PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA: Studi Deskriptif pada Organisasi HMI dan PMKRI di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

(1)

PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA

(Studi Deskriptif pada Organisasi HMI dan PMKRI di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegraan

Oleh:

FETY NOVIANTY

NIM. 1103881

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

========================================================== ========

Peran Organisasi Mahasiswa Ekstra

Universiter Dalam Membina

Kerukunan Antarumat Beragama

Oleh Fety Novianty

S.Pd STKIP PGRI Pontianak, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Fety Novianty 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Fety Novianty (1103881). Peran Organisasi Mahasiswa Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Deskriptif pada Organisasi HMI dan PMKRI di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat).

Pada hakikatnya penelitian ini merupakan penelitian tentang bagaimana peran yang dilakukan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang berbeda visi dan misi maupun dari segi agama anggotanya dalam melaksanakan kegiatan sosial di masyarakat yang multi etnis dalam upaya untuk membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual mengenai peran yang dilakukan oleh mahasiswa, realita tentang kerukunan masyarakat setempat, pandangan masyarakat terhadap peran yang dilakukan oleh para mahasiswa serta upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa tersebut bersama masyarakat dan pemerintah untuk membina kerukunan antar umat beragama yang ada di masyarakat Kalimantan Barat khususnya yang ada di Kecamatan Sungai Ambawang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dan data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi literatur, studi dokumentasi dan catatan lapangan. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Ketua dan anggota dari organisasi HMI dan PMKRI, Bapak Camat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, serta Masyarakat yang berdomisili di wilayah Kecamatan Sungai Ambawang. Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas tiga alur kegiatan yang terdiri secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa peran yang dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI dapat memberikan motivasi bagi masyarakat dalam membina sikap kepedulian dan kemanusiaan; melestarikan budaya leluhur seperti sikap gotong royong, kerjasama, toleransi dan saling menghargai serta sikap kebersamaan yang menjadi perekat hubungan sosial di masyarakat. Dengan demikian realitas kerukunan yang ada di masyarakat setempat sudah sangat terkonsepkan dengan sangat baik dilihat dari adanya berbagai kegiatan yang mengarah kepada keharmonisan hidup. Semua kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan secara terus menerus oleh para mahasiswa, masyarakat maupun pemerintah untuk kedepannya agar kerukunan antar umat beragama dapat selalu terjaga dan terbina dengan baik di kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.

Rekomendasi yang dapat diajukan adalah agar organisasi HMI dan PMKRI semakin sering melakukan kegiatan sosial serta melakukan diaog bersama dengan masyarakat dalam rangka menjalin komunikasi yang lebih baik lagi serta aktif bekerjasama dengan pemerintah sebagai usaha untuk mencegah konflik dalam membina kerukunan antar umat beragama yang ada di wilayah Kalimantan Barat.


(6)

ABSTRACT

Fety Novianty (1103881). Role of Student Organizations in Fostering Inter-Religious Harmony (HMI Descriptive Study on Organization and Society PMKRI in Ambawang River District, Kubu Raya District, West Kalimantan).

In essence, this is a research study on the role carried out by the students who are members of the organization of Islamic Students Association (HMI) and the Catholic Student Association of the Republic of Indonesia (PMKRI) different vision and mission as well as members of the religious aspect in conducting social activities in multi-ethnic communities in efforts to foster inter-religious harmony in society. This study aims to obtain factual overview of the role performed by the students, the reality of the local community harmony, society's view of the role performed by the students as well as any attempt to do by the students with the community and government to foster inter-religious harmony in the community of West Kalimantan, especially those in the River District Ambawang.

This study used a qualitative approach with descriptive study method and data obtained through observation, interviews, literature study, field study documentation and records. That is the subject of this research is the Chairman and members of the organization HMI and PMKRI, Father District, Religious Leaders, Indigenous People, and the People who live in the District Ambawang River. The data analysis technique used consists of three activities comprising grooves simultaneously, namely data reduction, data display, conclusion drawing / verification. From the analysis of the above data it can be concluded that the role played by organizations HMI and PMKRI can provide motivation for the community in fostering attitudes and humanitarian concern; preserve ancestral culture as attitudes mutual assistance, cooperation, tolerance and mutual respect and an attitude of togetherness that the glue of social relations in society. Thus the reality that there is harmony in the local community has been very terkonsepkan with excellent views of the various activities that lead to a harmonious life. All of this activity is an effort that must be done continuously by the students, the public and government for the future that inter-religious harmony can be maintained and nurtured well in the life of the community, the nation and the State.

Recommendations that can be made is that organizations are increasingly being HMI and PMKRI social activities as well as doing The dialog with the community in order to establish better communication and active collaboration with the government in an effort to prevent conflicts in fostering inter-religious harmony in the region of West Kalimantan .


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………. v

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ……….. viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ………. x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ..………...………. 1

B. Rumusan Masalah …..………...………... 10

C. Tujuan Penelitian ………...………...……… 11

D. Manfaat Penelitian ………...…...……….. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 14

A. Kajian tentang Organisasi Mahasiswa ………. 14

1. Pengertian Peranan Organisasi ……….. 14

2. Jenis Organisasi Mahasiswa ……….. 20

3. Ciri- ciri Organisasi Mahasiswa ……… 21

4. Asas- asas yang ada dalam suatu Organisasi ………. 24

B. Kajian tentang Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ……… 26

1. Sejarah Berdirinya Organisasi HMI ………. 26

2. Visi dan Misi Organisasi HMI ….……… 32

C. Kajian tentang Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia ……… 34

1. Sejarah berdirinya PMKRI ……….. 34


(8)

D. Urgensi Organisasi HMI dan PMKRI dalam Kehidupan Masyarakat .. 38

E. Kajian tentang Kerukunan Antar Umat Beragama ……… 41

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kerukunan Antar Umat Beragama ……… 41

2. Kerukunan antar Umat Beragama di Indonesia ………... 45

a. Kerukunan Intern Umat Beragama ……… 48

b. Kerukunan Antar Umat Beragama ………..…... 50

c. Kerukunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah ………. 52

3. Kerukunan antar Umat Beragama Sebagai Wujud Sikap Toleransi ……….. 55

4. Kerukunan Umat Beragama sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan ……… 59

F. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 61

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 61

2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 68

3. Domain Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 72

a. PKn sebagai Domain Kurikuler ……… 73

b. PKn sebagai Domain Akademik ………... 74

c. PKn sebagai Domain Sosial Kultural ……… 76

4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ……… 78

G. Hasil Penelitian Lain yang Relevan ……….. 82

BAB III METODE PENELITIAN ………...………. 86

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 86

1. Lokasi Penelitian ……….. 86

2. Subjek Penelitian ……….. 87

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 89

1. Pendekatan Penelitian ……….. 89


(9)

C. Definisi Operasional ……….. 93

1. Organisasi Mahasiswa ………. 93

2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ……… 94

3. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia ……… 95

4. Kerukunan Antar Umat Beragama ……….. 95

5. Kerukunan antar Umat Beragama sebagai bagian dari PKn di Masyarakat ………...……… 96

D. Indtrumen Penelitian ………. 97

E. Teknik Pengumpulan Data ……….... 98

1. Observasi ………. 99

2. Wawancara ……….. 101

3. Studi Dokumentasi ……….. 104

4. Studi Literatur ………. 102

5. Triangulasi Data ……….. 104

F. Teknik Analisa Data ………. 106

1. Reduksi Data ……….. 107

2. Display Data ……… 108

3. Kesimpulan atau Verifikasi ………. 109

G. Uji Validitas Data Penelitian ………. 110

1. Credibility ……… 110

2. Transferability ………. 111

3. Depenability ……… 112

4. Confirmability ………. 112

a. Survey pendahuluan ……….. 112

b. Menyusun rancangan penelitian ……… 113

c. Mengurus perijinan ……… 113

H. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ………. 114

1. Tahap Orientasi ……… 114

2. Tahap Eksplorasi ………. 115


(10)

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 117

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 118

1. Sejarah Singkat Organisasi HMI Pontianak ………... 118

a) Sejarah berdirinya HMI di Pontianak ……… 118

b) Visi dan Misi Organisasi HMI ……….. 120

2. Sejarah singkat Organisasi PMKRI Pontianak ………... 121

a) Sejarah berdirinya Organisasi PMKRI Pontianak ……… 121

b) Visi dan Misi Organisasi PMKRI ………. 123

3. Gambaran wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ……….. 125

4. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Setempat ………. 126

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 129

1. Seperti apa Peran yang Dilakukan oleh Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI) dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat………. 129

2. Bagaimanakah Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama pada Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ……… 134

3. Bagaimanakah Pandangan Masyarakat Terhadap Peran Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI) yang Dilakukan Melalui Kegiatan Sosial di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama ………. 145

4. Upaya yang Dilakukan Oleh Organisasi HMI dan PMKRI Beserta Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama ……… 148


(11)

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 161

1. Seperti apa Peran yang Dilakukan oleh Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI) dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat………. 161

a) Motivasi Kemanusiaan……… 162

b) Melestarikan nilai- nilai warisan leluhur bangsa …..…………165

c) Perekat hubungan sosial ……….………. 171

2. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama pada Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ……….. 171

a) Realitas hubungan antar umat beragama ……… 171

b) Partisipasi keagamaan ………...……….. 174

c) Solidaritas pertemanan ………..………. 177

d) Kedewasaan beragama ……… 180

3. Bagaimanakah Pandangan Masyarakat Terhadap Peran Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI) yang Dilakukan Melalui Kegiatan Sosial di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama ………...……….. 188

4. Upaya yang Dilakukan Oleh HMI dan PMKRI beserta Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama ……..……….. 193

a) Upaya yang dilakukan oleh kedua organisasi (HMI DAN PMKRI) ………..………. 193 b) Upaya yang dilakukan oleh masyarakat maupun tokoh agama ………..………. 196

c) Upaya PKn yang dilakukan dalam pendidikan formal maupun non formal ……….. 203


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDSI ……….. 216

A. Kesimpulan ………. 216

1. Kesimpulan Umum ……… 216

2. Kesimpulan Khusus ………... 220

B. Rekomendasi ………... 223

DAFTAR PUSTAKA ……… 225


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk di daerah kita terdapat beberapa jenis agama yang berbeda. Dari satu sisi, perbedaan-perbedaan yang ada dilihat dan dinilai sebagai kekayaan bangsa dimana para penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai atau menghormati, saling belajar, serta memperkaya dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dan keimanan masing-masing. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, tetapi dilihat dan dijadikan sebagai pembanding, pendorong, bahkan penguat dan pemurni apa yang dimiliki. Kaum beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya bisa hidup bersama dengan rukun dan damai selalu, bisa bersatu, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi.

Berdasarkan . sumber (http://stpakambon.wordpress.com/membangun-kerukunan-dan-toleransi-antar-umat-beragama-di-maluku akses 10 Oktober 2012) bahwa dalam sejarah kehidupan umat beragama, sering terjadi bahwa perbedaan keagamaan dan keimanan dijadikan sebagai pemicu atau alasan pertentangan dan perpecahan. Di banyak tempat, termasuk di Maluku, telah terjadi konflik berdarah yang menelan banyak korban manusia dan harta benda, serta menghancurkan sendi-sendi kehidupan di berbagai bidang, di lingkungan kita. Unsur-unsur keagamaan dijadikan sebagai pemicu dan sasaran penghancuran dalam konflik tersebut.


(14)

Dari pendapat diatas dapat penulis lihat bahwa kemajemukan agama yang ada di Indonesia, selain menjadi kekayaan budaya dapat pula berpotensi mencuatkan konflik sosial antarumat beragama yang bisa mengancam keutuhan Negara Republik Indonesia, terutama bila kemajemukan tersebut tidak disikapi secara arif dan bijaksana serta dikelola secara baik.

Sebagaimana ditegaskan dalam peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 2006 bahwa

Kerukunan antarumat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasai toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari kutipan diatas jelas bahwa kerukunan disini merupakan suatu kemauan untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan tertib yang dilandasi dengan sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati dengan pemeluk agama lain sehingga tercipta suasana kedamaian, ketertiban dan ketentraman, tanpa adanya pertikaian dan pertengkaran.

Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah Indonesia yang berpenduduk sangat heterogen dan memiliki intensitas konflik yang tinggi. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menyebutkan sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1999 telah terjadi sepuluh kali konflik. Konflik terbesar pada tahun 1997 di Sanggau Ledo dan tahun 1999 terjadi di Sambas. Kedua konflik ini merupakan salah satu bukti pengalaman sejarah kelam dalam hubungan sosial etnis antarmasyarakat Kalimantan Barat. Namun, konflik etnis yang terjadi bukan tidak mungkin dapat menimbulkan konflik antarumat beragama. Bahkan mungkin bisa dikatakan di dalam konflik etnik sebetulnya juga terjadi konflik agama. Karena antara etnik dan agama keduanya sulit dipisahkan, seperti dua sisi mata uang.

Kecamatan Sungai Ambawang, Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah Kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat. Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam etnik dan agama. Etnik terbesar meliputi etnik Melayu dan Dayak dan etnik kecil lainnya seperti


(15)

Madura, Jawa, Bugis, Batak, dan Cina. Sampai saat ini masyarakat di Kecamatan ini relatif damai dan termasuk masyarakat yang terbuka, damai karena mereka mampu meredam konflik di permukaan. Namun, berdasarkan wawancara pada survey awal, di Kecamatan Sungai Ambawang ini pernah terjadi konflik dalam penempatan wilayah tempat tinggal dan pendirian rumah ibadah. Seperti yang terlihat sekarang, pemukiman tempat tinggal serta sarana ibadah yang didirikan di kecamatn ini dikelompokkan berdasarkan etnis dan agama yang dianut oleh penduduk setempat.

Dalam penempatan tempat tinggal dan rumah ibadah ini, etnis yang mendominasi adalah Dayak dengan mayoritas agamanya Kristen, kemudian Melayu yang terdiri dari suku Madura, Jawa, Bugis dan yang identik dengan Islam, serta etnis Cina yang identik dengan aliran kepercayaannya. Dengan adanya pengkotakan wilayah berdasarkan etnis dan agama ini, sebetulnya pada masyarakat kecamatan Sungai Ambawang telah terjadi kecurigaan antaretnis atau antarumat beragama. Hal inilah yang harus disikapi secara bijaksana oleh masyarakat Kalimantan Barat yang dalam hal ini ditujukan kepada masyarakat dan kaum pemuda agar ke depannya kerukunan akan dapat terus terbina sehingga tidak akan mencuatkan konflik kembali di masa yang akan datang.

Mahasiswa atau kaum pemuda disini memilki peran dan tanggung jawab ideologis sebagai pewaris utama perjuangan bangsa maupun tanggung jawab profesional yang dipersiapkan menjadi ahli dalam bidang-bidang tertentu agar berperan aktif dalam proses pembangunan (Lindra Sabana, 2003). Di sini jelas bahwa mahasiswa adalah kaum pemuda sebagai bagian dari masyarakat yang mendapatkan pendidikan tinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak di seluruh aspek kehidupan serta merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis, politik dan dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa juga merupakan cendekiawan masa depan yang nantinya akan terjun ke dunia nyata (masyarakat).


(16)

Menurut M. Rusli Karim (1985:318) bahwa dengan berorganisasi bagi mahasiswa adalah merupakan proses dalam menyiapkan diri untuk memasuki organisasi yang lebih besar setelah keluar dari perguruan tinggi. Jika saat berorganisasi mahasiswa telah tertanam kebiasaan disiplin dan patuh terhadap segala tata krama di dalam organisasi diharapkan tumbuh pula kesadaran macam itu kelak setelah terjun ke masyarakat. Seperti yang kita ketahui dalam dunia Perguruan Tinggi terdapat beberapa organisasi mahasiswa yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri, salah satunya adalah organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Himpunan mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi tertua di Indonesia, yang anggotanya terdiri dari mahasiswa yang beragama muslim, organisasi ini tersebar diseluruh wilayah Indonesia, salah satunya yang dibentuk di propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan wawancara awal, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi HMI tidak sebatas pada kegiatan pengkaderan saja tetapi juga diisi dengan kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan tersebut seperti bakti sosial di lingkungan masyarakat yang ada di daerah pedesaan, kegiatan penggalangan donor darah, penggalangan dana untuk membantu masyarakat yang tertimpa musibah, serta kegiatan bakti sosial lainnya yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

Dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh HMI tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang beragama muslim saja tetapi juga untuk semua masyarakat yang beragama non muslim. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ati Fathan Sarifallah (2006) bahwa dengan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam ini bukan semata-mata untuk memihak keberadaan salah satu agama yang berkembang di Indonesia melainkan sebagai suatu wadah yang dapat menyatukan visi dan misi kaum pemuda yang dalam hal ini adalah mahasiswa agar dapat memberikan suatu yang terbaik dari setiap kegiatan yang dilakukan di masyarakat.


(17)

Berdasarkan keterangan awal dari sekretaris HMI cabang Pontianak, pada saat pelaksanaan kegiatan di Kecamatan Sungai Ambawang, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh HMI ini kurang mendapatkan respon positif dari masyarakat yang beragama non muslim. Karena pada dasarnya, masyarakat yang beragama non muslim beranggapan bahwa HMI hanyalah organisasi yang memfokuskan kegiatannya kepada masyarakat yang beragama Islam saja, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan di daerah kecamatan Sungai Ambawang ini yang mayoritas penduduknya beragama non muslim terlihat enggan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan. Tetapi hal ini tidak memudarkan semangat HMI untuk tetap melakukan kegiatan-kegiatan sosialnya dimasyarakat.

Dari munculnya hal tersebut, maka organisasi HMI ini berusaha untuk menjalin komunikasi dengan organisasi mahasiswa lainnya seperti Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang ada di Kalimantan Barat untuk bekerja sama dalam kegiatan sosial yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang. Dengan harapan dari kegiatan sosial yang mereka lakukan di lingkungan masyarakat agar tidak terjadi kesalah-pahaman dan kecumburan sosial antar etnik maupun antar umat beragama yang dapat menimbulkan konflik di daerah setempat. Dengan demikian, kedua organisasi mahasiswa ini dapat menjadi suatu jembatan bagi terciptanya komunikasi yang lebih baik antar mahasiswa maupun masyarakat yang berbeda etnik dan agama dalam lingkungan tersebut.

Dari adanya permasalahan diatas apabila hal ini dibiarkan dan tidak diatasi, maka akan menimbulkan kesenjangan bagi kehidupan umat beragama yang ada di daerah setempat, terutama bagi masyarakat yang beragama muslim yang merasa tidak dihargai dalam hal ini sehingga dapat mencuatkan konflik baik itu antaretnis maupun antarumat beragama. Maka dari itulah peran dari organisasi HMI dan PMKRI ini sangat diperlukan agar dapat mengatasi kesenjangan yang ada pada masyarakat tersebut, dengan harapan agar dari kegiatan yang mereka lakukan dapat memberikan dampak positif dalam membina kerukunan antar umat beragama di daerah tersebut.


(18)

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Andreas A. Yewangoe dalam Agama dan Kerukunan (2010:11) kita harus optimis bahwa mahasiswa mampu tampil sebagai garda depan pengembangan toleransi dalam rangka peningkatan kerukunan umat beragama. Sebab, mahasiswa adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, sehingga persoalan-persoalan yang dikemukakan di atas, juga menjadi keprihatinan mereka. Pergaulan mereka yang secara umum cenderung tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan, kiranya dapat membantu untuk mengambil jarak dari persoalan-persoalan dan sanggup pula memberikan solusi-solusi yang dapat memberikan manfaat bagi semua orang.

Mengkaji persoalan kerukunan antar umat beragama berarti ada problem moralitas individu atau masyarakat yang dikaji kembali secara kritis. Moralitas disini berkenaan dengan tingkah laku yang kongkret, terutama adanya sikap toleransi, menghargai dan menghormati. Hal ini pula yang seharusnya dipahami oleh para mahasiswa khususnya dan masyarakat Kalimanatan Barat pada umumnya.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Parsons (dalam Nanang Martono, 2012: 49) bahwa, setiap sistem sosial diperlukan persyaratan fungsional yaitu setiap makhluk sosial harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dengan tuntutan transformasi pada setiap kondisi tindakan warga (adaption). Berikutnya, tindakan warga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian pernyataan lain dalam interaksi antara warga setidaknya harus ada satu tingkat solidaritas, agar struktur sistem sosial berfungsi dengan baik. Hal ini sejalan pula dengan (Depdiknas, 2003:2) bahwa teori Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mengajarkan tentang bagaimana manusia harus hidup berdampingan secara damai tanpa melihat adanya perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Konteks kerukunan antarumat beragama ini merupakan salah satu dimensi dari Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia. Menurut Winataputra (2001, 2007) bahwa dalam Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga domain


(19)

yaitu pendidikan kewarganegaraan persekolahan, pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan dan pendidikan kewarganegaraan akademik, beliau mengemukakan bahwa:

Secara keilmuan pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang pendidikan yang memiliki tiga domain yakni pendidikan kewarganegaraan persekolahan (school civic), pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan (community civics), dan pendidikan kewarganegaraan akademik (academic civic). Ketiga domain tersebut secara substantive tidak bisa dipisahkan secara saling terisolasi, karena ketiganya terkait oleh satu komitmen tujuan, yakni mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik atau smart and good citizen dalam konteks sosial- budaya Indonesia.

Sejalan dengan pendapat diatas, Somantri menyatakan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan di Masyarakat merupakan salah satu bahan Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode ceramah yang sering disampaikan kepada

masyarakat termasuk masyarakat awam melalui “institusi” agama seperti metode

dakwah, tauladan, dan metode latihan melalui program misi Pendidikan Kewarganegaraan (civic mission).

Dari pendapat tersebut jelas terlihat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan dan memiliki nilai serta kedudukan yang sangat strategis bagi

national character building’ dalam arti seluas-luasnya terutama dalam membentuk warga Negara yang baik. PKn sebagai wahana pencerdasan bangsa sebagaimana menjadi tujuan nasional dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tidak dapat dibiarkan terus menjadi alat kekuasaan saja, akan tetapi menjadi pilar nasib bangsa dan generasi muda penerus bangsa.

Berangkat dari argumentasi di atas, terlihat bahwa organisasi HMI dan PMKRI yang dibina di daerah Kalimantan barat merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang dapat memberikan andil lebih dalam perannya sebagai mahasiswa untuk membantu masyarakat di daerah khususnya provinsi Kalimantan Barat yang rentan sekali akan konflik kedaerahannya. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana peran yang dilakukan organisasi mahasiswa yang ada di Kalimantan Barat dalam


(20)

membina kerukunan antarumat beragama. Maka penulis mengkaji tentang : PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA (Studi Deskriptif pada Organisasi HMI dan PMKRI di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalag “Bagaimana Peran Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter dalam Membina Kerukunan Antarumat Beragama di Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ?

Dari rumusan diatas dapat dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimana peran yang dilakukan oleh Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) dalam membina kerukunan antarumat beragama di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat?

2. Bagaimanakah realitas kerukunan antarumat beragama pada masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat? 3. Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap peran organisasi Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) yang dilakukan melalui kegiatan sosial di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ? 4. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) beserta masyarakat Kecamatan Sungai Ambawnag dalam membina kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Pontianak ?


(21)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan mengenai peran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dalam membina kerukunan antarumat beragama di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Adapun tujuan secara khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran yang dilakukan oleh Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) dalam membina kerukunan antarumat beragama di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ?

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai realitas kerukunan antarumat beragama pada masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ?

3. Untuk memperoleh gambaran tentang pandangan masyarakat terhadap peran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) yang dilakukan melalui kegiatan sosial di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ?

4. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dalam membina kerukunan antarumat beragama pada masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ?


(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritis) maupun secara empirik (praktis).

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah memberikan manfaat bagi penulis dari segi penambahan ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan pengorganisasian mahasiswa dalam melakukan berbagai bentuk kegiatan yang dapat membina kerukunan antar umat beragama dalam lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi kepada: a. Pemerintah Provinsi dan generasi muda Kalimantan Barat khususnya

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dalam membina kerukunan antarumat beragama.

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, toleransi dan kerukunan antarumat beragama dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat bahwa mereka harus bersedia memelihara semangat kebangsaan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama.

E. Struktur Organisasi Penulisan Tesis

Tesis yang nantinya akan dikembangkan terdiri dari 5 bab, yakni: (1) bab pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan serta (5) kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka berisikan tentang Peranan Organisasi Mahasiswa, Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI),


(23)

Urgensi Organisasi HMI dan PMKRI dalam kehidupan masyarakat, Manusia Indonesia sebagai makhluk yang beragama, Kerukunan antarumat beragama yang ada di Indonesia, kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan, dan Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Bab berikutnya merupakan metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analsis temuan penelitian.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, uji validitas data penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Nasution (2003 : 43), lokasi penelitian adalah lokasi atau situasi yang mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap lokasi dimana manusia melakukan sesuatu, pelaku adalah semua orang yang terdapat di lokasi tersebut, sedangkan kegiatan adalah apa yang dilakukan orang dalam situasi sosial tersebut.

Lokasi dalam penelitian ini adalah Lingkungan Organisasi HMI yang bertempat di Jl. K.H Wahid Hasyim, Pontianak dan Organisasi PMKRI yang bertempat di Jl. Tanjungpura, Pontianak, serta wilayah Kecamatan Sungai Ambawang yang terletak di daerah Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat. Peneliti memilih kedua organisasi ini, karena cukup mewakili dari organisasi yang berbeda keyakinan serta visi dan misinya dalam melakukan kegiatan sosial di masyarakat dalam rangka membina kerukunan antar umat beragama.

Lokasi penelitian berikutnya adalah wilayah Kecamatan Sungai Ambawang. Wilayah ini merupakan pemekaran kabupaten baru yang dahulunya merupakan bagian dari kabupaten Pontianak. Kecamatan Sungai Ambawang ini memiliki letak geografis yang menunjang serta didukung dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sangat beragam seperti pertanian, peternakan,


(25)

perkebunan, dan perdagangan. Selain itu, kondisi sosial budaya setempat mayoritas masyarakatnya berasal dari etnis Melayu dan sebagian juga masyarakat etnis Dayak. Selain kedua suku diatas daerah ini juga dilengkapi dengan beberapa etnis yang lainnya seperti etnis Jawa, etnis Batak, etnis Madura dan etnis keturunan Cina (Tionghua).

Ketiga lokasi ini dijadikan sebagai lokasi penelitian karena organisasi HMI dan PMKRI ini merupakan organisasi mahasiswa yang cukup rutin mengadakan kegiatan sosial di lingkungan masyarakat dan salah satunya adalah di daerah Kecamatan Sungai Ambawang yang sangat heterogen penduduknya, sehingga kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan masyarakat setempat.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitiannya merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan subjek penelitian, terdapat beberapa kriteria

yang umumnya digunakan, yakni “latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-

peristiwa (events) dan proses (process). (Miles dan Huberman, 2007). Latar, adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni lingkungan organisasi HMI dan PMKRI Cabang Pontianak serta wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Pelaku, yang dimaksud adalah anggota dari organisasi HMI dan PMKRI Cabang

Pontianak selaku pelaksana kegiatan, serta masyarakat yang berdomisili di wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Peristiwa, yang dimaksud adalah hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI di lingkungan masyarakat Sungai Ambawang seperti kegiatan senam pagi, pemeriksaan kesehatan gratis, sunatan massal, penggalangan dana untuk korban banjir dan penderita kanker serta bakti sosial di lingkungan rumah ibadah. Proses, yang dimaksud adalah wawancara peneliti dengan subjek


(26)

penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

Agar penelitian ini dapat dilakukan secara mendalam, maka subyek yang diteliti adalah ketua serta anggota dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Pontianak, aparatur pemerintahan di kecamatan, pemuka agama, tokoh pemuda, pemuka adat dan masyarakat setempat serta dokumen- dokumen yang dapat dijadikan sebagai penunjang data dalam penelitian. Aka tetapi tidak menutup kemungkinan akan didapatkannya data- data dari sumber selain yang telah ditetapkan diatas, selama data tersebut dapat menunjang keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang peran organisasi mahasiswa dalam membina kerukunan antar umat beragama adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara sistematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Jhon W. Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut :

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Pendekatan penelitian kualitatif disebut juga pendekatan naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa adanya dan tidak dimanipulasi (Creswell, 1998; Nasution, 1992:18).


(27)

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap “makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang (manusia) berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen.

Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan alasan sebagai berikut:

a) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peran organisasi mahasiswa yang dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI Pontianak dalam membina kerukunan antar umat beragama ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

b) Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

c) Penelitian ini berfokus pada bagaimana proses serta manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, serta upaya yang dapat dilakukan untuk tetap membina kerukunan antar umat beragama melalui kegiatan di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Mien (1982:28) : qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products.

Penekanan kualitatif secara khusus memberikan keuntungan dalam penelitian ini dimana dapat memperoleh gambaran dan informasi berupa bagaimana proses, hasil, pandangan dan upaya dalam membina kerukunan antar umat beragama melalui kegiatan sosial yang dilakukan oleh oragnisasi mahasiswa. Selain itu, peneliti juga ingin mengungkapkan perilaku perorangan


(28)

melalui pengetahuan, gagasan, dan pikirannya sebab penelitian kualitatif pada hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada orang-orang tertentu dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami bahasa mereka serta menafsirkannya sesuai dengan dunianya.

2. Metode Penelitian

Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (200:145) adalah “suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian”. Disisi lain Bogdan dan Taylor (Mulyana, 2002:145) mengungkapkan bahwa Metodologi merupakan proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dari pengertian tersebut, menegaskan bahwa metodologi adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji dan mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian.

Metode adalah cara ilmiah yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moleong (2002:20) bahwa:

“Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya. Ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidik”.

Senada dengan hal diatas Moleong (2007) mengatakan “metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data (berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka) untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut”.

Guba dan Lincoln (Moleong, 2007:174) mengemukakan bahwa “dalam kasus-kasus tertentu ketika teknik yang lain tidak mungkin digunakan, pengamatan akan menjadi alat yang bermanfaat”. Adapun beberapa keuntungan menggunakan metode kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut :


(29)

a) Didasarkan pada pengalaman secara langsung

b) Memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

c) Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d) Menghindari terjadinya keraguan pada peneliti akan kemungkinan adanya data yang bias.

e) Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. f) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi yang lainnya tidak

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, maka secara metodologis, penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai peranan yang dilakukan oleh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) dari kegiatan yang dilakukannya di lingkungan masyarakat sebagai usaha dalam membina kerukunan antar umat beragama.

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah: Organisasi Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Kerukunan antar umat beragama, dan Kerukunan antar umat beragama sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat.

1. Organisasi Mahasiswa

Menurut Ernest Dale “Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok (http:www.dewipurwasihsofia.blogspot.com). Disini terlihat jelas bahwa


(30)

orang-orang di dalam sebuah organisasi mempunyai suatu keterikatan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, tentunya, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Seperti layaknya suatu organisasi, organisasi mahasiswa sama saja dengan organisasi- organisasi lainnya, memiliki karakteristik umum dan ciri khas lainnya yang memberikan warna dan nuansa tersendiri. Cecep Darmawan (2001:56) dalam tulisannya “ Kiat Sukses Manajemen Organisasi Kemahasiswaan” mengemukakan bahwa : “ sebagai organisasi, organisasi kemahasiswaan sudah barang tentu di dalamnya terdapat : (1) Sumber daya manusia yang beragam, karena organisasi adalah kumpulan manusia, (2) Sumber daya alam dan lingkungan, (3) Tujuan yang hendak dicapai, (4) Sarana atau instrument yang digunakan dalam mencapai tujuan yang dimaksud.

2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Berdasarkan pendapat dari Badan Koordinasi Himpunan Mahasiwa Islam (BADKO HMI) bahwa:

“ Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan suatu organisasi yang

anggotanya terdiri dari mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi untuk menyatukan aspirasi mereka dalam suatu wadah yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi, yang berperan sebagai sumber insani pembangunan bangsa dan berfungsi sebagai organisasi yang bersifat independen”.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh BADKO HMI tersebut apabila dikaji dari statusnya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini merupakan organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi kader dan berperan sebagai organisasi yang dapat memberikan totalitas dalam kehidupan bangsa Indonesia kedepannya yang masih penuh dengan tantangan serta menjadikan Islam sebagai salah satu sumber nilai, motivasi dan inspirasi, bagi sumber insani pembangunan bangsa yang bersifat independen dalam membantu menciptakan pembangunan nasional.


(31)

3. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi KSV (Khatolieke Studenten Vereninging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta. Pada tanggal 26 Maret 1961, atas prakarsa Justinus Mardi, seorang pegawai kantor Gubernur Kalimantan Barat yang juga berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Daya Nasional (sekarang UNTAN) bersama delpan rekannya telah memprakarsai lahirnya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Pontianak pada saat itu.

Pendirian PMKRI Cabang Pontianak pada saat itu dimaksudkan untuk menyatukan visi dan persepsi mahasiswa katolik dalam berbagai hal, juga sebagai salah satu tuntutan dari pihak universitas agar ada organisasi mahasiswa katolik pada saat itu di Pontianak, Kalimantan Barat. (PMKRI Sanctus Thomas More cabang Pontianak, 2011).

4. Kerukunan Antar Umat Beragama

Dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 2006 Tanggal 21 Maret 2006 /No.8 Tahun 2006 Tanggal 21 Maret 2006 didefinisikan bahwa:

Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2006:13).

Menurut Joko Priyanto (2005) menyatakan terciptanya kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan maka tercipta pula salah satu sarana yang penting dalam usaha menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian pemeliharaan kerukunan umat beragama didefinisikan sebagai upaya bersama umat beragama atau warga negara dan pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama.


(32)

Jadi yang dimaksud peran organisasi mahasiswa dalam membina kerukunan antar umat beragama dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada masyarakat kecamatan Sungai Ambawang melalui kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut agar tercipta kerukunan antar umat beragama di tengah dinamika masyarakat yang terus berkembang.

5. Kerukunan antar Umat Beragama sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan di Masyarakat

Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (DEPDIKNAS, 2003:2)

Sejalan dengan pendapat diatas, Sumantri menyatakan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat merupakan salah satu bahan Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode ceramah yang sering disampaikan kepada masyarakat termasuk masyarakat awam melalui “institusi” agama seperti metode dakwah, tauladan, dan metode latihan melalui program misi Pendidikan Kewarganegaraan (civic mission).

