PERUBAHAN MAKNA TRADISI RITUAL MELENGGANG (TUJUH BULAN KANDUNGAN) PADA MASYARAKAT MELAYU DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATUBARA.

(1)

PERUBAHAN MAKNA TRADISI RITUAL “MELENGGANG”

(TUJUH BULAN KANDUNGAN) PADA MASYARAKAT

MELAYU DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN

BATUBARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Antropologi

OLEH

MUKHLIS SYAHPUTRA 309122045

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Mukhlis Syahputra Nim : 309 122 045

Program Studi : Pendidikan Antropologi Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini hasil karya yang saya tulis sendiri, bukan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan atau duplikat, maka saya bertanggungjawab untuk bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Medan, Juli 2013

` Pembuat Pernyataan,

Mukhlis Syahputra NIM. 309 122 045


(5)

i ABSTRAK

MUKHLIS SYAHPUTRA, NIM: 309122045, PERUBAHAN MAKNA TRADISI RITUAL “MELENGGANG” PADA MASYARAKAT MELAYU DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATUBARA. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosesi ritual “melenggang”, makna yang terkandung dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang”, perubahan yang terjadi dalam prosesi ritual “melenggang”, dan simbol-simbol yang terkandung dalam prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriprif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Dalam penelitian ini penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling, maka dari itu informan dari penelitian ini berjumlah 10 orang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, foto, dan sumber tertulis. Teknik analisis data yang digunakan yaitu mengelompokkan hasil data, menginterpretasikan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjalankan proses ritual “melenggang” memiliki tahap sebelum, saat dan sesudah ritual “melenggang”. Sebelum melaksanakan ritual “melenggang” dilakukan yang namanya menempah bidan, diteruskan dengan pembuatan sumpit tangkal dan duri landak. Pada saat ritual “melenggang” dilakukan beberapa prosesi yakni “melenggang”, mandi “melenggang”, “tepung tawar”, dan “upah-upah”. Dan sesudah semua prosesi ritual “melenggang” dilaksanakan maka akan dilakukan acara kenduri atau doa bersama. Makna dari diadakan ritual “melenggang” ini adalah untuk memberikan ketenangan dalam hidup individu (si ibu) yang akan melakukan peralihan (ritus), agar pada saat proses kelahiran berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu dalam proses ritual “melenggang” juga terdapat makna-makna lain seperti makna dari tepak sirih, upah-upah” dan tepung tawar”. Perubahan yang terjadi disebabkan karena sulitnya mencari bidan kampung yang paham akan pelaksanaan prosesi “melenggang”. Dalam prosesi ritual “melenggang juga terdapat simbol-simbol yang terkandung seperti daun keladi, kain selendang, uang logam dan tepak sirih.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan anugerah dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan contoh tauladan dalam kehidupan manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dengan judul Perubahan Makna Tradisi Ritual “Melenggang” (Tujuh Bulan Kandungan) pada Masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis. Namun demikian dengan bimbingan dan motivasi serta petunjuk dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


(7)

iii

1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang telah memberikan surat izin penelitian dari fakultas.

4. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Antropologi yang memberikan semangat kepada mahasiswa/i dalam menyusun skripsi stambuk 2009.

5. Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Penguji I yang senantiasa membimbing penulis selama perkuliahan. 6. Ibu Dra. Trisni Handayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan bimbingan yang berguna bagi penulis untuk menjadikan tulisan ini lebih baik.

8. Ibu Murni Eva Marlina, M.Si selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan dan masukkan yang berguna bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini.

9. Dan seluruh Dosen dan civitas akademik Program Studi Pendidikan Antropologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas ilmu, pengalaman dan motivasi selama ini.


(8)

iv

10.Ibunda Alm Mahanim yang menjadi motivasi dan semangat penulis dalam segala hal. Tidak ada yang Ananda bisa berikan kepada Ibunda kecuali ucapan terima kasih dan doa Ananda untuk Ibunda.

“Aku sayang omak”

11.Ayahanda Umar Sinaga yang senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi, serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis tanpa mengenal lelah dan tanpa mengharapkan balas jasa, sehingga Ananda dapat menyelesaikan studi sampai ke bangku sarjana. “Terima kasih untuk semuanya Ayah…”

12.Kakak Nurhepi yang penulis anggap sebagai Ibu yang selalu membimbing dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis. Untuk Kak Fitriani dan Suriani dan adikku tersayang Nanda Wandika dan Yudhistira Pratama Sinaga serta seluruh keluarga penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Keluarga besar yang berada di Batubara yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

14.Bapak H.Ishak dan Ibu nimar yang telah membantu dalam penelitian penulis dan seluruh informan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

15.Sahabat-sahabat saya Musdarwinsyah yang selalu jadi tempat saya minjam uang, Nurbaini dan Nurlela sahabat sesuku, dan teman-teman Antropologi 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


(9)

v

16.Teman-teman PPL 2012 di SMA Negeri 1 Talawi khususnya Dinda Astari Sinurat yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis.

17.Dan semua orang yang telah menjadi bagian dalam hidup penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis berharap semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Aamiin.

Medan, Juli 2013

Mukhlis Syahputra NIM. 309 122 045


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI…. ... vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Perumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori ... 8

2.1.1 Masa Krisis Dalam Hidup Individu ... 8

2.1.2 Perubahan ... 10

2.1.3 Simbol ... 12

2.2 Kerangka Konsep... 13


(11)

vii

2.2.2 Tradisi ... 14

2.2.3 Ritual ... 15

2.2.4 Makna... 17

2.2.5 “Melenggang” ... 17

2.3 Kerangka Berpikir... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Penentuan Informan ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5 Teknik Analisis Data... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Kecamatan Talawi ... 29

4.1.2 Lokasi Kecamatan Talawi... 33

4.2 Gambaran Umum Masyarakat/Penduduk Kecamatan Talawi ... 35

4.3 Proses Tradisi Ritual “Melenggang” ... 39

4.3.1 Sebelum Proses “Melenggang” ... 40

4.3.2 Saat Proses “Melenggang” ... 45

4.3.3 Setelah Proses “Melenggang” ... 52


(12)

viii

4.4.1 Tepak Sirih ... 53

4.4.2 “Upah-upah” ... 55

4.4.3 “Tepung Tawar” ... 57

4.5 Perubahan yang terjadi dalam prosesi ritual “Melenggang” ... 60

4.5.1 Perubahan Proses “Melenggang” ... 60

4.5.2 Perubahan Pembuatan Sumpit Tangkal dan Duri Landak ... 62

4.6 Simbol-simbol yang terdapat dalam prosesi ritual “melenggang” 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran……… ... 66

Daftar Pustaka Lampiran


(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I. Kerangka Berpikir ... 21

Gambar II. Peta Kecamatan Talawi ... 33

Gambar III. Sumpit Tangkal ... 43

Gambar IV. Duri Landak ... 44

Gambar V. Penyerahan Tepak Sirih kepada Bidan ... 46

Gambar VI. Penyerakkan Tepak Sirih ... 47

Gambar VII. Proses Menggelek Perut (“Melenggang”) ... 48


(14)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan ... 35

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 36

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Suku ... 37

Tabel 4. Jumlah dan Jenis Pekerjaan... 38


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta dari pikiran manusia yang dijadikan sebagai acuan untuk tingkah lakunya. Dengan kebudayaan suatu masyarakat akan memiliki acuan yang dapat mengklasifikasikan suatu hal dianggap baik atau buruk oleh masyarakat pendukungnya.

Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia diturunkan melalui proses belajar bukan diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Pernyataan ini perlu dipertegas agar dapat membedakan perilaku manusia yang digerakkan oleh kebudayaan dengan perilaku makhluk lain yang tingkah-lakunya digerakkan oleh insting. Misalnya saja ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan olen insting dan naluri, dan ini bukanlah suatu kebudayaan melainkan insting yang berbeda dengan kebudayaan.

Manusia berakal merupakan syarat mutlak bagi pendukung suatu kebudayaan, karena akal penyebab adanya kebudayaan, akal melahirkan pikir dan rasa. Keseluruhan pikir dan rasa yang ada dalam pemikiran manusia merupakan hal yang sangat bernilai dalam hidupnya, sebagai pedoman tertinggi atas perilakunya. Dengan demikian pikir dan rasa atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam alam pikiran masyarakat (sistem nilai budaya) tidak langsung terlihat, melainkan


(16)

2

tercermin dan terwujud dalam pola tingkah laku, pergaulan sosial serta pemikiran masyarakat yang bersangkutan.

