Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

(1)

PENGARUH PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN

MENENGAH TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

MASYARAKAT KABUPATEN KARO

(Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

Skripsi

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Oleh

ESTTELA PERANGIN-ANGIN

070903009

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Di Kabupaten Karo sendiri, pembangunan ekonomi melalui pembangkitan sektor riil tetap menjadi prioritas utama arah kebijakan pemerintah daerah dalam rangka untuk memperluas kesempatan dan menciptakan lapangan kerja.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembagunan Ekonomi Masyarakat (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)”. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Seberapa Besarkah Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Karo”.

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha : Terdapat Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo. Ho : Tidak Terdapat Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi, yaitu dengan Uji-t dan Uji-F.

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo.

Hasil analisis dari Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo dengan menggunakan model persamaan Multiple Regression Analysist, adalah Y = 41.120 + 0.096 (X1) + 0.138 (X2) + 0.347 (X3)+ (-0. 180) (X4) + 0.170 (X5) + (-0.262) (X6) + 0.121 (X7) + 5.186. Sedangkan uji determinan dalam penelitian ini menunjukkan keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebesar 14,4%.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah untuk Pembangunan Ekonomi Masyarakat diharapkan agar Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Karo dapat ditingkatkan sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi masyarakat Kabupaten Karo.

Kata Kunci: Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, Pembangunan Ekonomi Masyarakat


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kelimpahanNya telah memampukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN KARO”.

Penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo. 3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin NST, M. Si, selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra.Elita Dewi, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, MSP selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Dra. Beti Nasution, M.si, selaku dosen wali, yang juga telah membimbing dan mengarahkan penulis selama perkuliahan.

7. Untuk seluruh pegawai Administrasi FISIP USU.

8. Untuk seluruh pegawai Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Karo yang telah meluangkan waktu selama penelitian.


(4)

9. Untuk Bapak (S. Perangin-Angin) dan Mamak (S Br Sinulingga), terimakasih banyak untuk bimbingan dan arahan serta doa-doanya yang tulus sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Untuk Kak Gomok (Juneka Sari Perangin-Angin) sebagai kakak satu-satunya dan yang paling cerewet sedunia, terimakasih untuk motivasinya dan penguatan-penguatan yang kerap diberikan disaat saya mengalami masa-masa sulit.

11.Untuk sahabat-sahabat ku tercinta Selvia Febrieni Manalu (07-022), pung, predikat ente sebagai fresh graduate akan segera tersingkirkan, hahahahahaha.... Christin Silalahi (07-037), Beh, it’s complicated. Akhirnya saya akan keluar dari kenangan lama itu. Hahaha... Kartika ANH (07-045), Kartik...hahahahaha.. (masih ingatkah dirimu petualangan kita mencari kebenaran sewaktu semester 1???? hahahaha.... Entah bagaimana cara mengatakan keindahan persahabatan ini, selama kurang lebih empat tahun, suka-duka, senang-sedih, tertawa-merajuk, telah dialami bersama. Semoga kita berempat SUKSES!!!!!!!!! Eh, satu lagi, jalan2 bareng pake kamera tua. Kwkwkwkwkwkwkwkw...

12.Untuk Ebenezer Silalahi, yang juga merupakan salah satu sahabat saya dalam menyelami hari-hari (bersama atau tak bersama), terimakasih telah banyak menginspirasi saya, mendorong imajinasi saya untuk bercerita dan menulis (hobi yang tertunda), untuk setiap goresan-goresan kenangan yang telah terukir tentang belajar untuk bisa menerima dan melepaskan, dan untuk semangat yang senantiasa diberikan kepada saya untuk tetap memegang impian. semoga kita sukses ya


(5)

13.Untuk teman2 pelayanan gereja GIKI serta jemaat2 Tuhan, terimakasih untuk doa dan dukungan yang tulus untuk penulis.

14.Terimaksih juga untuk Kak Nency, Ika yang tak pernah lelah membangunkan saya di pagi hari demi mengerjakan skripsi ini. Hahahahahaaa...

15.Untuk semua teman-teman seperjuangan AN-07. Terimakasih untuk semua kebersamaan yang telah terjalin kurang lebih selama 4 tahun. Semoga kita semua sukses. Terimakasih juga untuk abang2, kakak2, adek2, yang telah membantu dan mendoakan saya.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkam kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini membawa manfaat dan dapat berguna bagi semua pembaca.

Medan, 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan masalah ...7

1.3 Tujuan penelitian ...7

1.4 Manfaat penelitian ...8

1.5 Kerangka Teori ...8

1.6 Kerangka Berpikir ...39

1.7 Hipotesis ...39

1.8 Definisi Konsep ...40

1.9 Definisi Operasional ...41

1.10 Sistematika penulisan ...44

BAB II Metode Penelitian ...45

2.1 Metode Penelitian ...45

2.2 Lokasi penelitian ...45

2.3 Populasi dan sampel ...45

2.4 Teknik penentuan skor ...45

2.5 Teknik pengumpulan data ...47

2.6 Metode dan model analisa data ...48

2.7 Uji korelasi ...49


(7)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...51

3.1 Gambaran umum Kabupaten Karo ...51

3.2 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo ..53

BAB IV PENYAJIAN DATA...87

4.1 Deskripsi data identitas responden ...87

4.2 Tabel jawaban responden ...89

BAB V ANALISA DATA ...102

5.1 Analisis deskriptif ...102

5.2 Uji korelasi ...102

5.3 Uji hipotesis ...105

5.3.1 Uji regresi... ...106

5.3.2 Uji determinasi R... ...108

5.3.3 Model persamaan ... ...109

BAB VI PENUTUP ...111

6.1 Kesimpulan ...111


(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar terhadap PDB Tahun 2001 s.d 2004 (dalam persentase).

2. Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin. 3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur.

4. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan.

5. Tabel 4.4 Jawaban Responden Tentang Apakah Pemerintah Pernah Memberikan Dana bantuan bagi UKM di Kabupaten Karo.

6. Tabel 4.5 Jawaban Responden Tentang Pemberian Fasilitas Oleh Pemerintah Dalam Mempermudah Akses Kredit ke Perbankan Maupun Lembaga Bukan Bank.