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sebagai intrumen utama, sesuai yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 261) bahwa “peneliti berperan sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument) atau yang utama” para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) yaitu:


(33)

Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya.Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Makna merupakan soal essensial untuk rancangan kualitatif.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak menggadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu lingkungan organisasi HMI dan PMKRI Pontianak serta masyarakat yang berada di Kecamatan Sungai Ambawang. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan diadakannya penelitian adalah untuk mendapatkan data. Menurut Sugiono (2011:225)menyatakan bahwa :

Sumber data ada dua macam yaitu sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Getchen B. Rosman (dalam Sugiono, 2011:225) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by


(34)

qualitative researcher for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in- depth interviewing, document review”.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan naturalistik inquiry dengan tradisi kualitatif. Maka dalam penelitian ini peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus penelitian. Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstuktur kepada infroman yakni anggota dari kedua organisasi yaitu HMI dan PMKRI serta masyarakat di wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, serta melakukan studi dokumentasi, studi literatur dan triangulasi data.

1. Observasi Partisipatif (Participant Observation)

Sugiono (2011:227) menyatakan “dalam observasi partisipatif peneliti terlibat dalam kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”. Artinya sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini diharapkan data yang diperoleh akan lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Cara seperti itu memungkinkan sebagaimana dikemukakan Patton ( 2009:131-132), bahwa pengamatan berperan serta dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, pengamatan berperan serta secara lengkap (complete participant). Dalam peran ini, aktivitas peneliti sepenuhnya menjadi anggota dari kelompok yang diamati. Dengan cara demikian, seorang peneliti dapat memperoleh semua informasi dan subjek penelitian, termasuk yang rahasia sekalipun.

Kedua, berperan serta sebagai pengamat (participant as observer). Dalam peran ini, peneliti masuk ke dalam kelompok subjek penelitian tidak sepenuhnya, melainkan sekadar sebagai pengamat, sehingga keberadaannya dalam kelompok tersebut berpura-pura. Peran yang demikian konsekuensinya sering terbatas untuk mendapatkan seluruh informasi yang ada, terutama yang bersifat rahasia.


(35)

Ketiga, peneliti berperan sebagai pengamat yang berperan serta (observer as participant). Peran ini dilakukan peneliti, karena peneliti secara umum memang diketahui pekerjaannya sebagai peneliti, atau bahkan ia disponsori oleh para subjek penelitian. Peran ini memungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, termasuk informasi yang rahasia sekalipun.

Keempat, peneliti berperan sebagai pengamat penuh (complete observer). Peran ini dilakukan peneliti secara bersembunyi dan tidak langsung dalam arti terjun ke lapangan tapi bukan sebagai identitas peneliti melainkan dengan cara sebagai warga masyarakat juga, dengan cara seperti ini pengamat dengan leluasa melihat setiap aktivitas dan prilaku yang diteliti.

Berdasarkan deskripsi diatas peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka kerjakan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik tentang bagaimana peran dari organisasi HMI dan PMKRI dalam membina kerukunan antar umat beragama melalui pelaksanaan kegiatan sosial di lingkungan masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang.

2. Wawancara (Interviewing)

Wawancara pada dasarnya adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto 1996:144). Teknik wawancara ini dilakukan secara langsung antara peneliti dan narasumber secara dialogis, tanya jawab, diskusi dan melalui cara lain yang dapat memungkinkan diperolehnya informasi yang diperlukan.

Esterberg 2002 (dalam Sugiono, 2011;231) mendefinisikan interview sebagai: “a meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting ini communication and join construction of

meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu kegiatan yang dapat dilakukan secara


(36)

langsung atau tidak langsung antara dua orang untuk memperoleh informasi tertentu.

Maksud dilakukannya wawancara tersebut antara lain untuk membuat suatu konstruksi mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motifasi, perasaan dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi HMI dan PMKRI serta masyarakat, tokoh agama, serta aparatur pemerintahan yang berada di wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Dengan menggunakan teknik wawancara data yang belum jelas berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari masyarakat dapat terungkap oleh peneliti secara akurat. Data yang dikumpulkan melalui wawancara yang dilakukan peneliti ada yang bersifat verbal ada pula yang bersifat non-verbal. Data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab yang ditulis dan direkam dengan persetujuan responden itu sendiri.

Menurut Sugiono (2011: 239) supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat- alat sebagai berikut :

1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu member tahu kepada informan apakah dibolehkan atau tidak.

3) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/ sumber data.

Untuk memperoleh data yang valid maka responden yang akan diwawancarai yaitu: Bapak Camat dan beberapa orang instansi pemerintahan di lingkungan kecamatan Sungai Ambawang, Ketua dan beberapa orang anggota organisasi HMI dan PMKRI Pontianak, para tokoh agama, tokoh adat serta masyarakat yang berada di lokasi penelitian.


(37)

3. Studi Dokumentasi (Document of Study)

Dokumentasi dilakukan untuk mengungkap data berupa administrasi serta bagian-bagian data yang terdokumentasi. Menurut S. Nasution (2003:85) bahwa

dokumentasi merupakan sumber bukan manusia “non human resources” yang

dapat dimanfaatkan karena memberikan keuntungan yaitu bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan tanpa biaya.

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat. Cresswell (2010: 269- 270) menyatakan bahwa:

Pengumpulan data dalam kualitatif melalui dokumen dapat dilakukan melalui dokumen publik (seperti koran, majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, diary, surat, email) dan materi audio visual berupa foto, objek-objek, seni, video tape atau segala jenis suara atau bunyi.

Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang sangat berguna. Ada beberapa alasan menggunakan dokumen dan catatan, seperti dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:276-277) antara lain sebagai berikut :

a) Dokumen dan catatan selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif mudah

b) Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

c) Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya

d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan formal

e) Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non-reactive, tidak memberi reaksi/respon atas perlakuan peneliti. Meskipun istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukkan satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda bila ditinjau dari tujuan dan analisis yang digunakan.

Menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277), catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokumen yang dipandang perlu untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber berdasarkan dokumentasi kegiatan-


(38)

kegiatan sosial yang telah dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI di lingkungan masyarakat tempat kegiatan dilaksanakan yaitu wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

4. Studi Literatur (Literature of Study)

Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Faisal (1992: 30) mengemukakan bahwa “hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah- masalah yang akan diteliti, termasuk juga latar belakang mengapa masalah tadi penting untuk diteliti”.

Teknik studi literatur yang digunakan adalah mempelajari sejumlah literatur yang berupa buku, jurnal, surat kabar dan sumber-sumber kepustakaan lainnya guna mendapatkan informasi-informasi yang menunjang dan berhubungan dengan pembinaan kerukunan antar umat beragama yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa seperti HMI dan PMKRI di lingkungan masyarakat yang multikultur.

5. Triangulasi Data

Menurut Sugiono (2011:241) menyatakan bahwa “triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Selanjutnya Matthison (1998) mengemukakan bahwa “ the value of triangulation lies in providing evidence-wethet convergent, incisitent, or

contradictory”, nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah

untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam


(39)

pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Melalui triangulasi “can build on the strengths of each type of data

collection while minimizing the weaknessin any single approach” (Patton 1980).

Dengan adanya triangulasi maka akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan memakai satu pendekatan data.

Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Sesuai dengan konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini. Selain itu, triangulasi juga dilakukan untuk pengecekan kebenaran informasi atau data penelitian dari berbagai sumber dan/atau teknik pengumpulan data. Misalnya, informasi atau data yang diperoleh melalui teknik wawancara dicek kebenarannya melalui teknik dokumentasi.

Proses triangulasi ini peneliti lakukan dengan mengecek hasil wawancara dari para informan baik itu informan dari HMI dan PMKRI maupun masyarakat dengan hasil wawancara informan lainnya. Hal ini peneliti lakukan supaya hasil yang didapat bisa valid dan sesuai dengan apa yang telah peneliti amati di lokasi penelitian pada saat melakukan observasi. Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan berdasarkan dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi HMI dan PMKRI apakah telah sesuai dengan yang diungkapkan.

F. Teknik Analisa Data

Dalam analisis data kualitatif, pada dasarnya data muncul berwujud kata- kata bukan rangkaian angka. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, karena dengan teknik ini, peneliti membandingkan dan mengecek data hasil wawancara antar informan yang satu dengan yang lain, dan juga untuk mengecek derajat kepercayaan suatu informasi maka dibandingkan dengan data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau wawancara dengan isi suatu dokumentasi. (Lexy J. Moleong, 2002:178)

Dalam penelitian ini, analisis data meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan data tentang peranan yang dilakukan melalui kegiatan sosial yang dilakukan


(40)

oleh orgnisasi HMI dan PMKRI dimasyarakat untuk membina kerukunan antar umat beragama di masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang. Kegiatannya antara lain adalah menyusun data, memasukkannya ke dalam unit-unit secara teratur, mensintesiskannya, mencari pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang harus dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dikemukakan kepada orang lain.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, namun setelah dibaca dan dipelajari serta ditelaah, peneliti kemudian melakukan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Mekanisme model analisis tersebut seperti tampak pada gambar dibawah ini .

Gambar 3.1 Pengumpulan

Data

Penyajian data Reduksi

data

Kesimpulan dan Verivikasi


(41)

Gambar diatas merupakan komponen-komponen dalam analisis data (interactive model) Miles dan Huberman (1992) dalam Sugiyono (2008: 338). Keterangan gambar dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah awal dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan mereduksi data, hal yang dimaksud adalah merangkum hal-hal yang pokok untuk kemudian disusun secara sistematis yang sesuai dengan aspek yang diteliti dari data/ informasi yang diperoleh dilapangan. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya yang cukup banyak, memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu data dirangkum dan dipilih hanya hal-hal yang pokok dan penting.

Dalam mereduksi data, peneliti berusaha mengelompokkan pendapat informan sesuai dengan lokasi penelitiannya seperti lingkup HMI, PMKRI, dan masyarakat Sungai Ambawang yang disesuaikan dengan fokus masalah penelitian serta catatan di lapangan agar lebih memudahkan peneliti di dalam membuat hasil pembahasan yang disesuaikan dari hasil wawancara dan observasi.

b. Penyajian Data (Data Display)

Miles dan Huberman (1984) menyatakan: “the most frequent form of display data for qualitative research data in the post has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan model-model penyajian data yang analog dengan model-model penyajian data kualitatif statis, dengan manggunakan tabel, grafik, matriks dan semacamnya, bukan diisi dengan angka-angka melainkan dengan kata atau verbal. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna


(42)

tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.

Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk deskripsi hasil penelitian dari wawancara dengan informan yang dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Setelah itu di dalam bagian pembahasan hasil penelitian, hasil deskripsi dari para informan peneliti analisis yang dikaitkan dengan teori para ahli yang telah disajikan pada bagian kajian pustaka di bab sebelumnya.

c. Pengambilan Kesimpulan/ verifikasi (Conclusion/ Verification)

Sebagai langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang telah dikumpulkan. Penarikan kesimpulan akan dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara bertahap.

Pertama, menarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Hal ini peneliti lakukan dengan membuat kesimpulan sementara di bagian akhir hasil pembahasan pada setiap fokus permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis berdasarkan teori.

Kedua, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian. Dalam hal ini peneliti menjadikan Ketua dari kedua organisasi yaitu HMI dan PMKRI serta Bapak Camat Sungai Ambawang sebagai Expert Opinion guna mengkroscek apa yang ditemukan peneliti dilapangan dengan pandangan beliau sebagai pemberi informasi yang akurat.

Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkap temuan-temuan penelitian ini. Penarikan kesimpulan pada penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa


(43)

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah diteliti.

G. Uji Validitas Data Penelitian

Menurut Sugiono (2011: 269) dalam penelitian kualitatif pengujian keabsahan data meliputi: “creadibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektifitas). 1. Uji Kredibilitas (Credibility)

Menurut Sugiono (2011; 270) menyatakan “dalam penelitian kualitatif

untuk menguji kredibilitas dan atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchek.

a) Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

b) Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c) Triangulasi berarti pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. d) Analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda

dengan hasil penelitian hingga saat tertentu.

e) Menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh rekaman wawancara, foto- foto, camera, dan handycam.

f) Mengadakan memberchek adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Pengujian Transferability (derajat keteralihan-validitas eksternal)

Dalam penelitian kuantitatif, transferability merupakan validitas eksternal. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,


(44)

sistematis, dan dapat dipercaya. Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti yang tepat.

Dalam hal ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi atau data penelitian yang telah diperoleh di lapangan baik dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi pada bagian pembahasan secara luas dan mendalam mengenai Peran Organisasi Mahasiswa (HMI dan PMKRI) dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama di Masyarakat Kecamatan Sungai Amabwang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

3. Pengujian Dependability (derajat keterandalan)

Dependability temuan penelitian ini dapat diuji melalui pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1995:515). Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang seluruh proses dan hasil penelitian.

Pengujian ini peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan dokumentasi kegiatan dari organisasi HMI dan PMKRI di lingkungan masyarakat. Untuk mengecek kebenarannya, peneliti juga melakukan pengecekan kepada para informan berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan beberapa kegiatan yang telah dilakukan apakah dokumentasi kegiatan yang telah peneliti dapatkan itu benar adanya. Dan tidak menutup kemungkinan pula, peneliti ikut terjun secara langsung dalam kegiatan yang dilaksanakan supaya pengamatan yang dilakukan hasilnya akurat, nyata, dan apa adanya.


(1)

dan mempertahankan nilai-nilai yang telah mampu menciptakan mereka dalam kehidupan yang lebih rukun agar terhindar dari hal- hal negatif yang dapat merugikan kehidupan mereka.

3. Seluruh masyarakat hendaknya menyadari peran penting keberadaan mahasiswa di tengah-tengah mereka dengan tidak memberikan pandangan yang negatif dari setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat, tetapi justru harus dapat menerima keberadaan para mahasiswa tersebut dengan tangan terbuka dan menyadari para mahasiswa adalah bagian dari kehidupan kita.

4. Pihak Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dengan sepenuh hati harus memberikan kesempatan yang luas kepada wadah-wadah yang telah dibentuk oleh masyarakat untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan antar umat beragama.

5. Diharapkan kepada pihak pemerintah baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan harus lebih pro aktif dalam mendukung program kerja serta mengalokasikan dana untuk berbagai kegiatan sosial yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa dalam rangka membina kerukunan antar umat beragama.

6. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh organisasi mahasiswa, masyarakat, kaum pemuda, tokoh agama dan pemerintah hendaknya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan supaya hasilnya bisa terlihat lebih maksimal dalam kehidupan masyarakat. Selain itu juga, masyarakat harus lebih dapat memainkan peran PKn dalam kehidupan mereka baik dilingkungan pendidikan formal maupun PKn yang harus berkembang dalam kehidupan masyarakat demi tercapainya konsep warganegara yang baik untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama di lingkungan mereka.

7. Kepada Tim FKUB Kalimantan Barat, diharapkan agar kedepannya bisa mengikutsertakan organisasi-organisasi pemuda seperti HMI dan PMKRI didalam keanggotaan FKUB sebagai suatu langkah dan sarana yang dapat memfasilitasi para pemuda untuk ikut serta menciptakan kerukunan antarumat


(2)

beragama melalui berbagai kegiatan sosial di masyarakat yang ada di seluruh wilayah Kalimantan Barat.

8. Berbagai macam persoalan yang menonjolkan adanya perbedaan memang harus dapat disikapi secara lebih bijaksana agar tidak menimbulkan konflik baru nantinya. Begitu pula dengan persoalan yang terjadi di wilayah Kalimantan Barat tentang adanya perkawinan campuran yang melibatkan suku, etnis maupun agama yang dapat menimbulkan konflik tersendiri bagi masyarakat, yang nantinya dapat ditelusuri dan dicari jalan pemecahannya pada penelitian selanjutnya. Dengan harapan konflik yang ada di wilayah Kalimantan Barat dapat dikurangi dan diatasi untuk kedepannya yang tentunya memerlukan usaha dan upaya secara terus menerus dari seluruh warga masyarakat yang ada di wilayah setempat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. (1998). Menteri-Menteri Agama Republik Indonesia (Biografi Sosial- Politik). Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Badan Litbang Agama Departemen Agama RI.

Affandi, Idrus. (2011). Pendidikan Politik (Mengefektifkan Organisasi Pemuda, Melaksanakan Politik Pancasila dan UUD 1945). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Affandi, I & Anggraeni, L. (2011). Pendidikan Politik (Sebuah Kajian dan Analisis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Aunurrahman, (2010). Pendidikan Karakter (Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai). Bandung : Asosiasi Sarjana dan Dosen Pendidikan Umum dan Nilai Indonesia.

Berry, John W, dkk. (1998). Psikologi Lintas Budaya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Branson, M.S, dkk. (1999). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: LKIS dengan didukung The Asia Foundaton (TAF).

Budimasyah, Dasim, dkk. (2004). Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung : PT Ganesindo.

Budimansyah, D. & Suryadi, K. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan dan Masyarakat Multikultural. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta : Kencana.

Cogan, John J. and Ray Dericott. (1998). Citizenship education for the 21st century: setting the contexs. London: Kogan Page.

Creswell. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatid, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghazali, A. Muchtar. (2005). Ilmu Studi Agama. Bandung: Pustaka Setia. Hendropuspito. (1983). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

James T. Colins, dkk. (2005). Etnisitas di Kalimantan Barat. Pontianak : STAIN Pontianak Press.

Kalidjernih, K.F. (2007). Puspa Ragam, Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Bandung: widya Aksara Press.


(4)

Koentjaraningrat. (1987). Manusia dan Kebudayaannya di Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke XXVII. (2011). Sinergi HMI untuk Indonesia Bermartabat. HMI cabang Pontianak.

Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam. (1997). HMI dan KAHMI Menyongsong Perubahan, Menghadapi Pergantian Zaman. Jakarta: Tim LSPEU Indonesia.

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku sumber tentang metode- metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moerdiono. (1966). Makna Kerukunan Hidup Umat Beragama Menurut Tinjauan Paham Negara Ksatuan Republik Indonesia : Beberapa Pokok Pikiran . Jakarta : Sarasehan Sehari Majlis Ulama Indonesia.

Moleong, Lexy J. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munawwir, Imam. (1984). Sikap Islam Terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi, dan Solidaritas. Surabaya: PT. Bina Ilmu

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.

Nurmalina, Komala, dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn.

Para Kader HMI Cabang Pontianak. (2011). Reposisi HMI dalam Pusaran Global (Otokritik Kader HMI Cabang Pontianak). Pontianak: Lapmi HMI Cabang Pontianak.

Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama. (1983). Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama. Jakarta.

Rohadi, Sugeng. (2009). Mahasiswa dan Catatan Intelektual (Catatan perjalanan dunia kemahasiswaan, pendidikan, sosial dan agama). Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Sapriya. (2002). Membangun Civil Society Tugas Pendidikan Kewaragnegaraan. Bandung : Civicus Edisi Juni.

Sapriya, dkk. (2010). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press.

Sapriya, dan Wahab A. Azis. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.


(5)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumantri, E. (tt). Pendidikan Kewarganegaraan Masyarakat (Community Civics). Hand Out. Tidak Diterbitkan.

Suparlan, P. (2005). Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta : Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Suriakusumah, dkk. (1999). PKn dan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sutarto. (1992). Dasar dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suwandi, dan Basrori. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Thufail, I.Fajar. (2011). Kegalauan Identitas (Agama, Etnisitas, dan Kewarganegaraan pada masa pasca- orde baru). Jakarta: Kompas Gramedia.

Tim Penulis. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tobroni. (2012). Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman (Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan). Bandung: Karya Putra Darwati.

Wahab, Abdul Azis. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press.

Winataputra, Udin dan Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press.

Winataputra, Udin dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas). Bandung: Program Studi Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Winardi. (2009). Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Rajawali Pers. Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi (Konsep dan Teori). Bandung: PT. Refika


(6)

TESIS dan DISERTASI

Azwar, Idham. (2009). Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (civic culture) Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Pengembangan Hemafitria. (2009). Pengembangan Wawasan Multikultural Dalam Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama. Bandung : Tesis Magister pada Program Pasca Sarjana UPI (tidak diterbitkan).

Suraya, Ida. (2009). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Bebasis Portofolio dalam Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan. Bandung: Tesis Magister pada Program Pasca Sarjana UPI.

Puslitbang Kehidupan Keagamaan. (2010). Studi tentang Pengaruh Kepribadian dan Keterlibatan Organisasi terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama.

Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia.

Zanuri, Ahmad. Analisis Resolusi Konflik Antar Umat Beragama dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Masyarakat. Bandung : Disertasi pada Program Pasca Sarjana UPI (tidak diterbitkan).

Sumber lainnya

http://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_Mahasiswa_Islam http://insancita.4t.com/seputarhmi/konstitusi.html

http://mawar.staf.gunadarma.ac.id

http://rullyasrul83.wordpress.com/2009/08/01/proposal-penelitian-tesis http://Roy-saffer.blogspot.com

http://tanamalt.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-defenisi-organisasi.html http://www.pontianakpost.com