Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan

(1)

Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.

Gambar ini merupakan Taman yang saya temui di Rumah Sakit Pirngadi. Dari gambar tersebut tidak ditemukan satu pun permainan untuk anak-anak yang berkunjung kerumah sakit. Didalam taman hanya ada beberapa jenis bunga saja. Padahal taman ini dapat di manfaatkan semaksimal mungkin oleh pihak rumah sakit. Berbagai fasilitas anak dapat diisi didalam taman agar anak-anak yang berkunjung dirumah sakit dapat bermain dengan leluasa. Akan tetapi melihat keadaan aslinya tidak memungkinkan aktifitas anak berkembang sesuai kategori usia ditaman ini.


(2)

Gambar 2.4 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.

Gambar ini juga merupakan Taman yang saya temui di Rumah Sakit Pirngadi. Dari 5 Taman yang saya temukan didaerah rumah sakit tersebut, beberapa taman di beri batas pagar. Agar anak-anak tidak dapat masuk ke area taman. Taman ini hanya bersifat estetis, elemen pendukung fisik seperti pohon tidak meneduhkan, sehingga aktifitas jarang dilakukan. Karena taman ini hanya untuk keindahan saja.


(3)

Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

Gambar diatas merupakan keadaan yang ada didalam rumah sakit Pirngadi. Terlihat banyak anak-anak yang bermain didalam rumah sakit tersebut. Beberapa anak memang ada yang datang untuk berobat dan beberapa anak dibawah ibunya.


(4)

Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

Gambar ini adalah Ruang Rawat inap untuk Anak. Terlihat orang tua dari salah satu anak yang dirawat inap duduk dilantai karena tidak ada disediakan ruang khusus bagi orang tuaataupun keluarga yang anaknya dirawat inap.


(5)

Gambar 2.6 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

Dalam gambar ini terlihat orang tua dari salah satu anak yang dirawat inap tidur dilantai karena tidak ada disediakan ruang khusus bagi orang tua ataupun keluarga yang anaknya dirawat inap.


(6)

Tabel 3.6 Pejabat Kota Medan73

No Jabatan Jenis Kelamin

1 Walikota Kota Medan Laki-Laki

2 Sekretaris Daerah Kota Medan Laki-Laki 3 Sekretaris DPRD Kota Medan Laki-Laki 4 Kepala BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan Laki-Laki 5 Kepala Bappeda Kota Medan Perempuan 6 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota

Medan

Laki-Laki

7 Inspektorat Daerah Kota Medan Laki-Laki 8 Kepala Kesbangpol Kota Medan Laki-Laki 9 Direktur RSUD Pirngadi Kota Medan Laki-Laki 10 Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan

Laki-Laki

11 Kepala Dinas PU Bina Marga Kota Medan Laki-Laki 12 Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Perempuan 13 Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Laki-Laki 14 Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Laki-Laki

februari 2017, pukul 10.51 Wib)


(7)

15 Kepala Dinas Perindustrian Kota Medan Laki-Laki 16 Kepala Dinas Perdagangan Kota Medan Laki-Laki 17 Kepala Dinas Sosial Kota Medan Laki-Laki 18 Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan Laki-Laki

19 Kepala BPBD Kota Medan Laki-Laki

20 Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

Laki-Laki

21 Kepala Dinas Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Kota Medan

Laki-Laki

22 Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Penataan Ruang Kota Medan

Laki-Laki

23 Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

Laki-Laki

24 Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Laki-Laki 25 Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Kota Medan

Perempuan

26 Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Medan Perempuan 27 Kepala Badan Pengelola dan Aset Daerah Kota

Medan

Laki-Laki

28 Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Laki-Laki 29 Kepala Satpol PP Kota Medan Laki-Laki


(8)

30 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan Laki-Laki 31 Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Medan

Laki-Laki

32 Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Perempuan

33 Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

Laki-Laki

34 Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Medan Perempuan 35 Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Medan Perempuan 36 Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Kota Medan

Perempuan

37 Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan

Perempuan

38 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan

Laki-Laki

39 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Kemasyarakatan dan SDM

Laki-Laki

40 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik

Laki-Laki

41 Asisten Pemerintahan dan Sosial pada Sekda Kota Medan

Laki-Laki


(9)

Kota Medan

43 Asisten Administrasi Umum Pada Sekda Kota Medan.

Laki-Laki

Tabel 3.7 Partisipasi Perempuan di Partai Politik

Partai Politik Laki-laki Perempuan Jumlah

PKS 5 Orang - 5 Orang

PAN 4 Orang - 4 Orang

DEMOKRAT 5 Orang - 5 Orang

PDI-P 8 Orang 1 Orang 9 Orang

GOLKAR 6 Orang 1 Orang 7 Orang

HANURA 3 Orang 1 Orang 4 Orang

Patriot Persatuan Pembangunan

4 Orang 1 Orang 5 Orang

GERINDRA 5 Orang 1 Orang 6 Orang

NASDEM 2 Orang - 2 Orang

PKPI 2 Orang - 2 Orang

PBB 1 Orang - 1 Orang

Jumlah 45 Orang 5 Orang 50 Orang Sumber (DPRD Kota Medan diolah dalam buku Badan Pusat Statistik Kota Medan).


(10)

LAMPIRAN 1

TRANSKIP WAWANCARA

PENELITIAN ANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN

Nama : Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM :

Pekerjaan : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Pertanyaan :

1. Bagaimana tanggapan ibu terkait kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 ?

Jawaban :

Lahirnya kebijakan ini pada hakekatnya, ketika Pemerintah melihat masih tertinggalnya Perempuan didalam segala bidang kehidupan bermasyarakat. Khususnya masih sedikitnya Perempuan yang terjun keruang publik dan masih didominasi oleh ibu-ibu yang memilih untuk berada di lini domestik (Rumah Tangga). Begitu pula dengan maraknya kasus kekerasan terhadap Perempuan dan


(11)

Anak, dan hal ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum indonesia merdeka dan sampai sekarang pun sesudah indonesia merdeka. Padahal Perempuan dan Anak juga merupkan generasi Bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita ini kelak. Jika kita lihat komitmen dari pembuat kebijakan sebenarnya sudah baik, hanya saja dalam proses implementasinuya masih kurang maksimal yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya minimnya anggaran dari pemerintah dan kurangnya partisipasi dari Perempuan dan Anak. Saya melihat kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Anak diakibatkan Perempuan dan Anak juga belum mengerti akan apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai masyarakat. Khususnya Kota Medan serta apa saja yang menjadi hak-hak yang harus ia dapatkan ketika ia menjadi masyarakat Kota Medan”.

2. Apa yang menjadi kendala selama ini didalam menjalankan Program program Pengaruutamaan Gender dan P2TP2A? Dan apakah ada mitra yang bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB dalam menjalankan Program ataupun kegiatannya ?

Jawaban:

Ketika anggaran nya sudah baik maka otomatis dalam pengimplementasian nya dilapangan juga akan baik. Sama seperti sebuah kendaraan akan dapat berjalan apabila ada bensinnya. Begitupula kebijakan, dukungan finasial juga harus kembali diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Karena kesulitan kami selama ini adalah Anggaran. Banyak Kasus yang harus diselesaikan namun tidak ada


(12)

anggaran untuk menyelesaikan kasus itu, walaupun ada 12 mitra yang bekerja sama dengan P2TP2A. 12 Lembaga ini merupakan lembaga yang peduli Perempuan dan Anak.

3. Bagaimana menurut Ibu Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan? Khususnya pada Tahun 2011-2015? Setelah dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012

Jawaban: Kalau berbicara tentang Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Kalau untuk pendidikan sebenarnya sudah baik. Hal ini dapat ibu katakan karena kalau kita lihat saat ini. Perempuan lebih aktif dan giat untuk bersekolah dan sudah banyak juga perempuan yang mementingkan karier nya kedepan. Salah satu tugas kami juga dari bidang Pemberdayaan Perempuan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan melalui program-program ataupun kegiatan yang kami lakukan. Harapannya hal itu juga mendorong partisipasi perempuan dan anak untuk mengenyam pendidikan. Untuk saat ini sebenarnya bagian Utara Kota Medan belum tersentuh. Hal ini juga kurangnya anggaran yang diturunkan untuk setiap kegiatan yang kami laksanakan.

Kalau untuk Kualitas Hidup Perempuan dan Anak kita lihat dari bidang kesehatannya juga sudah baik. Hal ini juga ibu katakan karena didalam materi


(13)

PUG Kami juga menerangkan apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil. Dan memberikan arahan ketika ibu-ibu sudah melahirkan. Akan tetapi dibidang Partisipasi Perempuan pada ruang publik apalagi pada tataran jabatan yang tinggi masih minim. Misalnya saja di Badan ini, masih banyak Laki-laki yang menduduki jabatan starategis. Hal ini nantinya juga bisa kamu lihat dari data-data dari kami.

Nama : Eli Sinulingga,SE

Pekerjaan : Kasubbid Pengaruutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Pertanyaan:

1. Apa Saja yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender? Jawaban:

Yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender

e) Sosialisasi Pengarusutamaan Gender kepada masyarakat Kota Medan f) Evaluasi Pengarusutamaan Gender

g) Memberikan Keterampilan kepada Perempuan dan Perempuan Lansia h) Mengadakan Kegiatan Senam Pagi


(14)

2. Salah satu yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender adalah Sosialisasi terkait Pengarusutamaan Gender, bagaimana tanggapan Ibu terkait hal tersebut? Dan bagaimana sikap masyarakat Kota Medan terkait Gender?

Jawaban:

Sosialisasi Pengarusutamaan adalah hal yang vital yang harus dilakukan terlebih dahulu, Pengaruutaman Gender adalah Strategi yang dibuat untuk membuat laki-laki dan perempuan dapat berperan aktif di ruang public serta meminimalisir ketimpangan diantara mereka. Karena pada hakekatnya Gender dan Kodrat adalah dua hal yang berbeda. Ketika kita berbicara Gender maka itu berhubungan dengan Konsep yang mengatur peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan Perempuan yang terjadi akibat keadaan sosial dan dapat berubah sesuai dengan keadaan dan sosial budaya yang ada. Dan ketika kita berbicara Kodrat Maka Kita akan berbicara tentang Sesuatu yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa. Misalnya Kodrat Perempuan: Melahirkan, Menyusui, Mensturasi. Jadi salah ketika dimasyarakat berkembang bahwa pekerjaan rumah tangga identik dengan perempuan saja, contohnya menyapu, memasak, mencuci ini juga adalah tugas dari pada kaum laki-laki. Hal inilah yang sebenarnya kita coba sosialisasikan kepada masyarakat agar tercipta keadaan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Dan masih banyak yang mempertentangkan Gender. termasuk juga kaum Perempuan”.


(15)

3. Apa yang menjadi kendala selama ini didalam menjalankan Program program Pengaruutamaan Gender?

Jawaban

Kegiatan memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak berjalan baik, karena minimnya dana yang di keluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Serta Kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Lansia didalam mengikuti pelatihan tersebut. Kegiatan pelatihan ini dibuat berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya kendala yang kami temui ialah partisipasi dari masyarakat yang kurang. Masyarakat masih sedikit yang turut berartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.Dan untuk kesulitan didalam pelaksanaan Senam Pagi, adalah tidak adanya anggaran yang dikeluarkan untuk membayar Pelatih Senam, untung saja Ibu WELLA yang merupakan salah satu perempuan yang tergabung didalamnya mau menjadi donatur untuk memfasilitasi pelatih senam dan juga tempat untuk melaksanakan Senam Pagi setiap bulannya di Sekolah Salonnya di Jln. Bahagia Pasar 3. Akan tetapi untuk tahap awal kegiatan senam Pagi ini sudah dapat dikatakan baik dan berjalan dengan lancar walaupun kami memulainya tadi tidak tepat waktu. Hal itu juga terjadi akibat kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan Senam Pagi”


(16)

Selain itu Kurangnya koordinasi diantara bidang sangat terlihat, karena banyak dari antara bidang yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan yang tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan terfokus pada bidang masing-masing.

Nama : Dra. Yuslinar

Pekerjaan : Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Pertanyaan:

1. Salah satu program dari PUG adalah Sosialisasi Pengarusutamaan Gender . Bagaimana tanggapan ibu terkait hal tersebut?

Jawab :

Selainsosialisasi terkait Pengarusutamaan gender yang berbicara mengenai fungsi atau peran laki-laki dan perempuan juga diberikan materi terkait Pembangunan infrastruktur yang responsif gender. Artinya memperhatikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak. Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Contohnya: Pembangunan tangga-tangga baik di wilayah umum masyarakat ataupun kantor pelayanan masyarakat yang membuat tangga tertutup dan tidak terlalu tinggi supaya ketika ada perempuan yang menggunakan rok tidak menganggu kenyamanan mereka serta apabila tangga tersebut dinaikki perempuan


(17)

lansia dan anak-anak mereka tidak mengalami kesulitan.Begitupula terhadap ruang layak anak yang harus di buat di Kota Medan Contohnya menyediakan tempat bermain anak dirumah sakit.Karena ini juga merupakan hak dari masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang menunjang kualitas Hidup mereka. Contoh lainnya juga kawasan Bebas Rokok. Mengingat zat yang terkandung didalam berbahaya untuk kesehatan Anak. Dan tak hanya itu saja pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki

Sosialisasi Pengarusutamaan Gender sangat penting dilakukan. Selain ini juga sudah menjadi Program yang harus dijalankan. Agar apa yang menjadi tujuan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 dapat tercapai. Materi yang akan di sampaikan juga kepada Dinas-dinas Kota Medan, SKPD dan masyarakat Kota Medan harus sesuai dengan isu-isu Pemberdayaan Perempuan dan Anak agar Kualitas Hidup Perempuan dan Anak meningkat. Pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki. Dan untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka di bentuk Focal Point dimana terdapat kelompok kelompok yang ada di setiap SKPD-SKPD Kota Medan agar memperhatikan nilai-nilai pengaruutamaan gender sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, akan tetapi Focal Point sendiri belum dijalankan dengan maksimal karena masih banyak dari SKPD yang tidak tau mereka tergabung didalam Focal Point yang mana. Sehingga untu Focal Point sendiri tidak berjalan.


(18)

Hal ini juga dipicu kurangnya koordinasi yang kami lakukan kepada setiap grup Focal Point”.

2. Setelah melaksanakan Sosialisasi PUG Maka akan dilaksanakan juga Evaluasi. Berapa kali Evaluasi Pengarusutamaan gender dilaksanakan? Dan untuk membuat laporan tersebut siapa yang akan bertanggung jawab?

Evaluasi pada awalnya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, agar kita cepat menilai apa-apa saja yang menjadi kekurangan didalam menjalankan program Pengarusutamaan Gender. Akan tetapi memasuki Tahun 2017 Evaluasi dilakukan 1 kali saja dalam satu tahun. Laporan Evaluasi Pengarusutamaan Gender dibuat langsung oleh Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender”.

3. Tugas P2TP2A Ialah: melakukan mediasi apabila ada laporan bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan Anak, Bagaimana mekanismenya Buk? Dan untuk biaya siapa yang akan menanggungnya? Kalau misalnya korban membutuhkan bantuan medis ataupun hukum.

Jawaban:

Apabila ada kasus kekerasan maka biaya dikeluarkan secara pribadi oleh ibu Faridawati Nassution dan kadang-kadang ibu Dra. Yuslinar dan kalaudi rata-ratakan ada satu kasus yang harus ditangani oleh P2TP2A setaip harinnya, walaupun tidak semua kasus harus mengeluarkan dana karena terkadang ada kasus yang diselesaikan hari itu saja dengan upaya musyawarah”.


(19)

4. Apa yang menjadi kendala didalam menyelesaikan kasus yang ada buk?

Jawab: Selain anggaran yang minim dari Pemerintah Daerah juga Transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan Bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus mereka atasi maka mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk membawa korban untuk menyelesaikan kasusnya.

Nama : Ibu Faridawati Nasution

Pekerjaan : Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

1. Apa kendala yang sering ibu hadap didalam menyelesaikan Kasus yang menimpa Perempuan dan Anak Kota Medan? Dan untuk menyelesaikan berbagai kasus apakah ada mitra yang bekerja sama ?

Jawaban:

Tidak adanya Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk setiap penyelesaian kasus membuat kasus lambat untuk kami tangani. Karena ada bebarapa kasus yang harus membutuhkan dana apabila sudah masuk ke dalam pengadilan, apabila sudah seperti ini maka kami juga akan bekerja sama dengan mitra yang Peduli Perempuan dan Anak. Untuk biaya yang akan dikeluarkan mereka lah yang akan


(20)

menanggung. Serta transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus di atasi maka kami menggunakan kendaraan milik kami pribadi untuk membawa korban menyelesaikan kasusnya. Termasuk juga kasus-kasus yang sudah ditangani dan kami laporkan di Hasil kegiatan kami, Korban sama sekali tidak dikenakan biaya apapun.

2. Apabila ada Kasus yang harus diselesaikan kepengadilan atau bantuan medis, Bagaimana tindakan dari P2TP2A?

Untuk ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan juga akan mencarikan pengacara untuk korban dan tidak dipungut biaya apapun dari korban dan yang terakhir Pemulangan dan reintergrasi dan ini dilakukan dengan koordinasi terlebih dahulu dengan dinas-dinas terkait agar korban dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya. Pelayanan tersebut disesuaikan dengan bentuk kekerasan yang dialami oleh korban yang melapor ke Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan”.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 42.

Buku

Dunn, Wiliam N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dye, Thomas R, 2005. Understanding Public Policy, Elevennth Edition, New Jersey: Peason Prentice Hall.

Hadari, Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 63.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakara: Gaya Media. Hal 136

Gandi, Mahatma. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).

Midley, James. 1995. Social Development: the Developmental Perspective in

Social Welfare. London: Sage Publications Ltd.

Moh.nazir.Ph.D. 2005. Metode Penelitian .Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teoridan Praktik Pemerintahan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nugroho, Rian. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang

(Model-model Perumusan Implementasi dan Evaluasi). Jakarta: PT.Elex

Media Komputindo.

Soenarko SD, H. 2003. Public Policy, Pengertian Pokok Untuk Memahami dan

Menganalisa Kebijakan Publik. Surabaya: Airlangga University Press.

Relawati, Rahayu.2011. Konsepsi dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: CV. Muara Indah.

Remiswal. 2013. Mengungah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas


(22)

Sihite, Romany. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian

berwawasan Gender”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Subarsono. 2005. Analisa Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). : Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik (Konsep, strategi

dan kasus). Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Sumber Lain

Undang-undangNo.11Tahun2009.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015.

BPS Kota Medan.

BPS Provinsi Sumatera Utara.

Data KPU Sumatera Utara Tahun 2013 LPPD Kota Medan Tahun 2008.

Laporan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya Tahun 2011.

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016

Laporan penelitian kebijakan Bank Dunia .2005. Pebangunan Berspektif Gender, Jakarta: Dian Rakyat. Hal.45


(23)

Pusat Krisis Terpadu (PKT) RS Cipto Mangunkusumo.

Pokja Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut.

Sumber (Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Sumber (Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor, Maret 2015 diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Sumber (DPRD Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Dhini Dewiyanti.Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.Majalah Ilmiah.Hal 14 (diaskes pada tanggal 19 Maret 2017, Pukul 22:09)

Skripsi Retna Aulia Ritonga tentang Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjungke

Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang Sidimpuan.2012-2013, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08

Desember 2016 pukul 07.00.WIB

Skripsi Giovanny Ivo Asima L tentang Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana Dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender di Kota Medan, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul

07.30.WIB

Sumber Internet

http://massofa.wordpress.com/2008/10/15/pengertian-dan-bentuk-analisis kebijakan-publik/(diunduh pada tanggal 18 Oktober 2016 Pukul 11.30).

http://Untuknkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan-perlindungan-anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53).

Kemenkopmk.go.id/content/peningkatan-kasus-kekerasan-seksual-capai-100 persen, (diaskes 11 November 2016 pukul21:27 wib).


(24)

Web Resmi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

1. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Sekretaris : Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Sumber Wawancara

2. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

3. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

4. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak: Dra. Faridawati Nasution. 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.


(25)

BAB III

ANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN

Setelah memaparkan teori, data-data dan informasi yang berkenaan gambaran umum Profil Kota Medan dan secara khusus Visi Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Struktur Jabatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa-apa saja Program yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam rangka meningkatkan kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan dalam bab sebelumnya, selanjutnya peneliti akan memaparkan analisis tentang Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.

Dalam menganalisis kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan akan menggunakan teori kebijakan publik, Analisis Kebijakan Publik, Defenisi Kualitas hidup dan Komponen Kualitas Hidup. Yang nantinya sebagai acuan untuk memperoleh analisis yang objektif terhadap data-data dan informasi yang didapat seputar Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 Untuk memperkuat Program Pengarusutamaan Gender (PUG).Data-data yang dipaparkan dalam bab ini diperoleh dari Jurnal, Laporan Badan Pemberdayaan


(26)

Perempuan dan KB, hasil wawancara dengan pihak pemerintah dalam ini adalah Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan serta Laporan Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Salah satu pihak yang berwewenang dalam mengatur dan mengeluarkan kebijakan adalah Pemerintah daerah. Pemerintah daerah juga berhak mengontrol jalannya kebijakan tersebut. Agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran lahirnya kebijakan dapat tercapai dengan baik dalam suatu daerah. Adapun Kebijakan akan direalisasikan melalui berbagai program ataupun kegiatan-kegiatan. Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender merupakan bentuk dan tahapan dari Kebijakan Publik Meso, Kebijakan yang bersifat meso atau bersifat menegah atau yang lebih dikenal dengan penjelasan pelaksanaan. Yang mana peraturan ini dikeluarkan sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan Nasional. Upaya pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Hal ini didorong oleh beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Badan yang membantu Walikota Kota Medan menjalankan sebagian dari tugasnya, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selajutnya Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 yang dibentuk untuk memperkuat PUG.


(27)

Pengarusutamaan gender dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pembuatan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan program, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan agar berspektif gender. Hal ini didorong melalui implementasi program-program dari PUG tersebut. Adapun tujuannya untuk memberi acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kota.

Berdasarkan wawancara dengan Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:46

“Lahirnya kebijakan ini pada hakekatnya, ketika Pemerintah melihat masih tertinggalnya Perempuan didalam segala bidang kehidupan bermasyarakat. Khususnya masih sedikitnya Perempuan yang terjun keruang publik dan masih didominasi oleh ibu-ibu yang memilih untuk berada di lini domestik (Rumah Tangga). Begitu pula dengan maraknya kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, dan hal ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum indonesia merdeka dan sampai sekarang pun sesudah indonesia merdeka. Padahal Perempuan dan Anak juga merupakan generasi Bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita ini kelak. Jika kita lihat komitmen dari pembuat kebijakan sebenarnya sudah baik, hanya saja dalam proses implementasinya masih kurang maksimal yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya minimnya anggaran dari pemerintah dan kurangnya partisipasi dari

46

Wawancara dengan Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Ibu Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(28)

Perempuan dan Anak. Saya melihat kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Anak diakibatkan Perempuan dan Anak juga belum mengerti akan apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai masyarakat. Khususnya Kota Medan serta apa saja yang menjadi hak-hak yang harus ia dapatkan ketika ia menjadi masyarakat Kota Medan”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:47

47

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

“Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dikeluarkan sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender. ini berlaku untuk semua Kota yang ada diindonesia, salah satunya Kota Medan. Melihat kondisi perempuan yang selalu mengalami subordinasi dan Pemerintah juga melihat bahwa Perempuan merupakan aset Negara yang harus di perhatikan”.

Didalam Pengarusutamaan Gender (PUG) terdiri dari beberapa program kegiatan, yaitu sosialisasi pengarusutamaan gender kepada kepada aparat pemerintah mulai dari dinas-dinas, kecamatan hingga kelurahan dan masyarakat Kota Medan. Sosialisasi ini dilakukan sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas kebijakan dan program tersebut. Hal ini menjadi penting karena semakin tinggi pengetahuan aparat pemerintah dan masyarakat yang menjadi sasaran atas program maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan program dan kebijakan dalam ranah yang sesungguhnya dan membuat perempuan faham pentingnya mengetahui sasaran dan tujuan dari kebijakan tersebut.


(29)

Hal ini sesuai dengan isi Perwal nomor 34 Tahun 2010 pada Bab VI Dimana Pelaksanaan kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender melibatkan masyarakat, organisasi kemasyarakatan atau lembaga lain selain Pemerintah Daerah, SKPD. Sosialisasi yang diberikan kepada Dinas-dinas pemerintah, SKPD-SKPD dan Masyarakat terkait Pengarusutamaan Gender untuk Urusan Pendidikan, Urusan Kesehatan dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Dalam Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender dalam hal urusan Pendidikan seperti: Menyusun data terpilah dibidang pendidikan khususnya yang menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah. Badan Pemberdayaan masih terpaku pada data-data yang disediakan oleh Walikota Kota Medan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:48

48

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

“Untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah Kami masih meminta data dari Kantor Walikota. Data itu pula lah yang nantinya akan kami gunakan didalam membuat Laporan Evaluasi PUG. Dalam meminta data kepada Walikota pun itu sangat sulit, dan cenderung lama untuk mendapatkannya”.


(30)

Berdasarkan hasil wawancara ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk menunjukkan atau menyusun Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah Kota Medan, Sama sekali tidak berjalan dan masih menggunakan data-data yang tersedia di Walikota. Hal ini berlawanan dengan isi Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender.

Selanjutnya didalam Mengidentifikasi, menemukenali dan menganilisis masalah gender terkait APS, APK, dan APM. Juga dengan meilihat data-data dari kantor Walikota berdasarkan persentase dimasing-masing bidang. Dan untuk itulah dilakukan sosialisasi kepada Dinas-dinas Kota Medan, salah satunya Dinas Pendidikan agar menindaklanjuti jika APS, APK, dan APM di sekolah-sekolah masih rendah. Hal ini sesuai dengan amanat yang terkandung didalam Tujuan gugus Tugas Pengarusutamaan Gender Pada Point (1). Membantu SKPD dalam ruang lingkup tugas pokok dan langkah konkrit sebagai solusi apabila melihat ada kesenjangan gender. Dan Point (2). Mendorong dan membantu SKPD untuk menelaah dan memperbaiki kebijakan, program, kegiatan dan anggaran agar lebih berspektif gender.

Kemudian dalam Menganalisis perbedaan angka partisipasi perempuan dan laki-laki pada berbagai indikator pendidikan pokok. Maka Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan juga memfasilitasi kegiatan Pelatihan sensitif gender, pelatihan analisis gender sesuai


(31)

dengan Tugas gugus PUG pada point (3). Persentase yang seimbang dalam askes terhadap pendidikan adalah tujuan utama PUG.

Adapun pelatihan ini akan diikuti oleh para pejabat pemerintah. Hal ini dikarenakan mereka sebagai aktor-aktor perumus kebijakan. Ketidakpahaman dalam proses perumus kebijakan mengenai PUG dikhawatirkan dapat menghasilkan kebijakan yang tidak sensitif gender atau tidak memperhatikan adanya perbedaan antara kebutuhan laki-laki dengan kebutuhan perempuan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari Perwal no 34 Tahun 2010 tidak tercapai dengan maksimal.

Melalui pelatihan ini diharapkan agar para aktor-aktor perumus kebijakan paham mengenai kebijakan yang sensitif gender, sehingga setiap keputusan yang mereka ambil di kemudian hari akan memperhatikan adanya kebutuhan laki-laki dan kebutuhan perempuan. Namun dalam pelaksanaanya kegiatan ini juga masih belum rutin dilakukan karena membutuhkan biaya yang banyak. Akan tetapi menurut saya, Pelatihan yang dilaksanakan ini kurang maksimal, karena tidak adanya tindak lanjut (follow up) yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan setelah pelatihan berlangsung. Padahal didalam setiap kegiatan yang sudah dilakukan seharusnya ada tindak lanjutnya. Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang di dapatkan mengenai responsif gender setelah mengikuti pelatihan tersebut.

