PREVALENSI DEPRESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN NILAI HbA1C PADA PASIEN PRIA DENGAN DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR.

(1)

TRAVEL MEDICINE

PREVALENSI DEPRESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN

NILAI HbA1C PADA PASIEN PRIA DENGAN

DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH

NAMA : BUDI RATNA ARYANI NIM : 1002005089

DOSEN PENYELIA

dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013


(2)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal mengenai “Prevalensi Depresi dan Hubungannya dengan Nilai HbA1C pada Pasien Pria dengan Diabetes Melitus di RSUP Sanglah, Denpasar” dengan lancar dan tepat waktu.

Penulis menyusun paper ini sebagai kewajiban akhir dari kegiatan Elective Study. Dalam

paper ini terdapat ringkasan jurnal dan artikel yang diperoleh penulis selama mengikuti kegiatan

Elective Study. Dalam penyusunan paper ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. I W. P. Sutirta Yasa, M.Si, selaku ketua blok yang telah memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan kegiatan Elective Study ini.

2. dr. P. A. Asri Damayanti, M.Kes., selaku sekretaris blok yang telah memberikan informasi-informasi mengenai pelaksanaan kegiatan Elective Study ini.

3. dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD, selaku dosen penyelia yang membimbing dan memberikan dukungan moral pada penulis.

4. Segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan paper ini.

Denpasar, 21 Desember 2013


(3)

Daftar Isi

Halaman Judul ... ………i

Kata Pengantar ... ………ii

Daftar Isi ... ………iii

Daftar Gambar ... ………iv

Daftar Tabel ... ………v

Abstrak ... ………vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Judul ... ………1

1.2Latar Belakang ... ………1

1.3Rumusan Masalah ... ………2

1.4Tujuan Penelitian ... ………2

1.5Manfaat Penelitian ... ………2

1.6Batasan Masalah ... ………3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus (DM) ... ………4

2.2 Depresi ... ………4

2.3 Diabetes Melitus (DM) menyebabkan Depresi... ………5

2.4 Glycated Hemoglobin (HbA1C) ... ………5

BAB III KONSEP PENELITIAN 3.1 Konsep Penelitian ... ………7

3.2 Hipotesis ... ………7

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... ………8

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... ………8

4.3 Populasi dan Sampel ... ………8

4.4 Pengumpulan Data ... ………9

4.5 Variabel Penelitian ... ………9

4.6 Definisi Operasional Variabel ... ………9

4.7 Alur Penelitian ... ………10

4.8 Analisis Data ... ………11

4.9 Cara Penyimpulan Hasil Penelitian ... ………11

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... ………13

5.2 Pembahasan... ………17

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... ………19

6.2 Saran ... ………19 Daftar Pustaka


(4)

Daftar Gambar

Gambar 1. Konsep Penelitian ... ………7 Gambar 2. Alur Penelitian ... ………11


(5)

Daftar Tabel

Tabel 1. Karakteristik Sampel………..14

Tabel 2. Prevalensi Depresi pada Diabetes ………..…………15

Tabel 3. Uji Normalitas Data ………...……16


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul

Prevalensi Depresi dan Hubungannya dengan Nilai HbA1C pada Pasien Pria dengan Diabetes Melitus di RSUP Sanglah, Denpasar

1.2 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi, gangguan toleransi insulin, atau gangguan sekresi insulin maupun keduannya. Dewasa ini, prevalensi DM semakin meningkat, hal ini dikarenakan adanya perubahan life style dari manusia itu sendiri.

Prevalensi DM di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari data WHO tahun 2000 didapatkan bahwa Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dalam jumlah pasien DM dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. 3 negara yang menempati urutan teratas adalah India dengan 31,7 juta jiwa, China dengan 20,8 juta jiwa, dan Amerika Serikat dengan 17,7 juta jiwa. Pada tahun 2010, pasien DM di Indonesia mencapai angka prevalensi minimal 5 juta jiwa, sedangkan di dunia mencapai 239,9 juta jiwa, dan pada tahun 2030 diperkirakan bahwa prevalensi DM di Indonesia akan meningkat hingga 21,3 juta jiwa.1,2

DM merupakan salah satu penyakit kronik, yang kemungkinan besar tidak dapat disembuhkan. Sehingga munculnya depresi akibat penyakit ini bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Beberapa penelitian telah membenarkan bahwa depresi memiliki hubungan yang erat dengan DM.1,3,4 Sebuah penelitian di salah satu Rumah Sakit Pendidikan di Irlandia Utara menyebutkan bahwa dari 80 pasien DM yang datang ke Bagian Endokrin, 31(38,8%) mengalami gejala depresi. 20 (25%) mengalami depresi ringan, 10 (12,5%) mengalami depresi sedang, dan 1 (1,3%) mengalami depresi berat.5 Tahun 2005 International Diabetes Federation menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada pasien DM mencapai 60%, dimana 15% dari pasien mengalami depresi sedang.4


(7)

Depresi yang dialami oleh pasien bisa berupa menurunnya minat dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-sehari, munculnya gangguan emosional, serta berkurangnya kepedulian terhadap penyakit DMnya itu sendiri, yang berefek pada kurang terkontrolnya kadar gula darah pasien.6,7,8 Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengetahui seberapa besar prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan? 1. Berapa besar prevalensi depresi dan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM di

RSUP Sanglah?

2. Berapa besar prevalensi depresi ringan, sedang- berat yang dialami oleh pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah?

3. Bagaimana hubungan depresi dengan nilai HbA1C pasien?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui seberapa besar prevalensi depresi dan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah.

2. Mengetahui seberapa besar prevalensi depresi ringan, sedang- berat yang dialami oleh pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah.

3. Mengetahui bagaimana hubungan depresi dengan nilai HbA1C pasien.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini penulis berharap dapat memperoleh manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain yang berkepentingan. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh adalah :

1. Dengan mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM, maka akan membuka wawasan baru bagi penulis untuk melakukan penelitian lagi tentang bagaiamana cara mengatasi hal tersebut.


(8)

2. Dengan mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM, maka tenaga medis, keluarga, serta kerabat dapat memberikan perhatian lebih kepada pasien.

1.6 Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruangnya luang lingkup penelitian dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada :

1. Penelitian hanya dilakukan pada pasien pria dengan DM yang datang ke Poli Diabetes RSUP Sanglah.

2. Karena jumlah pasien wanita jauh lebih sedikit dibanding pria setiap harinya, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pasien pria saja.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus (DM)

DM adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi karena adanya gangguan sekresi insulin atau kerja dari insulin. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh pankreas, yang berfungsi untuk memecah gula darah dan mengubahnya menjadi energi. Adanya ganguan terhadap insulin menyebabkan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Beberapa faktor predisposisi terjadinya DM adalah jenis kelamin, usia, riwayat genetic, dan life style.2,4

Diagnosis DM menurut PERKENI adalah 1) Kadar gula darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200mg/dl, 2) Kadar gula darah puasa lebih dari atau sama dengan 126mg/dl, 3) Kadar gula darah lebih dari atau sama dengan 200mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa.1,2,4,9 Disamping 3 kriteria diagnosis tersebut, juga terdapat gejala klinis lain seperti polidipsi, polifagia, poliuria, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, mudah lelah, mudah haus, kehilangan energi, bahkan pada fase lanjut dapat menimbulkan gangguan penglihatan.1,2,4

DM merupakan salah satu penyakit kronik yang sulit untuk disembuhkan, yang ada hanyalah bagaimana cara mengontrol kadar gula darah agar tetap berada pada rentang normal. Sebagian besar pasien DM akan mengalami keterbatasan dalam beberapa aktifitas sehari-hari maupun kehidupan seksual yang jelas terlihat terutama pada pasien pria, dimana pada umumnya mereka bisa lebih aktif dibanding wanita. Hal-hal seperti itulah yang nantinya dapat menimbulkan gangguan psikologi seperti depresi, yang kemungkinan juga akan berefek pada kadar gula darah pasien.

2.2. Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan beberapa hal seperti hilangnya minat dan ketertarikan, munculnya rasa bersalah dan tidak berguna, kepercayaan diri yang rendah, penurunan energi, gangguan tidur dan hilangnya nafsu makan, penurunan


(10)

konsentrasi, pandangan tentang masa depan yang suram, serta munculnya gagasan untuk membahyakan diri sendiri. Orang yang mengalami deperesi cenderung pasif dan sulit memulai pekerjaan. Beberapa gejala depresi yang berbeda pada pria adalah irritability, mudah marah, serta lebih berkomitmen untuk bunuh diri.4,6,7,10

Salah satu studi pada tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat 18,6% (13/70) pasien DM yang mengalami depresi. Pasien depresi tersebut mengalami kadar gula darah yang tidak terkontrol dibanding dengan pasien yang tidak mengalami depresi. Studi lain yang dilakukan di RS dr. Karyadi di Indonesia pada tahun 1999 menyebutkan bahwa 31,8% pasien DM mengalami depresi.3,4

2.3. Diabetes Melitus (DM) menyebabkan Depresi

DM merupakan penyakit kronik yang umumnya tidak dapat disembuhkan, yang bisa dilakukan hanyalah mengontrol kadar gula darah agar tetap berada pada range normal. Selain itu DM merupakan penyakit yang bisa menimbulkan banyak komplikasi, pengobatannya harus dilakukan seumur hidup, keterbatasan dalam memilih makanan, serta keterbatasan dalam beraktifitas. Hal-hal tersebut itulah yang nantinya akan menimbulkan muculnya rasa bersalah, penyesalan, sedih, kehilangan minat dan kepercayaan diri yang merupakan gejala dari depresi. Gejala depresi yang muncul ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup dari pasien DM, tapi juga berpengaruh pada ketaatan berobat, dan pengendalian gula darah serta meningkatkan biaya perawatan dan resiko komplikasi DM.1,3,4,5,11

Depresi yang dialami pasien menyebabkan kurangnya kepedulian pasien terhadap kondisi kesehatannya. Pasien akan cenderung untuk jarang beraktifitas, kurangnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, hilangnya nafsu makan, yang nantinya akan berefek pada kadar gula darah pasien. Kadar gula darah yang kurang terkontrol akan terlihat dari nilai HbA1C yang meningkat.1,3,4,5,11 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nilai HbA1C lebih tinggi pada mereka yang mengalami depresi dibanding yang tidak.3,5


(11)

HbA1C atau Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status gula darah jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Kadar HbA1C merupakan indikator penting untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien tersebut terkendali dengan baik atau tidak.1

Pada Juli 2009, the International Expert Committee merekomendasikan kriteria diagnostik tambahan dari hasil HbA1C ≥ 6,5% untuk DM. Pemeriksaan kadar HbA1C merupakan gold standart pemeriksaan gula darah di banyak sentral. Kelebihan dari pemeriksaan ini adalah penanda paparan kumulatif kadar gula darah berlebih selama periode 2-3 bulan.1

Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara irreversible, maka proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadr glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1C, Csedangkan pada hiperglikemi yang berkepanjangan kadar HbA1C dapat meningkat hingga 18-20%. Kadar HbA1C dikategorikan dalam kadar HbA1C baik, sedang dan buruk. Dimana baik atau terkendali jika <6,5%, sedang jika 6,5-8%, dan buruk tau tak terkendali jika ≥8%. 1,5

Seseorang yang melakukan tes harian dengan glucometer dan memperoleh hasil yang tinggi, merupakan implikasi dari kadar HbA1C yang tinggi pula. Sedangkan kadar HbA1C yang tinggi bila kadar gula darah terakumulasi secara berkepanjangan dari hasil pengukuran dengan glucometer sebelumnya. Kadar HbA1C yang tinggi ini mencerminkan kurangnya pengendalian DM. Setelah kadar gula darah normal menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.1


(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul

Prevalensi Depresi dan Hubungannya dengan Nilai HbA1C pada Pasien Pria dengan Diabetes Melitus di RSUP Sanglah, Denpasar

1.2 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi, gangguan toleransi insulin, atau gangguan sekresi insulin maupun keduannya. Dewasa ini, prevalensi DM semakin meningkat, hal ini dikarenakan adanya perubahan life style dari manusia itu sendiri.

Prevalensi DM di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari data WHO tahun 2000 didapatkan bahwa Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dalam jumlah pasien DM dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. 3 negara yang menempati urutan teratas adalah India dengan 31,7 juta jiwa, China dengan 20,8 juta jiwa, dan Amerika Serikat dengan 17,7 juta jiwa. Pada tahun 2010, pasien DM di Indonesia mencapai angka prevalensi minimal 5 juta jiwa, sedangkan di dunia mencapai 239,9 juta jiwa, dan pada tahun 2030 diperkirakan bahwa prevalensi DM di Indonesia akan meningkat hingga 21,3 juta jiwa.1,2

DM merupakan salah satu penyakit kronik, yang kemungkinan besar tidak dapat disembuhkan. Sehingga munculnya depresi akibat penyakit ini bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Beberapa penelitian telah membenarkan bahwa depresi memiliki hubungan yang erat dengan DM.1,3,4 Sebuah penelitian di salah satu Rumah Sakit Pendidikan di Irlandia Utara menyebutkan bahwa dari 80 pasien DM yang datang ke Bagian Endokrin, 31(38,8%) mengalami gejala depresi. 20 (25%) mengalami depresi ringan, 10 (12,5%) mengalami depresi sedang, dan 1 (1,3%) mengalami depresi berat.5 Tahun 2005 International Diabetes Federation menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada pasien DM mencapai 60%, dimana 15% dari pasien mengalami depresi sedang.4


(2)

Depresi yang dialami oleh pasien bisa berupa menurunnya minat dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-sehari, munculnya gangguan emosional, serta berkurangnya kepedulian terhadap penyakit DMnya itu sendiri, yang berefek pada kurang terkontrolnya kadar gula darah pasien.6,7,8 Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengetahui seberapa besar prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan? 1. Berapa besar prevalensi depresi dan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM di

RSUP Sanglah?

2. Berapa besar prevalensi depresi ringan, sedang- berat yang dialami oleh pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah?

3. Bagaimana hubungan depresi dengan nilai HbA1C pasien?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui seberapa besar prevalensi depresi dan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah.

2. Mengetahui seberapa besar prevalensi depresi ringan, sedang- berat yang dialami oleh pasien pria dengan DM di RSUP Sanglah.

3. Mengetahui bagaimana hubungan depresi dengan nilai HbA1C pasien.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini penulis berharap dapat memperoleh manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain yang berkepentingan. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh adalah :

1. Dengan mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM, maka akan membuka wawasan baru bagi penulis


(3)

2. Dengan mengetahui prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM, maka tenaga medis, keluarga, serta kerabat dapat memberikan perhatian lebih kepada pasien.

1.6 Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruangnya luang lingkup penelitian dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada :

1. Penelitian hanya dilakukan pada pasien pria dengan DM yang datang ke Poli Diabetes RSUP Sanglah.

2. Karena jumlah pasien wanita jauh lebih sedikit dibanding pria setiap harinya, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pasien pria saja.


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus (DM)

DM adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi karena adanya gangguan sekresi insulin atau kerja dari insulin. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh pankreas, yang berfungsi untuk memecah gula darah dan mengubahnya menjadi energi. Adanya ganguan terhadap insulin menyebabkan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Beberapa faktor predisposisi terjadinya DM adalah jenis kelamin, usia, riwayat genetic, dan life style.2,4

Diagnosis DM menurut PERKENI adalah 1) Kadar gula darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200mg/dl, 2) Kadar gula darah puasa lebih dari atau sama dengan 126mg/dl, 3) Kadar gula darah lebih dari atau sama dengan 200mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa.1,2,4,9 Disamping 3 kriteria diagnosis tersebut, juga terdapat gejala klinis lain seperti polidipsi, polifagia, poliuria, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, mudah lelah, mudah haus, kehilangan energi, bahkan pada fase lanjut dapat menimbulkan gangguan penglihatan.1,2,4

DM merupakan salah satu penyakit kronik yang sulit untuk disembuhkan, yang ada hanyalah bagaimana cara mengontrol kadar gula darah agar tetap berada pada rentang normal. Sebagian besar pasien DM akan mengalami keterbatasan dalam beberapa aktifitas sehari-hari maupun kehidupan seksual yang jelas terlihat terutama pada pasien pria, dimana pada umumnya mereka bisa lebih aktif dibanding wanita. Hal-hal seperti itulah yang nantinya dapat menimbulkan gangguan psikologi seperti depresi, yang kemungkinan juga akan berefek pada kadar gula darah pasien.

2.2. Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan beberapa hal seperti hilangnya minat dan ketertarikan, munculnya rasa bersalah dan tidak berguna, kepercayaan diri


(5)

konsentrasi, pandangan tentang masa depan yang suram, serta munculnya gagasan untuk membahyakan diri sendiri. Orang yang mengalami deperesi cenderung pasif dan sulit memulai pekerjaan. Beberapa gejala depresi yang berbeda pada pria adalah irritability, mudah marah, serta lebih berkomitmen untuk bunuh diri.4,6,7,10

Salah satu studi pada tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat 18,6% (13/70) pasien DM yang mengalami depresi. Pasien depresi tersebut mengalami kadar gula darah yang tidak terkontrol dibanding dengan pasien yang tidak mengalami depresi. Studi lain yang dilakukan di RS dr. Karyadi di Indonesia pada tahun 1999 menyebutkan bahwa 31,8% pasien DM mengalami depresi.3,4

2.3. Diabetes Melitus (DM) menyebabkan Depresi

DM merupakan penyakit kronik yang umumnya tidak dapat disembuhkan, yang bisa dilakukan hanyalah mengontrol kadar gula darah agar tetap berada pada range normal. Selain itu DM merupakan penyakit yang bisa menimbulkan banyak komplikasi, pengobatannya harus dilakukan seumur hidup, keterbatasan dalam memilih makanan, serta keterbatasan dalam beraktifitas. Hal-hal tersebut itulah yang nantinya akan menimbulkan muculnya rasa bersalah, penyesalan, sedih, kehilangan minat dan kepercayaan diri yang merupakan gejala dari depresi. Gejala depresi yang muncul ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup dari pasien DM, tapi juga berpengaruh pada ketaatan berobat, dan pengendalian gula darah serta meningkatkan biaya perawatan dan resiko komplikasi DM.1,3,4,5,11

Depresi yang dialami pasien menyebabkan kurangnya kepedulian pasien terhadap kondisi kesehatannya. Pasien akan cenderung untuk jarang beraktifitas, kurangnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, hilangnya nafsu makan, yang nantinya akan berefek pada kadar gula darah pasien. Kadar gula darah yang kurang terkontrol akan terlihat dari nilai HbA1C yang meningkat.1,3,4,5,11 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nilai HbA1C lebih tinggi pada mereka yang mengalami depresi dibanding yang tidak.3,5


(6)

HbA1C atau Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status gula darah jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Kadar HbA1C merupakan indikator penting untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien tersebut terkendali dengan baik atau tidak.1

Pada Juli 2009, the International Expert Committee merekomendasikan kriteria diagnostik tambahan dari hasil HbA1C ≥ 6,5% untuk DM. Pemeriksaan kadar HbA1C merupakan gold standart pemeriksaan gula darah di banyak sentral. Kelebihan dari pemeriksaan ini adalah penanda paparan kumulatif kadar gula darah berlebih selama periode 2-3 bulan.1

Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara irreversible, maka proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadr glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1C, Csedangkan pada hiperglikemi yang berkepanjangan kadar HbA1C dapat meningkat hingga 18-20%. Kadar HbA1C dikategorikan dalam kadar HbA1C baik, sedang dan buruk. Dimana baik atau terkendali jika <6,5%, sedang jika 6,5-8%, dan buruk tau tak

terkendali jika ≥8%. 1,5

Seseorang yang melakukan tes harian dengan glucometer dan memperoleh hasil yang tinggi, merupakan implikasi dari kadar HbA1C yang tinggi pula. Sedangkan kadar HbA1C yang tinggi bila kadar gula darah terakumulasi secara berkepanjangan dari hasil pengukuran dengan glucometer sebelumnya. Kadar HbA1C yang tinggi ini mencerminkan kurangnya pengendalian DM. Setelah kadar gula darah normal menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.1