Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tujuan nasional yang termasuk
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu melindungi segenap bangsa, seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Telekomunikasi berasal dari dua arti kata yang berbeda, yaitu “tele” dan
“komunikasi”. Tele yang berarti jauh, sedangkan komunikasi yang berarti proses
penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain atau
dari satu tempat ke tempat lain. Dengn demikian, telekomunikasi dapat diartikan
sebagai proses penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke
individu lain yang dapat dilakukan dalam jarak-jarak jauh. 1

1


Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi, http:/id.scribd.com/doc/3322937/(diakses
tanggal 29 Maret 2017).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Perkembangan teknologi informasi memberikan keuntungan yang besar
bagi negara-negara di seluruh dunia, baik pemanfaatan dalam bidang usaha
ataupun pemanfaatan dalam kebutuhan hidup manusia. Perkembangan teknologi
informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung demikian
cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum 2.
Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia sangat pesat hal ini
ditandai dengan para operator telekomunikasi yang bertugas sebagai penyelenggra
telekomunikasi saling berkompetisi dalam memberikan suatu pelayanan yang
terbaik demi merebut perhatian masyarakat Indonesia yang memerlukan

kebutuhan telekomunikasi. Penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia
mengalami perubahan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi. 3Menara Telekomunikasi
(BTS) sangat diperlukan oleh operator telepon seluler. Pada sistem komunikasi
dengan sistem terrestrial yang menggunakan gelombang mikro (micro wave)
membutuhkan antena khusus penangkapan gelombang mikro.
Mengingat
penyelenggaraan

meningkatnya
penguasaan

kemampuan

teknologi

sektor

telekomunikasi,

swasta

dan

dalam

keunggulan

2

Ahmad M. Ramli, Cyber Law Dan Haki, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hlm.1
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1996 tentang Telekomunikasi, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3881
3

Universitas Sumatera Utara

3

kompetitif dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat serta pertumbuhan
menara telekomunikasi oleh penyelenggara telekomunikasi seluler, yang semakin
gencar dalam bersaing memperluas jaringan wilayah layanannya. Maka perlu

diimbangi dengan adanya penertiban, pengawasan dan pengendalian melalui
mekanisme perizinan pembangunan BTS, sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Banyak fakta yang muncul di berbagai daerah yang menyatakan bahwa
keberadaan menara telekomunikasi (tower) memiliki resistensi/daya tolak dari
masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemiall), isu keselamatan,
hingga isu pemerataan sosial. Spektrum gelombang elektromagnetik yang
diketahui mencakup rentang frekuensi yang lebar. Gelombang radio, sinyal
televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma merupakan
contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Dalam ruang hampa, gelombang ini
semuanya merambat dengan kecepatan yang sama, 3 x 108 m/s. Sumber
elektromagnetik ada dimana-mana, matahari, bintang, lampu, dan tornado
merupakan sumber alamiah dari gelombang elektromagnetik. Ada juga sumber
elektromagnetik buatan seperti ledakan nuklir, rangkaian listrik dengan tube
vakum atau transistor, diode microwave, laser antena radio dan banyak
lagi.Penolakan warga terhadap pembangunan menara telekomunikasi di beberapa
lokasi/site pada umumnya didasari alasan-alasan yang sebenarnya tidak kuat.
Tetapi terkadang yang terjadi ada pihak-pihak yang melakukan provokasi untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, selain itu ada juga yang didasari kecemburuan


Universitas Sumatera Utara

4

sosial, biasanya ada oknum tetangga dari pemilik lahan (atau genung) yang
disewa provider tower yang merasa iri hati karena tetangganya mendapatkan dana
yang cukup besar dari sewa-menyewa lahan/gedung, sehingga oknum tersebut
berupaya menggagalkan. 4
ower telekomunikasi baik untuk pemancar Gelombang Micro Digital (
GMD ) maupun untuk BTS ( Base Transceiver System) pemancar HP, Untuk
GMD biasanya memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 4
sampai 7 Ghz, dimana antara antenna pemancar dengan antenna penerima
berjarak sekitar maksimum 60 Km dan harus LOS ( Line Of Side ) tidak ada
obstacle (penghalang) yang menghalangi antara keduanya., biasanya dengan
ketinggian diatas 40 meter dari permukaan tanah. Gelombang yang dipancarkan
adalah gelombang ruang, merambat lurus diudara.
Alasan klasik yang dipaparkan oleh warga terkait penolakan terhadap
pembangunan tower telekomunikasi biasanya seputar bahaya radiasi dari
perangkat, kemungkinan gangguan frekuensi terhadap alat elektronik serta
kemungkinan rubuhnya menara. Alasan pertama, persoalan radiasi perangkat,

institusi resmi yakni Fakultas Tehnik Universitas Gajah Mada, melalui program
studi Magister Rekayasa Keselamatan Industri pernah me-release sertifikat, yang
didasarkan atas penelitian di BTS Widuran-Solo Jawa Tengah milik PT.
Telekomunikasi Selular yang isinya sebagai berikut terbukti tidak terjadi radiasi

