Kewenangan Kurator Ventris Untuk Mewakili Kepentingan Anak Dalam Kandungan Janda Dari Pernikahan Siri Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46 PUUVIII 2010

ABSTRAK

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang
bahagia dan kekal) berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. perkawinan dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu perkawinan yang sah yang dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan perkawinan siri yaitu perkawinan yang sah
menurut agama Islam tetapi tidak terjadi dicatat perkawinan tersebut secara negara.
Akibat hukum dari perkawinan siri adalah bahwa Negara tidak memiliki bukti
autentik terhadap perkawinan tersebut sehingga memandang perkawinan itu tidak
pernah ada.
Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif, yang
bersifat deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan
dengan mengkaji ketentuan Perundang-undangan yang berlaku dibidang hukum
perkawinan khususnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, KUHPerdata dan hukum
Islam mengenai masalah perkawinan sah dan perkawinan siri dan juga kewenangan
kurator ventris untuk mewakili kepentingan anak dalam kandungan janda dari
perkawinan siri pasca putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010.
Penelitian ini menguraikan atau memaparkan sekaligus menganalisis permasalahan
mengenai perkawinan siri, status anak dalam kandungan janda dari pernikahan siri
dan kewenangan kurator ventris untuk mewakili kepentingan anak tersebut.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pasca putusan MahkamahKonstitusi No.
46/PUU-VIII/2010, kurator ventris dalam hal ini adalah BHP memiliki kewenangan
untuk menjadi pengampu maupun wali pengawas bagi anak yang berada dalam
kandungan janda dari pernikahan siri, karena status anak yang masih berada dalam
kandungan hasil dari pernikahan siri tersebut dipandang sama kedudukan hukumnya
dengan anak yang berada dalam kandungan ibu dari perkawinan yang sah.
Pertimbangan hukum putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010 dalam
hal memberikan kedudukan yang sama terhadap anak dari hasil perkawinan yang sah
maupun dari perkawinan siri adalah untuk memberikan perlindungan hukum bagi
anak tersebut dalam melindungi kepentingan dan hak-haknya sebagai anak yang
masih dalam kandungan agar tidak dirugikan oleh pihak lain yang tidak
bertanggungjawab. Pada prinsipnya anak tidak boleh ikut dibebankan kesalahan atas
kelalaian dari orangtuanya untuk mencatatkan perkawinannya di kantor catatan
perkawinan. Oleh karena itu BHP diberi kewenangan untuk menjadi pengampu
maupun menjadi wali pengawas terhadap anak yang masih berada dalam kandungan
janda dari perkawinan siri sama dengan kewenangan BHP terhadap anak dalam
kandungan ibu dari perkawinan yang sah berdasarkan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku di bidang perkawinan.
Kata Kunci : Kurator ventris , Anak, Pernikahan siri


i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
A marriage is a physical and mental commitment between a man and a
woman as a husband and a wife in order to establish a happy and eternal family,
based on God Almighty. A marriage can be divided into two; namely, a legal
marriage according legal provisions and regulations and perkawinan siri (a
marriage performed before the religious authorities but not registered) The legal
consequence of perkawinan siri is the state does not have evidence of the marriage
and it is considered non-existent.
The type of research was a judicial normative and analytical descriptive
research by analyzing the prevailing regulations on marriage law, especially in Law
No.1/1974, the Civil Code, and the Islamic Law on legal marriage and perkawinan
siri and curator’s authority to represent thechild in the widow’s pregnancy of
perkawinan siri (a marriage after the Ruling of Constitutional Court No. 46/PUUVIII/2010). The research explained or described and analyzed perkawinan siri , the
child’s status in the widow’s pregnancy of perkawinan siri and curator’s authority to
represent the child’s interest.
The result of the research showed that after the Ruling of Constitutional Court

No. 46/PUU-VIII/2010, ventris curator, in this case BHP, has the authority to be the
supporter or guardian of the child in the widow’s pregnancy of perkawinan siri
because the child’s status in the widow’s pregnancy of perkawinan siri is considered
equal in the legal position to the child in his mother’s pregnancy of legal
marriage.Thelegal consideration of the Ruling of Constitutional Court No. 46/PUUVIII/2010 in giving the equal position to the child of the legal marriage and
perkawinan siri is to give legal protection to the child in order to protect the child’s
interest and rights as the child who is still in his mother’s pregnancy will not be taken
advantage of by other irresponsible parties. In principle, the child cannot be burden
with the mistakes due to the child’s parents’ carelessness to record the marriage at
the Marriage Registry Office. Consequently, BHPis given the rights to be the
supporter and guardian to the child who is still in the widow’s pregnancy of
perkawinan siri equally to the authority of BHP to the child in his mother’s
pregnancy of legal marriage, based on legal provision and regulations on marriage.
Keywords: ventris Curator, Child, perkawinan siri

ii

Universitas Sumatera Utara