Perbedaan Skor Bau Mulut Sebelum dan Setelah Skeling Pada Pasien Gingivitis Diinduksi Plak Di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bau mulut didefinisikan sebagai bau busuk atau ofensif udara yangkadaluarsa,
merupakan masalah sosial dan psikologis.1Bau mulut memiliki dampak sosial
ekonomi yang signifikan tetapi sampai kini masih diabaikan oleh para ilmuwan dan
dokter dan hampir tidak tercakup dalam kurikulum medis. Bau mulut dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pribadi dan secara sosial memalukan dan masih
menjadi salah satu

hal

yang tabu

dalam

masyarakat.2Bau

mulut


dapat

dihubungkandengan berbagai hasil metabolisme dari bakteri yaitu asam amino.
Metabolit ini mencakup banyak senyawa seperti indole, skatole, dan VSC(Volatile
Sulfur Compound), sulfida hidrogen, metil mercaptan dan dimetil sulfida. VSC telah
terbukti menjadi penyebab utama bau pada mulut manusia.Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa senyawa ini beracun pada konsentrasi rendah.VSC mungkin
tidak hanya dikaitkan dengan bau mulut tetapi juga mungkin berkontribusi terhadap
etiologi penyakit periodontal.3
Penelitian yang dilakukan oleh Figueiredo dkk, tentang hubungan bau mulut
pada pasien dengan ada atau tidak penyakit periodontal adalah melakukan penelitian
tentang tingkat VSC didalam mulut menggunakan caraorganoleptic rating; indek
plak; indek gingiva dan sampel diambil dari gigi, lidah, dan saliva serta diuji dengan
BANA hydrolyzing species test. Hasil penelitian tersebut mengkonfirmasi bahwa
BANA menghidrolisis bakteri dalam plak subgingiva yang merupakan sumber
penting dalam menghasilkan bau mulut di rongga mulut .4
Penelitian Jeronimo M. Oliveira-Neto tentang bagaimana menangani bau
mulut pada pagi hari untuk menghilangkan atau mengurangi bau mulut dengan
menurunkan bakteri VSC menunjukkan alat pembersihan lidah mekanisbisa segera


Universitas Sumatera Utara

mengurangi bau mulut dalam waktu yang singkat, sedangkan obat kumur klorhexidin
dan pembersihan mulut secaramekanismenyebabkan pengurangan bau mulut di dalam
waktu yang lebih lama dan mencapai hasil yang terbaik dari napas padapagi hari. Bau
mulut adalah salah satu masalah kosmetik dan menurut Yaegaki dkk cara untuk
menghilangkan bau mulut adalah memotivasi pasien untuk menjaga oral higiene
dengan rutin menyikat gigi, menggunakan obat kumur anti bakteri dan mengangkat
kotoran dan bakteri pada lidah setiap hari.5
Penelitian yang dilakukan oleh C.Kara dkk tentang efek instruksi kebersihan
mulut dan skeling pada pasienbau mulut dengan populasi anak-anak di Turki yang
mengalami inflamasi gingiva menunjukkan tingkat bau mulut secara signifikan
berkurang setelah perawatan inflamasi gingiva, maka untuk menghindari bau mulut
pada anak-anak, perawatan mulut tidak bisa diabaikan.Prosedur perawatan mulut
rutin dan metode perawatan periodontal yang digunakan untuk mengatasi gingivitis
adalah pasien diberi instruksi kebersihan mulut seperticara menyikat gigi yang benar
danperawatan skeling. 6
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melihat
perbedaan skor bau mulut sebelum dan sesudah perawatan skeling pada pasien
gingivitis diinduksi plak.


1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan skor bau mulut sebelum dan setelah perawatan skeling
pada pasien gingivitis diinduksi plak di RSGM FKG USU?

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis perbedaan skor bau mulut sebelum dan setelah perawatan
skeling pada pasien gingivitisdiinduksi plak di RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis Penelitia
Ada perbedaan skor bau mulut sebelum dan setelah perawatan skeling pada
pasien gingivitisdiinduksi plak di RSGM FKG USU.

1.5 Manfaat Penelitian
Mengetahui perbedaan skor bau mulut sebelum dan setelah perawatan skeling
pada pasien gingivitisdiinduksi.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memperoleh informasi tentang perbedaan skor bau mulut sebelum dan
setelahperawatan skeling pada pasien gingivitis diinduksi plak.
Sebagai dasar penelitian lanjutan yang meneliti tentang perawatan mekanik
terhadap bau mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis
Menambahkan informasi bagi pasien dan dokter gigi dengan penting faktor
risiko bau mulut pada pasien gingivitis dan memperbaiki gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara