Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Tembung

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi

perekonomian

Indonesia

sekarang

ini

masih

tertinggal

dibandingkan negara-negara tetangga. Bahkan sekarang ini Indonesia masih
disebut negara berkembang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengangguran
yang ada di Indonesia dan tingkat kemakmuran rakyat yang masih kurang. Untuk
mengatasi hal tersebut maka Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu

menciptakan lapangan pekerjaan.
Penciptaan lapangan pekerjaan ini biasanya dengan cara membuka usaha
industri. Industri yang dibuat tidak harus dalam skala yang besar, tapi bisa dalam
skala kecil ataupun menengah. Sekarang ini Usaha Kecil dan Menengah biasanya
lebih diminati karena tidak memerlukan modal yang besar dan belum banyak
pesaingnya. Selain itu didalam menjalankan usahanya Usaha Kecil dan Menengah
lebih mudah dan sederhana.
Usaha Kecil dan Menengah merupakan salah satu penopang perekonomian
bangsa. Usaha Kecil dan Menengah adalah salah satu sumber penghasilan Negara
melalui pajak yang dibayar. Tidak hanya untuk Negara, Usaha Kecil dan
Menengah juga berperan untuk mengurangi pengangguran. Selain itu juga untuk
meningkatkan penghasilan masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat
bertambah.

1
Universitas Sumatera Utara

Sekarang ini di Kota Medan juga sudah terdapat Usaha Kecil dan
Menengah. Dengan semakin banyaknya Usaha Kecil dan Menengah yang ada di
Kota Medan ini maka Pemerintah Kota bisa terbantu dalam mengatasi

pengangguran yang ada di Kota Medan. Tapi dalam menjalankan usahanya para
pelaku Usaha Kecil dan Menengah masih memiliki beberapa hambatan. Undangundang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
menyebutkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan
seluasluasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik
Negara. Hambatan yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan dari
mulai adanya usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuannya
memanfaatkan secara optimal sumber alam dan daya produksi lainnya yang dapat
menjadi penghambat perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan
yang mengakibatkan terpuruknya perkembangan Usaha Kecil dan Menengah
wilayah Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Tembung.
Untuk mengatasi beberapa hambatan yang dialami Usaha Kecil dan
Menengah diatas maka diperlukan peranan dari pemerintah. Dalam hal ini yang
paling berperan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)


2
Universitas Sumatera Utara

sebagai salah satu pendorong Usaha Kecil dan Menengah untuk lebih maju dan
berkembang.
Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam
kehidupan sebagaimana yang telah diketahui sebagai penyerap tenaga kerja,
penghasil barang dengan tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan
masyarakat dan penghasil devisa negara yang potensial. Dengan Usaha Kecil dan
Menengah yang kuat maka struktur ekonomi akan menjadi kokoh, yang berperan
besar dalam peningkatan ekspor dan pengendalian impor, serta tumbuh dan
berkembang pada basis kemampuan diri sendiri. Usaha Kecil dan Menengah
memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional terutama untuk
penciptaan lapangan usaha dan lapangan kerja.
Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada dalam
masyarakat tidak terlepas adanya peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) sebagai lembaga pengawas sekaligus sebagai lembaga yang
memfasilitasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Berdasarkan hal yang telah
diuraikan tersebut maka peneliti merumuskan judul penelitian “PERANAN

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN (DISPERINDAG) DALAM
MEMBERDAYAKAN USAHA KECIL DAN MENEGAH DI KECAMATAN
MEDAN TEMBUNG”.

3
Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan pada latar belakang masalah
diatas maka peneliti membuat rumusan masalah “Bagaimana Peranan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha
Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Tembung?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk dapat mengetahui Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Kecamatan Medan Tembung dan dan juga untuk mengetahui hambatan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) di Kecamatan Medan Tembung.
1.4. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti :

a. Untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan di bidang Usaha Kecil
dan Menengah.
b. Mendapatkan pengalaman tambahan sehingga dapat membandingkan teori
yang didapat di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di
dunia kerja.
2. Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( DISPERINDAG)
Sebagai masukan kebijaksanaan pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah di kota Medan, Kecamatan Medan Tembung.

