Studi Fluoresensi Klorofil dan Hubungannya Dengan Kandungan Hara Nitrogen dan Magnesium Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
menjadi primadona saat ini dan mengalami perkembangan yang tergolong cukup
pesat. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, luas areal lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011
mencapai 8.908.000 hektar sedangkan di tahun 2012 angka sementara
menunjukkan luasannya bertambah mencapai 9.271.000 hektar, melebihi target
Kementerian Pertanian yang hanya 8.557.000 hektar (Dunia industri, 2012).
Perkembangan tersebut menuntut perlunya perbaikan dalam setiap aspek kultur
teknis dan tindakan agronomis yang dilakukan untuk lebih mengoptimalkan
pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Deteksi gejala defisiensi dan status hara pada tanaman kelapa sawit selama ini
dilakukan menggunakan metode analisis kimia jaringan daun. Penggunaan
analisis kimiawi material tanaman untuk keperluan diagnosis berdasarkan pada
asumsi bahwa adanya hubungan yang terjadi antara laju pertumbuhan tanaman
dan kandungan berat kering atau berat basah atau dengan kata lain konsentrasi
hara di dalam jaringan tanaman. Kandungan hara di daun lebih baik dalam
merefleksikan status hara tanaman dibandingkan organ tanaman yang lain
(Marschner, 1995). Akan tetapi menurut Lelong et al. (2007), analisis jaringan

daun memerlukan biaya yang mahal dan memakan waktu yang lama sehingga
menjadi masalah bagi perkebunan kelapa sawit dalam deteksi gejala defisiensi
terkait manajemen hara, penentuan status hara dan dosis pupuk. Penentuan gejala
1

2

defisiensi menjadi terkendala karena untuk melakukan deteksi secara langsung
terhadap gejala defisiensi di lapangan harus menunggu hasil analisis jaringan
tersebut terlebih dahulu.
Pengukuran fluoresensi klorofil merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur performa fotosintesis tanaman. Fluoresensi klorofil dapat memberikan
pengetahuan terkait kemampuan toleransi tanaman terhadap cekaman baik biotik
maupun abiotik (Maxwell dan Jhonson, 2000). Defisiensi hara merupakan kondisi
cekaman atau stress akibat terganggunya suplai hara yang diterima tanaman,
sehingga diperkirakan dengan menggunakan metode fluoresensi dapat digunakan
sebagai indikator awal deteksi gejala defisiensi hara. Artikel pada majalah New
Ag International (2009) menyebutkan bahwa teknologi ini memudahkan peneliti
untuk melakukan identifikasi masalah nutrisi di dalam tanaman karena pada
dasarnya stress nutrisi dapat meningkatkan jumlah energi cahaya yang dilepaskan

oleh tanaman yang terlihat dari indikator meningkatnya emisi fluoresensi.
Penelitian terkait hal tersebut pada tanaman kelapa sawit masih sangat jarang,
oleh karena itu kajian fluoresensi klorofil dan kaitannya dengan kondisi
kandungan hara di daun tanaman kelapa sawit diharapkan memberikan informasi
baru

sehingga

dapat

dimanfaatkan

lebih

lanjut

terutama

dalam


hal

pendugaan/diagnosis kondisi unsur hara pada tanaman kelapa sawit.

1.2. Rumusan Masalah
Deteksi defisiensi hara merupakan masalah yang dihadapi oleh perkebunan
kelapa sawit dalam hal manajemen hara, penentuan status hara dan dosis pupuk.
Selama ini untuk memastikan status hara tanaman kelapa sawit khususnya hara

3

nitrogen dan magnesium dilakukan melalui analisis kimia jaringan daun tanaman.
Analisis jaringan daun memerlukan biaya yang mahal dan memakan waktu
(Lelong et al., 2007), sehingga untuk melakukan deteksi secara langsung terhadap
gejala defisiensi di lapangan harus menunggu hasil analisisnya terlebih dahulu. Di
sisi lain, metode diagnosis secara visual sangat terbatas dan hanya dapat
dipastikan pada gejala yang sangat jelas atau parah.
Pada beberapa penelitian, parameter fluoresensi klorofil dimanfaatkan untuk
melihat kondisi fisiologis tanaman yang mengalami cekaman/stress baik abiotik
dan biotik. Defisiensi hara pada dasarnya juga merupakan kondisi cekaman/stress

abiotik yang dialami oleh tanaman karena kurangnya suplai hara yang diterima
baik dari tanah maupun pupuk yang diberikan. Informasi terkait hal ini dan
pemanfaatan metode fluorimetri pada tanaman kelapa sawit masih sangat terbatas.
Di sisi lain, pola hubungan antara fluoresensi klorofil dengan kandungan hara
nitrogen dan magnesium pada tanaman kelapa sawit, terutama pola fluoresensi
klorofil pada tanaman dengan status hara yang optimal dan tanaman yang
mengalami defisiensi hara juga masih sangat terbatas.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk menentukan hubungan antara fluoresensi klorofil, kandungan klorofil,
hara nitrogen dan magnesium pada tanaman kelapa sawit di pembibitan dan
tanaman kelapa sawit umur 4 dan 8 tahun.

4

2. Untuk mengevaluasi pengaruh hara nitrogen dan magnesium terhadap
pertumbuhan tanaman dan kandungan klorofil pada tanaman kelapa sawit di
pembibitan.
3. Untuk mengevaluasi pola fluoresensi pada berbagai status hara nitrogen dan

magnesium di pembibitan dan tanaman kelapa sawit umur 4 dan 8 tahun.

1.4. Hipotesis Penelitian
1. Perbedaan

dosis

nitrogen

dan

magnesium

menyebabkan

perbedaan

pertumbuhan, kandungan klorofil dan nilai fluoresensi klorofil pada tanaman
kelapa sawit di pembibitan.
2. Terdapat interaksi yang nyata antara dosis hara nitrogen dan magnesium

terhadap pertumbuhan, kandungan klorofil dan nilai fluoresensi klorofil pada
tanaman di pembibitan.
3. Terdapat korelasi positif yang nyata antara fluoresensi klorofil dengan
kandungan hara nitrogen dan magnesium pada tanaman kelapa sawit di
pembibitan dan pada tanaman umur 4 dan 8 tahun.
4. Pola fluoresensi klorofil akan berbeda pada tanaman kelapa sawit dengan
status hara nitrogen dan magnesium yang berbeda.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengevaluasi hubungan antara
fluoresensi klorofil terhadap kandungan hara nitrogen dan magnesium yakni :

5

1. Tersedianya informasi terkait pola hubungan fluoresensi klorofil terhadap
kandungan hara nitrogen dan magnesium khususnya pada tanaman kelapa
sawit.
2. Memberikan kontribusi munculnya alternatif metode pendugaan kandungan
hara pada tanaman kelapa sawit.