EFEKTIVITAS GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI ANTI HIPERKOLESTEROLEMIA DAN STABILISATOR NILAI DARAH PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus) JANTAN.

i

EFEKTIVITAS GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI ANTI
HIPERKOLESTEROLEMIA DAN STABILISATOR NILAI DARAH PADA
MENCIT PUTIH (Mus musculus) JANTAN

SKRIPSI SARJANA BIOLOGI

OLEH
DESFITA FRINANDA
BP. 1010422008

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

i

iii


ABSTRAK

Penelitian tentang efektivitas gambir (Uncaria gambir Roxb.) sebagai anti
hiperkolesterolemia dan stabilisator nilai darahpada mencit putih (Mus musculus)
jantan telah dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2013 di Laboratorium
Riset Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang dan Laboratorium Klinik Sejawat, Padang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gambir dapat menghambat
peningkatan kolesterol total dan menstabilkan nilai darah mencit putih yang diberi
minyak sisa penggorengan serta menentukan dosis terbaik gambir dalam
menghambat peningkatan kolesterol total dan menstabilkan nilai darah mencit putih
yang diberi minyak sisa penggorengan. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan
limaulangan.Perlakuan berupa pemberian minyak sisa penggorengan dan gambir
dosis50; 100; 150 dan 200 mg/kg BBserta kontrol dengan pemberian minyak sisa
penggorengan tanpa pemberian gambir. Hasil menunjukkan bahwa gambir dapat
menghambat peningkatan kolesterol total dan menstabilkan nilai darah mencit putih
yang diberi minyak sisa penggorengan dengan dosis terbaik adalah dosis 50 mg/kg
BB.
Kata kunci: Uncaria gambir Roxb., anti hiperkolesterolemia, stabilisator nilai

darah, Mus musculus

iii

iv

ABSTRACT

Research about affectivity of gambier (Uncaria gambir Roxb.) as antihypercholesterolemic and stabilizer of blood valueon the male white mice (Mus
musculus) have been done from August to December 2013 in the Research
Laboratory of Animal Physiology, Biology Department, Mathematics and Natural
Sciences Faculty, Andalas University, Padang and Sejawat Clinical Laboratory,
Padang. This study aims to determine whether gambier could inhibit the increase in
total cholesterol and stabilize blood of white mice that were given the leftover frying
oil and determine the best dose of gambier in inhibiting the increase in total
cholesterol and stabilize blood of white mice that were given the leftover frying oil.
This study used an experimental method completely randomized design (CRD) with
five treatments and five replications. Treatment with giving the leftover frying oil
and gambier dose of 50; 100; 150 and 200 mg/kg and control with giving the leftover
frying oil without giving gambier. The result showed that the gambier could inhibit

the increase in total cholesterol and stabilize blood of white mice that were given the
leftover frying oil with the best dose is 50 mg/kg body weight.
Keywords : Uncaria gambir Roxb., anti hypercholesterolemic, stabilizer of blood
value, Mus musculus

iv

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak dulu masyarakat Indonesia telah memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari
alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk untuk pengobatan. Salah satu
tumbuhan asal Indonesia yang telah digunakan sebagai obat tradisional yaitu gambir
(Uncaria gambir Roxb.). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
tumbuhan ini memiliki banyak manfaat. Menurut Ermiati (2004), gambir dapat
dijadikan sebagai campuran obat, untuk luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat
sariawan, obat sakit kulit dan pelengkap untuk mengkonsumsi sirih. Saat ini
penggunaan gambir berkembang menjadi bahan kebutuhan berbagai jenis industri,

seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, biopestisida, hormon
pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan. Amalia
(2009) menyatakan bahwa ekstrak gambir dapat berperan sebagai imunomodulator.
Selain itu, gambir juga terbukti sebagai obat analgetik, antiinflamasi (Sari, 2010a)
dan hipoglikemik (Sari, 2010b).
Potensi yang dimiliki gambir tidak terlepas dari senyawa bioaktif yang
terkandung di dalamnya. Menurut Heitzman et al. (2005), gambir mengandung
golongan polifenol seperti senyawa alkaloid, terpen, flavonoid dan senyawa polifenol
lainnya. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang terbesar di alam dan telah
diketahui memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan (Pietta, 2000), antimikroba,
dan antinematoda (Bakhtiar, Noviantri dan Alen, 2003), penghambat pembentuk plak
gigi (Nazir, 2000) serta sebagai bahan baku dalam pembuatan obat-obatan
antihepatitis B dan antidiare (Dharma, 1985). Komponen flavonoid yang terkandung
dalam gambir antara lain catechin (7-33%), pirocatechol (20-30%) dan quersetin (2-

1

2

4%) (Thorpe and Whiteley, 1921 cit Nazir, 2000). Selain itu, Dhalimi (2006)

menyatakan bahwa pada gambir juga terkandung asam cathechu tannat (20-55%),
catechu merah (3-5%), gambir floresen (1-3%), fixed oil (minyak yang sukar
menguap) (1-2%) dan lilin (1-2 %). Badan POM RI (2010) menambahkan bahwa di
dalam gambir terkandung abu dan asam lemak. Pada penelitian Yeni dkk. (2013),
ditemukan adanya Fe pada gambir.
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman gambir memiliki potensi
cukup besar dalam pengembangannya sebagai obat modern, terutama dalam
menangani kasus dan berbagai masalah kesehatan yang prevalensinya semakin
tinggi. Salah satu masalah kesehatan tersebut adalah hiperkolesterolemia. Menurut
Sumarmo (2001), hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kolesterol
dalam darah meningkat melebihi ambang normal yang ditandai dengan
meningkatnya kadar LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida dan kolesterol total.
Faktor penyebab hiperkolesterolemia salah satunya adalah kebiasaan ataupun
pola makan yang tidak sehat, terutama kecenderungan masyarakat mengkonsumsi
makanan cepat saji, salah satunya adalah gorengan. Hal yang menjadi masalah dan
penyebab bahaya dari gorengan adalah jika minyak goreng digunakan berulang kali.
Ketaren (1986) menyatakan bahwa minyak goreng yang dipanaskan berkali-kali
menghasilkan radikal bebas berupa asam lemak bebas. Menurut Usoh et al. (2005),
peningkatan jumlah radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan asam nukleat,
protein dan membran lipid sehingga dapat menimbulkan kanker dan kerusakan hati.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2006) cit Fajrin (2010),
mengkonsumsi minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 27 kali dapat
mempengaruhi fungsi hati, kadar enzim serum transaminase hati, kadar bilirubin
serum dan kadar kolesterol total. Terkait dengan fungsi hati, Fajrin (2010)

2

3

menambahkan bahwa kerusakan hati dapat mempengaruhi metabolisme dan ekskresi
kolesterol dalam tubuh.
Tingginya kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) dapat
menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu penyakit arteri
yang mana ukuran arteri menjadi lebih besar dibandingkan dengan ukuran normal
dan terjadi akibat terbentuknya lesi lemak yang disebut plak ateromatosa pada
permukaan dalam dinding arteri (Guyton dan Hall, 2006). Aterosklerosis erat
kaitannya dengan penyakit jantung koroner (penyakit kardiovaskuler utama pada usia
produktif) (Kalim, Karo-Karo dan Soerianata,1996). Penyakit kardiovaskular
merupakan suatu istilah untuk gangguan yang menyebabkan penyakit jantung
(kardio) dan pembuluh darah (vaskular) (Nita, 2008).

Penyakit aterosklerosis vaskular dengan manifestasi klinis berupa penyakit
jantung koroner dan stroke, merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
negara-negara maju maupun negara berkembang (Fadilah, 1999). Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan
penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di
Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2004). Selain itu, di Indonesia angka kejadian
penyakit kardiovaskular menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke
tahun (Fajrin, 2010). Terkait dengan fungsi komponen darah, hiperkolesterolemia
diperkirakan juga dapat mempengaruhi stabilitas nilai darah, seperti protein albumin,
hemoglobin dan hematokrit.
Berdasarkan

alasan-alasan

yang

telah

dipaparkan


sebelumnya

dan

melanjutkan riset yang telah dilakukan sebelumnya oleh Isnawati (2010) yang
menemukan bahwa pemberian ekstrak gambir selama dua minggu mengindikasikan
ada peningkatan jumlah trombosit darah dan dapat menurunkan kadar kolesterol,
LDL dan trigliserid darah maka penelitian tentang efektivitas gambir sebagai anti
3

4

hiperkolesterolemia dan stabilisator nilai darahpada mencit putih (Mus musculus)
jantan sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah gambir dapat menghambat peningkatan kolesterol total dan menstabilkan
nilai darah mencit putih yang diberi minyak sisa penggorengan?
2. Berapa dosis gambir yang paling baik untuk menghambat peningkatan kolesterol
total dan menstabilkan nilai darah mencit putih yang diberi minyak sisa

penggorengan?

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah gambir dapat menghambat peningkatan kolesterol total dan
menstabilkan nilai darah mencit putih yang diberi minyak sisa penggorengan.
2. Menentukan dosis gambir yang paling baik untuk menghambat peningkatan
kolesterol total dan menstabilkan nilai darah mencit putih yang diberi minyak sisa
penggorengan.

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai manfaat
tanaman gambir dalam bidang kesehatan terutama sebagai obat herbal.

4

5

1.5 Hipotesis
Gambir dengan dosis tinggi dapat menghambat terjadinya peningkatan kadar

kolesterol total dan menstabilkan nilai darah mencit putih yang diberi minyak sisa
penggorengan.

5