4
Universitas Sumatera Utara

3. Bagi Pelaku Usaha Kecil dan Menengah
Sebagai informasi sekaligus sosialisasi dalam menciptakan lapangan
pekerjaan yang baru melalui Usaha Kecil dan Menengah.
4. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk
penelitian lebih lanjut dalam masalah yang sama, sehingga dapat melakukan
penelitian yang lebih baik lagi.


5
Universitas Sumatera Utara

1.5. Kerangka Teori
1.5.1. Peranan
Menurut Soerjono Soekanto (2003:243), Peranan adalah aspek dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang
memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup.
Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang di perbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang akan diberikan oleh
masyarakat dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal yaiti :
1. Peranan meliputi nrma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan leh
individu dalam masyarakat dalam organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai pelaku yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.

Sedangkan menurut Nasution (1994) menyatakan bahwa peranan adalah
mencakup kewajiban hak yang bertalian kedudukan. Peranan adalah suatu aspek
dinamika berupa pola tindakan baik yang abstrak maupun yang kongkrit dan
setiap status yang ada dalam organisasi.

6
Universitas Sumatera Utara

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu
tindakan atau perbuatan seseorang dalam suatu pekerjaan atau kedudukan, dan
apabila seseorang tersebut telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan pekerjaan atau kedudukannya maka dapat dikatakan bahwa oorang
tersebut telah menjalankan peranannya dengan baik.
1.5.2. Peranan Pemerintah Daerah
Peranan

pemerintah

disini


yang

akan

diterapkan

dalam

upaya

pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menurut Sjaifudin (1995:6675) adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kemampuan Finansial
2. Pengembangan Pemasaran.
Dalam hal ini terdapat tiga cara strategi pemberdayaan pemasaran, yaitu:
a. Meningkatkan akses usaha kecil kepada pasar
b. Proteksi pasar
c. Menggeser struktur pasar monopoli menjadi persaingan
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
4. Strategi Pengaturan dan Pengendalian
a. Pengaturan dan Perijinan

b. Perencanaan Tata Ruang
c. Fungsi Kelembagaan

7
Universitas Sumatera Utara

1.5.3. Dinas Perindustrian dan Pedagangan
Dinas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian kantor
pemerintah yang mengurus pekerjaan tertentu atau jawatan. Dalam hal ini Dinas
Perindustrian dan Perdagangan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan
dalam bidang perindustrian dan perdagangan yang dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah.
Tugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah melaksanakan
urusan Pemerintahan Daerah di bidang Perindustrian dan Perdagangan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Visi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan adalah Kota Medan sebagai Kota Metropolitan yang
berdaya saing dengan iklim investasi yang menarik dan kondusif. Sedangkan Misi
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan

2. Meningkatkan realisasi investasi di Kota Medan
3. Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kondusif
Adapun fungsi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai
berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Perindustrian dan Perdagangan
2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum di
Bidang Perindustrian dan Perdagangan

8
Universitas Sumatera Utara

3. Pembinaan

dan

pelaksanaan

tugas

di Bidang


Perindustrian

dan

Perdagangan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya
1.5.4. Pemberdayaan
1.5.4.1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment”
yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar
“daya”, tetapi juga “kekuasaan”, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna
“mampu”,

tetapi

juga

“mempunyai

kuasa”.Menurut

Wrihatnolo

dan

Dwidjodwijoto (2007:1), Pemberdayaan adalah sebuah Proses menjadi bukan
sebuah proses instan. Namun yang dikutip oleh Jusuf irianto (1996) menurut Swift
dan Levin (1987) cenderung mengartikan empowerment sebagai pengalokasian
ulang mengenai kekuasaan (realocation of power). Sedangkan Rappaport (1984)
yang dikutip oleh Ginanjar (1996) mengartikan empowerment sebagai suatu cara
dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas
kehidupannya.Payne, mengatakan sebagai berikut :
“to help clients gain power of decision and action over their own lives by
reducing the effect of sosial or personal blocks to exercising cacity and selfconfidence to use power and by transferring power from the environtment to
clients.”
Artinya bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk membantu
masyarakat memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan
9
Universitas Sumatera Utara