Urusan Kesehatan yaitu: Menyusun data terpilah bidang kesehatan tentang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dimana Badan


(32)

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan bekerja sama dengan Rumah Sakit Pemerintah. Salah satunya Rumah Sakit Pringandi. Dari data tersebut maka akan dilihat bagaimana laporan kematian Bayi dan Ibu di Kota Medan maka akan dilakukan sosialisasi terkait apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil dan sesudah melahirkan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan Pedoman Ruang Lingkup Isu Gender pada point (3). mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Selanjutnya dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB hanya memberikan materi kepada Dinas Kesehatan mengenai Pentingnya di sediakan fasilitas-fasilitas khusus untuk para suami yang sedang menunggu istrinya bersalin.

Dan terakhir untuk dan Urusan Pemberdayaan Perempuan, Khususnya Partisipasi Perempuan didalam ruang (Public). Untuk itu dalam materi Pengarusutamaan Gender ditekankan kembali persamaan kedudukan, fungsi dan peranan Perempuan dalam pembangunan Kota. Hal ini sesuai dengan isi Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi tentang Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Pada point (1). Mengkampanyekan, mensosialisasikan persamaan kedudukan, fungsi dan peranan perempuan dalam pembangunan kota.


(33)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:49

Kemudian pada point (2) Menyusun data dan informasi terpilah statistik sosial ekonomi dan politik berdasarkan jenis kelamin. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan melihat data-data dari kantor Walikota. Dan terakhir pada point (3). Mengkampanyekan dan mensosialisasikan kepersertaan pemakaian alat kontrasepsi KB secara setara antara laki-laki dan perempuan. Dalam menjalankan berbagai kegiatan-kegiatan tersebut juga di bentuk Kelompok Kerja PUG Atau disebut Focal Point. Focal Point dibentuk dimasing-masing “Sosialisasi Pengarusutamaan Gender adalah hal yang vital yang harus dilakukan terlebih dahulu, Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dibuat untuk membuat laki-laki dan perempuan dapat berperan aktif di ruang publik serta meminimalisir ketimpangan diantara mereka. Dan harapannya Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan Baik. Karena pada hakekatnya Gender dan Kodrat adalah dua hal yang berbeda. Ketika kita berbicara Gender maka itu berhubungan dengan Konsep yang mengatur peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan Perempuan yang terjadi akibat keadaan sosial dan dapat berubah sesuai dengan keadaan dan sosial budaya yang ada. Dan ketika kita berbicara Kodrat Maka Kita akan berbicara tentang Sesuatu yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa. Misalnya Kodrat Perempuan: Melahirkan, Menyusui, Mensturasi. Jadi salah ketika dimasyarakat berkembang bahwa pekerjaan rumah tangga identik dengan perempuan saja, contohnya menyapu, memasak, mencuci ini juga adalah tugas dari pada kaum laki-laki. Hal inilah yang sebenarnya kita coba sosialisasikan kepada masyarakat agar tercipta keadaan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Walaupun untuk isu gender sendiri masih banyak dipertentangkan termasuk juga oleh kaum Perempuan”.

49

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(34)

SKPD-SKPD yang ada di Kota Medan. Akan tetapi Kelompok Kerja ini tidak berjalan sama sekali.

Berdasarkan wawancara yang di paparkan oleh ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:50

Padahal dalam Peraturan Walikota nomor 34 Tahun 2010 pada Bagian Ketiga, Tujuan dibentuknya Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Pasal 8 Ayat (1). Untuk meningkatkan fungsi dan menjalin komunikasi antara gugus tugas pengarusutamaan gender dimasing-masing SKPD dan mendorong kesadaran gender kepada pejabat daerah maka perlu dibentuk kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender dimana pada pasal (2) Dijelaskan Tugas

“Sosialisasi Pengarusutamaan Gender sangat penting dilakukan. Selain ini juga sudah menjadi Program yang harus dijalankan. Agar apa yang menjadi tujuan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 dapat tercapai. Materi yang akan di sampaikan juga kepada Dinas-dinas Kota Medan, SKPD dan masyarakat Kota Medan harus sesuai dengan isu-isu Pemberdayaan Perempuan dan Anak agar Kualitas Hidup Perempuan dan Anak meningkat. Pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki. Dan untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka di bentuk Focal Point dimana terdapat kelompok kerja yang ada di setiap SKPD-SKPD Kota Medan agar memperhatikan nilai-nilai pengarusutamaan gender sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, akan tetapi Focal Point sendiri belum dijalankan dengan maksimal karena masih banyak dari SKPD yang tidak tau mereka tergabung didalam Focal Point yang mana. Sehingga untuk Focal Point sendiri tidak berjalan. Hal ini juga dipicu kurangnya koordinasi yang kami lakukan kepada setiap grup Focal Point”.

50

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.


(35)

Kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender yaitu pada point (a). Mempromosikan dan memfasilitasi dialog gender antar unit kerja pada masing-masing SKPD, (b). Mengembangkan jaringan kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diberikan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.(c). Menyusun program kerja dalam rangka pelaksanaan pengarusutamaan gender guna mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, (d). Membuat mekanisme kelompok kerja agar para gugus tugas pengarusutamaan gender semakin handal dan efektif, (e). Melaksanakan sosialisasi, advokasi, koordinasi dan pelatihan pengarusutamaan gender dilingkunagan Pemerintah Daerah, (f). Menampung laporan tentang kebijakan, program atau kegiatan-kegiatan yang tidak responsif gender dimasing-masing SKPD, (g). Membuat serta menyampaikan laporan pelaksanaan program dan kegiatan kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender kepada Kepala SKPD. Maka dapat kita simpulkan bahwa tugas ini tidak berjalan dengan maksimal, karena Kelompok Kerja tersebut sama sekali belum mengetahui fungsi ataupun kedudukannya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk Urusan Pendidikan, Urusan Kesehatan dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. PUG sangat memaksimalkan kegiatan sosialisasi-sosialisasi kepada Dinas-dinas pemerintah, SKPD-SKPD dan Masyarakat terkait Pengarusutamaan Gender. Salah yang harus dipersiapkan dalam rencana implementasi kebijakan salah satunya adalah sosialisasi. Sosialisasi ini penting untuk menyampaikan argumentatif kebijakan yang diambil adalah sudah melalui proses yang sesuai


(36)

dengan logika dan layak untuk diimplementasikan. Dalam sosialisasi nantinya menunjukkan ada dua tiga sasaran penting. Pertama adalah kepada perumus kebijakan/parlemen dan stakeholders. Sosialisasi kepada pihak pertama ini adalah untuk mendapatkan dukungan dari segi politik, sehingga implementasi kebijakan dapat dilakukan dengan legal dan sesuai dengan konstitusi. Kedua adalah kelompok sasaran. Kelompok sasaran pihak publik.51

51

Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakara: Gaya Media. Hal 136

Dan nantinya masing-masing bidang akan menindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan masing-masing-masing-masing. Dan untuk setiap tugas tersebut, maka akan dibentuk kepanitiaan.

Mengingat kelompok Kerja PUG yang tidak berjalan. Adapun kepanitiaan tersebut akan diisi oleh orang-orang yang ada didalam bidang Pemberdayaan Perempuan. Disisi lain hal ini sangat mengecewakan dan merugikan Kaum Perempuan dan Anak Kota Medan. Ketika Kebijakan tidak disosialisasikan kepada publik, Maka akan sedikit pula yang akan mengetahui tentang konsep PUG tersebut. Sehingga didalam pengambilan keputusan atau dalam pembuatan program-program yang akan dilaksanakan, Dinas-dinasi pemerintah, SKPD-SKPD Kota Medan tidak memperhatikan konsep PUG. Dalam hal ini, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan harus mempunyai sikap tegas untuk mengaktifkan kembali Kelompok Kerja PUG Atau disebut Focal Point. Agar sosialisasi dapat dilaksanakan dengan maksimal sehingga berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Hidup Perempuan dan Anak di Kota Medan.


(37)

Selanjutnya ketika program pengarusutamaan sudah di implementasikan maka dilakukan Evaluasi Pengarusutamaan Gender. Evaluasi dilakukan agar melihat sejauh mana partisipasi perempuan dan tingkat keberhasilan di implementasikannya pengarusutamaan gender ditengah-tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari komposisi perempuan di Pemerintahan Kota Medan, Keaktifan perempuan di rana (publik) dan sejauhmana pemahaman perempuan terkait pengarusutamaan gender.

Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:52

52

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

“Evaluasi pada awalnya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, agar kita cepat menilai apa-apa saja yang menjadi kekurangan didalam menjalankan program Pengarusutamaan Gender. Akan tetapi memasuki Tahun 2017 Evaluasi dilakukan 1 kali saja dalam satu tahun. Laporan Evaluasi Pengarusutamaan Gender dibuat langsung oleh Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender dan Laporan ini wajib di buat”. Evaluasi ini juga sejalan dengan Tujuan Pengarusutamaan Gender, pada poin (b) yang berbunyi:

“untuk memberi acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kota”.


(38)

Hal tersebut Sejalan dengan isi BAB VIII mengenai Pemantauan dan Evaluasi, disebutkan pada Ayat (1). SKPD melakukan Pemantauan dan Evaluasi terhadap kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender pada setiap tahun anggaran yang artinya satu kali dalam satu tahun sudah cukup baik. dan pada ayat (4). Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pemerhati gender. Dalam hal ini evaluasi juga dapat melibatkan masyarakat Kota Medan dan lembaga terkait guna memberikan masukan-masukan yang akan memperbaiki program kerja kedepannya. Agar pengarusutamaan gender dapat meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan secara efektif dan efesien.