Dalam suatu masyarakat ritual tradisional dianggap sebagai kegiatan yang dapat mengaktifkan muatan kebudayaan yang dimantapkan lewat pewarisan tradisi. Misalnya saja ritual dalam hal ritus peralihan. Ritus peralihan suatu masa di mana seorang individu akan masuk ke dalam lingkungan sosialnya yang baru. Pada beberapa masyarakat hal ini diangggap sebagai suatu hal yang penting dan perlu untuk dilakukan suatu ritual agar peralihan dari lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru berjalan dengan baik. Akan tetapi beberapa masyarakat yang lain menganggap hal ini sebagai hal yang wajar.

Pada masa peralihan antara satu tingkat kehidupan ketingkat berikutnya, biasanya diadakan pesta atau upacara yang sifatnya universal. Namun tidak semua kebudayaan menganggap semua masa peralihan sama pentingnya. Misalnya saja pada masyarakat Melayu ritual turun tanah (ritual penyentuhan si bayi dengan tanah untuk pertama kali) dianggap suatu hal yang penting, tetapi dalam masyarakat lain tidak. Bisa juga masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa puber dianggap penting, sementara dalam kebudayaan lain hal itu berjalan dengan wajar, tanpa gangguan yang berarti.

Tradisi ritual merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan, tumbuh dan berkembang secara historis pada masyarakat pendukungnya, yang berfungsi mengukuhkan norma-norma sosial dan nilai-nilai luhur. Salah satu


(17)

3

masyarakat yang masih mempertahankan tradisi ritual adalah masyarakat Melayu yang berada di Batubara.

Masyarakat Melayu di Batubara merupakan masyarakat yang beragama Islam, segala sesuatu yang dikerjakannya akan berhubungan dengan Islam. Akan tetapi mereka masih memiliki kepercayaan Hindu-Buddha yang mana terlihat dari ritual adat yang ada pada masyarakat Melayu di Batubara. Bentuk kepercayaan Hindu-Buddha ini dapat dilihat dari ritual-ritual adat seperti ritual daur hidup, yang mana jika ini dijalankan dipercaya dapat menjaga mereka dalam memasuki lingkungan sosial yang baru misalnya ritual buka hutan, turun tanah, malam berinai, nasi hadap-hadapan, ritual melenggang, ritual jamu laut, hingga ritual untuk kematian.

Ritual daur hidup dalam masyarakat Melayu merupakan salah satu bentuk ritual adat yang masih lestari, sebagai wujud realisasi kompleks kelakuan berpola, kompleks ide, dan hasil karya manusia. Ritual tersebut dilakukan oleh masyarakat Melayu dalam usahanya menjaga keseimbangan antara alam kodrati dan adikodrati. Sistem ritual daur hidup juga berangkat dari sistem religi masyarakat Melayu.

Dari banyak ritual daur hidup yang ada pada masyarakat Melayu yang menarik untuk peneliti teliti lebih jauh adalah ritual “melenggang”, karena dalam prosesi ritual “melenggang” tersebut yang sepengetahuan peneliti terdapat rangkaian kegiatan yang memiliki makna dan simbol yang bertujuan untuk keselamatan si ibu hamil dan anak yang dikandung.


(18)

4

“Melenggang” dilakukan pada istri yang baru mengandung anak pertama, pada saat kandungan si ibu berumur tujuh bulan. Saat-saat seperti ini merupakan masa peralihan yang bagi masyarakat Melayu adalah hal yang sangat membahayakan karena si anak yang berada di dalam kandungan menurut masyarakat Melayu telah ditiupkan rohnya oleh Sang Maha Pencipta, dan disaat inilah kandungan si ibu mulai lebih diperhatikan dan dijaga untuk keselamatan sang bayi yang akan lahir ke dunia.

Perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan yang bersifat rasional menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada kebudayaan yang telah dipertahankan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Hal ini disebabkan karena kebudayaan bersifat dinamis (berubah) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perubahan ini juga terjadi pada prosesi ritual “melenggang”, dikarenakan “melenggang” sendiri merupakan suatu produk dari kebudayaan yang berwujud ide, kegiatan berpola, dan kebendaan. Akibat dari perkembangan zaman yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan perubahan dalam hal pelaksanaan ritual “melenggang”, perubahan ini baik dari sisi substansi maupun maknanya.

Ritual “melenggang” pada masa sekarang ini cenderung mengalami

penyederhanaan-penyederhanaan baik sarana maupun prosesinya. Salah satunya adalah pergeseran makna penyelenggaraan ritual “melenggang”. Ritual “melenggang” ini dilatarbelakangi keinginan untuk mendapatkan ketenangan hidup. Namun seringkali penyelenggaraannya hanya dikarenakan tekanan sosial kemasyarakatan, dengan maksud mendapat pandangan positif dari masyarakat


(19)

5

sekitar. Padahal dalam pelaksanaan ritual tersebut terdapat tata cara yang peneliti ketahui bahwa setiap bagian dalam proses “melenggang” tersebut memiliki berbagai makna dan simbol/arti yang bertujuan untuk keselamatan ibu hamil tersebut. Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, peneliti mengangkat judul Perubahan Makna Tradisi Ritual “Melenggang” (Tujuh Bulan Kandungan) pada Masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi berbagai masalah ke dalam beberapa poin, yakni;

1. Ritual peralihan yang ada pada masyarakat Melayu di Batubara

2. Makna dari tradisi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Batubara

3. Pengaruh globalisasi terhadap eksistensi ritual daur hidup pada masyarakat Melayu

4. Kepercayaan masyarakat Melayu terhadap hal-hal yang bersifat magis

5. Perubahan makna tradisi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di


(20)

6 1.3Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti menjadi perubahan makna tradisi ritual

“melenggang” pada masyarakat Melayu di kecamatan Talawi kabupaten

Batubara.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah ke dalam empat permasalahan saja, yaitu ;

1. Bagaimana prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di

Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara sebelum terjadinya perubahan ?

2. Apa makna dari prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di

Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara ?

3. Perubahan apa saja yang terjadi dalam prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara sekarang ini ?


(21)

7 1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara sekarang ini.

4. Untuk mengetahui simbol-simbol yang terkandung dalam prosesi ritual “melenggang”.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk peneliti lain yang tertarik

mengkaji lebih dalam tentang ritual “melenggang” yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi Religi.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.


(22)

65 BAB V

Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

 Dalam pelaksanaan prosesi ritual “melenggang” terdapat tahap-tahap yang harus dijalankan mulai dari sebelum dilaksanakan ritual “melenggang” hingga selesai. Sebelum dilaksanakan prosesi ritual “melenggang” si ibu akan melakukan yang namanya menempah bidan, selanjutnya si bidan akan membuatkan sumpit tangkal dan duri landak agar si ibu terjauh dari gangguan makhluk halus. Setelah kandungan berumur tujuh bulan maka pihak keluarga akan melaksanakan prosesi ritual “melenggang” dengan mengikuti beberapa tahap, yakni “melenggang”, mandi “melenggang”, “tepung tawar”, dan “ upah-upah”. Terakhir akan dilakukan acara kenduri atau doa bersama.

 Setelah melakukan penelitian maka dapat diketahui bahwa makna dari diadakan ritual “melenggang” ini adalah untuk memberikan ketenangan dalam hidup individu (si ibu) yang akan melakukan peralihan (ritus), agar pada saat proses kelahiran berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu dalam proses ritual “melenggang” juga terdapat makna-makna lain seperti makna dari tepak sirih, upah-upah” dan “tepung tawar”.

 Akan tetapi pada masyarakat Melayu yang ada di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara prosesi ritual “melenggang” tidak dilakukan secara sempurna. Mereka hanya melakukan syarat-syarat seperti pembuatan sumpit tangkal dan duri landak saja tanpa melakukan prosesi ritual “melenggang” dengan sempurna. Sumpit tangkal dan duri landak juga tidak lagi dibuat oleh


(23)

66

bidan, akan tetapi dibeli di toko-toko tradisional. Menurut penuturan beberapa informan yang peneliti tanyakan perubahan ini terjadi dikarenakan sulitnya mencari bidan kampung yang mengerti dan paham akan pelaksanaan prosesi ritual “melenggang” tersebut.

 Dalam prosesi ritual “melenggang juga terdapat simbol-simbol yang terkandung seperti daun keladi, kain selendang, uang logam dan tepak sirih.

5.2 Saran

Masyarakat Melayu yang ada di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara adalah masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Walaupun perkembangan zaman terus menjadikan masyarakat Melayu menjadi masyarakat yang modern, tetapi tradisi memiliki jalannya tersendiri untuk tetap bertahan. Akan tetapi jalan ini akan tertutup jika masyarakat Melayu tidak peduli dengan tradisi tersebut. Pernyataan ini terbukti dari sikap masyarakat Melayu yang tidak peduli akan semakin berkurangnya jumlah bidan kampung yang mengerti dan paham akan pelaksanaan ritual “melenggang”. Mereka masih terus melakukan ritual “melenggang” tersebut, akan tetapi mereka tidak peduli jika pelaksanaannya banyak berubah baik dari sisi prosesinya maupun sarananya.

Jadi peneliti berharap kepada generasi muda untuk lebih memperhatikan pelaksanaan ritual “melenggang” dan belajar kepada bidan kampung yang memang paham akan pelaksanaannya secara sempurna, karena siapa saja bisa menjadi bidan kampung asal memenuhi syarat yang peneliti uraikan di atas.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Reni. 2011. Nilai-Nilai Simbolik Tradisi Berpantun Pada Etnis Melayu Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Lngkat Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED

Albi, Ibrahim Yunit, dkk. Unknow. Adat Budaya Resam Melayu Batubara. Bandung: PT. Puri Delco

Al Azhar. 1986. Upah-upah, Upacara Tradisi Orang Tambusai. Pekanbaru: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I Pekanbaru

Haviland, William A. 1993. Antropologi Edisi 2. Jakarta: Erlangga

Koentjaraningrat.1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

_____________,2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-PRESS

Lah Husni T.H.M 1972. Butir-butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Medan: B.P Husni

Marpaung, Watni. 2011. Mutiara Kota Kerang Tanjungbalai Asahan (Mengungkap Sejarah Asal Usul Nama, Kesultanan, Adat Istiadat, Tradisi, Makanan Daerah, Kesenian, Pendidikan dan Sosial Budaya). Medan: BPAD Sumatera Utara

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya


(25)

Rahmah, Siti. 2006. PERUBAHAN MASYARAKAT MELAYU : SUATU STUDI ANTROPOLOGIS TENTANG POLA PERAWATAN IBU DAN MASA HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED

Satoto, Budiono Heru. 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Jakarta: Gallia Media

Simanjuntak, B.A. 2010. Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta: Yayasan Obor

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Jakarta: TWY

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya

Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akedamika Pressindo

Sztompks, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media

Yushar. 2007. KEPERCAYAAN MEGI DAN RITUAL PADA MASYARAKAT NELAYAN MELAYU LABUHAN BATU. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED


(26)

Internet :

Endraswara, Suwardi. 2008. Studi Religi dan Ritual-Antro :Kajian Budaya Religi dan Ritual. (http://teguhimanprasetya.wordpress.com) diambil 18 Maret 2013

El-Watsi, Zeer. 2012. Teori Makna. (http://jagadkawula.blogspot.com) diambil 18 Maret 2013


(1)

7 1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.

3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam prosesi ritual “melenggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara sekarang ini.

4. Untuk mengetahui simbol-simbol yang terkandung dalam prosesi ritual “melenggang”.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk peneliti lain yang tertarik

mengkaji lebih dalam tentang ritual “melenggang” yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi Religi.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang” pada masyarakat Melayu di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.


(2)

65 BAB V

Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

 Dalam pelaksanaan prosesi ritual “melenggang” terdapat tahap-tahap yang harus dijalankan mulai dari sebelum dilaksanakan ritual “melenggang” hingga selesai. Sebelum dilaksanakan prosesi ritual “melenggang” si ibu akan melakukan yang namanya menempah bidan, selanjutnya si bidan akan membuatkan sumpit tangkal dan duri landak agar si ibu terjauh dari gangguan makhluk halus. Setelah kandungan berumur tujuh bulan maka pihak keluarga akan melaksanakan prosesi ritual “melenggang” dengan mengikuti beberapa tahap, yakni “melenggang”, mandi “melenggang”, “tepung tawar”, dan “ upah-upah”. Terakhir akan dilakukan acara kenduri atau doa bersama.

 Setelah melakukan penelitian maka dapat diketahui bahwa makna dari diadakan ritual “melenggang” ini adalah untuk memberikan ketenangan dalam hidup individu (si ibu) yang akan melakukan peralihan (ritus), agar pada saat proses kelahiran berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu dalam proses ritual “melenggang” juga terdapat makna-makna lain seperti makna dari tepak sirih, upah-upah” dan “tepung tawar”.

 Akan tetapi pada masyarakat Melayu yang ada di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara prosesi ritual “melenggang” tidak dilakukan secara sempurna. Mereka hanya melakukan syarat-syarat seperti pembuatan sumpit tangkal dan duri landak saja tanpa melakukan prosesi ritual “melenggang” dengan sempurna. Sumpit tangkal dan duri landak juga tidak lagi dibuat oleh


(3)

66

bidan, akan tetapi dibeli di toko-toko tradisional. Menurut penuturan beberapa informan yang peneliti tanyakan perubahan ini terjadi dikarenakan sulitnya mencari bidan kampung yang mengerti dan paham akan pelaksanaan prosesi ritual “melenggang” tersebut.

 Dalam prosesi ritual “melenggang juga terdapat simbol-simbol yang terkandung seperti daun keladi, kain selendang, uang logam dan tepak sirih.

5.2 Saran

Masyarakat Melayu yang ada di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara adalah masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Walaupun perkembangan zaman terus menjadikan masyarakat Melayu menjadi masyarakat yang modern, tetapi tradisi memiliki jalannya tersendiri untuk tetap bertahan. Akan tetapi jalan ini akan tertutup jika masyarakat Melayu tidak peduli dengan tradisi tersebut. Pernyataan ini terbukti dari sikap masyarakat Melayu yang tidak peduli akan semakin berkurangnya jumlah bidan kampung yang mengerti dan paham akan pelaksanaan ritual “melenggang”. Mereka masih terus melakukan ritual “melenggang” tersebut, akan tetapi mereka tidak peduli jika pelaksanaannya banyak berubah baik dari sisi prosesinya maupun sarananya.

Jadi peneliti berharap kepada generasi muda untuk lebih memperhatikan pelaksanaan ritual “melenggang” dan belajar kepada bidan kampung yang memang paham akan pelaksanaannya secara sempurna, karena siapa saja bisa menjadi bidan kampung asal memenuhi syarat yang peneliti uraikan di atas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Reni. 2011. Nilai-Nilai Simbolik Tradisi Berpantun Pada Etnis Melayu Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Lngkat Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED

Albi, Ibrahim Yunit, dkk. Unknow. Adat Budaya Resam Melayu Batubara. Bandung: PT. Puri Delco

Al Azhar. 1986. Upah-upah, Upacara Tradisi Orang Tambusai. Pekanbaru: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I Pekanbaru

Haviland, William A. 1993. Antropologi Edisi 2. Jakarta: Erlangga

Koentjaraningrat.1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

_____________,2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-PRESS

Lah Husni T.H.M 1972. Butir-butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Medan: B.P Husni

Marpaung, Watni. 2011. Mutiara Kota Kerang Tanjungbalai Asahan (Mengungkap Sejarah Asal Usul Nama, Kesultanan, Adat Istiadat, Tradisi, Makanan Daerah, Kesenian, Pendidikan dan Sosial Budaya). Medan: BPAD Sumatera Utara

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya


(5)

Rahmah, Siti. 2006. PERUBAHAN MASYARAKAT MELAYU : SUATU STUDI ANTROPOLOGIS TENTANG POLA PERAWATAN IBU DAN MASA HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED

Satoto, Budiono Heru. 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Jakarta: Gallia Media

Simanjuntak, B.A. 2010. Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta: Yayasan Obor

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Jakarta: TWY

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya

Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akedamika Pressindo

Sztompks, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media

Yushar. 2007. KEPERCAYAAN MEGI DAN RITUAL PADA MASYARAKAT NELAYAN MELAYU LABUHAN BATU. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED


(6)

Internet :

Endraswara, Suwardi. 2008. Studi Religi dan Ritual-Antro :Kajian Budaya Religi dan Ritual. (http://teguhimanprasetya.wordpress.com) diambil 18 Maret 2013

El-Watsi, Zeer. 2012. Teori Makna. (http://jagadkawula.blogspot.com) diambil 18 Maret 2013