KINERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
KINERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN
DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN USAHA
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
HILMAN ABDILLAH

Keberadaan kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dihadapkan pada
masalah keterbatasan modal, peralatan kerja dan manajemen usaha. Dasar hukum
pembinaan dan pengelolaan UMKM oleh pemerintah adalah Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Permasalahan penelitian
adalah: (1) Bagaimanakah kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan UMKM di Kota
Bandar Lampung? (2) Apakah faktor penghambat kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan UMKM
di Kota Bandar Lampung?
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan empiris.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Pengolahan
data meliputi tahapan seleksi data, klasifikasi data dan penyusunan data. Analisis data
yang digunakan adalah analisis yuridis kualitatif,

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Kinerja Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian
dan Perdagangan Kota Bandar Lampung dalam pembinaan dan pengelolaan UMKM
adalah: a) Penciptaan iklim usaha yang kondusif, yaitu memudahkan para pelaku
UMKM untuk mengembangkan usaha, tetapi keterbatasan anggaran berdampak pada
kinerja tahun anggaran 2013/2014 yang belum optimal, karena jumlah pelaku usaha
kecil yang memperoleh dana bergulir baru mencapai 41 pelaku usaha dari sebanyak
105 pelaku usaha kecil yang terdata atau baru mencapai 39.05%. b) Peningkatan akses
kepada sumber daya produktif, yaitu pendidikan dan pelatihan wirausaha kepada
pelaku UMKM, yang sudah dilaksanakan secara optimal c) Pengembangan
kewirausahaan dan UMKM berkeunggulan kompetitif, yaitu memberikan bantuan
berupa modal usaha dan peralatan kerja bagi para pelaku UMKM, tetapi hasilnya
belum dilaksanakan secara optimal. (2) Faktor penghambat kinerja Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan UMKM
adalah: a) Keterbatasan anggaran dalam memberikan bantuan modal usaha kepada
pelaku UMKM. b) Keterbatasan sumber daya manusia UMKM yang berdampak pada
lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar dan kualitas persaingan
usaha yang rendah.
Saran penelitian ini adalah: (1) Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
disarankan untuk meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
bagi pelaku UMKM (2) Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan untuk

memperbanyak jumlah kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang mendapatkan
bantukan modal dan peralatan usaha.
Kata kunci: Kinerja, Pembinaan dan Pengelolaan, Usaha Kecil

ABSTRACT
PERFORMANCE OF COOPERATIVE, SMALL, MEDIUM ENTERPRISES,
INDUSTRY AND TRADE DEPARTMENT IN GUIDANCE AND
MANAGEMENT OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES
AT BANDAR LAMPUNG
By
HILMAN ABDILLAH
The existence of groups of Micro, Small and Medium Enterprises faced the problem of
lack of capital, labor and business management tools. The legal basis for development
and management of Micro, Small and Medium Enterprises by the government is Act
No. 20 of 2008 on Micro, Small and Medium Enterprises. The research problem is: (1)
How is the performance of cooperative, small, medium enterprises, industry and trade
department in guidance and management of micro, small and medium enterprises at
Bandar Lampung? (2) What are some factors that inhibiting performance of
cooperative, small, medium enterprises, industry and trade department in guidance and
management of micro, small and medium enterprises at Bandar Lampung?

The approach used is a matter of normative and empirical juridical approach. Data
collected by field studies and literature. Data processing includes the data selection
process, classification of data and preparation of the data. Analysis of the data used is
the juridical analysis of qualitative
The results showed: (1) Performance of cooperative, small, medium enterprises,
industry and trade department in guidance and management of micro, small and
medium enterprises at Bandar Lampung are: a) The creation of a conducive business
climate, which make it easier for small, medium enterprises to develop business. The
results of the performance of the fiscal year 2013/2014 show the number of small
businesses that acquire new revolving fund reaches 41 businessmen from as many as
105 small businesses recorded or only reached 39.05%. b) Increased access to
productive resources, namely education and entrepreneurship training to small,
medium enterprises, and implemented optimally c) Development of entrepreneurship
and SMEs competitive advantage, namely to provide assistance in the form of venture
capital and working equipment for the small, medium enterprises. (2) Factors
inhibiting the performance of the Department of Cooperatives, small, medium
enterprises, Trade and Industry in the development and management of small, medium
enterprises are: a) The limited budget to provide capital assistance to SMEs. b) Lack of
human resources of SMEs that have an impact on the weakness of the business
network and market penetration capability and low quality competition, but this result

is not optimal.
Suggestion of this research are: (1) the Department of Cooperatives, small, medium
enterprises, Trade and Industry suggested to increase the intensity of entrepreneurship
education and training for small, medium enterprises (2) Department of Cooperatives,
SMEs, Trade and Industry to increase the number of groups of micro, small and
medium gain support of capital and business equipment.
Keywords: Performance, Development and Management, Small Business

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hilman Abdillah, dilahirkan di Bandar
Lampung

pada tanggal 10 Januari 1992, sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Hi. Romzi Halim
S.E M.M dan Hj. Nila Wati.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak
Aysiyah yang diselesaikan pada tahun 1998, menamatkan pendidikan dasar di SD1

Al-Azhar Bandar Lampung pada tahun

2004, lalu melanjutkan pendidikan

menengah pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang selesai pada tahun
2007, dan pendidikan menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung selesai
pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas
Hukum Jurusan Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung.

