Hubungan Sindrom Metabolik dengan Kejadian Disfungsi Ereksi pada Pasien Pria Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar.
HUBUNGAN SINDROM METABOLIK DENGAN KEJADIAN
DISFUNGSI EREKSI PADA PASIEN PRIA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH
DENPASAR
Ni Putu Tesi Maratni
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRAK
Disfungsi ereksi (DE) adalah salah satu komplikasi kronik yang sering terjadi pada
pasien pria dengan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Salah satu faktor yang diasumsikan
berkaitan terhadap kejadian DE adalah sindrom metabolik. Penelitian ini dibuat untuk
mengetahui hubungan sindrom metabolik dengan kejadian DE pada pasien pria DMT2.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 34 sampel penelitian di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Denpasar pada bulan November dan Desember 2013
yang dipilih secara konsekutif. Disfungsi ereksi dinilai menggunakan kuisioner The
International Index of Erectile Function 15 (IIEF 15). Sindrom metabolik didiagnosis
menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel
III (NCEP ATP III). Data demografis dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien
diambil dari rekam medis. Data dianalisis mengunakan uji bivariat kai kuadrat. Hasil
penelitian menunjukkan status sindrom metabolik tidak berhubungan bermakna secara
statistik dengan kejadian DE pada pasien DMT2 (p=0,913; 95% IK 0,082–10,228).
Kata kunci: Sindrom metabolik, Disfungsi ereksi, Diabetes melitus tipe 2.
ABSTRACT
Erectile dysfunction (ED) is a commonly chronic complication among men with type 2
diabetes mellitus (T2DM). The associated factor of diabetes-induced erectile
dysfunction is metabolic syndrome. This research is designed to observe the relationship
of metabolic syndrome and ED in T2DM patients. This cross sectional study has 34
consecutive samples and is conducted at Internal Medicine Outpatient Clinic of Sanglah
Hospital in November and December 2013. ED is diagnosed based on The International
Index of Erectile Function 15 (IIEF 15) questionnaire. Metabolic syndrome is diagnosed
based on revised National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
(NCEP ATP III) criteria. Demographic data and laboratory results are taken from
medical records. Data are analyzed by chi square bivariate test. The results showed
metabolic syndrome does not correlate significantly with ED among T2DM patients
(p=0.913; 95% CI 0.082–10.228).
Keywords: Metabolic syndrome, Erectile dysfunction, Type 2 diabetes mellitus.
PENDAHULUAN
Peningkatan usia harapan hidup
hiperlipidemia, dan diabetes melitus
menyebabkan peningkatan prevalensi
(DM). DM merupakan suatu kondisi
penyakit degeneratif seperti penyakit
serius yang berpotensi menimbulkan
jantung
komplikasi berbahaya yang berdampak
koroner,
hipertensi,
1
kepada semua kelompok usia di seluruh
metabolik. Sindrom metabolik menurut
dunia.
National
DM
merupakan
Cholesterol
Education
kumpulan
Program Adult Treatment Panel III
ditandai
(NCEP ATP III) adalah sekelompok
dengan kondisi hiperglikemia kronis
kelainan metabolik baik lipid maupun
akibat dari adanya kelainan sekresi
non-lipid yang merupakan faktor risiko
insulin, gangguan kerja insulin, atau
penyakit jantung koroner yang terdiri
kelainan
metabolik
keduanya.
yang
1
dari obesitas abdominal, dislipidemia
DM Tipe 2 (DMT2) merupakan
aterogenik (kadar trigliserida tinggi dan
bentuk predominan dari DM, yaitu
high density lipoprotein (HDL) rendah),
sekitar 90% dari semua kasus DM.
hipertensi, serta kadar glukosa plasma
Terdapat
faktor
abnormal. Adanya sindrom metabolik
genetik (berkaitan dengan gangguan
dapat memperparah kondisi resistensi
sekresi insulin, resistensi insulin) dan
insulin
faktor lingkungan (obesitas, kurang
munculnya
berolahraga, stres, dan proses penuaan)
DMT2.4
kombinasi
antara
pada DMT2.1,2
dan berdampak pula pada
berbagai
Disfungsi
komplikasi
seksual
adalah
orang
komplikasi DM yang biasa terjadi,
diperkirakan mengalami DM pada tahun
tetapi jarang dikeluhkan oleh pasien.
2011, dan cenderung akan meningkat
DE merupakan bentuk disfungsi seksual
menjadi 552 juta pada tahun 2030.2
yang paling sering terjadi pada pasien
Negara berkembang seperti Indonesia
pria dengan DMT2. DE didefinisikan
menempati
sebagai
Sebanyak
336
urutan
juta
ke-4
jumlah
ketidakmampuan
untuk
penderita diabetes melitus di dunia
mencapai atau mempertahankan ereksi
setelah
sehingga
Serikat.
India,
Cina
Diperkirakan
dan
di
Amerika
tercapai.
Indonesia
kepuasan
seksual
tidak
5
terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang
Penyedia layanan kesehatan jarang
DM di daerah urban dan 5,5 juta di
bertanya secara spesifik tentang fungsi
daerah rural.3
seksual pada pasien pria DMT2. Hal ini
mungkin disebabkan karena isu tentang
Keadaan resistensi insulin yang
terjadi
pada
diasosiasikan
DMT2
dengan
kerap
gangguan fungsi seksual merupakan hal
kali
yang
sindrom
2
sensitif
untuk
dibicarakan,
sehingga masalah DE ini menjadi
dan lipid. Apabila tidak ditangani,
terabaikan. Terlebih lagi belum banyak
kondisi ini akan berdampak pada
penelitian yang membahas mengenai
penurunan massa dan gangguan
pengaruh sindrom metabolik terhadap
fungsi sel beta pankreas. Hal ini
kejadian DE pada pasien DMT2 di
menyebabkan
Indonesia. Berdasarkan uraian di atas,
glukosa darah yang permanen.7
peningkatan
kadar
maka dirasa perlu untuk membuat suatu
b. Resistensi insulin
penelitian untuk mengetahui hubungan
antara
sindrom
metabolik
Resistensi insulin merupakan
dengan
suatu
kejadian DE pada pasien pria DMT2.
kondisi
penurunan
telah
sensitivitas
terjadinya
jaringan
terhadap insulin. Resistensi insulin
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
biasanya sudah meningkat pada fase
Dasar dari homeostasis glukosa
pre-diabetes karena ada penurunan
yang abnormal pada DMT2 terjadi
akibat
sekresi
insulin
yang
respon
tidak
Faktor
(yang berperan dalam stimulasi transpor
supresi
glukosa
hepar),
dan
pengeluaran
dan gen uncoupling protein (UCP)
diasosiasikan
insulin.
Keadaan
ini
Glukolipotoksisitas
dan
sebelum
peranan penting dalam mengganggu
klinis
DMT2.
pensinyalan insulin. Mediator yang
disebut
dengan
terlibat
diobservasi
onset
obesitas
mediator inflamasi juga memegang
kuantitas insulin yang disekresikan
terjadinya
dengan
viseral dan mengakibatkan resistensi
insulin
menyebabkan terjadinya penurunan
bisa
seperti
(IRS-1), gen reseptor adrenergik β3,
a. Gangguan sekresi insulin
yang
genetik
dan insulin receptor substrate-1
peningkatan
sekresi
terhadap
polimorfisme gen reseptor insulin
produksi glukosa oleh hati.6
Gangguan
beta
sel beta yang tidak maksimal.6
metabolik, resistensi pada kerja insulin
dan
sel
glukosa dan kapasitas sekresi insulin
adekuat untuk memenuhi kebutuhan
glukosa
dari
seperti
adipocyte-derived
bioactive substances (adipokines),
impaired glucose tolerance (IGT).
tumor necrosis factor alpha (TNF-
IGT menyebabkan hiperglikemia
α), leptin, resistin, asam lemak
pos prandial serta toksisitas glukosa
bebas, dan adiponektin.7
3
menyebabkan menurunnya sensitivitas
c. Peningkatan produksi glukosa
insulin di otot dengan menghambat
oleh hati
Penurunan
respon
insulin-mediated glucose uptake. Hal ini
hati
terhadap insulin terjadi pada proses
menyebabkan
penekanan produksi glukosa melalui
glukosa yang diubah menjadi glikogen,
glukoneogenesis dan pengeluaran
dan meningkatkan akumulasi lipid.10
glukosa
glikogenolisis.6
melalui
penurunan
jumlah
Asam lemak bebas dalam jumlah
Proses esensial lain yang terjadi di
berlebihan
hati adalah metabolisme lipid, yang
parakrin dan endokrin menuju keadaan
mencakup oksidasi asam lemak,
proinflamasi. Sekresi interleukin-6 (IL-
sintesis asam lemak, kolesterol, dan
6) dan TNF-α menginduksi lipolisis dan
empedu.8
asam
juga
mengaktivasi
jalur
menyebabkan resistensi insulin di otot.
Gangguan
metabolisme glukosa dan lipid yang
Terjadi
tidak teregulasi dengan baik pada
fibrinogen dan plasminogen activator
organ
inhibitor-1 (PAI-1) oleh hati sehingga
hati
peningkatan
ini
menyebabkan
konsentrasi
pula
terjadi
glukosa
darah tidak terkontrol.6,8
peningkatan
keadaan
Penurunan
produksi
produksi
protrombotik.
mediator
anti-
inflamasi dan adiponektin inilah yang
menyebabkan
Patofisiologi Sindrom Metabolik
metabolik.
Obesitas abdominal dan resistensi
terjadinya
sindrom
9,10
insulin menjadi dasar patofisiologi dari
Patofisiologi Disfungsi Ereksi
sindrom metabolik. Asam lemak bebas
Disfungsi
hasil dari proses lipolisis dalam jumlah
banyak
adiposa.9
dikeluarkan
dari
Asam
lemak
ereksi
merupakan
bentuk disfungsi seksual yang paling
jaringan
sering
bebas
terjadi
pada
DMT2.
DE
produksi
didefinisikan sebagai ketidakmampuan
glukosa dan trigliserida serta sekresi
untuk mencapai atau mempertahankan
very low density lipoprotein (VLDL) di
ereksi. Ereksi penis yang normal dapat
dalam hati. Terjadi pula penurunan high
terjadi setelah ada stimulus taktil pada
density lipoprotein C (HDL-C), dan
penis dan area genitalia. Selain itu,
peningkatan low density lipoprotein
stimulus visual, audiotori, olfaktori,
(LDL).9,10 Asam lemak bebas juga dapat
atau imajinatif juga dapat menginduksi
menyebabkan
peningkatan
4
ereksi penis melalui mekanisme yang
rigiditas ereksi penis karena adanya
melibatkan nukleus paraventrikulatis
penyakit
dan area preoptik medial hipotalamus.
11
hipogonadisme
di
pituitari ataupun hipotalamus.
testis,
12
Ereksi nokturnal juga terjadi pada
Sebagian besar DE dikarenakan
semua laki-laki saat fase tidur rapid eye
adanya lesi vaskuler, yang paling sering
movement (REM). Peningkatan aktivitas
adalah karena aterosklerosis. Faktor
parasimpatik
risiko lain yang berkaitan dengan DE
sehingga
menginduksi
keluarnya neurotransmiter nitric oxide
vaskulogenik
(NO)
di
jaringan
adalah
merokok,
penis.
NO
hipertensi,
arteri
dan
diabetes.11 Terjadi penurunan aliran
relaksasi otot polos korpus kavernosus
arterial sehingga timbul hipoksia relatif
sehingga pengisian darah di antara
di penis. Mediator transforming growth
ruang trabekula
meningkat.
factor beta -1 (TGF-β1) menyebabkan
seharusnya
disfungsi kerja otot polos dan fibrosis
menyalurkan darah keluar dari penis
korpus kavernosus. Gangguan di tingkat
menjadi terjepit, aliran vena menurun,
seluler pada endotel dan sel otot polos
dan terjadi mekanisme oklusi vena yang
penis
membuat rigiditas ereksi penis.5,11
mekanisme oklusi vena sehingga terjadi
menyebabkan
dilatasi
Vena-vena
korpus
yang
hiperlipidemia,
ini
membuat
dan
kegagalan
yang
DE. Operasi pelvis, radioterapi, serta
diasumsikan menjadi dasar patofisiologi
beberapa jenis obat seperti transkuilizer,
DE,
antidepresan, dan antihipertensi menjadi
Ada
beberapa
yaitu
faktor
mekanisme
neurogenik,
endokrin,
psikogenik,
penyebab dari DE iatrogenik.13
vaskulogenik,
seluler, dan iatrogenik. Isu psikogenik
yang
berperan
penyakit
DE
performance
Mekanisme
dalam
berkaitan
related
neurogenik
perjalanan
BAHAN DAN METODE
dengan
Desain Penelitian
11
anxiety.
Penelitian ini merupakan studi potong
melibatkan
lintang analitik untuk menilai ada
adanya gangguan sistem saraf pusat dan
tidaknya
perifer. Mekanisme endokrin dalam
perkembangan
DE
hubungan
antara
sindrom
metabolik dengan kejadian DE pada
melibatkan
pasien
penurunan jumlah testosteron untuk
Penyakit
mempertahankan hasrat seksual dan
5
pria
DMT2
Dalam
di
RSUP
Poliklinik
Sanglah
Denpasar
pada
bulan
1. Gejala klasik DMT2 + glukosa
November-
plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1
Desember 2013.
mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat
Populasi dan Sampel
Populasi
terjangkau
pada
pada
penelitian ini adalah semua pasien pria
RSUP
Sanglah
pria
dengan
DMT2
Semua
memenuhi
kriteria
sampel
yang
klasik
DMT2
+
kadar
mmol/L).
Puasa
tidak
mendapat
diartikan
kalori
tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Kadar gula plasma 2 jam pada Tes
subjek
toleransi glukosa oral (TTGO) ≥200
mg/dL
inklusi
(11,1
mmol/L).
TTGO
dilakukan dengan standar WHO,
dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah
makan
pasien
penelitian yang datang secara berurutan
dan
waktu
(7.0
yang
atau sudah pernah menikah yang dipilih
konsekutif.
memperhatikan
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
berumur ≥18 tahun berstatus menikah
secara
tanpa
2. Gejala
Denpasar.
Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien
hari
terakhir.
dengan DMT2 di Poliklinik Penyakit
Dalam
suatu
menggunakan beban glukosa yang
dibutuhkan
setara dengan 75 g glukosa anhidrus
terpenuhi.
yang dilarutkan ke dalam air.
Kriteria
Alat Pengumpulan Data
diagnosis
sindrom
metabolik untuk ras Asia menurut
Jenis
data
yang
diuji
dalam
NCEP ATP III yang telah direvisi
penelitian ini adalah data primer yang
adalah bila setidaknya mengalami 3 dari
diperoleh melalui kuesioner serta data
5 komponen berikut.14
sekunder yang diperoleh dari rekam
1. Obesitas abdominal yaitu lingkar
medis pasien.
Diagnosis
pinggang pada laki-laki ≥90 cm dan
DMT2
berdasarkan
wanita ≥80 cm.
hasil pemeriksaan glukosa darah dan
ada
tidaknya
gejala
klasik
2. Hipertrigliseridemia
yaitu
trigliserida
polifagia, polidipsia, poliuria, serta
≥150
yaitu
kadar
mg/dl
(≥1,7
mmol/L).
penurunan berat badan tanpa sebab
3. Kadar HDL kolesterol rendah yaitu
yang jelas. Kriteria diagnosis DMT2
pada laki-laki ≤40 mg/dl (≤1,03
adalah sebagai berikut.3
6
mmol/L)dan pada wanita ≤50 mg/dl
Analisis Data
(≤1,29 mmol/L).
4. Hipertensi
Data yang telah dikumpulkan
yaitu
tekanan
darah
sistolik ≥130 dan/atau diastolik ≥85
dianalisis
menggunakan
program
komputer.
Analisis
meliputi
data
mmHg atau terdapat riwayat terapi
analisis deskriptif karakteristik umum
anti hipertensi.
sampel dan analisis bivariat kai kuadrat
5. Kadar glukosa darah puasa tinggi
untuk menguji hubungan antara status
yaitu ≥100 mg/dl (≥5,6 mmol/L).
sindrom metabolik dan kejadian DE. Uji
korelasi Pearson untuk mengetahui
Pengumpulan data terkait variabel
hubungan antara hasil skoring domain
tergantung yaitu disfungsi ereksi dinilai
fungsi ereksi terhadap masing-masing
menggunakan
komponen sindrom metabolik.
kuisioner
The
International Index of Erectile Function
15 (IIEF 15). Sampel mengisi 15
HASIL
pertanyaan, yang meliputi 5 komponen
Dari 34 sampel pria penderita DMT2
yaitu fungsi ereksi (erectile function),
yang berobat di Poliklinik Penyakit
orgasme (orgasmic function), keinginan
Dalam
berhubungan seksual (sexual desire),
kepuasan
bersenggama
satisfaction),
dan
mengenai
rata-rata
kisaran umur 40–74 tahun. Rerata lama
secara
menderita DMT2 yaitu 8,25 (SD 8,12)
keseluruhan (overall satisfaction).12
Data-data
Sanglah,
berumur 57,62 tahun (SD 8,93) dengan
(intercourse
kepuasan
RSUP
dengan kisaran antara 0,01–30 tahun.
lingkar
Data karakteristik umum sampel dapat
abdomen, tekanan darah, kadar glukosa
dilihat pada Tabel 1.
darah, kadar hemoglobin terglikosilasi
Hasil skoring kuisioner indeks
(HbA1C), kolesterol total, kolesterol
fungsi
LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
erektil
internasional
dan
persentase capaian rerata dari skor
didapatkan dari rekam medis pasien.
maksimum pada pasien dengan DMT2
dapat dilihat pada tabel 2.
Hipotesis
Terdapat hubungan yang bermakna
antara status sindrom metabolik dan
kejadian DE pada pasien DMT2.
7
Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian
Variabel
Kisaran
Rerata (SD)
40–74
57,62 (8,93)
0,01–30
8,25 (8,12)
19,14–36,32
25,76 (4,45)
Lingkar abdomen (cm)
76–111
92,20 (10,43)
Tekanan darah sistolik (mmHg)
110–170
126,95 (13,41)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
63–90
78,05 (7,26)
Gula darah puasa (mg/dl)
77–223
144,76 (46,734)
5,60–13,48
9,17 (2,26)
82–248
168,10 (46,96)
LDL (mg/dl)
53,3–179
103,61 (36,95)
HDL (mg/dl)
27–66
43,95 (11,83)
Trigliserida (mg/dl)
63–249
112,82 (42,31)
Umur (tahun)
Lama menderita DM (tahun)
IMT (kg/m2)
HbA1C (%)
Kolesterol total (mg/dl)
Domain
fungsi
ereksi
dinilai dari
9 dan 10. Domain keinginan seksual
pertanyaan nomor 1–5 dan 15 pada
dinilai dari pertanyaan nomor 11 dan
kuisioner IIEF 15. Domain fungsi
12.
orgasme dinilai dari pertanyaan nomor
Tabel 2. Hasil skoring dan persentase capaian rerata dari skor maksimum pada masingmasing domain IIEF 15
Domain
Kisaran
Rerata (SD)
Persentase capaian
rerata dari skor
maksimum
Fungsi ereksi
1–29
9,29 (10,35)
32,03%
Fungsi orgasme
0–10
3,35 (3,89)
33,5%
Keinginan seksual
2–10
5,56 (2,64)
55,6%
Kepuasan bersenggama
0–12
3,26 (4,06)
27,17%
Kepuasan secara menyeluruh
2–10
4,06 (2,59)
40,6%
8
Domain kepuasan bersenggama dinilai
erektil internasional pada pasien dengan
dari pertanyaan nomor 6–8. Sedangkan
DMT2 dapat dilihat pada Tabel 3.
domain kepuasan secara menyeluruh
Sebanyak 88,2% kasus terdiagnosis
dinilai dari pertanyaan nomor 13 dan
dengan
14. Persentase capaian rerata dari
mengalami gangguan orgasme, 85,3%
domain
orgasme,
memiliki masalah pada keinginan untuk
kepuasan
berhubungan seksual, semua pasien
fungsi
ereksi,
keinginan
seksual,
bersenggama
dan
kepuasan
secara
(100%)
disfungsi
ereksi,
mengalami
85,3%
masalah
pada
menyeluruh secara berturut-turut yaitu
kepuasan bersenggama, dan 94,1%
32,03%, 33,5%, 55,6%, 27,17%, dan
pasien
40,6% (Tabel 2).
kepuasan
mengalami
masalah
secara
pada
menyeluruh.
Distribusi frekuensi berdasarkan
hasil skoring kuisioner indeks fungsi
Tabel 3. Frekuensi derajat disfungsi dari masing-masing domain IIEF 15
Derajat disfungsi
Fungsi
Fungsi
Keinginan
Kepuasan
Kepuasan
ereksi
orgasme
seksual
bersenggama
secara
menyeluruh
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Berat
58,8
55,9
23,5
61,8
52,9
Sedang
2,9
0
14,7
11,8
17,6
Ringan – Sedang
14,7
17,6
20,6
17,6
5,9
Ringan
11,8
11,8
26,5
8,8
17,6
Total yang disfungsi
88,2
85,3
85,3
100
94,1
Normal
11,8
14,7
14,7
0
5,9
Untuk menguji hubungan atau
pengaruh
antara
status
Data tabulasi silang antara status SM
sindrom
dengan status DE, disajikan seperti pada
metabolik dan kejadian DE, maka
tabel 4. Berdasarkan hasil frekuensi
dilakukan analisis bivariat kai kuadrat.
yang diharapkan pada uji kai kuadrat,
9
maka nilai p yang digunakan adalah
untuk mengetahui nilai rasio odd status
nilai p uji Fisher Exact yaitu 0,678. Hal
sindrom metabolik terhadap kejadian
ini berarti didapatkan hubungan yang
DE pada pasien pria dengan DMT2.
bermakna
sindrom
Nilai rasio odd dari uji kai kuadrat
metabolik dan angka kejadian DE.
adalah 0,913 dengan 95% interval
Selanjutnya
kepercayaan (IK) 0,082–10,228.
antara
status
dilakukan
analisis
risk
estimate pada uji kai kuadrat untuk
Tabel 4. Tabulasi Silang antara Status SM dengan Status DE
DE
Tanpa DE
Total
SM
7 (87,5%)
1 (12,5%)
8 (100%)
Tanpa SM
23 (88,5%)
3 (11,5%)
26 (100%)
Total
30 (88,2%)
4 (11,8%)
34 (100%)
Pengujian hasil skoring domain
metabolik yang dimaksudkan yaitu
fungsi ereksi menggunakan uji korelasi
lingkar abdomen, kadar trigliserida,
Pearson dilakukan terhadap masing-
kadar HDL, tekanan darah sistolik dan
masing
diastolik, serta kadar gula darah puasa
komponen
dari
sindrom
metabolik. Adapun komponen sindrom
(Tabel 5).
Tabel 5. Uji korelasi Pearson antara hasil skoring domain fungsi ereksi terhadap
masing- masing komponen sindrom metabolik
Korelasi
Komponen Sindrom Metabolik
r
p
Lingkar abdomen (cm)
0,133
0,577
Trigliserida (mg/dl)
0,083
0,737
HDL (mg/dl)
0,212
0,370
Tekanan darah sistolik (mmHg)
-0,185
0,410
Tekanan darah diastolik (mmHg)
-0,087
0,714
Gula darah puasa (mg/dl)
-0,271
0,190
10
dengan DE dan tanpa DE, dapat dilihat
DISKUSI
Hasil
skoring
dan
dari hasil uji kai kuadrat. Nilai p=0,678
persentase
mengindikasikan
capaian rerata dari skor maksimum pada
sindrom metabolik dengan kejadian DE.
dilihat pada tabel 2. Rerata skor yang
Selanjutnya
paling rendah didapatkan pada domain
DE pada pasien pria dengan DMT2.
secara
Nilai rasio odd dari uji kai kuadrat
menyeluruh secara berturut-turut yaitu
adalah 0,913 dengan 95% IK 0,082–
32,03%, 33,5%, dan 40,6%. Hanya
keinginan
seksual
10,228.
yang
Sebanyak
88,2%
dibandingkan
kasus
sindrom
terdiagnosis dengan disfungsi ereksi.
sindrom
Hasil
menyatakan
pada
kelompok
uji
korelasi
bahwa
tidak
Pearson
terdapat
masing-masing komponen dari sindrom
metaboli. Hal ini menandakan bahwa
kepuasan seksual (Tabel 3).
pada
sindrom
skoring domain fungsi ereksi terhadap
mengeluh mengalami masalah pada
status
status
korelasi yang bermakna antara hasil
Secara
keseluruhan, sebanyak 94,1% pasien
Perbedaan
bahwa
apabila digeneralisasi ke populasi.
berhubungan seksual, dan semua pasien
bersenggama.
Namun,
dengan kejadian DE pada pasien DMT2
memiliki masalah pada keinginan untuk
masalah
tanpa
metabolik tidak berhubungan bermakna
lainnya
mengalami gangguan orgasme, 85,3%
mengalami
metabolik.
disimpulkan
sedang (14,7%), dan ringan (11,8%).
pasien
pasien
nilai 95% IK. Dengan kata lain,
berat (58,8%), sedang (2,9%), ringan–
85,3%
dengan
secara statistik berdasarkan nilai p dan
pasien bervariasi yaitu disfungsi ereksi
metabolik
berarti
peningkatan risiko ini tidak bermakna
Derajat disfungsi ereksi yang dialami
kepuasan
ini
sebanyak 0,913 kali lebih tinggi bila
55,6%.
(100%)
Hal
metabolik meningkatkan risiko DE
mencapai sedikit di atas 50% yaitu
Sebanyak
risk
sindrom metabolik terhadap kejadian
domain-domain lain yaitu fungsi ereksi,
domain
analisis
untuk mengetahui nilai rasio odd status
skor maksimal 12. Pencapaian skor
kepuasan
dilakukan
estimate pada uji kai kuadrat untuk
kepuasan bersenggama 27,17% dari
dan
terdapat
hubungan yang bermakna antara status
masing-masing domain IIEF 15 dapat
orgasme,
bahwa
antara
sindrom
sindrom
komponen
pasien
11
lingkar
metabolik
abdomen,
dengan
kadar
trigliserida, kadar HDL, tekanan darah
meminimalisasi faktor risiko DE pada
sistolik dan diastolik, serta kadar gula
penderita
darah puasa memang tidak berhubungan
menurunkan
secara signifikan.
secara bermakna.
DMT2
sehingga
risiko
mampu
komplikasi
DE
Meskipun peneliti telah memilih
sampel yang hampir homogen, namun
masih
terdapat
keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
dalam
1. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu
penelitian ini. Masih terdapat variabel
CD,
perancu yang tidak diteliti seperti umur,
Unakalamba
CB.
The
pathogenesis and pathophysiology
lama menderita DMT2, IMT, HbA1C,
of type 1 and type 2 diabetes
kadar kolesterol total dan kadar LDL.
mellitus. J Physiol Pathophysiol.
Variabel perancu ini dapat saja menjadi
2013;4(4):46-57.
faktor bias dari hasil penelitian ini.
2. Olokoba AB, Obateru OA, Olokoba
LB. Type 2 Diabetes mellitus: a
PENUTUP
review of current trends. Oman
Simpulan
Medical Journal. 2012;27(4):26973.
Status sindrom metabolik tidak
3. Perkumpulan
berhubungan bermakna secara statistik
Endokrinologi
dengan kejadian DE pada pasien DMT2
Indonesia. Konsensus pengelolaan
(p=0,913; 95% IK 0,082 – 10,228).
dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB
Perkeni. 2011; h. 8-9.
Saran
4. Chackrewarthy S, Gunasekera D,
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Pathmeswaren A. A comparison
dengan untuk mengontrol faktor-faktor
between revised NCEP ATP III and
perancu dalam penelitian ini terkait
IDF
umur, lama menderita DMT2, IMT,
Selain
Health
itu,
holistik
dengan
Study.
Hindawi
Endokrinology. 2013;320176:1-8.
diperlukan pula pencegahan komplikasi
yang
diagnosing
Lankan population: The Ragama
LDL sehingga didapatkan hasil yang
representatif.
in
metabolic syndrome in an Urban Sri
HbA1C, kadar kolesterol total dan kadar
lebih
definitions
5. Penson DF, Wessells H. Erectile
cara
dysfunction in diabetic patients.
12
Diabetes Spectrum. 2004;17(4):225-
International Journal of Preventive
30.
Medicine. 2012;3(8):552-8.
11. Eardley
6. Ismail F, Beigi. Pathogenesis and
I.
Pathophysiology
of
glycemic management of type 2
erectile dysfunction. The British
diabetes mellitus: a physiological
Journal of Diabetes & Vascular
approach.
Disease. 2004;2:272-8.
Arch
Iran
Med.
12. Thorve
2012;15(4):239-46.
VS,
Kshirsagar
AD,
7. Kaku K. Pathophysiology of type 2
Vyawahare NS. Diabetes-induced
diabetes and its treatment policy.
erectile dysfunction: epidemiology,
JMAJ. 2010;53(1):41-6.
pathophysiology and management.
Journal
8. Lin Y, Sun Z. Current views on type
2
diabetes.
Journal
metabolic
and
Its
13. Amidu N, Owiredu WK, Alidu H.
Association
9. Cornier MA, Dabelea D, Hernandez
The
Diabetes
Complications. 2011;25:129-36.
of
Endocrinology. 2010;204:1-11.
TL.
of
between
metabolic
syndrome and sexual dysfunction
syndrome.
Endocrine reviews. 2008;29(7):777-
among
men
with
clinically
882.
diagnosed diabetes. DMS Journal.
2013;5(42):1-8.
10. Rezaianzadeh A, Namayandeh SM,
Cholesterol
14. Moy FM, Bulgiba A. The modified
Education Program Adult Treatment
NCEP ATP III criteria maybe better
Panel
International
than the IDF criteria in diagnosing
Diabetic Federation Definition of
metabolic syndrome among Malays
metabolic syndrome, which one is
in Kuala Lumpur. BMC Public
associated with diabetes mellitus
Health. 2010;10(678):1-6.
Sadr
and
SM.
III
National
versus
coronary
artery
disease?.
13
DISFUNGSI EREKSI PADA PASIEN PRIA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH
DENPASAR
Ni Putu Tesi Maratni
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRAK
Disfungsi ereksi (DE) adalah salah satu komplikasi kronik yang sering terjadi pada
pasien pria dengan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Salah satu faktor yang diasumsikan
berkaitan terhadap kejadian DE adalah sindrom metabolik. Penelitian ini dibuat untuk
mengetahui hubungan sindrom metabolik dengan kejadian DE pada pasien pria DMT2.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 34 sampel penelitian di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Denpasar pada bulan November dan Desember 2013
yang dipilih secara konsekutif. Disfungsi ereksi dinilai menggunakan kuisioner The
International Index of Erectile Function 15 (IIEF 15). Sindrom metabolik didiagnosis
menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel
III (NCEP ATP III). Data demografis dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien
diambil dari rekam medis. Data dianalisis mengunakan uji bivariat kai kuadrat. Hasil
penelitian menunjukkan status sindrom metabolik tidak berhubungan bermakna secara
statistik dengan kejadian DE pada pasien DMT2 (p=0,913; 95% IK 0,082–10,228).
Kata kunci: Sindrom metabolik, Disfungsi ereksi, Diabetes melitus tipe 2.
ABSTRACT
Erectile dysfunction (ED) is a commonly chronic complication among men with type 2
diabetes mellitus (T2DM). The associated factor of diabetes-induced erectile
dysfunction is metabolic syndrome. This research is designed to observe the relationship
of metabolic syndrome and ED in T2DM patients. This cross sectional study has 34
consecutive samples and is conducted at Internal Medicine Outpatient Clinic of Sanglah
Hospital in November and December 2013. ED is diagnosed based on The International
Index of Erectile Function 15 (IIEF 15) questionnaire. Metabolic syndrome is diagnosed
based on revised National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
(NCEP ATP III) criteria. Demographic data and laboratory results are taken from
medical records. Data are analyzed by chi square bivariate test. The results showed
metabolic syndrome does not correlate significantly with ED among T2DM patients
(p=0.913; 95% CI 0.082–10.228).
Keywords: Metabolic syndrome, Erectile dysfunction, Type 2 diabetes mellitus.
PENDAHULUAN
Peningkatan usia harapan hidup
hiperlipidemia, dan diabetes melitus
menyebabkan peningkatan prevalensi
(DM). DM merupakan suatu kondisi
penyakit degeneratif seperti penyakit
serius yang berpotensi menimbulkan
jantung
komplikasi berbahaya yang berdampak
koroner,
hipertensi,
1
kepada semua kelompok usia di seluruh
metabolik. Sindrom metabolik menurut
dunia.
National
DM
merupakan
Cholesterol
Education
kumpulan
Program Adult Treatment Panel III
ditandai
(NCEP ATP III) adalah sekelompok
dengan kondisi hiperglikemia kronis
kelainan metabolik baik lipid maupun
akibat dari adanya kelainan sekresi
non-lipid yang merupakan faktor risiko
insulin, gangguan kerja insulin, atau
penyakit jantung koroner yang terdiri
kelainan
metabolik
keduanya.
yang
1
dari obesitas abdominal, dislipidemia
DM Tipe 2 (DMT2) merupakan
aterogenik (kadar trigliserida tinggi dan
bentuk predominan dari DM, yaitu
high density lipoprotein (HDL) rendah),
sekitar 90% dari semua kasus DM.
hipertensi, serta kadar glukosa plasma
Terdapat
faktor
abnormal. Adanya sindrom metabolik
genetik (berkaitan dengan gangguan
dapat memperparah kondisi resistensi
sekresi insulin, resistensi insulin) dan
insulin
faktor lingkungan (obesitas, kurang
munculnya
berolahraga, stres, dan proses penuaan)
DMT2.4
kombinasi
antara
pada DMT2.1,2
dan berdampak pula pada
berbagai
Disfungsi
komplikasi
seksual
adalah
orang
komplikasi DM yang biasa terjadi,
diperkirakan mengalami DM pada tahun
tetapi jarang dikeluhkan oleh pasien.
2011, dan cenderung akan meningkat
DE merupakan bentuk disfungsi seksual
menjadi 552 juta pada tahun 2030.2
yang paling sering terjadi pada pasien
Negara berkembang seperti Indonesia
pria dengan DMT2. DE didefinisikan
menempati
sebagai
Sebanyak
336
urutan
juta
ke-4
jumlah
ketidakmampuan
untuk
penderita diabetes melitus di dunia
mencapai atau mempertahankan ereksi
setelah
sehingga
Serikat.
India,
Cina
Diperkirakan
dan
di
Amerika
tercapai.
Indonesia
kepuasan
seksual
tidak
5
terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang
Penyedia layanan kesehatan jarang
DM di daerah urban dan 5,5 juta di
bertanya secara spesifik tentang fungsi
daerah rural.3
seksual pada pasien pria DMT2. Hal ini
mungkin disebabkan karena isu tentang
Keadaan resistensi insulin yang
terjadi
pada
diasosiasikan
DMT2
dengan
kerap
gangguan fungsi seksual merupakan hal
kali
yang
sindrom
2
sensitif
untuk
dibicarakan,
sehingga masalah DE ini menjadi
dan lipid. Apabila tidak ditangani,
terabaikan. Terlebih lagi belum banyak
kondisi ini akan berdampak pada
penelitian yang membahas mengenai
penurunan massa dan gangguan
pengaruh sindrom metabolik terhadap
fungsi sel beta pankreas. Hal ini
kejadian DE pada pasien DMT2 di
menyebabkan
Indonesia. Berdasarkan uraian di atas,
glukosa darah yang permanen.7
peningkatan
kadar
maka dirasa perlu untuk membuat suatu
b. Resistensi insulin
penelitian untuk mengetahui hubungan
antara
sindrom
metabolik
Resistensi insulin merupakan
dengan
suatu
kejadian DE pada pasien pria DMT2.
kondisi
penurunan
telah
sensitivitas
terjadinya
jaringan
terhadap insulin. Resistensi insulin
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
biasanya sudah meningkat pada fase
Dasar dari homeostasis glukosa
pre-diabetes karena ada penurunan
yang abnormal pada DMT2 terjadi
akibat
sekresi
insulin
yang
respon
tidak
Faktor
(yang berperan dalam stimulasi transpor
supresi
glukosa
hepar),
dan
pengeluaran
dan gen uncoupling protein (UCP)
diasosiasikan
insulin.
Keadaan
ini
Glukolipotoksisitas
dan
sebelum
peranan penting dalam mengganggu
klinis
DMT2.
pensinyalan insulin. Mediator yang
disebut
dengan
terlibat
diobservasi
onset
obesitas
mediator inflamasi juga memegang
kuantitas insulin yang disekresikan
terjadinya
dengan
viseral dan mengakibatkan resistensi
insulin
menyebabkan terjadinya penurunan
bisa
seperti
(IRS-1), gen reseptor adrenergik β3,
a. Gangguan sekresi insulin
yang
genetik
dan insulin receptor substrate-1
peningkatan
sekresi
terhadap
polimorfisme gen reseptor insulin
produksi glukosa oleh hati.6
Gangguan
beta
sel beta yang tidak maksimal.6
metabolik, resistensi pada kerja insulin
dan
sel
glukosa dan kapasitas sekresi insulin
adekuat untuk memenuhi kebutuhan
glukosa
dari
seperti
adipocyte-derived
bioactive substances (adipokines),
impaired glucose tolerance (IGT).
tumor necrosis factor alpha (TNF-
IGT menyebabkan hiperglikemia
α), leptin, resistin, asam lemak
pos prandial serta toksisitas glukosa
bebas, dan adiponektin.7
3
menyebabkan menurunnya sensitivitas
c. Peningkatan produksi glukosa
insulin di otot dengan menghambat
oleh hati
Penurunan
respon
insulin-mediated glucose uptake. Hal ini
hati
terhadap insulin terjadi pada proses
menyebabkan
penekanan produksi glukosa melalui
glukosa yang diubah menjadi glikogen,
glukoneogenesis dan pengeluaran
dan meningkatkan akumulasi lipid.10
glukosa
glikogenolisis.6
melalui
penurunan
jumlah
Asam lemak bebas dalam jumlah
Proses esensial lain yang terjadi di
berlebihan
hati adalah metabolisme lipid, yang
parakrin dan endokrin menuju keadaan
mencakup oksidasi asam lemak,
proinflamasi. Sekresi interleukin-6 (IL-
sintesis asam lemak, kolesterol, dan
6) dan TNF-α menginduksi lipolisis dan
empedu.8
asam
juga
mengaktivasi
jalur
menyebabkan resistensi insulin di otot.
Gangguan
metabolisme glukosa dan lipid yang
Terjadi
tidak teregulasi dengan baik pada
fibrinogen dan plasminogen activator
organ
inhibitor-1 (PAI-1) oleh hati sehingga
hati
peningkatan
ini
menyebabkan
konsentrasi
pula
terjadi
glukosa
darah tidak terkontrol.6,8
peningkatan
keadaan
Penurunan
produksi
produksi
protrombotik.
mediator
anti-
inflamasi dan adiponektin inilah yang
menyebabkan
Patofisiologi Sindrom Metabolik
metabolik.
Obesitas abdominal dan resistensi
terjadinya
sindrom
9,10
insulin menjadi dasar patofisiologi dari
Patofisiologi Disfungsi Ereksi
sindrom metabolik. Asam lemak bebas
Disfungsi
hasil dari proses lipolisis dalam jumlah
banyak
adiposa.9
dikeluarkan
dari
Asam
lemak
ereksi
merupakan
bentuk disfungsi seksual yang paling
jaringan
sering
bebas
terjadi
pada
DMT2.
DE
produksi
didefinisikan sebagai ketidakmampuan
glukosa dan trigliserida serta sekresi
untuk mencapai atau mempertahankan
very low density lipoprotein (VLDL) di
ereksi. Ereksi penis yang normal dapat
dalam hati. Terjadi pula penurunan high
terjadi setelah ada stimulus taktil pada
density lipoprotein C (HDL-C), dan
penis dan area genitalia. Selain itu,
peningkatan low density lipoprotein
stimulus visual, audiotori, olfaktori,
(LDL).9,10 Asam lemak bebas juga dapat
atau imajinatif juga dapat menginduksi
menyebabkan
peningkatan
4
ereksi penis melalui mekanisme yang
rigiditas ereksi penis karena adanya
melibatkan nukleus paraventrikulatis
penyakit
dan area preoptik medial hipotalamus.
11
hipogonadisme
di
pituitari ataupun hipotalamus.
testis,
12
Ereksi nokturnal juga terjadi pada
Sebagian besar DE dikarenakan
semua laki-laki saat fase tidur rapid eye
adanya lesi vaskuler, yang paling sering
movement (REM). Peningkatan aktivitas
adalah karena aterosklerosis. Faktor
parasimpatik
risiko lain yang berkaitan dengan DE
sehingga
menginduksi
keluarnya neurotransmiter nitric oxide
vaskulogenik
(NO)
di
jaringan
adalah
merokok,
penis.
NO
hipertensi,
arteri
dan
diabetes.11 Terjadi penurunan aliran
relaksasi otot polos korpus kavernosus
arterial sehingga timbul hipoksia relatif
sehingga pengisian darah di antara
di penis. Mediator transforming growth
ruang trabekula
meningkat.
factor beta -1 (TGF-β1) menyebabkan
seharusnya
disfungsi kerja otot polos dan fibrosis
menyalurkan darah keluar dari penis
korpus kavernosus. Gangguan di tingkat
menjadi terjepit, aliran vena menurun,
seluler pada endotel dan sel otot polos
dan terjadi mekanisme oklusi vena yang
penis
membuat rigiditas ereksi penis.5,11
mekanisme oklusi vena sehingga terjadi
menyebabkan
dilatasi
Vena-vena
korpus
yang
hiperlipidemia,
ini
membuat
dan
kegagalan
yang
DE. Operasi pelvis, radioterapi, serta
diasumsikan menjadi dasar patofisiologi
beberapa jenis obat seperti transkuilizer,
DE,
antidepresan, dan antihipertensi menjadi
Ada
beberapa
yaitu
faktor
mekanisme
neurogenik,
endokrin,
psikogenik,
penyebab dari DE iatrogenik.13
vaskulogenik,
seluler, dan iatrogenik. Isu psikogenik
yang
berperan
penyakit
DE
performance
Mekanisme
dalam
berkaitan
related
neurogenik
perjalanan
BAHAN DAN METODE
dengan
Desain Penelitian
11
anxiety.
Penelitian ini merupakan studi potong
melibatkan
lintang analitik untuk menilai ada
adanya gangguan sistem saraf pusat dan
tidaknya
perifer. Mekanisme endokrin dalam
perkembangan
DE
hubungan
antara
sindrom
metabolik dengan kejadian DE pada
melibatkan
pasien
penurunan jumlah testosteron untuk
Penyakit
mempertahankan hasrat seksual dan
5
pria
DMT2
Dalam
di
RSUP
Poliklinik
Sanglah
Denpasar
pada
bulan
1. Gejala klasik DMT2 + glukosa
November-
plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1
Desember 2013.
mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat
Populasi dan Sampel
Populasi
terjangkau
pada
pada
penelitian ini adalah semua pasien pria
RSUP
Sanglah
pria
dengan
DMT2
Semua
memenuhi
kriteria
sampel
yang
klasik
DMT2
+
kadar
mmol/L).
Puasa
tidak
mendapat
diartikan
kalori
tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Kadar gula plasma 2 jam pada Tes
subjek
toleransi glukosa oral (TTGO) ≥200
mg/dL
inklusi
(11,1
mmol/L).
TTGO
dilakukan dengan standar WHO,
dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah
makan
pasien
penelitian yang datang secara berurutan
dan
waktu
(7.0
yang
atau sudah pernah menikah yang dipilih
konsekutif.
memperhatikan
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
berumur ≥18 tahun berstatus menikah
secara
tanpa
2. Gejala
Denpasar.
Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien
hari
terakhir.
dengan DMT2 di Poliklinik Penyakit
Dalam
suatu
menggunakan beban glukosa yang
dibutuhkan
setara dengan 75 g glukosa anhidrus
terpenuhi.
yang dilarutkan ke dalam air.
Kriteria
Alat Pengumpulan Data
diagnosis
sindrom
metabolik untuk ras Asia menurut
Jenis
data
yang
diuji
dalam
NCEP ATP III yang telah direvisi
penelitian ini adalah data primer yang
adalah bila setidaknya mengalami 3 dari
diperoleh melalui kuesioner serta data
5 komponen berikut.14
sekunder yang diperoleh dari rekam
1. Obesitas abdominal yaitu lingkar
medis pasien.
Diagnosis
pinggang pada laki-laki ≥90 cm dan
DMT2
berdasarkan
wanita ≥80 cm.
hasil pemeriksaan glukosa darah dan
ada
tidaknya
gejala
klasik
2. Hipertrigliseridemia
yaitu
trigliserida
polifagia, polidipsia, poliuria, serta
≥150
yaitu
kadar
mg/dl
(≥1,7
mmol/L).
penurunan berat badan tanpa sebab
3. Kadar HDL kolesterol rendah yaitu
yang jelas. Kriteria diagnosis DMT2
pada laki-laki ≤40 mg/dl (≤1,03
adalah sebagai berikut.3
6
mmol/L)dan pada wanita ≤50 mg/dl
Analisis Data
(≤1,29 mmol/L).
4. Hipertensi
Data yang telah dikumpulkan
yaitu
tekanan
darah
sistolik ≥130 dan/atau diastolik ≥85
dianalisis
menggunakan
program
komputer.
Analisis
meliputi
data
mmHg atau terdapat riwayat terapi
analisis deskriptif karakteristik umum
anti hipertensi.
sampel dan analisis bivariat kai kuadrat
5. Kadar glukosa darah puasa tinggi
untuk menguji hubungan antara status
yaitu ≥100 mg/dl (≥5,6 mmol/L).
sindrom metabolik dan kejadian DE. Uji
korelasi Pearson untuk mengetahui
Pengumpulan data terkait variabel
hubungan antara hasil skoring domain
tergantung yaitu disfungsi ereksi dinilai
fungsi ereksi terhadap masing-masing
menggunakan
komponen sindrom metabolik.
kuisioner
The
International Index of Erectile Function
15 (IIEF 15). Sampel mengisi 15
HASIL
pertanyaan, yang meliputi 5 komponen
Dari 34 sampel pria penderita DMT2
yaitu fungsi ereksi (erectile function),
yang berobat di Poliklinik Penyakit
orgasme (orgasmic function), keinginan
Dalam
berhubungan seksual (sexual desire),
kepuasan
bersenggama
satisfaction),
dan
mengenai
rata-rata
kisaran umur 40–74 tahun. Rerata lama
secara
menderita DMT2 yaitu 8,25 (SD 8,12)
keseluruhan (overall satisfaction).12
Data-data
Sanglah,
berumur 57,62 tahun (SD 8,93) dengan
(intercourse
kepuasan
RSUP
dengan kisaran antara 0,01–30 tahun.
lingkar
Data karakteristik umum sampel dapat
abdomen, tekanan darah, kadar glukosa
dilihat pada Tabel 1.
darah, kadar hemoglobin terglikosilasi
Hasil skoring kuisioner indeks
(HbA1C), kolesterol total, kolesterol
fungsi
LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
erektil
internasional
dan
persentase capaian rerata dari skor
didapatkan dari rekam medis pasien.
maksimum pada pasien dengan DMT2
dapat dilihat pada tabel 2.
Hipotesis
Terdapat hubungan yang bermakna
antara status sindrom metabolik dan
kejadian DE pada pasien DMT2.
7
Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian
Variabel
Kisaran
Rerata (SD)
40–74
57,62 (8,93)
0,01–30
8,25 (8,12)
19,14–36,32
25,76 (4,45)
Lingkar abdomen (cm)
76–111
92,20 (10,43)
Tekanan darah sistolik (mmHg)
110–170
126,95 (13,41)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
63–90
78,05 (7,26)
Gula darah puasa (mg/dl)
77–223
144,76 (46,734)
5,60–13,48
9,17 (2,26)
82–248
168,10 (46,96)
LDL (mg/dl)
53,3–179
103,61 (36,95)
HDL (mg/dl)
27–66
43,95 (11,83)
Trigliserida (mg/dl)
63–249
112,82 (42,31)
Umur (tahun)
Lama menderita DM (tahun)
IMT (kg/m2)
HbA1C (%)
Kolesterol total (mg/dl)
Domain
fungsi
ereksi
dinilai dari
9 dan 10. Domain keinginan seksual
pertanyaan nomor 1–5 dan 15 pada
dinilai dari pertanyaan nomor 11 dan
kuisioner IIEF 15. Domain fungsi
12.
orgasme dinilai dari pertanyaan nomor
Tabel 2. Hasil skoring dan persentase capaian rerata dari skor maksimum pada masingmasing domain IIEF 15
Domain
Kisaran
Rerata (SD)
Persentase capaian
rerata dari skor
maksimum
Fungsi ereksi
1–29
9,29 (10,35)
32,03%
Fungsi orgasme
0–10
3,35 (3,89)
33,5%
Keinginan seksual
2–10
5,56 (2,64)
55,6%
Kepuasan bersenggama
0–12
3,26 (4,06)
27,17%
Kepuasan secara menyeluruh
2–10
4,06 (2,59)
40,6%
8
Domain kepuasan bersenggama dinilai
erektil internasional pada pasien dengan
dari pertanyaan nomor 6–8. Sedangkan
DMT2 dapat dilihat pada Tabel 3.
domain kepuasan secara menyeluruh
Sebanyak 88,2% kasus terdiagnosis
dinilai dari pertanyaan nomor 13 dan
dengan
14. Persentase capaian rerata dari
mengalami gangguan orgasme, 85,3%
domain
orgasme,
memiliki masalah pada keinginan untuk
kepuasan
berhubungan seksual, semua pasien
fungsi
ereksi,
keinginan
seksual,
bersenggama
dan
kepuasan
secara
(100%)
disfungsi
ereksi,
mengalami
85,3%
masalah
pada
menyeluruh secara berturut-turut yaitu
kepuasan bersenggama, dan 94,1%
32,03%, 33,5%, 55,6%, 27,17%, dan
pasien
40,6% (Tabel 2).
kepuasan
mengalami
masalah
secara
pada
menyeluruh.
Distribusi frekuensi berdasarkan
hasil skoring kuisioner indeks fungsi
Tabel 3. Frekuensi derajat disfungsi dari masing-masing domain IIEF 15
Derajat disfungsi
Fungsi
Fungsi
Keinginan
Kepuasan
Kepuasan
ereksi
orgasme
seksual
bersenggama
secara
menyeluruh
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Berat
58,8
55,9
23,5
61,8
52,9
Sedang
2,9
0
14,7
11,8
17,6
Ringan – Sedang
14,7
17,6
20,6
17,6
5,9
Ringan
11,8
11,8
26,5
8,8
17,6
Total yang disfungsi
88,2
85,3
85,3
100
94,1
Normal
11,8
14,7
14,7
0
5,9
Untuk menguji hubungan atau
pengaruh
antara
status
Data tabulasi silang antara status SM
sindrom
dengan status DE, disajikan seperti pada
metabolik dan kejadian DE, maka
tabel 4. Berdasarkan hasil frekuensi
dilakukan analisis bivariat kai kuadrat.
yang diharapkan pada uji kai kuadrat,
9
maka nilai p yang digunakan adalah
untuk mengetahui nilai rasio odd status
nilai p uji Fisher Exact yaitu 0,678. Hal
sindrom metabolik terhadap kejadian
ini berarti didapatkan hubungan yang
DE pada pasien pria dengan DMT2.
bermakna
sindrom
Nilai rasio odd dari uji kai kuadrat
metabolik dan angka kejadian DE.
adalah 0,913 dengan 95% interval
Selanjutnya
kepercayaan (IK) 0,082–10,228.
antara
status
dilakukan
analisis
risk
estimate pada uji kai kuadrat untuk
Tabel 4. Tabulasi Silang antara Status SM dengan Status DE
DE
Tanpa DE
Total
SM
7 (87,5%)
1 (12,5%)
8 (100%)
Tanpa SM
23 (88,5%)
3 (11,5%)
26 (100%)
Total
30 (88,2%)
4 (11,8%)
34 (100%)
Pengujian hasil skoring domain
metabolik yang dimaksudkan yaitu
fungsi ereksi menggunakan uji korelasi
lingkar abdomen, kadar trigliserida,
Pearson dilakukan terhadap masing-
kadar HDL, tekanan darah sistolik dan
masing
diastolik, serta kadar gula darah puasa
komponen
dari
sindrom
metabolik. Adapun komponen sindrom
(Tabel 5).
Tabel 5. Uji korelasi Pearson antara hasil skoring domain fungsi ereksi terhadap
masing- masing komponen sindrom metabolik
Korelasi
Komponen Sindrom Metabolik
r
p
Lingkar abdomen (cm)
0,133
0,577
Trigliserida (mg/dl)
0,083
0,737
HDL (mg/dl)
0,212
0,370
Tekanan darah sistolik (mmHg)
-0,185
0,410
Tekanan darah diastolik (mmHg)
-0,087
0,714
Gula darah puasa (mg/dl)
-0,271
0,190
10
dengan DE dan tanpa DE, dapat dilihat
DISKUSI
Hasil
skoring
dan
dari hasil uji kai kuadrat. Nilai p=0,678
persentase
mengindikasikan
capaian rerata dari skor maksimum pada
sindrom metabolik dengan kejadian DE.
dilihat pada tabel 2. Rerata skor yang
Selanjutnya
paling rendah didapatkan pada domain
DE pada pasien pria dengan DMT2.
secara
Nilai rasio odd dari uji kai kuadrat
menyeluruh secara berturut-turut yaitu
adalah 0,913 dengan 95% IK 0,082–
32,03%, 33,5%, dan 40,6%. Hanya
keinginan
seksual
10,228.
yang
Sebanyak
88,2%
dibandingkan
kasus
sindrom
terdiagnosis dengan disfungsi ereksi.
sindrom
Hasil
menyatakan
pada
kelompok
uji
korelasi
bahwa
tidak
Pearson
terdapat
masing-masing komponen dari sindrom
metaboli. Hal ini menandakan bahwa
kepuasan seksual (Tabel 3).
pada
sindrom
skoring domain fungsi ereksi terhadap
mengeluh mengalami masalah pada
status
status
korelasi yang bermakna antara hasil
Secara
keseluruhan, sebanyak 94,1% pasien
Perbedaan
bahwa
apabila digeneralisasi ke populasi.
berhubungan seksual, dan semua pasien
bersenggama.
Namun,
dengan kejadian DE pada pasien DMT2
memiliki masalah pada keinginan untuk
masalah
tanpa
metabolik tidak berhubungan bermakna
lainnya
mengalami gangguan orgasme, 85,3%
mengalami
metabolik.
disimpulkan
sedang (14,7%), dan ringan (11,8%).
pasien
pasien
nilai 95% IK. Dengan kata lain,
berat (58,8%), sedang (2,9%), ringan–
85,3%
dengan
secara statistik berdasarkan nilai p dan
pasien bervariasi yaitu disfungsi ereksi
metabolik
berarti
peningkatan risiko ini tidak bermakna
Derajat disfungsi ereksi yang dialami
kepuasan
ini
sebanyak 0,913 kali lebih tinggi bila
55,6%.
(100%)
Hal
metabolik meningkatkan risiko DE
mencapai sedikit di atas 50% yaitu
Sebanyak
risk
sindrom metabolik terhadap kejadian
domain-domain lain yaitu fungsi ereksi,
domain
analisis
untuk mengetahui nilai rasio odd status
skor maksimal 12. Pencapaian skor
kepuasan
dilakukan
estimate pada uji kai kuadrat untuk
kepuasan bersenggama 27,17% dari
dan
terdapat
hubungan yang bermakna antara status
masing-masing domain IIEF 15 dapat
orgasme,
bahwa
antara
sindrom
sindrom
komponen
pasien
11
lingkar
metabolik
abdomen,
dengan
kadar
trigliserida, kadar HDL, tekanan darah
meminimalisasi faktor risiko DE pada
sistolik dan diastolik, serta kadar gula
penderita
darah puasa memang tidak berhubungan
menurunkan
secara signifikan.
secara bermakna.
DMT2
sehingga
risiko
mampu
komplikasi
DE
Meskipun peneliti telah memilih
sampel yang hampir homogen, namun
masih
terdapat
keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
dalam
1. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu
penelitian ini. Masih terdapat variabel
CD,
perancu yang tidak diteliti seperti umur,
Unakalamba
CB.
The
pathogenesis and pathophysiology
lama menderita DMT2, IMT, HbA1C,
of type 1 and type 2 diabetes
kadar kolesterol total dan kadar LDL.
mellitus. J Physiol Pathophysiol.
Variabel perancu ini dapat saja menjadi
2013;4(4):46-57.
faktor bias dari hasil penelitian ini.
2. Olokoba AB, Obateru OA, Olokoba
LB. Type 2 Diabetes mellitus: a
PENUTUP
review of current trends. Oman
Simpulan
Medical Journal. 2012;27(4):26973.
Status sindrom metabolik tidak
3. Perkumpulan
berhubungan bermakna secara statistik
Endokrinologi
dengan kejadian DE pada pasien DMT2
Indonesia. Konsensus pengelolaan
(p=0,913; 95% IK 0,082 – 10,228).
dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB
Perkeni. 2011; h. 8-9.
Saran
4. Chackrewarthy S, Gunasekera D,
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Pathmeswaren A. A comparison
dengan untuk mengontrol faktor-faktor
between revised NCEP ATP III and
perancu dalam penelitian ini terkait
IDF
umur, lama menderita DMT2, IMT,
Selain
Health
itu,
holistik
dengan
Study.
Hindawi
Endokrinology. 2013;320176:1-8.
diperlukan pula pencegahan komplikasi
yang
diagnosing
Lankan population: The Ragama
LDL sehingga didapatkan hasil yang
representatif.
in
metabolic syndrome in an Urban Sri
HbA1C, kadar kolesterol total dan kadar
lebih
definitions
5. Penson DF, Wessells H. Erectile
cara
dysfunction in diabetic patients.
12
Diabetes Spectrum. 2004;17(4):225-
International Journal of Preventive
30.
Medicine. 2012;3(8):552-8.
11. Eardley
6. Ismail F, Beigi. Pathogenesis and
I.
Pathophysiology
of
glycemic management of type 2
erectile dysfunction. The British
diabetes mellitus: a physiological
Journal of Diabetes & Vascular
approach.
Disease. 2004;2:272-8.
Arch
Iran
Med.
12. Thorve
2012;15(4):239-46.
VS,
Kshirsagar
AD,
7. Kaku K. Pathophysiology of type 2
Vyawahare NS. Diabetes-induced
diabetes and its treatment policy.
erectile dysfunction: epidemiology,
JMAJ. 2010;53(1):41-6.
pathophysiology and management.
Journal
8. Lin Y, Sun Z. Current views on type
2
diabetes.
Journal
metabolic
and
Its
13. Amidu N, Owiredu WK, Alidu H.
Association
9. Cornier MA, Dabelea D, Hernandez
The
Diabetes
Complications. 2011;25:129-36.
of
Endocrinology. 2010;204:1-11.
TL.
of
between
metabolic
syndrome and sexual dysfunction
syndrome.
Endocrine reviews. 2008;29(7):777-
among
men
with
clinically
882.
diagnosed diabetes. DMS Journal.
2013;5(42):1-8.
10. Rezaianzadeh A, Namayandeh SM,
Cholesterol
14. Moy FM, Bulgiba A. The modified
Education Program Adult Treatment
NCEP ATP III criteria maybe better
Panel
International
than the IDF criteria in diagnosing
Diabetic Federation Definition of
metabolic syndrome among Malays
metabolic syndrome, which one is
in Kuala Lumpur. BMC Public
associated with diabetes mellitus
Health. 2010;10(678):1-6.
Sadr
and
SM.
III
National
versus
coronary
artery
disease?.
13