Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Chapter III V

BAB III
BENTUK GANGGUAN YANG DALAM MASYARAKAT AKIBAT
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK MENARA TOWER
TELEKOMUNIKASI

D. Bentuk Gangguan yang Dialami Masyarakat Akibat Adanya Tower
Telekomunikasi
Level batas radiasi elektromagnetik yang diperbolehkan menurut standar
WHO(World Health Organization) adalah 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang
menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz.Level
maksimum yang dikeluarkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronic
Engineers) 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk frekuensi
1800 MHz.Berdasarkan pengukuran di lapangan, pada jarak sekitar satu meter dari
jalur pita pancar utama menara BTS yang berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui
bahwa total radiasi yang dihasilkan sebesar 9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya
sekitar 12 meter, maka orang yang berada di bawahnya terkena radiasi sebesar 0,55
watt/m2. 49
Telepon seluler (ponsel) mentransmisikan dan menerima sinyal dari dan ke
substasiun yang ditempatkan di tengah kota. Substasiun yang menerima sinyal
paling jernih dari telepon seluler memberikan pesan ke jaringan telepon local jarak
jauh. Jaringan Personal Communication Services (PCS) mirip dengan system

telepon seluler. PCS menyediakan komunikasi suara dan data didesain untuk
menjangkau daerah yang luas. Pita frekuensi 800 sampai dengan 3000 MHz telah

49

lint4ng4yu.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-radiasi-tower-bts-bagi.html

46
Universitas Sumatera Utara

47

dijatahkan untuk peralatan komunikasi ini (Kobb,1993) Karena telepon seluler atau
unit PCS harus berhubungan dengan substasiun yang diletakkan beberapa kilometer
jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup kuat untuk memastikan sinyalnya
bagus. Peralatan ini memancarkan daya sekitar 0,1 sampai dengan 1,0 W. Tingkat
daya dari antena ini aman untuk kesehatan kepala (Fischetti, 1993). Kerapatan daya
puncak dari antena pada telepon seluler ini memdekati 4,8 W/m2 atau 0,48
mW/cm2 (IEEE C 95.1-1991). Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro
terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2

masih termasuk dalam nilai ambang batas aman (Wardhana,2000) Para ahli
mengungkapkan radiasi yang ditimbulkan ponsel tidak seratus persen bisa
menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, mengingat masih banyak
orang yang masih setia menggunakan piranti wireless ini untuk memudahkan
aktifitasnya dan tidak terjadi suatu hal apapun bahkan boleh dibilang masih amanaman saja. Namun kita juga tidak bisa mengabaikan atas permasalahan ini, paling
tidak sudah dibuktikan oleh salah satu negara yang memiliki jumlah pengguna
ponsel terbanyak dunia.
Peraturan tersebut bisa dibilang sangat ketat apalagi mengenai efek samping
dari radiasi ponsel. Dengan menetapkan aturan ambang batas toleransi radiasi
ponsel, tentunya peraturan ini menimbulkan banyak perdebatan di kalangan
produsen dengan pemerintah setempat. Paling tidak kedepan dengan jumlah
penduduk Indonesia sekitar 220 juta jiwa dan baru 25 juta pelanggan saja yang
sudah menggunakan telepon seluler (ponsel). Hal ini menunjukkan bahwa industri

Universitas Sumatera Utara

48

seluler ditanah air semakin maju. Seiring semakin populernya telepon genggam ini
banyak orang sudah mulai mempertanyakan sebenarnya seberapa besar pengaruh

radiasi ponsel kepada kesehatan manusia? Banyak pengguna ponsel yang mungkin
tidak tahu bahwa ponsel yang mereka gunakan dapat mengirimkan gelombang
elektromagnetik ke dalam tubuh mereka. Sesungguhnya setiap ponsel memiliki
spesifikasi ukuran banyaknya energi gelombang mikro yang dapat menembus ke
dalam bagian tubuh seseorang tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan
kepala. Paling tidak kurang lebih sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro
yang diserap dan menembus daerah sekitar kepala. Pengukuran kadar radiasi
sebuah ponsel umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate (SAR).
Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh jaringan tubuh
pengguna ponsel bisa dinyatakan sebagai units of watts perkilogram (W/kg). Batas
SAR yang ditetapkan oleh ICNIRP adalah 2.0W/kg (watts per kilogram).
Sementara The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah
menetapkan sebuah standart baru yang digunakan oleh negara Amerika dan negara
lain termasuk Indonesia adalah dengan menggunakan batas 1.6W/kg. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, dampak gelombang elektromagnetik tegangan
tinggi atau ponsel tidak berbahaya asal pancarannya kecil (UKDWNet Club). Para
peneliti the Kraeftens Bekaempelse mewawancarai 427 warga Denmark yang
menderita kanker otak dan 822 orang yang tidak menderita tumor kepala tentang
penggunaan ponsel. Hasil studi jelas menunjukkan penggunaan ponsel sama sekali
tidak meningkatkan risiko kanker otak.


Universitas Sumatera Utara

49

Pengaruh negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari
ponsel dan menara BTS:
1. Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen
akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar
dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel.
2. Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga
berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak
yang bisa menyebabkan tuli).
3. Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian,
penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma
hingga 30 persen.
4. Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA
manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas
merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.

5. Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat
penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung.
Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
6. Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat
pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar
stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap halhal yang membahayakan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

50

7. Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi
seperti ruam dan gatal-gatal.
8. Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu
hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu
tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan
sensor audio pada organ pendengaran.
9. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan
(900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di

lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.
10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena
mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat
mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel
secara berlebihan.
12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan
sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang
kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.
13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan
hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau

Universitas Sumatera Utara

51

kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah
pulang menuju ke sarang. 50

E. Hubungan Hukum antara Pihak Telekomunikasi dengan Masyarakat

Perjanjian sewa-menyewa menurut KUH Perdata ataupun perjanjian sewamenyewa jaringan dapat berbentuk tertulis ataupun lisan, dan dapat berupa akta
autentik ataupun akta dibawah tangan. Sewa menyewa adalah perjanjian di mana
pihak yang menyewakan mengikatkan diri untuk memberikan kepada pihak
penyewa kenikmatan atas suatu benda selama waktu tertentu dengan pembayaran
harga sewa tertentu Pasal 1548 KUHPerdata. 51
Memberikan kenikmatan suatu barang adalah kewajiban utama pihak yang
menyewakan dalam hubungan hukum sewa-menyewa menurut Pasal 1550 KUH
Perdata dan hubungan hukum sewa-menyewa jaringan telekomunikasi Pasal 9 ayat
(2) UU Telekomunikasi. Kewajiban lainnya dalam hubungan hukum sewamenyewa menurut KUH Perdata antara lain untuk memelihara barang yang
disewakan dan menjaga ketentraman pihak penyewa dalam menggunakan barang
yang disewakan.

50

https://publicanonyme.wordpress.com/2014/05/15/dampak-menara-telekomunikasi-danradiasi-gelombang-elektromagnetik/diakses tanggal 12 Maret 2017.
51
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2011), hlm 345

Universitas Sumatera Utara


52

F. Permasalahan yang
Elektromagnetik

terjadi

di

Masyarakat

Akibat

Gelombong

Menjamurnya jumlah menara BTS membawa aneka dampak psikologis dan
sosial, meski sudah ada opsi penggabungan menara beberapa operator, problem di
masyarakat tetap kerap muncul. Untuk itu perlu diketahui aspek-aspek dasar
keamanan dalam pembangunan dan gelaran menara BTS. Beberapa aspek tersebut

adalah:
1. Lokasi
Untuk optimalisasi jaringan, operator perlu memberikan jarak yang
konsisten antar BTS, semisal per 1,5 kilometer. Tentu masalah jarak terkait
dengan kepadatan trafik pelanggan di suatu daerah. Umumnya di perkotaan
yang padat pemukiman, operator lebih sulit untuk menciptakan jarak yang
konsisten antar BTS. Ini disebabkan tingkat kesulitan untuk mendapat lahan
tanah (green filed) yang pas. Untuk menyiasati persoalan lahan, solusinya
adalah gelar menara BTS di atas gedung bertingkat (roof top). Sebagai
informasi saat ini Pemerintah Daerah DKI Jakarta sejak dua tahun lalu
sudah melarang pembangunan menara baru BTS di green field.
2. Desain Menara
Desain menara BTS tentu tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi geografis di wilayah bersangkutan. Diantara pertimbangan
dalam desain yakni faktor beban menara, kekuatan angin dan kondisi tanah
yang kesemuanya harus memenuhi safety margin yang telah disyaratkan
ITU (International Telecommunication Uinion). Civil engineer dari

Universitas Sumatera Utara


53

kontraktor terlibat penuh dalam hal untuk keperluan IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan).
Faktor beban menara yakni prediksi pemakaian perangkat hardware yang
ditempatkan di atas tower. Semisal tower yang hanya ditempati tiga antena
Trx dan microwave, tentu tidak memerlukan menara rangka tinggi. Namun
umumnya operator sudah menyiapkan beban menara untuk penambahan
beberapa perangkat untuk kebutuhan kedepan, contohnya beban tambahan
hardware 3G.
Lalu faktor kekuatan angin menjadi hal penting pula, sebelum membangun
menara operator telah mendapat informasi kecepatan angin oleh BMG
(Badan Meteorologi dan Geofisika). Di daerah dengan kondisi kecepatan
angin tinggi biasanya digunakan tipe tower rangka segi empat atau segi tiga.
Umumnya wilayah dengan kecepatan angin tinggi seperti di ladang
persawahan dan pesisir pantai. Kemudian kondisi dan jenis tanah turut
diperhitungkan, ini menyangkut kedalaman tiang pancang. Kualitas menara
harus benar-benar kuat dan tahan terhadap gempa.
3. Radiasi
Soal radiasi paling populer untuk "menggugat" keberadaan menara BTS.

Sebagaimana layaknya perangkat elektronik, menara BTS memang
memancarkan radiasi. Menjadi ketakutan orang umumnya isu radiasi yang
bisa membuat mandul. Padahal radiasi yang dipancarkan dari perangkat
microwave terbilang kecil, kadarnya pun tak lebih besar dari radiasi yang
ditimbulkan sebuah ponsel. Ditambah lagi penempatan hardware berada di

Universitas Sumatera Utara

54

ketinggian sehingga tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Dalam hal ini
operator dan kontraktor mutlak mengadakan sosialisasi. 52
Menurut INIRC (International Non Ionizing Radiation Committee) dari
International Radiation Protection Association (IRPA), nilai medan listrik dan
medan magnet yang merupakan ciri kondisi pajanan tidak terganggu (unperturbed
electric and magnetic fields) ialah medan yang apabila semua benda dihilangkan,
karena medan listrik pada umumnya akan terganggu jika berada di dekat
permukaan suatu benda.
Efek biologis dikaitkan dengan pajanan medan pada permukaan tubuh, medanmedan induksi yang mengakibatkan pengaliran arus dan rapat arus yang diinduksi
dalam tubuh, sehingga kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan
biasanya adalah rapat arus yang diinduksi dalam tubuh. Arusarus induksi dalam
tubuh tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung, sehingga batasan-batasan
dalam kuat medan listrik (E) yang tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (B)
diturunkan dari nilai kriteria induksi. Medan listrik yang tidak terganggu dengan
kuat medan sebesar 10 kV/m akan menginduksi rapat arus efektif kurang dari 4
mA/m2 dengan rata-rata pengaliran arus di seluruh tubuh manusia. Rapat fluks
magnetik sebesar 0,5 mT pada frekuensi 50/60 Hz akan menginduksi rapat arus
efektif sekitar 1 mA/m2 pada keliling suatu loop jaringan tubuh yang berjejari 10
cm.
UNEP (United Nations Environmental Programme), WHO (World Health
Organization) dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan pernyataan tentang nilai

52

http://sumedangpress.blogspot.co.id/2015/01/seberapa-jauh-pengaruh-bts-terhadap.html

Universitas Sumatera Utara

55

rapat arus induksi dengan efek-efek biologisnya yang ditimbulkan oleh pajanan
pada seluruh tubuh manusia:
(a) 1 - 10 mA/m2 , tidak menimbulkan efek biologis berarti.
(b) 10 - 100 mA/m2 , menimbulkan efek biologis yang berarti, termasuk efek
pada sistem penglihatan dan saraf.
(c) 100 - 1000 mA/m2 , menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang
dapat dirangsang dan berbahaya bagi kesehatan.
(d) > 1000 mA/m2 , dapat menimbulkan gangguan pada jantung, berupa irama
ekstrasistole dan fibrilasi ventrikular.
Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik pada
manusia, berupa: (1) efek jangka panjang, berupa potensi proses degeneratif dan
keganasan

(kanker),

serta

(2)

efek

hipersensitivitas,

dengan

berbagai

manifestasinya. Potensi terjadinya proses degeneratif dan keganasan tergantung
batas pajanan medan listrik dan medan magnet dalam satuan waktu. Sedangkan
efek hipersensitivitas tidak harus tergantung pada batas pajanan.
Radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan tertentu.
Berbagai potensi gangguan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem darah, berupa leukemia dan limfoma malignum.
2. Sistem reproduksi laki-laki, berupa infertilitas.
3. Sistem saraf, berupa degeneratif saraf tepi.
4. Sistem kardiovaskular, berupa perubahan ritme jantung.
5. Sistem endokrin, berupa perubahan metabolisme hormon melatonin.
6. Psikologis, berupa neurosis dan gangguan irama sirkadian.

Universitas Sumatera Utara

56

7. Hipersensitivitas.
Potensi gangguan terhadap sistem darah, kardiovaskular, reproduksi dan saraf,
memerlukan waktu yang panjang dan tidak dapat dirasakan atau diamati dalam
waktu pendek. Sedangkan potensi gangguan pada sistem hormonal, psikologis dan
hipersensitivitas, umumnya dapat terjadi dalam waktu pendek. Manifestasi
gangguan dalam waktu pendek, biasanya berupa berbagai keluhan. Keluhan yang
paling banyak dikemukakan oleh penduduk yang bertempat tinggal di bawah BTS
adalah sakit kepala, pening dan keletihan menahun.
Meskipun demikian, pajanan medan elektromagnetik bukan hanya berasal dari
BTS saja, tetapi dapat berasal dari peralatan elektronik di rumah tangga, kantor,
industri, dan peralatan komunikasi. Bahkan dalam kehidupan modern, radiasi
elektromagnetik gelombang radio dengan energi yang sangat besar mudah
dijumpai. Penggunaan telepon seluler (ponsel) sebagai sarana komunikasi penting
serta microwave oven yang sangat membantu pekerjaan di dapur, juga merupakan
contoh sumber radiasi elektromagnetik gelombang radio tersebut, dan dapat
menimbulkan berbagai keluhan seperti sakit kepala maupun keletihan tanpa sebab
yang nyata.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sandstrom, penggunaan ponsel juga dapat
menimbulkan keluhan sakit kepala. Oftedal and Wilen juga mensinyalir bahwa
keluhan keluhan sakit kepala dan pening dapat diakibatkan oleh sensasi medan
elektromagnetik, terutama elektromagnetik gelombang radio. Pendapat serupa
dikemukakan oleh Adey dan Lai, bahwa pajanan medan elektromagnetik