tindakan yang akan mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri,
termasuk

mengurangi

efek

hambatan

pribadi

sosial

dalam

melakukan

tindakan.Sementara itu menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah
sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan.
1.5.4.2.Proses Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaanya
sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu
proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan
yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Sebagai suatu proses
pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup
seseorang (on going process). Menurut Hogan, proses pemberdayaan individu
sebagai suatu proses yang realtive terus berjalan sepanjang usia manusia yang
diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang
berhenti pada suatu masa saja. Hogan menggambarkan proses pemberdayan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama yaitu:
1. Menghadirkan kembali

pengalaman

yang

memberdayakan

(recall

depowering atau empowering experience).
2. Mendiskusikan

alasan

mengapa

terjadi

pemberdayaan

dan

penidakberdayaan(discuss reasons for depowerment/empowerment).
3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem
or project).

10
Universitas Sumatera Utara

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan
perubahan (identify useful power bases).
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementaiskannya
(develop and implement action plans).
Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya
tidak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun
nonpemrintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai
community worker ataupun enabler. Jadi dalam hal ini, proses pemberdayaan di
tujukan guna memperoleh daya untuk menumbuhkan kemandirian melalui sumber
daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dengan merumuskan
suatu program yang di dahulukan pelaksanaannya untuk membangun dan
membentuk masyarakat yang mandiri.
1.5.5.Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Pengertian industri kecil di indonesia pada umumnya memiliki banyak
pengertian. Berbagai lembaga pemerintah menggunakan definisi industri kecil
yang berbeda-beda. Definisi yang paling sering digunakan adalah definisi dari
BPS (Badan Pusat Statistik) yang menggunakan jumlah pekerja sebagai kriteria
untuk membedakan antara berbagai kategori industri. Menurut definis BPS, suatu
industri dapat digolongkan sebagai industri kecil diukur dengan menggunakan
ukuran jumlah tenaga kerja yaitu sebanyak 5-19 orang. Ukuran ini sama dengan
kriteria dari John Naibitt yang dikutip oleh Jusuf irianto (1996:13), menyebutkan
bahwa suatu industri dikatakan kecil apabila karyawannya berjumlah dibawah 20
orang.

11
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk industri rumah tangga, BPS menetapkan jumlah
pekerjanya tidak lebih dari 5 orang. Menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil adalah sebagai berikut : Pertama, memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Kedua, memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. Ketiga, milik Warga Negara
Indonesia. Keempat, berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Kelima, berbentuk
badan usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum,
termasuk koperasi. Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilihat
dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan :
1. Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi
secara maksimal dan memperkuat kemandirian.
2. Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumber daya manusia.
3. Menerapkan teknologi lokal (indigenous technology) sehingga dapat
dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal.
4. Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan
pembangunan yang efektif.
Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, menunjukkan bahwa di Indonesia kriteria Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan

12
Universitas Sumatera Utara

instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Secara umum sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up
to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya;
2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi;
3. Modal terbatas:
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas;
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang;
6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat
terbatas;
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat

keterbatasan

dalam

sistem

administrasinya.

Untuk

mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti
sistem administrasi standar dan harus transparan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahuan seperti
kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Usaha kecil yang
dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.
Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar,
13
Universitas Sumatera Utara

belum tercatat, dan belum berbadan hukum seperti antara lain petani penggarap,
industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima,
dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turuntemurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.
Tulus (2000) mengatakan walaupun usaha kecil menengah digolongkan
pada suatu usaha yang berskala kecil, tapi sektor usaha kecil dan menengah
merupakan suatu jenis usaha yang mampu memberikan kontribusi terhadap
produk domestik bruto sebesar 56%. Selain itu Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) juga merupakan suatu sektor usaha yang banyak menyerap tenaga kerja.
1.5.6. Jenis kegiatan Usaha Kecil dan Menengah
Dikutip dari Jusuf Irianto (1996:13), Steinhoff (1978) mengidentifikasikan
sedikitnya ada lima bidang kegiatan industri kecil yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Pabrik (Manufacturing).
Industri kecil dengan bidang kegiatan pabrik. Industri ini umumnya
menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan langsung oleh konsumen misalnya
cangkul yang dimanfaatkan oleh petani, alat-alat pertukangan kayu, industri
kerajinan, dan sebagainya. Selain itu mereka juga mendukung kegiatan industri
besar dengan membuat produk yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi hasil
produksi industri besar, misalnya komponen-komponen untuk sepeda, kendaraan
bermotor atau mobil dan sebagainya.