7. Tabel 4.6 Jawaban Responden Tentang Kemudahan Dalam Memperoleh Dana Bantuan Bagi Usaha Kecil dan Menengah

8. Tabel 4.7 Jawaban Responden Tentang Kondisi Prasarana Umum

9. Tabel 4.8 Jawaban Responden Tentang Tarif Penggunaan Prasarana Umum

10.Tabel 4.9 Jawaban Responden Tentang Pemberian Informasi Pasar, Teknologi, Sumber Dana Untuk Pengembangan UKM.

11.Tabel 4.10 Jawaban Responden Tentang Tingkat Keterbukaan Pemerintah Dalam Hal Pemberian Informasi Bagi Pelaku UKM

12.Tabel 4.11 Jawaban Responden Tentang Dorongan Pemerintah Dalam Mewujudkan Kerjasama Antar UKM

13.Tabel 4.12 Jawaban Responden Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Kerjasama Yang Saling Menguntungkan.

14.Tabel 4.13 Jawaban Responden Tentang Proses Perizinan Membuka Usaha 15.Tabel 4.14 Jawaban Responden Tentang Biaya Perizinan Membuka Usaha

16.Tabel 4.15 Jawaban Responden Tentang Jaminan Perlindungan Atas Usaha Kecil dan Menengah

17.Tabel 4.16 Jawaban Responden Tentang Apakah Pemerintah Pernah Memberikan Lokasi Untuk Berusaha.

18.Tabel 4.17 Jawaban Responden Tentang Apakah Pemerintah sering Memberikan Dukungan Kelembagaan Untuk Meningkatkan Pengembangan UKM

19.Tabel 4.18 Jawaban Responden Tentang Penghasilan Perbulan


(9)

21.Tabel 4.20 Jawaban Responden Tentang Apakah Pernah Mendapatkan Dana Bantuan Bagi UKM.

22.Tabel 4.21 Jawaban Responden Tentang Pengaruh Bantuan Terhadap Pengembangan UKM

23.Tabel 4.22 Jawaban Responden Tentang Pengaruh UKM yang Dimiliki Terhadap Peningkatan Pendapatan

24.Tabel 4.23 Jawaban Responden Tentang Kondisi Usaha Yang Dimiliki 25.Tabel 4.24 Jawaban Responden Tentang Tingkat Pendapatan Usaha

26.Tabel 4.25 Jawaban Responden Tentang Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Sehari-Hari

27.Tabel 4.26 Jawaban Responden Tentang Pengaruh Usaha Dalam Meningkatkan Pendidikan

28.Tabel 4.27 Jawaban Responden Tentang Pengaruh Usaha Dalam Meningkatkan Tingkat Kesehatan

29.Tabel 4.28 Jawaban Responden Tentang Teknologi Yang Digunakan 30.Tabel 4.29 Deskriptive statistik

31.Tabel 4.30 Hasil Uji Korelasi

32.Tabel 4.31 Koefisien Korelasi Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 33.Tabel 4.32 Hasil Uji F Secara Simultan

34.Tabel 4.33 Hasil Uji Secara Parsial 35.Tabel 4.34 Hasil Uji Determinasi R


(10)

ABSTRAK

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Di Kabupaten Karo sendiri, pembangunan ekonomi melalui pembangkitan sektor riil tetap menjadi prioritas utama arah kebijakan pemerintah daerah dalam rangka untuk memperluas kesempatan dan menciptakan lapangan kerja.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembagunan Ekonomi Masyarakat (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)”. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Seberapa Besarkah Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Karo”.

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha : Terdapat Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo. Ho : Tidak Terdapat Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi, yaitu dengan Uji-t dan Uji-F.

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo.

Hasil analisis dari Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo dengan menggunakan model persamaan Multiple Regression Analysist, adalah Y = 41.120 + 0.096 (X1) + 0.138 (X2) + 0.347 (X3)+ (-0. 180) (X4) + 0.170 (X5) + (-0.262) (X6) + 0.121 (X7) + 5.186. Sedangkan uji determinan dalam penelitian ini menunjukkan keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebesar 14,4%.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah untuk Pembangunan Ekonomi Masyarakat diharapkan agar Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Karo dapat ditingkatkan sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi masyarakat Kabupaten Karo.

Kata Kunci: Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, Pembangunan Ekonomi Masyarakat


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain (Awandana,

,

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu


(12)

keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya

Menurut Payne (dalam Rukminto. 2008: 77-78), yang mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna:

”To help clients gain power of decisions and action over their own lives by reducin the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.”

(Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya).

Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah disinggung diatas, salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat. Salah satu sektor yang dapat diberdayakan sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat yaitu dengan adanya pemberdayaan UKM.

Berbicara masalah menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya tidak terlepas dari pembicaraan terhadap usaha memberdayakan UMKM. Kementerian Negara Koperasi dan UMKM menyatakan bahwa Indonesia saat ini memiliki hampir 50 juta unit UMKM. Dapat diperkirakan bahwa ada sekitar 99% lebih dari total unit usaha yang ada.


(13)

Dari seluruh UMKM yang ada tersebut, yang paling banyak adalah usaha mikro dengan jumlah 47.702.310 atau sekitar 95% lebih (Raja. 2010: 9-10).

Hal tersebut akan mengurangi tingkat pengangguran, baik pada tingkat lokal pun nasional, produk-produk UMKM setidaknya telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional karena tidak sedikit produk-produk UMKM itu mampu menembus pasar internasional. Konkretnya, kehadiran UMKM telah membantu program pemerintah untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan mampu meningkatkan PDB secara signifikan. Selain berpotensi meciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan PDB, UMKM juga dapat memiliki sumbangan kepada devisa nagara dengan nilai ekspor yang cukup tinggi.

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, meso dan mikro yang meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan (4) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal


(14)

yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.