MOTO

“Barangsiapa bersungguh-sungguh,sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk
dirinya sendiri”
(Q.S Al-Ankabut [29]: 6)

“Pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan,tapi harus dicari pula dengan
semangat dan disertai ketekunan”
(Abigail Adams)

“Kepuasan itu terletak pada usaha,bukan pada pencapaian hasil”

(Mahatma Gandhi)

“Saya tidak berharap menjadi segalanya untuk setiap orang,saya lebih suka menjadi
sesuatu untuk seseorang”
(Javan)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam
untuk setiap Nikmat dan Karunia-Nya yang mengalir dalam hidupku ini.
Karena Ridho-Mu dengan segala kerendahan hati

Kupersembahkan karya ini untuk
Kedua orang tuaku H. Romzi Halim S.E M.M dan Hj. Nila Wati
yang telah melahirkan, merawat, mendidik dan memperjuangkan diriku menghadapi
dunia ini dengan tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun. Serta
memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang, sehingga aku bisa
menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk membanggakan kalian,

kakakku Mirwan Pratama S.S.T.P

dan adikku Muhammad Aby dan Dian Ferdisa Puteri.
yang selalu mendo’akan, mendukung dan menyemangatiku dalam menggapai
keberhasilanku ini.

Almamterku Tercinta Universitas Lampung

SAN WACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam, sebab
hanya

dengan

rahmat

dan

karunianya-Nya

semata,


maka

penulis

dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul: Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dalam Pembinaan dan Pengelolaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi
Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembahas I yang telah

memberikan saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Charles Jackson, S,H,.M.H., selaku Pembimbing I, atas masukan dan
saran serta bimbingan diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya
skripsi ini.

4. Ibu Ati Yuniati, S,H,.M.H., selaku Pembimbing II, atas masukan dan saran serta
bimbingan diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Satria Prayoga, S.H.M.H, selaku Pembahas II yang telah memberikan
saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
banyak mengajari dan member ilmu kepada saya;
7. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bandar Lampung beserta segenap jajarannya yang telah memberikan
bantuan dan informasi yang penulis butuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini
8. Untuk kedua orangtuaku: Hi. Romzi Halim S.E M.M dan Hj.Nila Wati , yang
selalu menjadi inspirasi, memberikan doa dan dukungan baik materil maupun
pemikiran serta selalu mendukung segala tingkah laku dan tindakanku.
Terimakasih telah menjadi contoh yang baik dalam kehidupanku
9. Untuk kakak dan adikku: Mirwan Pratama S.S.T.P. dan Muhammad Aby, yang
selalu memberikan semangat, motivasi dan doa kepadaku

10. Dian Ferdisa Puteri yang telah memberikan do’a, dukungan, kepercayaan,
semangat, cinta dan kasih sayang, sehingga penulis termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Tidak lupa juga kepada Kiyay Apri, Kiyay Zakaria, Mas Misyo, Pak Marlan,
serta orang-orang di lingkungan Kantin Fakultas Hukum yang selalu
mendengarkan keluh kesah saya menyelesaikan skripsi ini, terimakasih banyak
atas semua bantuannya.;

12. Teman-teman seperjuanganku selama menempuh perkuliahan Himawan, Tyo,
Ferdiyan, Fahmi, Gery, Mufty, Odi, Mamed, Danan, Dery, Ery, Putera, Gilang,
Fadel terimakasih untuk dukungannya dan pertemanan selama ini, ,
13. Sahabat-sahabatku dari SMA : Denis, Eki John, Ecca, Rizky, Ridho, Dicky dan
yang lain nya terimakasih telah memberikan motivasi dan doa kepadaku;
14. Keluarga besar HIMA HAN dan seluruh angkatan 2011 sampai 2013 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan serta semangat yang
diberikan;
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Penulis berdoa kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan
balasan kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT membalas kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis dengan kebaikan yang lebih besar lagi di sisi-Nya dan
akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin

Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis

Hilman Abdillah

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1

1.2 Permasalahan ....................................................................................

7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................................

7

1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................

7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ...............................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

9

2.1 Pengertian Tugas Pokok dan Fungsi ................................................

9

2.2 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ...............................

12

2.3 Pembinaan dan Pengelolaan Usaha Kecil.........................................

17

2.4 Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ..........................

22

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................

24

3.1 Pendekatan Masalah .........................................................................

24

3.2 Sumber dan Jenis Data .....................................................................

24

3.2.1 Data Primer ..............................................................................

25

3.2.2 Data Sekunder .........................................................................

25

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................

26

3.4 Prosedur Pengolahan Data ................................................................

26

3.5 Analisis Data.....................................................................................

27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................

28

4.1 Gambaran Umum Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung ...................

28

4.2 Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian
dan Perdagangan dalam Pembinaan dan Pengelolaan Usaha Kecil
Mikro dan Menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung .............

29

4.2.1 Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif ..................................

29

4.2.2 Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif ...............

38

4.2.3 Pengembangan Kewirausahaan pada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah Berkeunggulan Kompetitif .............................

49

4.3 Faktor-Faktor Penghambat Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dalam Pembinaan dan
Pengelolaan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) di Kota
Bandar Lampung ..............................................................................

53

4.3.1 Keterbatasan Anggaran dalam Memberikan Bantuan
Modal Usaha............................................................................

53

4.3.2 Keterbatasan Sumber Daya Manusia Pelaku Usaha Kecil ......

55

BAB V PENUTUP .............................................................................................

58

5.1 Simpulan ..........................................................................................

58

5.2 Saran .................................................................................................

59

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat
terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan,

pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan
dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bergulirnya otonomi

daerah

bukannya semakin

memperkuat

komitmen

pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan masyarakat kelas bawah.
Pemberian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah belum diikuti
dengan piranti kebijakan dan strategi pembangunan sosial.1

Setiap individu dalam konteks otonomi daerah merupakan individu yang dapat
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan membentuk
komunitas yang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul. Pada
dasarnya individu-individu yang otonom menjadi modal dasar bagi perwujudan
otonomi daerah yang hakiki. Dengan dasar ini, maka penguatan otonomi daerah
harus membuka kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi penduduk untuk
1

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta, 2005, hlm. 13.

2

mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam mencapai kesejahteraan
yang diharapkan, termasuk dalam menciptakan, menekuni dan mengembangkan
lapangan pekerjaan.

Penduduk merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam
pola dan kerangka menyeluruh, hubungan pertambahan penduduk sebagai
sumberdaya manusia mengakibatkan melonjaknya angkatan kerja, dan pada
akhirnya setiap kegiatan produksi diarahkan pada peningkatan penyerapan tenaga
kerja serta pemanfaatan optimalisasi potensi ekonomi.
Dalam pembangunan di era reformasi ini, rakyat Indonesia selaku penduduk telah
bertekad untuk menciptakan perekonomian yang mandiri dan mantap,
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UndangUndang Dasar Tahun 1945 (Selanjutnya ditulis UUD 1945) dan dengan cita-cita
meningkatkan kemakmuran rakyat dan pemerataan ekonomi. Hal ini dijabarkan
dalam arah pembangunan ekonomi, yaitu terwujudnya perekonomian nasional
yang mandiri dan handal berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan
kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil, dan merata.
Hal ini sesuai dengan salah satu arah pembangunan nasional adalah membangun
bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Kebijakan ideal tersebut
dapat dicapai dengan memobilisasi segenap potensi sumber daya masyarakat yang
ada. Bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan merupakan ciri bangsa
yang memiliki keberdayaan kuat.2

2

Affan Gaffar, Paradigma Baru Otonomi Daerah dan Implikasinya, Citra Aditya Bakti, Jakarta,
2006, hlm. 72.

3

Menurut Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Kelompok usaha kecil merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar
rakyat Indonesia. Keberadaan kelompok ini tidak dapat dipisahkan dari
pertumbuhan perekonomian secara nasional. Kelompok usaha kecil selalu
menjadi sasaran program pengembangan dari berbagai institusi pemerintah,
namun program pengembangan tersebut belum menunjukkan terwujudnya
pemberdayaan terhadap kelompok tersebut. Sehubungan dengan hal ini, para
pelaku usaha kecil dihadapkan pada berbagai masalah seperti keterbatasan sumber
daya manusia, keuangan dan peralatan kerja yang dibutuhkan dalam
mengembangkan usaha mereka.

Keberadaan kelompok usaha kecil pada dasarnya merupakan sektor usaha yang
membantu pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,
sebab dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar, dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru tersebut pula
tentunya

akan

berdampak

positif

untuk

mengurangi

tingginya

angka

pengangguran. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk melakukan

4

pembinaan kepada sektor usaha kecil di daerahnya masing-masing dalam rangka
memberdayakan masyarakat.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diselenggarakan secara
menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang
kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan,
peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat,
penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung sebagai salah
satu unsur perangkat daerah memiliki fungsi pembinaan terhadap usaha mikro,
kecil dan menengah di Kota Bandar Lampung. Fungsi ini sesuai dengan konsep
usaha kecil sebagai kelompok usaha yang potensial dalam mengurangi angka
kemiskinan, karena dengan usaha ini maka penduduk mengusahakan sumbersumber ekonomi yang produktif bagi keluarga atau masyarakat yang ada di
sekitarnya, sehingga hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintahan dalam bidang
pemberdayaan masyarakat menuju kesejahteraan secara berkesinambungan.

Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bandar Lampung dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi tersebut telah
menerapkan kebijakan sebagai upaya nyata di bidang pembinaan usaha kecil.
Kebijakan yang dilaksanakan di antaranya dengan pemberian bantuan modal

5

kerja, peralatan maupun pelatihan di bidang manajemen pengembangan usaha
atau pemasaran produk3

Sehubungan dengan pelaksanaan kebijakan tersebut maka dapat dilaksanakan
suatu kajian sebagai upaya serangkaian tindakan untuk mengetahui hasil yang
menguntungkan atau kurang menguntungkan terhadap kinerja Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung dalam rangka
mengatasi hambatan-hambatan berupa keterbatasan modal, sarana dan prasarana,
sumber daya manusia serta pemasaran produk oleh kelompok usaha kecil, yang
dilakukan dalam rangka pembinaan usaha kecil.

Selain itu sesuai dengan Rencana Strategis Kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung Tahun 20112015 maka diketahui bahwa kebijakan pembinaan usaha kecil disesuaikan dengan
tujuan untuk mengembangkan Kota Bandar Lampung sebagai pusat jasa dan
perdagangan, berbasis pada ekonomi kerakyatan. Pelaksanaan misi ini didasarkan
oleh posisi strategis Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi, sekaligus
sebagai jalur perlintasan dan pusat jasa, industri, dan perdagangan. Misi ini
ditujukan untuk membangun dan mengoptimalkan potensi ekonomi daerah dalam
rangka memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi.

Faktanya menunjukkan bahwa pelaku usaha kecil dihadapkan pada berbagai
keterbatasan modal, peralatan usaha dan manajemen untuk mengembangkan
usaha mereka baik dalam bidang produksi maupun pemasaran. Pelaku usaha kecil
3

Rencana Strategis Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung Tahun
2011-2015.

6

pada dasarnya mengharapkan bantuan dari pemerintah pada usaha yang
dijalaninya, sehingga dapat berkembang dan menjadi sumber pendapatan bagi
keluarganya serta bagi orang lain yang akan dipekerjakan pada usaha kecil
miliknya.

Jumlah pelaku usaha kecil yang terdata tahun 2011 pada Dinas adalah 242 pelaku
usaha kecil, dari jumlah tersebut ditargetkan sebesar 80% memperoleh bantuan
modal dan peralatan kerja, tetapi sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah usaha
kecil yang memperoleh bantuan modal dan peralatan kerja baru mencapai 151
pelaku usaha kecil atau baru mencapai 62.39%.4

Pelaku usaha Kecil di Kota Bandar Lampung di antaranya adalah di Kelurahan
Segala Mider Tanjung Karang Barat Bandar Lampung yang menjalani bidang
pengolahan dan penjualan keripik pisang yang dihadapkan pada kendala
keterbatasan modal dan peralatan usaha, sampai saat ini usahanya belum
mengalami perkembangan secara signifikan. Pelaku usaha kecil mengharapkan
adanya bantuan baik modal usaha maupun peralatan kerja untuk dapat
mengembangkan usahanya.5

Berdasarkan

uraian

di

atas,

penulis

akan

melakukan

penelitian

dan

menuangkannya ke dalam Skripsi berjudul: Kinerja Dinas Koperasi, Usaha
Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dalam Pembinaan dan
Pengelolaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bandar
Lampung.
4

Rencana Strategis Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung Tahun
2011-2015.
5
Observasi pada Pelaku Usaha Kecil di Kelurahan Segala Mider Tanjung Karang Barat Bandar
Lampung. Rabu 12 Agustus 2014.

7

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian
dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung?
2. Apakah faktor penghambat kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung
2. Untuk mengetahui faktor penghambat kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis
sebagai berikut:

8

1. Kegunaan teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam
pengembangan kajian Hukum Administrasi Negara, khususnya yang berkaitan
dengan kinerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan
Perdagangan dalam pembinaan dan pengelolaan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung
2. Kegunaan praktis
Secara praktis hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung dalam pembinaan dan
pengelolaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di masa-masa yang
akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi secara umum merupakan hal-hal yang harus bahkan
wajib dikerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai dalam suatu
instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk
menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan, visi dan misi
suatu organisasi. Setiap pegawai seharusnya melaksanakan kegiatan yang lebih
rinci yang dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap bagian atau unit. Rincian
tugas-tugas tersebut digolongkan kedalam satuan praktis dan konkrit sesuai
dengan kemampuan dan tuntutan masyarakat. Tugas pokok dan fungsi merupakan
suatu kesatuan yang saling terkait antara tugas pokok dan fungsi. Suatu organisasi
menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam melaksanakan tugas pokok.

Tugas pokok adalah suatu kewajiban yang harus dikerjakan, pekerjaan yang
merupakan tanggung jawab, perintah untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi
mencapai suatu tujuan. Tugas pokok sebagai satau kesatuan pekerjaan atau
kegiatan yang paling utama dan rutin dilakukan oleh para pegawai dalam sebuah
organisasi yang memberikan gambaran tentang ruang lingkup atau kompleksitas
jabatan atau organisasi demi mencapai tujuan tertentu.1

1

Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004. hlm. 38.

10

Fungsi berasal dari kata dalam Bahasa Inggris function, yang berarti sesuatu yang
mengandung kegunaan atau manfaat. Fungsi suatu lembaga atau institusi formal
adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang
dalam kedudukannya di dalam organisasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing. Fungsi lembaga atau institusi disusun sebagai
pedoman atau haluan bagi organisasi tersebut dalam melaksanakan kegiatan dan
mencapai tujuan organisasi. Fungsi berkaitan erat dengan wewenang, yaitu
kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis
wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta melakukan hubungan-hubungan hukum.2

Secara organisasional kewenangan adalah kemampuan yuridis yang didasarkan
pada hukum publik. Terdapat kewenangan diikatkan pula hak dan kewajiban,
yaitu agar kewenangan tidak semata-mata diartikan sebagai hak berdasarkan
hukum publik, tetapi juga kewajiban sebagai hukum publik. Kewenangan tidak
hanya diartikan sebagai kekuasaan, oleh karena itu, dalam menjalankan hak
berdasarkan hukum publik selalu terikat kewajiban berdasarkan hukum publik
tidak tertulis atau asas umum pemerintahan yang baik. Keweangan dalam hal ini
dibedakan menjadi:
a. Pemberian kewenangan: pemberian hak kepada, dan pembebanan kewajiban
terhadap badan (atribusi/mandat);
b. Pelaksanaan kewenangan: menjalankan hak dan kewajiban publik yang berarti
mempersiapkan dan mengambil keputusan;

2

Prajudi Admosudirjo. Teori Kewenangan. PT. Rineka Cipta Jakarta. 2001. hlm. 4.

11

c. Akibat Hukum dari pelaksanaan kewenangan: seluruh hak dan/atau kewajiban
yang terletak rakyat/burger, kelompok rakyat dan badan.3

Kewenangan adalah fungsi untuk menjalankan kegiatan dalam organisasi, sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber
daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.4

Tugas pokok Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar
Lampung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun
2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung
adalah menyelenggarakan sebagaimana urusan Pemerintahan Kota Bandar
Lampung di bidang perindustrian dan perdagangan berdasarkan asas otonomi
yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian
dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis, pengaturan dan penetapan standar/pedoman
bidang perindustrian dan perdagangan
2) Pengembangan

iklim

serta

kondisi

mendorong

pertumbuhan

pemasyarakatan koperasi dalam wilayah kota

3
4

Ibid. hlm. 7.
Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004. hlm. 51.

dan

12

3) Pembinaan dan pengembangan usaha kecil
4) Fasilitas askes penjaminan dalam penyediaan bagi UKM
5) Pemberian fasilitas usaha industri dalam rangka pengembangan UKM
6) Pemberian perlindungan kepastian berusaha terhadap usaha industri lintas
kabupaten/kota
7) Pemberian bantuan teknis dalam pencegahan pencemaran lingkungan oleh
industri lintas kabupaten/kota
8) Penyedian bahan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan pengembangan ekspor
9) Pembinaan, koordinasi dan penggawasan perdagangan
10) Pembinaan, sosialisasi, informasi dan publikasi dan penyelenggaraan
perlindungan konsumen
11) Pembinaan dan pengendalian kemetrologian skala kota
12) Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan UKM, perindustrian dan
perdagangan
13) Pelaksanaan pengawasaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
bidang perindustrian dan perdagangan
14) Pelayanan administratif.

2.2 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian usaha mikro menurut Pasal 1 Angka (1) UU Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.

13

Kriteria usaha mikro menurut Pasal 6 ayat (1) UU Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
Selanjutnya Pasal 1 Angka (2) menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Kriteria usaha kecil menurut Pasal 6 ayat (2) UU Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Sementara usaha menengah menurut Pasal 1 Angka (3) UU Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

14

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Kriteria usaha menengah menurut Pasal 6 ayat (3) UU Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan suatu usaha yang mempekerjakan
tenaga pelaksana dengan jumlah yang minimal dan dijalankan pemiliknya yang
juga mengawasi sendiri sendiri semua fungsi pelaksana dengan jalan
mendelegasikan pekerjaan kepada pegawai-pegawainya dari hari ke hari. Selain
itu, usaha kecil didefinisikan sebagai suatu usaha dalam mana pemiliknya
langsung

mengendalikan

tenaga-tenaga

pelaksana

dan

tetap

memegang

pengendalian yang ketat atas seluruh kegiatan. Kegiatan usahanya dilakukan
secara independen dan pada komunitas tertentu, dengan jenis usahanya berbentuk
perdagangan/distribusi, produksi/industri kecil, dan jasa komersial. 5

5

Ahmad Fauzi, Membangun Usaha Kecil dan Menengah, Bina Cipta, Jakarta, 2001, hlm.78.

15

Jaringan bisnis kecil yang dikonstruksi seputar jaringan sosial berkembang
melalui asosiasi yang dibentuk oleh keluarga, sahabat dan kenalan. Dalam konteks
bisnis kecil, asosiasi ini bisa dibentuk oleh pemilik dan karyawan perusahaan,
meskipun satu karakter bisnis keluarga dapat menjadi staf yang relatif berstatus
rendah dan berpengaruh.6

Usaha kecil, mikro dan menengah memiliki beberapa potensi dan keunggulan
komparatif sebagai berikut:
a. Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam
bidang usaha, karena kebanyakan usaha kecil muncul untuk memenuhi
permintaan (aggregate demand) yang terjadi di daerah regionalnya. Bisa
terjadi bahwa orientasi produksi usaha kecil tidak terbatas pada orientasi
produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen. Diperlukan suatu
keputusan manajerial yang menuntut kejelian yang tinggi. Penyebaran usaha
kecil berarti mengurangi urbanisasi dan kesenjangan desa-kota.
b. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat
yang rendah dan sebagian besar modal terserap pada kebutuhan modal kerja.
Karena yang dipertaruhkan kecil, maka usaha kecil memiliki kebebasan yang
tinggi untuk masuk atau keluar dari pasar. Kegiatan produksinya dapat
dihentikan sewaktu-waktu jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang
menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap adalah
mudah mengnyesuaikan dengan produknya, sehingga sebagai akibatnya akan
memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian
internasional.
6

Martin Perry. Mengembangkan Usaha Kecil. Murai Kencana. Jakarta. 2000, hlm.14.

16

c. Sebagian besar usaha kecil merupakan usaha padat karya (labor intensive)
yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana, sehingga distribusi
pendapatan bisa lebih tercapai. Selain itu keunggulan usaha kecil terdapat
pada hubungan yang erat antara pemilik dengan karyawan menyebabkan
sulitnya terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja). Keadaan ini menunjukkan
betapa usaha kecil memiliki fungsi sosial ekonomi.7

Beberapa kelemahan dari usaha kecil, mikro dan menengah adalah:
a. Adanya beberapa risiko di luar kendali wirausaha, seperti perubahan mode,
peraturan pemerintah, persaingan, masalah tenaga kerja, serta masalah modal
dapat menghambat bisnis. Beberapa bidang usaha kecil cenderung
menghasilkan pendapatan yang tidak teratur sehingga pemilik tidak mendapat
profit.
b. Mengelola bisnis sendiri juga berarti menyita waktu yang cukup banyak
sehingga tidak ada waktu yang cukup bagi keluarga dan waktu untuk
berekreasi. 8
Berdasarkan pendapat di atas maka diketahui bahwa yang dimaksud dengan usaha
kecil dan menengah adalah suatu badan usaha, baik yang yang berbadan hukum
maupun tidak, menjalankan usahanya dengan menggunakan modal yang relatif
kecil dan bidang usahanya tidak terlalu besar serta dikelola oleh sedikit orang
dengan manajemen yang sederhana. Jenis-jenis usaha kecil dan menengah adalah
usaha makanan ringan produksi rumah tangga, usaha konveksi skala kecil, usaha

7

Lie Liana. Usaha Kecil Sebagai Sarana Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional.
Yayasan Obor. Jakarta. 2008. hlm.12.
8
Ibid. hlm.13.

17

peternakan unggas, usaha perikanan, usaha meubel, bengkel dan dan kerajinan
rumah tangga.

2.3 Pembinaan dan Pengelolaan Usaha Kecil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berasal dari kata bina, yang
artinya membangun, mendirikan, memperbaiki, atau memperbaharui. Sedangkan
pembinaan didefinisikan sebagai hal atau cara dari hasil membina.9
Pembinaan adalah upaya pendidikan, baik formal maupun non formal, yang
dilaksanakan secara sadar, berencana, dan terarah, tertur, dan bertanggung jawab
dalam

rangka

memperkenalkan,

menumbuhkan,

membimbing,

dan

mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh, dan selaras
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan, keinginan,
serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya, atas prakarsa
sendiri menambah, meningkatkan, dan mengembangkan dirinya, sesamanya,
maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan
manusia yang optimal dan kepribadian yang mandiri. 10
Pembinaan terhadap kelompok usaha kecil ini merupakan perwujudan dari
kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, pembinaan sumberdaya
manusia dan memperbaiki tingkat kesejahteraannya. Hal ini dimaksudkan untuk
lebih memeratakan akses seluruh masyarakat terhadap proses pembangunan dan
hasil-hasilnya. Selain itu perlu adanya perhatian khusus terhadap kelompok
masyarakat yang memiliki usaha kecil. Penanganan kemiskinan pada prinsipnya
9

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1998. hlm. 34.
Soewarno Handayaningrat. Administrasi dan Pembangunan Nasional, Gunung Agung, Jakarta.
2001. hlm. 76.
10

18

merupakan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi
sumberdaya alam yang tidak menguntungkan dan rendahnya akses kelompok
masyarakat miskin terhadap peluang-peluang yang tersedia, termasuk dalam hal
menjalankan usaha.11

Sasaran pengentasan yang perlu diutamakan adalah peningkatan kualitas dan
kemampuan sumberdaya manusia dan mengembangkan tingkat partisipasi
kelompok masyarakat miskin dengan jalan membuka peluang-peluang usaha
produktif yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin. Hal ini bermakna
bahwa dengan mengacu kepada dua sasaran tersebut maka bantuan kebijakan
pembangunan harus diberikan dalam bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan
penghasilan, kemampuan berusaha, upaya meringankan beban hidup masyarakat,
pemenuhan prasarana dasar sosial, pemberian modal kerja melalui kelompok
swadaya masyarakat untuk dapat digulirkan lebih lanjut dan pembangunan
/rehabilitasi sarana dan prasarana fisik yang menunjang kegiatan produktif
masyarakat dan pemasaran hasil produksi pelaku usaha kecil di kota.12

Pemerintah

daerah

memberdayakan

diri

memberikan
untuk

dukungan

pengembangan

kepada
kegiatan

masyarakat
usaha

kecil

untuk
serta

meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi pelaku usaha kecil menjadi jejaring
atau mitra keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Kebijakan di atas
merupakan serangkaian kegiatan untuk menumbuh kembangkan kemampuan
berusaha pada individu dan kelompok dalam upaya penanggulangan masalah
kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Usaha kecil yang dilaksanakan
11

12

Ibid. hlm. 77.
Lie Liana. Op cit. hlm.13.

19

masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih mandiri dan
tidak tergantung kepada orang lain. Selain itu bertujuan untuk menjadikan
masyarakat sebagai subjek dan objek dalam pembangunan.

Kelompok usaha kecil berperan dalam upaya mewujudkan pembangunan daerah
yang tangguh tantangan yang dihadapi semakin berat. Sistem ekonomi yang
sangat terbuka menyebabkan persaingan bukan saja datang dari sektor domestik
tapi datang juga dari sektor luar negeri. Oleh karena itu berbagai komponen perlu
bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satu strategi ke arah
itu adalah pengembangan kemitraan. Tentu kondisi ini baru terwujud jika diantara
pelaku usaha tercipta rasa saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.

Keterbatasan pelaku usaha kecil dalam mengakses sumber modal menunjukkan
bahwa mereka mengalami beragam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun
tekanan sosial. Tekanan ekonomi berhubungan langsung dalam pengadaan sarana
produksi usaha dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu
tekanan sosial lebih bersifat kepada penilaian sebagian besar masyarakat di luar
pelaku usaha kecil yang menilai bahwa pelaku usaha kecil itu terbelakang dan
tertinggal karena tidak mempunyai keinginan untuk maju. Ini yang menyebabkan
sebagian besar pelaku usaha kecil mengalami kemunduran usaha.13

Kebijakan pemerintah ini diharapkan dapat membantu mengurangi tingkat
kemiskinan dan mendukung terciptanya lapangan pekerjaan serta membantu
penguatan modal dalam kegiatan usaha di berbagai bidang sehingga pada
13

Martin Perry. Op cit. hlm.21.

20

akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah berusaha
melaksanakan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan lapangan kerja bagi
masyarakat, untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan
kemampuan masyarakat sebagai pelaku usaha, memberdayakan masyarakat dalam
mengembangkan usaha mereka.14

Setiap individu menjadi otonom sehingga mereka bisa mengaktualisasikan segala
potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara optimal. Individu-individu yang
otonom ini selanjutnya akan membentuk komunitas yang otonom, dan akhirnya
bangsa yang mandiri serta unggul. Pada dasarnya individu-individu yang otonom
menjadi modal dasar bagi perwujudan otonomi daerah yang hakiki. Dengan dasar
ini, maka penguatan otonomi daerah harus membuka kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya bagi setiap pelaku, bagi setiap individu untuk mengembangkan
segala potensi yang dimilikinya dalam mencapai kesejahteraan yang diharapkan.

Pembinaan berarti mempersiapkan pelaku usaha kecil untuk memperkuat diri dan
kelompok mereka dalam berbagai hal, khusunya di ekonomi. Sehubungan di atas
maka pemerintah dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
masyarakat dan menyediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan mereka
sampai benar-benar mandiri. Dari sisi pemerintah, inisiatif lokal dibutuhkan
apabila pemerintah belum mampu memberikan pelayanan yang memadai,
sementara kemampuan perencanaan pusat juga dalam kondisi lemah. Dari sisi
masyarakat lokal, di antaranya adalah karena masih banyaknya sumberdaya yang

14

Ibid. hlm.22.

21

belum termanfaatkan, yang dipandang akan lebih efektif apabila menggunakan
kebijakan lokal.

Penjelasan tersebut mengandung makna bahwa kebijakan pembangunan tidak
dapat dilepaskan dari konsep kemandirian lokal mengisyaratkan, bahwa semua
tahapan dalam proses pemberdayaan harus dilakukan secara terdesentralisasi.
Upaya pemberdayaan dengan prinsip sentralisasi, deterministik, dan homogen
dalam hal ini harus dihindari. Karena itu upaya pemberdayaan yang berbasis pada
pendekatan desentralisasi akan menumbuhkan kondisi otonom, dimana setiap
komponen akan tetap eksis dengan berbagai keragaman yang dikandungnya.
Upaya pemberdayaan yang berciri sentralisitik tidak akan mampu memahami
karakteristik spesifik tatanan yang ada, dan cenderung akan mengabaikan
karakteristik tatanan. Sebaliknya upaya pemberdayaan yang dilakukan secara
terdesentralisasi akan mampu mengakomodasikan berbagai keragaman tatanan.
Usaha kecil memiliki kontribusi yang besar bagi masyarakat, baik dari segi
ekonomi maupun sosial. Usaha kecil dalam konteks penelitian ini dapat
meredakan gejolak sosial dan ekonomi, karena jenis usaha ini relatif mudah
dilakukan oleh pelaku usaha kecil. Usaha kecil menjadi alternatif pilihan sehingga
dapat mengurangi angka pengangguran. Usaha kecil bagi masyarakat juga
menjadi salah satu penopang kebutuhan ekonomi rumah tangga, sebab usaha kecil
yang relatif mudah dimasuki dapat menjadi alternatif usaha sehingga kebutuhan
rumah tangga tetap dapat terpenuhi. Usaha kecil menjadi harapan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari karena hasil pertanian sulit diharapkan. 15

15

Lie Liana. Op cit. hlm.15.

22

2.4 Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Dasar hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Menurut
pertimbangan undang-undang ini dinyatakan bahwa pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil,

dan

Menengah

sebagaimana

dimaksud

dalam

huruf

b,

perlu

diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui
pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan,
perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu
meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan
pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan;

Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Pasal 4 UU
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:
c. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
d. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
e. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
f. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
g. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Pasal 5 UU
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

23

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,
dan berkeadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
dan pendekatan yuridis empiris.
1. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan
(library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teoriteori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian.
2. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan
pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada berdasarkan
hasil wawancara di lokasi penelitian1

3.2 Sumber dan Jenis Data

Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan.
Data lapangan adalah yang diperoleh dari lokasi penelitian, sementara itu data
kepustakaan adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Jenis
data meliputi data primer dan data sekunder2 Data yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut:

1
2

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1983, hlm.7.
Ibid. hlm.36

25

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara (interview) dengan
narasumber yang mengetahui masalah yang akan diteliti. Narasumber penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah (Guntari, S.Sos.)
b. Kepala Seksi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Meidian, SH)
c. Kepala Subbagian Monitoring dan Evaluasi (Ir. Yeni Wati)

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library
research), dengan cara membaca, menelaah dan mengutip terhadap berbagai teori,
asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bahan Hukum Primer, terdiri dari:
(a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
(c) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(d) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah

26

(e) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung
(f) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Izin
Usaha Industri
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder dalam pe