14
Universitas Sumatera Utara

2. Pertambangan (Minning)
Pertambangan yang dimaksud dalam industri kecil bukan jenis
pertambangan

berat

seperti

pertamina,

melainkan

industri

kecil

yang

memanfaatkan bahan-bahan mentah yang berasal dari perut bumi (the bowls of
earth) untuk dijual langsung kepada konsumen sebagai kegiatan utamanya atau
dijual ke perusahaan besar yang akan mengolah kembali hasil produksinya,
misalnya para penambang garam dan penambang pasir.
3. Perkulakan Grosir (Wholeselling)
Pengusaha kecil yang bergerak di bidang perkulakan ini biasanya disebut
sebagai pedagang perantara, meraka berada di antara pengusaha industri besar
yang memproduksi barang dengan pengusaha kecil yang menjual secara eceran
produk pengusaha besar. Peranan pedagang grosir sangat penting sebagai saluran
utama distribusi hasil produksi kepada konsumen, karena dapat mengurangi biaya
distribusi barang (the cost distirbution are gratly reduced).
4. Pedagang Eceran (Retailing)
Bidang kegiatan ini merupakan presentase terbesar dari semua industri kecil.
Mereka dapat dijumpai pada setiap perdagangan berbagai macam barang dan jasa
sebagaimana yang ada di bayangan, pengusaha eceran membeli barang
dagangannya dari pedagang perantara (wholesalers), pemborong (jobbers) atau
para penyalur utama (main distributors). Pedagang eceran tersebar dimana-mana
dan dapat dijangkau oleh konsumen dimanapun berada.

15
Universitas Sumatera Utara

5. Jasa Pelayanan (Service)
Karakteristik utama dari perusahan jasa pelayanan adalah tidak
menghasilkan barang yang dikonsumsi, namun memberi pelayanan yang sifatnya
non material dan tentunya menerima imbalan dari si pemakai jasa pelayanan
dalam kaitannya dengan industri pelayanan jasa (service industries). Broom dan
Longenecker (1979) yang dikutip oleh Jusuf Irianto (1996:15) mengkalsifikasikan
industri pelayanan jasa dalam bentuk 5 kegiatan sebagai berikut :
a) Jasa Pelayanan Usaha (Business Service)
b) Jasa Pelayanan Pada Perorangan (Personal Service)
c) Jasa Pelayanan Reparasi (Repair Service)
d) Hiburan dan Dekorasi (Entertainment and Recreation Service)
e) Hotel dan Motel
1.5.7. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
Dalam peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2005 ditetapkan kewenangan
pemerintah di bidang perkoperasian bertujuan untuk memfasilitasi sistem
distribusi bagi pengusaha kecil dan menengah serta memfasilitasi kerjasama bagi
pengusaha kecil dengan badan usaha lain. Dilihat dari pengertian pemberdayaan,
maka pemberdayaan Usaha kecil dan Menengah (UKM) adalah upaya untuk
meningkatkan produktivitas potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh Usaha kecil
dan Menengah (UKM) itu sendiri.
Jadi pendekatan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) titik
beratnya adalah penekanan pada pentingya Usaha kecil dan menengah (UKM)
yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri.
16
Universitas Sumatera Utara