Menurut BPS tahun 2003, dari 212.003.000 orang, 27.836.000 orang bekerja pada sektor formal sedangkan sisanya mencapai 40.700.000 orang bekerja pada sektor informal. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 mendorong mendirikan usaha di bidang informal. Usaha kecil pada 2005 yang berjumlah 43 juta, termasuk usaha mikro (data dari Depkop. UMKM), pada 2007 sudah mencapai 49,7 juta. Dari jumlah itu, 47,7 juta adalah usaha mikro atau usaha informal. Sedangkan yang 2 juta adalah usaha kecil, sedangkan usaha menengah pada 2007 sebanyak 120 ribu dan usaha besar ada 4.527. Gambaran ini menegaskan bahwa pemberdayaan terhadap UMKM sangat penting dan strategis untuk diterapkan (Prastowo. 2010: 115-116).

Berdasarkan Data BPS tahun 2005, kondisi UKM periode 2001 sampai 2004 menunjukkan perkembangan positif. Selama periode ini, kontribusi UKM terhadap produk domestik bruto rata-rata mencapai 56,04 persen. Secara sektoral aktivitas UKM ini mendominasi sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor ini merupakan Sektor-sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.


(15)

Tabel. 1.1

Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB Tahun 2001 s.d. 2004 (dalam persentase)

No Lapangan Usaha

Rata-Rata 2001 – 2004

Kecil Menengah Besar Jumlah

1 Pertanian 85.89 9.05 5.06 100

2 Pertambangan &

Penggalian 7.42 3.09 89.49 100

3 Industri

Pengolahan 14.95 12.8 72.25 100

4 Listrik, Gas & Air 0.54 7.34 92.12 100

5 Bangunan 43.57 22.61 33.82 100

6 Perdagangan,

Hotel & Restoran 75.19 21.06 3.75 100 7 Pengangkutan &

Komunikasi 35.35 26.4 38.25 100

Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2005, Berita Statistik Maret 2005, Badan Pusat Statistik dengan Kementerian Koperasi & Usaha Kecil Menengah(Wijono,

Di Kabupaten Karo sendiri, pembangunan ekonomi melalui pembangkitan sektor riil tetap menjadi prioritas utama arah kebijakan pemerintah daerah dalam rangka untuk memperluas kesempatan dan menciptakan lapangan kerja. Salah satu indikator ekonomi makro sebagai ukuran tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari angka PDRB perkapita. Menurut BPS Kab. Karo, pada tahun 2006, PDRB perkapita Kab Karo tercatat sebesar Rp 11.615.076 juta, maka pada tahun 2007 telah mencapai Rp. 12.759.624 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 9.85%. Pada tahun 2008 PDRB perkapita Kab. Karo mampu menempati peringkat ke-9 diantara Kab/Kota di Sumatera Utara dengan nilai Rp 12, 76 juta perkapita pertahun.

Dengan adanya pembangkitan ekonomi melalui sektor riil ataupun UMKM tersebut, maka akan mengurangi tingkat pengangguran khususnya di Kab. Karo sendiri.


(16)

Karena dapat dilihat, menurut data dari BPS Kab. Karo, jumlah penduduk Kab. Karo dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap meningkatnya jumlah tenaga kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas). Pada tahun 2007, menurut hasil Sakernas 2007 tercatat sekitar 81,30% penduduk 15 tahun ke atas di Kab. Karo yang termasuk angkatan kerja. Angkatan kerja yang dimaksud disini adalah penduduk 15 tahun keatas yang siap terjun ke dalam kegiatan ekonomi, baik yang bekerja maupun sebagai pencari kerja. Dari hasil Sakernas tersebut juga diperoleh angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kab. Karo yang pada tasshun 2007 tercatat sebesar 6,64%. Penduduk Kab. Karo yang bekerja di sektor pertanian mendominasi struktur lapangan usaha yang ada, yaitu sekitar 70,92%. Penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menempati urutan kedua yaitu sekitar 12,35%, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor jasa berada di posisi ketiga yaitu sekitar 7,34%. Selebihnya sekitar 7,34% lainnya bekerja pada sektor industri, listrik, gas, dan air minum, kontruksi/bangunan, angkutan dan komunikasi, keuangan, dan lainnya.

Melihat uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi ”Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan menengah terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo).”

1.2 Rumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya dan supaya peneliti dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu


(17)

kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian. (Arikunto, 2002:47).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah ”Seberapa Besarkah Pengaruh

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Karo.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberdayaan UKM terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab.Karo.

2. Untuk melihat hubungan antara pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab.Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan kependidikan, khususnya mengenai peranan pemberdayaan UKM dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat karangan ilmiah.


(18)

b. Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan segala pemanfaatan dari tulisan ini.

1.5 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1989:37).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2000:92).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapt membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

1.5.1 Pemberdayaan

1.5.1. 1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai


(19)

subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum.

Menurut Pranaka (dalam Sedarmayanti. 2003:113) menyatakan bahwa munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah:

1) Bahwa masyarakat perlu didorong untuk mencapai perubahan yang lebih baik. 2) Bahwa masyarakat memilki potensi dalam mengembangkan dirinya, dan

secara praktis mengetahui hambatan dan tantangan yang dihadapinya.

3) Pemberdayaan masyarakat sebagai resep yang cukup mujarab dalam mengobati keterbelakangan.

4) Dengan pembangunan berbasis komunitas, akan lebih efisien dan efektif untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan.

5) Menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep penberdayaan

masyarakat (Indratno,


(20)

1.5.1.2Proses Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat pemberdayaan sebagai suatu proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going process). Menurut Hogan (dalam Rukminto. 2008: 84), proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relative terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja (empowering is not an end state, but a

process that all human experience).

Hogan menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

1. menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan (recall

depowering/empowering experience);

2. mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan (discuss reasons for depowerment/empowerment);

3. mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or

project);

4. mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify useful power bases);

5. mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop


(21)

Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya tidak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun oleh nonpemerintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai community

worker ataupun enabler. Menurut Ife (Rukminto.2008:89), sebagai community worker,

Ife melihat ada empat peran dan keterampilan utama yang nantinya secara lebih spesifik akan mengarah kepada keterampilan seseorang sebagai community worker sebagai pemberdaya masyarakat.

Keempat peran dan keterampilan tersebut adalah:

1) Peran dan keterampilan fasilitatif (facilitative roles and skills); 2) Peran dan keterampilan edukasional (educational roles and skills); 3) Peran dan keterampilan perwakilan (representational roles and skills); 4) Peran dan keterampilan teknis (technical roles and skills).

1.5.2 Usaha kecil dan Menengah

1.5.2.1.Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, tepatnya dinyatakan dalam pasal 1, UMKM dapat dijelaskan secara terperinci berikut ini.

1. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik


(22)

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Sedangkan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 adalah:

1. Usaha Kecil adalah yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta, tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati.

2. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi yang dikembangkan dengan perhitungan aset (diluar tanah dan bangunan) mulai dari 200 juta sampai kurang dari 600 juta denga jumlah tenaga kerja mulai dari 20 orang sampai dengan 99 orang.

1.5.2.2Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang tepat mengenai UMKM.


(23)

a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha ini meliputi:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

1.5.2.3 Jenis-Jenis Usaha Kecil dan Menengah

Secara umum UKM bergerak dalam 2 (dua) bidang, yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001, adapun bidang/jenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah:


(24)

1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional.

2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan.

3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB atau alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb.

4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan:

a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arap, sabut. b. Bahan industri: getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir.

5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan.

6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop.

7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga.

8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis.

9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.


(25)

10. Perdagangan dengan skala kecil dan informasi.

1.5.3.4 Masalah-Masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), antara lain meliputi:

A. Faktor Internal

1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

Terkait dengan hal ini, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain


(26)

kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.

3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

4. Mentalitas Pengusaha UKM

Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang


(27)

dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko.

5. Kurangnya Transparansi

Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

B. Faktor Eksternal

1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha-pengusaha-pengusaha besar.


(28)

Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.

2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.

3. Pungutan Liar

Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan.

4. Implikasi Otonomi Daerah

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan


(29)

sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

5. Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff

Barrier for Trade). Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik

secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.

6. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.

7. Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.


(30)

8. Terbatasnya Akses Informasi

Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.

Sesungguhnya pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk pemberdayaan UKM, terutama lewat kredit bersubsidi dan bantuan teknis. Kredit program untuk pengembangan UKM bahkan dilakukan sejak 1974. Kredit program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), yang menyediakan kredit investasi dan modal kerja permanen, dengan masa pelunasan hingga 10 tahun, dan suku bunga bersubsidi.

1.5.2.5 Indikator Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah

Adapun yang menjadi indikator yang mendorong pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Nilai atau Volume Output.

Laju pertumbuhan nilai/volume output tidak hanya menunjukkan tingkat kemampuan produksi dari sebuah perusahaan tetapi juga mencerminkan adanya


(31)

permintaan pasar terhadap produk tersebut, yang berarti produk tersebut mempunyai daya saing.

2. Pangsa di dalam PDB.

Semakin tinggi pangsa PDB dari UKM mencerminkan semakin berdaya saing UKM tersebut.

3. Pangsa Pasar

Pangsa pasar juga merupakan salah satu indikator dari daya saing produk. Hipotesanya, semakin besar pangsa output dari UKM di dalam total output dari suatu sektor, ceteris paribus, semua output di sektor tersebut disuplai ke pasar domestik, semakin besar pangsa pasar domestik dari UKM.

4. Nilai Omset

Dasar pemikirannya adalah sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang nilai omsetnya terus meningkat setiap tahun, yang artinya ada permintaan pasar, adalah perusahaan yang berdaya saing tinggi.

5. Profit

Dasar pemikiran dari pemakaian profit (nilai atau laju pertumbuhannya rata-rata per tahun) sebagai salah satu indikator daya saing perusahaan adalah sederhana sebagai berikut. Perusahaan yang setiap tahun bisa mendapatkan keuntungan atau yang keuntungannya setiap tahun bisa meningkat adalah perusahaan yang berdaya saing.

6. Tingkat Pendidikan rata-rata Pekerja dan Pengusaha.

Semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata pekerja di suatu perusahaan semakin tinggi daya saing perusahaan tersebut. Untuk UKM, terutama UK, pendidikan


(32)

pengusaha juga sangat penting (berbeda dengan UB), karena di UK pada umumnya pengusaha/pemilik usaha terlibat dalam hampir semua kegiatan bisnis di dalam perusahaan.

7. Pengeluaran R&D

Pengeluaran untuk membiayai kegiatan R&D bisa dilihat sebagai suatu persentase dari jumlah omset. Semakin tinggi rasio tersebut, yang berarti perusahaan bersangkutan aktif melakukan inovasi, semakin tinggi daya saing perusahaan tersebut.

8. Jumlah Sertifika dan Paten

Sebagai indikator alternatif terhadap indikator ketujuh tersebut, adalah jumlah sertifikat standarisasi (ISO) dan jumlah paten yang dibeli. Semakin banyak jumlahnya yang dimiliki oleh suatu perusahaan berarti semakin tinggi daya saing dari perusahaan tersebut.

9. Produk terstandarisasi.

Saat ini dalam era perdagangan bebas produk yang terstandarisasi semakin penting, atau dapat dikatakan menjadi suatu keharusan. Standarisasi produk menjadi penentu kualitas dari suatu produk. Dalam isu ini, ironis sekali bahwa, di satu sisi, disadari bahwa kualitas sangat penting untuk bisa unggul di pasar dunia, sedangkan, di sisi lain, Indonesia sampai saat ini masih punya masalah serius untuk memenuhi persyaratan tersebut. Hingga Agustus 2007, pemerintah Indonesia telah menetapkan 3.200 standar nasional industri (SNI), tetapi baru 215 SNI produk yang diwajibkan.


(33)

Teknologi yang digunakan dalam produk yang dihasilkan dan/atau dalam proses produksi (atau metode produksi yang diterapkan). Setiap jenis produk memiliki teknologi paling akhir (cutting edge). Berarti setiap perusahaan yang menguasai teknologi paling akhir di bidangnya memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak mengikuti progres teknologi.

11. Produktivitas atau Efisiensi.

Indikator ini bisa dijabarkan dalam berbagai rasio. Untuk produktivitas, bisa parsial, misalnya, produktivitas tenaga kerja atau produktivitas modal, atau bisa total dari semua input yang digunakan (yang dikenal dengan sebutan total factor

productivity). Sedangkan untuk efisiensi, antara lain, biaya tenaga kerja/unit

produk, biaya tenaga kerja/jam, biaya tenaga kerja/pekerja, atau rasio total biaya terhadap total omset.

12. Investasi

Nilai investasi atau laju pertumbuhannya rata-rata per tahun mencerminkan banyak hal, mulai dari perkembangan kapasitas produksi hingga kegiatan inovasi. Walaupun yang terakhir ini belum tentu, tetapi yang jelas investasi di dalam sebuah perusahaan biasanya terkait erat dengan pengembangan kapasitas produksi yang antara lain dengan melakukan pembelian mesin-mesin baru.

13. Nilai Mesin dan Peralatan Produksi

Indikator ini mencerminkan dua hal, yakni tingkat mekanisasi (atau modernisasi dalam proses produksi) dan jenis teknologi yang digunakan. Hipotesanya adalah: semakin tinggi nilai suatu mesin mencerminkan semakin canggih teknologi yang


(34)

terkandung di dalam mesin tersebut. Indikator ini bisa dalam bentuk rasio dari jumlah biaya pembelian mesin terhadap total biaya produksi.

14. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran juga dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur daya saing dari sebuah perusahaan. Dasar pemikirannya sebagai berikut. Suatu produk yang bernilai tinggi (sebut saja, mobil BMW) adalah produk yang didasarkan pada promosi yang besar atau agresif (mulai dari reklame di tv hingga pameran mobil setiap tahun). Di sisi lain, untuk suatu produk yang ara potensial memiliki permintaan pasar yang besar, perusahaan yang membuatnya tidak akan pelit dalam pengeluaran untuk kebutuhan promosi atas produk tersebut. Fakta menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional dengan berbagai produknya yang menguasai pasar dunia memiliki kegiatan promosi yang sangat besar dan kompleks.

1.5.3 Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dengan itu maka pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk dilaksanakan.

Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan UKM adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh UKM itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan UKM titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya UKM yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan UKM yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu


(35)

bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan UKM secara umum.

Sebagaimana proses pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan UKM juga tidak jauh berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan UKM sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku-pelaku UKM agar dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau nonpemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan UKM tersebut, pemberdayaan UKM sebagai suatu proses dapat terus berlangsung.

Prinsip pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

1.5.3.1. Kebijakan tentang Pemberdayaan Usaha kecil dan Menengah

Dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang kerap dihadapi oleh UKM diperlukan peranan dari sektor perbankan maupun lembaga keuangan lainnya, seperti


(36)

pegadaian, koperasi, modal ventura, dan lainnya dalam penyediaan permodalan bagi UKM. Dalam situasi demikian, pemerintah memiliki peranan yang besar untuk mendorong sector perbankan melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung para pelaku UKM.

Dalam UU No. 20/2008 tentang UMKM, khususnya dalam pasal 7 ayat 1 sangat jelas dinyatakatan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: 1. Pendanaan;

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf a ditujukan untuk:

a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;

b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d. Membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2. Sarana dan prasarana


(37)

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 9, Aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk:

a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan

b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil. 3. Informasi usaha

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 10, aspek informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk:

a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis;

b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan

c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atas segala informasi usaha.

4. Kemitraan

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 11, aspek kemitraan sebagaimana dimkasud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk:

mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

a. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar;


(38)

b. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar;

c. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan

e. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

5. Perizinan usaha

Aspek perizinan usaha dalam pasal 12 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e ditujukan untuk:

a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan

b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.

6. Kesempatan berusaha

Aspek kesempatan berusaha dalam pasal 13 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f ditujukan untuk:


(39)

a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya.

b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail.

c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun;

d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;

g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan

h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan. 7. Promosi dagang

Aspek promosi dagang dalam pasal 14 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g, ditujukan untuk:


(40)

a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri;

b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri;

c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan

d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atas produk dan desain Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatan usaha dalam negeri dan ekspor.

8. Dukungan kelembagaan.

Aspek dukungan kelembagaan dalam pasal 15 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Tujuan adanya pemberdayaan UMKM ini adalah:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan


(41)

3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

1.5.4. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan dinyatakan sebagai sebuah konsep normatif yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia. Menurut pendapat Baratha (dalam Susetyo. 2006: 17) dinyatakan bahwa pembangunan adalah suatu perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik, berdasarkan pada norma-norma tertentu. Perubahan-perubahan direncanakan melalui pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya ini disebut sebagai ’pembangunan’. Pembangunan dengan demikian adalah proses pembahuruan yang kontinyu atau terus-menerus dari satu keadaan tertentu kepada satu keadaan lain yang lebih baik (Bintoro dalam Susetyo. 2006: 18).

Sedangkan, pembangunan ekonomi berarti proses perubahan dari suatu tipe perekonomian menjadi tipe lain yang lebih maju. (Hirscham dalam Siagian. 1989:23). Menurut Meier dan Baldwin (dalam Siagian. 1989: 24) mengatakan pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses mana pendapatan nasional riel suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang.

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai


(42)

aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat (Sukirno. 2006: 10).

Menurut Meier dan Baldwin (dalam Suryana. 2000: 3),

”Economics development is a process whereby an economiy’s real national

income increase on a long period of time. And if the rate of development is greather than rate of population growth, then the capital real income will increase.”

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi diatas mengandung tiga (3) unsur, yaitu:

1. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru.

2. Usaha meningkatkan pendapatan perkapita.

3. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.

Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya pembangunan ekonomi kekayaan dari masyarakat akan bertambah.

2. Dengan adanya pembangunan ekonomi kesempatan untuk mengadakan pilihan semakin luas.

3. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan memberikan kemampuan yang lebih besar kepada manusia untuk menguasai alam, dan akan dapat mempertinggi kebebasan manusia untuk mengadakan tindakan tertentu.


(43)

4. Dengan adanya pembangunan ekonomi juga dapat diperoleh suatu tambahan kebebasan untuk memilih kesenangan yang lebih luas.

5. Dengan adanya pembangunan ekonomi, idealnya akan dapat mengurangi jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.

6. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan memungkinkan orang untuk memikirkan lebih banyak sifat-sifat kemanusiaan oleh karena makin banyaknya sarana yang tersedia.

1.5.5 Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

Pemberdayaan UMKM diharapkan lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Pemberdayaan UMKM diharapkan akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan manpu menstabilkan nilai rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UMKM akan menggerakkan sektor riil, karena UMKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Sektor UMKM diharapkan menjadi tumpuan pengembangan sistem perbankan yang kuat dan sehat pada masa mendatang, mengingat non-performing

loannya yang relatif sangat rendah. Pemberdayaan UMKM juga meningkatkan

pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat lainnya


(44)

2009/renstra_2004_2009_03_bab_02.pdf, Peran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam Pembangunan Nasional).

1.5.6 Pengaruh Pemberdayaan UKM terhadap Pembangunan Ekonomi

Masyarakat

Perekonomian rakyat pada hakikatnya merupakan padanan istilah ekonomi rakyat yang berarti perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi sumber penghasilan keluarga atau orang-perorang (Sumodiningrat. 1999:67).

Ekonomi rakyat pun didefinisikan sebagai segala kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (basic needs), yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan ekonomi rakyat harus menjadi agenda utama pembangunan nasional pada tahun-tahun mendatang. Maksudnya, agar pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung cepat, kita harus mengupayakan langkah-langkah nyata (Sumodiningrat. 1999: 69).

Berbicara mengenai ekonomi rakyat nampaknya tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang UMKM, karena sampai dengan akhir tahun 2006, Badan Pusat Statistik menginformasikan bahwa 48, 528 juta (99,99%) unit usaha yang ada di Indonesia adalah mereka yang tergolong dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa menggerakkan ekonomi rakyat

identik dengan memberdayakan UMKM (Suarja.


(45)

Pemberdayaan ekonomi rakyat atau pemberdayaan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan model pembangunan ekonomi yang menekankan pada kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan merupakan upaya melibatkan rakyat dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produktivitas, daya beli, membuka lapangan kerja, dan menumbuhkan nilai tambah ekonomi pada sektor-sektor ekonomi yang dikelola oleh rakyat.

Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa pada saat kondisi perekonomian nasional sedang carut marut, aktivitas sektor usaha kecil dan menengah, sektor usaha informal yang sebelumnya merupakan sektor usaha yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah ternyata tetap survive (mampu bertahan) bahkan ada yang mampu berkembang ketika menghadapi krisis ekonomi. Dengan alasan tersebut beberapa kalangan menilai bahwa sektor UKM adalah sektor usaha yang mampu menyelamatkan Indonesia dari situasi perekonomian yang semakin parah, bahkan ada yang mengatakan bahwa sektor UKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga keberadaan UKM dipandang berperan penting dalam struktur ekonomi suatu negara.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan sektor usaha yang bersifat padat karya, sekaligus sebagai sektor yang memberikan solusi terhadap permasalahan realiatas soaial ekonomi, dimana sektor usaha tersebut merupakan sektor usaha yang memiliki nuansa kesederhanaan dan dapat dikerjakan oleh masyarakat yang tidak memiliki keterampilan dan kekurangan modal untuk mengelola lapangan usaha yang bersifat


(46)

formal dan padat modal. Bagi masyarakat yang tidak berdaya dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka UKM adalah solusinya.

Fakta secara empiris menunjukan bahwa, dalam tatanan kehidupan perekonomian Nasional, UKM merupakan sarana dalam pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Ketika terjadi PHK besar-besaran pada sektor usaha besar sebagai akibat krisis melanda Negeri ini, UKM sebagai salah satu sektor usaha yang paling banyak menampung tenaga kerja yang terkena PHK tersebut. Menurut Taufiq (2004), dari jumlah UKM yang mencapai 42 juta lebih unit yang tersebar diberbagai sektor, dimana lebih dari 99% angkatan kerja tergantung kepadanya (Bisnis Jabar,

1.6 Kerangka Berpikir

1. Definisi Konsep

2. Definisi Operasional : Terdiri dari variabel independen (X) dan variabel dependen (Y)

3. Hipotesis

4. Uji Hipotesis : menggunakan uji-F dan uji-t. Uji hipotesis akan disajikan pada BAB V, yaitu BAB analisa data

5. Analisa data : menggunakan Regresi Linier Berganda (multiple Regression

Analysist), dengan rumus :


(47)

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono. 2004: 306).

Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah:

Ha : Terdapat pengaruh pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

terhadap pembangunan ekonomi masyarakat Kab. Karo.

Ho : Tidak terdapat pengaruh pemberdayaan Usaha Kecil dan Menenggah

terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo.

1.8 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:33). Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu:

1. Pemberdayaan adalah proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya.

2. Usaha Kecil usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorang dengan jumlah tenaga kerja 5 s/d 9 orang dan hasil penjualan pertahun paling banyak hingga 2.5000.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).


(48)

3. Usaha Menengah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorang dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang dan hasil penjualan tahunannya paling besar hingga > 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).

4. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh UKM itu sendiri.

5. Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah adalah UKM mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia.

6. Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat adalah kemampuan masyarakat dalam meningkatkan produktifitas, daya beli, membuka lapangan kerja dan menumbuhkan nilai tambah ekonomi pada sektor-sektor ekonomi yang dikelola oleh rakyat.

1.9 Definisi Operasional

Menurut pendapat Singarimbun, defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel melalui indikator-indikatornya (Singarimbun. 1989: 46).

Adapun definisi operasional penelitian ini menurut adalah sebagai berikut:

1 Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pemberdayaan usaha kecil dan menengah, yang diukur berdasarkan:


(49)

a. Pendanaan

1 Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Kecil dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank. b. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat,

murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Sarana dan prasarana

1. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha kecil dan menengah.

2. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha kecil dan menengah. c. Informasi usaha

1. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu.

2. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Kecil dan Menengah atas segala informasi usaha.

d. Kemitraan

1. mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

e. Perizinan usaha

1. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha.

2. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.


(50)

f. Kesempatan berusaha

1. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya.

2. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Kecil dan Menengah. g. Dukungan kelembagaan

Mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UU No. 20 Tahun 2008).

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pembangunan ekonomi masyarakat yang diukur berdasarkan:

a. adanya perkembangan pendidikan b. perkembangan teknologi

c. peningkatan dalam kesehatan d. peningkatan dalam pendapatan


(51)

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka berpikir, hipotesa, definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, kedudukan, tugas dan fungsi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian di lapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan dari data-data yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan korelasi hubungan antar variabel.

BAB VI : PENUTUP


(52)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh selama penelitian.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat ini dilakukan di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Karo.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisitk tertentu yang akan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono. 2003: 90).

Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak pada perdagangan ekspor holtikultura yang tersebar di 6 Kecamatan yaitu: Kec.Kabanjahe, Kec. Berastagi, Kec. Tigapanah, Kec.Naman Teran, Kec. Simp. 4, Kec. Barusjahe.


(53)

2.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2005:91) sampel diartikan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (1998:104) apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Apabila populasi lebih dari 100 orang maka diambil 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih.

Pada penelitian ini, sampel diambil secara Simple Random Sampling. Menurut Singarimbun (1995: 155), sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 responden.

2.4 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden.

Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah: a. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

b. Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4 c. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3 d. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2 e. Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1


(54)

2.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dan keternagan-keterangan lain yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan instrument daftar pertanyaan (Kuesioner). Kuesioner adalah teknik pengambilan data yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa alternatif yang sudah tersedia. Data kuantitatif yang diperoleh melalui pendistribusian kuesioner tersebut akan dijadikan acuan untuk diolah dengan menggunakan alat bantu software statistik SPSS 15.

2. Teknik pengambilan data sekunder, yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:

a. penelitian kepustakaan (Library search, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis.

2.6 Metode dan Model Analisa Data

2.6.1 Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriftif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang


(55)

terkumpul namun bukan membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi (Sugiyono. 2004: 142).

2.6.2 Model Analisa Data

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda (Multiple Regression Analysist) dengan persamaan sebaga berikut:

Y= a + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e

Keterangan:

Y = Pembangunan ekonomi masyarakat b1 - b5 = Koefisien regresi

X1 = Pendanaan

X2 = Sarana dan prasarana X3 = Informasi usaha

X4 = Kemitraan

X5 = Perizinan usaha X6 = Kesempatan berusaha X7 = Dukungan kelembagaan

A = Konstanta


(56)

2.7 Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan dua variable (tetapi bukan hubungan sebab akibat atau fungsional), sehingga uji korelasi tidak membedakan antara variable independent dan variable dependent karena hanya ingin melihat hubungan antar variable. Uji korelasi terdiri dari Pearson, Spearman dan Kendall. Jenis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson.

Keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi yang berkisar dari -1 hinga +1 dengan kriteria:

1. 0.00 - 0.20 – keeratan hubungan sangat lemah 2. 0.21 – 0.40 – keeratan hubungan lemah 3. 0.41 – 0.70 – keeratan hubungan kuat

4. 0.71 – 0.90 – keeratan hubungan sangat kuat

5. 0.91 – 0.99 – keeratan hubungan sangat semakin kuat 6. 1.00 - keeratan sempurna

2.8 Uji Hipotesis Pengaruh Pemberdayaan UKM Terhadap Pembangunan

Ekonomi Masyarakat

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberdayaan UKM dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, dilakukan analisis statistic inferensial.

1. Uji Regresi


(57)

Uji F atau uji serempak adalah menguji apakah secara simultan variable bebas memiliki peranan atas variable terikat, dengan tingkat keyakinan 95% (a=0.05). Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan ketentuan:

- jika signifikansi Fhitung < 0.05, maka Ha diterima, Ho diterima.

- jika signifikansi Fhitung > 0.05, maka Ho ditolak, Ha ditolak.

b. Uji t

Parsial (uji t) dengan maksud untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas atas variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% (a = 0.05). Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:

- jika signifikansi thitung < 0.05, maka Ha diterima, Ho diterima.


(58)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1Gambaran Umum Kabupaten Karo

3.1.1 Letak Geografis

Letak Kabupaten Karo berada di antara 2º50’ – 3º19’ Lintang Utara dan 97º55’– 98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120 – 1400 m di atas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, sebelah timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darusalam.

3.1.2 Pemerintahan

Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 252 desa dan 10 kelurahan. Pusat pemerintahan kabupaten terletak di Kecamatan Kabanjahe, yang berjarak sekitar 76 Km dari Medan. Hasil Pemilu 2009 telah menetapkan 33 orang anggota DPRD Karo dari 17 Partai peserta Pemilu. PDI Perjuangan memperoleh suara terbanyak dengan jumlah anggota dewan 7 orang.


(59)

3.1.3 Penduduk

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Merga Silima yakni: Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan Perangin-Angin. Dalam perkembangannya, Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat. Saat ini Wilayah Kabupaten Karo sudah didiami oleh beragam suku bangsa. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Karo sebesar 283.713 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 133.37 jiwa per Km2. Pada pertengahan tahun 2009 jumlah penduduk diperkirakan sebesar 370.619 jiwa dengan kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 174,22 jiwa per Km2. Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2000 – 2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01 persen per tahun.

3.1.4 Potensi Wilayah

Kabupaten Karo kaya akan sumber daya alam, tanahnya subur, udaranya sejuk, hutannya luas dan memiliki banyak pemandangan alam yang indah serta memiliki 2 gunung berapi yang masih aktif, air terjun dan danau. Perekonomian masyarakat Kabupaten Karo sebagian besar adalah pada sektor pertanian. Sekitar 70 persen dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten ini berusaha di sektor pertanian terutama bercocok tanam sayursayuran, buah-buahan, padi palawija, hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan.


(1)

Tabel 4.34

Hasil Uji Determinasi R Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .379(a) .144 -.070 1.733

a Predictors: (Constant), dukungan kelembagaan, lokasi, pendanaan, kemitraan, informasi, prasarana, perizinan

b Dependent Variable: pembagunan ekonomi masyarakat

Dari data diatas terlihat bahwa nilai R-Square sebesar 0.144. Hal ini berarti keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah K= Rsquare x 100% = 0.144 x 100% = 14,4%. Dengan demikian, besarnya pengaruh

pendanaan, prasarana, informasi, kesempatan usaha, perizinan, kemitraan, dukungan kelembagaan terhadap pembangunan ekonomi masyarakat adalah 14,4%. Dengan kata lain, hanya sebesar 14,4% keberadaan pembangunan ekonomi masyarakat dapat dijelaskan oleh faktor pendanaan, prasarana, informasi, kemitraan, perizinan, lokasi dan dukungan kelembagaan.

5.4 Model Persamaan

Selanjutnya, model persamaan regresi linier berganda untuk analisis pengaruh (prasarana, informasi, perizinan, kesempatan usaha dan dukungan kelembagaan) terhadap pembangunan ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut:


(2)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e Maka,

Y = 41.120 + 0.096 (X1) + 0.138 (X2) + 0.347 (X3)+ 0. 180) (X4) + 0.170 (X5) + (-0.262) (X6) + 0.121 (X7) + 5.186

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan 1% faktor pendanaan, sementara faktor lain dianggap konstan, akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi masyarakat sebesar 0.096 kali. Jika terjadi peningkatan 1% faktor prasarana sementara faktor yang lain dianggap konstan maka akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi masyarakat sebesar 0.138 kali. Jika terjadi peningkatan 1% faktor kemitraan, sementara faktor lain dianggap konstan, akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi masyarakat sebesar (-0.180) kali. Jika terjadi peningkatan 1% faktor perizinan, sementara faktor lain dianggap konstan, akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi masyarakat sebesar 0.170 kali. Jika terjadi peningkatan 1% faktor kesempatan usaha sementara faktor lain dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi masyarakat sebesar (-0.262) kali. Jika terjadi peningkatan 1% faktor dukungan kelembagaan, sementara faktor lain dianggap konstan, akan terjadi kenaikan pembangunan ekonomi sebesar 0.121 kali.


(3)

BAB VI PENUTUP 6.1Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Karo, dapat disimpulkan bahwa:

1. Uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji-t memperlihatkan bahwa variabel pendanaan, prasarana, informasi, kemitraan, perizinan, lokasi dan dukungan kelembagaan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (pembangunan ekonomi masyarakat) karena masing-masing nilai signifikansinya > 0.05 atau thitung > ttabel.

2. Uji korelasi memperlihatkan bahwa variabel pendanaan, prasarana, informasi, perizinan dan dukungan kelembagaan memiliki korelasi yang lemah dan sangat lemah terhadap variabel dependen (pembangunan ekonomi masyarakat), sedangkan variabel kemitraan dan lokasi tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap variabel dependen (pembangunan ekonomi masyarakat).

3. Uji hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji-F membuktikan bahwa seluruh variabel independen : pendanaan (X1), prasarana (X2), informasi (X3), kemitraan (X4), perizinan (X5), lokasi (X6) dan dukungan kelembagaan (X7) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (pembangunan ekonomi masyarakat) dengan nilai sig F = 0.694 > sig α 0.05.

4. Uji determinasi R menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat hanya sebesar 14,4%.


(4)

6.2 Saran

Mengingat bahwa pentingnya dilakukan pemberdayaan terhadap Usaha Kecil dan Menengah dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Diharapkan agar pemerintah lebih lagi melakukan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah dengan lebih baik lagi dengan cara memberikan ataupun memberitahukan informasi-informasi seputar pengembangan UKM baik dalam bentuk adanya bantuan dana, ataupun penyediaan prasarana seperti ruang pertokoan untuk pedagang kecil dan menengah serta untuk pedagang kaki lima demi membantu pengembangan UKM serta peningkatan ekonomi masyarakat. 2. Bila perlu pemerintah Kab. Karo dapat membentuk suatu tim khusus yang

memantau dan mengawasi perkembangan dan keberlanjutan UKM, terkhusus bidang holtikultura yang merupakan salah satu usaha rakyat yang memiliki daya saing baik di dalam negeri maupun di luar negeri, selain Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Karo.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali.

Arikunto, suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bustami, Bastian, dkk. 2007. Mari Membangun Usaha Mandiri: Pedoman Praktis Bagi

UKM. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gozhali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan

pertama. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kristanto, R Heru. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship: Pendekatan Manajemen dan

Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nugroho, Riant. 2003. Reinventing Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Prasetyo, Bambang; Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Prawiro, Kusumo. 2001. Ekonomi Rakyat: Konsep, Kebijakan, dan Strategi. Yogyakarta: BPFE.

Raja, Oskar, Ferdy Jalu, Vincent D’ral. 2010. Kiat Sukses Mendirikan dan Mengelola

UMKM. Jakarta: L PRESS.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam Rangka

Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju.

Siagian, H. 1989. Pembangunan Ekonomi dalam Cita-Cita dan Realita. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sumodiningrat, Gumawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukirno, Sadano. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.

Jakarta: Kencana.


(6)

Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Zulkarnain. 2003. Membangun Ekonomi Rakyat. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sumber Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

Sumber Internet

Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022Yogyakarta, 20 Juni

2009.

Wijono, W Wiloejo. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan.

Menengah dalam Pembangunan Nasional, 2002.

Ir. Iwayan Suarja AR, MBA.

Indratno