Universitas Sumatera Utara

57

gelombang radio dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, baik
karena pekerjaan maupun kegiatan seharihari.
Interaksi medan elektromagnetik dengan benda hidup, yaitu melalui induksi
medan dan arus listrik ke dalam jaringan benda hidup atau makhluk hidup. Jika
tubuh menyerap medan listrik dan medan magnet dalam jumlah cukup, sistem saraf
dan otot-otot dalam tubuh akan dirangsang. Dalam jumlah yang rendah pun pajanan
medan elektromagnetik akan mempengaruhi aktivitas modulasi di dalam otak
maupun sistem saraf.
Beberapa peneliti melaporkan juga bahwa pajanan medan elektromagnetik
dapat menekan pengeluaran hormon melatonin. Diduga kuat melatonin merupakan
pencegah ”tumorogenesis” pada payudara, atau pencegah pembentukan kanker
payudara, yang besar kemungkinan telah dipicu oleh penyebab lain. Sementara ada
beberapa bukti bagi pengaruh hormon melatonin dalam percobaan menggunakan
binatang, meskipun penelitian terhadap sukarelawan tidak mengonfirmasikan
adanya perubahan tersebut pada manusia.
Setelah melalui program penelitian yang panjang selama lima tahun, lembaga
nasional milik Amerika yang menangani kesehatan lingkungan (National Institute
of Environmental Health Science, NIEHS) mengeluarkan fatwa soal batasan
pajanan untuk semua medan elektromagnetik berikut semua kemungkinan
implikasinya terhadap kesehatan. Selain itu, mereka juga akan melakukan
penelitian lanjutan untuk lebih memastikan lagi.

Universitas Sumatera Utara

58

Pada Juni 1998, NIEHS mengambil keputusan dengan mengacu pada kriteria
yang dipakai oleh lembaga internasional yang bergerak di bidang penelitian kanker
(International Agency for Research on Cancer, IARC). NIEHS memutuskan bahwa
medan

elektromagnetik

dapat

dipertimbangkan

sebagai

"possible

human

carcinogen".
Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana adalah sebagai berikut. Berdasar
urutan prediksi dari IARC, "possible human carcinogen" itu ada pada tingkatan
paling bawah. Di atasnya masih ada dua tingkatan lagi yang lebih berat, yakni
"probably carcinogenic to humans" dan "is carcinogenic to humans". Sebenarnya
IARC masih memiliki dua tingkatan lagi (kebetulan di bawah "possible"), yakni "is
not classifiable" dan "is probably not carcinogenic to humans". Namun, NIEHS
mempertimbangkan ada cukup bukti sehingga dua kategori terakhir diabaikan saja.
Jadi, "possible human carcinogen" berarti ada bukti kuat, tetapi terbatas, yang
membuat pajanan medan elektromagnetik menyebabkan kanker.
Medan elektromagnetik tetap harus diwaspadai. Meskipun demikian, sumber
medan elektromagnetik tentu saja bukan hanya berasal dari BTS, walaupun sumber
ini yang sedang hangat diperdebatkan. Medan elektromagnetik dari berbagai
peralatan yang menggunakan gelombang mikro, dengan frekuensi jauh lebih tinggi
dan panjang gelombang jauh lebih kecil, justru lebih berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan. Karena itu, justru berbagai peralatan elektronik dan
komunikasi seperti microwave oven, pemancar radio, harus lebih diwaspadai,

Universitas Sumatera Utara

59

karena "possible human carcinogen" justru lebih berpotensi timbul pada pemakaian
berbagai peralatan elektronik dan komunikasi tersebut, daripada BTS.
Salah

satu

potensi

gangguan

kesehatan

adalah

timbulnya

reaksi

hipersensitivitas, yang dikenal dengan electrical sensitivity. Electrical sensitivity
atau dikenal pula dengan istilah electrical hypersensitivity, merupakan problem
kesehatan masyarakat sebagai akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik,
berupa gangguan fisiologis yang ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan
kepekaan (sensitivitas) terhadap medan elektromagnetik.
Banyak orang yang memiliki sensitivitas terhadap tingkat frekuensi tertentu dari
medan elektromagnetik. Gejala-gejala electrical sensitivity yang banyak dijumpai
berupa sakit kepala (headache), pening (dizziness), keletihan yang konstan atau
menahun (chronic fatigue syndrome), gangguan tidur berupa sukar tidur
(insomnia). Di samping itu, beberapa gejala lain kadangkadang dapat dijumpai,
antara lain berdebar-debar (tachycardia), mual (nausea) tanpa ada penyebab yang
jelas, muka terasa terbakar (facial flushing), rasa sakit pada otot-otot (pain in
muscles), telinga berdenging (tinnitus), kejang otot (muscle spasms), kebingungan
(confusion), gangguan kejiwaan berupa depresi (depression) serta gangguan
konsentrasi (difficulty in concentrating).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT
GANGGUAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI
MENARA TELEKOMUNIKASI MENURUT
UNDANG-UNDANG

D. Akibat Hukum Terhadap Gangguan yang dialami Masyarakat Akibat
adanya Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari
perubahan medan magnet den medan listrik secara berurutan, dimana arah getar
vektor

medan

listrik

dan

medan

magnet

saling

tegak

lurus.

Terjadinya gelombang elektromagnetik. 53
Pertama, arus listrik dapat menghasilkan (menginduksi) medan magnet. Ini
dikenal sebagai gejala induksi magnet.Peletak dasar konsep ini adalah Oersted
yang telah menemukan gejala ini secara eksperimen dan dirumuskan secara
lengkap oleh Ampere.Gejala induksi magnet dikenal sebagai Hukum Ampere.
Kedua, medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu dapat menghasilkan
(menginduksi) medan listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal sebagai
gejala induksi elektromagnet.Konsep induksi elektromagnet ditemukan secara
eksperimen oleh Michael Faraday dan dirumuskan secara lengkap oleh Joseph

53

http://makalah-artikel-online.blogspot.co.id/2009/04/spektrum-gelombangelektromagnetik.html, diakses tanggal 21 Maret 2017

75
Universitas Sumatera Utara

76

Henry.Hukum induksi elektromagnet sendiri kemudian dikenal sebagai Hukum
Faraday-Henry.Dari kedua prinsip dasar listrik magnet di atas dan dengan
mempertimbangkan konsep simetri yang berlaku dalam hukum alam, James Clerk
Maxwell mengajukan suatu usulan. Usulan yang dikemukakan Maxwell, yaitu
bahwa jika medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat menghasilkan
medan listrik maka hal sebaliknya boleh jadi dapat terjadi. Dengan demikian
Maxwell mengusulkan bahwa medan listrik yang berubah terhadap waktu dapat
menghasilkan (menginduksi) medan magnet. Usulan Maxwell ini kemudian
menjadi hukum ketiga yang menghubungkan antara kelistrikan dan kemagnetan.
Jadi, prinsip ketiga adalah medan listrik yang berubah-ubah terhadap waktu dapat
menghasilkan medan magnet. Prinsip ketiga ini yang dikemukakan oleh Maxwell
pada dasarnya merupakan pengembangan dari rumusan hukum Ampere. Oleh
karena itu, prinsip ini dikenal dengan nama Hukum Ampere-Maxwell.
Dari ketiga prinsip dasar kelistrikan dan kemagnetan di atas, Maxwell melihat
adanya suatu pola dasar. Medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat
membangkitkan medan listrik yang juga berubah-ubah terhadap waktu, dan
medan listrik yang berubah terhadap waktu juga dapat menghasilkan medan
magnet. Jika proses ini berlangsung secara kontinu maka akan dihasilkan medan
magnet dan medan listrik secara kontinu. Jika medan magnet dan medan listrik ini
secara serempak merambat (menyebar) di dalam ruang ke segala arah maka ini
merupakan gejala gelombang. Gelombang semacam ini disebut gelombang

Universitas Sumatera Utara

77

elektromagnetik karena terdiri dari medan listrik dan medan magnet yang
merambat dalam ruang. 54
Kementerian Kominfo, melalui Ditjen SDPPI (Sumber Daya dan
Perangkat Pos dan Informatika), khususnya Direktorat Pengendalian Sumber
Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dalam tahun 2013 telah mengadakan
monitoring dan operasi penertiban alat dan perangkat telekomunikasi berskala
nasional. Dasar kegiatan monitoring dan operasi penertiban tersebut adalah UU
No. 36 tentang Telekomunikasi, PP No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi,

dan

29/PER/M.KOMINFO/8/2008

Peraturan
tentang

Menteri
Sertifikasi

Kominfo
Alat

dan

No.
Perangkat

Telekomunikasi. Ketiga regulasi tersebut pada intinya menyebutkan, bahwa
seluruh perangkat telekomunikasi yang dibuat, dirakit, digunakan, dan atau
diperdagangkan di Indonesia harus memenuhi ketentuan yang berlaku, dalam hal
ini adalah persyaratan adanya sertifikasi perangkat telekomunikasi. 55

E. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat yang Terkena
Gangguan Tower Telekomunikasi
Menurut Undang-Undang No.36
Tahun 1999

Perlindungan hukum mempunyai arti sebagai suatu perbuatan dalam hal
melindungi, misalnya memberikan perlindungan pada orang yang lemah. 56 Batasan
hukum menurut Utrecht, yaitu hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
54

Ibid
http://www.postel.go.id/berita-gangguan-jaringan-telekomunikasi-akibat-penggunaanrepeater-seluler-26-2093, diakses tanggal 21 Maret 2017.
56
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Jilid 1, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hlm. 37.
55

Universitas Sumatera Utara

78

(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. 57
Perlindungan hukum apabila dijabarkan terdiri dari dua suku kata yakni
“perlindungan” dan “hukum”, yang artinya memberikan suatu perlindungan
menurut hukum atau undang-undang yang berlaku. UndangUndang Dasar 1945
hasil amandemen, dalam pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Artinya, penyelenggaraan negara disegala bidang harus
didasarkan pada aturan hukum yang adil dan pasti sehingga tidak didasarkan pada
kekuasaan politik semata. Perlindungan hukum sangat penting dikembangkan
dalam rangka menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan perlindungan menurut
hukum dan Undang-Undang.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dilihat bahwa hukum perlindungan
konsumen merupakan bagian khusus dari hukum konsumen, dimana keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang terdapat di dalamnya mengatur hubungan dan
masalah antara penyedia barang dan/atau jasa dengan penggunanya, dan secara
khusus ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Hukum
perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan
hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang. Dengan
adanya hukum yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan konsumen,

57

Utrecht Sebagaimana Dikutib dari C.S.T Kansil, Pengaturan Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1989, hlm. 38

Universitas Sumatera Utara

79

maka terwujudnya kepastian hukum dalam hal pemberian perlindungan kepada
konsumen akan terjamin. 58
Prinsip perlindungaan hukum bagi rakyat indonesia adalah prinsip
pengakuan dan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat manusia yang
bersumber pada pancasila. Pengertian perlindungan hukum bagi rakyat terdapat dua
bentuk yaitu perlindungan hukum secara preventif dan perlindungan hukum secara
represif. Perlindungan hukum yang bersifat preventif kepada warga negara
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum
suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang devinitive. Dengan demikian
perlindungan hukum yang bersifat preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
sengketa. Sedangkan sebaliknya, perlindungan hukum yang represif bertujuan
untuk menyelesikan suatu sengketa.59
Selain diatur oleh UUPK, perlindungan hukum bagi konsumen juga diatur
oleh Undang-Undang Telekomunikasi yang memiliki lingkup khusus terhadap
konsumen jasa telekomunikasi di Indonesia. Pengaturan mengenai penyelenggaraan
jasa telekomunikasi secara khusus pada fitur berbayar saat ini tunduk pada UndangUndang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Peraturan Pemerintah No. 52
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, Keputusan Menteri No. 21
Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi serta Peraturan Menteri

58

Ibid, hal 66-67
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Peradaban,
Surabaya, 2007, hlm. 2
59

Universitas Sumatera Utara

80

Komunikasi

dan

Informatika

No.

10/PER/M.KOMINFO/3/2007

tentang

Penggunaan Fitur Berbayar Jasa Telekomunikasi.
Bentuk perlindungan terhadap konsumen dapat dilihat dari hak-hak
konsumen yang diatur oleh Undang-Undang Telekomunikasi. Pada Pasal 15 UU
Telekomunikasi, diatur bahwa atas kesalahan dan/atau kelalaian penyelenggaran
telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka piha-pihakyang dirugikan
berhak mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi.
Dapat dilihat bahwa apabila konsumen dirugikan oleh pihak penyelenggara jasa
telekomunikasi sebagai pelaku usaha, maka konsumen dapat melakukan tuntutan
kepada pelaku usaha. Pihak pelaku usaha juga dwajibkan untuk memberikan ganti
rugi kepada konsumen, kecualipihak pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan/atau kelalaiannya
Sebagaimana diatur Pasal 1 angka 8 Peraturan Bersama Menteri, Menara
Telekomunikasi, yang selanjutnya disebut Menara adalah bangunan-bangunan
untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau bangunan yang
merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung yang dipergunakan
untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang
diikat oleh berbagai simpul, dimana fungsi desain dan konstruksinya disesuaikan
dengan sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi.
Sebagaimana

diatur Pasal

Bersama Menteri, Pembangunan

Menara

4

ayat

(1)

wajib

memiliki

Izin

Peraturan
Mendirikan

Universitas Sumatera Utara

81

Bangunan Menara dari Bupati/Walikota, kecuali untuk provinsi DKI Jakarta wajib
memiliki Izin Mendirikan Bangunan Menara dari Gubernur. Izin Mendirikan
Bangunan Menara adalah izin mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat 10 Permenkominfo 2/2008).
Lebih lanjut, Pasal 11 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri mengatur bahwa
Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Menara melampirkan persyaratan
administratif

dan

persyaratan

teknis.

DalamPasal

11

ayat

(2) Peraturan

Bersama Menteri disebutkan pesyaratan administratif yang terdiri dari:
a. status kepemilikan tanah dan bangunan;
b. surat keterangan rencana kota;
c. rekomendasi dari instansi terkait khusus untuk kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu;
d. akta pendirian perusahaan beserta perubahannya yang telah disahkan oleh
Dephumkam (Kemenkumham);
e. surat bukti pencatatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) bagi penyedia
menara yang berstatus perusahaan terbuka;
f. informasi rencana penggunaan bersama negara;
g. persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan ketinggian
menara;
h. dalam hal menggunakan genset sebagai catu daya dipersyaratkan izin
gangguan dan izin genset.

Universitas Sumatera Utara

82

Sesuai dengan ketentuan pasal tersebut di atas, dengan asumsi bahwa
operator seluler telah memperoleh Izin Mendirikan Bangunan Menara (karena
Menara telah berdiri) dan masa berlaku Izin Mendirikan Bangunan Menara belum
habis, maka persetujuan dari warga sekitar tersebut harusnya sudah didapatkan
oleh operator seluler.
Dalam hal warga setempat merasa dirugikan dengan adanya pemberian
Izin Mendirikan Bangunan Menara kepada operator seluler tersebut, warga dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk
membatalkan pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara kepada operator
seluler tersebut. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi. 60 Pemberian ganti rugi tidak menghapuskan
kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut
mengenai adanya unsur kesalahan. 61 Namun, ketentuan tersebut tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan
kesalahan konsumen.

62

Apabila pelaku usaha menolak dan/atau tidak

memberikan tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan
konsumen, maka pelaku usaha tersebut dapat digugat.63
Sebagaimana diketahui, yang dapat menjadi obyek gugatan di Pengadilan
Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara. Berdasarkan Pasal 1

60

Pasal 19 UU perlindungan Konsumen
Ibid., Pasal 19 ayat (4).
62
Ibid., Pasal 19 ayat (3).
63
Ibid., Pasal 19 ayat (5)
61

Universitas Sumatera Utara

83

angka 9 Undang-Undang

Nomor

5

Tahun

1986yang

terakhir

diubah

dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (“UU PTUN”), Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Sehingga suatu KTUN haruslah berupa:
1. Penetapan tertulis;
Bahwa produk Izin Mendirikan Bangunan Menara yang dikeluarkan oleh
Gubernur atau Bupati/ Walikota adalah berupa tertulis.
2. Diterbitkan oleh Pejabat Tata Usaha Negaraa
Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Bahwa dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Menara
tersebut, Gubernur atau Bupati/ Walikota tersebut dalam kapasitas
menjalankan urusan pemerintahan.
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
Dalam hal ini penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Menara tersebut
bersumber dari Peraturan Bersama Menteri tersebut diatas.

Universitas Sumatera Utara

84

4. Bersifat Konkrit, Individual dan Final;
Izin Mendirikan Bangunan Menara tersebut konkrit berupa berwujud
pemberian izin kepada operator seluler untuk membangun bangunan. Izin
Mendirikan Bangunan Menara tersebut bersifat individual karena
ditujukan hanya kepada operator seluler tersebut dan bersifat final karena
pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara telah mempunyai akibat
hukum tanpa persetujuan pihak lain.
5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hokum
Penerbitan Izin

Mendirikan

Bangunan

Menara

tersebut

telah

mengakibatkan kerugian bagi warga sekitar, misalnya terganggu dengan
jaringan atau alasan lainnya.
Dengan demikian, seandainya warga merasa dirugikan dengan adanya
Menara tersebut, warga dapat menggugat ke Perusahaan atas penerbitan Izin
Mendirikan Bangunan Menara kepada operator seluler tersebut.
Namun apabila Izin Mendirikan Bangunan Menara dari operator seluler
telah habis masa berlakunya, maka dengan ini warga dapat menolak perpanjangan
izin tersebut dengan tidak menandatangani permintaan persetujuan perpanjangan
Izin Mendirikan Bangunan Menara dari operator seluler. 64
F. Pertanggungjawaban Operator Telekomunikasi Akibat Gangguan Tower
Telekomunikasi terhadap Masyarakat

64

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53b849ec00459/langkah-hukum-menolakkeberadaan-menara-telekomunikasi

Universitas Sumatera Utara

85

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain,
sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan
manusia lain maka ia harus berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga
dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya
mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i
terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina orang lain yang mungkin
lebih sederhana dari pada dia. Karena ia termasuk dalam orang yang keya
dikampungnya. Ia harus bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai
konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh masyarakat sekitar.65
Jika berdasarkan prinsip konsumen adalah raja, pelaku usaha dituntut untuk
dapat melakukan pelayanan prima bagi kosumen. Layanan prima (service
excellence) tersebut diharapkan mampu memuaskan kebutuhan konsumen secara
proporsional yaitu memberikan pelayanan yang maximal kepada konsumen.
Namun selama ini juga belum tampak adanya kesadaran di kalangan pelaku usaha
bahwa kalau konsumen membayar, mereka mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan yang pantas. Yang terjadi adalah konsumen membayar, tetapi tetap
mendapat pelayanan yang buruk. 66
Negara hukum, khususnya indonesia harus mampu memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat atau warga negaranya mengingat yang menjadi pedoman
65

http://zaysscremeemo.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-tanggungjawab.html
Zaim Saidi, Sudaryatmao et all, Mencari Keadilan ”Bunga Rampai Penegak Hak
Konsumen”, Piramedia, Jakarta, 2004, hlm. 10
66

Universitas Sumatera Utara

86

kehidupan berbangsa dan jalanya pemerintahan adalah hukum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hukum harus ada perlindungan serta keadilan,
karena keadilan merupakan roh atau jiwa dari hukum tersebut. Sedangkan
terwujudnya perlindunngan hukum merupakan sarana untuk dapat mewujudkan
keadilan tersebut. Dengan demikian, adanya perlindungan hukum juga akan
menciptakan suatu kepastian hukum dengan memberikan keadilan yang seadiladilnya bagi semua pihak
Apabila dilihat dari pengertian dan pemahaman terhadap perlindungan
hukum diatas, maka dapat diketahui unsur-unsur perlindungan hukum, yaitu:
1. Hukum tersebut merupakan sarana bagi siapa saja,artinya siapa saja yang
haknya dilanggar dalam hidup bermasyarakat maka ia berhak mengajukan agar
orang lain yang telah melakukan pelanggaran tersebut untuk ditindak oleh
hukum tersebut;
2. Orang yang terbukti bersalah secara hukum tersebut dikenai sanksi yang telah
ditentukan oleh hukum itu;
3. Asas kesamaan hukum (rechtsgleichheit) dalam arti material yaitu hukum yang
dituntut sesuai dengan cita-cita keadilan didalam masyarakat;
4. Tujuan dari hukum itu adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
ketertiban dan keadilan dalam masyarakat;

Universitas Sumatera Utara

87

5. Tidak adanya kesewenang-wenangan pihak yang mempunyai kekuasaan dan
kesewenangan atas hukum tersebut.67
Realisasi adanya suatu perlindungan hukum dapat dilihat dengan
mengamati unsur-unsur yang terdapat dalam hukum tersebut. Apabila unsur-unsur
tersebut tidak tercermin, maka dapat dipertanyakan akan keberadaan perlindungan
hukum dan kepastian dari hukum itu juga serta mengenai hukum itu sendiri.
Republik Indonesia Tahun 1945 Bab 1 tentang bentuk kedaulatan pada pasal 1ayat
(3) perubahan di (3) batang tubuh UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia yang menyatakan “Indonesia adalah negara hukum”. Hal ini
mengandung konsejuensi bahwa negara

indonesia dalam mengatur kehidupan

berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan antar negara yang berpedoman pada
hukum yang teah ditetapkan dan berlaku di negara Indonesia. Satu negara hukum
harus memenuhi unsurunsur yaitu:
1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya harus berdasarkan
atas hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Adanya jaminan terdapat Hak Asasi Manusia (HAM) warga negara;
3. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;
4. Adaanya pengawasan-pengawasan dari badan peradilan
Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen, diatur secara
khusus di UUPK dalam Bab VI, mulai Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, yaitu:

67

Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1992,

hlm 15.

Universitas Sumatera Utara

88

1. Mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha yaitu pada Pasal 19, Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27;
2. Mengatur pembuktian yaitu pada Pasal 22 dan Pasal 28
3. Mengatur penyelesaian sengketa dalam hal pelaku usaha tidak memenuhi
kewajibannya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen yaitu Pasal 23. 68
Dari ke tujuh pasal yang mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha,
secara prinsip dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Pasal-pasal yang mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha atas kerugian
yang diderita konsumen, yaitu Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21.
a. Pasal 19 mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha pabrikan dan/atau
distributor pada umumnya, untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Dapat dikatakan bahwa
substansi Pasal 19 ayat (1) mengatur mengenai tanggung jawab pelaku
usaha, yang meliputi: tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan,
tanggung jawab kerugian atas pencemaran, dan tanggung jawab ganti
kerugian atas kerugian konsumen. 69

68

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 65.
69
Ibid.,hlm. 65-66.

Universitas Sumatera Utara

89

b. Pasal 20 mengatur secara khusus mengenai tanggung jawab pelaku usaha
periklanan. Tanggung jawab pelaku usaha periklanan bertanggung jawab
atas iklan dan akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. 70
c. Pasal 21 ayat (1) membebankan importir barang untuk bertanggung jawab
sebagai mana layaknya pembuat barang yang diimpor, jika importasi barang
tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri.
Pasal 21 ayat (2) mewajibkan importir jasa yang bertanggung jawab sebagai
penyedia jasa asing jika penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh
agen atau perwakilan penyedia jasa asing. 71
2. Pasal 24 yang mengatur peralihan tanggung jawab dari satu pelaku usaha ke
pelaku usaha lainnya. Tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau
gugatan konsumen, dibebankan sepenuhnya kepada pelaku usaha lain jika
pelaku usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa yang menjual kembali
kepada konsumen tersebut telah melakukan perubahan atas barang dan/atau
jasa tersebut.72
3. Dua pasal lainnya, yaitu Pasal 25 dan Pasal 26 yang berhubungan dengan
layanan purna jual oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan. Pelaku usaha diwajibkan untuk bertanggung jawab
sepenuhnya atas jaminan dan/atau garansi yang diberikan, serta penyediaan
suku cadang atau perbaikan. 73

70

Ibid.
Ibid.hlm 66
72
Ibid, hlm 67-68
73
Ibid
71

Universitas Sumatera Utara

90

4. Pasal 27 yang melepaskan pelaku usaha dari tanggung jawab untuk
memberikan ganti rugi pada konsumen, jika: barang tersebut terbukti
seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan; cacat
barang timbul pada kemudian hari; cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan
mengenai kualifikasi barang; kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
lewatnya jangka waktu penuntutan empat tahun sejak barang dibeli atau
lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan. 74

74

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm.

66

Universitas Sumatera Utara

91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengaturan hukum pembangunan menara tower operator telekomunikasi menurut UndangUndang No. 36 Tahun 1999, yaitu Pasal 4 ayat (1) Telekomunikasi dikuasai oleh Negara
dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. (2) Pembinaan telekomunikasi diarahkan
untuk meningkatkan penyelenggaraan telekomunikasi yang meliputi penetapan kebijakan,
pengaturan, pengawasan dan pengendalian. (3) Dalam penetapan kebijakan, pengaturan,
pengawasan dan pengendalian di bidang telekomunikasi, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan pemikiran dan
pandangan yang berkembang dalam masyarakat serta perkembangan global.
2. Bentuk gangguan yang dalam masyarakat akibat gelombang elektromagnetik menara tower
telekomunikasi, yaitu berupa Medan gelombang radio elektromagnetik yang dipancarkan
dari menara telekomunikasi mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan manusia baik
fisik maupun psikis.
3. Perlindungan hukum terhadap masyarakat akibat gangguan gelombang elektromagnetik
dari menara telekomunikasi menurut undang-undang

Universitas Sumatera Utara

92
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Dengan adanya pengaturan tentang pembangunan menara tower operator telekomunikasi,
sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi kepada agar masyarakat mengerti akan artinya
pembangunan tower.
2. Sebaiknya pemerintah melakukan pemeriksaan diri secara berkala untuk mengetahui atau
mencegah terjadinya kemungkinan pengaruh gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan
masyarakat disekitar.
3. Diharapkan dengan adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
masyarakat sekitar gelombang elektromagnetik dari menara telekomunikasi dapat terlindungi
oleh gangguan yang diakibatkan pembangunan tower tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Operator Seluler Terkait SPAM SMS (Short Message Service) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JUNCTO Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

2 23 77

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Short Message Service Atau Pesan Singkat Pada Telepon Genggam Dihubungkan Dengan Undang-Undang 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Juncto Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Juncto Undang-Undang Nom

0 2 1

ASPEK HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008.

0 1 2

PEMANFAATAN LAYANAN TELEKOMUNIKASI MELALUI WIRELESS FIDELITY (WIFI) ON BOARD OF AIRCRAFT PESAWAT GARUDA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG-UNDANG.

0 0 2

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 9

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 2

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 1 18

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 31

Perlindungangan Hukum Terhadap Masyarakat Akibat Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dari Menara Operator Telekomunikasi Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

0 0 3

NASKAH KAJIAN UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DIKAITKAN DENGAN PERKEMBANGAN KONVERGENSI TELEMATIKA

0 2 93