Sedang yang menjadi subjek ini penelitian adalah anak kelompok B tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 anak, data anak dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Daftar Subjek Penelitian

No Nama Anak Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin

1 Ahmad Bandung, 22 Oktober 2007 L

2 Alifa Bandung, 03 Pebruari 2007 P

3 Dea Bandung, 13 Desember 2007 P

4 Erwin Bandung, 01 Juli 2007 L

5 Faizal Bandung, 5 Agustus 2007 L

6 Fauzan Bandung, 20 Mei 2007 L

7 Fauzi Bandung,04 Januari 2007 L

8 Gatan Bandung,1o Desember 2007 L

9 Ibnu Bandung, 15 Maret 2007 L


(37)

11 Isni Bandung, 28 Juni 2007 P

12 Jihan Bandung, 29 Agustus 2007 P

13 Mufti Bandung, 21 Desember 2007 L

14 Nagita Bandung, 15 September 2007 P

15 Rafi Bandung,11 Mei 2007 L

16 Raihan Bandung, 15 juli 2007 L

17 Revan Bandung, 17 November 2007 L

18 Riki Bandung, 17 Agustus 2007 L

19 Wulan Bandung, 10 Juli 2007 P


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan beberapa tindakan yaitu kondisi awal dan 2 siklus juga berdasarkan pada seluruh pembahasan dari penelitian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita akan meningkat. Peningkatan dari hasil kemampuan berbicara di Kelompok B TK AL HUDA Cangkuang. Kondisi awal 5% kemudian di siklus I meningkat 25% dan pada siklus ke II meningkat menjadi 75%.

Dari hasil peningkatan tersebut diatas maka indikator penelitian ini cukup berhasil meskipun tidak terlalu meningkat pesat. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah Menyebutkan nama-nama gambar alam semesta, Anak membaca buku cerita melalui gambar, Anak menghubungkan gambar dengan simbol yang melambangkannya.

Terjadi perubahan peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercerita dengan aktifitas siswa.

1. Peningkatan kemampuan berbicara TK AL-HUDA mengalami ketuntasan dalam pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercerita sebesar 75% yang ditandai dengan perolehan maksimal.

B. Rekomendasi

Dilihat dari hasil penemuan penelitian, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini.

Adapun rekomendasi tersebut antara lain ditunjukan bagi : 1. Bagi Sekolah

a. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang lebih ditingkatkan lagi, agar guru lebih nyaman dan terfasilitasi dalam


(39)

memberikan pembelajaran anak didiknya, begitu juga dengan anak, agar anak-anak lebih antusias dan nyaman dalam belajar di kelas. b. Pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan orangtua serta

masyarakat atau praktisi yang peduli pada perkembangan bahasa, sehingga menambah wawasan bagi anak dan gurunya.

2. Guru

a. Sebagai fasilitator anak ketika belajar guru hendaknya lebih kreatif lagi dan berusaha untuk membuat kegiatan belajar anak menjadi menyenangkan dan menambah pengetahuan anak.

b. Dalam pengembangan kemampuan berbicara dalam berbicara guru hendaknya menggunakan metode yang lebih bervariatif. Seperti menggunakan metode bercerita yang membuktikan anak dapat memperhatikan dengan baik dan juga lebih memahami kebutuhan atau kemampuan anak.

3. Peneliti Berikutnya

Adanya hasil penelitian yang membuktikan bahwa melalui metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada taman kanak-kanak, diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat mengangkat kembali permasalahan yang ada tetapi dengan metode-metode yang lebih baik lagi.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, N (2001). Filsafat Pendidikan islam, cet ke-4. Jakarta: Loges Wacana Ilmu. Ahmad, T. (2003). Metodologi Pengajaran Islam, Cet ke-7. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Daeng, S dan Dini P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak (Bagian II). Depok: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga akademik.

Dhieni, N. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat penerbitan universitas terbuka.

EliyawatiSumber Belajar untuk Anak Usia Di, C (2005). Pemilihan dan pengembangan Sumber belajar untuk anak Usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Direktorat pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat pembinaan TK/SD

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Pengembangan Anak. Jakarta: erlangga Majalah Anak Pintar dakwah (2014). Jakarta: PT. Anak Pintar Indonesia.

Hidayat Otib Satibi. (2007). Metode Pengembangan moral dan nilai agama. Jakarta; Universitas Terbuka.

Notoatmojo. 920050. Metode Pengembangan moral dan Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

diantaranaya reduksi data, display data, dan kesimpulan (Sugiyono, 2008: 337).

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dicatat dan diteliti secara rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Peneliti akan menetapkan tujuan yang akan dicapai setiap akan mereduksi data.

2. Mendeskripsikan Data

Data yang sudah direduksi kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Mendeskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini data yang telah direfuksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh setiap aspek peningkatan kemampuan berbicara anak yang diteliti.

3. Membuat Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan data, peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan deskripsi data. Jika data itu sudah tersaji dengan jelas tetapi belum ditarik sebuah kesimpulan, maka data itu tidak berarti. Data yang telah terkumpul diinterpretasikan berdasarkan teori yang disesuaikan dengan hasil temuan. Hasil interpretasi disajikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya dan selanjutkan diimplementasikan pada proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, teknik validitas data menggunakan teknik dari hopkins (Wiraatmadja, 2008: 168-171) yaitu:

1. Melakukan member check, yakni memeriksa kembali kebenaran dan kesahihan keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain). Kegiatan ini dilakukan guna menguji konsistensi informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan narasi.


(2)

Elis Solihah, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Triangulasi, yaitu kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada sumber lain, dalam hal ini guru pendamping dan pendapat ahli pada saat bimbingan berupa temuan-temuan penelitian dan penyusuran laporan.

3. Audit trail, yaitu memeriksa catatan yang ditulis oleh peneliti atau memeriksa kebenaran hasil dengan mendiskusikan dengan temuan sejawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas.

4. Expert opinion, mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pakar, dalam hal ini pembimbing untuk memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang terjadi di lapangan.

E. Lokasi dan subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Al Huda yang ber- alamat di jl. Cirengit No 145 Desa tanjungsari kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Sedang yang menjadi subjek ini penelitian adalah anak kelompok B tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 anak, data anak dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Daftar Subjek Penelitian

No Nama Anak Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin

1 Ahmad Bandung, 22 Oktober 2007 L

2 Alifa Bandung, 03 Pebruari 2007 P

3 Dea Bandung, 13 Desember 2007 P

4 Erwin Bandung, 01 Juli 2007 L

5 Faizal Bandung, 5 Agustus 2007 L

6 Fauzan Bandung, 20 Mei 2007 L

7 Fauzi Bandung,04 Januari 2007 L

8 Gatan Bandung,1o Desember 2007 L

9 Ibnu Bandung, 15 Maret 2007 L


(3)

11 Isni Bandung, 28 Juni 2007 P

12 Jihan Bandung, 29 Agustus 2007 P

13 Mufti Bandung, 21 Desember 2007 L

14 Nagita Bandung, 15 September 2007 P

15 Rafi Bandung,11 Mei 2007 L

16 Raihan Bandung, 15 juli 2007 L

17 Revan Bandung, 17 November 2007 L

18 Riki Bandung, 17 Agustus 2007 L

19 Wulan Bandung, 10 Juli 2007 P


(4)

Elis Solihah, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan beberapa tindakan yaitu kondisi awal dan 2 siklus juga berdasarkan pada seluruh pembahasan dari penelitian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita akan meningkat. Peningkatan dari hasil kemampuan berbicara di Kelompok B TK AL HUDA Cangkuang. Kondisi awal 5% kemudian di siklus I meningkat 25% dan pada siklus ke II meningkat menjadi 75%.

Dari hasil peningkatan tersebut diatas maka indikator penelitian ini cukup berhasil meskipun tidak terlalu meningkat pesat. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah Menyebutkan nama-nama gambar alam semesta, Anak membaca buku cerita melalui gambar, Anak menghubungkan gambar dengan simbol yang melambangkannya.

Terjadi perubahan peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercerita dengan aktifitas siswa.

1. Peningkatan kemampuan berbicara TK AL-HUDA mengalami ketuntasan dalam pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercerita sebesar 75% yang ditandai dengan perolehan maksimal.

B. Rekomendasi

Dilihat dari hasil penemuan penelitian, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini.

Adapun rekomendasi tersebut antara lain ditunjukan bagi : 1. Bagi Sekolah

a. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang lebih ditingkatkan lagi, agar guru lebih nyaman dan terfasilitasi dalam


(5)

memberikan pembelajaran anak didiknya, begitu juga dengan anak, agar anak-anak lebih antusias dan nyaman dalam belajar di kelas. b. Pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan orangtua serta

masyarakat atau praktisi yang peduli pada perkembangan bahasa, sehingga menambah wawasan bagi anak dan gurunya.

2. Guru

a. Sebagai fasilitator anak ketika belajar guru hendaknya lebih kreatif lagi dan berusaha untuk membuat kegiatan belajar anak menjadi menyenangkan dan menambah pengetahuan anak.

b. Dalam pengembangan kemampuan berbicara dalam berbicara guru hendaknya menggunakan metode yang lebih bervariatif. Seperti menggunakan metode bercerita yang membuktikan anak dapat memperhatikan dengan baik dan juga lebih memahami kebutuhan atau kemampuan anak.

3. Peneliti Berikutnya

Adanya hasil penelitian yang membuktikan bahwa melalui metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada taman kanak-kanak, diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat mengangkat kembali permasalahan yang ada tetapi dengan metode-metode yang lebih baik lagi.


(6)

Elis Solihah, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, N (2001). Filsafat Pendidikan islam, cet ke-4. Jakarta: Loges Wacana Ilmu. Ahmad, T. (2003). Metodologi Pengajaran Islam, Cet ke-7. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Daeng, S dan Dini P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak (Bagian II). Depok: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga akademik.

Dhieni, N. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat penerbitan universitas terbuka.

EliyawatiSumber Belajar untuk Anak Usia Di, C (2005). Pemilihan dan pengembangan Sumber belajar untuk anak Usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Direktorat pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat pembinaan TK/SD

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Pengembangan Anak. Jakarta: erlangga Majalah Anak Pintar dakwah (2014). Jakarta: PT. Anak Pintar Indonesia.

Hidayat Otib Satibi. (2007). Metode Pengembangan moral dan nilai agama. Jakarta; Universitas Terbuka.

Notoatmojo. 920050. Metode Pengembangan moral dan Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B Tk Pertiwi I Pandeyan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BUKU CERITA PADA SISWA KELOMPOK B TK ABA Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Buku Cerita Pada Siswa Kelompok B Tk Aba Sabrang 2 Delanggu Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 13

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

0 3 35

MENINGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE KARYAWISATA : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TK Al Jamhari Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

1 11 34

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENALKAN KONSEP MEASUREMENT (PENGUKURAN) ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok TK B di TK Islam Nur Al Rahman Cimahi.

0 2 37

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK TK MELALUI MEDIA MANIK-MANIK: Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B di TK Kartika Siliwangi 9 Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

0 3 42

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK KELOMPOK B MELALUI PERMAINAN POHON HURUF : Penelitian Tindakan Kelas di TK Nurhayati Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

0 3 37

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B MELALUI METODE BERCERITA DI TK Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Melalui Metode Bercerita Di TK Jatirejo Ngargoyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011–2012.

0 0 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK Al-Hidayah Kec. Bungbulang Kab. Garut Tahun ajaran 2013-2014.

0 2 24

PENERAPAN METODE BERMAIN KREATIF PADA OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN KREATIVITAS ANAK : Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung.

0 0 61