Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan yang diharapkan oleh semua manusia sebagai insan di dunia ini
adalah kesejahteraan. Baik masyarakat yang tinggal di kota ataupun yang tinggal
di desa, semua mengharapkan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan
bathin. Akan tetapi, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia
tak selamanya dalam keadaan sejahtera. Pasang surut kehidupan membuat
manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi
akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan kualitas
hidup manusia. Artinya, faktor pembangunan kualitas hidup manusia menjadi
pokok perhatian di semua bidang pembangunan. Pembangunan kualitas hidup
manusia merupakan upaya terus-menerus yang dilakukan pemerintah dalam
rangka mencapai kehidupan yang lebih baik 1.
Berdasarkan hasil sensus 2010 jumlah penduduk Indonesia dewasa ini
mencapai 220 juta orang, dimana jumlah kaum perempuan kurang lebih sekitar
1
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2015
Universitas Sumatera Utara
49,8 % dari total jumlah penduduk Indonesia dan mereka merupakan separuh
pemanfaat dan pelaku pembangunan. Kalau kualitas perempuan terus merosot,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pun akan terus memprihatinkan.
Apabila kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan maka IPM kita pun akan
meningkat 2.
Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan seluruh penduduk
tanpa membedakan jenis kelamin tertentu. Peningkatan kualitas hidup manusia
yang disesuaikan dengan keberagaman aspirasi dan hambatan kemajuan
keseluruhan
kelompok
masyarakat
akan
dapat
menjamin
keberhasilan
pembangunan. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kelompok penduduk
yang tertinggal dalam pencapaian kualitas hidup. Ketertinggalan ini disebabkan
oleh berbagai persoalan pelik yang seringkali saling berkaitan satu dengan
lainnya. Persoalan paling penting yang menghalangi upaya peningkatan kualitas
hidup yang setara adalah pendekatan pembangunan yang mengabaikan isu tentang
kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak.
Peningkatan kualitas kehidupan perempuan dan anak sangat diperlukan
karena kualitas kehidupan perempuan masih jauh lebih rendah dari pada laki-laki.
Demikian pula halnya dengan anak, yang merupakan generasi penerus, perlu
ditingkatkan kesejahteraan dan pelindungannya. berbagai permasalahan masih
dihadapi, seperti masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak,
serta masih adanya kesenjangan pencapaian hasil pembangunan antara perempuan
2
BPS Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
dan laki-laki, yang tercermin dari masih terbatasnya akses sebagian besar
perempuan ke layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi,
dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak ialah pendidikan. Angka partisipasi sekolah (APS) anak
usia 7–12 tahun, 13–15 tahun, dan 16–18 tahun masing-masing 96,77 persen,
83,49 persen, dan 53,48 persen. Pada tahun 2003, anak usia 3–4 tahun dan 5–6
tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini masing-masing hanya sekitar
12,78 persen dan 32,39 persen. Di samping itu, fasilitas dan layanan pendidikan
khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa belum tersedia secara
memadai 3.
Keberlanjutan sebuah peradaban manusia sangat bergantung pada
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat, bangsa dan negara. Dalam realitasnya
memang berhubungan erat antara perkembangan pendidikan dengan kemajuan
sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan menjadi esensial dalam
pembentukan karakter manusia dan peradaban 4. Untuk melihat hakikat dan esensi
pendidikan perlu dikemukakan berbagai pandangan dan pendapat para ahli.
Paulo Freira dalam Miarso, seorang ahli pendidikan Brasil berpendapat
bahwa pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia, tujuan pendidikan
3
Untuk-nkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan-perlindungan
anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53)
4
Remiswal. 2013. Mengungah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hal:8.
Universitas Sumatera Utara
adalah pembebasan permanen. Pembebasan permanen ini berlangsung dua tahap:
(1) tahap kesadaran akan penindasan, dan (2) membangun kemantapan dengan
aksi budaya yang membebaskan 5.
Mansoer Fakih seperti dikutip salim mengemukakan pendapat yang sama
dengan Paulo Freira, bahwa pendidikan merupakan proses perkembangan siswa
meraih kemajuan. Pendidikan sebagai gerakan yang menjadi acuan peningkatan
prestasi dan arena kompetensi pertumbuhan antar pribadi. Pendidikan adalah
gerakan yang lepas, tidak terkait dengan lembaga atau dikaitkan dengan
kekuasaan (power) yang memberinya legitimasi formal. pendidikan merupakan
gerakan humanis yang bertujuan memperbaiki peradaban manusia secara umum.
Ia menjadi ideologi yang harus dianut setiap orang (dimulai dari lingkup keluarga,
komunitas dan masyarakat), diupayakan sebagai gerakan massal yang menjadi
acuan dari kehidupan manusia seluas-luasnya 6.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 jelas
dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pasal
ke empat berbunyi, Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
5
Ibid.
Ibid. Hal 9
6
Universitas Sumatera Utara
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Artinya pendidikan
untuk laki-laki dan perempuan.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan
bahwa penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah
sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (10,90 persen berbanding
4,92 persen). Penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara 11,71
persen, sedangkan penduduk laki-laki yang buta aksara 5,34 persen. Penduduk
perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara di daerah perdesaan jauh lebih
besar dari pada perkotaan (15,42 persen berbanding 6,99 persen)
7
. jika
dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 86,03 persen 8. Data ini menunjukkan bahwa
perempuan masih mengalami subordinasi. Subordinasi adalah anggapan posisi
salah satu pihak berada dibawah atau menjadi tidak penting dibanding pihak lain.
Perempuan tersubordinasi dari laki-laki berarti perempuan mempunyai posisi
tidak penting dibandingkan laki-laki, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
dikonstruksi secara sosial.
Subordinasi terhadap perempuan tidak hanya terjadi dibidang pendidikan
saja akan tetapi juga dirasakan perempuan hingga dunia publik. Dalam bidang
politik menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di lembaga legislatif masih
rendah. Keterwakilan perempuan di DPR RI sekitar 11,6 persen dan di DPD
sekitar 19,8 persen9. Ditegaskan oleh H. Moore bahwa salah satu ciri yang penting
dari kedudukan perempuan dalam masyarakat ialah mereka adakalanya
7
Ibid.
Ibid.
9
Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2004
8
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak mempunyaai kekuatan, legitimasi dan
otoritas. Dalam banyak sistem politik didunia sekarang ini, perempuan
mempunyai kekuasaan politik, misalnya mereka mempunyai hak suara. Akan
tetapi, mereka kurang memiliki otoritas yang nyata dalam menjalankan kekuasaan
tersebut 10. Begitupula hal nya dengan tingkat keselamatan ibu melahirkan. Angka
kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI tahun 2002–2003).
Disamping persoalan diatas, juga terdapat persoalan kekerasan. Kekerasan
sebenarnya dapat terjadi pada setiap orang dimanapun ia berada. Namun realitas
seringkali memperlihatkan bahwa perempuan cendrung menjadi sasaran dari
tindakan kekerasan, baik ditempat kerja, tempat-tempat umum maupun dalam
rumah tangga. Kekerasan terhadap perempuan diartikan sebagai berikut: “
Segenap tindakan fisik atau psikologis yang dapat mengakibatkan kesengsaraan
pada perempuan baik secara fisik maupun psikologis dan seksual, termasuk
tindakan pemaksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik
terjadi didepan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi’. 11
Kekerasan terhadap Perempuan tidak hanya terjadi di sektor privat, tetapi
juga disektor publik. Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan
salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun banyak upaya telah
dilakukan oleh pemerintah, antara lain penyusunan Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN-PKTP), pembangunan pusat10
Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender” Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 161
11
Rahayu, Relawati.2011. Konsepsi dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: CV. Muara Indah . Hal:13-14
Universitas Sumatera Utara
pusat krisis terpadu di rumah sakit, pembangunan ruang pelayanan khusus (RPK)
di Polda, Polres, dan di pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan
(P2TP2) di daerah, serta penyebaran informasi dan kampanye anti kekerasan
terhadap perempuan dan anak, semua upaya tersebut belum cukup untuk menekan
tingginya tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak. Jumlah
kasus kekerasan terus meningkat, yaitu dari sekitar 226 kasus pada tahun 2000
menjadi 655 kasus pada tahun 2003. Dari jumlah kasus tersebut, hampir 50 persen
adalah korban kekerasan seksual; sekitar 47 persen korban adalah anak-anak (di
bawah usia 18 tahun); dan sekitar 74 persen korban berpendidikan SD hingga
SLTA 12.
Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) memuat kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan yang ditangani oleh lembaga-lembaga pengadaan layanan selama satu
tahun ke belakang. Angka kekerasan terhadap Perempuan (KtP) sejak 2010 terus
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan angka yang sangat tinggi terjadi
antara tahun 2011 sampai tahun 2012 yang mencapai 35%. Berdasarkan data-data
yang terkumpul tersebut jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling
menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRT/RP yang mencapai angka
11.207 kasus (69%). Pada ranah KDRT/RP kekerasan yang paling menonjol
adalah kekerasan fisik 4.304 kasus (38%), menempati peringkat pertama disusul
kekerasan seksual 3.325 kasus (30%), psikis 2.607 kasus (23%) dan ekonomi 971
12
Pusat Krisis Terpadu (PKT) RS Cipto Mangunkusumo
Universitas Sumatera Utara
kasus (9%)13. Angka ini menunjukkan bahwa perempuan masih menjadi korban
dalam setiap kekerasan di tengah-tengah masyarakat. Dan hal ini juga berkaitan
dengan rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak.
Kesehatan juga di gunakan sebagai salah satu pengukur kualitas Hidup
Perempuan dan Anak. Untuk bidang kesehatan, angka kematian bayi, angka
kematian balita, prevalensi gizi kurang pada anak balita, dan prevalensi gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) pada anak SD masih tinggi. Hasil Survei
Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003, menyebutkan bahwa status
gizi balita buruk di daerah perdesaan sebesar 9,46 persen, lebih tinggi daripada
daerah perkotaan (7,16 persen) 14. Hal ini juga didorong oleh rendahnya keamanan
dalam penolongan ibu hamil.