1.5.7.1. Pemberdayaan Melalui Kemitraan
Dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional dan daerah yang
tangguh, tantangan yang dihadapi semakin berat. Sistem ekonomi yang sangat
terbuka menyebabkan persaingan bukan saja datang dari sektor domestik tapi
datang juga dari sektor luar negeri. Oleh karena itu berbagai komponen perlu
bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satu strategi ke arah
itu adalah pengembangan kemitraan. Tentu kondisi ini baru terwujud jika diantara
pelaku usaha tercipta rasa saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.
Ada beberapa konsep yang sering dipakai dalam kaitan dengan kemitraan.
Dalam bahasa Inggris sering dipakai istilah partnerships, business networking,
dan strategic alliances. Istilah apa pun yang dipakai sebenarnya merujuk pada
pengertian yang sama tentang kemitraan. Pada intinya kemitraan dimaknai
sebagai dua institusi bisnis atau lebih bergabung menyatukan keunggulan masing
masing untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tentu ada beberapa alasan untuk
menggalang kemitraan seperti yang diungkapkan Prawirokusumo (1999) :
1. Meningkatkan keuntungan atau penjualan pihak-pihak yang terlibat dalam
kemitraan
2. Mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang pasar
3. Meningkatkan jumlah pelanggan atau pemasok baru
4. Membantu peningkatan pengembangan produk
5. Memperbaiki proses produksi
6. Meningkatkan perbaikan kualitas produk

17
Universitas Sumatera Utara

7. Meningkatkan akses terhadap teknologi
Sebenarnya kemitraan antar pelaku usaha bukan hal yang baru sehingga
mustahil untuk dilaksanakan di daerah. Negara maju seperti Amerika dan Kanada
juga mendorong kemitraan antar pengusaha di semua lini usaha. Di Indonesia
untuk industri tertentu sudah terjadi kemitraan yang saling menguntungkan.
Pengembangan kemitraan usaha ini dipandang strategis dan perlu terus
dikembangkan mengingat peran penting Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
selain merupakan wahana utama dalam penyerapan tenaga kerja, juga mampu
menggerakkan roda ekonomi serta pelayanan masyarakat. Hal ini dimungkinkan
mengingat ciri-ciri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tahanan terhadap
krisis ekonomi. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai ketergantungan
rendah terhadap pendanaan sektor perbankan, serta tersebar di seluruh pelosok
nusantara sehingga merupakan jalur distribusi yang efektif untuk menjangkau
sebagian besar rakyat.
Untuk mempercepat pelaksanaan kemitraan usaha dan meningkatkan mutu
kemitraan, peranan Pemerintah Daerah sangat penting di sini. Pemerintah Daerah
harus mampu membuat sosialisasi dan penyadaran kepada berbagai unsur yang
terlibat dalam dunia usaha di daerah mereka masing masing. Tentu pemerintah
harus mempersiapkan forum dialog antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
Pemerintah harus mampu mendekati pengusaha besar di daerah masing-masing
agar mau berpartisipasi. Biasanya pengusaha besar enggan berhubungan dengan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

18
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah perlu behati-hati sehingga kebijakan mewujudkan kemitraan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan usaha besar jangan sampai nmerugikan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Seringkali Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) tidak berpengalaman sehingga mereka sering dalam posisi yang dirugikan
dalam kerjasama tersebut. Dalam pelaksanaan transaksi Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) biasanya dalam posisi yang lemah. Misalnya, usaha besar
cenderung mengalihkan resiko lebih banyak ke Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), atau sengaja menunda pembayaran sehingga Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) mengalami kesulitan pendanaan. Selain itu usaha besar sering membuat
pungutan-pungutan tambahan yang mengurangi marjin Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Peran pemerintah di sini adalah menyadarkan berbagai pihak
yang terlibat dalam dunia usaha tentang etika usaha yang baik. Dari uraian di atas,
jelaslah bahwa untuk menghadapi tantangan ke depan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) perlu diperkuat. Untuk itu di dalam pemberdayaannya, diperlukan kerja
keras dan kesabaran dari seluruh pihak yang terkait, baik dari pemerintah maupun
dari seluruh masyarakat pengusaha Indonesia. Salah satu upaya yang paling
strategis dilakukan adalah melalui kemitraan usaha. Pemerintah dalam hal ini bisa
melibatkan lembaga perguruan tinggi untuk turut memikirkan pola kemitraan
yang relevan untuk dikembangkan antara pengusaha kecil dengan usaha besar.
Dengan meningkatkan kerja keras dan semangat yang tinggi diharapkan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) akan mampu menjadi penggerak dan pendorong
guna terwujudnya pengusaha Idonesia yang tangguh dan mandiri.

19
Universitas Sumatera Utara

1.5.7.2. UKM dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kehadiran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tangguh dapat
menjadi motivator pengusaha lain. Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dapat ditingkatkan jika berbagai kendala sebagaimana disebutkan di muka dapat
dilonggarkan. Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) faktor keterampilan
pemilik atau pengelola usaha merupakan faktor penentu. Oleh karena itu,
pendekatan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat
strategis. Melalui peningkatan kualitas keterampilan Sumber Daya Manusia
(SDM) diharapkan berbagai kendala yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dapat diatasi. Peningkatan kualitas dan pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) dilakukan secara simultan dengan penciptaan iklim yang
kondusif bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk tumbuh dan berkembang.
Iklim yang kondusif sebagaimana disebutkan di muka dirancang secara makro
yang sifatnya publik dan berlaku umum. Hal ini perlu dilakukan mengingat
jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat besar.
Menurut Pandji dan Djoko (2002), peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) dilakukan melalui peningkatan keterampilan manajemen dan
kewirausahaan. Ini menyangkut dua aspek Sumber Daya Manusia (SDM) yang
umumnya lebih efektif dilakukan melalui pendekatan learning by doing. Bagi
pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lebih mudah belajar melalui
praktik langsung dari pada belajar teori yang rumit terutama menyangkut
kewirausahaan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kewirausahaan pada
kebanyakan kasus tumbuh dari keluarga wirausaha pula. Pendekatan semacam ini
akan cenderung terus dikembangkan. Berbagai program magang, inkubator, klinik
20
Universitas Sumatera Utara

usaha, konsultasi lapangan kini tengah digodok melalui berbagai projek
percontohan yang nantinya dapat direplikasikan di tempat-tempat lain.
Dengan demikian, pendekatan pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) akan diprioritaskan dalam upaya memasyarakatkan dan membudayakan
kewirausahaan khususnya dalam rangka pembinaan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM). Perlu disadari bahwa pendekatan semacam ini tidak cepat dilihat buahnya
(quick yielding), melainkan merupakan investasi jangka panjang yang buahnya
mungkin dinikmati setelah beberapa waktu. Namun, setiap investasi jangka
panjang biasanya juga memiliki daur hidup yang relatif panjang pula. Sekali
berhasil membangun suatu generasi pengusaha muda yang tangguh dan andal,
maka hal serupa akan mengalami replikasi untuk generasi-generasi berikutnya.
Proses semacam ini akan terus terjadi secara berulang-ulang sehingga roda
pembangunan berputar dengan sendirinya. Dengan demikian, suatu ketika setiap
daerah akan memiliki pengusaha daerah yang tangguh dan mandiri. Oleh karena
itu, diharapkan dari pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus secara
proaktif memikirkan hal ini dan terjun langsung sebagai wirausaha dalam rangka
memperkokoh perekonomian masing masing daerah.
1.5.8. Proses pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Proses pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak jauh
berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan usaha kecil dan menengah
sebagai suatu kebijakan yang harus tetap direalisasikan secara serius dan lebih
memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku-pelaku usaha kecil dan
menengah dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar

21
Universitas Sumatera Utara

mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif
dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang
berasal dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah telah menyelesaikan
kebijakan

pemberdayaan

usaha

kecil

dan

menengah

(UKM)

tersebut,

pemberdayaan usaha kecil dan menengah sebagai suatu proses dapat terus
berlangsung.
1.5.9. Permodalan Usaha Kecil dan Menengah.
Melihat kebijakan dan bantuan teknis Bank Indonesia yang sudah ada,
maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memberikan
kemudahan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendapatkan kredit
modal usaha, antara lain :
a. Mengoptimalkan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)
Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) adalah lembaga atau bagian
dari lembaga yang memberikan layanan pengembangan usaha dalam rangka
meningkatkan kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Lembaga tersebut
berbadan hukum dan bukan lembaga keuangan serta dapat memperoleh fee dari
jasa layanannya. Jasa yang diberikan adalah jasa konsultansi dalam hal
manajemen atau analisis keuangan agar terjadi kemitraan dengan bank atau
terjadinya penyaluran dana bank kepadaUsaha Kecil dan Menengah (UKM)
tersebut. Dalam hal ini termasuk pendampingan pada saat menyusun proposal
kredit, menghubungkan ke lembaga pembiayaan atau bank dan melakukan
monitoring sejak saat pencairan kredit sampai pada pelunasan kredit sesuai jangka
waktu yang diperjanjikan.

22
Universitas Sumatera Utara

Fungsi dan tanggung jawab Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)
adalah melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Pembinaan disini dimaksudkan adalah merupakan satu
kesatuan proses yang di dalamnya mencakup tiga unsur yaitu menumbuhkan,
memelihara dan megembangkan. Proses pelaksanaan pembinaan oleh Konsultan
Keuangan Mitra Bank (KKMB) dilakukan secara partisipatif, bahwa segala
sesuatu yang berhubungan dengan pembinaan (materi, metode dan lain
sebagainya) harus selalu bertumpu pada kebutuhan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), oleh karenanya hubungan kerja antara Konsultan Keuangan Mitra Bank
(KKMB) dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bukanlah sebagai atasan dan
bawahan atau hubungan antara pembina dengan yang dibina. Hubungan yang
terjalin adalah sejajar dan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) disini
berperan sebagai motivator bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Bentuk kegiatan pembinaan dan pengembangan disini adalah melakukan
pendampingan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan memberikan
bantuan teknis berupa pelatihan sesuai kebutuhan, arahan dan konsultasi. Untuk
melakukan kegiatan tersebut seorang Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)
dalam pelaksanaannya di lapangan berpedoman pada beberapa langkah sebagai
berikut :
1. Melakukan identifikasi pada calon nasabah Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di wilayah atau sentra atau populasi usaha;
2. Menentukan kelompok bila memperoleh calon nasabah mikro dalam
rangka efisiensi;

23
Universitas Sumatera Utara

3. Menyusun proposal kredit (usaha mikro) atau Kelayakan usaha ( usaha
kecil dan menengah);
4. Menghubungkan nasabah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut
dengan perbankan;
5. Melakukan monitoring dan pendampingan pasca penerimaan kredit
Diharapkan dengan adanya optimalisasi peran dari Konsultan Keuangan
Mitra Bank (KKMB), persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh Lembaga
penyalur kredit, tidak lagi menjadi kendala bagi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dalam mendapatkan kredit modal usaha. Keberhasilan dari pendekatan
ini akan nampak dari meningkatnya jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
yang bankable dan memperoleh kredit modal usaha, dan mempunyai Konsultan
Keuangan Mitra Bank (KKMB) beroperasi secara bisnis (saling menguntungkan)
sehingga dapat membiayai dirinya sendiri.
b. Meningkatkan peran serta Lembaga Penjaminan Kredit
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
perkreditan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah skim penjaminan kredit.
Dalam skim tersebut, Bank dan Perusahaan Penjamin membuat suatu perjanjian
kerjasama penjaminan kredit.Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang
membutuhkan tambahan modal dari lembaga penyalur kredit mengajukan
penjaminan kepada Perusahaan Penjamin dan mengajukan kredit kepada Bank.
Apabila hasil analisis kelayakan, usaha dinyatakan layak (feasible), namun tidak
layak

dari

sudut

pandang

perbankan

karena

ketidakcukupan

agunan

(tidak bankable), maka Bank mengajukan penjaminan kepada Perusahaan

24
Universitas Sumatera Utara

Penjamin. Selanjutnya Perusahaan Penjamin akan melakukan analisa kelayakan.
Apabila Kredit tersebut dinyatakan layak untuk dijamin, maka Perusahaan
Penjamin akan memberikan penjaminan kepada usaha kecil yang dinyatakan
dalam bentuk Sertifikat Penjaminan. Atas penjaminan yang diberikan tersebut,
usaha kecil yang dijamin harus membayar fee penjaminan kepada Perusahaan
Penjamin.
Apabila kredit yang dijamin mengalami kemacetan, maka Perusahaan
Penjamin akan melakukan pengecekan, apakah kondisi yang ada memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang telah disepakati oleh Perusahaan Penjamin
dengan Bank. Apabila segala persyaratan telah terpenuhi, maka Perusahaan
Penjamin akan melakukan pembayaran klaim. Selanjutnya, Perusahaan Penjamin
berhak mendapatkan piutang subrogasi sebesar porsi kredit yang dijamin. Setelah
pembayaran klaim dilakukan, Bank masih tetap harus melakukan penagihan
sampai dengan hutang tersebut lunas. Hasil penagihan tersebut dibagi secara
proporsional antara Perusahaan Penjamin dan Bank sesuai dengan persentase
penjaminan kredit. Dengan adanya penjaminan kredit tersebut, maka :
1. Pengajuan kredit oleh usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi
persyaratan perbankan menjadi bankable, sehingga Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) dapat mengembangkan usahanya.
2. Resiko Bank menjadi berkurang, karena sebagian telah dialihkan menjadi
resiko Perusahaan Penjamin. Dengan terpenuhinya kecukupan agunan dan
berkurangnya resiko, maka kemungkinan terjadinya penolakan proposal
pinjaman menjadi lebih kecil.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Perusahaan Penjamin juga melakukan kelayakan dan pengendalian atas
kredit yang dijamin. Dengan adanya dan pengendalian dari dua pihak yang
berlainan diharapkan resiko dapat lebih diminimalkan.
4. Perusahaan Penjamin akan mendapatkan pendapatan fee penjaminan.
Diharapkan dengan adanya skim penjaminan kredit bagi Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) ini, maka para Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang
mengalami permasalahan dalam hal agunan dapat teratasi karena adanya jaminan
dari lembaga penjamin kredit. Pihak lembaga penyalur kredit pun akan merasa
lebih aman dalam menyalurkan kreditnya kepada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM).
1.5.10. Tingkat Permodalan Usaha Kecil dan Menengah.
Usaha kecil menengah merupakan suatu jenis usaha yang sangatlah minim
akan tingkat permodalan yang dimiliki, dimana dalam Undang-Undang Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) dijelaskan bahwa kategori usaha kecil berkisar
Rp 50 juta-Rp 500 juta dan usaha menengah Rp 599 juta – Rp 10 Milyar, dimana
aset tersebut tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan tingkat
penjualan tahunan bagi usaha kecil Rp 300 juta – Rp 2,5 Milyar dan usaha
menengah Rp 2,5 milyar – Rp 50 Miliyar. Hal ini cukup terlihat bahwa tingkat
permodalan yang dimiliki usaha kecil memanglah sangat terbatas, bila
dibandingkan dengan jenis-jenis usaha lain yang memiliki tingkat cakupan skala
usaha yang cukup luas.

26
Universitas Sumatera Utara

1.6. Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (1997:33), Konsep adalah istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, penelitian
ini diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan
satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.
Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep
yang diteliti, maka dalam hal ini peneliti mengumukakan definisi dari konsep
yang dipergunakan, yaitu :
1. Peranan adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang dalam suatu
pekerjaan atau kedudukan, dan apabila seseorang tersebut telah
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan pekerjaan atau
kedudukannya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah
menjalankan peranannya dengan baik.
2. Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk mendapatkan daya, kekuatan dan
kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi
kebutuhhannya serta dalam upaya pengembangan potensi diri yang
dimiliki dengan memanfaatkan potensi yang ada.
3. Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

27
Universitas Sumatera Utara

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur oleh undang-undang.
1.7. Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep,
dan sistematika penulisan.

BAB II

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian,

teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai
karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang di analisis.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian
dan memberikan interpretasi atas masalah permasalahan yang
diteliti.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang akan diperoleh dari
hasil penelitian.

28
Universitas Sumatera Utara