Akan tetapi didalam praktek membuat Laporan Evaluasi PUG, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan terlihat kurang sungguh-sungguh. Hal ini diperkuat dengan masih menggunakan data-data yang dikumpulkan dari kantor walikota Kota Medan. Dan masih sekedar melihat Persentase di masing-masing bidang. Hal ini sudah pasti akan menghasilkan evaluasi yang tidak tajam dan tidak transparan. Karena data yang digunakan bukanlah data yang di kumpulkan langsung oleh Kasubbid bidang Pengarusutamaan Gender. Padahal hakekat evaluasi yang dilakukan harus dapat memperjelas seberapa jauh dan implementasinya telah dapat mencapai tujuan. Dan nantinya hasil Laporan Evaluasi dapat menjadi salah satu bahan informasi yang relevan untuk meramu strategi-strategi apa yang akan diambil untuk


(39)

menjalankan program kedepan. Sehingga data-data yang dikumpulkan pun, Sudah seharusnya dikumpulkan langsung oleh kasubbid PUG.

Selanjutnya, memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia. Keterampilan ini seperti membuat bunga dari barang-barang bekas ataupun kertas yang sudah tidak dipakai lagi. Harapannya dengan pengetahuan ini masyarakat dapat melatih dan mengembangkan keterampilannya. Kegiatan ini juga dapat dijadikan mata pencaharian. Walaupun kegiatan ini belum efektif dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:53

“Ketika anggaran nya sudah baik maka otomatis dalam pengimplementasian nya dilapangan juga akan baik. Sama seperti sebuah kendaraan akan dapat berjalan apabila ada bensinnya. Begitupula “Kegiatan memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak berjalan baik, karena minimnya dana yang di keluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Serta Kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Lansia didalam mengikuti pelatihan tersebut. Kegiatan pelatihan ini dibuat berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya kendala yang kami temui ialah partisipasi dari masyarakat yang kurang. Masyarakat masih sedikit yang turut berartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.”

Pandangan yang sama juga dikatakan oleh Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, ibu Asrah FM Harahap, MM mengatakan:

53

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.


(40)

kebijakan, dukungan finasial juga harus kembali diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Karena kesulitan kami selama ini adalah Anggaran. Banyak Kasus yang harus diselesaikan namun tidak ada anggaran untuk menyelesaikan kasus itu, walaupun ada 12 mitra yang bekerja sama dengan P2TP2A. 12 Lembaga ini merupakan lembaga yang peduli Perempuan dan Anak”.

Berangkat dari fenomena diatas, membuat saya yakin bahwa apa yang menjadi orientasi kedepan dilakukannya pemberian keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak berjalan dengan maksimal. Mengingat rata-rata yang menjadi keluh kesah dari setiap program yang akan dijalankan adalah minimnya anggaran dari Pemerintah daerah Kota Medan. Padahal dalam Bab X Mengenai Anggaran, sangat jelas dikatakan pada ayat (1). Pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan pengarusutamaan gender dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam mewujudkan hal tersebut perlu adanya keseimbangan antara kebijakan dan anggaran yang harus dikeluarkan Pemerintah Daerah. Walaupun besaran anggaran yang akan dikeluarkan untuk masing-masing kegiatan tidak dijelaskan.

Dalam sosialisasi tersebut juga dipaparkan pentingnya Pemerintah Kota Medan memperhatikan Ruang Layak Anak di Kota Medan. Anak sebagai generasi bangsa harus mendapatkan pelindungan dari Pemerintah. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara saya dengan ibu Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.


(41)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:54

54

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

“Selain sosialisasi terkait Pengarusutamaan gender yang berbicara mengenai fungsi atau peran laki-laki dan perempuan juga diberikan materi terkait Pembangunan infrastruktur yang responsif gender. Artinya memperhatikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak. Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Contohnya: Pembangunan tangga-tangga baik di wilayah umum masyarakat ataupun kantor pelayanan masyarakat yang membuat tangga tertutup dan tidak terlalu tinggi supaya ketika ada perempuan yang menggunakan rok tidak menganggu kenyamanan mereka serta apabila tangga tersebut dinaikki perempuan lansia dan anak-anak mereka tidak mengalami kesulitan. Begitupula terhadap ruang layak anak yang harus di buat di Kota Medan Contohnya menyediakan tempat bermain anak dirumah sakit. karena ini juga merupakan hak dari masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang menunjang kualitas Hidup mereka. Contoh lainnya juga kawasan Bebas Rokok. Mengingat zat yang terkandung didalam berbahaya untuk kesehatan Anak. Dan tak hanya itu saja pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki”.

Perlindungan anak merupakan kewajiban yang harus dipenuhi pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya. Diantara sekian banyak perencanaan kota layak anak, penyediaan fasilitas taman bermain dan fasilitas bermain anak merupakan salah agenda yang harus di perhatikan oleh pemerintah daerah. Akan tetapi dalam kenyataannya di Kota Medan, masih belum nampak ruang layak Anak. Contohnya masih belum kita temukan ruang khusus bagi anak-anak di rumah sakit pemerintah Daerah, ruang bermain di sejumlah taman serta ruang baca di perpustakaan serta fasilitas lainnya.


(42)

Anak merupakan salah satu asset Negara yang sangat berharga, terutama jika dikaitkan dengan peran mereka di masa yang akan datang. Sehingga perlu dijamin kebebasannya dalam berkembang. Termasuk mendapatkan fasilitas untuk tumbuh kembang anak dimana saja. Di rumah sakit sekalipun. Bermain adalah sarana belajar anak yang paling sejati yang berkembang sejalan dengan pendewasaannya menjadi proses belajar yang berkelanjutan tanpa atau dengan sekolah formal. Jadi dapat dikatakan aktifitas bermain itulah yang membedakan seorang anak dengan manusia dewasa. Seperti yang dikatakan Bapak Akhyar Nasution pada peringatan Hari Anak Nasional Tingkat Kota Medan. Anak perlu dilindungi karena setiap anak terlahir dengan segenap potensi yang baik. Hak-hak anak yang harus dipenuhi dan dilindungi bersama, antara lain hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan dan perlindungan Anak. 55

Lima hal yang menjadi prinsip dasar dalam pengembangan Kota Layak Anak. Pertama ialah, Anak ditempatkan sebagai pusat pembangunan artinya anak sebagai generasi bangsa dan negara harus benar-benar diakui keberadaannya. Kedua ialah, Menyuarakan hak anak dan mendengarkan suara anak, Mengingat bermain merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari dunia anak-anak didalam pertumbuhan karakternya. Ketiga, Mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, Tidak melakukan diskriminasi dalam pemenuhan dan pemberian

Maret 2017 Pukul 20:07 Wib)


(43)

perlindungan hak anak, dan Tersedianya peraturan daerah, infrastruktur dan lingkungan yang mendukung tumbuh-kembang anak secara optimal.56

Dapat kita tari kesimpulan bahwa keadaan diatas berbanding terbalik dengan semangat pemerinntah Kota Medan didalam mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Layak Anak. Terutama didalam penyediaan fasilitas bermain anak. Padahal Pemkot Medan Pada Tahun 2012 mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat. Kali ini penghargaan diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, karena Medan dinilai

Salah satu Rumah Sakit Pemda yang sengaja saya kunjungi adalah Rumah Sakit Pirngadi. Akan tetapi sama sekali tidak adanya tempat bermain Anak, Beberapa taman yang ada di dekat pekarangan Rumah Sakit hanya terdapat bunga-bunga dan Taman tersebut bukanlah disediakan untuk areal permainan anak-anak yang berkunjung kerumah sakit. Taman yang ada di Rumah Sakit Pirngadi hanya untuk keindahan saja. Dan beberapa taman juga di pagari karena tidak dibenarkan masuk kedalam area taman. Sehingga ketika kita masuk ke dalam rumah sakit, banyak anak-anak yang bermain-main didalam rumah sakit. Padahal tidak semua anak-anak yang datang kerumah sakit itu karena sakit atau datang karena ingin berobat. Akan tetapi karena ibunya berobat maka anaknya juga dibawa atau lain sebagainya. Satu sisi hal ini juga dapat membahayakan si anak, Karena kita tidak tahu virus yang ada didalam rumah sakit. Mengingat daya tahan anak yang cendrung lemah dan sangat mudah tertular oleh virus.

56

Dhini Dewiyanti.Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.Majalah Ilmiah.Hal 14 (diaskes pada tanggal 19 Maret 2017, Pukul 22:09)


(44)

sebagai Kota Layak Anak (KLA). Penghargaan ini akan diberikan langsung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, kepada Walikota Medan Rahudman Harahap di Hotel Grand Sahid Jakarta.57

Melihat realiasasi tidak adanya ruang layak Anak di Kota Medan, Salah satunya Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah sangat disayangkan apabila Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia memberikan penghargaan sebagai sebagai Kota Layak Anak (KLA).

Selain tidak adanya ruang layak anak yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit, tidak adanya ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di opname. Sehingga beberapa orang tua atau pihak keluarga ada yang duduk dilantai bahkan ada yang tidur dilantai. Meskipun lantai rumah sakit terlihat bersih akan tetapi hal ini juga kurang baik apabila terjadi di Rumah Sakit. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah memperhatikan pelayanan yang ada di rumah sakit. Seperti apa yang tertulis didalam Poster informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien di rumah sakit. Pada Point ke 2 dan 3 di sebutkan bahwa Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa dikriminasi serta memperoleh pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.


(45)

Berdasarkan temuan diatas, khususnya dalam hal tidak adanya penyediaan ruang layak anak dan ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di opname di rumah sakit. Maka perlu dilakukan sosialisasi yang berkelanjutan Kepada dinas kesehatan mengenai pentingnya memperhatikan pelayanan yang ada dirumah sakit dan pengadaan ruang layak anak serta ruang tunggu khusus untuk orang tua di setiap rumah sakit yang ada di Kota Medan. Khususnya Rumah Sakit yang dikelolah langsung oleh Pemerintah Daerah.

Untuk pelayanan di ruang ibu yang baru bersalin sudah dapat dikatakan baik. Hal ini saya lihat dari fasilitas yang ada di ruang yang sudah memperhatikan kebutuhan baik ibu, ayah maupun bayi. Dalam ruangan tersebut juga sudah ada tempat-tempat khusus jika kita ingin menunggu. Walupun tidak terlalu banyak. Beberapa poster mengenai informasi cegah kematian ibu, Bayi dan Anak juga terdapat di ruang tunggu. Mengingat kegiatan ini adalah tugas dari PUG Untuk urusan kesehatan, Dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB hanya memberikan materi kepada Dinas kesehatan mengenai pentingnya di sediakan fasilitas-fasilitas khusus Ruang tunggu.

Selain Sosialisasi Pengarusutamaan gender, Evaluasi Pengarusutamaan gender, Pemberian Keterampilan kepada perempuan dan Lansia. Program Pengarusutamaan Gender selanjutnya adalah melakukan Senam Pagi 1 kali dalam


(46)

satu bulan. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Senam pertama dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017 di Salon WELLA, Jln. Bahagia Pasar 3. Akan tetapi didalam melaksanakan kegiatan Senam Pagi ini, masih banyak kekurangan yang saya temukan pada saat mengikuti kegiatan ini secara langsung. Tidak On time nya waktu senam, pada walnya Senam Pagi dimulai pukul 09.00 wib akan tetapi yang terealisasi dilapangan pukul 11.00 wib.ini membuat waktu pelaksanaan senam sangat singkat. Senam Pagi dihadiri 15 Orang Perempuan dan 2 Orang dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Medan. Yaitu Ibu Dra. Yuslinar, Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender.

Selanjutnya untuk Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Dibentuknya P2TP2A untuk memperkuat Program Pengarusutamaan Gender (PUG) di Kota Medan. Dimana P2TP2A merupakan Pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan. Berbagai bentuk kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat sering sekali menimpa Perempuan dan Anak. Fenomena inilah yang kita lihat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Mereka dianggap sebagai individu yang lemah dan tak dapat melindungi dirinya sendiri.


(47)

Pusat pelayanan ini dibentuk oleh pemerintah yang berbasis masyarakat. Dalam rangka meningkatkan peran dan kualitas perempuan serta perlindungan anak dari tindakan-tindakan yang merugikan dan mengancam keberlangsungan hidup perempuan dan anak, perlu dibentuk dan dikembangkan suatu bentuk partisipasi masyarakat dan kerjasama antar masyarakat, perempuan dan dunia usaha. Setiap bentuk kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat akan cepat diketahui oleh orang-orang disekitarnya atau tetangga. Maka dibutuhkan kerja sama yang kuat antar masyarakat dengan P2TP2A didalam menyikapi setiap kasus yang ada. Untuk itu peran aktif masyarakat didalam melaporkan apabila ada kasus kekerasan sangat dibutuhkan oleh P2TP2A.

Didalam menjalankan ataupun menangani setiap kasus yang dilaporkan, Maka dibentuklah kepengurusan didalam P2TP2A. Berdasarkan Keputusan Walikota Kota Medan Nomor 463/1084.K Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) terdiri dari 7 bidang terdiri dari: Koordinator Umum P2TP2A Adalah Ibu Ir. Hj. Asrah FM, Hrp, MM yang juga merupakan Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Koordinator harian ada dua orang, yaitu Bapak. M.Amin, SH dan Ibu Siti Zaitun, SH, Sekretaris dan Adminitrasi Keuangan: Ibu Eli Sinulingga,SE yang juga Kasubbid Pengarusutamaan Gender , Seksi Pelayanan Medis dan Psikologis Kejiwaan: dr. Silvy Agustina H, Sp, KJ dan dr. Vita Camellia, Sp.KJ. Seksi Pendamping hukum: Azmiati Zuliah,SH, Seksi Pengasuhan, Pemulihan dan Pemberdayaan: Timo Dahlia Daulay,SH.


(48)

Adapun tugas-tugas Pokok dari P2TP2A Ialah: Mengkoordinir dan memantau Pengurus P2TP2A dalam segala kegiatan program layanan yang dilakukan. Koordinir wajib dilakukan oleh Koordinator Umum sebagai Penanggung jawab tertinggi Pengurus P2TP2A, Agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya Mengkoordinir seluruh rangkaian kegiatan program layanan baik secara teknis dan adminitrasi maksudnya ialah Jika ada laporan kasus yang dialami Perempuan dan Anak yang otomatis akan ditindak lanjuti dan Pengurus P2TP2A Wajib memperhatikan proses pengadminitrsian setiap kasus.

Berdasarkan Laporan Hasil Kegiatan Pelayanan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Kota Medan, Bentuk kekerasan Perempuan dan Anak Kota Medan yang paling menonjol adalah bentuk kekerasan Seksual dan kemudian di susul kekerasan Fisik. Dari tahun 2014-2015 terdapat 970 pengaduan, diantaranya 245 orang mengalami kekerasan fisik, 340 mengalami kekerasan seksual, 163 mengalami kekerasan lainnya, 94 mengalami kekerasan psikis, 108 mengalami kekerasan penelantaran dan 20 mengalami kekerasan eksploitasi. 638 bentuk kekerasan dialami oleh perempuan dan 334 dialami laki-laki. Dari data diatas bentuk 65% bentuk kekerasan dialami oleh Perempuan dan 35% dialami oleh laki-laki.

Akan tetapi didalam pelaksanaannya masih kurang maksimal, Selain itu tidak ada data yang menjelaskan dari laporan pengaduan kasus yang masuk, Berapa kasus yang sudah berhasil diselesaikan setiap tahunnya. Padahal data


(49)

tersebut sangat penting untuk mengetahui keberhasilan P2TP2A didalam menyelesaikan setiap pengaduan kasus tindak kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Kurang lengkapnya pengarsifan data menunjukkan ketidakseriusan didalam menangani sejumlah kasus yang ada. Hal ini juga membuat sulit untuk mengoreksi setiap kekurangan-kekurangan dalam setiap kasus yang sudah ditangani. Dan sebaliknya ketika pengarsifan data lengkap maka P2TP2A dapat menyusun strategi-strategi yang diperlukan dalam menangasi kasus berikutnya. Hal ini juga di perparah oleh fungsi adminitrasi dan keuangan yang tidak berjalan sama sekali dan hanya bersifat nomenklatur.

Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 58

Hal yang sama Juga dikatakan Oleh Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak Berdasarkan yang saya lakukan “Apabila ada kasus kekerasan maka biaya dikeluarkan secara pribadi oleh ibu Faridawati Nassution dan kadang-kadang ibu Dra. Yuslinar dan kalau di rata-ratakan ada satu kasus yang harus ditangani oleh P2TP2A setaip harinnya, walaupun tidak semua kasus harus mengeluarkan dana karena terkadang ada kasus yang diselesaikan hari itu saja dengan upaya musyawarah. Dan rata-rata setiap pengaduan yang masuk dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kasus pengaduan”.

58

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(50)

di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:59

“Sumber daya, yaitu menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya finasial. Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas dan kuantitas implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya finasial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program/kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan “Tidak adanya Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk setiap penyelesaian kasus membuat kasus lambat untuk kami tangani. Karena ada bebarapa kasus yang harus membutuhkan dana apabila sudah masuk ke dalam pengadilan, apabila sudah seperti ini maka kami juga akan bekerja sama dengan mitra yang Peduli Perempuan dan Anak. Untuk biaya yang akan dikeluarkan mereka lah yang akan menanggung. Serta transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus di atasi maka kami menggunakan kendaraan milik kami pribadi untuk membawa korban menyelesaikan kasusnya. Termasuk juga kasus-kasus yang sudah ditangani dan kami laporkan di Hasil kegiatan kami, Korban sama sekali tidak dikenakan biaya apapun”.

George C. Edward III mengatakan didalam bukunya “Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic Policy Analysis”, Model Implementasi Kebijakan menunjuk

empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Salah satunya ialah:

59

Wawancara dengan Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak: Dra. Faridawati Nasution. 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(51)

implementator, kebijakan menjadi kurang enerjik dan berjalan lambat serta seadanya. Sedangkan Sumberdaya finasial menjamin keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finasial yang memadai, program tidak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran”.

Didalam Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2010, tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Kota Medan Nomor 463/1084.K tentang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan. Juga sudah jelas dikatakan mengenai Anggaran yang akan dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan ataupun program diatur. Seperti yang tertuang di dalam Tujuan penetapan Pengarusutamaan gender pada poin (c) dan Tugas-Tugas Pokok P2TP2A Pada poin empat yang berbunyi:

“ (Point c) Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif gender”

“ (Pasal empat) Melaksanakan fungsi adminitrasi dan keuangan”

Artiya, Komitmen (political will) dari pembuat kebijakan masih lemah dan pemerintah juga belum benar-benar memperhatikan anggaran yang di tetapkan untuk masing-masing program ataupun kegiatan yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Kota Medan. Komitmen tersebut hanya sebatas ditulis didalam kertas saja dan tidak direalisasikan dengan baik. Padahal Komitemen (political will) dari pembuat kebijakan harus kuat dan pemerintah juga harus benar-benar memperhatikan anggaran. Dan salah satu faktor yang


(52)

menunjukkan keseriusan Pemerintah Daerah didalam menindaklanjuti kasus-kasus kekerasan yang menimpa Perempuan dan Anak ialah memperhatikan anggarannya dan menjamin keberlangsungan tugas-tugas P2TP2A dengan baik dan benar didalam menangani setiap kasus. Karena ketika pemerintah telah mengeluarkan Pernyataan kebijakan, pernyataan kebijakan disini adalah pernyataan pemerintah atas suatu kebijakan yang diambil untuk menyelesaikan atau terkait dengan masalah publik maka Pemerintah juga harusnya memperhatikan anggaran, agar kebijakan/program dapat berjalan dengan baik dan benar-benar dirasakan dampak positifnya. Sebagai output oleh masyarakat, Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan yang menjadi sasaran Kebijakan tersebut.

Didalam menangani setiap kasus, P2TP2A juga bekerjasama dengan 12 Lembaga Unit Terpadu yang Peduli Perempuan dan Anak. 12 Lembaga tersebut antara lain:

1. PKPA 2. KKSP 3. PERSADA

4. KANIT PPA POLRESTA MEDAN 5. KANIT PPA POLRES BELAWAN 6. KAPOLSEK MEDAN BARU 7. LBH APIK


(53)

9. KPAID PROVINSI SUMATERA UTARA 10.YAKMI

11.IPPI

12.P2TP2A KOTA MEDAN

Dan akan memberikan pelayanan kepada korban kekerasan. Penanganan lebih lanjut, pelayanan kesehatan apabila korban mengalami kekerasan secara fisik, Rehabilitasi sosial apabila korban mengalami kekerasan secara psikis, Biasanya korban juga akan dibawah ke rumah sakit milik Pemerintah Daerah. Mengingat tidak dipungut biaya apabila kita ke rumah sakit daerah. Rumah sakit yang biasannya dikunjungi apabila ada korban adalah rumah sakit pirngadi. Dan untuk Penegakan hukum ataupun bantuan hukum agar korban mendapatkan keadilan. Ketika kasus tersebut tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah maka berlanjut kepada pengadilan. Pihak dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan juga wajib mendamping korban. Harapannya dengan adanya wadah ini banyak Perempuan dan Anak yang diselamatkan dari setiap bentuk kekerasan dan dapat kembali bertumbuh dengan baik ditengah-tengah masyarakat. Sehingga kualitas hidup perempuan dan anak dapat lebih baik.


(54)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:60

Sebagai salah satu oknum yang memiliki pengaruh kuat dalam memutuskan arah keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat. Khususnya Perempuan dan Anak, Maka Pemerintah Daerah harus sungguh-sungguh didalam merealisasikan setiap kebijakan yang sudah ia keluarkan termasuk didalam memperhatikan setiap anggaran yang akan dikeluarkan. Tidak hanya itu saja, Pemerintah Daerah juga memiliki ruang untuk memastikan bahwa program-program yang merupakan turunan dari kebijakan yang sudah ditetapkan benar-benar dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan. Masyarakat sebagai makhluk sosial cenderung tidak dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Masyarakat membutuhkan bantuan orang lain dan lembaga yang ada disekitar mereka. Sehingga, dari hal inilah terjadi kontrak sosial antara individu-individu yang satu dengan individu lainnya untuk menyerahkan sebagian hak yang dimilikinya kepada institusi yang bernama Negara. Dan untuk “Untuk ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan juga akan mencarikan pengacara untuk korban dan tidak dipungut biaya apapun dari korban dan yang terakhir Pemulangan dan reintergrasi dan ini dilakukan dengan koordinasi terlebih dahulu dengan dinas-dinas terkait agar korban dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya. Pelayanan tersebut disesuaikan dengan bentuk kekerasan yang dialami oleh korban yang melapor ke Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan”.

60

Wawancara dengan Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak: Dra. Faridawati Nasution. 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(55)

tingkat daerah maka Pemerintah Daerah lah yang bertanggung jawab atas hal tersebut.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya dilapangan, saya melihat Pemerintah Daerah cenderung lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya setiap program. Satu sisi memamg benar bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan dituntut untuk mandiri didalam merealisasikan setiap program-program yang sudah ditetapkan sebelumnya. Namun disisi lain perlunya pengawasan dan kerjasama yang kuat dalam merealisasikan setiap program-program tersebut. Agar apa saja yang menjadi tujuan dan sasaran dikeluarkannya kebijakan dapat benar-benar dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan. Mengingat kebijakan yang dikeluarkan berangkat dari pengaturan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Dan yang terpenting dalam pelaksanaan setiap program-program yang telah ditetapkan, perlu dilakukan secara demokratis dengan mengedepankan prinsip deliberatif dan partisipasi.

III.3 Hambatan-hambatan

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota medan dalam upaya meningkatkan kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota medan terdapat banyak hambatan-hambatan. Beberapa diantaranya ialah :


(56)

Anggaran yang minim dari Pemerintah Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan tersebut. Sering sekali dana yang minim membuat kegiatan tidak berjalan sebagaimana semestinya.

2. Partisipasi yang kurang dari masyarakat

Keikutsertaan masyarakat sendiri yang sangat kurang didalam setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan. Kebanyakan masyarakat tidak memberikan perhatian kepada setiap kegaiatan dan hanya antusias mengikuti kegiatan yang diberikat dana trasportasinya. Karena mereka lebih memilih untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini juga didorong oleh rendahmya pendidikan yang dianut oleh masyarakat sehingga mereka tidak mengerti apa yang menjadi hak mereka sebagai masyarakat Kota Medan.

3. Koordinasi antar setiap Bidang

Kurangnya koordinasi diantara bidang sangat terlihat, karena banyak dari antara bidang yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan yang tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan terfokus pada bidang masing-masing.


(57)

Transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan Bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus mereka atasi maka mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk membawa korban untuk menyelesaikan kasusnya.

Selanjutnya kita akan melihat bagaimana dampak sosial Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 Untuk memperkuat Program Pengarusutamaan Gender (PUG). dengan melihat Partisipasi Perempuan dan Anak di sektor Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Angka kematian Ibu dan Anak Serta Partisipasi Perempuan di Ruang (Public).


(58)

3.1 Dampak Sosial

Tabel 3.1.1 Penduduk usia sekolah Tahun 2015

Tabel 3.1 Penduduk Usia sekolah berdasarkan jenis kelamin

Golongan Umur

Laki-laki

Jiwa Persen

Perempuan

Jiwa Persen

Jumlah

0-5 102.929 19,60 98.989 18,91% 201.915 6-12 136.497 25,99% 126.625 24,76% 266.122 13-15 56.160 10,69% 53.814 10,28% 109.974 16-18 62.112 11,83% 63.124 12,06% 125.236 19-25 167.518 31,90% 177.996 34,00% 345.514

Kota Medan

525.216 100,00 523.545 100,00 1.048.761

Sumber (Badan Pusat Statistik Kota Medan, Data Penduduk Desember 2015. Hal 63)

Dari tabel 3.1 diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah penduduk usia sekolah Perempuan lebih sedikit apabila kita bandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah laki-laki. Selisihnya sebesar 1.671 jiwa, Selanjutnya kita akan melihat angka partisipasi perempuan di sekolah berdasarkan golongan usia.

3.1.2 Partisipasi Sekolah Masyarakat Kota Medan Tahun 2015


(59)

Jenis kelamin

Usia Tdk/Blm/Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi

L 7-12 0,51 99,49 -

13-15 - 98,48 1,52

16-18 2,36 69,56 28,08

19-24 - 35,64 64,36

7-24 0,57 72,27 27,17

P 7-12 0,27 99,73 -

13-15 - 100,00 -

16-18 - 84,29 15,71

19-24 - 45,33 54,67

7-24 0,09 76,91 23,00

L+P 7-12 0,39 99,61 -

13-15 - 99,23 0,77

16-18 1,23 76,60 22,17

19-24 - 40,67 59,33

7-24 0,33 74,59 25,09

Sumber (Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor, Maret 2015 diolah dalam buku Badan Pusat Statistik Kota Medan. Hal 101)


(60)

Tabel 3.3 Jumlah Sekolah Berdasarkan jenis sekolah

Tahun SD SMP SMA SMK

2010 805 353 205 134

2015 833 366 207 152

Beberapa komponen yang digunakan untuk mengukur kualitas Hidup Masyarakat (Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan) ialah: Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai makhluk hidup hayati dilihat dari tingkat kesehatannya serta terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi dilihat dari pendapatan dan pendidikan masyarakat Kota Medan. Serta Partisispasi di Ruang Public. Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk. Semakin tinggi partisipasi Perempuan mengenyam pendidikan, Maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Secara umum, tingkat Partisipasi Perempuan dan Anak untuk mengenyam pendidikan sudah baik. Hal ini terlihat dari persentase Perempuan yang masih sekolah lebih tinggi dari pada persentase Laki-laki yang masih sekolah.

Dari data Tabel 3.2 diatas menunjukkan trend positif yaitu, Untuk Usia 7-12 tahun perempuan lebih tinggi 0,24 %, Usia 13-15 tahun perempuan lebih tinggi 1,52%, Usia 16-18 tahun perempuan lebih tinggi 14,73% , Usia 19-24 tahun perempuan lebih tinggi 9,69% dan Usia 7-24 perempuan lebih tinggi 4,64% Dan untuk yang tidak bersekolah Persentase perempuan lebih rendah dari pada


(61)

Persentase laki-laki dan Anak. Usia 7-12 tahun perempuan 0, Usia 13-15 tahun perempuan 0, Usia 19-24 tahun perempuan lebih rendah 12,37%, Usia 16-18 tahun perempuan lebih rendah 9,69% dan Usia 7-24 perempuan lebih rendah 4,17 %. Artinya dalam hal kesempatan mendapatkan pendidikan, Partisipasi Perempuan dan Anak Sudah sangat baik. Jumlah penduduk usia sekolah Perempuan lebih sedikit apabila kita bandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah laki-laki ternyata berbanding terbalik dengan partisipasi perempuan dalam mengenyam pendidikan. Tidak cukup hanya partisipasi sekolah yang tinggi, fasilitas sekolah pun menjadi perhatian penting untuk menunjang proses belajar. Maka dari itu kita juga akan melihat jumlah sekolah yang ada di Kota Medan.

Untuk jumlah unit sekolah di Kota Medan, baik itu swasta dan negeri juga sudah baik. Hal ini menandakan bahwa Kota Medan dalam sarana pendidikan sudah berkembang. Jumlah sekolah ada 1.557 Unit. Untuk Sekolah dasar 833 Unit, Sekolah Menegah Pertama 366 unit, Sekolah Menengah Atas 207 unit dan Sekolah Menegah Kejuruan ada 152 unit.61 Jumlah sekolah ini bertambah 61 unit, Jika Kita bandingkan dengan jumlah sekolah pada tahun 2010 Untuk Sekolah dasar 805 Unit, Sekolah Menegah Pertama 353 unit, Sekolah Menengah Atas 205 unit dan Sekolah Menegah Kejuruan ada 134 unit. Total 1.497 unit.62

61

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016. Hal 103-104

62

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011. hal 73 dan 75

Dengan demikian maka pendidikan yang diberikan kepada generasi penerus bangsa dapat berjalan dengan lancar. Sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota


(62)

Medan juga terus meningkat. Pada tahun 2011 IPM Kota Medan sebesar 77,54, Pada tahun 2012 meningkat menjadi 77,78, pada tahun 2013 menjadi 78,00, Selanjutnya pada tahun 2014 78,26 dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 78,87.63

Rumah Sakit

Walaupun peningkatan di setiap tahunnya tidak begitu drastis. Dan jika kita bandingkan dengan IPM Kota Medan tahun 2008 hanya 73,29%.

3.1.4 Tingkat Kesehatan Perempuan dan Anak Kota Medan Tahun 2015

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Medan

Rumah Bersalin

Puskesmas Posyandu Klinik/Balai Kesehatan

Pustu Assistant public Healt Servis

Polindes Village Maternity

79 117 39 1.390 747 41 -

Sumber (Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

3.1.5 Tingkat Kematian ibu dan Bayi

Tabel 3.5 Tingkat kematian ibu pra dan pasca melahirkan dan Bayi

Tahun Kematian Ibu hamil Ibu bersalin Ibu nifas Total

63


(63)

bayi

2006-2010 174 orang 11 orang 24 orang 31 orang 66 orang 2011-2015 168 orang 10 orang 14 orang 7 orang 28 orang

Selain melihat Partisipasi Perempuan di sektor pendidikan dan melihat bagaimana fasilitas untuk sekolah. Selanjutnya kita akan melihat ke sektor Kesehatan. Untuk Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dari masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.

Tersedianya sarana kesehatan yang cukup memadai seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Poliklinik dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) tentu sangat menunjang peningkatan kesehatan masyarakat. Khususnya Perempuan dan Anak. Dalam bagian ini, Pembahasan kita fokus pada Angka kesehatan Perempuan dan Anak Kota Medan pada tahun 2011-2015. Yang sudah dapat dikatakan baik, Hal ini dapat kita lihat dari Jumlah


(1)

3. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M. Si selaku dosen pembimbing penulis yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga selesai dengan baik.

4. Kepada Bapak Husnul Harahap, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Kepada Seluruh Narasumber yang bersedia membantu saya dalam peneyelesaian skripsi terdiri dari: ibu Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Ibu Dra. Yuslinar selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra. Faridawati Nasution selaku Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak, Ibu Eli Ratna Sinulingga, SE. Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender.

6. Kepada Pak Burhan, Kak Siti, Buk Zuraidah sebagai staff administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, yang telah banyak membantu penulis dalam urusan perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai. 7. Orang Tua Ku Tercinta (Melser Siregar & Ernawati Boru Marpaung) yang

telah berjuang untuk kami Lima anaknya. Dan yang selalu mendoakan saya dan adik-adik saya agar kelak dapat berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama. (Takut Akan Tuhan). Bangga ketika menjadi AnakMu Mak,Pak...


(2)

Indonesia kedepannya. Semangat Berjuang Untuk Kita Semua. Hal yang sangat berharga ketika dapat menjadi bagian dari kalian semua. Sangat bahagia ketika dapat belajar bersama dan terima kasih kepada teman-teman yang telah mempercayakan saya sebagai salah satu Perempuan yang melayani di IMADIP. Kalau bukan karena dukungan&Motivasi teman-teman tentu itu tidak akan pernah terjadi. Hidup Mahasiswa !!! Hidup Mahasiswa!!! Hidup Mahasiswa!!!

Medan, 20 Maret 2017


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

ABSTRAK --- ii

ABSTRACT --- iii

HALAMAN PENGESAHAN --- iv

HALAMAN PERSETUJUAN --- v

HALAMAN PERNYATAAN --- vi

KATA PENGANTAR --- ix

DAFTAR ISI --- xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang --- 1

1.2 Rumusan masalah --- 14

1.3 Batasan Masalah --- 14

1.4 Tujuan Penelitian --- 15

1.5 Manfaat Penelitian --- 15

1.6 Kerangka Teori --- 16

1.6.1 Kebijakan Publik --- 16

1.6.1.1 Kategori Kebijakan Publik --- 17

1.6.1.2 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik --- 19

1.6.2 Analisis Kebijakan Publik --- 21

1.6.2.1 Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan--- 23


(4)

1.7.2 Jenis Penelitian --- 28

1.7.3 Lokasi Penelitian --- 29

1.7.4 Metode Pengumpulan Data--- 29

1.7.5 Teknik Analisis Data --- 30

1.8 Sistematika Penulisan --- 31

BAB II PROFIL KOTA MEDAN DAN KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK KOTA MEDAN. 2.1 Gambaran Umum Kota Medan --- 33

2.1.1 Sejarah Kota Medan --- 33

2.1.2 Letak Geografis --- 44

2.1.2.1 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Medan berdasarkan 21 Kecamatan --- 46

2.1.2.2 Gambar 2.1 Peta Kota Medan--- 47

2.1.3 Demografi Penduduk --- 48

2.1.3.1 Tabel 2.2 Data Penduduk Kota Medan berdasarkan 21 Kecamatan --- 49

2.2 Perangkat Daerah Kota Medan --- 50

2.3 Sejarah Singkat Lembaga dan Profil Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan --- 52

2.3.1 Gambar 2.2 Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan --- 52

2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi --- 52

2.3.3 Struktur Organisasi --- 53


(5)

2.3.4.1 Tabel 2.3 Susunan Kepegawaian berdasarkan

Jabatan/Eselon --- 60

2.3.4.2 Tabel 2.4 Susunan Kepegawaian berdasarkan golongan ---- 60

2.4 Visi Misi --- 60

2.4.1 Visi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan (BPPKB Kota Medan) --- 60

2.4.2 Misi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan (BPPKB Kota Medan) --- 61

2.4.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan --- 62

2.5 Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak --- 63

2.5.1 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender yang di implementasikan ditingkatan kota dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender --- 63

2.5.1.1 Tugas Gugus Tugas Pengarusutamaan Gender --- 63

2.5.1.2 Fungsi Gugus Tugas Pengarusutamaan Gender --- 64

2.5.1.3 Program Pengarusutamaan Gender --- 64

2.5.1.4 Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender --- 65

2.5.2 Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. --- 66 2.5.2.1 Tugas-Tugas Pokok Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu


(6)

BAB IIIANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN

3.1 Dampak Sosial --- 98

3.1.1 Tabel 3.1.1 Penduduk usia sekolah Tahun 2015 --- 98

Tabel 3.1 Penduduk Usia sekolah berdasarkan jenis kelamin --- 98

3.1.2 Partisipasi Sekolah Masyarakat Kota Medan Tahun 2015--- 99

Tabel 3.2 Partisipasi Sekolah Usia 7-24 Jenis Kelamin --- 99

3.1.3 Jumlah Sekolah di Kota Medan --- 100

Tabel 3.3 Jumlah Sekolah Berdasarkan jenis sekolah --- 100

3.1.4 Tingkat Kesehatan Perempuan dan Anak Kota Medan Tahun 2015 --- 102

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Medan --- 102

3.1.5 Tingkat Kematian ibu dan Bayi --- 103

Tabel 3.5 Tingkat kematian ibu pra dan pasca melahirkan dan Bayi --- 103

3.1.6 Partisipasi Perempuan di Ruang Public --- 105

BAB IV KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN --- 110

4.2 SARAN --- 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR LAMPIRAN WAWANCARA