Berdasarkan Susenas tahun 2004, persentase
penolong persalinan bayi oleh tenaga kesehatan di daerah perdesaan, yaitu 50,8
persen, jauh lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, yaitu 82,7 persen.
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan,
fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa
pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan meningkat lagi
menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk tahun
2006 sebesar 1,53%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 0,77%, laju
pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,91% pada tahun 2008. Walaupun
mengalami peningkatan pada tahun 2006, akan tetapi cenderung kembali menurun
13
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Untuk-nkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-danperlindungan-anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53).Op. Cit.
14
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2007 dan tahun 2008. Adapun faktor alami yang dapat mempengaruhi
peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, tingkat
kematian dan arus urbanisasi. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk
pengendalian tingkat kelahiran adalah melalui program keluarga berencana (KB),
dan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama
pembangunan social, ekonomi secara menyeluruh 15.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan yang meningkat dari
74,7 ditahun 2004 menjadi 75,6 pada tahun 2006. ternyata belum bisa mengurangi
tingkat pengangguran di Kota Medan yang terus meningkat, pada bulan Agustus
2007 telah mencapai 14,49 persen bilamana kita bandingkan dengan angka
pengangguran di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 13,05 persen dan 12,46
persen pada tahun 2005. terkhusus perempuan karena dianggap sebagai penghasil
tambahan dan tidak perlu bekerja diluar pekerjaan rumah tangga 16.
Mahatma Gandhi jelas mengatakan dalam pidatonya bahwa Kaum
perempuan adalah mitra kaum pria yang diciptakan dengan kemampuankemampuan mental yang setara. Kaum perempuan memiliki hak yang penuh
untuk berpartisipasi dlam aktivitas- aktivitas kaum pria, dalam detail yang sekecilkecilnya. Kaum perempuan juga memiliki hak atas kemerdekaan dan kebebasan
yang sama seperti kaum pria. Kaum perempuan berhak untuk memperoleh tempat
tertinggi dalam ruang aktivitas yang dia lakukan, sebagaimana kaum pria dalam
15
LPDP Kota Medan
BPS Provinsi Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
ruang aktivitasnya 17 . Begitu juga halnya dengan kesempatan bekerja di rana
publik dan mengikuti pendidikan. Kaum Perempuan dan Laki-laki memiliki hak
yang sama.
Tingkat pendidikan untuk tahun 2006, menunjukkan Angka Partisipasi
Kasar (APK) SD/MI di Kota Medan sebesar 111,51%, sedangkan pada tahun
2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18% dan terus
meningkat menjadi 112,85% di tahun 2008. Tingginya nilai APK untuk SD/MI di
Kota Medan yang melewati angka 100% dikarenakan adanya penduduk dari
kabupaten/kota di sekitar Kota Medan yang bersekolah di medan dan hal ini
tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Sedangkan untuk nilai APK
SMP/MTs menunjukkan peningkatan dari 94,53% pada tahun 2006 menjadi
98,36% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,49% pada tahun 2008. Begitu
juga untuk nilai APK SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari 81,09%
di tahun 2006 menjadi 89,34% tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 89,59%
pada tahun 2008 18.
Sedangkan untuk nilai Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs selama
periode 2006 – 2008 juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke
tahun. Begitu juga untuk nilai APM SMK/SMA/MA yang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan mencapai 65,51% pada tahun 2008.
Sementara itu, indikator lain yang menunjukkan kemajuan penyelenggaraan
pendidikan adalah angka partisipasi sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah
17
Mahatma, Gandi. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota
IKAPI). Hal: 5.
18
Ibid. hal 12
Universitas Sumatera Utara
penduduk usia sekolah di Kota Medan selama periode 2006 – 2008 yang masih
sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia. Pada tahun 2008, untuk
anak usia 7 – 12 tahun yang bersekolah mencapai hampir 100% dan sebesar 96%
untuk anak usia 13 – 15 tahun serta untuk usia 16 – 18 tahun yang masih
bersekolah mencapai 81%. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah
khususnya pada usia 16 – 18 tahun lebih disebabkan karena alasan–alasan
ekonomi 19 . Hal ini juga memicu tingginya tingkat kekerasan ditengah-tengah
masyarakat Kota Medan.
Kota Medan menjadi daerah tertinggi dalam hal ini tindakan kekerasan
terhadap anak. wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki catatan kasus kekerasan terhadap anak. kasus kekerasan
terhadap anak di Sumut pada 2013 yang mencapai 12.679 kasus yang terjadi di 23
kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.335 kasus atau 52 persen adalah
praktik kejahatan seksual terhadap anak, sedangkan sisanya berupa kekerasan
pisik, penelantaran, eksploitasi, dan perdagangan anak. 20
Isu perdagangan perempuan dan anak tidak lagi semata-mata persoalan
tindak kejahatan, melainkan terkait erat dengan pelanggaran HAM sebab hak-hak
paling fundamental dari mereka seperti hak mendapatkan kehidupan yang layak,
apresiasi terhadap nilai-nilai yang bermartabat telah dilanggar karena terbukti
19
Ibid. hal 13
Pokja Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut
20
Universitas Sumatera Utara
mereka diperdagangkan layaknya properti dan dieksploitasi secara seksual dan
tenaga kerja, serta diperlakukan semena-mena 21.
Data KPAID Sumut menunjukkan, selama periode Januari hingga
Desember tahun 2014 telah diterima sebanyak 285 kasus pengaduan pelanggaran
hak anak. Sebanyak 52 persen dari jumlah kasus pelanggaran hak anak tersebut
merupakan kasus kekerasan seperti kejahatan seksual, kekerasan fisik,
penelantaran, pembunuhan, perdagangan anak dan selebihnya merupakan
penculikan, masalah hak kuasa asuh, hak pendidikan, hak kesehatan serta hak
identitas anak. 22 Kalau kita bandingkan dengan Kasus Kekerasan Anak di
Surabaya yang lebih rendah, khususnya Perdagangan Anak. Berdasarkan Laporan
dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya,
Jumlah kasus trafficking pada tahun 2011, terjadi 69 kasus walaupun pada tahun
2012 naik menjadi 85 kasus akan tetapi turun kembali pada tahun 2014 menjadi
36 kasus. Bahkan tahun 2014, tidak ada kasus trafficking anak. Untuk kasus
Kekerasan secara fisik pada anak mencapai 47 kasus. 23
Banyaknya permasalahan diatas membuat pemerintah mengeluarkan
kebijakan. Salah satunya dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
Pembangunan Nasional menginstruksikan kepada semua kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah untuk melaksanakan PUG dan dilanjutkan dengan
21
Op. Cit. Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender”.
Hal: 204
22
Kemenkopmk.go.id/content/peningkatan-kasus-kekerasan-seksual-capai-100 persen, diaskes 11 November
2016 pukul21:27 wib)
23
Laporan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya
Universitas Sumatera Utara
diintegrasikannya perspektif gender ke dalam perencanaan pembangunan, serta
munculnya berbagai kegiatan yang berbasis gender. Tujuannya meningkatkan
kedudukan, peran, dan kualitas perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut ditrasformasikan kepada seluruh kota-kota yang ada di
indonesia. Salah satunya Kota Medan. Pemerintah Kota Medan berupaya untuk
menetapkan berbagai kebijakan sesuai dengan permasalahan dan tantangan aktual
yang terjadi dengan tujuan utama adalah demi kesejahteran masyarakat.
Dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang
Pengarusutamaan Gender melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Medan (BPPKB). Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan (BPPKB) adalah salah satu badan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
urusan Pemerintah daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana.
Didalam lembaga Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan
terdapat beberapa bidang, beberapa diantaranya adalah: Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan yang membawahi Kasubbid Bidang Pengarusutamaan
Gender yang langsung mengurusi Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG)
Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2000 yang diturunkan kepada Seluruh Pemerintah Daerah yang ada di indonesia.
Dan Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Peraturan Walikota nomor 34 tahun
2010 tentang Pengarusutamaan Gender tersebut. Serta penguatan program PUG
dengan Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Berdasarkan Keputusan Walikota
Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012.
Penyusunan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak. Yang
dimana Setiap kebijakan publik, hanya akan menjadi rentetan catatan, jika tidak di
implementasikan. Dalam perumusan dan penetapan kebijakan perlu melibatkan
berbagai stakeholders baik internal pemerintah daerah, eksternal pemerintah
(LSM, NGO, perguruan tinggi) dan masyarakat (pakar/praktisi). Dengan berbagai
persepsi dan pemahaman yang berbeda sehingga sering kali membutuhkan waktu
yang panjang dalam proses pembahasan kebijakan yang akan diambil.
Kebijakan–kebijakan
yang
ditempuh
harus
secara
bertahap
dan
berkesinambungan mampu mendorong alokasi dan distribusi prasarana dan sarana
pelayanan umum lebih berkualitas, lebih merata sehingga dapat diakses
masyarakat secara mudah. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup perempuan
dan anak, maka penyelenggaraan pemerintahan juga harus dapat direncanakan
secara baik. Perencanaan harus diarahkan kepada efisiensi dan efektivitas sumber
daya, sekaligus menetapkan prioritas yang selaras dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat. Khususnya untuk perempuan dan anak Kota Medan. Maka Analisis
Universitas Sumatera Utara
terhadap kebijakan tersebut sangat dibutuhkan. Berdasarkan Latar Belakang yang
telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis
permasalahan dengan judul:“Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan
dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan”. Kemudian pengkajian di akhiri
dengan meneliti dampak yang dirasakan Perempuan dan Anak di Kota
Medan atas kebijakan tersebut?
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:
a. Bagaimana Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015 Kota Medan?
