Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Pada Pasien Gingivitis Perokok dan Bukan Perokok di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan yang sudah mendunia dan
penyakit yang paling banyak diderita, baik anak-anak dan dewasa mencapai 50% dari
jumlah populasi.1,2 Berdasarkan survei yang dilakukan Nasional Institute Of Dental
Research (NIDR) di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua utama
yang masih merupakan masalah di masyarakat. Di Indonesia penyakit periodontal
merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita masyarakat (70%).
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 penyakit
periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah penderita 42,8% penduduk
Indonesia. Prevalensi penyakit periodontal meningkat seiring dengan pertambahan
usia.2
Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan
oleh bakteri yang menyerang jaringan periodontal yang melibatkan gingiva, ligamen
periodontal, tulang alveolar dan sementum.3,4 Penyebab utama penyakit periodontal
adalah mikroorganisme yang berkolonisasi dan melekat pada permukaan gigi. Koloni
bakteri tersebut akan membentuk plak yang dapat menyebabkan gingivitis.3

Rongga mulut menjadi tempat kolonisasi berbagai macam mikroorganisme
yang terakumulasi membentuk deposit lunak yang disebut plak gigi.3 Plak gigi adalah
suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang
biak dan melekat erat pada permukaan gigi. Satu milligram dengan 1 mm3 plak gigi
mengandung 200 juta sel mikroorganisme.5 Plak dapat diklasifikasikan menjadi plak
supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan lokasi permukaan gigi.6
Penyakit periodontal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
merokok, penyakit sistemik dan faktor genetik.7,8 Akumulasi mikroorganisme dalam
jumlah besar pada plak merupakan pemicu terjadinya penyakit periodontal
destruktif.9 Gambaran klinis penyakit periodontal yang sering dijumpai adalah

Universitas Sumatera Utara

2

inflamasi gingiva dengan kehilangan struktur kolagen pada jaringan pendukung gigi
sebagai respon dari akumulasi bakteri di jaringan periodontal.9,10
Kecepatan penumpukan plak berkaitan dengan proses terjadinya gingivitis.9
Gingivitis adalah inflamasi yang melibatkan gingiva saja. Gingivitis merupakan
penyakit periodontal yang paling sering terjadi dengan prevalensi 50-90% terjadi

pada orang dewasa di dunia.11
Prevalensi perokok di Indonesia meningkat setiap tahunnya.12 Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi penduduk
Indonesia yang merokok adalah 29,3% dan prevalensi yang merokok setiap hari di
wilayah Sumatera Utara adalah 24,2% sedangkan yang kadang-kadang merokok
hanya 4,2%.13
Merokok sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit periodontal. Hal ini
sangat berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari, lamanya merokok,
jenis rokok yang dihisap, bahkan hal ini berkaitan juga dengan hisapan rokok yang
dilakukan.7,14 Perokok dapat digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan
kemampuannya menghisap rokok dalam sehari yaitu perokok ringan, perokok sedang
dan perokok berat.15 Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok di awali dengan
terjadinya akumulasi plak.13
Kebiasaan merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi saliva
yaitu penurunan antibodi dalam saliva yang berguna menetralisir bakteri dalam
rongga mulut sehingga menyebabkan gangguan fungsi sel pertahanan tubuh akibat
panas yang dihasilkan asap rokok.13,16 Perubahan vaskularisasi akibat merokok
menyebabkan pembesaran pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi
sehingga terjadi pembesaran gingiva. Kondisi ini diikuti dengan bertambahnya
jumlah


limfosit

dan

makrofag.16

Perubahan

tersebut

mengakibatkan

ketidakseimbangan antara bakteri dan respon pejamu yang menyebabkan perubahan
komposisi plak subgingiva dengan peningkatan jumlah dan virulensi organisme
patogen.4
Asap rokok mengandung tiga macam bahan kimia yang berbahaya yaitu tar,
nikotin dan karbonmonoksida. Tar yang mengendap pada gigi selain menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


3

masalah secara estetik juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga
mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada margin gingiva, diperparah dengan kondisi
kebersihan mulut yang kurang baik sehingga menyebabkan terjadinya gingivitis.14
Nikotin merupakan komponen yang paling banyak dijumpai pada rokok.14
Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah termasuk pembuluh darah jaringan sekitar gigi geligi sehingga
menyebabkan perubahan sel di jaringan periodontal.17 Berkurangnya oksigen di
dalam jaringan dan merusak sistem respon imun sehingga membentuk suatu
lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit
periodontal terutama pada daerah subgingiva untuk kolonisasi bakteri anaerob Gram
negatif.7,11
Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang
akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida memiliki
afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas
oksigen terhadap haemoglobin.14
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Kumar dkk menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri pada perokok dan bukan perokok yang

diambil dari plak supragingiva, plak subgingiva dan cairan sulkus gingiva.18
Penelitian Muller setelah diamati selama enam bulan pada kelompok perokok
ditemukan lebih banyak plak supragingiva dibandingkan bukan perokok.19
Penelitian yang dilakukan oleh Sreedevi dkk menunjukkan tidak ada
perbandingan bakteri yang signifikan antara perokok dan bukan perokok. Uji
mikrobiolgi dengan mengambil sampel pada bagian plak supragingiva pada perokok
dan bukan perokok menunjukkan lebih banyak plak pada subjek bukan perokok
dibandingkan perokok.8
Neto dkk menemukan bahwa prevalensi bakteri pada perokok lebih besar
dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok bakteri yang terdapat pada plak
subgingiva yaitu Porphyromonas gingivalis, Aggregatibacter actinomycetencomitans,
Bacteroides forsythus, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum.20
Berdasarkan dari penelitian-penelitian yang sudah ada tentang perbedaan

Universitas Sumatera Utara

4

jumlah bakteri pada perokok dan bukan perokok, peneliti tertarik untuk meneliti
perbedaan jumlah koloni bakteri pada pasien gingivitis perokok dan bukan perokok.


1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan jumlah koloni bakteri pada pasien gingivitis perokok
dan bukan perokok?

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah koloni bakteri pada pasien
gingivitis perokok dan bukan perokok.

1.4 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan jumlah koloni bakteri pada pasien gingivitis perokok dan bukan
perokok.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi tentang
jumlah koloni bakteri pada pasien gingivitis perokok dan bukan perokok.

1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membandingkan jumlah koloni bakteri kepada

pasien gingivitis perokok dan bukan perokok sebagai bahan pertimbangan mencari
faktor risiko dalam melakukan prosedur diagnosis penyakit periodontal.

Universitas Sumatera Utara