4

http://gojavaraya.com/index.php/site-acquisition/penolakan-warga-terhadap-towetelekomunikasi/681, diakses tanggal 21 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

5

pengion akibat perangkat BTS tersebut. Radiasi pengion adalah gejala yang secara
alamiah dinyatakan sebagai penyebab menggangu kesehatan manusia. Hasil
pengukuran dengan menggunakan peralatan

yang

secara


ilmiah

dapat

dipertanggungjawabkan, telah diperoleh hasil pengukuran radiasi elektromagnetik
sebesar 0,00120 mW/cm persegi dan hasil dari perhitungan secara teoritis sebesar
0,00180 mW/cm persegi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut jauh
dibawah batas ketentuan internasional yakni antara 0,5 mW/cm persegi sampai
1,0 mW/cm persegi. Kedua, mengenai kemungkinan frekuensi seluler yang
dipancarkan dari antena menara telekomunikasi / BTS mengganggu frekuensi
radio dan televisi. Kekhawatiran dan alasan tersebut tidaklah tepat sebab jaringan
selular mengunakan frekuensi pada 900/1800 mHz, yang tentunya berbeda dengan
frekuensi radio dan televisi, sehingga tidak dimungkingkan adanya gangguan
terhadap perangkat elektronik. Alasan ketiga, kemungkinan rubuhnya menara
telekomunikasi. Jika kekhawatiran warga didasarkan pada rasa takut, tentu hal
tersebut sangat relatif, karena setiap orang memiliki persepsinya sendiri, yang
terkadang berbeda dengan yang sebenarnya (fakta). Akan tetapi jika ditinjau
secara teknis, pembangunan menara telekomunikasi telah melalui proses dan
perhitungan struktur yang teliti yang dilakukan oleh lembaga resmi yang dapat

dipertanggungjawabkan, sehingga secara teknis tidak akan rubuh. 5
Salah satu fungsi hukum adalah untuk melindungi para pihak yang terkait
dalam hubungan hukum, agar ketentuan-ketentuan yang dibuat benar-benar dapat
5

Ibid

Universitas Sumatera Utara

6

melindungi para pihak, sehingga terbentuk keadilan hukum. Keadilan hukum
tentunya selalu bersisi dua, adil bagi seseorang akan tidak adil bagi orang lain,
sehingga perlu diambil ukuran lain yang bagi para pihak terdapat keadilan yang
seimbang. Seringkali pihak-pihak yang terkait akan mengmabil ukuran adil yang
tentunya menguntungkan bagi didinya, sehingga terdapat banyak pendapat bagi
artinya adil, yang paling memadai adalah apa yang dikemukakan oleh John Rawls,
bahwa apa keadilan sebagai kepantasan: Justice as fainess.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas penulis memilih judul
Perlindungangan


hukum terhadap

masyarakat

akibat

radiasi gelombang

elektromagnetik dari menara operator telekomunikasi menurut Undang-Undang
No. 36 tahun 1999.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaturan hukum pembangunan menara tower operator
telekomunikasi menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 1999?
2. Bagaimanakah bentuk gangguan yang dalam masyarakat akibat gelombang
elektromagnetik menara tower telekomunikasi?


Universitas Sumatera Utara

7

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap masyarakat akibat gangguan
gelombang elektromagnetik dari menara telekomunikasi menurut undangundang?

Universitas Sumatera Utara

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Pengaturan hukum pembangunan menara tower operator telekomunikasi
menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 1999.
2. Bentuk

gangguan

yang


dalam

masyarakat

akibat

gelombang

elektromagnetik menara tower telekomunikasi.
3. Perlindungan hukum terhadap masyarakat akibat gangguan gelombang
elektromagnetik dari menara telekomunikasi menurut undang-undang
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh
1. Secara teoritis
Kiranya penulisan skripsi ini dapat mengembangkan khasanah ilmu
pengetahuan hukum perdata sekaligus dapat menambah literatur khususnya
mengenai perlindungangan hukum terhadap masyarakat akibat radiasi
gelombang elektromagnetik dari menara operator telekomunikasi menurut
Undang-Undang no. 36 tahun 1999.
2. Secara praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang perlindungangan hukum terhadap masyarakat akibat
radiasi gelombang elektromagnetik dari menara operator telekomunikasi
menurut Undang-Undang no. 36 tahun 1999.

Universitas Sumatera Utara

9

Universitas Sumatera Utara

10

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, tidak dapati bahwa perlindungan hukum terhadap
masyarakat akibat radiasi gelombang elektromagnetik dari menara operator
telekomunikasi menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999. Penelitian ini
dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku, peraturan
perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai dengan kajian permasalahan
dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini dapat dikatakan
aktual serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

E. Tinjauan Pustaka
Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang

menyatakan bahwa :“…untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan sekuruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu UUD 1945 yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berdaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada …”

Universitas Sumatera Utara

11

Pembukaan alinea ini menjelaskan tentang Pancasila yang terdiri dari lima
sila yang menyangkut keseimbangan, kepentingan, baik individu, masyarakat dan
penguasa 6.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan:
“Indonesia adalah Negara Hukum”
Hal ini berarti bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum (rechtstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat), segala
sesuatu yang terjadi atau dilakukan di wilayah Indonesia harus berdasarkan
hukum bukan berdasarkan kekuasaan belaka. Negara kesejahteraan atau Welfare
state merupakan suatu konsep negara hukum material. Berdasarkan konsep ini,
pemerintah bisa bertindak secara lebih luas dalam urusan dan kepentingan publik
jauh melebihi batas-batas yang pernah diatur dalam konsep negara hukum formal.
Pemerintah memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga
negaranya dengan dasar

bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap

kesejahteraan rakyat. Sebagian ciri negara hukum khususnya dalam konsep negara
hukum material, dalam penerapannya di berbagai negara demokrasi modern
hampir semua dilaksanakan, hanya saja seringkali law in the book seringkali
berbeda dengan law in action, atau das sollen berbeda dengan das sein.
Penyimpangan antara aturan hukum yang telah dibuat dan seharusnya
berkedudukan di atas segalanya dengan kenyataan bahwa intervensi kekuasaan
6

Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm.

158.

Universitas Sumatera Utara

12

mempengaruhi pelaksanaan hukum menjadikan hukum dipengaruhi oleh anasiranasir non hukum yang seharusnya tidak boleh terjadi dalam proses penegakan
hukum 7. Hal ini menciptakan hukum yang seadil-adilnya bagi masyarakat maka
perlu adanya sikap perlakuan yang sama untuk masyarakat, sehingga hukum dapat
memberikan kebahagiaan kepada masyarakat.
Aliran filsafat yang mendasarinya adalah aliran Utilitarianism, tokohnya
Jhon Lock dengan konsep bahwa hukum memberikan kebahagiaan yang sebesarbesarnya kepada orang sebanyak-banyaknya (The Greatest Happiness for The
Greatest Numbers). Kebahagiaan yang dimaksud Jhon Lock ini adalah
kesejahteraan ekonomi. Aliran ini menghendaki adanya kebahagiaan yang dapat
dirasakan oleh seluruh rakyat. Sektor ekonomi merupakan faktor yang berperan
penting dalam menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam masyarakat.
Telekomunikasi merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi
pembangunan sektor-sektor lain diantaranya adalah sektor ekonomi, sektor sosial,
sektor pendidikan dan lain sebagainya. Telekomunikasi diselenggarakan dengan
tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan
kesejateraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung kegiatan
ekonomi dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung kegiatan
ekonomi dan kegiatan pemerintah, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Di
dalam pengembangan penyelenggaraan komunikasi juga memerlukan fasilitas
infrastruktur yang baik agar penyelenggaraan komunikasi dapat berjalan dengan
7

Sjachran Basah, Ilmu Negara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 8

Universitas Sumatera Utara

13

baik. Tetapi tidak setiap daerah dapat memenuhi kebutuhan infrastruktur yang
memadai apabila ditanggung oleh pemerintah daerah sendiri tanpa adanya
dukungan dan partisipasi dari pihak lain, dalam hal ini yang dimaksud adalah pihak
swasta maupun investor.
Indonesia dengan wilayahnya yang cukup luas dan jumlah penduduknya
yang banyak serta dengan tingkat heterogenitas yang begitu kompleks, tentu tidak
mumgkin pemerintah pusat dapt secara efektif menjalankan fungsi–fungsi
pemerintahan tanpa melibatkan perangkat daerah dan menyerahkan beberapa
kewenangannya kepada daerah otonom. Untuk melaksanakan fungsi–fungsi
pemerintahan dimaksud, salah satunya diperlukan desentralisasi. 8

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan, yaitu hukum normatif, di mana penelitian
hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya. 9
2. Sifat penelitian
8

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara
DPRD dan Kepala Daerah, (Bandung: Alumni, 2008), hal 22
9
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayu
Media Publishing, 2005), hlm. 46.

Universitas Sumatera Utara

14

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang hanya menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam
kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis, dengan
tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian. 10
3. Sumber data
Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data, karena
dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya
dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam
penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan (library
research). 11Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder yaitu
data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3881. Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor: 02/Per/M.Kominfo/03/2008 tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi Dan Informatika Dan Kepala Badan
Koordinasi

Penanaman

Modal Nomor:

18

Tahun

2009

Nomor:

07/Prt/M/2009 Nomor: 19/Per/M.Kominfo/03/2009 Nomor: 3/P/2009

10

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), hlm 116-117.
11
Ibid, hlm 10-11.

Universitas Sumatera Utara

15

Tentang Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
b. Bahan hukum sekunder adalah hasil penelitian para ahli yang termuat dalam
jurnal, artikel, makalah, karya ilmiah, media cetak maupun media elektronik
mengenai perjanjian yang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti
kamus umum, kamus hokum dan ensiklopedia yang berhubungan dengan
materi penelitian.
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan (library research),
artinya data yang diperoleh melalui penelurusan kepustakaan berupa data sekunder
ditabulasi yang kemudian disistematisasikan dengan memilih perangkat-perangkat
hukum yang relevan dengan objek penelitian.
5. Analisis data
Analisa data kualitatif ini adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain. 12 Bahan hukum yang telah diinventarisasi dan diidentifikasi kemudian
dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan tahapan berfikir sistematis guna
12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya,
2006), hlm.248

Universitas Sumatera Utara

16

menemukan jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.
Analisis dilakukan dengan mendasarkan pada teori-teori hukum yang pada akhirnya
akan memberikan hasil yang signifikan dan bermakna kedalam bentuk sebuah
paparan yang nyata.

G. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pembahasan skripsi ini, dibuat sistematika secara teratur
dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama lainnya.
Adapun sistematika tersebut dibagi kedalam lima bab yang masing-masing terdiri
sub bab, yaitu:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka dan metode
penelitian serta sistematika penulisan
BAB II

PENGATURAN HUKUM PEMBANGUNAN MENARA TOWER
OPERATOR TELEKOMUNIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG
NO. 36 TAHUN 1999
Bab ini berisikan penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia, fungsi
dan tujuan pembangunan menara tower telekomunikasi di Indonesia
dan ketentuan pembangunan menara tower telekomunikasi menurut
Undang-Undang No 3 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara

17

BAB III

BENTUK GANGGUAN YANG DALAM MASYARAKAT AKIBAT
GELOMBANG

ELEKTROMAGNETIK

MENARA

TOWER

TELEKOMUNIKASI
Bab ini berisikan bentuk gangguan yang dialami masyarakat akibat
adanya

tower

telekomunikasi,

hubungan

hukum antara

pihak

telekomunikasi dengan masyarakat dan permasalahan yang terjadi di
masyarakat akibat gelombong elektromagnetik
BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT
GANGGUAN

GELOMBANG

ELEKTROMAGNETIK

DARI

MENARA TELEKOMUNIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG
Bab ini berisikan akibat hukum terhadap gangguan yang dialami
masyarakat akibat adanya gelomgbang elektromagnetik dan bentuk
Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat yang Terkena Gangguan
Tower Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 1999
serta Pertanggungjawaban Operator Telekomunikasi Akibat Gangguan
Tower Telekomunikasi terhadap Masyarakat
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis. Selain kesimpulan, berisi juga saran-saran dari penulis
yang berhubungan dengan proses dalam melakukan penelitian yang
telah dilakukan

Universitas Sumatera Utara

18

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Operator Seluler Terkait SPAM SMS (Short Message Service) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JUNCTO Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

2 23 77

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Short Message Service Atau Pesan Singkat Pada Telepon Genggam Dihubungkan Dengan Undang-Undang 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Juncto Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Juncto Undang-Undang Nom

0 2 1

ASPEK HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008.

0 1 2

PEMANFAATAN LAYANAN TELEKOMUNIKASI MELALUI WIRELESS FIDELITY (WIFI) ON BOARD OF AIRCRAFT PESAWAT GARUDA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG-UNDANG.

0 0 2

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 9

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 2

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 31

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Chapter III V

0 1 32

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 3

NASKAH KAJIAN UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DIKAITKAN DENGAN PERKEMBANGAN KONVERGENSI TELEMATIKA

0 2 93