1.3 Batasan Masalah
Dalam pembatasan masalah di penelitian ini, penulis akan membatasi
beberapa masalah yang nantinya akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini, ialah :
1. Kebijakan- Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015 Kota Medan
2. Dampak Sosial (kesehatan, pendidikan dan partisipasi di publik) yang
dirasakan Perempuan dan Anak di Kota Medan atas kebijakan tersebut?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini , antara lain:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan
dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan
2. Untuk meneliti apa dampak sosial (kesehatan, pendidikan dan partisipasi
di publik) Perempuan dan Anak di Kota Medan atas kebijakan tersebut.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran mengenai Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan
Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan
referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan serta syarat akhir untuk menyelesaikan studi strata satu di
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.6.Kerangka Teori
1.6.1 Kebijakan Publik
Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik adalah apapun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Selanjutnya Dye mengatakan,
apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan
kebijakan Negara tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan
semata-mata pernyataan keinginan pemerintah atau pejabatnya. Disamping itu,
sesuatu yang tidak dilaksanakan pemerintah pun termasuk kebijakan Negara. Hal
ini disebabkan “sesuatu yang tidak dilakukan” oleh pemerintah akan mempunyai
pengaruh yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah 24.
Kebijakan
publik
berfungsi
untuk
mengatur,
mengarahkan
dan
mengembangkan interaksi dalam sebuah masyarakat. Secara Praktis, kebijakan
publik merupakan alat dari suatu masyarakat yang melembaga untuk mencapai
Social benefits about goodnes yang pada akhirnya apabila direalisasikan degan
baik dan benar akan menghasilkan suatu kepercayaan sosial yang baru ditengahtengah masyarakat.
Menurut Anderson, Kebijakan Publik adalah kebijakan-kebijakan yang
dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi
dari kebijakan tersebut adalah: 1). Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan
tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang beriorientasi pada tujuan. 2).
Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah. 3). Kebijakan Publik
24
Hanif, Nurcholis.2007.Teori dan praktik pemerintahan dan Otonomi Daerah. PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta. Hal 264
Universitas Sumatera Utara
merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah. 4). Kebijakan Publik
yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah
mengenai segalah sesuatu masalah tertentu, akan bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu. 5). Kebijakan
pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa 25.
Chandler dan plano berpendapat bahwa kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang startegis terhadap sumber daya- sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah- masalah publik atau pemerintah. Kebijakan tersebut telah
banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para
politisi untuk memecahkan masalah- masalah publik. Kemudian kebijakan publik
akan disebut sebagai suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus
oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas
26
. Sedangkan menurut Woll kebijakan publik adalah sejumlah
aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara
langsung maupun lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat 27.
25
Hesel Nogi, Tangkilisan .2003 Implementasi Kebijakan Publik (Konsep, strategi dan kasus). Lukman Offset
YPAPI:Yogyakarta. Hal 2
26
Hesel Nogi, Tangkilisan .2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Lukman Offst YPAPI:Yogyakarta. Hal 1
27
Hesel Nogi, Tangkilisan. Ibid. Hal 2
Universitas Sumatera Utara
1.6.1.2 Kategori Kebijakan Publik
Joynt mengatakan bahwa kebijakan itu dapat berarti yang berbeda-beda
untuk orang-orang yang berbeda. Usaha untuk mengadakan klasifikasi/ tingkattingkatan kebijakan itu adalah seperti hal nya membagi-bagi tingkatan suhu udara.
Menanggapi hal tersebut maka, simon dalam buku Soenarko kemudian
dapat membagi klasifikasi kebijakan itu menjadi 3 macam policy yaitu : 28
a. Legislative policy, yaitu kebijakan yang dibuat landasan dan pegangan
bagi pimpinan (management) dalam melaksanakan tugasnya, atau
kebijakan yang banyak mengandung norma-norma yang harus
diselenggarakan oleh pimpinan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan ini
lebih banyak memberikan ketentuan-ketentuan yang mengandung
pemberiaan hak-hak, kewajiban, larangan-larangan dan keharusankeharusan yang lebih banyak dibuat oleh legislatif.
b. Managemen policy, merupakan peraturan- peraturan yang dibuat oleh
pimpinan pusat (top-management) atau pejabat-pejabat teras.
c. Working policy, yaitu kebijakan lainnya yang dibuat untuk pelaksanaan
(operation) dilapangan untuk tercapainya tujuan akhir yang tersimpul
dari kebijakan itu.
28
Soenarko SD, H. 2003. Publik policy, Pengertian Pokok untuk Memahami dan Menganalisa Kebijakan
Publik. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 63
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan Simon, Hudson menyoroti klasifikasi kebijakan publik
dalam pemerintahan. Sehingga kebijakan publik itu dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu: 29
a. Over-all policies, pada umumnya dibuat oleh Badan Legislatif atau
presiden dengan berdasarkan UUD (constution). Oleh karena itu,
sifatnya adalah umum dan berlaku untuk seluruh wilayah negara.
b. Top managemen policies, (kebijaksanaan pimpinan), yaitu merupakan
kebijaksanaan yang biasannya dibuat oleh kepala-kepala jawatan atau
dinas- dinas pelaksanaan “Over-all policies” dengan menentukan caracara, prosedur dan sebagainya yang meliputi soal- soal yang strategis.
c. Divisional of bureau policies (kebijaksanaan pelaksanaan), merupakan
ketentuan- ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pejabat yang
langsung bertanggungjawab tentang tercapainya tujuan program di
dalam kegiatan operasionalnya.
1.6.1.3 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik
Terdapat tiga kelompok rentetan kebijakan publik yang dirangkum secara
sederhana yakni sebagai berikut: 30
1. Kebijakan Publik Makro
29
Hesel Nogi, Tangkilisan. Op.Cit. Hal 62
Riant, Nugroho. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan
Implementasi dan Evaluasi).Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Hal 31
30
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga
dikatakan sebagai kebijakan yang berdasar. Contohnya: 31 (a). Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; (b). Undang-undang atau
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang;
(c).
Peraturan
Pemerintah; (d). Peraturan Presiden; (e). Peraturan Daerah. Dalam
pengimplementasiannya,
kebijakan
publik
makro
dapat
langsung
diimplementasikan.
2. Kebijakan Publik Meso
Kebijakan yang bersifat meso atau bersifat menegah atau yang lebih
dikenal dengan penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa
Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan
Walikota, Peraturan Bupati, Keputusan Bersama atau SKB antar- menteri,
Gubernur dan Bupati atau Walikota.
3. Kebijakan Publik Mikro
Kebijakan yang bersifat Mikro, mengatur pelaksanaan atau implementasi
dari kebijakan publik yang diatasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya
Peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada
dibawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.
Bentuk Kebijakan Publik baik Kebijakan Publik makro, meso dan mikro
tersebut dalam proses pembuatannya melibatkan banyak variabel yang harus
dikaji secara kompleks dan menyeluruh. Untuk itu terdapat tahapan-tahapan
31
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
proses penyusunan kebijakan publik yang perlu dikaji. Tahapan-tahapan
kebijakan publik tersebut adalah, sebagai berikut:
1. Tahapan Penyusunan Agenda
Disekitar lingkungan pemerintahan terdapat berbagai persoalan dalam
tahap ini para pejabat memilih dan mengangkat masalah paling
penting dengan alasan dimasukkan tertentu untuk dimasuki kedalam
agenda kebijakan.
2. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah disusun dalam agenda kebijakan didefenisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
3. Tahap Adopsi Kebijakan
Melakukan adopsi salah satu alternatif yang terdapat dalam formulasi
kebijakan dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara
direktur atau keputusan peradilan.
4. Tahap Implementasi Kebijakan
Keputusan kebijakan yang telah diambil dalam adopsi kebijakan yang
memang dapat dianggap sebagai Kebijakan yang memang dapat
dianggap sebagai kebijakan yang terbaik dalam pemecahan suatu
masalah harus diimplementasikan. Implementasi kebijakan dilakukan
oleh
Badan-badan
adminitrasi
Negara
maupun
agen-agen
pemerintahan ditingkat bawah yang memobilisasikan sumber daya
finansial atau manusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Tahap Evaluasi Kebijakan
Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana sebuah kebijakan
mampu memecahan masalah dengan menggunakan kriteria-kriteria
sebagai dasar untuk melihat kebijakan yang telah diimplementasikan.
1.6.2 Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan didefenisikan oleh Harold D Laswell sebagai
aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan
kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan,
analisis kebijakan meneliti sebab, akibat dan kinerja kebijakan dan program
publik.
Wiliam N. Dunn mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu
disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode
penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang
relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah- masalah kebijakan. Menurut Weimer dan Vining “
The product of policy analysis is advice. Specifically, it is advice than inform
some public policy decision”. Jadi Analisis kebijakan Publik lebih merupakan
nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan Publik yang berisi tentang
masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik
berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan
kebijakan.
Analisis kebijakan Publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk
membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah- masalah
publik. Didalam analisis kebijakan publik terdapat informasi- informasi berkaitan
dengan masalah- masalah publik serta argumen-argumen tentang berbagai
alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak
pembuat kebijakan. Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya
dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik
tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum
adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga
hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya
baik analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah
adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi
kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih
berkualitas 32.
Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam analisis kebijakan
publik yakni: 33 Pertama, fokus pertamanya adalah mengenai penjelasan kebijakan
bukan mengenai anjuran kebijakan yang “pantas”. Kedua, sebab- sebab dan
konsekuensi- konsekuensi dari kebijakan-kebijakan publik diselidiki dengan teliti
32
hhtp://massofa.wordpress.com/2008/10/16/pengertian-dan-bentuk-analisis-kebijakan-publik/(di askes pada
tanggal 18 Oktober 2016 Pukul 11.30)
33
Budi, Winarno.2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.Hal 31-32.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode ilmiah. Ketiga, analisis dilakukan dalam rangka
mengembangkan teori-teori umum yang dapat diandalkan tentang kebijakankebijakan publik dan pembentukannya, sehingga dapat diterapkan terhadap
lembaga-lembaga dan bidang- bidang kebijakan yang berbeda. Dengan demikian
analisis kebijakan dapat bersifat ilmiah dan relevan bagi masalah-masalah politik
dan sosial yang berkembang saat ini.
1.6.2.1 Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yakni:
analisis kebijakan prospektif, restropektif dan terintegratif: 34
a) Analisis Kebijakan Prospektif
Analisis Kebijakan prospektif yang berupa produksi dan transformasi
informasi sebelum aksi kebijakan di mulai dan di implementasi cendrung
mengidentifikasi cara beroperasinya para ekonom, analisis sistem dan
analisis operasi dengan kata lain
merupakan suatu
alat
untuk
merealisasikan informasi untuk dipakai dalam merumuskan suatu
alternative dan prefensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif,
diramalkan dalam bahasa kuantitatif atau kualitatif sebagai landasan atau
penuntun dalam pengambil keputusan.
b) Analisis Kebijakan restropekitif
34
William N, Dunn .2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadja Mada University Press
Hal.117.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Kebijakan restropektif dalam banyak hal sesuai dengan deskripsi
penelitian kebijakan yang dikemukakan sebelumnya. Analisis Kebijakan
restropektif dijelaskan sebagai penciptaan dan transformasi informasi
sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang
dikembangkan oleh tiga kelompok analisis:
1. Analisis yang beriorientasi pada disiplin, yang sebagian besar
terdiri dari para ilmuwan politik dan sosiologi terutama berusaha
untuk mengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada
teori dan menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi- konsekuensi
kebijakan. Kelompok ini jarang berusaha untuk mengidetifikasikan
tujuan- tujuan dan sasaran spesifik dari para pembuat kebijakan dan
tidak melakukan usaha apapun untuk membedakan variabel
kebijakan yang merupakan hal dapat diubah melalui manipulasi
kebijakan, dan variabel situasional yang tidak dapat dimanipulasi.
2. Analisis yang beriorientasi pada masalah, sebagian besar terdiri
dari
para
ilmuwan
politik
dan
sosiologi
yang
berusaha
menerangkan sebab- sebab dan konsekuensi dari kebijakan.
Walaupun demikian, para analis yang beriorientasi pada masalah
ini kurang menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian
teori- teori yang dianggap penting dalam disiplin ilmu sosial, tetapi
lebih menaruh perhatian pada identifikasi variabel- variabel yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dimanipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi
masalah.
3. Analisis yang beriorientasi pada aplikasi, yaitu kelompok analisis
yang mencakup ilmuwan politik dan sosiologi, tapi juga orangorang yang datang dari bidang studi profesional pekerja sosial dan
adminitrasi publik dan bidang studi sejenis seperti penelitian
evaluasi. Kelompok ini juga berusaha menerangkan sebab dan
konsekuensi kebijakan- kebijakan dan program publik, tetapi tidak
menaruh perhatian terhadap pengembangan dan pengujian teoriteori dasar. Lebih jauh kelompok ini tidak hanya menaruh perhatian
pada variabel-variabel kebijakan, tetapi juga melakukan identifikasi
tujuan dan sasaran kebijakan dari pada para pembuat kebijakan dan
pelaku kebijakan.
c) Analisis Kebijakan yang Terintegrasi
Analisis Kebijakan yang Terintegrasi merupakan bentuk analisis
yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh
perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan
sesudah kebijakan diambil. Analisis Kebijakan yang terintegrasi tidak
hanya mengharuskan para analis untuk mengaitkan tahap penyelidikan
restropekitif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus
menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.
Analisis yang terintegrasi dengan begitu bersifat terus-menerus, berulang-
Universitas Sumatera Utara
ulang, tanpa ujung, paling tidak dalam prinsipnya. Analisis dapat memulai
penciptaan dan transformasi informasi pada setiap titik dari lingkaran
analisis, baik sebelum dan sesudah aksi. Analisis Kebijakan yang
terintegrasi mempunyai semua kelebihan yang dimiliki metodologi
analisis propektif dan restropektif, tetapi tidak satupun dari kelebihan
mereka. Analisis Kebijakan yang terintegrasi melakukan pemantauan dan
evaluasi kebijakan secara terus-menerus sepanjang waktu. Tidak demikian
halnya analisis propektif dan restropektif yang menyediakan lebih sedikit
informasi.
1.6.3. Defenisi Kualitas Hidup
Menurut World Heart Organization Quality of life Group (1994), kualitas
hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam
hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan
berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka.
Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup
kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan kepada
karakteristik lingkungan mereka 35.
Menurut unit penelitian kualitas hidup universitas toronto, kualitas hidup
adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi
dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempataan dan keterbatasan
35
Retna Aulia Ritonga, Skripsi tentang Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjungke Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang Sidimpuan.2012-2013, Lihat di
Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.00.WIB)
Universitas Sumatera Utara
dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan
kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan
dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004)36.
1.6.3.1 Komponen Kualitas Hidup
Dalam Ekologi Manusia oleh Ir. Philip Kristanto (2004) Ada tiga kriteria
yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia yaitu : 37
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai makhluk hidup
hayati. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dasar atas udara, air bersih, pangan,
papan dan kesehatan.
b. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan pendidikan, pendapatan, transportasi, keadilan
dan perlindungan hukum.
c. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk memilih. Kebutuhan ini meliputi:
kebutuhan untuk memiliki kebebasan memilih yang dibatasi oleh hukum.
36
Unit Penelitian Universitas Toronto.Ibid.(dalam skripsi Retna Aulia Ritonga tentang Kualitas Hidup Lansia
yang Berkunjungke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang
Sidimpuan.2012-2013, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.00.WIB)
37
Charis Christiani, Pratiwi Tedjo dan Bambang Martono Serat Acitya – UNTAG Semarang dalam jurnal
ilmiah tentang Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa
Tengah (Jurnal Ilmiah dalam bentuk PDF) di askes pada tanggal 08 Desember 2016 pukul 08.00.WIB)
Universitas Sumatera Utara
1.7. Metodelogi Penelitian
1.7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif (melukiskan), dimana penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan
fakta-fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang
detail mengenai suatu gejala atau fenomena 38 tujuan dasar Penelitian deskriptif ini
adalah membuat deskripsi, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota
Medan khususnya Tahun 2011-2015. Serta melihat bagaimana Dampak Sosial
(kesehatan, pendidikan dan partisipasi di publik) Perempuan dan Anak di Kota
Medan atas kebijakan tersebut.
1.7.2. Jenis Penelitian
Menurut Hadari Nawawi 39 , Metode penelitian deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tanpak atau
sebagaimana adanya. penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan
38
Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal 42
39
Hadari, Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal 63
Universitas Sumatera Utara
data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan
disimpulkan.
Tujuan
penelitian
deskriptif
analisis
adalah,
untuk
membuat
penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015dan Apa dampak yang dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan atas
kebijakan tersebut. Disamping itu peneliti juga menggunakan teori-teori, data-data
dan konsep-konsep sebagai sebuah kerangka acuan dari pengamatan langsung
yang diperoleh dilapangan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan
menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karena itu jenis penelitian ini adalah
kualitatif.
1.7.3. LokasiPenelitian
Pada penelitian ini, lokasi yang dijadikan sebagai sumber penelitian adalah
Kota Medan. Secara spesifiknya adalah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan.
1.7.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik
Pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui metode
wawancara (interview). Teknik pengumpulan data melalui wawancara ialah
dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap
sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung
kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti
mengambil informan yang berkaitan dengan Analisis Kebijakan Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan Oleh Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa dampak yang dirasakan
perempuan dan anak khususnya di Kota Medan. Sebagai key informan dalam
penyususnan skripsi ini antara lain :
a. Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.
b. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan : Dra. Yuslinar.
c. Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak : Dra. Faridawati
Nasution.
d. Kasubbid Pengarusutamaan Gender : Eli Ratna Sinulingga, SE.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan
informasi melalui buku-buku, internet, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
peneitian ini. Selain itu peneliti juga mencari informasi dan referensi tambahan
dari artikel-artikel, koran, skripsi dan sebagainya. Nantinya teori-teori dan
referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan
dalam melakukan penelitian ini.
1.7.5. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan tidak berarti apa-apa kalau tidak dianalisa.
Tujuan dari analisa data adalah untuk memperoleh keluaran (output) dari hasil
yang ingin dicapai peneliti. Dalam analisis data ini, data yang sudah terkumpul
akan diolah dan kemudian dianalisis untuk dapat diambil kesimpulan sebagai hasil
akhir dari penelitian. Penelitian ini mencaba menganalisisKebijakan Kualitas
Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan Oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan bagaimana
dampak yang dirasakan Perempuan dan Anak Kota Medan atas kebijakan
tersebut. Metode analisis deskriftif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh
disusun dan kemudian diinterprestasikan. Sehingga memberikan keteranganketerangan terhadap masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul
dari penelitian.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta
mempermuda isi dari skripsi, maka peneliti membagi penulisan skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, keragka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II
PROFIL
KOTA
MEDAN
DAN
KEBIJAKAN
KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK.
Pada Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Profil
Kota Medan dan secara khusus Visi Misi Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan, Sturuktur Jabatan Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa-apa saja
Kebijakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan dalam rangka
meningkatkan kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
ANALISIS
KEBIJAKAN
KUALITAS
HIDUP
PEREMPUAN DAN ANAK TAHUN 2011-2015 SERTA
DAMPAK KEBIJAKAN TERSEBUT.
Pada Bab ini akan menguraikan hasil penelitian mengenai
Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak
Tahun 2011-2015 Kota Medan yang berorientasi pada
aplikasi,
yaitu
berusaha
menerangkan
sebab
dan
konsekuensi kebijakan-kebijakan dan program publik dan
lebih jauh melakukan identifikasi tujuan dan sasaran
kebijakan dari pada para pembuat kebijakan dan pelaku
kebijakan. serta dampak kebijakan tersebut terhadap
Kualitas Hidup perempuan dan anak Kota Medan dengan
melihat persentase angka pendidikan, kesehatan dan
partisipasi perempuan di public.
BAB IV
PENUTUP
Pada Bab ini peneliti akan membuat rangkuman kesimpulan
dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan yang diharapkan oleh semua manusia sebagai insan di dunia ini
adalah kesejahteraan. Baik masyarakat yang tinggal di kota ataupun yang tinggal
di desa, semua mengharapkan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan
bathin. Akan tetapi, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia
tak selamanya dalam keadaan sejahtera. Pasang surut kehidupan membuat
manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi
akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan kualitas
hidup manusia. Artinya, faktor pembangunan kualitas hidup manusia menjadi
pokok perhatian di semua bidang pembangunan. Pembangunan kualitas hidup
manusia merupakan upaya terus-menerus yang dilakukan pemerintah dalam
rangka mencapai kehidupan yang lebih baik 1.
Berdasarkan hasil sensus 2010 jumlah penduduk Indonesia dewasa ini
mencapai 220 juta orang, dimana jumlah kaum perempuan kurang lebih sekitar
1
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2015
Universitas Sumatera Utara
49,8 % dari total jumlah penduduk Indonesia dan mereka merupakan separuh
pemanfaat dan pelaku pembangunan. Kalau kualitas perempuan terus merosot,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pun akan terus memprihatinkan.
Apabila kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan maka IPM kita pun akan
meningkat 2.
Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan seluruh penduduk
tanpa membedakan jenis kelamin tertentu. Peningkatan kualitas hidup manusia
yang disesuaikan dengan keberagaman aspirasi dan hambatan kemajuan
keseluruhan
kelompok
masyarakat
akan
dapat
menjamin
keberhasilan
pembangunan. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kelompok penduduk
yang tertinggal dalam pencapaian kualitas hidup. Ketertinggalan ini disebabkan
oleh berbagai persoalan pelik yang seringkali saling berkaitan satu dengan
lainnya. Persoalan paling penting yang menghalangi upaya peningkatan kualitas
hidup yang setara adalah pendekatan pembangunan yang mengabaikan isu tentang
kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak.
Peningkatan kualitas kehidupan perempuan dan anak sangat diperlukan
karena kualitas kehidupan perempuan masih jauh lebih rendah dari pada laki-laki.
Demikian pula halnya dengan anak, yang merupakan generasi penerus, perlu
ditingkatkan kesejahteraan dan pelindungannya. berbagai permasalahan masih
dihadapi, seperti masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak,
serta masih adanya kesenjangan pencapaian hasil pembangunan antara perempuan
2
BPS Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
dan laki-laki, yang tercermin dari masih terbatasnya akses sebagian besar
perempuan ke layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi,
dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak ialah pendidikan. Angka partisipasi sekolah (APS) anak
usia 7–12 tahun, 13–15 tahun, dan 16–18 tahun masing-masing 96,77 persen,
83,49 persen, dan 53,48 persen. Pada tahun 2003, anak usia 3–4 tahun dan 5–6
tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini masing-masing hanya sekitar
12,78 persen dan 32,39 persen. Di samping itu, fasilitas dan layanan pendidikan
khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa belum tersedia secara
memadai 3.
Keberlanjutan sebuah peradaban manusia sangat bergantung pada
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat, bangsa dan negara. Dalam realitasnya
memang berhubungan erat antara perkembangan pendidikan dengan kemajuan
sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan menjadi esensial dalam
pembentukan karakter manusia dan peradaban 4. Untuk melihat hakikat dan esensi
pendidikan perlu dikemukakan berbagai pandangan dan pendapat para ahli.
Paulo Freira dalam Miarso, seorang ahli pendidikan Brasil berpendapat
bahwa pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia, tujuan pendidikan
3
Untuk-nkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan-perlindungan
anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53)
4
Remiswal. 2013. Mengungah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hal:8.
Universitas Sumatera Utara
adalah pembebasan permanen. Pembebasan permanen ini berlangsung dua tahap:
(1) tahap kesadaran akan penindasan, dan (2) membangun kemantapan dengan
aksi budaya yang membebaskan 5.
Mansoer Fakih seperti dikutip salim mengemukakan pendapat yang sama
dengan Paulo Freira, bahwa pendidikan merupakan proses perkembangan siswa
meraih kemajuan. Pendidikan sebagai gerakan yang menjadi acuan peningkatan
prestasi dan arena kompetensi pertumbuhan antar pribadi. Pendidikan adalah
gerakan yang lepas, tidak terkait dengan lembaga atau dikaitkan dengan
kekuasaan (power) yang memberinya legitimasi formal. pendidikan merupakan
gerakan humanis yang bertujuan memperbaiki peradaban manusia secara umum.
Ia menjadi ideologi yang harus dianut setiap orang (dimulai dari lingkup keluarga,
komunitas dan masyarakat), diupayakan sebagai gerakan massal yang menjadi
acuan dari kehidupan manusia seluas-luasnya 6.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 jelas
dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pasal
ke empat berbunyi, Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
5
Ibid.
Ibid. Hal 9
6
Universitas Sumatera Utara
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Artinya pendidikan
untuk laki-laki dan perempuan.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan
bahwa penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah
sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (10,90 persen berbanding
4,92 persen). Penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara 11,71
persen, sedangkan penduduk laki-laki yang buta aksara 5,34 persen. Penduduk
perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara di daerah perdesaan jauh lebih
besar dari pada perkotaan (15,42 persen berbanding 6,99 persen)
7
. jika
dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 86,03 persen 8. Data ini menunjukkan bahwa
perempuan masih mengalami subordinasi. Subordinasi adalah anggapan posisi
salah satu pihak berada dibawah atau menjadi tidak penting dibanding pihak lain.
Perempuan tersubordinasi dari laki-laki berarti perempuan mempunyai posisi
tidak penting dibandingkan laki-laki, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
dikonstruksi secara sosial.
Subordinasi terhadap perempuan tidak hanya terjadi dibidang pendidikan
saja akan tetapi juga dirasakan perempuan hingga dunia publik. Dalam bidang
politik menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di lembaga legislatif masih
rendah. Keterwakilan perempuan di DPR RI sekitar 11,6 persen dan di DPD
sekitar 19,8 persen9. Ditegaskan oleh H. Moore bahwa salah satu ciri yang penting
dari kedudukan perempuan dalam masyarakat ialah mereka adakalanya
7
Ibid.
Ibid.
9
Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2004
8
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak mempunyaai kekuatan, legitimasi dan
otoritas. Dalam banyak sistem politik didunia sekarang ini, perempuan
mempunyai kekuasaan politik, misalnya mereka mempunyai hak suara. Akan
tetapi, mereka kurang memiliki otoritas yang nyata dalam menjalankan kekuasaan
tersebut 10. Begitupula hal nya dengan tingkat keselamatan ibu melahirkan. Angka
kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI tahun 2002–2003).
Disamping persoalan diatas, juga terdapat persoalan kekerasan. Kekerasan
sebenarnya dapat terjadi pada setiap orang dimanapun ia berada. Namun realitas
seringkali memperlihatkan bahwa perempuan cendrung menjadi sasaran dari
tindakan kekerasan, baik ditempat kerja, tempat-tempat umum maupun dalam
rumah tangga. Kekerasan terhadap perempuan diartikan sebagai berikut: “
Segenap tindakan fisik atau psikologis yang dapat mengakibatkan kesengsaraan
pada perempuan baik secara fisik maupun psikologis dan seksual, termasuk
tindakan pemaksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik
terjadi didepan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi’. 11
Kekerasan terhadap Perempuan tidak hanya terjadi di sektor privat, tetapi
juga disektor publik. Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan
salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun banyak upaya telah
dilakukan oleh pemerintah, antara lain penyusunan Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN-PKTP), pembangunan pusat10
Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender” Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 161
11
Rahayu, Relawati.2011. Konsepsi dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: CV. Muara Indah . Hal:13-14
Universitas Sumatera Utara
pusat krisis terpadu di rumah sakit, pembangunan ruang pelayanan khusus (RPK)
di Polda, Polres, dan di pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan
(P2TP2) di daerah, serta penyebaran informasi dan kampanye anti kekerasan
terhadap perempuan dan anak, semua upaya tersebut belum cukup untuk menekan
tingginya tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak. Jumlah
kasus kekerasan terus meningkat, yaitu dari sekitar 226 kasus pada tahun 2000
menjadi 655 kasus pada tahun 2003. Dari jumlah kasus tersebut, hampir 50 persen
adalah korban kekerasan seksual; sekitar 47 persen korban adalah anak-anak (di
bawah usia 18 tahun); dan sekitar 74 persen korban berpendidikan SD hingga
SLTA 12.
Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) memuat kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan yang ditangani oleh lembaga-lembaga pengadaan layanan selama satu
tahun ke belakang. Angka kekerasan terhadap Perempuan (KtP) sejak 2010 terus
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan angka yang sangat tinggi terjadi
antara tahun 2011 sampai tahun 2012 yang mencapai 35%. Berdasarkan data-data
yang terkumpul tersebut jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling
menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRT/RP yang mencapai angka
11.207 kasus (69%). Pada ranah KDRT/RP kekerasan yang paling menonjol
adalah kekerasan fisik 4.304 kasus (38%), menempati peringkat pertama disusul
kekerasan seksual 3.325 kasus (30%), psikis 2.607 kasus (23%) dan ekonomi 971
12
Pusat Krisis Terpadu (PKT) RS Cipto Mangunkusumo
Universitas Sumatera Utara
kasus (9%)13. Angka ini menunjukkan bahwa perempuan masih menjadi korban
dalam setiap kekerasan di tengah-tengah masyarakat. Dan hal ini juga berkaitan
dengan rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak.
Kesehatan juga di gunakan sebagai salah satu pengukur kualitas Hidup
Perempuan dan Anak. Untuk bidang kesehatan, angka kematian bayi, angka
kematian balita, prevalensi gizi kurang pada anak balita, dan prevalensi gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) pada anak SD masih tinggi. Hasil Survei
Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003, menyebutkan bahwa status
gizi balita buruk di daerah perdesaan sebesar 9,46 persen, lebih tinggi daripada
daerah perkotaan (7,16 persen) 14. Hal ini juga didorong oleh rendahnya keamanan
dalam penolongan ibu hamil.
Berdasarkan Susenas tahun 2004, persentase
penolong persalinan bayi oleh tenaga kesehatan di daerah perdesaan, yaitu 50,8
persen, jauh lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, yaitu 82,7 persen.
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan,
fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa
pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan meningkat lagi
menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk tahun
2006 sebesar 1,53%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 0,77%, laju
pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,91% pada tahun 2008. Walaupun
mengalami peningkatan pada tahun 2006, akan tetapi cenderung kembali menurun
13
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Untuk-nkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-danperlindungan-anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53).Op. Cit.
14
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2007 dan tahun 2008. Adapun faktor alami yang dapat mempengaruhi
peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, tingkat
kematian dan arus urbanisasi. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk
pengendalian tingkat kelahiran adalah melalui program keluarga berencana (KB),
dan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama
pembangunan social, ekonomi secara menyeluruh 15.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan yang meningkat dari
74,7 ditahun 2004 menjadi 75,6 pada tahun 2006. ternyata belum bisa mengurangi
tingkat pengangguran di Kota Medan yang terus meningkat, pada bulan Agustus
2007 telah mencapai 14,49 persen bilamana kita bandingkan dengan angka
pengangguran di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 13,05 persen dan 12,46
persen pada tahun 2005. terkhusus perempuan karena dianggap sebagai penghasil
tambahan dan tidak perlu bekerja diluar pekerjaan rumah tangga 16.
Mahatma Gandhi jelas mengatakan dalam pidatonya bahwa Kaum
perempuan adalah mitra kaum pria yang diciptakan dengan kemampuankemampuan mental yang setara. Kaum perempuan memiliki hak yang penuh
untuk berpartisipasi dlam aktivitas- aktivitas kaum pria, dalam detail yang sekecilkecilnya. Kaum perempuan juga memiliki hak atas kemerdekaan dan kebebasan
yang sama seperti kaum pria. Kaum perempuan berhak untuk memperoleh tempat
tertinggi dalam ruang aktivitas yang dia lakukan, sebagaimana kaum pria dalam
15
LPDP Kota Medan
BPS Provinsi Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
ruang aktivitasnya 17 . Begitu juga halnya dengan kesempatan bekerja di rana
publik dan mengikuti pendidikan. Kaum Perempuan dan Laki-laki memiliki hak
yang sama.
Tingkat pendidikan untuk tahun 2006, menunjukkan Angka Partisipasi
Kasar (APK) SD/MI di Kota Medan sebesar 111,51%, sedangkan pada tahun
2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18% dan terus
meningkat menjadi 112,85% di tahun 2008. Tingginya nilai APK untuk SD/MI di
Kota Medan yang melewati angka 100% dikarenakan adanya penduduk dari
kabupaten/kota di sekitar Kota Medan yang bersekolah di medan dan hal ini
tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Sedangkan untuk nilai APK
SMP/MTs menunjukkan peningkatan dari 94,53% pada tahun 2006 menjadi
98,36% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,49% pada tahun 2008. Begitu
juga untuk nilai APK SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari 81,09%
di tahun 2006 menjadi 89,34% tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 89,59%
pada tahun 2008 18.
Sedangkan untuk nilai Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs selama
periode 2006 – 2008 juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke
tahun. Begitu juga untuk nilai APM SMK/SMA/MA yang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan mencapai 65,51% pada tahun 2008.
Sementara itu, indikator lain yang menunjukkan kemajuan penyelenggaraan
pendidikan adalah angka partisipasi sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah
17
Mahatma, Gandi. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota
IKAPI). Hal: 5.
18
Ibid. hal 12
Universitas Sumatera Utara
penduduk usia sekolah di Kota Medan selama periode 2006 – 2008 yang masih
sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia. Pada tahun 2008, untuk
anak usia 7 – 12 tahun yang bersekolah mencapai hampir 100% dan sebesar 96%
untuk anak usia 13 – 15 tahun serta untuk usia 16 – 18 tahun yang masih
bersekolah mencapai 81%. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah
khususnya pada usia 16 – 18 tahun lebih disebabkan karena alasan–alasan
ekonomi 19 . Hal ini juga memicu tingginya tingkat kekerasan ditengah-tengah
masyarakat Kota Medan.
Kota Medan menjadi daerah tertinggi dalam hal ini tindakan kekerasan
terhadap anak. wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki catatan kasus kekerasan terhadap anak. kasus kekerasan
terhadap anak di Sumut pada 2013 yang mencapai 12.679 kasus yang terjadi di 23
kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.335 kasus atau 52 persen adalah
praktik kejahatan seksual terhadap anak, sedangkan sisanya berupa kekerasan
pisik, penelantaran, eksploitasi, dan perdagangan anak. 20
Isu perdagangan perempuan dan anak tidak lagi semata-mata persoalan
tindak kejahatan, melainkan terkait erat dengan pelanggaran HAM sebab hak-hak
paling fundamental dari mereka seperti hak mendapatkan kehidupan yang layak,
apresiasi terhadap nilai-nilai yang bermartabat telah dilanggar karena terbukti
19
Ibid. hal 13
Pokja Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut
20
Universitas Sumatera Utara
mereka diperdagangkan layaknya properti dan dieksploitasi secara seksual dan
tenaga kerja, serta diperlakukan semena-mena 21.
Data KPAID Sumut menunjukkan, selama periode Januari hingga
Desember tahun 2014 telah diterima sebanyak 285 kasus pengaduan pelanggaran
hak anak. Sebanyak 52 persen dari jumlah kasus pelanggaran hak anak tersebut
merupakan kasus kekerasan seperti kejahatan seksual, kekerasan fisik,
penelantaran, pembunuhan, perdagangan anak dan selebihnya merupakan
penculikan, masalah hak kuasa asuh, hak pendidikan, hak kesehatan serta hak
identitas anak. 22 Kalau kita bandingkan dengan Kasus Kekerasan Anak di
Surabaya yang lebih rendah, khususnya Perdagangan Anak. Berdasarkan Laporan
dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya,
Jumlah kasus trafficking pada tahun 2011, terjadi 69 kasus walaupun pada tahun
2012 naik menjadi 85 kasus akan tetapi turun kembali pada tahun 2014 menjadi
36 kasus. Bahkan tahun 2014, tidak ada kasus trafficking anak. Untuk kasus
Kekerasan secara fisik pada anak mencapai 47 kasus. 23
Banyaknya permasalahan diatas membuat pemerintah mengeluarkan
kebijakan. Salah satunya dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
Pembangunan Nasional menginstruksikan kepada semua kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah untuk melaksanakan PUG dan dilanjutkan dengan
21
Op. Cit. Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender”.
Hal: 204
22
Kemenkopmk.go.id/content/peningkatan-kasus-kekerasan-seksual-capai-100 persen, diaskes 11 November
2016 pukul21:27 wib)
23
Laporan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya
Universitas Sumatera Utara
diintegrasikannya perspektif gender ke dalam perencanaan pembangunan, serta
munculnya berbagai kegiatan yang berbasis gender. Tujuannya meningkatkan
kedudukan, peran, dan kualitas perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut ditrasformasikan kepada seluruh kota-kota yang ada di
indonesia. Salah satunya Kota Medan. Pemerintah Kota Medan berupaya untuk
menetapkan berbagai kebijakan sesuai dengan permasalahan dan tantangan aktual
yang terjadi dengan tujuan utama adalah demi kesejahteran masyarakat.
Dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang
Pengarusutamaan Gender melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Medan (BPPKB). Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan (BPPKB) adalah salah satu badan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
urusan Pemerintah daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana.
Didalam lembaga Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan
terdapat beberapa bidang, beberapa diantaranya adalah: Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan yang membawahi Kasubbid Bidang Pengarusutamaan
Gender yang langsung mengurusi Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG)
Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2000 yang diturunkan kepada Seluruh Pemerintah Daerah yang ada di indonesia.
Dan Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Peraturan Walikota nomor 34 tahun
2010 tentang Pengarusutamaan Gender tersebut. Serta penguatan program PUG
dengan Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Berdasarkan Keputusan Walikota
Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012.
Penyusunan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak. Yang
dimana Setiap kebijakan publik, hanya akan menjadi rentetan catatan, jika tidak di
implementasikan. Dalam perumusan dan penetapan kebijakan perlu melibatkan
berbagai stakeholders baik internal pemerintah daerah, eksternal pemerintah
(LSM, NGO, perguruan tinggi) dan masyarakat (pakar/praktisi). Dengan berbagai
persepsi dan pemahaman yang berbeda sehingga sering kali membutuhkan waktu
yang panjang dalam proses pembahasan kebijakan yang akan diambil.
Kebijakan–kebijakan
yang
ditempuh
harus
secara
bertahap
dan
berkesinambungan mampu mendorong alokasi dan distribusi prasarana dan sarana
pelayanan umum lebih berkualitas, lebih merata sehingga dapat diakses
masyarakat secara mudah. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup perempuan
dan anak, maka penyelenggaraan pemerintahan juga harus dapat direncanakan
secara baik. Perencanaan harus diarahkan kepada efisiensi dan efektivitas sumber
daya, sekaligus menetapkan prioritas yang selaras dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat. Khususnya untuk perempuan dan anak Kota Medan. Maka Analisis
Universitas Sumatera Utara
terhadap kebijakan tersebut sangat dibutuhkan. Berdasarkan Latar Belakang yang
telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis
permasalahan dengan judul:“Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan
dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan”. Kemudian pengkajian di akhiri
dengan meneliti dampak yang dirasakan Perempuan dan Anak di Kota
Medan atas kebijakan tersebut?
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:
a. Bagaimana Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015 Kota Medan?
1.3 Batasan Masalah
Dalam pembatasan masalah di penelitian ini, penulis akan membatasi
beberapa masalah yang nantinya akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini, ialah :
1. Kebijakan- Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015 Kota Medan
2. Dampak Sosial (kesehatan, pendidikan dan partisipasi di publik) yang
dirasakan Perempuan dan Anak di Kota Medan atas kebijakan tersebut?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini , antara lain:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan
dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan
2. Untuk meneliti apa dampak sosial (kesehatan, pendidikan dan partisipasi
di publik) Perempuan dan Anak di Kota Medan atas kebijakan tersebut.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran mengenai Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan
Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan
referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan serta syarat akhir untuk menyelesaikan studi strata satu di
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.6.Kerangka Teori
1.6.1 Kebijakan Publik
Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik adalah apapun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Selanjutnya Dye mengatakan,
apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan
kebijakan Negara tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan
semata-mata pernyataan keinginan pemerintah atau pejabatnya. Disamping itu,
sesuatu yang tidak dilaksanakan pemerintah pun termasuk kebijakan Negara. Hal
ini disebabkan “sesuatu yang tidak dilakukan” oleh pemerintah akan mempunyai
pengaruh yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah 24.
Kebijakan
publik
berfungsi
untuk
mengatur,
mengarahkan
dan
mengembangkan interaksi dalam sebuah masyarakat. Secara Praktis, kebijakan
publik merupakan alat dari suatu masyarakat yang melembaga untuk mencapai
Social benefits about goodnes yang pada akhirnya apabila direalisasikan degan
baik dan benar akan menghasilkan suatu kepercayaan sosial yang baru ditengahtengah masyarakat.
Menurut Anderson, Kebijakan Publik adalah kebijakan-kebijakan yang
dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi
dari kebijakan tersebut adalah: 1). Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan
tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang beriorientasi pada tujuan. 2).
Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah. 3). Kebijakan Publik
24
Hanif, Nurcholis.2007.Teori dan praktik pemerintahan dan Otonomi Daerah. PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta. Hal 264
Universitas Sumatera Utara
merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah. 4). Kebijakan Publik
yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah
mengenai segalah sesuatu masalah tertentu, akan bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu. 5). Kebijakan
pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa 25.
Chandler dan plano berpendapat bahwa kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang startegis terhadap sumber daya- sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah- masalah publik atau pemerintah. Kebijakan tersebut telah
banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para
politisi untuk memecahkan masalah- masalah publik. Kemudian kebijakan publik
akan disebut sebagai suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus
oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas
26
. Sedangkan menurut Woll kebijakan publik adalah sejumlah
aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara
langsung maupun lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat 27.
25
Hesel Nogi, Tangkilisan .2003 Implementasi Kebijakan Publik (Konsep, strategi dan kasus). Lukman Offset
YPAPI:Yogyakarta. Hal 2
26
Hesel Nogi, Tangkilisan .2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Lukman Offst YPAPI:Yogyakarta. Hal 1
27
Hesel Nogi, Tangkilisan. Ibid. Hal 2
Universitas Sumatera Utara
1.6.1.2 Kategori Kebijakan Publik
Joynt mengatakan bahwa kebijakan itu dapat berarti yang berbeda-beda
untuk orang-orang yang berbeda. Usaha untuk mengadakan klasifikasi/ tingkattingkatan kebijakan itu adalah seperti hal nya membagi-bagi tingkatan suhu udara.
Menanggapi hal tersebut maka, simon dalam buku Soenarko kemudian
dapat membagi klasifikasi kebijakan itu menjadi 3 macam policy yaitu : 28
a. Legislative policy, yaitu kebijakan yang dibuat landasan dan pegangan
bagi pimpinan (management) dalam melaksanakan tugasnya, atau
kebijakan yang banyak mengandung norma-norma yang harus
diselenggarakan oleh pimpinan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan ini
lebih banyak memberikan ketentuan-ketentuan yang mengandung
pemberiaan hak-hak, kewajiban, larangan-larangan dan keharusankeharusan yang lebih banyak dibuat oleh legislatif.
b. Managemen policy, merupakan peraturan- peraturan yang dibuat oleh
pimpinan pusat (top-management) atau pejabat-pejabat teras.
c. Working policy, yaitu kebijakan lainnya yang dibuat untuk pelaksanaan
(operation) dilapangan untuk tercapainya tujuan akhir yang tersimpul
dari kebijakan itu.
28
Soenarko SD, H. 2003. Publik policy, Pengertian Pokok untuk Memahami dan Menganalisa Kebijakan
Publik. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 63
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan Simon, Hudson menyoroti klasifikasi kebijakan publik
dalam pemerintahan. Sehingga kebijakan publik itu dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu: 29
a. Over-all policies, pada umumnya dibuat oleh Badan Legislatif atau
presiden dengan berdasarkan UUD (constution). Oleh karena itu,
sifatnya adalah umum dan berlaku untuk seluruh wilayah negara.
b. Top managemen policies, (kebijaksanaan pimpinan), yaitu merupakan
kebijaksanaan yang biasannya dibuat oleh kepala-kepala jawatan atau
dinas- dinas pelaksanaan “Over-all policies” dengan menentukan caracara, prosedur dan sebagainya yang meliputi soal- soal yang strategis.
c. Divisional of bureau policies (kebijaksanaan pelaksanaan), merupakan
ketentuan- ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pejabat yang
langsung bertanggungjawab tentang tercapainya tujuan program di
dalam kegiatan operasionalnya.
1.6.1.3 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik
Terdapat tiga kelompok rentetan kebijakan publik yang dirangkum secara
sederhana yakni sebagai berikut: 30
1. Kebijakan Publik Makro
29
Hesel Nogi, Tangkilisan. Op.Cit. Hal 62
Riant, Nugroho. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan
Implementasi dan Evaluasi).Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Hal 31
30
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga
dikatakan sebagai kebijakan yang berdasar. Contohnya: 31 (a). Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; (b). Undang-undang atau
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang;
(c).
Peraturan
Pemerintah; (d). Peraturan Presiden; (e). Peraturan Daerah. Dalam
pengimplementasiannya,
kebijakan
publik
makro
dapat
langsung
diimplementasikan.
2. Kebijakan Publik Meso
Kebijakan yang bersifat meso atau bersifat menegah atau yang lebih
dikenal dengan penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa
Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan
Walikota, Peraturan Bupati, Keputusan Bersama atau SKB antar- menteri,
Gubernur dan Bupati atau Walikota.
3. Kebijakan Publik Mikro
Kebijakan yang bersifat Mikro, mengatur pelaksanaan atau implementasi
dari kebijakan publik yang diatasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya
Peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada
dibawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.
Bentuk Kebijakan Publik baik Kebijakan Publik makro, meso dan mikro
tersebut dalam proses pembuatannya melibatkan banyak variabel yang harus
dikaji secara kompleks dan menyeluruh. Untuk itu terdapat tahapan-tahapan
31
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
proses penyusunan kebijakan publik yang perlu dikaji. Tahapan-tahapan
kebijakan publik tersebut adalah, sebagai berikut:
1. Tahapan Penyusunan Agenda
Disekitar lingkungan pemerintahan terdapat berbagai persoalan dalam
tahap ini para pejabat memilih dan mengangkat masalah paling
penting dengan alasan dimasukkan tertentu untuk dimasuki kedalam
agenda kebijakan.
2. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah disusun dalam agenda kebijakan didefenisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
3. Tahap Adopsi Kebijakan
Melakukan adopsi salah satu alternatif yang terdapat dalam formulasi
kebijakan dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara
direktur atau keputusan peradilan.
4. Tahap Implementasi Kebijakan
Keputusan kebijakan yang telah diambil dalam adopsi kebijakan yang
memang dapat dianggap sebagai Kebijakan yang memang dapat
dianggap sebagai kebijakan yang terbaik dalam pemecahan suatu
masalah harus diimplementasikan. Implementasi kebijakan dilakukan
oleh
Badan-badan
adminitrasi
Negara
maupun
agen-agen
pemerintahan ditingkat bawah yang memobilisasikan sumber daya
finansial atau manusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Tahap Evaluasi Kebijakan
Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana sebuah kebijakan
mampu memecahan masalah dengan menggunakan kriteria-kriteria
sebagai dasar untuk melihat kebijakan yang telah diimplementasikan.
1.6.2 Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan didefenisikan oleh Harold D Laswell sebagai
aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan
kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan,
analisis kebijakan meneliti sebab, akibat dan kinerja kebijakan dan program
publik.
Wiliam N. Dunn mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu
disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode
penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang
relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah- masalah kebijakan. Menurut Weimer dan Vining “
The product of policy analysis is advice. Specifically, it is advice than inform
some public policy decision”. Jadi Analisis kebijakan Publik lebih merupakan
nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan Publik yang berisi tentang
masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik
berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan
kebijakan.
Analisis kebijakan Publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk
membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah- masalah
publik. Didalam analisis kebijakan publik terdapat informasi- informasi berkaitan
dengan masalah- masalah publik serta argumen-argumen tentang berbagai
alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak
pembuat kebijakan. Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya
dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik
tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum
adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga
hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya
baik analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah
adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi
kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih
berkualitas 32.
Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam analisis kebijakan
publik yakni: 33 Pertama, fokus pertamanya adalah mengenai penjelasan kebijakan
bukan mengenai anjuran kebijakan yang “pantas”. Kedua, sebab- sebab dan
konsekuensi- konsekuensi dari kebijakan-kebijakan publik diselidiki dengan teliti
32
hhtp://massofa.wordpress.com/2008/10/16/pengertian-dan-bentuk-analisis-kebijakan-publik/(di askes pada
tanggal 18 Oktober 2016 Pukul 11.30)
33
Budi, Winarno.2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.Hal 31-32.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode ilmiah. Ketiga, analisis dilakukan dalam rangka
mengembangkan teori-teori umum yang dapat diandalkan tentang kebijakankebijakan publik dan pembentukannya, sehingga dapat diterapkan terhadap
lembaga-lembaga dan bidang- bidang kebijakan yang berbeda. Dengan demikian
analisis kebijakan dapat bersifat ilmiah dan relevan bagi masalah-masalah politik
dan sosial yang berkembang saat ini.
1.6.2.1 Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yakni:
analisis kebijakan prospektif, restropektif dan terintegratif: 34
a) Analisis Kebijakan Prospektif
Analisis Kebijakan prospektif yang berupa produksi dan transformasi
informasi sebelum aksi kebijakan di mulai dan di implementasi cendrung
mengidentifikasi cara beroperasinya para ekonom, analisis sistem dan
analisis operasi dengan kata lain
merupakan suatu
alat
untuk
merealisasikan informasi untuk dipakai dalam merumuskan suatu
alternative dan prefensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif,
diramalkan dalam bahasa kuantitatif atau kualitatif sebagai landasan atau
penuntun dalam pengambil keputusan.
b) Analisis Kebijakan restropekitif
34
William N, Dunn .2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadja Mada University Press
Hal.117.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Kebijakan restropektif dalam banyak hal sesuai dengan deskripsi
penelitian kebijakan yang dikemukakan sebelumnya. Analisis Kebijakan
restropektif dijelaskan sebagai penciptaan dan transformasi informasi
sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang
dikembangkan oleh tiga kelompok analisis:
1. Analisis yang beriorientasi pada disiplin, yang sebagian besar
terdiri dari para ilmuwan politik dan sosiologi terutama berusaha
untuk mengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada
teori dan menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi- konsekuensi
kebijakan. Kelompok ini jarang berusaha untuk mengidetifikasikan
tujuan- tujuan dan sasaran spesifik dari para pembuat kebijakan dan
tidak melakukan usaha apapun untuk membedakan variabel
kebijakan yang merupakan hal dapat diubah melalui manipulasi
kebijakan, dan variabel situasional yang tidak dapat dimanipulasi.
2. Analisis yang beriorientasi pada masalah, sebagian besar terdiri
dari
para
ilmuwan
politik
dan
sosiologi
yang
berusaha
menerangkan sebab- sebab dan konsekuensi dari kebijakan.
Walaupun demikian, para analis yang beriorientasi pada masalah
ini kurang menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian
teori- teori yang dianggap penting dalam disiplin ilmu sosial, tetapi
lebih menaruh perhatian pada identifikasi variabel- variabel yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dimanipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi
masalah.
3. Analisis yang beriorientasi pada aplikasi, yaitu kelompok analisis
yang mencakup ilmuwan politik dan sosiologi, tapi juga orangorang yang datang dari bidang studi profesional pekerja sosial dan
adminitrasi publik dan bidang studi sejenis seperti penelitian
evaluasi. Kelompok ini juga berusaha menerangkan sebab dan
konsekuensi kebijakan- kebijakan dan program publik, tetapi tidak
menaruh perhatian terhadap pengembangan dan pengujian teoriteori dasar. Lebih jauh kelompok ini tidak hanya menaruh perhatian
pada variabel-variabel kebijakan, tetapi juga melakukan identifikasi
tujuan dan sasaran kebijakan dari pada para pembuat kebijakan dan
pelaku kebijakan.
c) Analisis Kebijakan yang Terintegrasi
Analisis Kebijakan yang Terintegrasi merupakan bentuk analisis
yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh
perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan
sesudah kebijakan diambil. Analisis Kebijakan yang terintegrasi tidak
hanya mengharuskan para analis untuk mengaitkan tahap penyelidikan
restropekitif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus
menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.
Analisis yang terintegrasi dengan begitu bersifat terus-menerus, berulang-
Universitas Sumatera Utara
ulang, tanpa ujung, paling tidak dalam prinsipnya. Analisis dapat memulai
penciptaan dan transformasi informasi pada setiap titik dari lingkaran
analisis, baik sebelum dan sesudah aksi. Analisis Kebijakan yang
terintegrasi mempunyai semua kelebihan yang dimiliki metodologi
analisis propektif dan restropektif, tetapi tidak satupun dari kelebihan
mereka. Analisis Kebijakan yang terintegrasi melakukan pemantauan dan
evaluasi kebijakan secara terus-menerus sepanjang waktu. Tidak demikian
halnya analisis propektif dan restropektif yang menyediakan lebih sedikit
informasi.
1.6.3. Defenisi Kualitas Hidup
Menurut World Heart Organization Quality of life Group (1994), kualitas
hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam
hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan
berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka.
Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup
kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan kepada
karakteristik lingkungan mereka 35.
Menurut unit penelitian kualitas hidup universitas toronto, kualitas hidup
adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi
dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempataan dan keterbatasan
35
Retna Aulia Ritonga, Skripsi tentang Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjungke Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang Sidimpuan.2012-2013, Lihat di
Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.00.WIB)
Universitas Sumatera Utara
dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan
kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan
dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004)36.
1.6.3.1 Komponen Kualitas Hidup
Dalam Ekologi Manusia oleh Ir. Philip Kristanto (2004) Ada tiga kriteria
yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia yaitu : 37
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai makhluk hidup
hayati. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dasar atas udara, air bersih, pangan,
papan dan kesehatan.
b. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan pendidikan, pendapatan, transportasi, keadilan
dan perlindungan hukum.
c. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk memilih. Kebutuhan ini meliputi:
kebutuhan untuk memiliki kebebasan memilih yang dibatasi oleh hukum.
36
Unit Penelitian Universitas Toronto.Ibid.(dalam skripsi Retna Aulia Ritonga tentang Kualitas Hidup Lansia
yang Berkunjungke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang
Sidimpuan.2012-2013, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.00.WIB)
37
Charis Christiani, Pratiwi Tedjo dan Bambang Martono Serat Acitya – UNTAG Semarang dalam jurnal
ilmiah tentang Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa
Tengah (Jurnal Ilmiah dalam bentuk PDF) di askes pada tanggal 08 Desember 2016 pukul 08.00.WIB)
Universitas Sumatera Utara
1.7. Metodelogi Penelitian
1.7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif (melukiskan), dimana penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan
fakta-fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang
detail mengenai suatu gejala atau fenomena 38 tujuan dasar Penelitian deskriptif ini
adalah membuat deskripsi, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota
Medan khususnya Tahun 2011-2015. Serta melihat bagaimana Dampak Sosial
(kesehatan, pendidikan dan partisipasi di publik) Perempuan dan Anak di Kota
Medan atas kebijakan tersebut.
1.7.2. Jenis Penelitian
Menurut Hadari Nawawi 39 , Metode penelitian deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tanpak atau
sebagaimana adanya. penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan
38
Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal 42
39
Hadari, Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal 63
Universitas Sumatera Utara
data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan
disimpulkan.
Tujuan
penelitian
deskriptif
analisis
adalah,
untuk
membuat
penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 20112015dan Apa dampak yang dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan atas
kebijakan tersebut. Disamping itu peneliti juga menggunakan teori-teori, data-data
dan konsep-konsep sebagai sebuah kerangka acuan dari pengamatan langsung
yang diperoleh dilapangan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan
menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karena itu jenis penelitian ini adalah
kualitatif.
1.7.3. LokasiPenelitian
Pada penelitian ini, lokasi yang dijadikan sebagai sumber penelitian adalah
Kota Medan. Secara spesifiknya adalah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan.
1.7.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik
Pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui metode
wawancara (interview). Teknik pengumpulan data melalui wawancara ialah
dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap
sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung
kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti
mengambil informan yang berkaitan dengan Analisis Kebijakan Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan Oleh Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa dampak yang dirasakan
perempuan dan anak khususnya di Kota Medan. Sebagai key informan dalam
penyususnan skripsi ini antara lain :
a. Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.
b. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan : Dra. Yuslinar.
c. Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak : Dra. Faridawati
Nasution.
d. Kasubbid Pengarusutamaan Gender : Eli Ratna Sinulingga, SE.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan
informasi melalui buku-buku, internet, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
peneitian ini. Selain itu peneliti juga mencari informasi dan referensi tambahan
dari artikel-artikel, koran, skripsi dan sebagainya. Nantinya teori-teori dan
referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan
dalam melakukan penelitian ini.
1.7.5. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan tidak berarti apa-apa kalau tidak dianalisa.
Tujuan dari analisa data adalah untuk memperoleh keluaran (output) dari hasil
yang ingin dicapai peneliti. Dalam analisis data ini, data yang sudah terkumpul
akan diolah dan kemudian dianalisis untuk dapat diambil kesimpulan sebagai hasil
akhir dari penelitian. Penelitian ini mencaba menganalisisKebijakan Kualitas
Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan Oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan bagaimana
dampak yang dirasakan Perempuan dan Anak Kota Medan atas kebijakan
tersebut. Metode analisis deskriftif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh
disusun dan kemudian diinterprestasikan. Sehingga memberikan keteranganketerangan terhadap masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul
dari penelitian.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta
mempermuda isi dari skripsi, maka peneliti membagi penulisan skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, keragka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II
PROFIL
KOTA
MEDAN
DAN
KEBIJAKAN
KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK.
Pada Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Profil
Kota Medan dan secara khusus Visi Misi Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan, Sturuktur Jabatan Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa-apa saja
Kebijakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan dalam rangka
meningkatkan kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
ANALISIS
KEBIJAKAN
KUALITAS
HIDUP
PEREMPUAN DAN ANAK TAHUN 2011-2015 SERTA
DAMPAK KEBIJAKAN TERSEBUT.
Pada Bab ini akan menguraikan hasil penelitian mengenai
Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak
Tahun 2011-2015 Kota Medan yang berorientasi pada
aplikasi,
yaitu
berusaha
menerangkan
sebab
dan
konsekuensi kebijakan-kebijakan dan program publik dan
lebih jauh melakukan identifikasi tujuan dan sasaran
kebijakan dari pada para pembuat kebijakan dan pelaku
kebijakan. serta dampak kebijakan tersebut terhadap
Kualitas Hidup perempuan dan anak Kota Medan dengan
melihat persentase angka pendidikan, kesehatan dan
partisipasi perempuan di public.
BAB IV
PENUTUP
Pada Bab ini peneliti akan membuat rangkuman kesimpulan
dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara