”Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb).
STUDI PEMBUATAN TEH DAUN GAMBIR
(Uncaria gambir Roxb)
SKRIPSI
Oleh :
ESRON GUNANTA SURBAKTI
070305026
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
(2)
STUDI PEMBUATAN TEH DAUN GAMBIR
(Uncaria gambir Roxb)
SKRIPSI
Oleh :
ESRON GUNANTA SURBAKTI
070305026
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
(3)
ABSTRAK
ESRON GUNANTA SURBAKTI : Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb). Dibimbing oleh Ir. Rona J. Nainggolan, SU, dan Ir. Terip Karo-Karo, MS. Bagian tanaman gambir yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun dan ranting. Dengan adanya kandungan tanin dan memiliki khasiat sebagai obat-obatan, diharapkan daun gambir tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teh yang memiliki ciri khas sendiri, selain sebagai minuman penyegar juga sekaligus sebagai obat.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancang acak lengkap faktorial dengan perlakuan letak daun (daun pucuk, daun ke-2, daun ke-3 dan daun ke-4) dan lama pelayuan (15, 16, 17 dan 18 jam). Parameter yang dianalisa adalah kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik ( rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, rasa, warna air seduhan, warna ampas seduhan dan berbeda nyata terhadap penampakan partikel. Lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, rasa, warna air seduhan, warna ampas seduhan dan berbeda nyata terhadap penampakan partikel. Interaksi letak daun dan lama pelayuan yang terbaik untuk pembuatan teh daun
gambir adalah daun pucuk dengan lama pelayuan 18 jam. Kata kunci : teh daun gambir, letak daun, lama pelayuan.
ABSTRACT
ESRON GUNANTA SURBAKTI : Study of Tea Making From Gambir Leave
(Uncaria gambir Roxb). Supervised by Rona J. Nainggolan, and Terip Karo-Karo.
The part of gambir plant who have a lot of use is leave and small branch. With the existence of tannin and its medicinal properties, it is hope that gambir leaves can be used as a tea that have a special characteristic, and also as a fresher beverage and medicine.
This research was conducted on July to August 2011 in The Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomised design with two factors i.e : position of leave (tip leaf, 2nd leave, 3th leave and 4th leave) and time of withering (15, 16, 17 and 18 hours). Parameters analysed were tannin content, water content, ash content, organoleptic values (taste, colour, particle appearance, infused leaf colour ).
The results showed that leave position had highly significant effect on tannin content, water content, ash content, taste, colour, infused leaf and had significant effect on particle appearance. Withering time had highly significant effect on tannin content, water content, ash content, taste, colour, infused leaf and had significant effect on particle appearance. The best interaction of position of leave and withering time was tip leaf with withering time of 18 hours.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Esron Gunanta Surbakti, lahir di Berastagi pada tanggal 11 Juli 1989. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari ayahanda N. Surbakti dan ibunda A. Br Ginting, beragama Kristen Katolik.
Pada tahun 2004 penulis memasuki jenjang pendidikan SMA di SMA Yayasan Perguruan Bersama, Berastagi dan lulus pada tahun 2007. Penulis
memasuki Departemen Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB pada tahun 2007.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus IMTHP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian) masa bakti 2010-2011, pengurus IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) Santo Fransiskus Xaverius dan IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Mbuah Page FP USU.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Perkebunan Socfindo Kebun Aek Loba pada bulan Juli-Agustus 2010.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun
judul skripsi ini adalah ”Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan termia kasih kepada Ir. Rona J. Nainggolan, SU selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Terip Karo-Karo, MS selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan
bimbingan yang diberikan mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda N. Surbakti, serta Ibunda A. Br Ginting, kepada abang-abang saya Alm. Andi Alpian Surbakti, Doris Sukanta Surbakti, SP, Tommy Albert Surbakti dan adik-adik saya Seleranta Filisia Br Surbakti dan Peni Kristi Br Surbakti yang mendo’akan dengan tulus dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang terkhusus untuk rekan-rekan THP angkatan 2007 seperjuangan, asisten Laboratorium Teknologi Pangan, Mikrobiologi dan AKBP serta semua pihak yang telah ikut menyukseskan pelaksanaan penelitian penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
(6)
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
Hipotesa Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Teh (Camelia sinensis L.) ... 5
Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) ... 9
Pengolahan Gambir ... 12
Manfaat Gambir ... 12
Pelayuan Teh ... 14
Penggilingan Teh ... 16
Fermentasi Teh ... 16
Pengeringan Teh ... 18
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
Bahan Penelitian ... 20
Bahan Kimia ... 20
Alat ... 20
Metoda Penelitian ... 21
Model Rancangan ... 22
Pelaksanaan Penelitian ... 22
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 23
Parameter Penelitian ... 23
Kadar Tanin ... 23
(7)
Kadar Abu ... 24
Uji Organoleptik Rasa ... 25
Uji Organoleptik Warna Air Seduhan ... 25
Uji Organoleptik Penampakan Partikel ... 25
Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan ... 26
Skema Pembuatan Teh Daun Gambir ... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh letak daun terhadap parameter yang diamati ... 28
Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati ... 29
Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati ... 30
Kadar Tanin Pengaruh Letak Daun Terhadap Kadar Tanin ... 31
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Kadar Tanin ... 33
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Kadar Tanin ... 34
Kadar Air Pengaruh Letak Daun Terhadap Kadar Air ... 37
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Kadar Air ... 38
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Kadar Air ... 39
Kadar Abu Pengaruh Letak Daun Terhadap Kadar Abu ... 42
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Kadar Abu ... 43
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Kadar Abu ... 45
Uji Organoleptik Rasa Pengaruh Letak Daun Terhadap Uji Organoleptik Rasa ... 47
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Rasa ... 48
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Rasa ... 50
Uji Organoleptik Warna Air Seduhan Pengaruh Letak Daun Terhadap Uji Organoleptik Warna Air Seduhan ... 50
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Warna Air Seduhan ... 51
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Warna Air Seduhan ... 53
Uji Organoleptik Penampakan Partikel Pengaruh Letak Daun Terhadap Uji Organoleptik Penampakan Partikel ... 55
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Penampakan Partikel ... 56
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Penampakan Partikel ... 58 Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan
(8)
Pengaruh Letak Daun Terhadap Uji Organoleptik Warna Ampas
Seduhan ... 58
Pengaruh Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan ... 59
Pengaruh Interaksi Letak Daun dan Lama Pelayuan Terhadap Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan ... 61
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 63
Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR LAMPIRAN ... 66
(9)
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Kompoen-komponen yang terdapat dalam gambir... 11
2. Uji hedonik rasa... . 25
3. Uji hedonik warna air seduhan... 25
4. Uji hedonik penampakan partikel... 26
5. Uji hedonik warna ampas seduhan... 26
6. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap parameter yang diamati... 28
7. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati... 29
8. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati... 30
9. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar tanin... 32
10. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin... 33
11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin ... 35
12. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar air... 37
13. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air ... 38
14. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air ... 40
15. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar abu... 42
16. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu... 44
17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu ... 45
(10)
18. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap uji
organoleptik rasa ... 47 19. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap uji
organoleptik rasa ... 49 20. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap uji
organoleptik warna air seduhan ... 50 21. Uji LSR efek utama lama pelayuan terhadap uji organoleptik warna
air seduhan ... 52 22. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan
lama pelayuan terhadap uji organoleptik warna air seduhan... 53 23. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap uji
organoleptik penampakan partikel... 55 24. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap uji
organoleptik penampakan partikel ... 57 25. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap uji
organoleptik warna ampas seduhan ... 58 26. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap uji
organoleptik warna ampas seduhan ... 60 27. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan
(11)
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh... 18
2. Skema pembuatan teh daun gambir... 27
3. Histogram hubungan letak daun terhadap kadar tanin ... 32
4. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar tanin ... 34
5. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin ... 36
6. Histogram hubungan letak daun terhadap kadar air ... 38
7. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar air ... 39
8. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air ... 41
9. Histogram hubungan letak daun terhadap kadar abu ... 43
10. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu ... 44
11. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu ... 46
12. Histogram hubungan letak daun terhadap uji organoleptik rasa... 48
13. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap uji organoleptik rasa... 49
14. Histogram hubungan letak daun terhadap uji organoleptik warna air seduhan ... 51
15. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap uji organoleptik warna air seduhan ... 52
16. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap uji organoleptik warna air seduhan... 54
17. Histogram hubungan letak daun terhadap uji organoleptik penampakan partikel ... 56
(12)
18. Grafik hubungan letak daun terhadap uji organoleptik penampakan
partikel ... 57 19. Histogram hubungan letak daun terhadap uji organoleptik warna
ampas seduhan ... 59 20. Grafik hubungan letak daun terhadap uji organoleptik warna ampas
seduhan... 60 21. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama
pelayuan terhadap uji organoleptik warna ampas seduhan... 62
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Data pengamatan kadar tannin (%)... 66
2. Data pengamatan kadar air (% bb)……… 67
3 Data pengamatan kadar abu (% bk)……….. 68
4. Data pengamatan nilai organoleptik rasa (Numerik)………. 69
5. Data pengamatan nilai organoleptik warna air seduhan (Numerik)……….. 70
6. Data pengamatan nilai organoleptik penampakan partikel (Numerik)………... 71
7. Data pengamatan nilai organoleptik warna ampas seduhan (Numerik)……… 72
8. Gambar Proses Pembuatan Teh Daun Gambir... 73
9. Gambar Produk dan warna seduhan teh daun gambir... 74
(14)
ABSTRAK
ESRON GUNANTA SURBAKTI : Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb). Dibimbing oleh Ir. Rona J. Nainggolan, SU, dan Ir. Terip Karo-Karo, MS. Bagian tanaman gambir yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun dan ranting. Dengan adanya kandungan tanin dan memiliki khasiat sebagai obat-obatan, diharapkan daun gambir tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teh yang memiliki ciri khas sendiri, selain sebagai minuman penyegar juga sekaligus sebagai obat.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancang acak lengkap faktorial dengan perlakuan letak daun (daun pucuk, daun ke-2, daun ke-3 dan daun ke-4) dan lama pelayuan (15, 16, 17 dan 18 jam). Parameter yang dianalisa adalah kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik ( rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, rasa, warna air seduhan, warna ampas seduhan dan berbeda nyata terhadap penampakan partikel. Lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, rasa, warna air seduhan, warna ampas seduhan dan berbeda nyata terhadap penampakan partikel. Interaksi letak daun dan lama pelayuan yang terbaik untuk pembuatan teh daun
gambir adalah daun pucuk dengan lama pelayuan 18 jam. Kata kunci : teh daun gambir, letak daun, lama pelayuan.
ABSTRACT
ESRON GUNANTA SURBAKTI : Study of Tea Making From Gambir Leave
(Uncaria gambir Roxb). Supervised by Rona J. Nainggolan, and Terip Karo-Karo.
The part of gambir plant who have a lot of use is leave and small branch. With the existence of tannin and its medicinal properties, it is hope that gambir leaves can be used as a tea that have a special characteristic, and also as a fresher beverage and medicine.
This research was conducted on July to August 2011 in The Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomised design with two factors i.e : position of leave (tip leaf, 2nd leave, 3th leave and 4th leave) and time of withering (15, 16, 17 and 18 hours). Parameters analysed were tannin content, water content, ash content, organoleptic values (taste, colour, particle appearance, infused leaf colour ).
The results showed that leave position had highly significant effect on tannin content, water content, ash content, taste, colour, infused leaf and had significant effect on particle appearance. Withering time had highly significant effect on tannin content, water content, ash content, taste, colour, infused leaf and had significant effect on particle appearance. The best interaction of position of leave and withering time was tip leaf with withering time of 18 hours.
(15)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teh terbesar di Asia Tenggara dan merupakan negara penghasil teh nomor lima di dunia. Teh yang dihasilkan Indonesia merupakan jenis yang berasal dari tanaman teh Camelia
sinensis. Teh hanya dapat tumbuh pada ketinggian 400-2000 meter diatas
permukaan laut.
Permintaan konsumen dunia akan teh semakin meningkat, namun tanaman penghasil teh tersebut dinilai belum mampu untuk memenuhi kebutuhan permintaan tersebut. Kurangnya pemanfaatan bahan baku lain menjadi produk teh tersebut membuat perkembangan produk teh menjadi terhambat.
Indonesia merupakan negara pengekspor gambir terbesar di dunia. Daerah penghasil gambir tersebut terletak di Provinsi Sumatera Barat (di Kabupaten Lima Puluh Kota) dan Provinsi Sumatera Utara (di Kabupaten Pak-Pak Barat). Bagian tanaman yang dimanfaatkan dari tanaman gambir tersebut hanya sebatas getahnya saja yang diekstrak dari daun dan rantingnya yang kemudian diolah menjadi gambir.
Berdasarkan literatur, bila ditinjau dari segi komposisi kimia, daun gambir juga mengandung tanin seperti daun teh yang diperoleh dari tanaman Camelia
sinensis L. Dengan adanya kandungan tanin dan memiliki khasiat sebagai
obat-obatan, diharapkan daun gambir tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teh yang memiliki ciri khas sendiri, dimana selain sebagai minuman penyegar juga sekaligus sebagai obat.
(16)
Di dunia, Indonesia memegang 80% pangsa pasar sebagai negara pengekspor gambir sehingga indonesia memiliki pasar yang luas untuk pemasaran gambir tersebut. Gambir tersebut seharusnya dapat diolah menjadi produk turunannya yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi seperti gambir murni, gambir terstandarisasi, katekin, tanin, alkaloid gambir atau menjadi minuman gambir sehingga pasar untuk produk gambir tersebut juga semakin meluas.
Tanaman gambir (Uncariagambir Roxb) adalah komoditas spesifik lokasi Sumatera Barat. Artinya komoditas ini tumbuh dan berkembang secara baik di daerah ini dan merupakan mata pencaharian pokok yang memegang peranan penting dalam penerimaan pendapatan masyarakat serta pendapatan daerah dan negara, yaitu sebagai komoditas ekspor yang mampu memberikan sumbangan besar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah dan devisa untuk Negara.
Di indonesia daun dan ranting gambir hanya diolah sampai sebatas bubuk gambir, obat-obatan, dan gambir untuk pelengkap makan sirih. Bubuk gambir merupakan komoditas gambir yang siap diekspor baik ke Hongkong, Yaman, India, Singapura, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Korea, Prancis, Italia dan Sudan. Pada negara-negara tujuan ekspor tersebut, bubuk gambir akan diolah kembali menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis. Beberapa produk turunan gambir yang sudah dioalah dalam skala industri di negara pengimpor tersebut adalah katekin, tanin, kosmetik, biopestisida, pasta gigi, lotion luka bakar, penyamak kulit, pewarna alami, antioksidan, antimikroorganisme, maupun anti karat pada logam.
(17)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Pembuatan Teh Daun Gambir”.
(18)
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh letak daun dan lama pelayuan terhadap mutu teh daun gambir (Uncaria gambir Roxb) dan mempelajari potensi daun gambir untuk digunakan sebagai teh seduh.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber data di dalam penyusunan skripsi di Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi pada pembuatan teh daun gambir.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh letak daun, lama pelayuan, dan interaksi antara letak daun lama pelayuan terhadap mutu teh daun gambir.
(19)
TINJAUAN PUSTAKA
Teh (Camelia sinensis L.)
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman
Camelia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi
menjadi 4 kelompok : teh hitam, teh oolong, teh hijau dan teh putih (http://id.wikipedia.org., 2011).
Teh adalah produk pertanian berupa daun, tunas daun dan ruas dari tanaman Camelia sinensis, diracik dan disajikan dengan berbagai metode. Teh juga mengacu kepada minuman beraroma yang racik dari daun-daunan berkhasiat dengan cara diseduh menggunakan air panas atau mendidih dan menjadi nama umum dari tanaman Camelia sinensis itu sendiri. (http://bicarateh.wordpress.com., 2010).
Manfaat teh antara lain adalah sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah. Melancarkan sirkulasi darah. Maka tidak heran bila minuman ini disebut-sebut sebagai minuman kaya manfaat. Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Kafein pada teh dapat menyebabkan proses penyerapan makanan menjadi terhambat. Batas aman untuk mengkonsumsi kafein dalam sehari adalah 750 mg/hari atau setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml (http://kesehatan.kompasiana.com., 2009).
(20)
Berdasarkan varietasnya, Camelia sinensis dibagi menjadi dua yaitu
Camelia sinensis varietas Assamica dan Camelia sinensis varietas Sinensis. Di indonesia, sebagaian besar tanamannya berupa Camelia sinensis varietas
Assamica. Salah satu kelebihan dari varietas Assamica ini adalah kandungan
polifenolnya yang tinggi. Sehingga sangatlah beralasan bila teh Indonesia lebih berpotensi dalam hal kesehatan dibandingkan teh Jepang maupun teh China yang mengandalkan varietas sinensis sebagai bahan bakunya. Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu kerabat tanin terkodensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh diantaranya adalah vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama flouride yang dapat memperkuat struktur gigi (http://blogs.unpad.ac.id., 2010).
Teh hijau adalah teh yang tidak melewati proses oksidasi enzimatik. Teh jenis ini paling populer dan dipercaya berkhasiat untuk kesehatan. Setelah daunnya dipetik, kemudian memasuki tahapan pelayuan kemudian disangrai untuk mencegah terjadinya proses oksidasi pada daun. Proses terakhir adalah pengeringan daun, agar keharuman dan warna hijaunya tetap terjaga. Teh oolong merupakan teh semioksidasi enzimatis. Proses pengolahannya setelah dipetik, daun dijemur dibawah sinar matahari agar layu. Proses ini ditujukan untuk menurunkan kadar air dan membuat daun lebih lembut. Kemudian daun digiling
(21)
untuk mengeluarkan airnya diikuti proses oksidasi enzimatik yang pendek sebelum dikeringkan di oven. Setelah diproses, warna daunnya berubah menjadi seperti tembaga dengan citarasa ringan, antara teh hijau dan teh hitam. Teh hitam merupakan teh yang mengalami proses oksidasi enzimatis sempurna. Proses pengolahannya dimulai dengan pelayuan selama 12-18 jam. Proses ini untuk mengurangi kadar air dalam daun. Setelah pelayuan, dilakukan penggilingan. Hancurnya membran daun saat penggilingan menyebabkan keluarnya sari teh dan minyak essensial sehingga memunculkan aroma khas
(http://tehkesehatan.com., 2008).
Komponen bioaktif utama dalam teh berperan dalam memberikan efek fisiologis disebut katekin. Katekin ini terdiri dari 4 jenis yaitu epicathecin (EC),
epigallocathecin (EGC), epicathecin gallate (ECG), dan epigallocathecin gallate
(EGCG). Komponen katekin ini lebih banyak terdapat dalam teh hijau dibandingkan teh hitam. Dalam teh hitam, sebagian besar katekin dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin (Hartoyo, 2009).
Adapun taksonomi dari tanaman teh seperti dibawah ini : Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Famili : Theaceae
Genus : Camelia
Species : Camelia sinensis L. (Alf, 2004).
(22)
Secara botanis terdapat 2 jenis teh yaitu Thea Sinensis dan Thea Assamica. Tea Sinensis ini juga disebut teh Jawa yang ditandai dengan ciri-ciri tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Tea Assamica mempunyai ciri-ciri tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat (Soehardjo, et al., 1996).
Pada saat daun teh dibakar, sekitar 4,5-6% sisa sebagai abu dan ini berasal dari hasil oksidasi, pospat, clorida dan senyawa lain dari elemen daun. Ada 5 nutrien paling banyak (mayor) terdapat pada abu daun teh yang dinyatakan sebagai jumlah daun kering yaitu potasium 1,75-2,25%, posfor 0,3-0,5%, kalsium 0,4-0,5%, magnesium 0,2% dan sulfur 0,1-0,3%. Yang disebut elemen paling sedikit (minor) atao trace elements yang dinyatakan dalam ppm dari berat kering daun yaitu besi 500 ppm, mangan 500-1000 ppm, boron, zinc dan klorin 30-50 ppm (Harler, 1996).
Teh diperoleh dari pengolahan daun (pucuk daun dan daun-daun muda) dari tanaman (Camelia sinensis L.). Tanaman ini berasal dari daerah pegunungan di Himalaya. Karenanya di daerah tropik tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah pegunungan, di dataran-dataran tinggi dengan suhu sekitar 14 - 25oC. di
Indonesia tanaman teh tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 250 m - 1.200 m. Panen teh terjadi ketika daun-daun dan tunas-tunas muda yang
di daerah tropika dipetik secara rutin seminggu sekali tergantung pada musim. Daun hijau yang dipetik diangkut ke suatu pabrik untuk diolah menjadi bubuk teh jadi yang berbentuk teh hijau yang diminum di negara-negara Barat atau teh hitam. Teh hijau juga diproses lagi menjadi teh berbau wangi (Spillane, 1992.).
(23)
Dalam perdagangan teh internasional dikenal tiga golongan teh, yang pengolahannya berbeda-beda dan dengan demikian juga bentuk serta cita rasanya, yaitu Black Tea (teh hitam), Green Tea (teh hijau), dan Oolong Tea (teh oolong). Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Disamping itu teh hitam tidak mengandung unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan-bahan non teh (Radiana, 1985).
Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb)
Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 900 m dari permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh serta curah hujan merata sepanjang tahun. Bagian tanaman gambir yang dipanen adalah daun dan ranting yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang bernilai ekonomis (Zuldian, 2009).
Panen dan pemangkasan daun dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 tahun. Pemangkasan dilakukan 2-3 kali setahun dengan selang 4-6 bulan. Pangkasan daun dan ranting harus segera diolah, karena jika pengolahan ditunda lebih dari 24 jam, getahnya akan berkurang (Alim, 2011).
Adanya perbedaan kadar katekin pada gambir dipengaruhi oleh kondisi daun yang diekstrak. Daun gambir muda memiliki kandungan katekin dan rendemen ekstrak lebih tinggi dari daun tua. Penanganan daun yang akan digunakan untuk ekstraksi juga berpengaruh pada kadar katekin gambir seperti
(24)
yang terjadi pada penundaan daun gambir selama dua hari yang berpengaruh pada menurunnya kadar katekin dan rendemen proses ekstraksi daun dan ranting gambir. Tanin yang terdapat dalam gambir merupakan tanin yang tidak dapat dihidrolisis (tanin kondensasi) (Gumbira-Sa’id et al., 2009).
Klasifikasi ilmiah tanaman gambir : Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Species : Uncaria gambir
Gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semi intensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan (Sinaga, 2010).
Daun gambir tumbuh tunggal pada tangkai batang dan saling berhadapan, berwarna hijau dan memiliki panjang 8-13 cm dan lebar 4-7 cm. bentuk daun oval, bagian ujung meruncing, bagian tepi bergerigi dan permukaan tidak berbulu. Tanaman gambir memiliki bunga majemuk berbentuk lonceng dan berwarna merah muda atau hijau yang tumbuh di ketiak daun. Bunga gambir memiliki panjang sekitar 5 cm dengan lima helai mahkota bunga. Buah gambir berbentuk
(25)
bulat telur, berwarna hitam memiliki panjang sekitar 1,5 cm dan dua ruang buah (Gumbira-Sa’id et al., 2009).
Komponen-komponen kimia yang terdapat dalam gambir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen-komponen yang terdapat dalam Gambir
No Nama Komponen Jumlah (%)
1 Cathecin 7 - 33
2 Asam catechutannat 20 – 55
3 Pyrocathecol 20 -33
4 Gambir flouresensi 1 – 3
5 Red catechu 3 – 5
6 Quersetin 2 – 4
7 Fixed oil 1 - 2
8 Lilin 1 – 2
9 Alkaloid Sedikit
Sumber : Thorpe dan Whiteley, 1921 (Gumbira-Sa’id et al., 2009). Syarat tumbuh tanaman gambir :
Tinggi tempat : 200-800 meter diatas permukaan laut Jenis Tanah : Semua jenis tanah
Curah Hujan : + 3.300 mm/tahun Suhu : 26-28oC
pH : 4,8-5,5
Kelembaban : 70-85%
Intensitas Sinar Matahari : Terbuka (100-80%) (Hadad, et al., 2007).
(26)
Pengolahan Gambir
Proses pengolahan gambir adalah proses pengeluaran getah yang terkandung dalam daun dan ranting dengan menggunakan alat pengepres, sedangkan bahan yang akan dikeluarkan adalah catechin, kandungan inilah yang menentukan persyaratan mutu gambir. Bagian gambir yang dipanen adalah daun dan ranting yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang bernilai ekonomis (Alim, 2011).
Teknik pengolahan gambir di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pengolahan gambir cara rakyat, cara Cina dan cara Eropa. Pada pengolahan gambir cara rakyat , daun dipisahkan dari ranting. Selanjutnya daun dicelupkan selama 1-1,5 jam dalam air mendidih dan setiap 0,5 jam dibalik. Daun kemudian dikempa dan dimasak kembali selama 0,5 jam dan ekstrak gambir yang diperoleh diendapkan selama 12 jam. Padatan hasil ekstraksi dipisahkan dan ditiriskan kemudian dicetak dan dikeringkan dengan dijemur atau dipanaskan di atas bara api (Zuldian, 2009).
Manfaat Gambir
Kegunaan utama adalah sebagai komponen menyirih, yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatera hingga Papua sejak paling tidak 2500 tahun yang lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan), penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil untuk industri batik. Selain itu juga gambir digunakan penduduk sebagai ramuan untuk mengkonsumsi sirih dan obat
(27)
untuk sakit perut. Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis
balansa, serta kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain
(http://bisnisukm.com., 2009).
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir Roxb. Di indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68% gambir dari indonesia dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih (Sinaga, 2010).
Gambir antara lain digunakan sebagai zat pewarna industri tekstil, ramuan makan sirih, ramuan obat, penyamak kulit dan ramuan cat. Gambir juga dapat menghambat pertumbuhan jamur dan cukup menghambat dalam pertumbuhan bakteri dan anti jamur (Zuldian, 2009).
Penggunaan gambir di masyarakat berkembang seiring dengan diketahuinya potensi khasiat gambir sebagai sumber obat alami. Secara tradisional, gambir digunakan bersama pinang dan daun sirih untuk menginang dan menjadi obat tradisional dalam mengatasi disentri, diare, luka bakar yang digunakan sebagai obat luar, luka terbuka, sariawan dimulut serta suara parau. Pemanfaatan gambir selain sebagai bahan baku obat alami adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna alami. Pemanfaatan gambir oleh industri memiliki potensi yang dapat terus berkembang seiring dengan berkembangnya industri
(28)
yang menggunakan bahan baku komponen-komponen yang terkandung dalam gambir (katekin, tanin, quersetin, dll) seperti industri farmasi dan kosmetik serta pengolahan pangan dan perekat kayu. Red catechu merupakan gambir yang memberikan warna merah. Quersetin memiliki manfaat sebagai anti-inflammatory
dan antioksidan serta berbagai potensi kesehatan yang menguntungkan lainnya (Gumbira-Sa’id et al., 2009).
Pelayuan Teh
Di dalam praktek pelayuan dilakukan dengan menggunakan kotak layuan
(Withering trough) atau dengan menggunakan rak-rak kayu yang ditumpuk. Di
ujung kotak atau rak terdapat kipas yang berfungsi untuk menarik hawa panas yang dihasilkan dari mesin pengeringan yang terletak disebelah bawah kamar pelayuan (PTM, 2011).
Tujuan Pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air daun teh hingga 70% (persentase ini bervariasi dari satu wilayah dengan yang lain). Daun teh ditempatkan diatas loyang logam (wire mesh) dalam ruangan (semacam oven). Kemudian udara dialirkan untuk mengeringkannya secara keseluruhan. Proses ini memakan waktu 12 hingga 17 jam. Pada akhir pemrosesan daun teh menjadi layu dan lunak hingga mudah untuk dipilin (Foodinfo, 2009).
Persyaratan pelaksanaan pelayuan antara lain :
- Kadar air harus diturunkan sedemikian rupa sehingga mempermudah proses fermentasi.
- Suhu udara panas harus sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi kimia yang menjadi dasar untuk fermentasi dapat berlangsung dengan baik, umumnya temperatur yang baik 28-30oC.
(29)
- Pembalikan daun sebanyak 2-3 kali.
- Waktu untuk melayukan harus cukup lama, sehingga reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan leluasa yaitu antara 16-18 jam dalam keadaan normal.
- Umumnya persentase daun layu berkisar antara 47-49%, kondisi dan mutu dari daun sangat menentukan lama pelayuannya dan kadar air daun setelah pelayuan
(Hamdani et al, 2009).
Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat
Withering trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digengam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak (Andrianis, 2009).
Untuk mencapai kadar air yang diinginkan maka dilakukan proses pembalikan. Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak terbang tertiup blower. Kemudian hamparan pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan ke dalam conveyor
(semacam corong yang dihubungkan dengan alat penggiling) (http://www.google.co.id., 2011).
Perubahan fisik yang jelas adalah melemasnya daun akibat menurunnya kandungan air. Keadaan melemasnya daun ini memberikan kondisi mudah digiling pada daun. Selain itu, pengurangan air dalam daun akan memekatkan
(30)
bahan-bahan yang dikandung dampai apda suatu kondisi yang tepat untuk terjadinya peristiwa oksidasi pada tahap pengolahan berikutnya (Situmorang, 2010).
Penggilingan teh
Secara kimia, proses penggilingan merupakan awal proses terjadinya oksidasi enzimatis yaitu enzim polifenol oksidasi dengan bantuan oksigen. Pada proses tahap kedua ini mengakibatkan dinding sel pada daun teh menjadi rusak (Widhia, 2010).
Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh (Andrianis, 2009).
Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh hitam adalah :
- Memarkan dan menggiling seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel-sel daun mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung secara merata
- Memperkecil daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade-grade teh yang diharapkan oleh pemasaran
- Memeras cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan partikel-partikel teh
(PTM, 2011).
Fermentasi Teh
Ketika proses penggilingan telah sempurna, daun teh ditempatkan dalam bak-bak atau diletakkan diatas meja, sehingga enzim-enzim yang ada di dalam
(31)
daun teh bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi. Hal inilah yang mengahsilkan bau, warna dan mutu dari teh. Pada proses ini daun teh berubah warna hijau, menjadi coklat muda, lalu coklat tua dan perubahan warna daun ini terjadi pada temperatur 26 derajat. Tahap ini merupakan tahap kritis dalam menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan terlalu lama, rasa akan berubah menjadi seperti busuk. Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih satu setengah sampai 2 jam (Foodinfo, 2009).
Selama fermentasi warna daun berubah dan menjadi warna tembaga gelap. Waktu fermentasi dihitung dari waktu penggulungan dimulai dan itu seharusnya sesingkat mungkin dilakukan. Setelah 4 jam terjadi kehilangan kualitas yang cukup besar. Dari ilustrasi reaksi ini, pada 3 jam fermentasi ekstrak bahan larut air mungkin turun menjadi 50 % menjadi 42% yang dihitung dari bahan daun kering, pada waktu yang bersamaan bahan oksidasi menurun dari 330 menjadi 240 unit ( Eden, 1982).
Teh hitam, diperoleh melalui proses fermentasi oleh enzim yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri (Enzim polifenol oksidase). Prosesnya dimulai dengan melayukan daun teh tersebut pada palung pelayu, kemudian digulung sehingga sel-sel daunnya rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu antara 22-28oC, dengan kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir, biasanya dilakukan 2-4 jam (Fitriyanti, 2004).
Pemberhentian proses fermentasi yang terlalu awal akan menghasilkan teh yang warnanya terlalu muda, mutu rendah dan cita rasanya belum terbentuk sempurna. Sebaliknya waktu fermentasi yang terlalu lama akan mengahasilkan teh yang berwarna gelap, cita rasa kurang dan aromanya mulai menurun. Hubungan
(32)
Warna dan mutu belum sempurna
Fermentasi optimum (warna dan mutu seduhan baik)
Warna dan mutu sudah menurun
Kurang Fermentasi Lewat Fermentasi
antara waktu fermentasi dan karakteristik yang dihasilkan pada seduhan teh terlihat pada Gambar 1.
Waktu Fermentasi
Gambar 1. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh (Kamal, 1985).
Pengeringan Teh
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini akan memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95oC selama 20-22 menit (Andrianis, 2009).
Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi pada suatu ketika jumlah zat-zat bernilai yang terkumpul mencapai kadar yang tepat. Suhu 95-98o yang dipakai pada pengeringan akan mengurangi kandungan air teh sampai menajdi 2-3% membuat tahan lama disimpan. Beberapa perubahan kimia lain selain aktivitas enzim adalah pembentukan rasa, warna dan bau spesifik (karena
(33)
pembentukan karamel dari karbohidrat), walaupun minyak essensial yang sudah terbentuk 75-80% akan hilang (Alf, 2004).
Makin muda daun pucuk teh, makin tinggi kandungan bahan kimianya, yang tertinggi terdapatpada daun peko. Zat-zat/senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah :
1. Catechin tidak berwarna tetapi mempengaruhi sifat teh jadi (bubuk teh) baik rasa, warna maupun aromanya. Tannin mengandung 20-30% dari berat kering daun. Pada peko kandungan kimianya 30% dari berat kering, pada daun 2, 3 dan 4, masing-masing 21%, 18% dan 14% sedangkan pada tangkai 6-10 % dari berat kering.
2. Karbohidrat : antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa, kandungan karbohidrat pada teh terkandung 0,75% dari berat kering.
3. Pektin : antara lain sifatnya membentuk lapisan yang mengkilat, beratnya 4,9-7,7% dari berat kering daun.
4. Caffein : Caffein akan menyusun 3-4% dari berat kering daun dan peko mengandung 3-4% dari berat kering, daun lainnya 1,5% dan tangkai 0,5%.
5. Protein : Seluruh protein dan asam amino berkisar antara 1,4%-5% dari berat kering daun.
6. Vitamin : antara lain, Vit P, Vit K, Vit A, Vit B1, dan Vit B2 7. Mineral dalam daunt teh + 4-5% dari berat kering daun
8. Enzim-enzim : amilase, glukosidase, oximetialase, protease dan peroksidase (Alf, 2004).
(34)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gambir yang diperoleh dari Desa Lau Malem Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah aquades, kaolin
powder, larutan indigokarmin, KMnO4 0,1 N, larutan garam asam, larutan garam jenuh dan larutan gelatin.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, blower, cawan aluminium, kotak pelayuan, kotak fermentasi, lampu pijar, kompor, pisau, erlenmeyer, beaker glass, oven, gelas ukur, buret, mortal dan alu, termometer, cawan porselen, desikator, gelas, panci, sendok, saringan teh, baskom, dan klip plastik.
(35)
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dan faktor yang terdiri dari :
Faktor I : Letak Daun Gambir L1 = Daun pucuk L2 = Daun ke-2 L3 = Daun ke-3 L4 = Daun ke-4 Faktor II : Lama Pelayuan
P1 = 15 jam P2 = 16 jam P3 = 17 jam P4 = 18 jam
Kombinasi perlakuan adalah (Tc) = 4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum perlakuan (n) adalah :
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16n ≥ 31
n ≥ 1,93……… Dibulatkan menjadi n = 2 Jadi untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 2 kali.
(36)
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model :
Ŷijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk Dimana :
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor P taraf ke-j dalam ulangan ke-k
μ : Efek nilai tengah
i : Efek faktor L pada taraf ke-i
j : Efek faktor P pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k
€ijk : Efek galat dari Faktor L pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k
(Bangun, 1991).
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
- Dipisahkan daun gambir dari ranting berdasarkan letak daunnya yaitu L1 (daun pucuk), L2 (daun ke-2), L3 (daun ke-3) dan L4 (daun ke-4)
- Dilakukan pelayuan selama P1 (15 jam), P2 (16 jam), P3 (17 jam ) dan P4 (18 jam)
(37)
- Digiling (penggilingan) daun yang telah layu hingga hancur - Difermentasi dengan suhu sekitar 28-29oC selama 90 menit
- Dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 90oC selama 25 menit - Dilakukan analisis terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji
organoleptik (rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Skema pembuatan teh daun gambir dapat dilihat pada Gambar 2. Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap parameter sebagai berikut :
1. Kadar Tanin 2. Kadar Air 3. Kadar Abu
4. Uji Organoleptik Rasa
5. Uji Organoleptik Warna air Seduhan 6. Uji Organoleptik Penampakan Partikel 7. Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan
Parameter Penelitian
1. Kadar Tanin (Sudarmadji et al, 1984)
Sebanyak 5 gr bahan yang telah ditumbuk halus ditambah 400 ml
aquadest kemudian dididihkan selama 30 menit. Kemudian dimasukkan kedalam
labu takar 500 ml dan ditambah aquadest sampai tanda tera, lalu disaring (Filtrat I). Diambil 10 ml Filtrat I ditambah 25 ml larutan indigokarmin dan 750 ml
(38)
emas, misal diperlukan A ml. Diambil 100 ml Filtrat I ditambah berturut-turut 50 ml larutan gelatin, 100 ml larutan garam asam, 10 gram kaolin powder. Selanjutnya digojog kuat-kuat beberapa menit dan disaring (Filtrat II). Diambil 25 ml Filtrat II, dicampur dengan larutan indigokarmin sebanyak 25 ml dan aquadest 750 ml kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, misal butuh B ml. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-oksalat
1 ml KMnO4 0,1 N = 0,00416 gr tannin
Kadar Tannin = ( 50A – 50B) x N / 0,1 x 0,00416 x 100%
2. Kadar Air (Sudarmadji et al, 1984)
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 gr dan diletakkan pada cawan aluminium yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 100 + 1oC selama kurang lebih 5 jam sampai berat konstan. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator, ditimbang bobot akhirnya.
Kadar Air (bb%) = Bobot awal sampel (gr) - Bobot akhir sampel (gr) x 100%
3. Kadar Abu (Sudarmadji et al, 1984)
Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram dan diletakkan dalam cawan porselen yang telah diketahui bobot keringnya. Sebelum diabukan, sampel telah terlebih dahulu dipanaskan diatas pemanas destruksi hingga terbentuk arang dan tidak berasap lagi. Selanjutnya sampel diabukan di dalam tanur listrik pada suhu 550oC hingga terbentuk warna abu-abu. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator. Ditimbang bobot akhirnya dan diulangi hingga bobot akhir konstan.
5
Bobot awal sampel
Kadar Abu (% bk) = Bobot sampel setelah pengabuan (gr) x 100% Bobot awal sampel
(39)
4. Organoleptik Rasa (Numerik) (Soekarto, 1981)
Diseduh 2 gram teh daun gambir dengan air panas sebanyak 200 ml selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala rasa adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Hedonik Rasa
Skala Numerik Keterangan 4 Sangat Suka 3 Suka 2 Agak Suka 1 Tidak Suka
5. Organoleptik Warna Air Seduhan (Liqour) (Numerik) (Soekarto, 1981) Diseduh 2 gram teh daun gambir dengan air panas sebanyak 200 ml selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala warna air seduhan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Uji Hedonik warna air seduhan (liquor)
Skala Numerik Keterangan
4 Air seduhan merah sangat pekat 3 Air seduhan merah pekat
2 Air seduhan merah agak pekat 1 Air seduhan merah tidak pekat
(40)
6. Organoleptik Penampakan Partikel (Appearance) (Numerik) (Soekarto, 1981)
Diseduh 2 gram teh daun gambir dengan air panas sebanyak 200 ml selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala penampakan partikel adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Hedonik penampakan partikel (Appearance)
Skala Numerik Keterangan 4 Sangat baik (Very Good)
3 Baik (Good) 2 Kurang baik (Unsatisfactory)
1 Tidak baik (Bad) Keterangan :
Sangat baik = Tidak ada partikel Baik = Sedikit partikel Kurang baik = Banyak partikel
Tidak baik = Sangat banyak partikel
7. Uji Organoleptik Warna Ampas Seduhan (Infused leaf) (Numerik) (Soekarto, 1981)
Diseduh 2 gram teh daun gambir dengan air panas sebanyak 200 ml selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala warna ampas seduhan adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Uji Hedonik warna ampas seduhan (Infused leaf)
Skala Numerik Keterangan 4 Ampas sangat merah 3 Ampas merah
2 Ampas merah kehijauan 1 Ampas hijau
(41)
Gambar 2. Skema Pembuatan Teh Daun Gambir P1 = 15 jam
P2 = 16 jam P3 = 17 jam P4 = 18 jam
L1 = Daun Pucuk L2 = Daun ke-2 L3 = Daun ke-3 L4 = Daun ke-4 Daun Gambir
Pelayuan dengan suhu 30-31oC
Penggilingan
Fermentasi dengan suhu 28-29oC selama 90 menit
Pengeringan dengan suhu 90oC selama 25 menit
Bubuk Teh
Penyeduhan Teh selama 3 menit
Analisa Kimia -Kadar Tanin -Kadar Air -Kadar Abu Uji Organoleptik
-Rasa -Warna Air Seduhan -Penampakan
Partikel -Warna Ampas
(42)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Letak Daun terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak daun gambir memberikan pengaruh terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan yang dihasilkan dari teh daun gambir, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh letak daun terhadap parameter yang diamati
Letak Daun
Kadar Tanin
Kadar Air
Kadar
Abu Uji Organoleptik (Numerik) (%) (% bb) (% bk) Rasa Warna Air Penampakan
Warna Ampas
Seduhan Partikel Seduhan
L1 5,15 4,59 4,61 3,15 2,77 3,23 2,98
L2 4,42 4,04 4,92 2,83 2,72 3,14 2,53
L3 4,26 2,43 5,03 2,80 2,51 3,02 2,20
L4 3,38 2,21 5,11 2,75 2,42 3,09 1,99
Keterangan : L1 = Daun Pucuk, L2 = Daun ke-2, L3 = Daun ke-3, L4 = Daun ke-4
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh
terhadap parameter yang yang diamati. Kadar tanin tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 5,15% dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 3,38%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 4,59 (% bb) dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,21 (% bb). Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 5,11 (% bk) dan terendah terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 4,61 (% bk). Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,15 dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,75. Uji organoleptik warna air seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,77 dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,42. Uji organoleptik penampakan partikel tertinggi
(43)
terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,23 dan terendah terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 3,02. Uji organoleptik warna ampas seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,98 dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 1,99.
Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan yang dihasilkan dari teh daun gambir, seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati Lama
Pelayuan
Kadar Tanin
Kadar Air
Kadar
Abu Uji Organoleptik (Numerik) (%) (% bb) (% bk) Rasa Warna Air Penampakan
Warna Ampas
Seduhan Partikel Seduhan
P1 3,17 3,94 4,69 2,73 2,39 3,21 2,16
P2 4,11 3,48 4,83 2,82 2,56 3,17 2,37
P3 4,73 3,11 4,95 2,94 2,70 3,02 2,54
P4 5,20 2,74 5,21 3,03 2,79 3,07 2,65
Keterangan : P1 = 15 jam, P2 = 16 jam, P3 = 17 jam, P4 = 18 jam
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang yang diamati. Kadar tanin tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 yaitu sebesar 5,20% dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,17%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,94 (% bb) dan terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 2,74 (% bb). Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 5,21 (% bk) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 4,69 (% bk). Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 3,03 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 2,73. Uji organoleptik warna air seduhan tertinggi
(44)
terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 2,79 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 2,39. Uji organoleptik penampakan partikel tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,21 dan terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 3,02. Uji organoleptik warna ampas seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 2,65 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 2,16.
Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara letak daun dan lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan yang dihasilkan teh daun gambir dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
Perlakuan Kadar Tanin
Kadar Air
Kadar
Abu Uji Organoleptik (Numerik) (%) (% bb) (% bk) Rasa
Warna
Air Penampakan Warna Ampas
Seduhan Partikel Seduhan
L1P1 3,02 5,53 4,40 2,96 2,55 3,36 2,59
L1P2 3,10 4,82 4,60 3,09 2,78 3,24 2,98
L1P3 3,26 4,36 4,72 3,23 2,82 3,14 3,14
L1P4 3,32 3,66 4,74 3,32 2,96 3,18 3,23
L2P1 2,60 4,90 4,75 2,73 2,64 3,14 2,27
L2P2 2,70 4,38 4,88 2,78 2,69 3,14 2,36
L2P3 2,82 3,69 4,96 2,87 2,78 3,09 2,69
L2P4 2,99 3,21 5,11 2,96 2,78 3,18 2,82
L3P1 2,52 2,80 4,75 2,64 2,23 3,14 2,00
L3P2 2,62 2,52 4,92 2,73 2,54 3,09 2,14
L3P3 2,75 2,32 5,05 2,87 2,59 2,91 2,27
L3P4 2,80 2,10 5,42 2,96 2,69 2,96 2,41
L4P1 2,43 2,55 4,84 2,59 2,14 3,23 1,78
L4P2 2,52 2,21 4,92 2,69 2,23 3,23 2,00
L4P3 2,64 2,08 5,09 2,82 2,60 2,96 2,05
L4P4 2,75 2,06 5,58 2,91 2,73 2,96 2,14
Keterangan : L1 = Daun Pucuk, L2 = Daun ke-2, L3 = Daun ke-3, L4 = Daun ke-4, P1 = 15 jam,
(45)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa interaksi antara letak daun dan lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar tanin tertinggi terdapat pada perlakuan L1P4 yaitu sebesar 3,32% dan terendah pada perlakuan L4P1 yaitu sebesar 2,43%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1P1 yaitu sebesar 5,53 (% bb) dan terendah terdapat pada perlakuan L4P4 yaitu sebesar 2,06 (% bb). Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan L4P4 yaitu sebesar 5,58 (% bk) dan terendah terdapat pada perlakuan L1P1 yaitu sebesar 4,40 (% bk). Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1P4 yaitu sebesar 3,32 dan terendah terdapat pada perlakuan L4P1 yaitu sebesar 2,59. Uji organoleptik warna air seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan L1P4 yaitu sebesar 2,96 dan terendah terdapat pada perlakuan L4P1 yaitu sebesar 2,14. Uji organoleptik penampakan partikel tertinggi terdapat pada perlakuan L1P1 yaitu sebesar 3,36 dan terendah terdapat pada perlakuan L3P3 yaitu sebesar 2,91. Uji organoleptik warna ampas seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan L1P4 yaitu sebesar 3,23 dan terendah terdapat pada perlakuan L3P1 dan L4P2 yaitu sebesar 2,00.
1. Kadar Tanin
Pengaruh letak daun terhadap kadar tanin
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar tanin teh daun gambir yang dihasilkan.
(46)
Hasil uji LSR terhadap perlakuan letak daun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar tanin
Jarak
LSR
Letak Daun
Rataan (%)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1 = Daun Pucuk 5,15 a A
2 0,259 0,356 L2 = Daun ke-2 4,42 b B
3 0,272 0,375 L3 = Daun ke-3 4,26 b B
4 0,279 0,384 L4 = Daun ke-4 3,38 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan L3 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Kadar tanin tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 5,15% dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 3,38%.
Hubungan letak daun terhadap kadar tanin teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.
(47)
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin bawah letak daun maka kadar tanin semakin menurun.
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar tanin teh daun gambir yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap perlakuan lama pelayuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin
Jarak LSR Lama Rataan
(%)
Notasi
0,05 0,01 Pelayuan 0,05 0,01
- - - P1 = 15 jam 3,17 d D
2 0,259 0,356 P2 = 16 jam 4,11 c C
3 0,272 0,375 P3 = 17 jam 4,73 b B
4 0,279 0,384 P4 = 18 jam 5,20 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4. Kadar tanin tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 5,20% dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,17%.
(48)
Hubungan lama pelayuan terhadap kadar tanin teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar tanin
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar tanin semakin tinggi.
Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar tanin teh daun gambir yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap perlakuan pada interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin dapat dilihat pada Tabel 11.
(49)
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin
Jarak LSR Perlakuan Rataan
(%)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1P1 3,53 fg EFG
2 0,518 0,713 L1P2 5,41 bc ABC
3 0,544 0,749 L1P3 5,62 ab AB
4 0,558 0,768 L1P4 6,03 a A
5 0,570 0,784 L2P1 3,33 g FGH
6 0,577 0,794 L2P2 3,95 ef EF
7 0,582 0,806 L2P3 4,99 cd BCD
8 0,585 0,815 L2P4 5,41 bc ABC
9 0,589 0,822 L3P1 3,12 gh GHI
10 0,592 0,827 L3P2 3,95 ef EF
11 0,592 0,832 L3P3 4,79 d CD
12 0,594 0,836 L3P4 5,20 bcd ABC
13 0,594 0,839 L4P1 2,71 h HIJ
14 0,596 0,842 L4P2 3,12 gh GHI
15 0,596 0,846 L4P3 3,53 fg EFG
16 0,597 0,848 L4P4 4,16 e DE
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kadar tanin tertinggi terdapat pada perlakuan L1P4 yaitu sebesar 6,03% dan terendah terdapat pada perlakuan P4L1 yaitu sebesar 2,71 %.
(50)
Hubungan interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin (%) teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar tanin
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin bawah letak daun maka kadar tanin pada semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gumbira-Sa’id
et al (2009) yang menyatakan bahwa adanya perbedaan kadar katekin pada
gambir dipengaruhi oleh kondisi daun yang diekstrak. Daun gambir muda memiliki kandungan katekin dan rendemen ekstrak yang lebih tinggi dari daun tua. Dari Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar tanin semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alf (2004) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi selama pelayuan adalah melemasnya daun akibat menurunnya kandungan air, selain itu pengurangan air dalam daun akan memekatkan bahan-bahan yang dikandung.
(51)
2. Kadar Air
Pengaruh letak daun terhadap kadar air
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap perlakuan letak daun dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar air
Jarak LSR Letak Daun Rataan
(% bb)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1 = Daun Pucuk 4,59 a A
2 0,175 0,240 L2 = Daun ke-2 4,04 b B
3 0,183 0,253 L3 = Daun ke-3 2,43 c C
4 0,188 0,259 L4 = Daun ke-4 2,21 d CD
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata terhadap perlakuan L4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 4,59 (% bb) dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,21 (% bb).
(52)
Hubungan letak daun terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Histogram hubungan letak daun terhadap kadar air
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin bawah letak daun maka kadar air semakin rendah.
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap perlakuan lama pelayuan dapat dilihat yaitu pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air
Jarak LSR Lama Rataan
(% bb)
Notasi
0,05 0,01 Pelayuan 0,05 0,01
- - - P1 = 15 jam 3,94 a A
2 0,175 0,240 P2 = 16 jam 3,48 b B
3 0,183 0,253 P3 = 17 jam 3,11 c C
4 0,188 0,259 P4 = 18 jam 2,74 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
(53)
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,94 (% bb) dan terendah pada perlakuan P4 yaitu sebesar 2,74 (% bb).
Hubungan lama pelayuan terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar air (% bb)
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar air semakin rendah.
Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap perlakuan pada interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 14.
(54)
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air
Jarak LSR Perlakuan Rataan
(% bb)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1P1 5,53 a A
2 0,349 0,481 L1P2 4,82 b B
3 0,367 0,505 L1P3 4,36 c B
4 0,376 0,518 L1P4 3,66 d C
5 0,384 0,529 L2P1 4,90 b B
6 0,389 0,536 L2P2 4,38 c B
7 0,392 0,544 L2P3 3,69 d C
8 0,395 0,550 L2P4 3,21 e CD
9 0,397 0,554 L3P1 2,80 f DE
10 0,399 0,558 L3P2 2,52 fg EFG
11 0,399 0,561 L3P3 2,32 gh EFG
12 0,401 0,564 L3P4 2,10 hij FG
13 0,401 0,566 L4P1 2,55 fg EF
14 0,402 0,568 L4P2 2,21 ghi FG
15 0,402 0,571 L4P3 2,08 hij FG
16 0,403 0,572 L4P4 2,00 hij G
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1L1 yaitu sebesar 5,53 (% bb) dan terendah terdapat pada perlakuan P4L4 yaitu sebesar 2,00 (% bb).
(55)
Hubungan interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air (% bb) teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Hubungan interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar air
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada daun pucuk dan kadar air semakin menurun dengan semakin tuanya daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heriyanto dan Limantara (2006) yang menyatakan bahwa kandungan air pada daun dan batang akan turun perlahan sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Pada Gambar 8 juga dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar air pada masing-masing daun juga semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Situmorang (2010) yang menyatakan bahwa tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada pucuk, untuk meningkatkan konsentrasi zat-zat didalam getahnnya serta untuk menjadikan daun teh menjadi kenyal agar tidak lekas hancur sebelum getahnya terperas sebanyak-banyaknya ketika didalam mesin giling.
(56)
3. Kadar Abu
Pengaruh letak daun terhadap kadar abu
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar abu teh daun gambir yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap perlakuan letak daun dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar abu
Jarak LSR Letak Daun Rataan
(% bk)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1 = Daun Pucuk 4,61 d C
2 0,091 0,125 L2 = Daun ke-2 4,92 c B
3 0,096 0,132 L3 = Daun ke-3 5,03 b AB
4 0,098 0,135 L4 = Daun ke-4 5,11 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda nyata terhadap perlakuan L2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda nyata terhadap perlakuan L3 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata terhadap perlakuan L4. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 5,11 (% bk) dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 4,61 (% bk).
(57)
Hubungan letak daun terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 . Histogram hubungan letak daun terhadap kadar abu
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin bawah letak daun maka kadar abu semakin meningkat.
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air teh daun gambir yang dihasilkan.
(58)
Hasil uji LSR terhadap perlakuan lama pelayuan dapat dilihat yaitu pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu
Jarak LSR Lama Rataan
(% bk)
Notasi
0,05 0,01 Pelayuan 0,05 0,01
- - - P1 = 15 jam 4,69 d D
2 0,091 0,125 P2 = 16 jam 4,83 c BC 3 0,096 0,132 P3 = 17 jam 4,95 b B 4 0,098 0,135 P4 = 18 jam 5,21 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata terhadap perlakuan P3 dan sangat nyata terhadap perlakuan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 5,21 (% bk) dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 4,69 (% bk). Hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar abu semakin meningkat.
(59)
Pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar abu teh daun gambir yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap perlakuan pada interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu
Jarak LSR Perlakuan Rataan
(% bk)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1P1 4,40 h EF
2 0,182 0,251 L1P2 4,60 g DE
3 0,191 0,263 L1P3 4,72 efg CD
4 0,196 0,270 L1P4 4,74 efg CD
5 0,200 0,276 L2P1 4,75 efg CD
6 0,203 0,279 L2P2 4,88 cdef BCD
7 0,205 0,283 L2P3 4,96 bcd BC
8 0,206 0,286 L2P4 5,11 b B
9 0,207 0,289 L3P1 4,75 efg CD
10 0,208 0,291 L3P2 4,92 bcde BC
11 0,208 0,293 L3P3 5,05 bc B
12 0,209 0,294 L3P4 5,42 a A
13 0,209 0,295 L4P1 4,84 defg BCD
14 0,209 0,296 L4P2 4,92 bcde BC
15 0,209 0,297 L4P3 5,09 b B
16 0,210 0,298 L4P4 5,58 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P4L4 yaitu sebesar 5,58 (% bk) dan terendah terdapat pada perlakuan L1P1 yaitu sebesar 4,40 (% bk).
(60)
Hubungan interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu (% bk) teh daun gambir yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik hubungan pengaruh interaksi antara letak daun dan lama pelayuan terhadap kadar abu
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin bawah (tua) letak daun maka kadar abu semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2008) yang menyatakan bahwa semakin hijau warna daun semakin tinggi kandungan klorofilnya dimana salah satu penyusun klorofil selain C, H, O, N yaitu Mg (mineral). Dengan semakin banyaknya kandungan klorofil pada daun tua maka salah satu komponen penyusun klorofil yaitu Mg juga semakin banyak yang dihitung sebagai mineral (abu). Dari Gambar 11 juga dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar abu semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Situmorang (2010) yang menyatakan bahwa tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada pucuk, untuk meningkatkan konsentrasi zat didalam getahnnya. Jadi dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat didalam getahnya maka konsentrasi mineral juga meningkat.
(61)
4. Uji Organoleptik Rasa
Pengaruh letak daun terhadap uji Organoleptik rasa
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik rasa teh daun gambir yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap perlakuan letak daun dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap uji organoleptik rasa
Jarak LSR Letak Daun Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - L1 = Daun Pucuk 3,15 a A
2 0,080 0,111 L2 = Daun ke-2 2,83 b B
3 0,084 0,116 L3 = Daun ke-3 2,80 bc BC
4 0,087 0,119 L4 = Daun ke-4 2,75 bcd BCD
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata terhadap perlakuan L4. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,15 dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,75.
(62)
Hubungan letak daun terhadap uji organoleptik rasa dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Histogram hubungan letak daun terhadap uji organoleptik rasa
Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa semakin bawah letak daun maka uji organoleptik rasa semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
http://www.litbang.deptan.go.id. (2007) yang menyatakan bahwa rasa daun
gambir sepat-sepat manis. Sehingga rasa dari seduhan daun gambir disukai oleh panelis.
Pengaruh lama pelayuan terhadap uji organoleptik rasa
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa letak daun memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik rasa teh daun gambir yang dihasilkan.
(1)
Data Pengamatan Organoleptik Rasa (Numerik)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II
L1P1 2,91 3,00 5,91 2,96
L1P2 3,00 3,18 6,18 3,09
L1P3 3,18 3,27 6,45 3,23
L1P4 3,27 3,36 6,63 3,32
L2P1 2,73 2,73 5,46 2,73
L2P2 2,73 2,82 5,55 2,78
L2P3 2,91 2,82 5,73 2,87
L2P4 3,00 2,91 5,91 2,96
L3P1 2,73 2,54 5,27 2,64
L3P2 2,64 2,82 5,46 2,73
L3P3 2,82 2,91 5,73 2,87
L3P4 2,91 3,00 5,91 2,96
L4P1 2,54 2,64 5,18 2,59
L4P2 2,73 2,64 5,37 2,69
L4P3 2,82 2,82 5,64 2,82
L4P4 2,91 2,91 5,82 2,91
Total 92,200
Rataan 2,881
Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Rasa
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 1,225 0,082 14,214 ** 2,35 3,41
L 3 0,775 0,258 44,965 ** 3,63 5,29
L Lin 1 0,595 0,595 103,654 ** 4,49 8,53
L Kuad 1 0,146 0,146 25,384 ** 4,49 8,53
L Kub 1 0,034 0,034 5,857 * 4,49 8,53
P 3 0,436 0,145 25,328 ** 3,63 5,29
P Lin 1 0,435 0,435 75,686 ** 4,49 8,53
P Kuad 1 0,000 0,000 0,002 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,002 0,002 0,294 tn 4,49 8,53
LxP 9 0,013 0,001 0,260 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,092 0,006
Total 31 1,317
Keterangan: FK = 265,651 KK = 2,630%
** = sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata
(2)
Data Pengamatan Organoleptik Warna Air Seduhan (Numerik)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II
L1P1 2,64 2,45 5,09 2,55
L1P2 2,73 2,82 5,55 2,78
L1P3 2,82 2,82 5,64 2,82
L1P4 2,91 3,00 5,91 2,96
L2P1 2,64 2,64 5,28 2,64
L2P2 2,64 2,73 5,37 2,69
L2P3 2,73 2,82 5,55 2,78
L2P4 2,82 2,73 5,55 2,78
L3P1 2,27 2,18 4,45 2,23
L3P2 2,45 2,64 5,08 2,54
L3P3 2,54 2,64 5,18 2,59
L3P4 2,64 2,73 5,37 2,69
L4P1 2,18 2,10 4,28 2,14
L4P2 2,18 2,27 4,45 2,23
L4P3 2,64 2,54 5,19 2,60
L4P4 2,64 2,82 5,46 2,73
Total 83,400
Rataan 2,606
Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Warna Air Seduhan
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 1,595 0,106 17,383 ** 2,35 3,41
L 3 0,672 0,224 36,592 ** 3,63 5,29
L Lin 1 0,640 0,640 104,611 ** 4,49 8,53
L Kuad 1 0,002 0,002 0,400 tn 4,49 8,53
L Kub 1 0,029 0,029 4,766 * 4,49 8,53
P 3 0,722 0,241 39,348 ** 3,63 5,29
P Lin 1 0,710 0,710 116,073 ** 4,49 8,53
P Kuad 1 0,012 0,012 1,963 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,007 tn 4,49 8,53
LxP 9 0,201 0,022 3,659 * 2,54 3,78
Galat 16 0,098 0,006
Total 31 1,693
Keterangan: FK = 217,3613 KK = 3,0013%
** = * =
sangat nyata nyata tn = tidak nyata
(3)
Data Pengamatan Organoleptik Penampakan Partikel (Numerik)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II
L1P1 3,45 3,27 6,72 3,36
L1P2 3,18 3,27 6,48 3,24
L1P3 3,27 3,00 6,27 3,14
L1P4 3,18 3,18 6,36 3,18
L2P1 3,00 3,27 6,27 3,14
L2P2 3,18 3,10 6,28 3,14
L2P3 3,00 3,18 6,18 3,09
L2P4 3,18 3,18 6,36 3,18
L3P1 3,00 3,27 6,27 3,14
L3P2 3,18 3,00 6,18 3,09
L3P3 3,00 2,82 5,82 2,91
L3P4 2,91 3,00 5,91 2,96
L4P1 3,18 3,27 6,45 3,23
L4P2 3,18 3,27 6,45 3,23
L4P3 3,00 2,91 5,91 2,96
L4P4 2,91 3,00 5,91 2,96
Total 99,820
Rataan 3,119
Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Penampakan Partikel
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 0,460 0,031 2,395 * 2,35 3,41
L 3 0,180 0,060 4,687 * 3,63 5,29
L Lin 1 0,112 0,112 8,778 ** 4,49 8,53
L Kuad 1 0,051 0,051 4,000 tn 4,49 8,53
L Kub 1 0,016 0,016 1,281 tn 4,49 8,53
P 3 0,192 0,064 4,987 * 3,63 5,29
P Lin 1 0,139 0,139 10,878 ** 4,49 8,53
P Kuad 1 0,014 0,014 1,129 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,038 0,038 2,955 tn 4,49 8,53
LxP 9 0,088 0,010 0,767 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,205 0,013
Total 31 0,665
Keterangan: FK = 311,376 KK = 3,627%
** = sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata
(4)
Data Pengamatan Organoleptik Warna Ampas Seduhan (Numerik)
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II
L1P1 2,54 2,64 5,18 2,59
L1P2 2,91 3,00 5,95 2,98
L1P3 3,10 3,18 6,28 3,14
L1P4 3,18 3,27 6,45 3,23
L2P1 2,36 2,18 4,54 2,27
L2P2 2,36 2,36 4,72 2,36
L2P3 2,73 2,64 5,37 2,69
L2P4 2,91 2,73 5,64 2,82
L3P1 2,00 2,00 4,00 2,00
L3P2 2,10 2,18 4,28 2,14
L3P3 2,36 2,18 4,54 2,27
L3P4 2,36 2,45 4,81 2,41
L4P1 1,73 1,82 3,55 1,78
L4P2 2,00 2,00 4,00 2,00
L4P3 2,10 2,00 4,10 2,05
L4P4 2,18 2,10 4,28 2,14
Total 77,69
Rataan 2,43
Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Warna Ampas Seduhan
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 5,688 0,379 70,836 ** 2,350 3,410
L 3 4,478 1,493 278,811 ** 3,630 5,290
L Lin 1 4,366 4,366 815,581 ** 4,490 8,530
L Kuad 1 0,112 0,112 20,853 ** 4,490 8,530
L Kub 1 0,000 0,000 0,000 tn 4,490 8,530
P 3 1,087 0,362 67,701 ** 3,630 5,290
P Lin 1 1,068 1,068 199,445 ** 4,490 8,530
P Kuad 1 0,020 0,020 3,643 tn 4,490 8,530
P Kub 1 0,000 0,000 0,014 tn 4,490 8,530
LxP 9 0,123 0,014 2,556 * 2,540 3,780
Galat 16 0,086 0,005
Total 31 5,774
Keterangan: FK = 188,62 KK = 3,014%
** = sangat nyata * = nyata
(5)
Gambar Proses Pembuatan Teh Daun Gambir
Gambar Proses Pelayuan
Gambar Proses Penggilingan
(6)